Makalah Ok

61
Redifinisi Pendidikan Kejuruan, Hubungan antar Teknologi, Organisasi Pekerjaan, Formasi Skill, Hubungan Industri, Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan A. Redifinisi Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya. Caldwell (1990) mengungkapkan masalah definisi. Dia berpendapat bahwa konsep 'pengambilan adalah keputusan yang berbasis sekolah' yang mencerminkan kenyataan dalam perkembangan yang ada di nasional dan internasional. Dari semua istilah yang dipilih untuk mendapatkan kenyataan adanya perbedaan pada sistem, dan termasuk system dalam pengambilan keputusan, penyempurnakan kualitas, manajemen didalam sekolah, membuat kebijakan sekolah, dan sekolah menentukan sendiri, Caldwell (1990) memilih istilah 'manajemen sekolah' sebagai yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi pada sekolah-sekolah sekarang. Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada praktek- praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah

Transcript of Makalah Ok

Redifinisi Pendidikan Kejuruan, Hubungan antar Teknologi, Organisasi Pekerjaan,

Formasi Skill, Hubungan Industri, Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan

A. Redifinisi Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih

manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia

kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.

Caldwell (1990) mengungkapkan masalah definisi. Dia berpendapat bahwa konsep

'pengambilan adalah keputusan yang berbasis sekolah' yang mencerminkan kenyataan dalam

perkembangan yang ada di nasional dan internasional. Dari semua istilah yang dipilih untuk

mendapatkan kenyataan adanya perbedaan pada sistem, dan termasuk system dalam

pengambilan keputusan, penyempurnakan kualitas, manajemen didalam sekolah, membuat

kebijakan sekolah, dan sekolah menentukan sendiri, Caldwell (1990) memilih istilah

'manajemen sekolah' sebagai yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi pada

sekolah-sekolah sekarang.

Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non

akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri,

pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan

kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk

bekerja dalam bidang tertentu.

Memahami pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan berhubungan

dengan mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi

tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih

lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau melanjutkan

pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dapat dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah

bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki

keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan

mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan

perkembangan teknologi.

Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya

penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan

efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat.

Pendidikan SMK merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang

diselenggarakan sebagai lanjutan dari SMP/MTS :

a. Sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka memenuhi

kebutuhan/kesempatan kerja yang sedang dan akan berkembang pada daerah tersebut.

b. Lulusan SMK merupakan tenaga terdidik, terlatih, dan terampil.

c. Mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan atau menyesuaikan dengan perubahan

teknologi.

d. Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil atau besar).

e. Mengurangi angka pengangguran dan kriminalitas.

f. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara melalui pajak penghasilan dan

pertambahan nilai.

Ciri pendidikan kejuruan yang utama adalah sebagai persiapan untuk memasuki dunia

kerja. Secara historis, menurut Evans & Edwin (1978:36) pendidikan kejuruan sesungguhnya

merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang

(apprenticeship).

Pada pola latihan dalam pekerjaan, peserta didik belajar sambil langsung bekerja

sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur,

sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan.

B. Hubungan antar Teknologi

Teknologi informasi dan komunikasi dalam pengaruhnya pada kehidupan manusia

saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok, adanya teknologi yang terus berkembang

menjadikan manusia mudah untuk berkomunikasi satu sama lain, yang akibatnya ada proses

sharing informasi pengetahuan antara manusia satu dengan mansuia lainnya, yang pada

akhirnya kemajuan teknologi semakin maju pesat dan diketahui oleh semua golongan.

Dari beberapa komitmen menyatakan bahwa kegiatan kemajuan teknologi yang di

barengi dengan kemajuan komunikasi dalam peningkatan intelektual manusia, memberikan

efek yang berbeda-beda tergantung dari tujuan awal dan proses mengetahui dan menemukan

beberapa peningkatan.

Komunikasi dalam peranannya memudahkan manusia untuk bisa mendapatkan

informasi yang diinginkannya dengan syarat manusianya itu sendiri mengenal teknologi.

Adanya hubungan timbal balik antara komunikasi dan teknologi dalam peranannya

pada kehidupan manusia, menjadikan seluruh kegiatan manusia individu atau kelompok tidak

berjalan tanpa adanya teknologi, salahsatu contoh lingkungan yang tidak bisa terlepas dari hal

tersebut adalah lingkungan pendidikan baik formal atau non formal.

Dengan adanya factor eksternal seperti pengaruh luar pada pendidikan kejuruan baik

berupa budaya serta perkembangan teknologi maka perlu perbaikan didalam manajemen

sekolah, karna dalam hubungan pendidikan kejuruan dengan teknologi sangat mempengaruhi

sehingga ada Faktor pola-pola baru yang mendasari manajemen (Caldwell, 1990):

1. Decentralisasi sebagai respon terhadap kompleksitas.

Desentralisasi terlihat menjadi respons yang tepat terhadap kebutuhan bagi sekolah

untuk membantu siswa mengatasi perubahan dan peningkatan waktu luang, untuk

mengembangkan bakat tingkat tinggi dan kompetensi, dan untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja di masyarakat yang semakin didasarkan pada pluralisme dan

individualitas.

2. Pertukaran dalam menafsirkan ekuitas

Sementara kekhawatiran ekuitas memiliki pengaruh kuat terhadap ketentuan

pendidikan abad ini, ada penekanan yang lebih besar terkait pandangan siswa sebagai

individu. Pandangan ini telah dipromosikan melalui kemajuan dalam pengetahuan,

proses pembelajaran dan teknologi.

3. Studi efektivitas sekolah dan peningkatan sekolah

Efektifitas dari sekolah dan perbaikan literatur untuk mendukung desentralisasi

karena Pendekatan ini menunjukkan bahwa efektivitas terbesar dan peningkatan

terjadi ketika sekolah dan staf ikut terlibat dan diberdayakan untuk memberikan

kontribusi dalam pengambilan keputusan.

4. Peningkatan otonomi guru

Ada dukungan secara umum untuk pendapat bahwa profesi guru akan meningkat

ketika guru diberikan kebebasan yang lebih besar dan lebih banyak, kesempatan untuk

kepemimpinan dengan tanpa kontrol birokrasi.

5. Lebih memperbesar kepentingan umum dalam kualitas pendidikan

Caldwell (1990) menarik perhatian pada kepentingan publik yang lebih besar dalam

pendidikan, di bidang pendidikan, dengan sekolah-sekolah bertanggung jawab untuk

menyediakan pelayanan yang berkualitas atau produk.

6. Perspektif dari daerah non-pendidikan

Adanya hubungan yang baik antara industry dan pendidikan kejuruan, sentralisasi dan

desentralisasi, memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan yang

terdesentralisasi dan belum ada nya aturan yang jelas.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara maksimal maka diperlukan

proses pembelajaran yang kondusif dengan melibatkan semua komponen pembelajaran

secara optimal. Salah satu komponen penting yang menjadikan proses pembelajaran menjadi

lancar dan kondusif adalah adanya komunikasi yang aktif dan dinamis antarpemeran dan

pendukung siswa belajar.

Visi pendidikan nasional adalah pada tahun 2025, Sistem Pendidikan Nasional

berhasrat menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF. Cerdas

meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional & sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinetik.

Kompetitif dimaknai berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat

juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat

dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi

global, dan pembelajar sepanjang hayat.

Dalam visi ini tersirat bahwa proses menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas

dan kompetitif digantungkan pada pendidikan. Kemajuan suatu bangsa dan negara tidak bisa

dilepaskan dari kemajuan bidang pendidikan. Pendidikan merupakan bagian integral yang

tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh

dan terampil. Hakekat pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya

mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam

dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke

generasi (Sumitro, dkk. 1998).

Fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam

masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa depan.

Menurut Tilaar (2006), pendidikan memiliki fungsi preparatoris dan antisipasipatoris adalah

bahwa di samping mempersiapkan peserta didik sebagai generasi masa depan (tenaga kerja),

pendidikan juga menyiapkan peserta didik utk antisipasi kemungkinan masa depan dengan

membekali kemampuan dan tingkah laku yg diperlukan.

Visi sistem pendidikan nasional di atas pada dasarnya dimaksudkan menyiapkan

manusia Indonesia seutuhnya, utuh dalam potensi dan utuh dalam wawasan (Sumitro,

dkk. ,1998). Utuh dalam potensi meliputi potensi badan dengan pancainderanya, potensi

berpikir, potensi rasa, potensi cipta yang meliputi daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan

imajinasi, potensi karya, potensi budi nurani yaitu kesadaran budi, hati nurani, dan kata hati.

Utuh dalam wawasan adalah manusia yang sadar nilai, yaitu wawasan dunia akhirat,

wawasan jasmani rohani, wawasan individu dan sosial, dan wawasan akan waktu, yaitu masa

lalu, sekarang dan yang akan datang.

Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan nasional juga

memiliki peran penting dalam menyiapkan manusia utuh, baik sebagai tenaga kerja maupun

sebagai warga masyarakat dan bangsa. Adanya dampak globalisasi yang ditandai dengan

kemajuan teknologi menyebabkan pendidikan kejuruan dinilai masih belum optimal dalam

menyediakan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja. Pendidikan kejuruan belum dapat

maksimal mengimbangi dampak kemajuan teknologi di pasar kerja. Menurut Tilaar (2006),

saat ini terdapat empat krisis pokok pendidikan nasional, yaitu masalah kualitas pendidikan,

relevansi atau efisiensi external, elitisme dan manajemen. Kualitas pendidikan menyangkut

standar isi, proses, sarana prasarana, pendidik, dan standar-standar lainnya. Relevansi

pendidikan atau efisiensi eksternal diukur dari keberhasilan sistem pendidikan memasok

tenagatenaga terampil dalam jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor-sektor

pembangunan.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu manajemen

penyelenggaraan pendidikan kejuruan dan pemanfaatan teknologi dalam proses

pembelajarannya. Berkaitan dengan hal ini, dalam makalah ini akan diseksripsikan secara

singkat tentang tarnsformasi budaya dalam pendidikan kejuruan, peran pendidikan kejuruan,

dampak perkembangan teknologi, dan penerapan teknologi dalam pembelajaran kejuruan.

Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan selalu

mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik. Prasarana dan

sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan

perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam

menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena

itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam

implementasinya tidak salah arah. 

C. Organisasi Pekerjaan

1. Stakeholder Pendidikan

Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, terdiri atas dua

kata ; stake dan holder. Stake berarti to give support to : holder berarti pemegang. Jadi

stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus

pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Kalau lembaga pendidikan

itu berupa sekolah maka stakeholdernya adalah : Birokrasi Pendidikan (Dinas Pendidikan),

Pengawas, Kepala Sekolah, Guru-guru, Orang Tua, Komite Sekolah, Dewan Sekolah,

Masyarakat, Dunia Usaha dan Dunia Industri. Dengan Perkataan lain stakeholder adalah

orang-orang atau badan yang berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan

pendidikan di sekolah.

Definisi lain dari stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang

per orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah

obyek disebut stakeholder. Pendidikan adalah sebuah sistem yang mendukung murid

mencapai tujuan-tujuannya melalui pengajaran dan penanaman elemen afektif, kognitif dan

psikomotorik secara terencana dalam jangka panjang.

2. Stakeholder dalam Bidang Pendidikan

Stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu

a. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan tata

usaha sekolah.

b. Pemerintah, diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas pendidikan, walikota, sampai

menteri pendidikan nasional.

c. Masyarakat, sedangkan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan adalah

orangtua murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya masyarakat,

perusahaan atau badan yang membutuhkan tenaga terdidik (DUDI), toko buku,

kontraktor pembangunan sekolah, penerbit buku, penyedia alat pendidikan, dan lain-

lain.

3. Peran Stakeholder

Peran serta stakeholder pendidikan dalam suatu perencanaan adalah hal yang sangat

urgen sehingga akan dampak pada peningkatan profesionalitas guru. Hal ini sesuai dengan

keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 bahwa stakeholder  pendidikan

yaitu dewan pendidikan dan komite sekolah dalam kaitannya dengan hal di  atas mereka

memiliki 4 peran, yaitu;

a. Peran Sebagai Pemberi Pertimbangan Atau Nasihat (Advisory Agency)

Peran sebagai pemberi pertimbangan atau nasihat (Advisory Agency) menunjukkan

respon dan keikutsertaan dewan pendidikan dan komite sekolah memajukan dan

meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dan di sekolah. Bentuk

aktivitas dewan pendidikan dan komite sekolah antara lain;

1) Pemberi pertimbangan mengenai program dan kegiatan yang disusun

dalam rencana pembangunan pendidikan tingkat kabupaten atau kota dan

RKS serta RKT tingkat satuan pendidikan.

2) Memberikan pertimbangan buat guru dalam pelaksanaan tugas supaya

tidak sewenang-wenang dalam menangani siswa (misalnya dalam memberi

hukuman  tetapi juga memberi penghargaan bagi yang berprestasi).

3) Memberi pertimbangan dalam peningkatan disiplin guru dan memberi solusi bagi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru.

4) Memberi pertimbangan dalam mengembangkan bakat dan minat siswa (seperti

olimpiade mata pelajaran, seni dan olah raga).

b.  Peran Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)

Peran pendukung dewan pendidikan dan komite sekolah berkaitan dengan internal

manajemen sekolah;

1) Mendata jumlah guru yang memerlukan pendidikan dan latihan, mendata

pendidikan guru yang memerlukan peningkatan kualifikasi pendidikan.

2) Memberikan pelatihan mengenai mata pelajaran dan layanan belajar bagi

guru yang membutuhkan.

3) Mendata jumlah siswa dan indeks prestasinya, guru dan komite sekolah.

4) Mendukung program pengayaan bagi siswa yang lebih pintar, dan remedial bagi

siswa yang belum mencapai hasil yang dipersyaratkan.

5) Menyediakan tropi dan hadiah atas keberhasilan siswa mengikuti berbagai

perlombaan yang dilakukan sekolah.

6) Untuk meningkatkan kualitas keagamaan mengadakan pesantren kilat di

sekolah.

7) Mendukung pemanfaatan sarana prasarana untuk memberikan layanan

belajar.

8) Membuat media belajar sesuai dengan kebutuhan belajar.

9) Kebun percontohan sekolah.

10) Memaksimalkan anggaran operasional yang bersumber dari APBD, bantuan

masyarakat, dan mendorong penggunaan anggaran yang bersumbar dari dana

BOS  dengan mengimplementasikan program dan kegiatan yang tepat sasaran.

Pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan harus disampaikan pada publik atau

stakeholder pendidikan, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat, serta kepada

instansi pemerintah yang terkait seperti dinas pendidikan, termasuk pemimpin proyek

yang bersangkutan. Dewan pendidikan dan komite sekolah, dalam batas-batas 

tertentu dapat saja memberikan rekomendasi pada pihak yang terkait, dengan rasional 

yang kuat dan obyektif bukan karena atas faktor “like and dislike” dalam hal

ketenagaan ini, dewan pendidikan dan komite sekolah perlu mengembangkan standar

kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya

c. Peran Sebagai Pengontrol (Controling Agency)

Peran sebagai pengontrol (controlling agency) sesuai peran dewan pendidikan dan

komite sekolah, sebagai badan pengawas terhadap kegiatan sekolah termasuk

pelaksanaan dan penggunaan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana

Kegiatan Tahunan (RKT). Fungsi pengontrol (controling agency) menunjukkan

bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan aktifitas;

1) Menanyakan proses belajar mengajar (ke guru dan kepala sekolah) apakah sudah

mengarah pada standar yang dipersyaratkan,

2) Menanyakan kondisi kesehatan, gizi, dan bakat peserta didik,

3) Memantau pelaksanaan rencana kegitan sekolah (RKS) dan rencana kegiatan

tahunan (RKT),

4) Ikut serta dalam penyusunan RKS dan RKT.

5) Ikut memantau penggunaan anggaran yang bersumber dari BOS,

6) Ikut serta dalam rapat pembagian raport,

7) Mengontrol kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya,

8) Mengontrol pelaksanaan PBM dengan memakai kartu data sesuai dengan

perlindungan  anak; cara belajar mengajar guru (misalnya kartu yang ditanda

tangani oleh guru dan orangtua).

d. Peran Sebagai Penghubung (Mediating Agency)

Pusat pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling bekerja sama

secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk dapat bekerja secara

sinergis harus ada yang menghubungkan antara keluarga, sekolah dan masyarakat.

Itulah sebabnya salah satu peran dewan pendidikan dan komite sekolah adalah peran

penghubung (mediating  agency).Jika ada kerja sama antara keluarga, sekolah, dan

masyarakat, maka dari beberapa banyak program yang inovatif dapat dicoba untuk

dilaksanakan oleh sekolah. Peran penghubung atau mediating agency menunjukkan

bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah;

1) Menghubungkan dengan instansi pemerintah,

2) Menghubungi orangtua siswa yang mampu untuk meminta kesediaannya menjadi

donator atau bantuan lainnya yang disetujuinya untuk keperluan sekolah, atau

dengan menjelaskan program kerja yang akan dilakukan oleh sekolah.

3) Mencari informasi yang bisa dipakai oleh sekolah untuk mengembangkan

sekolah.

4) Memberi laporan kepada masyarakat tentang keuangan dan pelaksanaan program.

5) Keempat peran dewan pendidikan dan komite sekolah tersebut dalam melakukan

aktifitas bukanlah melakukan dan perannya secara terpisah-pisah, tetapi

berlangsung  secara simultan. Dalam melakukan aktifitasnya, mereka

mengedepankan peningkatan  kualitas pendidikan, bukan menyalurkan

kehendaknya pribadi apalagi melakukan pemerasan. Dalam melaksanakan

perannya dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan etika dan aturan

yang berlaku serta focus pada perolehan mutu yang kompetitif

Pemerintah, sebagai pihak yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan bagi

warganya tidak dapat meninggalkan peran dan fungsi masyarakat dalam menuntaskan

pendidikan.

Pendidikan tidak melulu mengurusi sarana dan prasarana. Tidak hanya sekedar

sebuah mata anggaran yang statis. Pendidikan adalah sebuah dinamika proses yang

memerlukan kecerdasan untuk menjadikannya wahana yang bermanfaat bagi daerah. Selama

ini masih banyak tokoh pemerintahan yang menempatkan pendidikan sebagai beban

anggaran, bukan investasi masa depan. Padahal jika dikaji lebih mendalam, hanya manusia

berpendidikan lah yang akan mengantarkan bangsa ini ke masa yang lebih baik di masa

mendatang. Untuk itu, diperlukan kearifan untuk menggandeng lebih banyak potensi di

masyarakat dalam mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas dan berhasil guna.

Pendidikan yang steril tidak akan mampu menyerap keunggulan-keunggulan daerah,

sehingga menempatkan pendidikan dalam sebuah menara gading. Untuk itu, diperlukan

kerjasama yang kuat diantara ketiga elemen ini sehingga menghasilkan sinergi yang

bermanfaat, terutama bagi para murid sebagai subyek pendidikan. Mengingat kesadaran

masyarakat yang sudah tinggi terhadap pentingnya pendidikan, banyak warga masyarakat

yang secara sukarela bergabung dalam lembaga-lembaga berorientasi pendidikan yang dapat

menjadi think-tank pemerintah dalam melaksanakan program-program pendidikan.

Selain masyarakat sukarela, banyak juga masyarakat yang mempunyai tujuan

mengambil manfaat dari dunia pendidikan. Para penerbit buku, usaha kursus, penyedia alat

pendidikan, dan pengusaha-pengusaha lainnya. Kelompok ini juga perlu difasilitasi, bahkan

jika perlu dibangkitkan kesadarannya, bahwa selain sebagai lahan penghidupan, dunia

pendidikan juga memerlukan kesetiakawanan yang dapat memperbaiki kualitas maupun

kuantitas pelayanan pendidikan. Untuk itu, pendekatan usaha terhadap dunia pendidikan

adalah bersifat mendukung, tidak hanya sekedar memeras dan menjadikannya layaknya

komoditas.

4. Jasa Pendidikan

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual

(Fandy Tjiptono, 1996:6). Dalam hal ini jasa berupa suatu kegiatan yang bermanfaat bagi

pihak lain dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.

Kotler mengemukakan pengertian jasa adalah a service is any act or performance that one

party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of

anything is production may or may not be tied to a physical product (Kotler, 2003:444). Jasa

merupakan sesuatu yang tidak berwujud, yang melibatkan hubungan antara penyaji jasa

dengan konsumen pemakai dan tidak ada perpindahan kepemilikan (transfer of ownership)

antara keduanya. Dalam menghasilkan jasa tersebut digunakan produk fisik untuk

mendukung aktivitasnya.

Sedangkan Berry seperti dikutip Zeithaml dan Bitner mengemukakan: service are

needs, process and performance (zeithaml and berry(1996:5). Jasa dapat diartikan sebagai

unjuk kerja (performance) ataupun prosedur kerja, tindakan dan aktivitas (deeds), mapun

proses yang dilakukan oleh seseorang atau institusi yang dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumennya. Selanjutnya dari beberapa definisi jasa yang telah

dikemukakan sebelumnya dan dirangkum, Zeithaml dan Berry mengemukakan bahwa jasa

adalah include all economic activities whose output is not a physical product or construction,

is generally consumed at a time it is produced and provides added value in forms (such ans

convenience, amusement, timeliness, comfort, and health) thata re assentially intangibles,

concern of it first purchaser (adapted from Zeithaml and Berry, 1996:5).

Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang menghasilkan output (keluaran)

berupa produk atau kontruksi (hasil karya) nonfisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat

diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti kepraktisan,

kecocokan/kepantasan, kenyamanan, dan kesehatan, yang pada intinya menarik cita rasa pada

pembeli pertama. sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks

karena sifat padat karya dan padat modal. Artinya, dibutuhkan banyak tenaga kerja yang

memiliki skill khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan

infrastruktur (peralatan) yang lengkap dan harganya mahal.

Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia atau suatu proses yang harus

dilakukan baik yang terlembaga maupun tidak terlembaga yang menyangkut fisik dan non

fisik dan membutuhkan infrastruktur dan skil ataupunketerampilan. Dengan demikian Jasa

Pendidikan adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan yang

mengutamakan pelayanan dalam prosesnya

5. Jenis-Jenis dan Tingkatan Organisasi Jasa Pendidikan

Organisasi penyelenggara Jasa Pendidikan di Indonesia terdiri atas beberapa jenis dan

tingkatan, setiap tingkatan menunjukkan peningkatan jenjang pengetahuan. Adapun beberapa

penyelenggara organisasi jasa pendidikan diIndonesia adalah

a. Organisasi Penyelenggara Jasa Pendidikan Formal

b. Adapun jenis-jenis Organisasi Jasa Pendidikan Formal adalah sebagai berikut

c. Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan

Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formalyang menyelenggarakan

program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat)tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

d. Raudhatul Athfal (RA) dan Bustanul Athfal (BA) adalah salah satu bentuk satuan

Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yangmenyelenggarakan

program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun

sampai dengan 6 (enam)tahun.

e. Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formalyang

menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar

f. Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal dalam

binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikanumum dengan kekhasan

agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar.

g. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai

lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lainyang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar

yang diakui sama atau setara SD atau MI.6.

h. Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal

dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikanumum dengan

kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI,

atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutandari hasil belajar yang diakui sama atau

setara SD atau MI

i. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Menengah

sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari

hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

j. Madrasah Aliyah (MA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam

binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan

agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan darihasil belajar yang diakui sama atau

setara SMP atau MTs.

k. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang Pendidikan

Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau

lanjutan dari hasil belajar yang diakui samaatau setara SMP atau MTs.

l. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan

kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari

SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui

sama atau setara SMP atau MTs.

m. Perguruan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,spesialis, dan doktor

yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

n. Organisasi Penyelenggara Jasa Pendidikan Non Formal

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,dan/atau pelengkap

pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikansepanjang hayat. Pendidikan

nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada

penguasaan pengetahuan dan keterampilanfungsional serta pengembangan sikap dan

kepribadian profesional.Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikananak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan

perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

pendidikankesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik Satuan pendidikan nonformal terdiri atas

1) lembaga kursus

2) lembaga pelatihan

3) kelompok belajar

4) pusat kegiatan belajar masyarakat

5) majelis taklim

6) serta satuan pendidikan yang sejenis.

7) Organisasi Penyelenggara Jasa Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

6. Produk Jasa Pendidikan

Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen

untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan

kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi

barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Produk darisekolah adalah jasa kependidikan yang

dapat dirinci atas

7. Produk Jasa Pendidikan

Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen

untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan

kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi

barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Produk darisekolah adalah jasa kependidikan yang

dapat dirinci atas\

a. Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum (GBPP), rancangan bahan

pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan evaluasi

b. Jasa penelitian, berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau pengembangan

kemampuan guru dalam meneliti dan membaca hasil penelitian

c. Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar jasakurikuler, seperti

kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan lain-lain

d. Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan

untuk mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup bermasyarakat

seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha/perusahaan industry,

mengunjungi rumah sakit, mengun jungirumah-rumah ibadah, panti asuhan dan

memberi bantuan dan lain-lain

e. Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat keterangan,surat

pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.

f. Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan,

layanan usaha kesehatan sekolah, layanan kantin, dan layanan transportasi atau bus.

8. Karakteristik Jasa Pendidikan

Pada dasarnya jasa adalah sesuatu yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain

yang sifatnya tidak berwujud dan tidak memiliki dampak perpindahan hak milik. Hal ini

sangat erat kaitannya dengan karakteristik jasa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang

program pemasarannya. Jasa saecara umum memiliki karakteristik utama sebagai berikut:

a. Tidak Berwujud (Intangibility)

Jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan pengguna jasa

pendidikan tidak dapat melihat, mencium, mendengar, dan merasakan hasilnya

sebelum mereka mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). Untuk

menekan ketidakpastian, pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda atau

informasi tentang kualitas jasa tersebut. Tanda maupun informasi dapat diperoleh

atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan penyelenggara,

peralatan dan alat komunikasi yang digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan.

Beberapa hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon

pengguna jasa pendidikan adalah:

1. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud.

2. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga pendidikan).

3. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan

(education brand name).

4. Memakai nama seeorang yang sudah dikenal untuk meningkatkan kepercayaan

konsumen.

5. Tidak Terpisah (Inseparability)

Jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan

yang menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi

secara serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa

maka akan berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan

demikian, jasa lebih diutamakanpenjualannya secara langsung dengan skala operasi

yang terbatas. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi

bekerja dalam kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, atau melatih para

penyaji jasa agar mereka mampu membina kepercayaan pelanggannya (peserta

didik).

b. Bervariasi (Variability)

Jasa pendidikan yang diberikan seringkali berubah-ubah. Hal ini akan sangat

tergantung kepada siapa yang menyajikannya, kapan, serta di manadisajikan jasa

pendidikan tersebut.Oleh Karena itu, jasa pendidikan sulit untuk mencapai kualitas

yang sesuai dengan standar. Untuk mengantisipasi hal tersebut,lembaga pendidikan

dapat melakukan beberapa strategi dalam mengendalikankualitas jasa yang

dihasilkan dengan cara berikut. Pertama, melakukan seleksi dan mengadakan

pelatihan untuk mendapatkan SDM jasa pendidikan yang lebh baik.Kedua, membuat

standarrisasi proses kerja dalam menghasikan jasa pendidikan dengan baik. Ketiga,

selalu memonitor kepuasan peserta didik melalui sistemkotak saran, keluhan,

maupun survey pasar.

c. Mudah Musnah (perihability)

Jasa pendidikan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu atau jasa

pendidikan tersebut mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada

waktumendatang. Karakteristik jasa yang cepat musnah bukanlah suatu masalah

jika permintaan akan jasa tersebut stabil karena jasa pendidikan mudah

dalam persiapan pelayanannya. Jika permintaannya berfluktuasi, lembaga

pendidikanakan menghadapai masalh dalam mempersiapkanpelayananya. Untuk

itu,diperlukan program pemasaran jasa yang sangan cermat agar permintaan

terhadap jasa pendidkan selalu stabil.

D. Formasi Skill

Dalam meningkatkan skill yang dimiliki oleh siswa sekolah kejuruan, perlu

dipersiapkan kerampilan yang menunjang pada bidang yang sesuai. Agar adanya

singkronisasi kemampuan yang dimilikinya saat mereka masuk kedalam dunia kerja baik di

DU/DI. Oleh karena itu perlu dirancang pengembangan kurikulum pada sekolah tersebut.

Agar selarasnya skill yang dimiliki oleh siswa sekolah kejuruan dengan kebutuhan

DU/DI, maka Komite Mutu Pendidikan dalam pengembangan kurikulum harus :

memfasilitasi kolaborasi antar sekolah pemerintah dan swasta dan sistem sekolah

dalam kurikulum pengembangan dan berbagi informasi; dan

membantu dalam mengurangi perbedaan yang tidak perlu dalam kurikulum

antara negara bagian dan teritori. (Francis, 1991)

Perusahaan ini terlibat dalam program-program substantif dalam kurikulum, informasi

dan penerbitan didukung oleh bisnis dan administrasi infrastruktur. Ini menekankan

kolaborasi dengan sistem pendidikan dan interaksi dengan organisasi dan kelompok

kepentingan dalam pengembangan program, bahan dan jasa.

1. PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik

bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan salah satu

institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana

yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan

adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi

dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di

Exhibit 1-3 Laporan QERC di SBCD

Telah terjadi pola pengembangan devolusi di sekolah

dalam peningkatan tanggung jawab atas pengambilan keputusan kurikulum, ini sebagian

pengakuan meningkat ol di tingkat guru ol pendidikan dan sebagian ekspresi

dari pandangan bahwa peningkatan keragaman antar sekolah memungkinkan mereka lebih baik

mengakomodasi latar belakang dan minat siswa mereka. pada

sisi lain tidak semua guru memiliki kemampuan atau keinginan lo berasumsi

tanggung jawab untuk pengembangan kurikulum rinci tersebut dan ada beberapa

bukti ol pembalikan dari kecenderungan SBCD.

pasar industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang memadai.

1. PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat

berkompetensi di DUDI.

Pendidikan  sistem  ganda  (PSG)  adalah  konsep  belajar  dan  bekerja  dimana

pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi

untuk proses yang berhubungan dengan bekerja.  Perusahaan bersedia  bekerja  sama  dalam 

program  PSG  ini  dikarenakan  ada  beberapa  alasan  dan keuntungan  yaitu  dengan 

memberikan  training  maka  keberadaanya  dinyatakan  sebagai lembaga  yang  mmeberikan 

pertimbangan  untuk  penawaran  pelatihan  yang  dapat langsung dinikmati oleh perusahaan

dengan mengajak beberapa praktisi secara  langsung dapat memperoleh hasil dari perusahaan.

2. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum

Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik  dalam pencapaian

kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta didik

dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Hal ini merupakan suatu  yang pro kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak

sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada

peserta didik dalam menentukan  menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke

pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya, penataan

pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran

umum.

Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran

umum cenderung lebih banyak dari jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang

berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh

karena itu, sebaiknya pendidikan kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang

tujuan utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap  bekerja yang memiliki

keahlian khusus di bidang tertentu. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta

maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih

besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya

memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan

pendidikan umum.

Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang

sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun

pengembangan karir peserta didik.

3. PTK didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan dan

pertumbuhan ekonomi  nasional

Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan/life

skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu memperoleh pekerjaan

pada industry atau mendirikan usaha mandiri untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil

yang dicetak oleh SMK  merupakan investasi besar dalam mengembangkan perekonomian

bangsa. Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di

Indonesia pada tahun 90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik, dibanding Indonesia.

Cukup jauh. Apa gerangan yang menyebabkannya? Bila dipelajari, salah satu kebijakan

pemerintahan China yang mendukung perkembangan industri di China adalah adanya

pengembangan Vocational School yang disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal

bakal industri-industri rumahan. Vocational School dberikani support penuh oleh Pemerintah

China agar berkembang menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang ada diminta

berpartner dengan Vocational School Industri. SDM nya terdiri dari peserta didik2 yang

dilatih dengan real praktek (learning by doing) dan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.

Sehingga berjalan dengan waktu, China yang semula mempunya produk2 yang

dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik (ini dikarenakan merupakan hasil produksi

yang baru mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring dengan waktu adanya improvement

yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk dengan kualitas nomor 1.

Sekarang China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri produk dari

sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman, amerika dll dari

mulai otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat oleh di china yang

notabene merupakan hasil dari pengembangan vocational school industri yang didukung

pemerintah dan industrinya.

4. PTK seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi dan kecepatan

mendapatkan pekerjaan

Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat

dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan

kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah

semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada

pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang

tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.

Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang

sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun

pengembangan karir peserta didik. Relevansi sekolah kejuruan adalah seberapa besar

lulusannya dibutuhlkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Sekolah kejuruan harus benar –

benar dievaluasi seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan terhadap dunia

kerjadan terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis dengan dunia

industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia industri  dengan cepat sesuai

dengan bidang keahliannya.

5. PTK hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungannya

Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya pemerintah

daerah dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa keunggulan daerahnya.

Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka dibangun kompetensi sumber daya

manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah

fokus pada pembangunan Kompetensi keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah

yang terkenal sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang

berbasis kerajinan furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun

komptensi keahlian emas dan kayu.

Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan berbeda antara satu

daerah dengan daerah lainnya. Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran

untuk membangun infra struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau

mengundang investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita

arahkan untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi. tanpa adanya

“link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala peralatan, gedung dan

investasi menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala

peralatannya yang canggih tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang

dapat menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi unggulan

daerah.

Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga diberikan kepada lembaga

pelatihan industri yang sudah terbukti berhasil, misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang

trampil dibidang otomotif, tidak perlu membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan

dana tersebut misalnya kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan

otomotifnya. Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic

Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama ini hanya

untuk melayani kebutuhan internal.

6. PTK di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja

pemula

Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match”

antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun

besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem

pendidikannya. Jepang saja sebagai negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match”

dalam penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi

pencari kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang di

industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai,

maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.

7. PTK adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian nasional.

Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia

produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan

nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan

pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan

umum. Penyiapan manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia  semata mata

sebagai factor produksi karena pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran sebagai

warga ne gara  yang baik dan bertanggung jawab  serta produktif.  Semakin tinggi kwalitas

pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin produktif orang tersebut, sehingga dapat

meningkatkan produktivitas nasional dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar

global.

E. Hubungan Industri

Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja.

Keunggulan industri suatu bangsa, sangat ditentukan oleh kualitas tenaga terampil

yang terlibat langsung dalam proses produksi, tenaga kerja yang berada di “front-line”.

Karena itu, mutu tenaga kerja pada bagian ini harus ditingkatkan. Alasan pentingnya tenaga

terampil yaitu: (a) Tenaga kerja terampil memegang peranan penting dalam menentukan

tingkat mutu dan biaya produksi; (b) Tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu negara; (c) Tenaga kerja terampil merupakan

faktor keunggulan menghadapi persaingan global; (d) Penerapan teknologi agar berperan

menjadi faktor keunggulan tergantung tenaga kerja terampil yang menguasai dan mampu

mengaplikasikannya; (e) Orang yang memiliki keterampilan memiliki peluang tinggi untuk

bekerja dan produktif. Semakin banyak warga suatu bangsa yang terampil dan produktif

maka semakin kuat kemampuan ekonomi negara tersebut; (f) Semakin banyak warga suatu

bangsa yang tidak terampil, maka semakin tinggi kemungkinan pengangguran yang akan

menjadi beban ekonomi Negara. 

Struktur ketenaga kerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana kebutuhan

tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Pendidikan kejuruan adalah

pendidikan yang berfungsi menghasilkan tenaga kerja terampil pada tingkat menengah. 

Didasarkan atas kebutuhan dunia kerja 

Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan Sumber

Daya Manusia SMK yang diperkenalkan pada tahun 1993/1994 adalah pendidikan Link and

Match, yaitu pendidikan SMK harus bersifat link and match dengan kebutuhan baik itu

kebutuhan peserta didik maupun kebutuhan masyarakat dengan harapan akan tercipta

kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat tersebut. Inti dari konsep link and match yaitu: (a) adanya keterkaitan

antara program pendidikan yang diberikan di sekolah dengan kebutuhan masyarakat secara

luas, dan (b) adanya kesesuaian atau kecocokan antara program dan produk pendidikan di

sekolah dengan kebutuhan masyarakat (Djojonegoro, 1998, di dalam fajar hendro). Sehingga

lulusan sekolah menengah kejuruan benar- benar dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena

itu pengembangan kurikulumnya harus memperhatikan perkembangan dunia industri. 

Prinsip Penyelenggaraan PTK antara lain:

1. PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan

kerja. 

Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia

industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya

bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar

yang hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi

langsung dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja

sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka

diperlukan biaya yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan

dapat melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama

dengan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini. Misalnya menerima peserta

didik 1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri karena

tidak tersedianya alat dan bahan di sekolah, 2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu

peserta didik belajar di industri dan di sekolah, dan 3. Prakerin yaitu kegiatan

belajar/praktek peserta didik yang murni dilakukan sepenuhnya di industri. 

2. PTK akan efektif Jika diberikan tugas dengan cara, alat dan tempat kerja seperti di

dunia industri

Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan selalu

mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik. Prasarana dan

sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah

dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan

dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional,

oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar

dalam implementasinya tidak salah arah. 

3. PTK efektif jika latihan dapat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfikir dengan

benar. 

Menurut Brooks&Broks , 2001 dalam john,2008 dalam dedy: 2010 bahwa dalam

pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan

tertapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan

pengetahuan, merenung dan berfikir secara kritis. Dalam kegiatan belajar mengajar,

seorang guru merupakan fasilitator serta harus senantiasa memberi bimbingan motivasi

kepada anak untuk selalu menjadi orang yang baik dalam hal ini mencakup tiga hal

pokok yaitu, baik dalam pendidikan yaitu menguasai pengetahuan, keterampilan(skill),

baik dalam kehidupan social yaitu senantiasa berfikir maju, jujur, berdisiplin tinggi, serta

baik terhadap sang maha pencipta yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha

esa sehingga segala sesuatu yang ia lakukan senantiasa berlandaskan pada etika dan dan

agama yang akan memlahirkan sutu perbuatan/tindakan/ sikap yang baik dan benar. 

4. PTK akan efektif jika gurunya memiliki pengalaman dalam menerapkan keterampilan

dan pengetahuan pada orasi kerja yang riil.

Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan merupakan salah satu hal yang fundamental

untuk memperoleh kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Para tenaga pendidik

kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan). Selain itu,

mereka juga harus memiliki pengalaman mengajar dan pengatahuan tentang dunia kerja

serta memiliki keahlian di bidangnya. 

Dengan memahami dari konsep Pedagogik Kejuruan para Guru (mampu mendesain

strategi pembelajaran berlandaskan kurikulum yang telah disempurnakan bersama-sama

pemerintah dan industry. Kemampuan Pedagogik bukan hanya suatu konsep yang

diterapkan secara teoritis tetapi juga menggunakan dan mengembangkannya melalui

pembelajaran yang dilakukan di bengkel/ lab. Sehingga para peserta didik tetap

dikendalikan dengan konsep Pedagogik yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa

dari suatu jenis pekerjaan. Sehingga dalam proses belajar mengajar, peserta didik seakan

merasa bahwa mereka berada dalam lingkungan industry yang nyata. 

5. PTK harus memperhatikan permintaan pasar

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai

dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi

dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam

proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada peserta didik pentingnya penguasaan

pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan

pentingnya keinginan sukses dalam kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah

pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja.

Orientasi berdasarkan permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan

kurikulum yang mempertimbangan perkembangan dunia industri. 

6. PTK dilaksanakan dengan metode berbasis realitas (work based learning) 

Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses

pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang terencana dari

pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji.

WBL secara ekspresif menggabungkan antara pengetahuan teori dengan pengetahuan

praktik, WBL percaya bahwa tempat kerja menawarkan kesempatan yang banyak untuk

belajar seperti di ruang kelas. Sistem magang merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam

sistem ini peserta didik belajar dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan

imitasi perilaku dan cara kerjanya dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman

spesifik. 

7. PTK akan efektif dengan administrasi dan pengelolaannya fleksibel dan berbasis

kebutuhan 

Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan

kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.

Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan

sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang

dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat

dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja

tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas.

Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”. 

Jadi apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka

program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak

dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup

dahulu untuk menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh

masyarakat, maka program keahlian tersebut bisa dibuka kembali. 

8. Membutuhkan biaya yang besar tetapi kalau tidak terpenuhi, sebaiknya tidak

dipaksakan 

Sebesar-besarnya anggaran yang ada tentu tidak dapat memenuhi semua perkembangan

kebutuhan sarana prasarana SMK yang mengikuti pertumbuhan jumlah peserta didik

SMKnya. untuk mempercepat penetrasi pemerataan ke setiap SMK yang muncul, perlu

inovasi bagaimana dapat menciptakan sarana prasaran yang murah. Karena pemerintah

belum sepenuhnya mampu memberikan fasilitas yang lengkap sesuai yang ada di dunia

industri, maka kerjasama antara dunia industri dan dunia SMK menjadi salah satu

jawaban, dimana terdapat sharing resources untuk beberapa keperluan yang selama ini

berjalan masing2. Sehingga ada efisiensi biaya produksi dan pemasaran yang “cukup

sangat signifikan sekali”. 

Oleh karena itu harus ada kerjasama “seluas-luasnya, kepada semua institusi terkait,

Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk bersama-sama menciptakan perekonomian

indonesia yang lebih baik, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat indonesia melalui

Pengembangan Industri berbasis SMK. Hal ini dapat saling membantu antara pendidikan

dengan kebutuhan dunia industri. 

9. PTK akan efektif bila digunakan guru outsourcing yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman tertentu 

Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu, ia dituntut

untuk mengenal tempat bekerjanya itu. Pemahaman tentang apa yang terjadi sekolah

akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola langsung

proses belajar mengajar. Tenaga pendidik dan laboran di SMK harus benar – benar

mempunyai keahlian baik teori maupun praktek serta selalu dapat mengikuti

perkembangan pendidikan serta teknologi dan merupakan tenaga perdidik yang

bersertifikat. menggunakan guru outsourcing yang benar benar menguasai seluk beluk

pekerjaan, alat, bahan dan lingkungan dunia industri akan memberikan pemahaman

konsep terhadap peserta didik tentang apa yang akan mereka lakukan ketika sampai di

industri sehingga peserta didik betul betul telah siap bekerjja. Hal ini akan memberikan

penghematan terhadap industri karena dapat mengurangi biaya dan tenaga dalam

melakukan training terhadap tenaga kerja baru.

Adapun Karakteristik Pendidikan Kejuruan antara lain :

1. Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja.

Keunggulan industri suatu bangsa, sangat ditentukan oleh kualitas tenaga terampil yang

terlibat langsung dalam proses produksi, tenaga kerja yang berada di “front-line”. Karena

itu, mutu tenaga kerja pada bagian ini harus ditingkatkan. Alasan pentingnya tenaga

terampil yaitu: (a) Tenaga kerja terampil memegang peranan penting dalam menentukan

tingkat mutu dan biaya produksi; (b) Tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu negara; (c) Tenaga kerja terampil

merupakan faktor keunggulan menghadapi persaingan global; (d) Penerapan teknologi

agar berperan menjadi faktor keunggulan tergantung tenaga kerja terampil yang

menguasai dan mampu mengaplikasikannya; (e) Orang yang memiliki keterampilan

memiliki peluang tinggi untuk bekerja dan produktif. Semakin banyak warga suatu

bangsa yang terampil dan produktif maka semakin kuat kemampuan ekonomi negara

tersebut; (f) Semakin banyak warga suatu bangsa yang tidak terampil, maka semakin

tinggi kemungkinan pengangguran yang akan menjadi beban ekonomi Negara. 

Struktur ketenaga kerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana kebutuhan

tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Pendidikan kejuruan adalah

pendidikan yang berfungsi menghasilkan tenaga kerja terampil pada tingkat menengah. 

2. Didasarkan atas kebutuhan dunia kerja 

Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan

Sumber Daya Manusia SMK yang diperkenalkan pada tahun 1993/1994 adalah

pendidikan Link and Match, yaitu pendidikan SMK harus bersifat link and match dengan

kebutuhan baik itu kebutuhan peserta didik maupun kebutuhan masyarakat dengan

harapan akan tercipta kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan

masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Inti dari konsep link

and match yaitu: (a) adanya keterkaitan antara program pendidikan yang diberikan di

sekolah dengan kebutuhan masyarakat secara luas, dan (b) adanya kesesuaian atau

kecocokan antara program dan produk pendidikan di sekolah dengan kebutuhan

masyarakat (Djojonegoro, 1998, di dalam fajar hendro). Sehingga lulusan sekolah

menengah kejuruan benar- benar dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena itu

pengembangan kurikulumnya harus memperhatikan perkembangan dunia industri. 

Focus pada penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta memahami nilai- nilai

1. Penilaian berbasis hand on / performa di dunia kerja

Pendidikan kejuruan yang senantiasa berorientasi ke dunia kerja dapat dilihat Kriteria

keberhasilan lulusannya yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria

pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi persyaratan

kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang

kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di

dunia kerja yang sebenarnya. 

2.  Hubungan dengan dunia kerja adalah kunci PTK

 

Erat kaitannya dengan mahalnya penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan,

dan tingginya tuntutan dan relevansi dengan dunia kerja/ industri, maka hubungan

kerjasama antara dunia pendidikan dengan industri merupakan ciri karakteristik yang

penting bagi pendidikan kejuruan. 

Sistem pendidikan di jerman, Bersama-sama antara Pemerintah dan Industri

menyusun dan mendesain kerangka pendidikan kejuruan dan demikian juga pelatihan.

Kerjasama dapat mencakup pembiayaan dan pengembangan kurikulum dan

implementasinya, serta bersama-sama melaksanakan assessment proses dan lulusan

pendidikan kejuruan itu. Demikian juga dilakukan sebuah kesepakatan tentang

sertifikasi kompetensi yang mencerminkan harapan kualitas lulusan dengan tuntutan

kompetensi sesuai standar yang berlaku di Industri.

Chaloun dan finch dalam (tim pengembang pend FIP UPI) 2007: 387 “Vocational

education is planed and conducted in close cooperation wwith business and industry”.

Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia kerja menampung peserta

didik unrtuk mendapat kesempatan mendapatlkan pengalaman belajar di lapangan

kerja/ industry, informasi kecenderungan ketenagakerjaan yang merupakan bahan

untuk dijabarkan kedalam perencanaan dan implementasi program pendidikan dan

bentuk kerjasama lainnya yang saling menguntungkan.

Responsif dan antisispatif terhadap perkembangan teknologi 

Learning by doing and hands on by experience 

Fasilitas mutakhir dan up to date 

Kebijakan dan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah merupakan arahan

yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, sehingga

pengembangan program keahlian di SMK dapat disesuaikan dengan tuntutan DUDI

bukan berdasarkan minat sesaat dari peserta didik tanpa memperdulikan mutu dan

kualitas lulusan SMK. 

Pendidikan kejuruan mahal karena membutuhkan peralatan mutakhir dan up to date

yang akan mendukung proses belajar peserta didik melalui praktik di sekolah. 

Sebagian besar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kurang mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan / perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang tidak mudah dilatih kembali atas kekurangannya. Betapa tidak,

peralatan yang dipergunakan untuk praktek di sekolah merupakan peralatan yang

sudah sangat tua dan kuno serta sudah tak digunakan lagi di industri. Sangat berbeda

dengan peralatan yang canggih yang kini tersedia di industry, sehingga untuk

mengoperasikan peralatan di industry, memerlukan pengetahuan dan teknik tersendiri

yang membutuhkan waktu tidak sedikit. Peralatan praktek yang sudah tua sudah

semestinya diganti dengan peralatan baru yang sesuai perkembangan iptek dan

perkembangan di dunia industri, tetapi untuk melakukan semua itu tidaklah semudah

membalikkan telapak tangan. Semua itu membutuhkan biaya yang tidaklah sedikit.

Contohnya Mesin offset untuk jurusan kegrafikaan, untuk mengganti mesin offset

harus menyediakan uang hampir atau bahkan ratusan juta rupiah, itupun baru

peralatan yang bekas. 

3. Biaya investasi dan operasional yang besar 

Sekolah menengah kejuruan dibangun untuk mengnhasilkan lulusan yang kompeten

dan siap kerja. Untuk itu, membutuhkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan

dengan sekolah umum. Betapa tidak, sekolah smk harus menggunakan peralatan

mutakhir yang mahal serta membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Sekolah

menengah kejuruan yang tidak memperhatikan ha l tersebut akan tergilas dengan

kemajuan teknologi dan perkembangan dunia industri. 

Hasil dari dunia pendidikan berupa lulusan SMK atau Politeknik yang memang

dipersiapkan untuk segera memasuki dunia kerja masih jauh dari harapan. Ada

beberapa sekolah kejuruan atau politeknik yang lulusannya langsung dapat masuk

kepasar kerja. Mereka mempunyai peralatan latihan kerja yang memadai, biasanya

merupakan proyek percontohan atau bekerjasama dengan industri tertentu. Sekolah

kejuruan dan politeknik yang berjalan tanpa menyediakan peralatan latihan kerja yang

memadai, akan ketinggalan teknologi dan lulusannnya masih harus dibekali dengan

ketrampilan untuk dapat memenuhi standard industri. 

Asumsi Penyelenggaraan PTK

Adapun Asumsi dalam penyelenggaraan PTK antara lain :

1. PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable.

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik

bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan

salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan

lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri.

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai

dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat

mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar industri, maka perlu

pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan industri,

yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang memadai. 

2. PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat

berkompetensi di dunia industri.

Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana pelatihan

pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi untuk

proses yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan bersedia bekerja sama dalam

program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan keuntungan yaitu dengan

memberikan training maka keberadaanya dinyatakan sebagai lembaga yang

mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung dinikmati

oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat

memperoleh hasil dari perusahaan. 

3. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum 

Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian

kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta

didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima

dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan

memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan,

apakah akan melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja.

Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara

pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan

tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam

pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK

dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya

pendidikan kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan

utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki

keahlian khusus di bidang tertentu. 

Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah

semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada

pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki

peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan

umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan

dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas

pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik. 

F. Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan

Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan kejuruan

tidak terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan kejuruan seara umum

adalah untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja dengan dibekali

kompetensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.Untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan tersebut, diterjemahkan dalam kurikulum yang dikembangkan sesuai karakteristik

pendidikan kejuruan.

Perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan didasarkan pada

landasan konseptual yaitu: landasan filosofis, yuridis, sosiologi, dan psikologi. Dari keempat

konsep model pengembangan kurikulum pembelajaran dan memperhatikan karakteristik

pendidikan kejuruan, maka konsep model pembelajaran pendidikan kejuruan disajikan dalam

bagan berikut :

1. Kurikulum Pembelajaran Berorientasi Tenaga Kerja

Dari bagan tersebut, model pengembangan kurikum pembelajaran vokasi (pendidikan

kejuruan) dapat dijelaskan sebagai berikut (1) untuk merumuskan tujuan umum

pendidikan kejuruan yang memiliki karakteristik kurikulum pendidikan kejuruan

bersumber dari Siswa, Masyarakat DU/DI, dan Keilmuan sesuai dengan bidang yang

dikembangkan, (2) Hasil analisis data dari ketiga sumber tersebut sebagai dasar dalam

merumuskan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pendidikan kejuruan, (3) Rumusan

tujuan yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya disaring berdasarkan landasan filosofi

dan psikologi yang telah dirumuskan yang sesuai dengan pendidikan kejuruan, (4)

Hasil dari penyaringan tujuan umum oleh landasan filosofi danpsikologi, merupakan

rumusan tujuan khusus pembelajaran yang menjadi dasar untuk melakukan pemilihan

pengalaman belajar, organisasi, dan orientasi pembelajaran (tahap implementasi

kurikulum), (5) Tahap akhir dari model tersebut adalah evaluasi proses yang

digunakan sebagai balikan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan sebagai

evaluasi hasil belajar siswa untuk menentukan masing-masing bidang, (6) Evaluasi

secara keseluruhan terhadap kurikulum yang diimplementasikan diperlukan untuk

mengetahui keberhasilan kurikulum dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, hal

tersebut dapat diukur dari keberhasilan peserta didik (lulusan) yang diserap oleh dunia

kerja (outcome).

Kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang

dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

adalah Link and Match, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya

dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa

prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link and

Matchdiantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Pembaharuan model penyelenggaraan pendidikan di SMK dimulai sejak dilaksanakan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) tahun 1994, dan dilengkapi dengan sejumlah

perangkat pelaksanaannya. Dalam perkembangan selanjutnnya, pelaksanaan PSG

lebih dimantapkan lagi dengan menggunakan acuan yang lebih mendasar yaitu yang

tertulis dalam buku “Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global” yang disusun

oleh Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Kemudian, penyelenggaraan PSG

dibakukan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor

323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah

Kejuruan tanggal 31 Desember 1997, yang memuat komponen-komponen yang

diperlukan dalam penyelenggaraan PSG. Inti dari PSG ini adalah upaya untuk

mendekatkan pendidikan kejuruan ke dunia usaha/industri.

PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian

profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di

sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja

langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional

tertentu. Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta

didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap

dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di tingkat SMK, masyarakat dan dunia

usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut.

Pada PSG program pendidikan direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama

secara terpadu antara sekolah kejuruan dengan institusi pasangannya, sehingga fungsi

operasional dilapangan dilaksanakan bersama antara kepala sekolah, guru, instruktur

dan manager terkait, untuk itu perlu diciptakan adanya keterpaduan peran dan fungsi

guru serta instruktur sebagai pelaku pendidikan yang terlibat langsung dalam

pelaksanaa PSG dilapangan secara kondusif.

Dalam upaya merealisasikan kebijakan link and match melalui pelaksanaan PSG,

selain diperlukan guru SMK yang profesional diperlukan instruktur yang mewakili

dunia usaha/industri yang profesional pula. Instruktur dalam PSG memiliki fungsi dan

peranan yang sangat penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan peserta

PSG. Sehingga salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan

PSG adalah guru dan instruktur, oleh sebab itu baik guru maupun instruktur dituntut

memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan peran dan fungsinya

masing-masing dalam PSG.

Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “prakerin” merupakan bagian dari

program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di Dunia

Kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di SMK yaitu

Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program prakerin disusun bersama antara sekolah

dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai

kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK.

Tujuan Prakerin yaitu :

a. Pemenuhan Kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum.

Penguasaan kompetensi dengan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh

fasilitas pembelajaran yang tersedia. Jika ketersediaan fasilitas terbatas, sekolah

perlu merancang pembelajaran kompetensi di luar sekolah (dunia kerja mitra).

Keterlaksanaan pembelajaran kompetensi tersebut bukan diserahkan sepenuhnya ke

dunia kerja, tetapi sekolah perlu memberi arahan tentang apa yang seharusnya

dibelajarkan kepada peserta didik.

b. Implementasi Kompetensi ke dalam dunia kerja.

Kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik, melalui latihan dan

praktik di sekolah perlu diimplementasikan secara nyata sehingga tumbuh kesadaran

bahwa apa yang sudah dimilikinya berguna bagi dirinya dan orang lain. Dengan

begitu peserta didik akan lebih percaya diri karena orang lain dapat memahami apa

yang dipahaminya dan pengetahuannya diterima oleh masyarakat.

c. Penumbuhan etos kerja/Pengalaman kerja.

SMK sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menghantarkan

tamatannya ke dunia kerja perlu memperkenalkan lebih dini lingkungan sosial yang

berlaku di dunia kerja. Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan dunia kerja dan

terlibat langsung di dalamnya, diharapkan dapat membangun sikap kerja dan

kepribadian yang utuh sebagai pekerja.

Prinsip Penyelenggaraan PTK antara lain :

Pelaksanaan pendidikan kejuruan yang berbeda dengan pendidikan umum memiliki prinsip

dalam penyelenggaraannya antara lain :

a. PTK akan efektif  jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di

lingkungan kerja.

Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia

industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya

bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman

belajar yang hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik 

berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan

keterampilan kerja sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai

lingkungan kerja, maka diperlukan biaya yang besar sehingga kami yakin bahwa

tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal tersebut karena masalah

pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat diperlukan untuk

mewujudkan hal ini. Misalnya menerima peserta didik

b. PTK akan efektif  Jika diberikan tugas dengan cara, alat dan tempat kerja seperti

di dudi.

Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan

selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta

didik.Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi

tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen

prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan pendidikan yang

sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan

pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya

tidak salah arah.

c. PTK  efektif  jika latihan dapat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan

berfikir dengan benar.

Menurut Brooks&Broks , 2001 dalam john,2008 dalam dedy: 2010 bahwa dalam

pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak,

akan tertapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka,

menemukan pengetahuan, merenung dan berfikir secara kritis. Dalam kegiatan

belajar mengajar, seorang guru merupakan fasilitator serta harus senantiasa memberi

bimbingan motivasi kepada anak untuk selalu menjadi orang yang baik dalam hal ini

mencakup tiga hal pokok yaitu, baik dalam pendidikan yaitu menguasai

pengetahuan, keterampilan(skill), baik dalam kehidupan social yaitu senantiasa

berfikir maju, jujur, berdisiplin tinggi, serta baik terhadap sang maha pencipta yaitu 

beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa sehingga segala sesuatu yang ia

lakukan senantiasa berlandaskan pada etika dan dan agama yang akan memlahirkan

sutu perbuatan/tindakan/ sikap yang baik dan benar.

d. PTK akan efektif  jika gurunya memiliki pengalaman dalam menerapkan

keterampilan dan pengetahuan pada orasi kerja yang riil

Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan merupakan salah satu hal yang fundamental

untuk memperoleh kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Para tenaga pendidik

kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan). Selain itu,

mereka juga harus memiliki pengalaman mengajar dan pengatahuan tentang dunia

kerja serta memiliki keahlian di bidangnya. Dengan memahami dari konsep

Pedagogik Kejuruan para Guru (mampu mendesain strategi pembelajaran

berlandaskan kurikulum yang telah disempurnakan bersama-sama pemerintah dan

industry. Kemampuan  Pedagogik bukan hanya suatu konsep yang diterapkan secara

teoritis tetapi juga menggunakan dan mengembangkannya melalui pembelajaran

yang dilakukan di bengkel/ lab. Sehingga para peserta didik tetap dikendalikan

dengan konsep Pedagogik yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa dari suatu

jenis pekerjaan. Sehingga dalam proses belajar mengajar, peserta didik seakan

merasa bahwa mereka berada dalam lingkungan industry yang nyata.

e. PTK harus memperhatikan  permintaan pasar

Sekolah  Menengah  Kejuruan  (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan

nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan

pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu

mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan

perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada

peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan

bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam

kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan

kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja. Orientasi berdasarkan

permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum yang

mempertimbangan perkembangan dunia industri.

f. PTK dilaksanakan dengan metode berbasis  realitas (work based learning)

Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana

proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang

terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja

yang mendapatkan gaji. WBL secara ekspresif menggabungkan antara pengetahuan

teori dengan pengetahuan praktik, WBL percaya bahwa tempat kerja menawarkan

kesempatan yang banyak untuk belajar seperti di ruang kelas. Sistem magang

merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam sistem ini peserta didik belajar dengan

seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasi perilaku dan cara kerjanya

dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik.

g.  PTK akan efektif  dengan administrasi dan pengelolaannya  fleksibel dan

berbasis kebutuhan

Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat  tergantung pada

tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah

setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat

tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi

SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara

teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja

di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya

kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan

pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”. Jadi apabila  program  keahlian 

tertentu  dibutuhkan  oleh  industri,  maka  perlu  dibuka program  keahlian  baru 

dan  jika  lulusan  dari  program  keahlian  tersebut  sudah  tidak dibutuhkan oleh

masyarakat industry maka program keahlian  tesebut perlu ditutup dahulu untuk

menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh

masyarakat, maka program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.

h. Membutuhkan biaya yang besar  tetapi kalau tidak terpenuhi, sebaiknya tidak

dipaksakan

Sebesar-besarnya anggaran yang ada tentu tidak dapat memenuhi semua

perkembangan kebutuhan sarana prasarana SMK yang mengikuti pertumbuhan

jumlah peserta didik SMKnya. untuk mempercepat penetrasi pemerataan ke setiap

SMK yang muncul, perlu inovasi bagaimana dapat menciptakan sarana prasaran

yang murah. Karena pemerintah belum sepenuhnya mampu memberikan fasilitas

yang lengkap sesuai yang ada di dunia industri, maka kerjasama antara dunia

industri dan dunia SMK menjadi salah satu jawaban, dimana terdapat sharing

resources untuk beberapa keperluan yang selama ini berjalan masing2. Sehingga ada

efisiensi biaya produksi dan pemasaran yang “cukup sangat signifikan sekali”.

Oleh karena itu harus ada kerjasama “seluas-luasnya, kepada semua institusi terkait,

Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk bersama-sama menciptakan perekonomian

indonesia yang lebih baik, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat indonesia

melalui Pengembangan Industri berbasis SMK. Hal ini dapat saling membantu

antara pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.

i. PTK akan efektif  bila digunakan guru outsourcing yang memiliki pengetahuan

dan pengalaman tertentu

Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu, ia

dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya itu. Pemahaman tentang apa yang terjadi

sekolah akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola

langsung proses belajar mengajar. Tenaga  pendidik  dan  laboran  di  SMK  harus 

benar  –  benar mempunyai  keahlian baik  teori maupun praktek  serta  selalu dapat

mengikuti perkembangan pendidikan  serta  teknologi dan merupakan tenaga

perdidik yang bersertifikat. menggunakan guru outsourcing yang benar benar

menguasai seluk beluk pekerjaan, alat, bahan dan lingkungan dunia industri akan

memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik tentang apa yang akan

mereka lakukan ketika sampai di industri sehingga peserta didik betul betul telah

siap bekerjja. Hal ini akan memberikan penghematan terhadap industri karena dapat

mengurangi biaya dan tenaga dalam melakukan training  terhadap tenaga kerja baru.