A. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi
tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk
dalam selhidup untuk diproduksi. Untuk menyebabkan penyakit virus harus memasuki
inang,mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan
sel.Banyak yang belum diketahui tentang proses ini pada beberapa infeksi virus, tetapi
studi-studi genetika dan biokimia mungkin sekali akan menuntun pada pengertian
pathogenesisvirus pada level molekuler. Pengertian seperti itu penting untuk mendisain
strategi antivirus yang benar – benar efektif dan spesifik
B. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri
bias masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda
matilainnya. Infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi hingga
mekanismetimbulnya tanda dan gejala penyakit. Cirri-ciri bakteri pathogen yaitu
kemampuan untuk menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel inang dan
jaringan, mampu untuk meracuni, dan mampu untuk menghindar dari system kekebalan
inang. Beberapa gejalaatau asimptomatik. Penyakit terjadi jika bacteria atau reaksi
imunologi yang ditimbulkannya menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang.
C. Jamur
Berbagai jamur menyerang kulit. Biasanya jamur hidup di lapisan keratin
bagian atas dan menyebar ke luar pada cincin dermatitis eritematosa bersisik yang sering
disebut ringworm. Pada bagian lainnya paparan lesi tampak berbeda: di antara jari kaki
terlihat seperti kaki atlet dan di lipat paha seperti tinea kruris. Organisme yang
menyebabkan infeksi ini bermacam-macam tetapi yang paling sering adalah berbagai jenis
spesies Trikofiton. Spesies Pitirosporum menyebabkan berbagai infeksi jamur superficial
pada kulit yang paling sering ialah tinea versikolor yang perubahan pigmen sangat khas.
Jenis organisme lain yang berbeda yaitu, Kandida, berupa ragi. Ia menyebabkan gangguan jamur
lainnya, terutama pada daerah mukosa dan daerah sekitarnya. Infeksi inimenimbulkan
keadaan klinis yang disebut thrush yang sering ditemukan pada mulut bayi dan vagina.
Apabila infeksi menyebar ke kulit sekitarnya akan timbul erupsi bula yangterasa nyeri
dan tidak segera dapat diketahui sebagai rash akibat fungi. Walaupun jarang,kandidia
dapat mengenai kuku; yang akan menimbulkan deformitas yang sangat sulituntuk
disembuhkan.
Infeksi jamur jarang dibiopsi karena biasanya didiagnosis secara klinis.
Gambaran histologynya sering menunjukkan sebagai gambaran yang sangat tidak
berbentuk padapewarnaan rutin. Jamur hanya akan terlihat apabila dilakukan pewarnaan yang
bereaksidengan dinding sel, seperti pewarnaan perak atau pewarnaan untuk polisakarida
netral. Dalam keadaan ini diagnosis ditegakkan hanya jika spesialis patologi diberi
keterangan mengenai riwayat klinis, disertai gambaran seluruh detail klinis yang penting
padaseluruh biopsy.Infeksi fungi yang dalam cenderung menimbulkan abses kronis, sering
disertaidestruksi berat. Sering ditemukan pada kondisi tropical tetapi sering juga terdapat
terutama sebagai infeksi oportunistik pada individu dengan immunosupresi.
Blastomikosis, aktinomikosis, dan nokardia sekarang dapat ditemukan diluar
daerahendemic tradisional biasanya akibat dari perjalanan orang luar atau imunosupresi.
Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini
tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur
superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua
yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi.
Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak
memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.
PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkatinfeksi,
patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan prosesperawatan yang tepat,
maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkanpenyakit. Perkembangan infeksi
mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yangdiberikan. Pada beberapa keadaan,
komponen-komponen baik respon spesifik maupunnonspesifik bisa gagal dan hal tersebut
mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan
oleh defisiensi dalam pertahanandari segi hospesnya disebut hospes yang melemah.
Sedangkan orang-orang dengankerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik
disebut hospes yangterimunosupres. Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan
pertahananhospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum
yangberkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik,
ruamkulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap
kankertertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala
pertama.Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 harib.
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan)sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh
danberkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh:demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan
dengansakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
Penyakit-Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus, Bakteri, dan Jamur
1. herpes Zoster
A. Definisi
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer.
B. Etiologi
Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air). Frekuensi meningkat
pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti leukemia dan
limfoma.
Cara penularan:
1. Kontak langsung dengan lesi aktif
2. Sekresi pernafasan.
Umur:
Dewasa lebih sering dibanding anak-anak.
Jenis kelamin : pria = wanita
Musim/iklim : tidak tergantung musim.
Reaktivasi virus varisela zoster
C. Patofisiologi
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kranalis kelainan
kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion
tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranalis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
D. Tanda dan Gejala
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria
dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing,
malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul
eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna
abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut
herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus
dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul
berlangsung kurang lebih 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai
pembesaran kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan
bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul
kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur
ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi
gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus
trigeminus atas nervus fasialis dan otikus.
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus.
Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga
menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan
oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis
otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus
vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan. Herpes zoster
abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya
berupa vesikel dan eritema. Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan
segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang
solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada
daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia
lebih dari 40 tahun.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak. Tzanck’s
smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung badan
inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks.
Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ.
F. Komplikasi
Pada usia lanjut lebih dari 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetik.
G. Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtonatik, untuk nyerinya diberikan analgetik, jika
disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Pada herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau
imunostimulator. Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita dengan defisiensi
imunitas.
Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus
sedini-dininya untuk mencegah terjadinya parasialis. Terapi seirng digabungkan dengan obat
antiviral untuk mencegah fibrosis ganglion.
Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder
bila erosit diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
Demam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal dan pegal, hipenestesi.
1. Data Obyektif
1. Eritema, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan
edema. Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-
abu) dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah,
dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan aleus dengan
penyembuhan berupa sikatrik.
2. Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar lympe regional. Lokalisasi penyakit
ini adalah unilateral dan bersifat dermafonal sesuai dengan tempat
persyarafan.
3. Paralitas otot muka
2. Data Penunjang
Pemeriksaan percobaan Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri s.d infeksi virus
2. Gangguan integritas kulit s.d vesikel yang mudah pecah
3. Cemas s.d adanya lesi pada wajah
4. Potensial terjadi penyebaran penyakit s.d infeksi virus
C. Rencana (Intervensi)
N
o
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa
nyaman nyeri s.d
infeksi virus,
ditandai dengan :
DS : pusing, nyeri
otot, tulang, pegal
DO: erupsi kulit
berupa papul
eritema, vseikel,
pustula, krusta
Tujuan :
Rasa nyaman
terpenuhi setelah
tindakan keperawatan
Kriteria hsil :
Rasa nyeri
berkurang/hilang
Klien bias istirahat
dengan cukup
Ekspresi wajah tenang
Kaji kualitas &
kuantitas nyeri
Kaji respon klien
terhadap nyeri
Jelaskan tentang
proses penyakitnya
Ajarkan teknik
distraksi dan
relaksasi
Hindari rangsangan
nyeri
Libatkan keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang
teraupeutik
Kolaborasi
pemberian
analgetik sesuai
program
2. Gangguan
integritas kulit s.d
vesikel yang
mudah pecah,
ditandai dengan :
DS : -
DO: kulit eritem
vesikel, krusta
pustula
Tujuan :
Integritas kulit tubuh
kembali dalam waktu
7-10 hari
Kriteria hasil :
Tidak ada lesi baru
Lesi lama mengalami
involusi
Kaji tingkat
kerusakan kulit
Jauhkan lesi dari
manipulasi dan
kontaminasi
Kelola tx topical
sesuai program
Berikan diet TKTP
3. Cemas s.d adanya
lesi pada wajah,
ditandai dengan :
DS : klien
menyatakan takut
wajahnya cacat
DO : tampak
khawatir lesi pada
wajah
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
cemas akan
hilang/berkurang
Kriteria hasil :
Pasien merasa yakin
penyakitnya akan
sembuh sempurna
Lesi tidak ada infeksi
sekunder
Kaji tingkat
kecemasan klien
Jalaskan tentang
penyakitnya dan
prosedur perawatan
Tingkatkan
hubungan
teraupeutik
Libatkan keluarga
untuk member
dukungan
4. Potensial terjadi
penyebaran
penyakit s.d infeksi
virus
Tujuan :
Setelah perawatan
tidak terjadi
penyebaran penyakit
Isolasikan klien
Gunakan teknik
aseptic dalam
perawatannya
Batasi pengunjung
dan minimalkan
kontak langsung
Jelaskan pada
klien/keluarga
proses
penularannya
Evaluasi
1. Keluhan nyeri berkurang.
2. Pasien memperoleh periode istirahat / tidur yang adekuat.
3. Kondisi integritas kulit dapat dipertahankan.
4. Tidak ada lesi yang pecah.
5. Kulit terlindungi dari bahan iritan.
6. Tidak ada tanda infeksi.
3. FOLIKULITIS
1. Pengertian
Folikulitis merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan
Staphylococcus aureus.
Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus aereus.
Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko meliputi truma pada kulit dan higiene buruk.
Folikulitis merupakan infeksi stapilococcus yang timbul dalam folikel rambut. Lesi
bisa bersifat superfisial atau dalam. Papula atau pustula yang tunggal atau multiple muncul
didekat folikel rambut. Folikulitis sering terlihat di daerah dagu pada laki-laki yang mencukur
jengggotnya dan pada tungkai wanita. Daerah lainnya adalah aksila, batang tubuh dan
bokong.
Pseudofolikulitis barbae (shaving bumps) merupakan reaksi inflamasi wajah pada
laki-laki berambut keriting yang terjadi karena pertumbuhan rambut kedalam yang menusuk
kulit dan memicu reaksi iritatif. Rambut yang keriting memiliki akar yang melengkung dan
tumbuh dengan sudut yang lebih lancip. Keadaan ini menjadi masalah yang umum dijumpai
diantara laki-laki Afroamerika kendati dapat pula terjadi pada etnik lainnya. Terapi awalnya
adalah dengan menghindari mencukur rambut dan membiarkan pertumbuhan rambut janggut.
Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, sikat rambut dapat digunakan pada wajah untuk
membebaskan rambut yang terperangkap itu secara mekanis. Bila pasien ingin
membersihkan wajahnya dari rambut, pemakaian krim perontok rambut dapat membantu.
2. Gambaran klinis
Pustul-pustul permukaan yang ditandai oleh kemerahan, nyeri dan pembengkakan.
3. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik.
4. Komplikasi
Dapat terbentuk bisul, juga disebut furunkel apabila folikel yang meradang pecah dan
menyebarkan bakteri ke dermis. Nyeri dan peradangan memburuk. Dapat terjadi pengeluaran
pus dan selulitis.
5. Penetalaksanaan
a) Air dan sabun serta antibiotik topikal.
b) Mungkin diperlukan kompres hangat dan insisi lesi.
c) Antibiotik sistemik.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Folikulitis, Furunkel, Dan Karbunkel
1. Pengkajian
a) Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka
pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakitnya.
b) Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis, menggaruk-
garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi makan tidak
dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
b) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan
cara menangani kelainan kulit
f) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
g) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Rencana Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Hasil yang diharapkan : pasien dapat mempertahankan integritas kulit
Rencana tindakan keperawatan
a. Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi
b. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali
Rasional :Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
c. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Rasional : Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan
kelainan primer
d. Kolaborasi dalam pemberian obat topical
Rasional : Mencegah atau mengontrol infeksi
b) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
Hasil yang diharapkan : nyeri terkontrol/teratasi
Rencana tindakan keperawatan :
a. Kaji skala nyeri
Rasional : Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi
b. Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri
Rasional : Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan
mekanisme koping
c. Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery
Rasional : Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa
control yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis
d. Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien
Rasional : Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali
perhatian
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Perubahan metode untuk penghilangan nyeri
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Hasil yang diharapkan : kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat tidur pasien
Rasional : Untuk mengetahui kualitas tidur pasien
b. Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur
malam hari
Rasional : Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi
c. Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur
Rasional : Memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilakukan pada sore hari
d. Anjurkan melakukan hal-hal ritual rutin menjelang tidur
Rasional : Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tidur
e. Kolaborasi pemberian obat antihistamin
Rasional : Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Hasil yang diharapkan : pengembangan peningkatan penerimaan diri
Rencana tindakan keperawatan :
a. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien
Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak
nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep
diri
b. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan dengan cara terbuka dan tidak
menghakimi untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami
c. Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan
mengenali diri serta mengatasi masalah.
Rasional : Menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi
d. Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain dan Bantu pasien kea rah penerimaan
diri
Rasional : Membantu dalam meningkatkan sosialisasi dan penerimaan diri
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan
cara menangani kelainan kulit
Hasil yang diharapkan : pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya,
pasien memahami tentang perawatan kulit.
Rencana tindakan keperawatan :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengetahi tingkat pemahaman pasien
b. Jaga agar pasien mendapat informasi yang benar, memperbaiki kesalahan informasi
Rasional : Pasien memiliki perasaan ada sesuatu yang mereka perbuat dan merasakan
manfaatnya
c. Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan
pengolesan cream atau lotion
Rasional : memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau lotion
untuk mencegah agar kulit tidak menjadi kasar, retak dan bersisik
d. Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan : obat topical
Rasional : Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara
yang tepat untuk melakukan terapi
f) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Hasil yang diharapkan : peningkatan suhu tubuh diatas rentang dermal
Rencana tindakan keperawatan :
a. Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
Rasional : Suhu 38,9-41oC menunjukkan proses infeksius
b. Berikan kompres hangat
Rasional : Membantu mengurangi demam
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Membantu mengurangi demam
d. Berikan antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
g) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Hasil yang diharapkan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Rencana tindakan keperawatan
a. Kaji status nutrisi secara kontinu
Rasional : Memberikan pilihan intervensi
b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan
Rasional : Memantau kecenderungan dalam penurunan/penambahan berat badan
c. Dokumentasikan pemasukan oral selama 24 jam
Rasional : Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan
masukan actual
d. Rujuk pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam identifikasi defisit nutrisi
Definisi
Radang folikel rambut, terutama disebabkan oleh S.aureus. Terdapat dua jenis yaitu
folikulitis superfisialis yaitu bila lesi hanya sampai di epidermis dan folikulitis profunda bila
lesi mencapai dermis.
Gambar. Folikulitis
Gejala
1. Ruam ( Kemerahan pada daerah kulit)
2. Pustula yang terletak di sekitar folikel rambut
3. Gatal di kulit
Tatalaksana
* Umum : Atasi faktor predisposisi
* Medik : Antibiotik, terutama topikal yang efektif terhadap stafilokokus misalnya
gentamisin atau neomisin sulfat 3-4 kali sehari selama 7-10 hari. Antibiotik sistemik
digunakan bila lesi berjumlah banyak dan pada pasien immunocompromissed,
digunakan dari golongan aminopenisilin (Amoksisilin dengan dosis dewasa 3x500
mg, anak kurang dari 10 tahun 3x125-250 mg, diminum sesudah makan, atau
ampisilin 4x500 mg, anak kurang dari 10 tahun dosisnya setengah dari dosis dewasa
diminum 30 menit sebelum makan) atau eritromisin dengan dosis dewasa 4x500 mg,
anak kurang dari 10 tahun setengah dari dosis dewasa, sesudah makan. selain itu
anjurkan pasien untuk membersihkan lesi dengan sabun antiseptik (Betadine) 2 kali
sehari. Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau popidon iodion
1 % diencerkan (1:10) 2 kali sehari selama 15 menit, setelah itu baru dioleskan
antibiotik. Simtomatik, bila terasa sangat gatal dapat diberikan antihistamin sedatif
secara oral atau topikal yaitu hidrokortison cream 1 % dioleskan tipis kepermukaan
kulit yang gatal diatas antibiotik 2 kali sehari.
* Pencegahan : Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada folikulitis superfisialis
dan profunda tindakan yang perlu dilakkan adalah meminimalkan gesekan pakaian,
dan menjaga kebersihan kulit.