TUGAS KELOMPOK EPIDEMIOLOGI GIZI
Recall nutrition
OLEH
KELOMPOK 3 KELAS C
1. YULIKA PRASTIKA YUNUS 7. IRIANI AMIR2. MERY SUSANTI 8. RUSMIATI3. SRI HARDIYANTI 9. HASMIRAWATI NUR4. IZNA NURDIANTY 10. KHARTINI KALUKU5. HELNICE 11. ANUGRAH RUSWITA6. CARLOS LOLO TONAPA 12. RUTH SURIANI
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh.
Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Agar
kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi makanan setiap hari sesuai
dengan anjuran gizi. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan
kandungan zat gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet.
Menurut Supariasa (2001) menyatakan bahwa survei konsumsi makanan adalah salah
satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi seseorang atau kelompok. Survei
konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Hasil survei
konsumsi makanan tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara
langsung, namun dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinann terjadinya
kekurangan gizi pada seseorang.
Hal terpenting dalam survey konsumsi makanan adalah metode pengumpulan data
yang bertujuan untuk mendapatkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pemilihan
metode pengumpulan data yang tepat sangat penting untuk mendapatkan data yang benar
sehingga kesimpulan yang ditarik dapat sempurna.
Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan seseorang
atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Metode yang bersifat
kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan
makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan
makanan tersebut. Metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain :
metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon dan
metode pendaftaran makanan (food list). Sedangkan metode yang bersifat kuantitatif untuk
mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi
dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang
diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak
(DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode pengukuran konsumsi secara kuantitatif
antara lain : metode recall nutrition, perkiraan makanan (estimated food records),
penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventory
method) dan pencatatan (household food records).
Penelitian mengenai metode pengumpulan data konsumsi makanan terus berkembang
setiap tahunnya. Megawangi dan Pranadji (1984) melakukan penelitian mengenai
penyederhanaan metode recall selama dua, tiga dan tujuh hari. Hasil yang diperoleh selama
penelitian dua hari dan tiga hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk energi,
protein, vitamin A dan zat besi, namun menunjukkan perbedaan yang nyata untuk energi pada
recall selama tujuh hari.
Saat ini metode recall masih dipilih sebagai metode pengumpulan data konsumsi
pangan dengan pertimbangan tidak membutuhkan waktu dan biaya yang besar akan tetapi
mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah. Secara rinci metode recall nutrition akan
dibahas pada makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definisi Metode Recall Nutrition
Metode recall makanan merupakan tehnik yang paling sering digunakan baik secara
klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan pelaku mengingat semua makanan dan
jumlahnya sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung.Pengingatan
sering dilakukan untuk 1-3 hari.
Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada masa lalu (Suharjo, et al, 1987). Wawancara dilakukan sedalam
mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya
beberapa hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik, maka terlebih
dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan
wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan (Riyadi,
1995). Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
termasuk suplemen vitamin dan mineral (Gibson,1990).
II. Langkah-langkah metode Recall Nutrition
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan Recall Nutrition :
1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan atau
minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun
waktu 24 jam, 48 jam hingga 3 hari yang lalu tergantung pada tujuan survei konsumsi
makanan, kemudian petugas melakukan konversi dari Ukuran Rumah Tangga (URT)
seperti potong, ikat, gelas, piring dan alat atau ukuran lain yang biasa digunakan di rumah
tangga ke dalam ukuran berat (gram). Daftar URT digunakan dalam menaksirkan jumlah
bahan makanan, bila ingin mengkonversi dari URT kedalam ukuran berat (gram) dan
ukuran volume (liter). Pada umumnya URT untuk setiap daerah dan rumah tangga
berbeda-beda, oleh karena itu sebelum menggunakan daftar URT perlu dilakukan koreksi
sesuai dengan URT yang digunakan. Terutama untuk ukuran-ukuran potong, buah, butir,
iris, bungkus, biji, batang, ikat dan lain-lainnya, sehingga informasi dan pencatatan harus
dilengkapi dengan besar dan kecil ukuran bahan makanan atau makanan tersebut. Menurut
Susanto (1987) untuk memudahkan dalam mengingat kembali jumlah makanan yang
dikonsumsi setiap orang maka diperlukan bantuan contoh bahan makanan (food models)
yang telah dibakukan beratnya.
2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM). DKBM adalah daftar yang memuat susunan kandungan zat-zat
gizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein,
lemak, karbohidrat, beberapa mineral penting (kalsium, besi), dan vitamin, (Vitamin A,
Vitamin B, Niasin dan Vitamin C).
3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka
Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar kecukupan yang
dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti. Untuk
Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara nasional adalah
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa, 2001). Dasar penyajian
Angka Kecukupan Gizi (AKG):
a. Kelompok umur
b. Jenis kelamin
c. Tinggi badan
d. Berat badan
e. Aktivitas
f. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
Berhubung AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi
golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar. Menurut Darwin
Karyadi dan Muhilal (1996) dalam Supariasa (2001), untuk menentukan AKG individu
dapat dilakukan dengan meletakkan koreksi terhadap BB nyata individu/perorangan
tersebut dengan BB standar yang ada pada tabel AKG.
Menurut Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004, Angka Kecukupan Gizi
(AKG) untuk perorangan/individu diperoleh dari perbandingan antara konsumsi zat gizi
dengan keadaan gizi seseorang. Caranya yaitu dengan membandingkan pencapaian konsumsi
zat gizi individu tersebut terhadap AKG.
Menurut Depkes RI (1990) bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan di bagi
menjadi empat dengan cut of points sebagai berikut:
Baik : ≥ 100 % AKG
Sedang : 80 – 99 % AKG
Kurang : 70 – 80 % AKG
Defisit : < 70 %
III. Kelebihan dan Kekurangan Recall Nutrition
Kelebihan dari metode Recall Nutrition adalah :
Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas
untuk wawancara.
Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
Dapat memberikan gmbaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga
dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut :
Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden
harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok tidak cocok
dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan dan orang
yang hilanh ingatan atau orang yang pelupa.
The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang
gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan
alat-alat bantu URT dan ketetapan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan
masyarkat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa
yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola
pangan daerah yang akan diteliti secara umum.
Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian .
Untuk pada saat panen, hari pasar, hari akhir pecan, pada saat melakukan upacara-
upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.
IV. Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet
Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran konsumsi
makanan dan asupan gizi. Tingkat dari kesalahan ini bisa berubah dengan penggunaan
metode dan populasi serta studi gizi. Tipe dari kesalahan pengukuran dapat diminimalkan
oleh mutu menggabungkan prosedur control pada waktu proses pengukuran.
IV.1 Sumber dari Kesalahan Pengukuran
Banyak penyebab dari kesalahan ini dalam rumah tangga dan individu dengan metode survei
konsumsi makanan. Kesalahan utama akan dijelaskan pada bagian ini.
1. Nonrespondent Bias/Bias Nonresponden dalam survey makanan memberikan hasil,
sebaliknya sampel acak dari subjek tidak mewakili populasi studi.
2. Respondent Bias/Bias Responden diakibatkan oleh kelebihan laporan sistematik atau
kelemahan laporan dari konsumsi makanan.
3. Interviewer Bias/Kesalahan Pewawancara bisa terjadi jika ada perbandingan pertanyaan
diantara para pewawancara untuk informasi yang merubah tingkat atau catatan jawaban
dari subjek tidak benar.
4. Respondent Memory Lapse/Terbatasnya Daya Ingat Responden bisa mengakibatkan
kesalahan yang tidak disengaja sehingga perlu tambahan memori untuk mengingat
kembali.
5. Incorrect Estimate of Protein Size/Kesalahan perkiraan ukuran porsi dapat terjadi dari
responden yang gagal mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi makanan atau
kurang paham “rata-rata” ukuran porsi.
6. Supplement Kause/Pemakaian Suplemen bisa menghilangkan catatan makanan atau
mengingat kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi.
7. Coding Error/Kesalahan Pengkodean dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi telah
dikonversi dari ukuran rumah tangga ke ukuran gram dan ketika makanan memakai kode
(e.g.,2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).
8. Mistakes in the Holding of Mixed Disease/Kesalahan dalam Perlakuan
Menggabungkan Hidangan mengakibatkan kesalahan perkiraan dari kandungan gizi per
gram dan juga kesalahan dalam penilaian kelompok makanan tertentu.
IV.2 Penilaian dan Kontrol dari Kesalahan Pengukuran
Kesalahan pengukuran acak dan kesalahan pengukuran sistematik dapat
diminimalkan dengan menggabungkan bermacam mutu-prosedur kontrol ke dalam
setiap tingkatan dari metode penilaian makanan karena itu bisa dilakukan pelatihan dan
latihan kerja untuk pewawancara dan pembaca kode, standardisasi dari teknik
wawancara dan kuisioner, pretest dari kuisioner, dan administrasi dari studi pilot utama
untuk survey. Setiap prosedur dalam penilaian makanan harus sering dicek untuk
menjamin pemenuhan dengan standardisasi umum.
Kesalahan acak tidak seperti kesalahan sistematik, dapat diminimalkan dengan
menambah jumlah observasi. Sebaliknya, kesalahan sistematik bisa berkelompok
dengan hanya beberapa responden (e.g., obes atau subjek tua), wawancara khusus atau
makanan pasti (e.g., alkohol). Urusan tentang akibat dari kesalahan pengukuran sedang
perkiraan risiko relatif untuk penyakit telah terus meningkat untuk penggunaan dari
studi kalibrasi untuk mengukur kesalahan pengukuran sistematik. Penilaian dari
peniruan dan validitas dari penggunaan metode makanan perlu sekali, khususnya untuk
palang-perbandingan negara dan surveilans gizi (Buzzard dan Sievert, 1994).
IV.3 Non Responden Bias
Kekurangan respon tertentu, namun pemilihan subjek secara acak menghasilkan
bias nonresponden yang signifikan dan dapat terjadi pada semua tipe dari sistem
penilaian gizi. Hal ini penting karena subjek tidak terlibat dalam survei konsumsi yang
memiliki karakteristik diluar dari karakteristik responden yang diintervensi hal ini
berbeda dari responden. Sebagai contoh, wanita karir bisa saja menjadi “non responden”
pada survei konsumsi hingga ia pensiun. Alternatifnya, makanan yang diberikan untuk
program kerja (intervensi), beberapa dari partisipan yang status gizinya sudah mulai
membaik bisa saja keluar dari program ini akibat meremehkan program yang dibuat
pada kondisi ini sulitnya memperoleh data yang valid atau dengan kata lainnya hasilnya
bisa menyesatkan.
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi nilai dari nonresponden dan agar
mempermudah dalam penilaian makanan, yaitu dengan cara melakukan lewat POS atau
melalui telepon pada studi survelians dan pelatihan bagi pewawancara agar lebih ramah,
pengertian, dan bisa dipercaya. “ Nonresponden” akan diidentifikasi dan diperiksa
sebagai kelompok yang tidak berbeda jauh dari partisipan yang diakui untuk mengambil
bagian dan mereka tidak berkelompok dengan pewawancara khusus.
Selama survey atau intervensi bias responden bisa terjadi jika responden kurang
memahami apa yang ditanyakan oleh pewawancara, atau tidak memahami isyarat
nonlisan
dari pewawancara yang mungkin hanya membutuhkan jawaban-jawaban umum. Adanya
kelemahan dalam pelaporan dapat ditaksir melalui perbandingan-perbandingan yaitu:
Perbandingan total pengeluaran energy dengan laporan asupan energy (schoeller,
1990)
Menaksir keperluan energy dengan laporan asupan energy (Goldber et al., 1991).
Kebutuhan asupan energy untuk menjaga berat tubuh dengan laporan asupannya.
Penegluaran kation urin dengan laporan asupannya (Zhang et.al., 2000).
IV.4 Laporan Asupan Energi yang Tinggi
Kelemahan dalam laporan ini adalah keadaan yang biasanya berasal dari bias
responden dan dari dokumen atau pencatatan hasil survei. Kelemahan laporan asupan
energi yang biasanya terjadi adalah kelemahan dari segi pencatatan dan kekurangan dari
segi makanan.
Karakteristik dari kekurangan laporan asupan energy dengan subjek dari beberapa
studi yang mana telah menerima secara detail, dari (Livingstone dan Black, 2003).
Dalam banyak studi tidak ada perbedaan antara kekurangan catatan dan kekurangan
makanan yang telah dibuat.
Factor yang terkait dengan lemahnya laporan energy mencakup status berat badan,
jenis kelamin, umur, pengaruh social ekonomi, kegiatan yang berhubungan dengan
kesehatan, tingkah laku, dan psikologi.
Berat badan: adalah salah satu factor yang paling sesuai yang berkaitan dengan
pelaporan yang rendah.
Umur dan jenis kelamin: keduanya terkait dengan pelaporan asupan energy yang
rendah sebagai contoh perempuan dan orang tua cenderung lebih berisiko meskipun
telah diamati ketidak-sesuaiannya.
Sosial Ekonomi: tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan asupan energy yang
rendah. Dalam beberapa kasus, perbedaan budaya termasuk ke dalam ketidak-sesuaian
tersebut. Contohnya orang Amerika kulit hitam sering memiliki sikap yang lebih santai
terhadapa bentuk tubuh dan berat badan daripada yang dilakukan oleh orang Amerika
kulit putih (Tomoyasu dkk., 2000).
Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan: termasuk merokok dan diet, selama
ini sering dikaitkan dengan pelaporan energy yang rendah, biasanya asupan energy pada
orang yang diet dilaporkan lebih rendah terhadap penambahan berat badannya daripada
orang yang tidak melakukan diet.
Sikap/Perilaku: menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh mana batas pencatatan
asupan makanan dapat bertanggung jawab terhadap pelaporan energy yang rendah yang
dihubungkan dengan kurangnya asupan makanan (Goris dan Westerterp, 1999). Selain
itu penelitian mengenai cara bagaimana perilaku penyidik dan sifat dari pengujian
lingkungan itu sendiri tanpa disadari dapat berkontribusi untuk pelaporan yang rendah
yang juga sangat diperlukan. Dalam beberapa hasil penelitian, difokuskan pada
interview kelopmok, subjek telah diizinkan untuk mengubah pola makan selama
penelitian; dikarenakan alasan ketidaknyamanan. Malu dan bersalah (Macdiarmid dan
Blundell, 1997; Mela dan Harun, 1997).
Efek-efek Psikologis, termasuk yang terkait dengan gangguan makan, telah dinilai
dengan berbagai instrument untuk mengukur dampak mereka pada pelaporan energy
yang rendah (Stunkard dan Messick, 1985; van Strien dkk., 1986). Sekali lagi, tidak ada
hasil yang sesuai yang telah dicatat. Hubungan antara pelaporan energy yang rendah dan
depresi, keinginan untuk mendapatkan nilai social (Taren dkk., 1999), dan terkahir
masalah emosional (Price dkk., 1997) juga telah diperiksa, dengan hasil yang telah
digabungkan.
Makanan atau minuman yang spesifik mungkin merupakan salah satu pelaporan yang
sudah dengan cara yang masih tidak dapat dipahami dengan baik. Peneliti telah
mengemukakan bahwa perbedaan pelaporan yang rendah daoat muncul dari beberapa
makanan atau minuman yang dianggap “buruk”, seperti alcohol, kue, cookies, gula,
permen, dan lemak. Seabaliknya, daging, ikan, sayuran, salad, dan buah-buahan yang
dianggap makanan “baik” (Livingstone dkk., 1990; Heitmann dan Lissner, 1995; Pryer
dkk., 1997; Tonstad dkk., 1999). Dalam sebuah studi Inggris (Bigham dkk., 1995),
perbedaan yang signifikan dalam pelaporan kandungan gizi kue, gula, lemak dan
sarapan sereal setelah diamati antara orang yang memiliki laporan asupan yang rendah
dan responden lainnya, dibandingkan dengan pelaporan kandungan gizi dari roti,
kentang, daging, sayuran, dan buah.
Dalam sebuah studi di AS, makanan yang paling sering mempunyai pelaporan
kandungan gizi yang rendah adalah kue dan pai, kue lezat, keju, kentang, daging
campuran, minuman ringan, lemak jenis spread dan rempah-rempah (Krebs-Smith
dkk.,2000).
Selain itu, National Pelaporan rendah yang terpilih dari makanan tertentu atau
perubahan dalam pemilihan makanan (atau keduanya) akan mempengaruhi perhitungan
asupan pada gizi makro dan gizi mikro tertentu, serta energi. Hal ini belum dilakukan
penyelidikan secara menyeluruh. Nampaknya bahwa orang yang memiliki laporan
asupan yang rendah, asupan protein yang tinggi, dan karbohidrat sebagai presentase dari
total energi (Briefel dkk., 1997; Voss dkk., 1998).
Seperti yang diharapkan, asupan gizi mikro yang dilaporkan biasanya lebih rendah
pada pelaporan energi yang rendah. Namun, beberapa kandungan gizi mikro dalam
makanan dari orang yang memiliki asupan energy yang rendah relatif berbeda terhadap
subjek lain yang menyarankan bahwa laporan asupan yang lebih rendah tidak selalu
timbul dari pelaporan yang rendah dari diet secara keseluruhan. Livingstone dan Black
memberikan ringkasan studi untuk membandingkan kandungan gizi dari diet orang yang
memiliki asupan energi yang rendah dengan yang lain (2003).
IV.5 Pelaporan Yang Lebih Dari Asupan Energi
Meskipun umumnya tidak lazim seperti pelaporan yang rendah, pelaporan yang lebih
dari asupan energi juga terjadi. Di Inggris, tahun 1990 penelitian pada orang dewasa,
persentase dari orang yang memiliki laporan asupan yang lebih adalah kecil (Gregory
dkk., 1990). Namun demikian, keduan jenis laporan yang tidak akurat itu harus
dipertimbangkan ketika mengidentifikasi laporan asupan energi yang tidak akurat. Saat
ini, penekanan lebih ditujukan untuk mengidentifikasi pelaoporan yang kurang
kemudian pelaporan yang lebih dari asupan energi.
IV.6 Keinginan Masyarakat Dan Penyimpangan Persetujuan
Keinginan sosial (kecenderungan untuk merespon sebaik mungkin untuk
menghindari kritikan) dan persetujuan sosial (kecenderungan untuk dipuji) adalah dua
sumber utama dari penyimpangan yang mungkin terjadi dalam metode penilaian diet.
Penyimpangan sifat sosial mungkin disengaja atau sebuah bentuk penipuan diri sendiri
(Roth dkk., 1986).
Worsley dkk. (1984) telah merekomendasikan penggunaan dari sifat sosial dalam
skala survei diet untuk mengidentifikasi dan mungkin untuk mengontrol variabel sifat
masyarakat. Mereka menyarankan agar asupan makanan tertentu yang dilaporkan seperti
buah-buahan dan sayuran segar dan makanan manis adalah hal-hal yang rentan terhadap
kebutuhan persetujuan sosial dan sebab itu merupakan sumber potensial dari
penyimpangan/bias sistematis. Ada beberapa fakta bahwa jenis kelamin dapat
mempengaruhi sifat sosial dan penyimpangan persetujuan sosial (Hebert dkk., 1995,
1997), dan keberadaan mereka mungkin harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut
Saya jarang makan makanan ringan antara makan. (B)
Saya selalu sikat gigi setelah setiap saya makan. (B)
Saya hampir tidak pernah makan permen atau coklat. (B)
Saya sering menonton TV atau membaca koran sambil makan-makan. (S)
Ada banyak kesempatan telah saya lakukan ketika saya tidak mencuci tangan
sebelum makan. (S)
Saya tidak pernah minum alkohol bila saya sendiri. (B)
Saya sering makan makanan dengan terburu-buru. (S)
Tata krama saat saya makan di rumah adalah sebaik ketika saya makan di
restoran. (B)
Saya mencoba untuk menghindari memakan makanan yang diangkat. (B)
Telah terjadi beberapa kali ketika saya “menyerbu kulkas”. (S)
Saya biasanya memakan semua makanan di piring saya. (B)
Saya tidak pernah “benar-benar mabuk” dalam hidup saya. (B)
Laporan digunakan untuk menilai sikap terhadap makanan dan minuman. Huruf (B)
atau (S) setelah setiap pernyataan menunjukkan apakah jawaban benar atau salah
adalah respon sosial yang disurvei. Dari Worsley dkk. (1984) dengan izin.
IV.7 Kesalahan Pewawancara
Dalam semua studi diet, desain percobaan harus memberi penilaian pada setiap
penyimpangan pewawancara yang potensial sehingga metode statistik dapat diterapkan
untuk memperbaiki sumber kesalahan pengukuran diet (Slimani dkk., 2000). Kesalahan
pewawancara mungkin termasuk kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan memeriksa
pertanyaan, mencatatat jawaban, kelalaian yang disengaja, kesalahan yang terkait
dengan pengaturan wawancara, gangguan, kerahasiaan dan anonimitas dari responden,
dan tingkat hubungan antara pewawancara dan responden (Fowler dan Mangione,
1990).
Kesalahan pewawancara terdapat pada hari peng-acak-an dan pewawancara, dan
atau teratur pada pewawancara tertentu dan responden tertentu (Anderson, 1986).
Penyimpangan dapat dikurangi dengan standarisasi recall 24 jam dengan mikro-
komputer berbasis wawancara diet.
Pendekatan yang paling umum untuk menilai kesalahan pewawancara adalah
dengan cara membandingkan asupan nutrisi yang dihitung dari beberapa pewawancara
yang dilakukan secara sendiri-sendiri pada subjek yang sama selama 24 jam waktu
makan, menggunakan beberapa pewawancara yang terlatih. Frank dkk. (1984) metode
ini digunakan untuk mempelajari efek dari latihan pencatatan asupan gizi yang dihitung
oleh pewawancara. Mereka meneliti sejauh mana kesepakatan deskriptor makanan,
jumlah makanan, pemberian kode, dan penghitungan asupan gizinya. Hasil mereka
menunjukkan kesulitan dalam proses kuantifikasi dari makanan yang dipilih seperti
daging dan permen. Perbedaan signifikan dalam penghitungan energi, lemak, dan lemak
tak jenuh akibat perbedaan kode makanan pada makanan ringan, juga ditemukan.
Metode yang dilakukan oleh beberapa wawancara juga berhasil dilakukan oleh
Nasional Heart, Lung, dan Blood Institute untuk Program Klinin Penelitian Lipid
mereka. Para penyelidik menyimpulkan bahwa pewawancara tidak berpengaruh
terhadap perhitungan asupan energi, protein, dan lemak dari subjek. Sebaliknya,
meskipun upaya keras dilakukan untuk standarisasi komputer yang dibantu dengan
metode recall 24 jam yang digunakan dalam penyelidikan EPIC, yang telah diamati
pewawancara berlaku di negara-negara tertentu di antara 90 pewawancara termasuk
dalam koleksi sekitar 37.000 recall 24 jam (Slimani dkk., 2000), walaupun tidak
diseluruh negara dari negara yang sama. Dalam kajian ini, efek pewawancara didasarkan
pada rata-rata asupan energi per pewawancara, memperhitungkan efek luar dari umur,
indeks massa tubuh, kebutuhan energi, hari, musim, diet khusus, dan aktivitas fisik.
Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber potensial kesalahan
dalam penyelidikan diet (Wynder, 1994). Suatu kecermatan dan acuan standar
wawancara, sebaiknya dijalankan melalui komputer, dapat membantu meminimalkan
efek. Ketika beberapa pencacah bekerja, tugas dari pencacah-responden-hari harus
diacak, dan pencacah harus dilatih untuk mengenali dan mengantisipasi sumber potensi
dari penyimpangan dan kesalahan (Wakefield, 1966). Menghargai pertimbangan oleh
pewawancara harus selalu dihindari (Hughes, 1986)
Survei diet yang melibatkan beberapa kelompok etnis atau budaya, disarankan
untuk menggunakan pewawancara yang akrab dengan setiap bahasa dan budaya.
Perawatan juga harus diambil untuk memastikan bahwa setiap pencacah tidak hanya
ditugaskan khusus untuk kelompok-kelompok etnis atau budaya, sebagai pewawancara
dan pengaruh kelompok dapat menjadi efek yang luar biasa, perhatian khusus diberikan
dengan cara memberikan pertanyaan, dan bagaimana orang berpikir dan menjelaskan
tentang jumlah dan makanan yang dikonsumsi di setiap kelompok etnis atau budaya
(Hankin dan Wilkens, 1994). Hal ini mengharuskan pelatihan difokuskan pada metode
etnografi (Buzzard dan Suevert, 1994). Secara umum, pewawancara perempuan lebih
baik karena mereka umumnya memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai
makanan, bahan-bahan, persiapan dan pengolahan, dan ukuran porsi.
IV.8 Penyimpangan Memori Responden
Kegagalan memori dapat mempengaruhi metode recall dalam dua cara: responden
mungkin lupa untuk mengambil makanan yang seharusnya dikonsumsi (kesalahan dari
kelalaian) atau laporan makanan yang tidak dikonsumsi selama hari di recall. Kedua
sumber kesalahan telah dilaporkan dalam beberapa studi yang di-recall 24 jam yang
dibandingkan dengan pengukuran yang dicatat pada hari yang sama (Keantzler dkk.,
1982; Karvetti dan Knuts, 1985; Brown dkk., 1990). Karakteristik tertentu dari subjek
seperti jenis kelamin (Johnson dkk., 1994; Briefel dkk., 1997) usia Karvetti dan Knuts,
1985; van Staveren dkk., 1994), dan tingkat pendidikan atau kelompok etnis 9Klesges et
al., 1995), serta pengaturan umum dari wawancara (Krall dkk, 19880, juga dapat
mengganggu proses kognitif dan mengingat informasi.
Seperti biasa untuk meminimalkan kesalahan yang dihasilkan oleh penyimpangan
memori dalam recall 24 jam adalah dengan menggunakan teknik wawancara multiple
proses (Bagian 3.1.1.), “memeriksa” pertanyaan, standarisasi “segera” atau bantuan
memori seperti model makanan. Tersebut akan dibahas pada gilirannya di bawah ini.
Beberapa wawancara mengenai diet, secara otomatis yang dilakukan dengan
menggunakan microcomputer, saat ini masih banyak digunakan dalam survei nasional.
Kombinasi ini meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan makanan dan
standarisasinya secara mendetail dalam menjelaskan makanan dan metode umum yang
digunakan untuk mendapatkan rincian spesifik untuk makanan tertentu.
Bantuan memori juga dapat mengurangi hilangnya memori. Bantuan ini terdiri dari
plastik atau tanah liat simulasi makanan, lukisan berwarna berukuran natural, atau
fotograph. Saat ini bantuan yang tersedia sebagai bagian dari berbagai keberhasilan,
mereka memiliki keuntungan tambahan dengan mengurangi kesalahan dalam
pengukuran porsi. Dalam kasus tersebut, serangkaian keberhasilan model makanan atau
foto dari berbagai ukuran dari porsi dapat dipergunakan secara rinci.
Secara umum, makanan yang berkontribusi secara signifikan kepada hidangan
utama jauh lebih baik daripada, bumbu salada, dan sebagainya. Guthrie (1984)
melaporkan bahwa satu di enam responden, bumbu selada terlupakan.
Meminimalkan jangka waktu antara asupan makanan dan recall responden, akan
mengurangi kehilangan memori dalam metode recall. 24 jam adalah jangka waktu yang
sering dipilih untuk memori berdasarkan prosedur recall. Pemeriksaan recall pada
kemampuan responden, penggandaan recall, pengumpulan secara mandiri oleh dua
terlatih untuk wawancara yang periodenya 24-h, dapat diperoleh. Prosedur tersebut
menunjukkan kesalahan pada anak-anak mulai dari 9% menjadi 21%.
Penilaian yang akurat dari asupan makanan pada anak-anak sangat menantang, dan
peningkatan pentingnya dengan meningkatnya keprihatinan tentang kegemukan pada
anak-anak. Anak-anak cenderung memiliki diet yang sangat variabel dari hari ke hari.
Dan mereka sering mengubah kebiasaan makanan secara signifikan. Penelitian dan
pengembangan pada waktu tertentu mengisyaratkan laporan yang lebih akurat dapat
membantu dalam diet anak-anak mereka, dengan menggunakan pendekatan kognitif-
pengolahan, yang timbul.
Warren et al (2003) menyimpulkan bahwa anak-anak usia 5-7 tahun tidak dapat
memberikan recall yang akurat pada diet mereka saat makan siang di sekolah, terutama
ketika mereka mengkonsumsi makan malam yang disediakan oleh sekolah dibandingkan
dengan makan siang mereka sendiri. Hidangan yang paling diingat anak-anak; leftlovers
yang tidak mudah dilaporkan. Tidak ada keraguan tht diperlukan bekerja lebih pada
metode yang lebih akurat untuk menentukan apa yang dimakan anak-anak usia kurang
dari 8 tahun.
IV.9 Salah Estimasi Ukuran Dari Porsi Yang Dikonsumsi
Kesalahan yang berkaitan dengan proses kuantifikasi porsi makanan yang
dikonsumsi mungkin kesalahan terbesar dalam pengukuran diet metode assesment.
Kesalahan itu dapat timbul dari responden yang gagal untuk mengukur secara akurat
jumlah makanan yang dikonsumsi, atau lebih dari salah satu “rata-rata” porsi ukuran.
Sayangnya, sangat sedikit siswa yang telah berusaha untuk mengukur sumber dari
kesalahan ini.
Perbedaan responden dalam kemampuan mereka untuk secara akurat
memperkirakan porsi ukuran visual. Secara umum, perbedaan tersebut muncul secara
mandiri dari umur, berat badan, status sosial, dan jenis kelamin responden, tetapi
mereka tidak berbeda dengan jenis dan ukuran makanan. Kesalahan besar mungkin
terjadi, misalnya, untuk estimasi makanan dalam volume tinggi atau rendah dalam berat
utuh atau terpotong-potong dari makanan dalam bentuk yang berbeda. Selain itu,
responden lebih sulit untuk memperkirakan ukuran besar dari mereka kemudian
melakukan hal yang kecil, terlepas dari berat badan.
Guthrie (1984) menilai keakuratan dengan orang dewasa muda dapat menjelaskan
porsi makanan yang dikonsumsi, dalam hal ukuran rumah tangga. Tidak ada model
makanan yang digunakan dalam kajian ini. Kemamupan responden untuk menjelaskan
jumlah makanan yang dikonsumsi oleh kaum miskin. Untuk makanan 13 item,dari 6%
hingga 75% dari responden diperkirakan porsi ukuran yang bervariasi oleh lebih dari
50% dari berat mereka. Dari responden, lebih dari 26% secara konsisten atau jelas
semua makanan dimakan. Dilaporkan dari asupan air jeruk dan susu yang dekat dengan
asupan yang sebenarnya seperti yang dilaporkan pada makanan seperti sereal sarapan
dan mentega.
IV.10 Pengukuran Bantu Untuk Mengukur Porsi Ukuran
Beberapa jenis bantuan porsi ukuran pengukuran telah dikembangkan untuk
digunakan dalam studi diet, dalam upaya peningkatan keakuratan porsi ukuran
memperkirakan ketika weigthing metode tidak dapat digunakan. Pengukuran ini telah
diklasifikasikan kedalam dua dan tiga dimensi memori bantuan.
Pengukuran bantuan paling sering digunakan adalah ukuran rumah tangga, dan
gambar foto dan model abstrak dan bentuk geometris. Di negara berpenghasilan replika
dari makanan pokok sebenarnya dapat berguna. Dalam semua kasus, pengukuran
bantuan yang menggambarkan berbagai ukuran dari porsi harus digunakan untuk
menghindari kecenderungan untuk tanggapan langsung.
Efek dari porsi ukuran bantuan pada ketetapan perkiraan jumlah kadang-kadang
sulit untuk menafsirkannya. Beberapa studi belum memberikan keterangan jelas dari
porsi ukuran bantuan. Belum meneliti kesalahan, khususnya yang berkaitan dengan
porsi bantuan, tapi bukan dinilai memiliki kesalahan yang terkait dengan kombinasi
prosedur yang digunakan dalam metode diet.
IV.11 Hasil Model/Contoh Makanan dan Ukuran Rumah Tangga
Telah digunakan dalam beberapa survey nasional konsumsi makanan
membandingkan ukuran porsi melaporkan ketelitian dari 2 dimensional (2-D) model
makanan dan sebuah range dari ukuran 3-D, sekarang digunakan sebagai sebuah dalam
komponen dietary dari NHANES. 2-D model makanan adalah 32 riwayat setiap ukuran
gambaran dari tempat rumah tangga (gelas, mugs, mangkuk), bentuk (gundukan dan
lebarnya), dan model geometric (lingkaran, sebuah kabel listrik,dan ketebalan batang).
Ukuran 3-D membantu mengukur cangkir, sendok, dan sebuah penggaris. Secara
keseluruhan, kedua 2-D dan 3-D relative membantu menuntun membangkitkan
estimasi yang baik dari jumlah makanan, walaupun dalam study ini, memperoleh
estimasi lebih akurat pada rata-rata dengan 2-D dari petunjuk 3-D, special untuk
gundukan makanan. Investigator lain mempunyai laporan bahwa gambar 2-D adalah
sama efektif model 3-D (Pietinen et al., 1988; Posner dkk., 1992).
Estimasi Ukuran Porsi untuk daging adalah terutama sukar oleh karena bentuk yang
luar biasa dari ukuran bagian dari daging. Tentu saja, dalam study oleh Weber dkk
(1997), kesalahan dalam estimasi dari ukuran daging (steak) samapai 80% yang
ditemukan. Godwin dkk (2001) memiliki penyelidikan/penelitian penggunaan dari
variasi penentuan estimasi ukuran porsi (seperti kantong, papan taraf, penggaris,
diagram dan ukuran jaringan). Sumber besar dari kesalahan mencatat untuk estimasi
dari ketebalan dari pada panjang atau lebar, perlengkapan untuk perceptual factor.
Kesalahan estimasi ukuran porsi (30%-73,2%) dilaporkan untuk estimasi ukuran porsi
dari daging utuh dengan lebih dari satu dimensi luar biasa (seperi tulang rusuk),
terlepas dari pertolongan ukuran digunakan untuk estimasi ukuran porsi. Oleh karena
ketidakakuratan itu rekomendasi penelitian penggunaan penetapan standar berat
berdasarkan pada kategori ukuran porsi (i.e., kecil, median, dan besar) untuk estimasi
ukuran luar biasa bagian dari daging sebagai tulang rusuk. Untuk bagian, lebih sering,
ukuran daging, sebuah garisan akan digunakan untuk estimasi panjang dan lebar,
bersama dengan makanan spesifik, menstandarisasikan ukuran dari ketebalan. Untuk
hubungan tipe sosis, digunakan dari sebuah diagram sosis sebagai pengganti dari
sebuah garisan/batasan, adalah yang terkomendasikan (Godwin et al., 2001). Penelitian
membandingkan ketelitian dari bantuan pengukuran porsi dalam mengontrol test
lingkungan yang sangat wajib. Nelson dan Haraldsdottir (1998a, b) memberikan detail
dalam bentuk dari banyak study, dengan referensi particular untuk penggunaan gambar
untuk mengukur ukuran porsi. Penggunaan dalam studi tersebut membantu dalam
memperkenalkan kedua makanan yang tidak dapat diukur kebenarannya dan populasi
subkelompok buat siapa yang menggunakan gambar 2-D atau gambar yang tepat.
Dalam kondisi untuk melatih pewawancara, beberapa study memiliki penelitian
apakah itu berguna untuk deretan responden untuk penggunaan penentuan pengukuran
porsi sepersi pada hasil model makanan atau ukuran rumah tangga. Pada umumnya,
pembahasan penggunaan pelatihan kelompok pendek untuk responden menggunakan
contoh/model makanan atau ukuran rumah tangga harus dianjurkan. Pembahasan
pelatihan mempertinggi kecakapan dari kedua anak dan dewasa untuk estimasi ukuran
porsi makanan yang akurat, walaupun untuk anak-anak, mungkin diperlukan
menggunakan sebuah kombinasi dari contoh/model makan dan gambar ukuran
makanan mungkin adalah baik (Howat dkk., 1994).
IV.12 Mengukur Referensi Standart Ukuran Porsi
Questionari Frekuensi semikuantitatif makanan, digunakan menurut tingkatan
individu untuk makanan atau asupan makanan, seringkali menentukan sebuah referensi
standar ukuran porsi untuk penetapan makanan lainnya. Khusus ini adalah akan
mewakili median jumlah konsumen selama sebuah makanan sendiri. Nilainya mungkin
generasi dari negara ditetapkan survey nasional gizi (seperti: Block dkk., 1986) atau
survey besar (seperti: Willet dkk., 1985).
Banyak efek factor langsung ukuran porsi makanan, mencakup umur, gender,
tingkat aktivitas, selera makan individu, penggunaan alat-alat rumah tangga, dan
dimana dan kapan makanan didapatkan dan dimakan. Membandingkan langsung dari
porsi dari makanan pasti (seperti, irisan dari roti, mentega, keju dari bermacam alat
rumah tangga (seperti cangkir the, dan gelas minum) digunakan dalam 30 rumah
tangga dengan referensi standart ukuran porsi digunakan di Netherlands pada waktu itu
(Van Staveren dan Hulsof, 1980). Hasilnya ditekankan pada antara perbedaan dalam
ukuran porsi untuk keadaan rumah tangga ini. Pada saat observasional setting seperti
sebagai kantin sekolah, berat langsung dari makan saji dapat merubah sebanyak 18%
(Comstock dan Symington, 1982).
Pendapat dari penemuan ini, penggunaan dari referensi standar ukuran porsi
dalam kuesioner frekuensi makanan adalah masih diperdebatkan dengan hebat.
Beberapa investigator berargumentasi bahwa karena variasi dalam asupan makanan
sebagian besar ditentukan oleh frekuensi dari konsumsi, memperoleh informasi dari
ukuran porsi dalam kuesioner semikuantitatif frekuensi makanan tidak selalu
dibenarkan (Samet dkk., 1984); Noethlinfs dkk., 2003). Penggunaan kecil rekomendasi
lain, medium, dan porsi besar, didasarkan pada umur dan jenis kelamin spesifik median
ukuran porsi sebagai standar (Cummings dkk., 1987). Investigator Jepang mempunyai
perhatian bahwa kontribusi relative makanan, sehingga terpisah apakah keraguan pada
ukuran porsi akan mencakup tergantung pada kelompok makanan relevan untuk diet
penyakit gabungan menjadi pelajaran (Tsubono dkk., 1997).
Ada beberapa pertentangan dalam literature diantara penggunaan referensi
standar ukuran porsi. Dua contoh dari referensi standar ukuran penyajian ditetapkan
untuk penggunaan dalam Food Guide Pyramid (FGP) oleh USDA (USDA, 1992) dan
untuk label makanan oleh U.S Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA, 1993),
adalah membandingkan dengan referensi standar ukuran porsi umum oleh Willet. et. al
(1985) dan Block et. al (1986) tidak konsekwenan terjadi antara referensi standar
ukuran porsi.
IV.13 Penghilangan Informasi Tentang Penggunaan Suplemen Gizi
Pencatatan yang benar dari penggunaan suplemen makanan dalam sebuah survey
yang dilakukan di negara-negara industry sekarang telah menjadi sangat penting.
Misalnya, di Amerika Serikat kira-kira 40% penduduk yang disampel selama
NHANES III antara tahun 1988 dan 1994 menggunakan suplemen vitamin atau mineral
pada beberapa waktu selama tahun 1996 sampai 1997 (Russel dkk., 1999).
Perbedaan-perbedaan muncul dalam terminology dan metode-metode yang
digunakan untuk mengukur suplemen makanan dan criteria yang digunakan untuk
mendefinisikan pengguna suplemen makanan, sehingga membatasi perbandingan lintas
penelitian-penelitian (Brownie dan Myers, 2004). Selain itu, periode waktu optimal
dalam penggunaan suplemen makanan sebaiknya dicatat belumlah ditentukan. Dalam
NHANES III, informasi terinci tentang frekuensi dan jumlah dari tujuh kategori
suplemen vitamin dan mineral yang digunakan selama bulan terakhir dikumpulkan
(Briefel dkk., 2000), sedangkan dalam survey nasional Selandia Baru, data tentang
level dan jenis suplemen vitamin dan mineral yang digunakan hanya selama 24 jam
sebelumnya (MOH, 1997; Russell dkk., 1999).
Survei Nutrisi dan Makanan Nasional Inggris terhadap orang-orang yang berumur
tahun atau lebih memperoleh informasi tentang penggunaan suplemen dari jawaban-
jawaban pada sebuah kuesioner kesehatan dan gaya hidup dan catatan makanan
berbobot. Perbandingan total asupan gizi dan indeks-indeks biokimia darah yang
bersesuaian menunjukkan bahwa catatan 7-d tidaklah cukup panjang untuk mencatat
penggunaan suplemen makanan biasa. Malah, sebuah kuesioner yang terstruktur yang
menyelidiki penggunaan suplemen selama periode waktu yang lebih lama
direkomendasikan. Ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup mengenai merek khusus
yang diminum, jumlah per pil, frekuensi penggunaan, dan durasi penggunaan (Bates
dkk., 1998; Bates, 2000). Kesimpulan serupa dicapai oleh Patterson dkk., (1998b).
peneliti-peneliti ini juga menekankan bahwa kesalahan-kesalahan pengukuran yang
berkaitan dengan asupan vitamin dan mineral suplemen jangka panjang mungkin
bertanggung jawab untuk ketiadaan hubungan teramati antara suplemen-suplemen
vitamin dan resiko kanker.
Informasi akurat tentang nama-nama merek adalah penting untuk suplemen-
suplemen makanan karena variabilitas antar-merek adalah besar. Sebenarnya,
kegagalan untuk menghitung secara benar dosis sebuah suplemen bias memiliki
dampak yang lebih dari pada estimasi asupan zat gizi daripada dari sumber asupan
makanan yang diberikan kurang. Selain itu, bentuk kimia dari suplemen-suplemen
makanan bias mempengaruhi ketersedian biologisnya, sehingga lebih disukai untuk
mencatat karakteristik kimia dari suplemen-suplemen makanan, bilamana
memungkinkan membach ( 2001 ). Ini biosa dicapai dengan meminta peserta-peserta
untuk meminum suplemen-suplemen makanan yang mereka sediakan. Dengan cara ini
pewawancara bias menjamin jenis dan jumlah yang dicatat adalah benar ( Patterson
dkk, 1998a).
Di Australia, dibuat sebuah data base terinci mengenai komposisi dari berbagai
suplemen makanan yang terjual. Database ini bias dicari menurut angak identifikasi
daftar barang Terapi Australia [ Australia Register of Therapeutic Goods ( ARTG ) ],
nama produk, atau berbagai bidang lainnya ( Ashton dkk., 1997 ). Di Amerika Serikat,
database tenmtang komposisi suplemen-suplemen makanan yang bermerek diperluas
pada tahun 2001 untuk penggunaan didalam NHANES/CSFII. Sekarang survei ini
memberikan banyak penekanan pada penggunaan suplemen-suplemen makanan oleh
konsumen daripada di masa lalu. Pemakaian defenisi ssuplemen makanan dari Undang-
Undang Pendidikan dan Kesehatan Suplemen Makanan [ Dietari Supplement Health
and Educatiaon ( DSHEA ) ] tahun 1994 juga akan menghindari beberapa kesulitan
yang timbul dimasa lalu dalam penafsiran data tentang penggunaan suplemen
( Brownie dan Myers, 2004 ).
IV.13 Kesalahan Pengodean
Pengunaan sebuah sestem pengodean yang terstandarisasi adalah penting untuk
surveilans nutrisi, dan untuk penelitian-penelitian lintas-budaya yang melibatkan
perbandingan internasional ( Arab, 1985 ). Pada kasus-kasus demikian, perbedaan-
perbedaan dalam pengkodean, baik sepanjang waktu atau antara Negara-negara, bias
mengaburkan perbedaan – perbedaan potensial atau perbedaan-perbedaan antara
Negara dalam asupan makanan ( Buzzard dan Sievert, 1994; Slimani dkk., 2000 ).
Dalam penelitian SENECA awal, misalnya, beberapa kesulitan dialami dalam
membandingkan asupan makanan lintas tempat-tempat eropa, yang dihubungkan
dengan masalah-masalah dalam mengklasifikasikan makanan menurut sestem
Eurocode ( Kohlmeier, 1992; Scholl dkk., 1997 ). Yang terakhir ini telah direvisi, dan
sestem baru adalah lebih memuaskan.
Untuk mengatasi masalah-masalah dengan sestem pengkodean yang digunakan
skema perbandingan antar-negara, INFOODS telah mengembangkan aturan
danpedoman untuk identifikasi makanan, defenisi komponen makanan, dan deskripsi
data komponen makanan. Juga INFOODS membuat database software yang
bberhubungan dengan komposisi makanan dan nutrisi. Informasi bisa diperoleh pada
situs web mereka. (htttp://www.fao.org/infoods/).
Di masa lalu, menggandakan pengkodean pencarian ulang atau catatan oleh
pengkode-pengkode independen digunakan sebagai control kualitas untuk pengkodean.
( Jezton dkk. 1979 ). Melaporkan bahwa kesalahan-kesalahan pengkodean yang timbul
dari deskripsi makanan yang tak memadai dari pada kesalahan-kesalahan bobot
mengfhasilkan efisien variasi yang berkisar dari 3% untuk protein dan 8% untuk total
lemak sampai 10% untuk rasio asam lemak poli-tak jenuh: asam lemak jenuh.
Kesalahan-kesalahan yang dalam pengkodean bias dikurangi jika “ aturan pengkodean”
dibuat untuk berhubungan dengan pendeskripsi-pendeskripsi makanan yang tak
lengkap atau kabur (Anderson, 1986 ), dan database besar digunakan, dengan rentang
jenis makanan yang menyeluruh ( Dwyer dan Suitor, 1984 ). Yang terakhir ini
memampukan pengkode untuk memilih jenis makanan yang tepat dengan lebih cepat.
Kesalahan-kesalahan kode makanan telah banyak berkurang melalui otomatisasi
dan penyatuan pengumpulan data dan proses pengkodean dan dengan memungkinkan
kode-kode makanan dihasilkan secara otomatis oleh pengkode yang memilih jenis
makanan dari menu tarik-turun ( pull-down ) yang berbasis computer. Kedua strategi
ini digunakan untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan makanan-makanan
dalam program EPIC-SOFT yang digunkan untuk penelitian EPIC, dalam upaya
meminimalkan penafsiran-penafsiran subjektif dan kesalahan pengkodean. Pertama,
daftar makanan dan hidangan campuran dinegara khusus yang ditentukan sebelumnya
dikumpulkan, yang diklasifikasi menurut sub kelompok makanan dan makanan umum.
Daftar ini juga meliputi makanan yang “ tidak khusus “ yan g digunakan ketika
responden-responden tak mampu mengambarkan makanan-makanan secara memadai.
Penggunaan makanan generik ini meminnimalkan keputusan-keputusan sembarang
oleh pewawancara.Kedua, tingkatan untuk mengambarkan setiap hidangan dan
makanan campuran distandarisasikan negara.Rincian diberikan dalam Slimani dkk.
( 2000 ).
Ketika peilaian makanan dilakukan di rumah, scanner koda-batang bias
digunakan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam pengkodean informasi nama
produak untuk jenis-jenis yang bermerek. Scanner demikian juga mengurangi waktu
yang dihabiskan pada pemasukan data. Scanner-scanner ini digunakan dalam Survei
Nutrisi Nasional 1997 di Selandia Baru ( MOH, 1997 ) dan Survei Nutrisi Anak-Anak (
Parnell, 2003 ). Pembaca kode-batang juga digabung kedalam sestem analisis gizi yang
dibuat oleh peneliti-peneliti Inggris. Perbandingan dengan sestem manual konvensional
mengungkapkan bahwa pemasukan data untuk analisis gizi adalah lebih cepat dengan
sestem kode batang ( catatan 29 menit versus 47 menit per 7-d ), tetapi perbedaan-
perbedaan antara kedua metode untuk asupan rata-rata untuk makronutrien dan
mikronutrien adalah kecil ( Anderson dkk., 1999 ). Temuan-temuan ini menunjukkan
bahwa keunggulan utama dari sestem scanner kode batang adalah dalam mengurangi
waktu yang menghabiskan pada pemasukan data.
Kesalahan kode makanan dapat dihindari oleh standarisasi kode terdahulu untuk
pembelajaran, dan melekat pada tugas mereka. Frank dkk (1984 ) mencatat bahwa
penggunaan kuantitas dari komsumsi makanan sebagai dasar untuk melukiskan kode
makanan, dibandingkan dengan waktu mengkomsumsi, mendorong kearah beberapa
ketidaksesuaian dalam tugas kode makanan oleh pewawancara yang berbeda. Dalam
program pengembangan EPIC-SOFT untuk study European EPIC, 24-h mengingatkan
metode pembagian kedalam kumpulan komsumsi makanan biasa kesempatan
sepanjang dari “ sarapan “ sampai “ setelah makan malam “ dan selama malam.
Sebuah daftar yang juga memikirkan dan beradaptasi untuk kebiasaan diet local dari
keikutsertaan Negara lain, sehingga pewawancara dapat menjamin bahwa tidak ada
komponen utama dalam mengkomsumsi makanan yang dilupakan (Slimanidkk., 2000).
Kesalahan Kode berat mungkin juga terjadi selama kode materi makanan.
Deteksi mereka dapat menjadi fasilitasi yang mencakup sebuah rutinitas dalam
program computer bahwa bendera subjek dengan 10 paling tinggi dan 10 paling rendah
asupan harian dari energy dan seleksi nutrisi, seperti protein, kalsium dan besi. Check
yang dapat menjadi kesalahan berat dalam kode data untuk seleksi subjek ini ( Sabry
dkk., 1984 ).
Sistem EPIC-SOFT juga merancang untuk check untuk outliers timbul dari
kesalahan berat, seperti halnya untuk kehilangan informasi, selama subjek
menghadirkan ketenagan. Ini dicapai oleh perhitungan energy dan asupan macronutrisi
dari 24-h mengingatkan seketika setelah wawancara. Perhitungan nilai dimana
kemudian check melanggar syarat dasar pada subjek umur, jenis kelamin, berat dan
tinggi. Seperti sebagai batas strategi sebuah posterion keputusan berubah pada nilai
outlier atau data makanan yang tidak di percaya ( Slimani dkk., 2000 ).
IV.14 Kesalahan Dalam Menangani Pencampuran Makanan
Ada dua sumber utama dari kesalahan selama pencampuran makanan. Pertama
mungkin kesalahan yang terjadi selama kerusakan tercampurnya masakan kedalam
wadah mentah dan perubahannya menjadi sebuah bentuk “ yang dapat dimakan “.
Perubahan selalu melibatkan factor pengaturan dari kedua perubahan berpengaruh
sampai memasak dan untuk menyimpan makanan yang bergizi. Setelah menerapkan
pengaturan yang tepat jenis yang “ dimakan “ digunakan, serta dengan penilaian
kuantitas dari tercampurnya masakan yang dikomsumsi oleh subjek contohnya dari
perhitungan yang terbentuk dalam table 5.7. Sumber yang kedua dari kesalahan yang
mungkin berasal dari selama pemindahan tercampurnya masakan ke kelompok
masakan yang tepat. Biasanya, ini terjadi pada bahan utama disetiap makanan yang
bercampur. Seperti sebuah pendekatan, bagaimanapun, sering kali hasil penilaian tidak
benar untuk kontribusi kelompok makanan besar menjadi energy dan asupan makanan.
Sebagai contoh, kelompok lemak dan minyak mungkin dua kali lipat dari kontribusi
energinya dari 5%-12% ketika pencampuran makanan dinyatakan salah ( Krebs-Smith
et al., 1990 ). Untuk menghindari sumber kesalahan ini, semua makanan yang
tercampur akan rusak dalam bahan-bahan dasar, seperti membuat sarapan yang mana
dapat diklasifikasikan kedalam kelompok makanan-makanan mereka. tidak menutup
kemungkinan, ketika pendekatan ini digunakan, itu masih mudah di defenisikan secara
sestem yang mana kebutuhan itu digolongkan sebagai makanan siap ( roti, biscuit, sup,
dan minuman ) dan ini tidak merusak pada bahan-bahan, sebuah prosedur yang diikuti
selama belajar EPIC ( Slimani dkk., 2000 ).
Komposisi puddingtelur
Berat(g)
Jumlah yang dikandungProtein(gr) Lemak (gr) KH ( gr )
Susu 500 16.5 19 23.5Telur 100 12,3 10.9 TrGula 30 0 0 31.5Vanilla essence Tr SecukupnyaJumlah 630 28,5 29.9 55Berat setelah masak 500
Per 100 gr 100 5.8 6 11
Table 5.7 : sebagai contoh dari perhitungan komposisi kandungan nutrisi dari pencampuran makanan. Kehilangan berat selama memasak diakibatkan berkurangnya air.Perhitungan komposisi per 100 gr menggunakan berat masak.Kehilangan dari nutrisi yang utama ini selama pemasakan dianggap nol. Seperti, untuk protein, (28.8/500)x100 = 5.8. KH., karbohitrat ; Tr., Trace. Dari comeron dan Staveren ( 1988 ) dengan izin dari Oxcford University Press.
Maksud Dari Kesalahan Pengukuran Dalam Penepatan Diet
Dengan adanya random dan keaslahn pengukuran secara sistematismerupakan
pengukuran untuk pola segala tipe dari system pengukuran gizi. Adanya seperti
kesalahan penilaian diet dapat berakibat yang serius ketika mengartikan data susunan
makanan :
Laporan rendahnya asupan energi akan mengakibatkan estimasi yang terlalu
tinggi
kekurangan bahan gizi dan karena itu kelaziman kebutuhan bahan gizi tidak cukup
di dalam populasi.
Pemilihan dari beberapa makanan akan menghalangi kegunaan data susunan
makanan yang sebagai pengembangan makanan-dasar garis pedoman diet.
Melemahnya kesalahan pengukuran aturan makanan berkenan dengan kebutuhan
nutrisi dan hasi parameter , sehingga pentingnya gabungan antara diet dan penyakit
yang mungkin tidak jelas. Gejala ini diistilahkan “ penipisan penyimpangan “.
Usaha mengatasi masalah kekurangan energy ditunjukkan dari beberapa
penelitian masuk yang dilaporkan dari kumpulan data ( short et al., 1997 ). Meskipun
demikian, seperti halnya kebenaran sebuah sumber dari tidak diketahui menjadi
kumpulan data dan tidak dianjurkan. Orang lain mendukung pemasukan dari semua
responden, hanyalah penggunaan metode statistic yang mengendalikan kebutuhan
energy. Beberapa metode untuk penyesuaian energy dan pilihan mereka ( Kipnis et al.,
1999 : Mackerras, 1996 ; Huchal., 1999 ), seperti halnya itu digunakan sebagai
perbincangan ( Kohlmeier halich, 1995 ). Perbaikan kebutuhan energy sesuai jika
kekurangan yang terjadi pada tingkatan susunan makanan.Mereka tidak cukup untuk
menyingkirkan prasangka dalam pemilihan beberapa tipe makanan.( contohnya
makanan yang kurang diminati masyarakat ). Kenyataannya, pemilihan sebuah contoh
yang sesuai untuk perhitungan energy tergantung pada pertanyaan penelitian berupaya
daya tarik; pembaca akan bijaksana untuk berkonsultasi pada ahli statistic tentang
persoalan ini. Dibutuhkan penelitian untuk mengerti ketika metode perhitungan energy
sesuai dan pemilihan contoh yang sesuai dan pertanyaan yang berbeda. Contoh statistic
juga berkembang untuk mengatasi sumber lain dalam data kebutuhan susunan makanan
tetapi dibutuhkan penelitian sebelum mereka dapat digunakan ( Kipnis et al., 2002 ).
Sebenarnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil dari hubungan gizi-
penyakit akan diteliti secara hati-hati sehingga struktur kesalahan pengukuran susunan
makanan dimengerti dengan baik.
Sumberkesalahan
24-h recall Sejarah susunan makanan
Estimasirecord
Berat record
Menghilangkan makananSetelah makananPenyetaraan makananPenyetaraan komsumsi komsumsi makananKontrasi hari kehariPeerubahan dalamMinyak ikan
Gambar 5.8 : sumber kesalahan dalam teknis estimasi konsumsi makanan . kesalahan yang mungkin: keaslahan yang tepat; kesalahan yang tidak mungkin
V. Cara agar hasil Recall Nutrition tetap valid
Karena keberhasilan metode recall ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden
dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat mengingatkan
mutu data recall dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-
turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.
Validasi Data Hasil Pengukuran Konsumsi Makanan
1. Validasi dan Akurasi
Kesalahan dari hasil pengukuran konsumsi makanan dapat bersumber dari validitas
atau akurasi dari metode yang digunakan. Validitas atau akurasi adalah derajat
kemampuan suatu metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk menentukan tingkat validitas dari suatu metode pengukuran konsumsi
makanan, masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya suatu
metode baku (gold standard) yang dapat mengukur konsumsi yang sebenarnya dari
responden.
Oleh karena itu, pengujian validitas suatu metode dilakukan dengan membandingkan
hasil pengukuran suatu metode dengan hasil metode lain yang diketahui lebih baik.
Contohnya menggunakan alat bantu gambar dan food model
Dalam memilih metode pembanding, presisi dan akurasi metode tersebut harus lebih
tinggi dari metode yang diuji. Selain itu kedua metode yang sedang diuji tersebut (yang
diuji dan pembanding) haruslah menguji parameter yang sama dalam kerangka waktu
yang sama pula.
2. Presisi atau Reabilitas
Presisi (tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat
memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi
ditentukan oleh kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu di
antara kedua pengukuran (true daily variation).
Kalau kesalahan pengukuran dapat ditekan semaksimal mungkin, maka tingkat
presisi terutama ditentukan oleh perbedaan konsumsi sesungguhnya pada kedua
pengukuran, jadi hasil pengukuran yang berbeda tersebut bukanlah disebabkan oleh
metodenya yang tidak dipercaya.
Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok masyarakat, perbedaan
antara dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
Berbedanya konsusmsi antara anggota kelompok (variasi antara
individu/responden).
Berbedanya konsumsi dari hari kehari pada setiap anggota kelompok (variasi
intra individu/responden).
Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet harus
dibedakan dan dihitung.
Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi ditentukan oleh beberapa
hal, antara lain :
Lama waktu pengamatan yang digunakan.
Macam populasi yang diteliti.
Zat gizi yang ingin diketahui.
Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya.
Varians antara dan intra responden.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Metode recall terbukti mempunyai tingkat presisi yang cukup baik untuk menilai rata-
rata konsumsi satu kelompok. Sedangkan untuk menentukan konsumsi dari individu,
pengukuran dengan metode recall tidak cukup 1 hari saja, karena besarnya pengaruh variasi
dari hari ke hari konsumsi seorang responden. Untuk itu dilakukan recall beberapa kali,
sehingga presisinya bisa meningkat.
Pada bab ini meringkas kesalahan secara sistematik dan random yang mungkin terjadi
selama tahap pengumpulan dan pencatatan data komposisi makanan; sumber-sumber yang
terpenting dari kesalahan dirangkum dalam table 5.8.
Kualitas pengawasan cara kerja yang menurun mungkin bersumber dari kesalahan
pengukuran termasuk pelatihan interview dan “coding staff” dan mengembangkan teknik
interviuw dan quisioner selama penerima pemeriksa. Secara meningkat, sumberkesalahan
berasal dari kedua perespon dan pewawancara dan kehilangan ingatan respon dapat
diturunkan oleh pertanyaan pemeriksa program komuter, ditetapkan dengan cepat dan
memberi petunjuk yang tepat selama interview sususnan makanan disestematiskan. Walaupun
demikian, kekurangan energy dan pemilihan dari beberapa tipe makanan sisa yang terpenting
bersumber dari dugaan perespon.
Perubahan dari porsi-membantu pengukuran sekarang tersedia untuk digunakanmetode
penimbangan tidak memungkinkan.ini termasuk penggunan 2-Dyang memakai contoh
makanan atau gambar dan 3-D petunjuk pengukuran ( ukuran rumah tangga ) sebagai
pengukuran porsi makanan yang dikomsumsi. Pelatihan perespon menggunakan petunjuk
pengukuran ini sebagai estimasi ukuran porsi makanan yang akan juga memperbaiki
ketepatan pengumpulan data yang tepat pada konsumen pengguna suplemen makanan yang
essensial; informasi merek, dosis, terbuat dari bahan kimia, dan juga yang digunakan dari
suplemen dietmerupakan pencatatan yang diharuskan pemakaian pengertian dari suplemen
diet ini secara mendesak.
Penetapan suatu sestem persandian standar terkomputerisasi untuk kedua-duanya
makanan dan makanana ( meal ) untuk menghindari kesalahan persandian kritis terutama
untuk perbandingan dan pengawasan. Ini kini dimudahkan oleh pengguna INFOOD diet
menyebut untuk makanan dan, dalam beberapa studi, penggunaan bar-code tersaring
bermacam item. Pendeteksian sistematis dari kesalahan berat makanan sangatlah sulit,
walaupun computercalculation energy dan pemasukan macronutrient dari recall wawancara,
sedangkan pokok materi masih menyajikan, mengijinkan koreksi tentang segala kesalahan
gross. Akhirnya, kepedulian harus diambil untuk menghindari kesalahan sepanjang
penanganan data untuk hidangan yang dicampur, dengan penggunaan bahan lunak kedalam
komposisi sederhana. Ini kemudian mengubah bentuk yang mentah menjadi bentuk yang
“dimakan”.
Disamping semua usaha untuk memperkecil sumber tentang kesalahan sestematis dan
acak yang boleh terjadi sepanjang pengukuran kebutuhan bahan gizi dan makanan, beberapa
sisa kesalahan sukar untuk meramalkan dan untuk mencegah dan, sebagai hasilnya, boleh
memperkenalkan suatu penyimpangan diferensial didalam laporan kebutuhan makanan. Studi
lebih lanjut untuk menyelidiki sifat dan jenis kesalahan pengukuran yang spesifik, terutama
yang berhubungan dengan underreporting sedemikian sehingga ini dapat diperkecil atau
dikoreksi secara statistic. Dengan cara ini, penafsiran dan analisa tentanag data berkenaan
dengan aturan makan dapat di tingkatkan. Hanya kesalahan pengukuran berkenaan dengan
aturan makan menipis dengan estimasi yang berhubungan dengan resiko penyakit, dan
mempunyai implikasi utama di dalam study permiologi dari penyakit dan factor risiko
berkenaan dengan aturan makan.
III.2 Saran
Hendaknya dalam melakukan survey konsumsi dengan metode recall, harus tetap
memperhatikan validasi agar data yang diperoleh akurat dan tidak terjadi bias informasi baik
dari responden maupun dari petugas survey.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Mengukur Status Nutrisi Dewas. http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/390-mengukur-status-nutrisi-dewasa.pdf. diakses pada tanggal 16 Mei 2011
Gibson, R. S. 1990. Principles of Nutritional Assesment. New York : Oxford University PressMegawangi, R & D, K, Pranadji. 1984. Penyederhanaan Metode Recall pada Survei
Konsumsi Pangan Mahasiswa. Media Gizi dan Keluarga VII(2) dan VIII, 35-40.
Riyadi, Hadi. 2001. Buku Ajar : Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Suharjo, Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Supariasa, I, Dewa, Nyoman., Bakri, Bachtyar., Fajar, Ibnu., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susanto, D. 1987. Pengukuran Konsumsi Pangan dan Intake Gizi Keluarga dan Individu. Media Gizi Keluarga. 1&2, 9-15.