Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

47
TUGAS KELOMPOK EPIDEMIOLOGI GIZI Recall nutrition OLEH KELOMPOK 3 KELAS C 1. YULIKA PRASTIKA YUNUS 7. IRIANI AMIR 2. MERY SUSANTI 8. RUSMIATI 3. SRI HARDIYANTI 9. HASMIRAWATI NUR 4. IZNA NURDIANTY 10. KHARTINI KALUKU 5. HELNICE 11. ANUGRAH RUSWITA 6. CARLOS LOLO TONAPA 12. RUTH SURIANI

Transcript of Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Page 1: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

TUGAS KELOMPOK EPIDEMIOLOGI GIZI

Recall nutrition

OLEH

KELOMPOK 3 KELAS C

1. YULIKA PRASTIKA YUNUS 7. IRIANI AMIR2. MERY SUSANTI 8. RUSMIATI3. SRI HARDIYANTI 9. HASMIRAWATI NUR4. IZNA NURDIANTY 10. KHARTINI KALUKU5. HELNICE 11. ANUGRAH RUSWITA6. CARLOS LOLO TONAPA 12. RUTH SURIANI

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2011

BAB I

Page 2: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

PENDAHULUAN

Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh.

Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Agar

kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi makanan setiap hari sesuai

dengan anjuran gizi. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan

kandungan zat gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet.

Menurut Supariasa (2001) menyatakan bahwa survei konsumsi makanan adalah salah

satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi seseorang atau kelompok. Survei

konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat

kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan

serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Hasil survei

konsumsi makanan tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara

langsung, namun dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinann terjadinya

kekurangan gizi pada seseorang.

Hal terpenting dalam survey konsumsi makanan adalah metode pengumpulan data

yang bertujuan untuk mendapatkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pemilihan

metode pengumpulan data yang tepat sangat penting untuk mendapatkan data yang benar

sehingga kesimpulan yang ditarik dapat sempurna.

Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan seseorang

atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Metode yang bersifat

kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan

makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan

makanan tersebut. Metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain :

metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon dan

metode pendaftaran makanan (food list). Sedangkan metode yang bersifat kuantitatif untuk

mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi

dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang

diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak

(DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode pengukuran konsumsi secara kuantitatif

antara lain : metode recall nutrition, perkiraan makanan (estimated food records),

penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventory

method) dan pencatatan (household food records).

Page 3: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Penelitian mengenai metode pengumpulan data konsumsi makanan terus berkembang

setiap tahunnya. Megawangi dan Pranadji (1984) melakukan penelitian mengenai

penyederhanaan metode recall selama dua, tiga dan tujuh hari. Hasil yang diperoleh selama

penelitian dua hari dan tiga hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk energi,

protein, vitamin A dan zat besi, namun menunjukkan perbedaan yang nyata untuk energi pada

recall selama tujuh hari.

Saat ini metode recall masih dipilih sebagai metode pengumpulan data konsumsi

pangan dengan pertimbangan tidak membutuhkan waktu dan biaya yang besar akan tetapi

mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah. Secara rinci metode recall nutrition akan

dibahas pada makalah ini.

BAB II

Page 4: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

PEMBAHASAN

I. Definisi Metode Recall Nutrition

Metode recall makanan merupakan tehnik yang paling sering digunakan baik secara

klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan pelaku mengingat semua makanan dan

jumlahnya sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung.Pengingatan

sering dilakukan untuk 1-3 hari.

Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi pada masa lalu (Suharjo, et al, 1987). Wawancara dilakukan sedalam

mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya

beberapa hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik, maka terlebih

dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan

wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan (Riyadi,

1995). Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan dan minuman yang dikonsumsi

termasuk suplemen vitamin dan mineral (Gibson,1990).

II. Langkah-langkah metode Recall Nutrition

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan Recall Nutrition :

1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan atau

minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun

waktu 24 jam, 48 jam hingga 3 hari yang lalu tergantung pada tujuan survei konsumsi

makanan, kemudian petugas melakukan konversi dari Ukuran Rumah Tangga (URT)

seperti potong, ikat, gelas, piring dan alat atau ukuran lain yang biasa digunakan di rumah

tangga ke dalam ukuran berat (gram). Daftar URT digunakan dalam menaksirkan jumlah

bahan makanan, bila ingin mengkonversi dari URT kedalam ukuran berat (gram) dan

ukuran volume (liter). Pada umumnya URT untuk setiap daerah dan rumah tangga

berbeda-beda, oleh karena itu sebelum menggunakan daftar URT perlu dilakukan koreksi

sesuai dengan URT yang digunakan. Terutama untuk ukuran-ukuran potong, buah, butir,

iris, bungkus, biji, batang, ikat dan lain-lainnya, sehingga informasi dan pencatatan harus

dilengkapi dengan besar dan kecil ukuran bahan makanan atau makanan tersebut. Menurut

Susanto (1987) untuk memudahkan dalam mengingat kembali jumlah makanan yang

dikonsumsi setiap orang maka diperlukan bantuan contoh bahan makanan (food models)

yang telah dibakukan beratnya.

Page 5: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi

Bahan Makanan (DKBM). DKBM adalah daftar yang memuat susunan kandungan zat-zat

gizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein,

lemak, karbohidrat, beberapa mineral penting (kalsium, besi), dan vitamin, (Vitamin A,

Vitamin B, Niasin dan Vitamin C).

3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka

Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar kecukupan yang

dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti. Untuk

Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara nasional adalah

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa, 2001). Dasar penyajian

Angka Kecukupan Gizi (AKG):

a. Kelompok umur

b. Jenis kelamin

c. Tinggi badan

d. Berat badan

e. Aktivitas

f. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)

Berhubung  AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi

golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar. Menurut Darwin

Karyadi dan Muhilal (1996) dalam Supariasa (2001), untuk menentukan AKG individu

dapat dilakukan dengan meletakkan koreksi terhadap BB nyata individu/perorangan

tersebut dengan BB standar yang ada pada tabel AKG.

Menurut Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004, Angka Kecukupan Gizi

(AKG) untuk perorangan/individu diperoleh dari perbandingan antara konsumsi zat gizi

dengan keadaan gizi seseorang. Caranya yaitu dengan membandingkan pencapaian konsumsi

zat gizi individu tersebut terhadap AKG.

Menurut Depkes RI (1990) bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan di bagi

menjadi empat dengan cut of points sebagai berikut:

Baik : ≥ 100 % AKG

Sedang : 80 – 99 % AKG

Kurang : 70 – 80 % AKG

Defisit : < 70 %

Page 6: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

III. Kelebihan dan Kekurangan Recall Nutrition

Kelebihan dari metode Recall Nutrition adalah :

Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.

Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas

untuk wawancara.

Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

Dapat memberikan gmbaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga

dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut :

Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden

harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok  tidak cocok

dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan dan orang

yang hilanh ingatan atau orang yang pelupa.

The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk

melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang

gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).

Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan

alat-alat bantu URT dan ketetapan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan

masyarkat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa

yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola

pangan daerah yang akan diteliti secara umum.

Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian .

Untuk pada saat panen, hari pasar, hari akhir pecan, pada saat melakukan upacara-

upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.

IV. Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet

Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran konsumsi

makanan dan asupan gizi. Tingkat dari kesalahan ini bisa berubah dengan penggunaan

metode dan populasi serta studi gizi. Tipe dari kesalahan pengukuran dapat diminimalkan

oleh mutu menggabungkan prosedur control pada waktu proses pengukuran.

IV.1 Sumber dari Kesalahan Pengukuran

Banyak penyebab dari kesalahan ini dalam rumah tangga dan individu dengan metode survei

konsumsi makanan. Kesalahan utama akan dijelaskan pada bagian ini.

Page 7: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

1. Nonrespondent Bias/Bias Nonresponden dalam survey makanan memberikan hasil,

sebaliknya sampel acak dari subjek tidak mewakili populasi studi.

2. Respondent Bias/Bias Responden diakibatkan oleh kelebihan laporan sistematik atau

kelemahan laporan dari konsumsi makanan.

3. Interviewer Bias/Kesalahan Pewawancara bisa terjadi jika ada perbandingan pertanyaan

diantara para pewawancara untuk informasi yang merubah tingkat atau catatan jawaban

dari subjek tidak benar.

4. Respondent Memory Lapse/Terbatasnya Daya Ingat Responden bisa mengakibatkan

kesalahan yang tidak disengaja sehingga perlu tambahan memori untuk mengingat

kembali.

5. Incorrect Estimate of Protein Size/Kesalahan perkiraan ukuran porsi dapat terjadi dari

responden yang gagal mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi makanan atau

kurang paham “rata-rata” ukuran porsi.

6. Supplement Kause/Pemakaian Suplemen bisa menghilangkan catatan makanan atau

mengingat kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi.

7. Coding Error/Kesalahan Pengkodean dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi telah

dikonversi dari ukuran rumah tangga ke ukuran gram dan ketika makanan memakai kode

(e.g.,2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).

8. Mistakes in the Holding of Mixed Disease/Kesalahan dalam Perlakuan

Menggabungkan Hidangan mengakibatkan kesalahan perkiraan dari kandungan gizi per

gram dan juga kesalahan dalam penilaian kelompok makanan tertentu.

IV.2 Penilaian dan Kontrol dari Kesalahan Pengukuran

Kesalahan pengukuran acak dan kesalahan pengukuran sistematik dapat

diminimalkan dengan menggabungkan bermacam mutu-prosedur kontrol ke dalam

setiap tingkatan dari metode penilaian makanan karena itu bisa dilakukan pelatihan dan

latihan kerja untuk pewawancara dan pembaca kode, standardisasi dari teknik

wawancara dan kuisioner, pretest dari kuisioner, dan administrasi dari studi pilot utama

untuk survey. Setiap prosedur dalam penilaian makanan harus sering dicek untuk

menjamin pemenuhan dengan standardisasi umum.

Kesalahan acak tidak seperti kesalahan sistematik, dapat diminimalkan dengan

menambah jumlah observasi. Sebaliknya, kesalahan sistematik bisa berkelompok

dengan hanya beberapa responden (e.g., obes atau subjek tua), wawancara khusus atau

makanan pasti (e.g., alkohol). Urusan tentang akibat dari kesalahan pengukuran sedang

Page 8: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

perkiraan risiko relatif untuk penyakit telah terus meningkat untuk penggunaan dari

studi kalibrasi untuk mengukur kesalahan pengukuran sistematik. Penilaian dari

peniruan dan validitas dari penggunaan metode makanan perlu sekali, khususnya untuk

palang-perbandingan negara dan surveilans gizi (Buzzard dan Sievert, 1994).

IV.3 Non Responden Bias

Kekurangan respon tertentu, namun pemilihan subjek secara acak menghasilkan

bias nonresponden yang signifikan dan dapat terjadi pada semua tipe dari sistem

penilaian gizi. Hal ini penting karena subjek tidak terlibat dalam survei konsumsi yang

memiliki karakteristik diluar dari karakteristik responden yang diintervensi hal ini

berbeda dari responden. Sebagai contoh, wanita karir bisa saja menjadi “non responden”

pada survei konsumsi hingga ia pensiun. Alternatifnya, makanan yang diberikan untuk

program kerja (intervensi), beberapa dari partisipan yang status gizinya sudah mulai

membaik bisa saja keluar dari program ini akibat meremehkan program yang dibuat

pada kondisi ini sulitnya memperoleh data yang valid atau dengan kata lainnya hasilnya

bisa menyesatkan.

Usaha yang dilakukan untuk mengurangi nilai dari nonresponden dan agar

mempermudah dalam penilaian makanan, yaitu dengan cara melakukan lewat POS atau

melalui telepon pada studi survelians dan pelatihan bagi pewawancara agar lebih ramah,

pengertian, dan bisa dipercaya. “ Nonresponden” akan diidentifikasi dan diperiksa

sebagai kelompok yang tidak berbeda jauh dari partisipan yang diakui untuk mengambil

bagian dan mereka tidak berkelompok dengan pewawancara khusus.

Selama survey atau intervensi bias responden bisa terjadi jika responden kurang

memahami apa yang ditanyakan oleh pewawancara, atau tidak memahami isyarat

nonlisan

dari pewawancara yang mungkin hanya membutuhkan jawaban-jawaban umum. Adanya

kelemahan dalam pelaporan dapat ditaksir melalui perbandingan-perbandingan yaitu:

Perbandingan total pengeluaran energy dengan laporan asupan energy (schoeller,

1990)

Menaksir keperluan energy dengan laporan asupan energy (Goldber et al., 1991).

Kebutuhan asupan energy untuk menjaga berat tubuh dengan laporan asupannya.

Penegluaran kation urin dengan laporan asupannya (Zhang et.al., 2000).

Page 9: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

IV.4 Laporan Asupan Energi yang Tinggi

Kelemahan dalam laporan ini adalah keadaan yang biasanya berasal dari bias

responden dan dari dokumen atau pencatatan hasil survei. Kelemahan laporan asupan

energi yang biasanya terjadi adalah kelemahan dari segi pencatatan dan kekurangan dari

segi makanan.

Karakteristik dari kekurangan laporan asupan energy dengan subjek dari beberapa

studi yang mana telah menerima secara detail, dari (Livingstone dan Black, 2003).

Dalam banyak studi tidak ada perbedaan antara kekurangan catatan dan kekurangan

makanan yang telah dibuat.

Factor yang terkait dengan lemahnya laporan energy mencakup status berat badan,

jenis kelamin, umur, pengaruh social ekonomi, kegiatan yang berhubungan dengan

kesehatan, tingkah laku, dan psikologi.

Berat badan: adalah salah satu factor yang paling sesuai yang berkaitan dengan

pelaporan yang rendah.

Umur dan jenis kelamin: keduanya terkait dengan pelaporan asupan energy yang

rendah sebagai contoh perempuan dan orang tua cenderung lebih berisiko meskipun

telah diamati ketidak-sesuaiannya.

Sosial Ekonomi: tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan asupan energy yang

rendah. Dalam beberapa kasus, perbedaan budaya termasuk ke dalam ketidak-sesuaian

tersebut. Contohnya orang Amerika kulit hitam sering memiliki sikap yang lebih santai

terhadapa bentuk tubuh dan berat badan daripada yang dilakukan oleh orang Amerika

kulit putih (Tomoyasu dkk., 2000).

Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan: termasuk merokok dan diet, selama

ini sering dikaitkan dengan pelaporan energy yang rendah, biasanya asupan energy pada

orang yang diet dilaporkan lebih rendah terhadap penambahan berat badannya daripada

orang yang tidak melakukan diet.

Sikap/Perilaku: menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh mana batas pencatatan

asupan makanan dapat bertanggung jawab terhadap pelaporan energy yang rendah yang

dihubungkan dengan kurangnya asupan makanan (Goris dan Westerterp, 1999). Selain

itu penelitian mengenai cara bagaimana perilaku penyidik dan sifat dari pengujian

lingkungan itu sendiri tanpa disadari dapat berkontribusi untuk pelaporan yang rendah

yang juga sangat diperlukan. Dalam beberapa hasil penelitian, difokuskan pada

interview kelopmok, subjek telah diizinkan untuk mengubah pola makan selama

Page 10: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

penelitian; dikarenakan alasan ketidaknyamanan. Malu dan bersalah (Macdiarmid dan

Blundell, 1997; Mela dan Harun, 1997).

Efek-efek Psikologis, termasuk yang terkait dengan gangguan makan, telah dinilai

dengan berbagai instrument untuk mengukur dampak mereka pada pelaporan energy

yang rendah (Stunkard dan Messick, 1985; van Strien dkk., 1986). Sekali lagi, tidak ada

hasil yang sesuai yang telah dicatat. Hubungan antara pelaporan energy yang rendah dan

depresi, keinginan untuk mendapatkan nilai social (Taren dkk., 1999), dan terkahir

masalah emosional (Price dkk., 1997) juga telah diperiksa, dengan hasil yang telah

digabungkan.

Makanan atau minuman yang spesifik mungkin merupakan salah satu pelaporan yang

sudah dengan cara yang masih tidak dapat dipahami dengan baik. Peneliti telah

mengemukakan bahwa perbedaan pelaporan yang rendah daoat muncul dari beberapa

makanan atau minuman yang dianggap “buruk”, seperti alcohol, kue, cookies, gula,

permen, dan lemak. Seabaliknya, daging, ikan, sayuran, salad, dan buah-buahan yang

dianggap makanan “baik” (Livingstone dkk., 1990; Heitmann dan Lissner, 1995; Pryer

dkk., 1997; Tonstad dkk., 1999). Dalam sebuah studi Inggris (Bigham dkk., 1995),

perbedaan yang signifikan dalam pelaporan kandungan gizi kue, gula, lemak dan

sarapan sereal setelah diamati antara orang yang memiliki laporan asupan yang rendah

dan responden lainnya, dibandingkan dengan pelaporan kandungan gizi dari roti,

kentang, daging, sayuran, dan buah.

Dalam sebuah studi di AS, makanan yang paling sering mempunyai pelaporan

kandungan gizi yang rendah adalah kue dan pai, kue lezat, keju, kentang, daging

campuran, minuman ringan, lemak jenis spread dan rempah-rempah (Krebs-Smith

dkk.,2000).

Selain itu, National Pelaporan rendah yang terpilih dari makanan tertentu atau

perubahan dalam pemilihan makanan (atau keduanya) akan mempengaruhi perhitungan

asupan pada gizi makro dan gizi mikro tertentu, serta energi. Hal ini belum dilakukan

penyelidikan secara menyeluruh. Nampaknya bahwa orang yang memiliki laporan

asupan yang rendah, asupan protein yang tinggi, dan karbohidrat sebagai presentase dari

total energi (Briefel dkk., 1997; Voss dkk., 1998).

Seperti yang diharapkan, asupan gizi mikro yang dilaporkan biasanya lebih rendah

pada pelaporan energi yang rendah. Namun, beberapa kandungan gizi mikro dalam

makanan dari orang yang memiliki asupan energy yang rendah relatif berbeda terhadap

Page 11: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

subjek lain yang menyarankan bahwa laporan asupan yang lebih rendah tidak selalu

timbul dari pelaporan yang rendah dari diet secara keseluruhan. Livingstone dan Black

memberikan ringkasan studi untuk membandingkan kandungan gizi dari diet orang yang

memiliki asupan energi yang rendah dengan yang lain (2003).

IV.5 Pelaporan Yang Lebih Dari Asupan Energi

Meskipun umumnya tidak lazim seperti pelaporan yang rendah, pelaporan yang lebih

dari asupan energi juga terjadi. Di Inggris, tahun 1990 penelitian pada orang dewasa,

persentase dari orang yang memiliki laporan asupan yang lebih adalah kecil (Gregory

dkk., 1990). Namun demikian, keduan jenis laporan yang tidak akurat itu harus

dipertimbangkan ketika mengidentifikasi laporan asupan energi yang tidak akurat. Saat

ini, penekanan lebih ditujukan untuk mengidentifikasi pelaoporan yang kurang

kemudian pelaporan yang lebih dari asupan energi.

IV.6 Keinginan Masyarakat Dan Penyimpangan Persetujuan

Keinginan sosial (kecenderungan untuk merespon sebaik mungkin untuk

menghindari kritikan) dan persetujuan sosial (kecenderungan untuk dipuji) adalah dua

sumber utama dari penyimpangan yang mungkin terjadi dalam metode penilaian diet.

Penyimpangan sifat sosial mungkin disengaja atau sebuah bentuk penipuan diri sendiri

(Roth dkk., 1986).

Worsley dkk. (1984) telah merekomendasikan penggunaan dari sifat sosial dalam

skala survei diet untuk mengidentifikasi dan mungkin untuk mengontrol variabel sifat

masyarakat. Mereka menyarankan agar asupan makanan tertentu yang dilaporkan seperti

buah-buahan dan sayuran segar dan makanan manis adalah hal-hal yang rentan terhadap

kebutuhan persetujuan sosial dan sebab itu merupakan sumber potensial dari

penyimpangan/bias sistematis. Ada beberapa fakta bahwa jenis kelamin dapat

mempengaruhi sifat sosial dan penyimpangan persetujuan sosial (Hebert dkk., 1995,

1997), dan keberadaan mereka mungkin harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut

Saya jarang makan makanan ringan antara makan. (B)

Saya selalu sikat gigi setelah setiap saya makan. (B)

Saya hampir tidak pernah makan permen atau coklat. (B)

Saya sering menonton TV atau membaca koran sambil makan-makan. (S)

Ada banyak kesempatan telah saya lakukan ketika saya tidak mencuci tangan

sebelum makan. (S)

Saya tidak pernah minum alkohol bila saya sendiri. (B)

Page 12: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Saya sering makan makanan dengan terburu-buru. (S)

Tata krama saat saya makan di rumah adalah sebaik ketika saya makan di

restoran. (B)

Saya mencoba untuk menghindari memakan makanan yang diangkat. (B)

Telah terjadi beberapa kali ketika saya “menyerbu kulkas”. (S)

Saya biasanya memakan semua makanan di piring saya. (B)

Saya tidak pernah “benar-benar mabuk” dalam hidup saya. (B)

Laporan digunakan untuk menilai sikap terhadap makanan dan minuman. Huruf (B)

atau (S) setelah setiap pernyataan menunjukkan apakah jawaban benar atau salah

adalah respon sosial yang disurvei. Dari Worsley dkk. (1984) dengan izin.

IV.7 Kesalahan Pewawancara

Dalam semua studi diet, desain percobaan harus memberi penilaian pada setiap

penyimpangan pewawancara yang potensial sehingga metode statistik dapat diterapkan

untuk memperbaiki sumber kesalahan pengukuran diet (Slimani dkk., 2000). Kesalahan

pewawancara mungkin termasuk kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan memeriksa

pertanyaan, mencatatat jawaban, kelalaian yang disengaja, kesalahan yang terkait

dengan pengaturan wawancara, gangguan, kerahasiaan dan anonimitas dari responden,

dan tingkat hubungan antara pewawancara dan responden (Fowler dan Mangione,

1990).

Kesalahan pewawancara terdapat pada hari peng-acak-an dan pewawancara, dan

atau teratur pada pewawancara tertentu dan responden tertentu (Anderson, 1986).

Penyimpangan dapat dikurangi dengan standarisasi recall 24 jam dengan mikro-

komputer berbasis wawancara diet.

Pendekatan yang paling umum untuk menilai kesalahan pewawancara adalah

dengan cara membandingkan asupan nutrisi yang dihitung dari beberapa pewawancara

yang dilakukan secara sendiri-sendiri pada subjek yang sama selama 24 jam waktu

makan, menggunakan beberapa pewawancara yang terlatih. Frank dkk. (1984) metode

ini digunakan untuk mempelajari efek dari latihan pencatatan asupan gizi yang dihitung

oleh pewawancara. Mereka meneliti sejauh mana kesepakatan deskriptor makanan,

jumlah makanan, pemberian kode, dan penghitungan asupan gizinya. Hasil mereka

menunjukkan kesulitan dalam proses kuantifikasi dari makanan yang dipilih seperti

daging dan permen. Perbedaan signifikan dalam penghitungan energi, lemak, dan lemak

tak jenuh akibat perbedaan kode makanan pada makanan ringan, juga ditemukan.

Page 13: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Metode yang dilakukan oleh beberapa wawancara juga berhasil dilakukan oleh

Nasional Heart, Lung, dan Blood Institute untuk Program Klinin Penelitian Lipid

mereka. Para penyelidik menyimpulkan bahwa pewawancara tidak berpengaruh

terhadap perhitungan asupan energi, protein, dan lemak dari subjek. Sebaliknya,

meskipun upaya keras dilakukan untuk standarisasi komputer yang dibantu dengan

metode recall 24 jam yang digunakan dalam penyelidikan EPIC, yang telah diamati

pewawancara berlaku di negara-negara tertentu di antara 90 pewawancara termasuk

dalam koleksi sekitar 37.000 recall 24 jam (Slimani dkk., 2000), walaupun tidak

diseluruh negara dari negara yang sama. Dalam kajian ini, efek pewawancara didasarkan

pada rata-rata asupan energi per pewawancara, memperhitungkan efek luar dari umur,

indeks massa tubuh, kebutuhan energi, hari, musim, diet khusus, dan aktivitas fisik.

Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber potensial kesalahan

dalam penyelidikan diet (Wynder, 1994). Suatu kecermatan dan acuan standar

wawancara, sebaiknya dijalankan melalui komputer, dapat membantu meminimalkan

efek. Ketika beberapa pencacah bekerja, tugas dari pencacah-responden-hari harus

diacak, dan pencacah harus dilatih untuk mengenali dan mengantisipasi sumber potensi

dari penyimpangan dan kesalahan (Wakefield, 1966). Menghargai pertimbangan oleh

pewawancara harus selalu dihindari (Hughes, 1986)

Survei diet yang melibatkan beberapa kelompok etnis atau budaya, disarankan

untuk menggunakan pewawancara yang akrab dengan setiap bahasa dan budaya.

Perawatan juga harus diambil untuk memastikan bahwa setiap pencacah tidak hanya

ditugaskan khusus untuk kelompok-kelompok etnis atau budaya, sebagai pewawancara

dan pengaruh kelompok dapat menjadi efek yang luar biasa, perhatian khusus diberikan

dengan cara memberikan pertanyaan, dan bagaimana orang berpikir dan menjelaskan

tentang jumlah dan makanan yang dikonsumsi di setiap kelompok etnis atau budaya

(Hankin dan Wilkens, 1994). Hal ini mengharuskan pelatihan difokuskan pada metode

etnografi (Buzzard dan Suevert, 1994). Secara umum, pewawancara perempuan lebih

baik karena mereka umumnya memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai

makanan, bahan-bahan, persiapan dan pengolahan, dan ukuran porsi.

IV.8 Penyimpangan Memori Responden

Kegagalan memori dapat mempengaruhi metode recall dalam dua cara: responden

mungkin lupa untuk mengambil makanan yang seharusnya dikonsumsi (kesalahan dari

kelalaian) atau laporan makanan yang tidak dikonsumsi selama hari di recall. Kedua

Page 14: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

sumber kesalahan telah dilaporkan dalam beberapa studi yang di-recall 24 jam yang

dibandingkan dengan pengukuran yang dicatat pada hari yang sama (Keantzler dkk.,

1982; Karvetti dan Knuts, 1985; Brown dkk., 1990). Karakteristik tertentu dari subjek

seperti jenis kelamin (Johnson dkk., 1994; Briefel dkk., 1997) usia Karvetti dan Knuts,

1985; van Staveren dkk., 1994), dan tingkat pendidikan atau kelompok etnis 9Klesges et

al., 1995), serta pengaturan umum dari wawancara (Krall dkk, 19880, juga dapat

mengganggu proses kognitif dan mengingat informasi.

Seperti biasa untuk meminimalkan kesalahan yang dihasilkan oleh penyimpangan

memori dalam recall 24 jam adalah dengan menggunakan teknik wawancara multiple

proses (Bagian 3.1.1.), “memeriksa” pertanyaan, standarisasi “segera” atau bantuan

memori seperti model makanan. Tersebut akan dibahas pada gilirannya di bawah ini.

Beberapa wawancara mengenai diet, secara otomatis yang dilakukan dengan

menggunakan microcomputer, saat ini masih banyak digunakan dalam survei nasional.

Kombinasi ini meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan makanan dan

standarisasinya secara mendetail dalam menjelaskan makanan dan metode umum yang

digunakan untuk mendapatkan rincian spesifik untuk makanan tertentu.

Bantuan memori juga dapat mengurangi hilangnya memori. Bantuan ini terdiri dari

plastik atau tanah liat simulasi makanan, lukisan berwarna berukuran natural, atau

fotograph. Saat ini bantuan yang tersedia sebagai bagian dari berbagai keberhasilan,

mereka memiliki keuntungan tambahan dengan mengurangi kesalahan dalam

pengukuran porsi. Dalam kasus tersebut, serangkaian keberhasilan model makanan atau

foto dari berbagai ukuran dari porsi dapat dipergunakan secara rinci.

Secara umum, makanan yang berkontribusi secara signifikan kepada hidangan

utama jauh lebih baik daripada, bumbu salada, dan sebagainya. Guthrie (1984)

melaporkan bahwa satu di enam responden, bumbu selada terlupakan.

Meminimalkan jangka waktu antara asupan makanan dan recall responden, akan

mengurangi kehilangan memori dalam metode recall. 24 jam adalah jangka waktu yang

sering dipilih untuk memori berdasarkan prosedur recall. Pemeriksaan recall pada

kemampuan responden, penggandaan recall, pengumpulan secara mandiri oleh dua

terlatih untuk wawancara yang periodenya 24-h, dapat diperoleh. Prosedur tersebut

menunjukkan kesalahan pada anak-anak mulai dari 9% menjadi 21%.

Penilaian yang akurat dari asupan makanan pada anak-anak sangat menantang, dan

peningkatan pentingnya dengan meningkatnya keprihatinan tentang kegemukan pada

Page 15: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

anak-anak. Anak-anak cenderung memiliki diet yang sangat variabel dari hari ke hari.

Dan mereka sering mengubah kebiasaan makanan secara signifikan. Penelitian dan

pengembangan pada waktu tertentu mengisyaratkan laporan yang lebih akurat dapat

membantu dalam diet anak-anak mereka, dengan menggunakan pendekatan kognitif-

pengolahan, yang timbul.

Warren et al (2003) menyimpulkan bahwa anak-anak usia 5-7 tahun tidak dapat

memberikan recall yang akurat pada diet mereka saat makan siang di sekolah, terutama

ketika mereka mengkonsumsi makan malam yang disediakan oleh sekolah dibandingkan

dengan makan siang mereka sendiri. Hidangan yang paling diingat anak-anak; leftlovers

yang tidak mudah dilaporkan. Tidak ada keraguan tht diperlukan bekerja lebih pada

metode yang lebih akurat untuk menentukan apa yang dimakan anak-anak usia kurang

dari 8 tahun.

IV.9 Salah Estimasi Ukuran Dari Porsi Yang Dikonsumsi

Kesalahan yang berkaitan dengan proses kuantifikasi porsi makanan yang

dikonsumsi mungkin kesalahan terbesar dalam pengukuran diet metode assesment.

Kesalahan itu dapat timbul dari responden yang gagal untuk mengukur secara akurat

jumlah makanan yang dikonsumsi, atau lebih dari salah satu “rata-rata” porsi ukuran.

Sayangnya, sangat sedikit siswa yang telah berusaha untuk mengukur sumber dari

kesalahan ini.

Perbedaan responden dalam kemampuan mereka untuk secara akurat

memperkirakan porsi ukuran visual. Secara umum, perbedaan tersebut muncul secara

mandiri dari umur, berat badan, status sosial, dan jenis kelamin responden, tetapi

mereka tidak berbeda dengan jenis dan ukuran makanan. Kesalahan besar mungkin

terjadi, misalnya, untuk estimasi makanan dalam volume tinggi atau rendah dalam berat

utuh atau terpotong-potong dari makanan dalam bentuk yang berbeda. Selain itu,

responden lebih sulit untuk memperkirakan ukuran besar dari mereka kemudian

melakukan hal yang kecil, terlepas dari berat badan.

Guthrie (1984) menilai keakuratan dengan orang dewasa muda dapat menjelaskan

porsi makanan yang dikonsumsi, dalam hal ukuran rumah tangga. Tidak ada model

makanan yang digunakan dalam kajian ini. Kemamupan responden untuk menjelaskan

jumlah makanan yang dikonsumsi oleh kaum miskin. Untuk makanan 13 item,dari 6%

hingga 75% dari responden diperkirakan porsi ukuran yang bervariasi oleh lebih dari

50% dari berat mereka. Dari responden, lebih dari 26% secara konsisten atau jelas

Page 16: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

semua makanan dimakan. Dilaporkan dari asupan air jeruk dan susu yang dekat dengan

asupan yang sebenarnya seperti yang dilaporkan pada makanan seperti sereal sarapan

dan mentega.

IV.10 Pengukuran Bantu Untuk Mengukur Porsi Ukuran

Beberapa jenis bantuan porsi ukuran pengukuran telah dikembangkan untuk

digunakan dalam studi diet, dalam upaya peningkatan keakuratan porsi ukuran

memperkirakan ketika weigthing metode tidak dapat digunakan. Pengukuran ini telah

diklasifikasikan kedalam dua dan tiga dimensi memori bantuan.

Pengukuran bantuan paling sering digunakan adalah ukuran rumah tangga, dan

gambar foto dan model abstrak dan bentuk geometris. Di negara berpenghasilan replika

dari makanan pokok sebenarnya dapat berguna. Dalam semua kasus, pengukuran

bantuan yang menggambarkan berbagai ukuran dari porsi harus digunakan untuk

menghindari kecenderungan untuk tanggapan langsung.

Efek dari porsi ukuran bantuan pada ketetapan perkiraan jumlah kadang-kadang

sulit untuk menafsirkannya. Beberapa studi belum memberikan keterangan jelas dari

porsi ukuran bantuan. Belum meneliti kesalahan, khususnya yang berkaitan dengan

porsi bantuan, tapi bukan dinilai memiliki kesalahan yang terkait dengan kombinasi

prosedur yang digunakan dalam metode diet.

IV.11 Hasil Model/Contoh Makanan dan Ukuran Rumah Tangga

Telah digunakan dalam beberapa survey nasional konsumsi makanan

membandingkan ukuran porsi melaporkan ketelitian dari 2 dimensional (2-D) model

makanan dan sebuah range dari ukuran 3-D, sekarang digunakan sebagai sebuah dalam

komponen dietary dari NHANES. 2-D model makanan adalah 32 riwayat setiap ukuran

gambaran dari tempat rumah tangga (gelas, mugs, mangkuk), bentuk (gundukan dan

lebarnya), dan model geometric (lingkaran, sebuah kabel listrik,dan ketebalan batang).

Ukuran 3-D membantu mengukur cangkir, sendok, dan sebuah penggaris. Secara

keseluruhan, kedua 2-D dan 3-D relative membantu menuntun membangkitkan

estimasi yang baik dari jumlah makanan, walaupun dalam study ini, memperoleh

estimasi lebih akurat pada rata-rata dengan 2-D dari petunjuk 3-D, special untuk

gundukan makanan. Investigator lain mempunyai laporan bahwa gambar 2-D adalah

sama efektif model 3-D (Pietinen et al., 1988; Posner dkk., 1992).

Estimasi Ukuran Porsi untuk daging adalah terutama sukar oleh karena bentuk yang

luar biasa dari ukuran bagian dari daging. Tentu saja, dalam study oleh Weber dkk

Page 17: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

(1997), kesalahan dalam estimasi dari ukuran daging (steak) samapai 80% yang

ditemukan. Godwin dkk (2001) memiliki penyelidikan/penelitian penggunaan dari

variasi penentuan estimasi ukuran porsi (seperti kantong, papan taraf, penggaris,

diagram dan ukuran jaringan). Sumber besar dari kesalahan mencatat untuk estimasi

dari ketebalan dari pada panjang atau lebar, perlengkapan untuk perceptual factor.

Kesalahan estimasi ukuran porsi (30%-73,2%) dilaporkan untuk estimasi ukuran porsi

dari daging utuh dengan lebih dari satu dimensi luar biasa (seperi tulang rusuk),

terlepas dari pertolongan ukuran digunakan untuk estimasi ukuran porsi. Oleh karena

ketidakakuratan itu rekomendasi penelitian penggunaan penetapan standar berat

berdasarkan pada kategori ukuran porsi (i.e., kecil, median, dan besar) untuk estimasi

ukuran luar biasa bagian dari daging sebagai tulang rusuk. Untuk bagian, lebih sering,

ukuran daging, sebuah garisan akan digunakan untuk estimasi panjang dan lebar,

bersama dengan makanan spesifik, menstandarisasikan ukuran dari ketebalan. Untuk

hubungan tipe sosis, digunakan dari sebuah diagram sosis sebagai pengganti dari

sebuah garisan/batasan, adalah yang terkomendasikan (Godwin et al., 2001). Penelitian

membandingkan ketelitian dari bantuan pengukuran porsi dalam mengontrol test

lingkungan yang sangat wajib. Nelson dan Haraldsdottir (1998a, b) memberikan detail

dalam bentuk dari banyak study, dengan referensi particular untuk penggunaan gambar

untuk mengukur ukuran porsi. Penggunaan dalam studi tersebut membantu dalam

memperkenalkan kedua makanan yang tidak dapat diukur kebenarannya dan populasi

subkelompok buat siapa yang menggunakan gambar 2-D atau gambar yang tepat.

Dalam kondisi untuk melatih pewawancara, beberapa study memiliki penelitian

apakah itu berguna untuk deretan responden untuk penggunaan penentuan pengukuran

porsi sepersi pada hasil model makanan atau ukuran rumah tangga. Pada umumnya,

pembahasan penggunaan pelatihan kelompok pendek untuk responden menggunakan

contoh/model makanan atau ukuran rumah tangga harus dianjurkan. Pembahasan

pelatihan mempertinggi kecakapan dari kedua anak dan dewasa untuk estimasi ukuran

porsi makanan yang akurat, walaupun untuk anak-anak, mungkin diperlukan

menggunakan sebuah kombinasi dari contoh/model makan dan gambar ukuran

makanan mungkin adalah baik (Howat dkk., 1994).

IV.12 Mengukur Referensi Standart Ukuran Porsi

Questionari Frekuensi semikuantitatif makanan, digunakan menurut tingkatan

individu untuk makanan atau asupan makanan, seringkali menentukan sebuah referensi

Page 18: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

standar ukuran porsi untuk penetapan makanan lainnya. Khusus ini adalah akan

mewakili median jumlah konsumen selama sebuah makanan sendiri. Nilainya mungkin

generasi dari negara ditetapkan survey nasional gizi (seperti: Block dkk., 1986) atau

survey besar (seperti: Willet dkk., 1985).

Banyak efek factor langsung ukuran porsi makanan, mencakup umur, gender,

tingkat aktivitas, selera makan individu, penggunaan alat-alat rumah tangga, dan

dimana dan kapan makanan didapatkan dan dimakan. Membandingkan langsung dari

porsi dari makanan pasti (seperti, irisan dari roti, mentega, keju dari bermacam alat

rumah tangga (seperti cangkir the, dan gelas minum) digunakan dalam 30 rumah

tangga dengan referensi standart ukuran porsi digunakan di Netherlands pada waktu itu

(Van Staveren dan Hulsof, 1980). Hasilnya ditekankan pada antara perbedaan dalam

ukuran porsi untuk keadaan rumah tangga ini. Pada saat observasional setting seperti

sebagai kantin sekolah, berat langsung dari makan saji dapat merubah sebanyak 18%

(Comstock dan Symington, 1982).

Pendapat dari penemuan ini, penggunaan dari referensi standar ukuran porsi

dalam kuesioner frekuensi makanan adalah masih diperdebatkan dengan hebat.

Beberapa investigator berargumentasi bahwa karena variasi dalam asupan makanan

sebagian besar ditentukan oleh frekuensi dari konsumsi, memperoleh informasi dari

ukuran porsi dalam kuesioner semikuantitatif frekuensi makanan tidak selalu

dibenarkan (Samet dkk., 1984); Noethlinfs dkk., 2003). Penggunaan kecil rekomendasi

lain, medium, dan porsi besar, didasarkan pada umur dan jenis kelamin spesifik median

ukuran porsi sebagai standar (Cummings dkk., 1987). Investigator Jepang mempunyai

perhatian bahwa kontribusi relative makanan, sehingga terpisah apakah keraguan pada

ukuran porsi akan mencakup tergantung pada kelompok makanan relevan untuk diet

penyakit gabungan menjadi pelajaran (Tsubono dkk., 1997).

Ada beberapa pertentangan dalam literature diantara penggunaan referensi

standar ukuran porsi. Dua contoh dari referensi standar ukuran penyajian ditetapkan

untuk penggunaan dalam Food Guide Pyramid (FGP) oleh USDA (USDA, 1992) dan

untuk label makanan oleh U.S Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA, 1993),

adalah membandingkan dengan referensi standar ukuran porsi umum oleh Willet. et. al

(1985) dan Block et. al (1986) tidak konsekwenan terjadi antara referensi standar

ukuran porsi.

Page 19: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

IV.13 Penghilangan Informasi Tentang Penggunaan Suplemen Gizi

Pencatatan yang benar dari penggunaan suplemen makanan dalam sebuah survey

yang dilakukan di negara-negara industry sekarang telah menjadi sangat penting.

Misalnya, di Amerika Serikat kira-kira 40% penduduk yang disampel selama

NHANES III antara tahun 1988 dan 1994 menggunakan suplemen vitamin atau mineral

pada beberapa waktu selama tahun 1996 sampai 1997 (Russel dkk., 1999).

Perbedaan-perbedaan muncul dalam terminology dan metode-metode yang

digunakan untuk mengukur suplemen makanan dan criteria yang digunakan untuk

mendefinisikan pengguna suplemen makanan, sehingga membatasi perbandingan lintas

penelitian-penelitian (Brownie dan Myers, 2004). Selain itu, periode waktu optimal

dalam penggunaan suplemen makanan sebaiknya dicatat belumlah ditentukan. Dalam

NHANES III, informasi terinci tentang frekuensi dan jumlah dari tujuh kategori

suplemen vitamin dan mineral yang digunakan selama bulan terakhir dikumpulkan

(Briefel dkk., 2000), sedangkan dalam survey nasional Selandia Baru, data tentang

level dan jenis suplemen vitamin dan mineral yang digunakan hanya selama 24 jam

sebelumnya (MOH, 1997; Russell dkk., 1999).

Survei Nutrisi dan Makanan Nasional Inggris terhadap orang-orang yang berumur

tahun atau lebih memperoleh informasi tentang penggunaan suplemen dari jawaban-

jawaban pada sebuah kuesioner kesehatan dan gaya hidup dan catatan makanan

berbobot. Perbandingan total asupan gizi dan indeks-indeks biokimia darah yang

bersesuaian menunjukkan bahwa catatan 7-d tidaklah cukup panjang untuk mencatat

penggunaan suplemen makanan biasa. Malah, sebuah kuesioner yang terstruktur yang

menyelidiki penggunaan suplemen selama periode waktu yang lebih lama

direkomendasikan. Ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup mengenai merek khusus

yang diminum, jumlah per pil, frekuensi penggunaan, dan durasi penggunaan (Bates

dkk., 1998; Bates, 2000). Kesimpulan serupa dicapai oleh Patterson dkk., (1998b).

peneliti-peneliti ini juga menekankan bahwa kesalahan-kesalahan pengukuran yang

berkaitan dengan asupan vitamin dan mineral suplemen jangka panjang mungkin

bertanggung jawab untuk ketiadaan hubungan teramati antara suplemen-suplemen

vitamin dan resiko kanker.

Informasi akurat tentang nama-nama merek adalah penting untuk suplemen-

suplemen makanan karena variabilitas antar-merek adalah besar. Sebenarnya,

kegagalan untuk menghitung secara benar dosis sebuah suplemen bias memiliki

Page 20: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

dampak yang lebih dari pada estimasi asupan zat gizi daripada dari sumber asupan

makanan yang diberikan kurang. Selain itu, bentuk kimia dari suplemen-suplemen

makanan bias mempengaruhi ketersedian biologisnya, sehingga lebih disukai untuk

mencatat karakteristik kimia dari suplemen-suplemen makanan, bilamana

memungkinkan membach ( 2001 ). Ini biosa dicapai dengan meminta peserta-peserta

untuk meminum suplemen-suplemen makanan yang mereka sediakan. Dengan cara ini

pewawancara bias menjamin jenis dan jumlah yang dicatat adalah benar ( Patterson

dkk, 1998a).

Di Australia, dibuat sebuah data base terinci mengenai komposisi dari berbagai

suplemen makanan yang terjual. Database ini bias dicari menurut angak identifikasi

daftar barang Terapi Australia [ Australia Register of Therapeutic Goods ( ARTG ) ],

nama produk, atau berbagai bidang lainnya ( Ashton dkk., 1997 ). Di Amerika Serikat,

database tenmtang komposisi suplemen-suplemen makanan yang bermerek diperluas

pada tahun 2001 untuk penggunaan didalam NHANES/CSFII. Sekarang survei ini

memberikan banyak penekanan pada penggunaan suplemen-suplemen makanan oleh

konsumen daripada di masa lalu. Pemakaian defenisi ssuplemen makanan dari Undang-

Undang Pendidikan dan Kesehatan Suplemen Makanan [ Dietari Supplement Health

and Educatiaon ( DSHEA ) ] tahun 1994 juga akan menghindari beberapa kesulitan

yang timbul dimasa lalu dalam penafsiran data tentang penggunaan suplemen

( Brownie dan Myers, 2004 ).

IV.13 Kesalahan Pengodean

Pengunaan sebuah sestem pengodean yang terstandarisasi adalah penting untuk

surveilans nutrisi, dan untuk penelitian-penelitian lintas-budaya yang melibatkan

perbandingan internasional ( Arab, 1985 ). Pada kasus-kasus demikian, perbedaan-

perbedaan dalam pengkodean, baik sepanjang waktu atau antara Negara-negara, bias

mengaburkan perbedaan – perbedaan potensial atau perbedaan-perbedaan antara

Negara dalam asupan makanan ( Buzzard dan Sievert, 1994; Slimani dkk., 2000 ).

Dalam penelitian SENECA awal, misalnya, beberapa kesulitan dialami dalam

membandingkan asupan makanan lintas tempat-tempat eropa, yang dihubungkan

dengan masalah-masalah dalam mengklasifikasikan makanan menurut sestem

Eurocode ( Kohlmeier, 1992; Scholl dkk., 1997 ). Yang terakhir ini telah direvisi, dan

sestem baru adalah lebih memuaskan.

Page 21: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Untuk mengatasi masalah-masalah dengan sestem pengkodean yang digunakan

skema perbandingan antar-negara, INFOODS telah mengembangkan aturan

danpedoman untuk identifikasi makanan, defenisi komponen makanan, dan deskripsi

data komponen makanan. Juga INFOODS membuat database software yang

bberhubungan dengan komposisi makanan dan nutrisi. Informasi bisa diperoleh pada

situs web mereka. (htttp://www.fao.org/infoods/).

Di masa lalu, menggandakan pengkodean pencarian ulang atau catatan oleh

pengkode-pengkode independen digunakan sebagai control kualitas untuk pengkodean.

( Jezton dkk. 1979 ). Melaporkan bahwa kesalahan-kesalahan pengkodean yang timbul

dari deskripsi makanan yang tak memadai dari pada kesalahan-kesalahan bobot

mengfhasilkan efisien variasi yang berkisar dari 3% untuk protein dan 8% untuk total

lemak sampai 10% untuk rasio asam lemak poli-tak jenuh: asam lemak jenuh.

Kesalahan-kesalahan yang dalam pengkodean bias dikurangi jika “ aturan pengkodean”

dibuat untuk berhubungan dengan pendeskripsi-pendeskripsi makanan yang tak

lengkap atau kabur (Anderson, 1986 ), dan database besar digunakan, dengan rentang

jenis makanan yang menyeluruh ( Dwyer dan Suitor, 1984 ). Yang terakhir ini

memampukan pengkode untuk memilih jenis makanan yang tepat dengan lebih cepat.

Kesalahan-kesalahan kode makanan telah banyak berkurang melalui otomatisasi

dan penyatuan pengumpulan data dan proses pengkodean dan dengan memungkinkan

kode-kode makanan dihasilkan secara otomatis oleh pengkode yang memilih jenis

makanan dari menu tarik-turun ( pull-down ) yang berbasis computer. Kedua strategi

ini digunakan untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan makanan-makanan

dalam program EPIC-SOFT yang digunkan untuk penelitian EPIC, dalam upaya

meminimalkan penafsiran-penafsiran subjektif dan kesalahan pengkodean. Pertama,

daftar makanan dan hidangan campuran dinegara khusus yang ditentukan sebelumnya

dikumpulkan, yang diklasifikasi menurut sub kelompok makanan dan makanan umum.

Daftar ini juga meliputi makanan yang “ tidak khusus “ yan g digunakan ketika

responden-responden tak mampu mengambarkan makanan-makanan secara memadai.

Penggunaan makanan generik ini meminnimalkan keputusan-keputusan sembarang

oleh pewawancara.Kedua, tingkatan untuk mengambarkan setiap hidangan dan

makanan campuran distandarisasikan negara.Rincian diberikan dalam Slimani dkk.

( 2000 ).

Page 22: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Ketika peilaian makanan dilakukan di rumah, scanner koda-batang bias

digunakan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam pengkodean informasi nama

produak untuk jenis-jenis yang bermerek. Scanner demikian juga mengurangi waktu

yang dihabiskan pada pemasukan data. Scanner-scanner ini digunakan dalam Survei

Nutrisi Nasional 1997 di Selandia Baru ( MOH, 1997 ) dan Survei Nutrisi Anak-Anak (

Parnell, 2003 ). Pembaca kode-batang juga digabung kedalam sestem analisis gizi yang

dibuat oleh peneliti-peneliti Inggris. Perbandingan dengan sestem manual konvensional

mengungkapkan bahwa pemasukan data untuk analisis gizi adalah lebih cepat dengan

sestem kode batang ( catatan 29 menit versus 47 menit per 7-d ), tetapi perbedaan-

perbedaan antara kedua metode untuk asupan rata-rata untuk makronutrien dan

mikronutrien adalah kecil ( Anderson dkk., 1999 ). Temuan-temuan ini menunjukkan

bahwa keunggulan utama dari sestem scanner kode batang adalah dalam mengurangi

waktu yang menghabiskan pada pemasukan data.

Kesalahan kode makanan dapat dihindari oleh standarisasi kode terdahulu untuk

pembelajaran, dan melekat pada tugas mereka. Frank dkk (1984 ) mencatat bahwa

penggunaan kuantitas dari komsumsi makanan sebagai dasar untuk melukiskan kode

makanan, dibandingkan dengan waktu mengkomsumsi, mendorong kearah beberapa

ketidaksesuaian dalam tugas kode makanan oleh pewawancara yang berbeda. Dalam

program pengembangan EPIC-SOFT untuk study European EPIC, 24-h mengingatkan

metode pembagian kedalam kumpulan komsumsi makanan biasa kesempatan

sepanjang dari “ sarapan “ sampai “ setelah makan malam “ dan selama malam.

Sebuah daftar yang juga memikirkan dan beradaptasi untuk kebiasaan diet local dari

keikutsertaan Negara lain, sehingga pewawancara dapat menjamin bahwa tidak ada

komponen utama dalam mengkomsumsi makanan yang dilupakan (Slimanidkk., 2000).

Kesalahan Kode berat mungkin juga terjadi selama kode materi makanan.

Deteksi mereka dapat menjadi fasilitasi yang mencakup sebuah rutinitas dalam

program computer bahwa bendera subjek dengan 10 paling tinggi dan 10 paling rendah

asupan harian dari energy dan seleksi nutrisi, seperti protein, kalsium dan besi. Check

yang dapat menjadi kesalahan berat dalam kode data untuk seleksi subjek ini ( Sabry

dkk., 1984 ).

Sistem EPIC-SOFT juga merancang untuk check untuk outliers timbul dari

kesalahan berat, seperti halnya untuk kehilangan informasi, selama subjek

menghadirkan ketenagan. Ini dicapai oleh perhitungan energy dan asupan macronutrisi

Page 23: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

dari 24-h mengingatkan seketika setelah wawancara. Perhitungan nilai dimana

kemudian check melanggar syarat dasar pada subjek umur, jenis kelamin, berat dan

tinggi. Seperti sebagai batas strategi sebuah posterion keputusan berubah pada nilai

outlier atau data makanan yang tidak di percaya ( Slimani dkk., 2000 ).

IV.14 Kesalahan Dalam Menangani Pencampuran Makanan

Ada dua sumber utama dari kesalahan selama pencampuran makanan. Pertama

mungkin kesalahan yang terjadi selama kerusakan tercampurnya masakan kedalam

wadah mentah dan perubahannya menjadi sebuah bentuk “ yang dapat dimakan “.

Perubahan selalu melibatkan factor pengaturan dari kedua perubahan berpengaruh

sampai memasak dan untuk menyimpan makanan yang bergizi. Setelah menerapkan

pengaturan yang tepat jenis yang “ dimakan “ digunakan, serta dengan penilaian

kuantitas dari tercampurnya masakan yang dikomsumsi oleh subjek contohnya dari

perhitungan yang terbentuk dalam table 5.7. Sumber yang kedua dari kesalahan yang

mungkin berasal dari selama pemindahan tercampurnya masakan ke kelompok

masakan yang tepat. Biasanya, ini terjadi pada bahan utama disetiap makanan yang

bercampur. Seperti sebuah pendekatan, bagaimanapun, sering kali hasil penilaian tidak

benar untuk kontribusi kelompok makanan besar menjadi energy dan asupan makanan.

Sebagai contoh, kelompok lemak dan minyak mungkin dua kali lipat dari kontribusi

energinya dari 5%-12% ketika pencampuran makanan dinyatakan salah ( Krebs-Smith

et al., 1990 ). Untuk menghindari sumber kesalahan ini, semua makanan yang

tercampur akan rusak dalam bahan-bahan dasar, seperti membuat sarapan yang mana

dapat diklasifikasikan kedalam kelompok makanan-makanan mereka. tidak menutup

kemungkinan, ketika pendekatan ini digunakan, itu masih mudah di defenisikan secara

sestem yang mana kebutuhan itu digolongkan sebagai makanan siap ( roti, biscuit, sup,

dan minuman ) dan ini tidak merusak pada bahan-bahan, sebuah prosedur yang diikuti

selama belajar EPIC ( Slimani dkk., 2000 ).

Komposisi puddingtelur

Berat(g)

Jumlah yang dikandungProtein(gr) Lemak (gr) KH ( gr )

Susu 500 16.5 19 23.5Telur 100 12,3 10.9 TrGula 30 0 0 31.5Vanilla essence Tr SecukupnyaJumlah 630 28,5 29.9 55Berat setelah masak 500

Page 24: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Per 100 gr 100 5.8 6 11

Table 5.7 : sebagai contoh dari perhitungan komposisi kandungan nutrisi dari pencampuran makanan. Kehilangan berat selama memasak diakibatkan berkurangnya air.Perhitungan komposisi per 100 gr menggunakan berat masak.Kehilangan dari nutrisi yang utama ini selama pemasakan dianggap nol. Seperti, untuk protein, (28.8/500)x100 = 5.8. KH., karbohitrat ; Tr., Trace. Dari comeron dan Staveren ( 1988 ) dengan izin dari Oxcford University Press.

Maksud Dari Kesalahan Pengukuran Dalam Penepatan Diet

Dengan adanya random dan keaslahn pengukuran secara sistematismerupakan

pengukuran untuk pola segala tipe dari system pengukuran gizi. Adanya seperti

kesalahan penilaian diet dapat berakibat yang serius ketika mengartikan data susunan

makanan :

Laporan rendahnya asupan energi akan mengakibatkan estimasi yang terlalu

tinggi

kekurangan bahan gizi dan karena itu kelaziman kebutuhan bahan gizi tidak cukup

di dalam populasi.

Pemilihan dari beberapa makanan akan menghalangi kegunaan data susunan

makanan yang sebagai pengembangan makanan-dasar garis pedoman diet.

Melemahnya kesalahan pengukuran aturan makanan berkenan dengan kebutuhan

nutrisi dan hasi parameter , sehingga pentingnya gabungan antara diet dan penyakit

yang mungkin tidak jelas. Gejala ini diistilahkan “ penipisan penyimpangan “.

Usaha mengatasi masalah kekurangan energy ditunjukkan dari beberapa

penelitian masuk yang dilaporkan dari kumpulan data ( short et al., 1997 ). Meskipun

demikian, seperti halnya kebenaran sebuah sumber dari tidak diketahui menjadi

kumpulan data dan tidak dianjurkan. Orang lain mendukung pemasukan dari semua

responden, hanyalah penggunaan metode statistic yang mengendalikan kebutuhan

energy. Beberapa metode untuk penyesuaian energy dan pilihan mereka ( Kipnis et al.,

1999 : Mackerras, 1996 ; Huchal., 1999 ), seperti halnya itu digunakan sebagai

perbincangan ( Kohlmeier halich, 1995 ). Perbaikan kebutuhan energy sesuai jika

kekurangan yang terjadi pada tingkatan susunan makanan.Mereka tidak cukup untuk

menyingkirkan prasangka dalam pemilihan beberapa tipe makanan.( contohnya

makanan yang kurang diminati masyarakat ). Kenyataannya, pemilihan sebuah contoh

yang sesuai untuk perhitungan energy tergantung pada pertanyaan penelitian berupaya

Page 25: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

daya tarik; pembaca akan bijaksana untuk berkonsultasi pada ahli statistic tentang

persoalan ini. Dibutuhkan penelitian untuk mengerti ketika metode perhitungan energy

sesuai dan pemilihan contoh yang sesuai dan pertanyaan yang berbeda. Contoh statistic

juga berkembang untuk mengatasi sumber lain dalam data kebutuhan susunan makanan

tetapi dibutuhkan penelitian sebelum mereka dapat digunakan ( Kipnis et al., 2002 ).

Sebenarnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil dari hubungan gizi-

penyakit akan diteliti secara hati-hati sehingga struktur kesalahan pengukuran susunan

makanan dimengerti dengan baik.

Sumberkesalahan

24-h recall Sejarah susunan makanan

Estimasirecord

Berat record

Menghilangkan makananSetelah makananPenyetaraan makananPenyetaraan komsumsi komsumsi makananKontrasi hari kehariPeerubahan dalamMinyak ikan

Gambar 5.8 : sumber kesalahan dalam teknis estimasi konsumsi makanan . kesalahan yang mungkin: keaslahan yang tepat; kesalahan yang tidak mungkin

V. Cara agar hasil Recall Nutrition tetap valid

Karena keberhasilan metode recall ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden

dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat mengingatkan

mutu data recall dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-

turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.

Validasi Data Hasil Pengukuran Konsumsi Makanan

1. Validasi dan Akurasi

Page 26: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Kesalahan dari hasil pengukuran konsumsi makanan dapat bersumber dari validitas

atau akurasi dari metode yang digunakan. Validitas atau akurasi adalah derajat

kemampuan suatu metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk menentukan tingkat validitas dari suatu metode pengukuran konsumsi

makanan, masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya suatu

metode baku (gold standard) yang dapat mengukur konsumsi yang sebenarnya dari

responden.

Oleh karena itu, pengujian validitas suatu metode dilakukan dengan membandingkan

hasil pengukuran suatu metode dengan hasil metode lain yang diketahui lebih baik.

Contohnya menggunakan alat bantu gambar dan food model

Dalam memilih metode pembanding, presisi dan akurasi metode tersebut harus lebih

tinggi dari metode yang diuji. Selain itu kedua metode yang sedang diuji tersebut (yang

diuji dan pembanding) haruslah menguji parameter yang sama dalam kerangka waktu

yang sama pula.

2. Presisi atau Reabilitas

Presisi (tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat

memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi

ditentukan oleh kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu di

antara kedua pengukuran (true daily variation).

Kalau kesalahan pengukuran dapat ditekan semaksimal mungkin, maka tingkat

presisi terutama ditentukan oleh perbedaan konsumsi sesungguhnya pada kedua

pengukuran, jadi hasil pengukuran yang berbeda tersebut bukanlah disebabkan oleh

metodenya yang tidak dipercaya.

Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok masyarakat, perbedaan

antara dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

Berbedanya konsusmsi antara anggota kelompok (variasi antara

individu/responden).

Berbedanya konsumsi dari hari kehari pada setiap anggota kelompok (variasi

intra individu/responden).

Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet harus

dibedakan dan dihitung.

Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi ditentukan oleh beberapa

hal, antara lain :

Page 27: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

Lama waktu pengamatan yang digunakan.

Macam populasi yang diteliti.

Zat gizi yang ingin diketahui.

Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya.

Varians antara dan intra responden.

Page 28: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Metode recall terbukti mempunyai tingkat presisi yang cukup baik untuk menilai rata-

rata konsumsi satu kelompok. Sedangkan untuk menentukan konsumsi dari individu,

pengukuran dengan metode recall tidak cukup 1 hari saja, karena besarnya pengaruh variasi

dari hari ke hari konsumsi seorang responden. Untuk itu dilakukan recall beberapa kali,

sehingga presisinya bisa meningkat.

Pada bab ini meringkas kesalahan secara sistematik dan random yang mungkin terjadi

selama tahap pengumpulan dan pencatatan data komposisi makanan; sumber-sumber yang

terpenting dari kesalahan dirangkum dalam table 5.8.

Kualitas pengawasan cara kerja yang menurun mungkin bersumber dari kesalahan

pengukuran termasuk pelatihan interview dan “coding staff” dan mengembangkan teknik

interviuw dan quisioner selama penerima pemeriksa. Secara meningkat, sumberkesalahan

berasal dari kedua perespon dan pewawancara dan kehilangan ingatan respon dapat

diturunkan oleh pertanyaan pemeriksa program komuter, ditetapkan dengan cepat dan

memberi petunjuk yang tepat selama interview sususnan makanan disestematiskan. Walaupun

demikian, kekurangan energy dan pemilihan dari beberapa tipe makanan sisa yang terpenting

bersumber dari dugaan perespon.

Perubahan dari porsi-membantu pengukuran sekarang tersedia untuk digunakanmetode

penimbangan tidak memungkinkan.ini termasuk penggunan 2-Dyang memakai contoh

makanan atau gambar dan 3-D petunjuk pengukuran ( ukuran rumah tangga ) sebagai

pengukuran porsi makanan yang dikomsumsi. Pelatihan perespon menggunakan petunjuk

pengukuran ini sebagai estimasi ukuran porsi makanan yang akan juga memperbaiki

ketepatan pengumpulan data yang tepat pada konsumen pengguna suplemen makanan yang

essensial; informasi merek, dosis, terbuat dari bahan kimia, dan juga yang digunakan dari

suplemen dietmerupakan pencatatan yang diharuskan pemakaian pengertian dari suplemen

diet ini secara mendesak.

Penetapan suatu sestem persandian standar terkomputerisasi untuk kedua-duanya

makanan dan makanana ( meal ) untuk menghindari kesalahan persandian kritis terutama

untuk perbandingan dan pengawasan. Ini kini dimudahkan oleh pengguna INFOOD diet

menyebut untuk makanan dan, dalam beberapa studi, penggunaan bar-code tersaring

Page 29: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

bermacam item. Pendeteksian sistematis dari kesalahan berat makanan sangatlah sulit,

walaupun computercalculation energy dan pemasukan macronutrient dari recall wawancara,

sedangkan pokok materi masih menyajikan, mengijinkan koreksi tentang segala kesalahan

gross. Akhirnya, kepedulian harus diambil untuk menghindari kesalahan sepanjang

penanganan data untuk hidangan yang dicampur, dengan penggunaan bahan lunak kedalam

komposisi sederhana. Ini kemudian mengubah bentuk yang mentah menjadi bentuk yang

“dimakan”.

Disamping semua usaha untuk memperkecil sumber tentang kesalahan sestematis dan

acak yang boleh terjadi sepanjang pengukuran kebutuhan bahan gizi dan makanan, beberapa

sisa kesalahan sukar untuk meramalkan dan untuk mencegah dan, sebagai hasilnya, boleh

memperkenalkan suatu penyimpangan diferensial didalam laporan kebutuhan makanan. Studi

lebih lanjut untuk menyelidiki sifat dan jenis kesalahan pengukuran yang spesifik, terutama

yang berhubungan dengan underreporting sedemikian sehingga ini dapat diperkecil atau

dikoreksi secara statistic. Dengan cara ini, penafsiran dan analisa tentanag data berkenaan

dengan aturan makan dapat di tingkatkan. Hanya kesalahan pengukuran berkenaan dengan

aturan makan menipis dengan estimasi yang berhubungan dengan resiko penyakit, dan

mempunyai implikasi utama di dalam study permiologi dari penyakit dan factor risiko

berkenaan dengan aturan makan.

III.2 Saran

Hendaknya dalam melakukan survey konsumsi dengan metode recall, harus tetap

memperhatikan validasi agar data yang diperoleh akurat dan tidak terjadi bias informasi baik

dari responden maupun dari petugas survey.

Page 30: Makalah Epid c Klp 3 Recall Nutrition

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Mengukur Status Nutrisi Dewas. http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/390-mengukur-status-nutrisi-dewasa.pdf. diakses pada tanggal 16 Mei 2011

Gibson, R. S. 1990. Principles of Nutritional Assesment. New York : Oxford University PressMegawangi, R & D, K, Pranadji. 1984. Penyederhanaan Metode Recall pada Survei

Konsumsi Pangan Mahasiswa. Media Gizi dan Keluarga VII(2) dan VIII, 35-40.

Riyadi, Hadi. 2001. Buku Ajar : Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Suharjo, Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Supariasa, I, Dewa, Nyoman., Bakri, Bachtyar., Fajar, Ibnu., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanto, D. 1987. Pengukuran Konsumsi Pangan dan Intake Gizi Keluarga dan Individu. Media Gizi Keluarga. 1&2, 9-15.