LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh:NAMA : Khoirul Romadhan, S.Kep.NIM : 082311101031
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan hipertensi di
Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember telah disetujui dan disahkan pada:
tanggal: Agustus 2015
tempat : Ruang Adenium RSD dr. Soebandi Jember
Jember, Agustus 2015
Mahasiswa
(Khoirul Romadhan., S.Kep.) NIM 082311101031
Pembimbing Klinik
( )NIP.
Pembimbing Akademik
( ) NIP.
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
Oleh: Khoirul Romadhan, S.Kep.
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
2. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung
adalah:
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : diafragma
Setiap sisi : paru
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah
yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki
banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh
yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci)
saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih
kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi
dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat
dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah
kecil yang membuka pembuluh darah utama. Kapiler merupakan
pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-
hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat
makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah
arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi
dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah
mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan
menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui
dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama
dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal
110). Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian
atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar
seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang
yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi
vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding
tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO yaitu:
- Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
- Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
a. Diastolik
- < 85 mmHg : Tekanan darah normal
- 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
- 90 -104 : Hipertensi ringan
- 105 – 114 : Hipertensi sedang
- >115 : Hipertensi berat
b. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
- < 140 mmHg : Tekanan darah normal
- 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
- > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut
atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg
disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan
tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2) Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
- Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
- Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
5) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
6) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
7) Kegemukan atau makan berlebihan
8) Stress
9) Merokok
10) Minum alcohol
11) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan
ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
6. Pathways
7. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
- Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
- Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
- Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
- Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
- Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
- Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
- Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
- Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
- Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
- Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
- Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
- EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
- Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
- IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
- CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
- IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
- Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
- (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
9. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
- Pemekaran pembuluh darah
- Perdarahan
- Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
- Malam banyak kencing
- Kerusakan sel ginjal
- Gagal ginjal
c. Jantung
- Membesar
- Sesak nafas (dyspnoe)
- Cepat lelah
- Gagal jantung
10. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
- Diet
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
- Latihan Fisik
- Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Tehnik Biofeedback
2. Tehnik relaksasi
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan
oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,
atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1. Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
2. Step 2. Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
3. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
- Follow Up untuk mempertahankan terapi
11. Cara Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
- Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
- Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
- Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
- Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
- Batasi aktivitas.
12. Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori: Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-
tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani: Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih
50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari,
susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati: Kacang-kacangan kering seperti
tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak: Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran: Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong,
wortel.
6) Buah-buahan: Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam
jumlah terbatas.
7) Bumbu: Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih,
garam tidak lebih 15 gram perhari.
8) Minuman: teh encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam:
- Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur atau soda.
- Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan
pindang, sarden ikan teri, telur asin.
- Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
- Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
- Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju,
mentega.
- Lemak Nabati: Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas: Kool, sawi, lobak, dll.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dasar pengkajian pasien meliputi :
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,
perubahan irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan
tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang,
pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk,
mual dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon
motorik (penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit
kepala, nyeri abdomen.
h. Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat
merokok, batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau
penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.
Prioritas perawatan :
1. Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan informasi tentang proses atau prognosos dan program
pengobatan.
4. Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
b. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.
c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
d. Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi.
3. Perencanaan
a. Dx 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
Kriteria hasil : - pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- pasien akan mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan
- pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang
diresepkan
Intervensi :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
2. Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit
kepala (kompres dingin, tehnik relaksasi)
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya.
3. Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala
(mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular
serebral.
4. Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik
Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis.
b. Dx 2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik
Kriteria hasil : - pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan
- pasien akan melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas yang dapat diukur
- pasien akan menuju penurunan tanda-tanda
intoleransi fisiologi
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menyebutkan parameter membantu mengkaji respon
fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator
dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat
gosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.
Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan O2
3. Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.
Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
c. Dx 3. Gangguan pola nutrisi sehubungan dengan lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
Kriteria hasil : - pasien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi
dan kegemukan
- pasien akan menunjukkan perubahan pola makan
- pasien akan melakukan olahraga yang tepat rasional
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
Rasional : kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung
berkaitan erat dengan peningkatan massa tubuh.
2. Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
lemak, garam, gula sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi
dan komplikasinya.
3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern
individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar
program berhasil.
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam
program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian atau penyuluhan.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
d. Dx 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung sehubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi
Kriteria hasil : - pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan beban yang dapat diterima.
- pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil dalam rengtang normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang
keterlibatan atau bidang masalah vaskular.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap
terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.
3. Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada
hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium)
perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi.
4. Catat edema umum atau tertentu
Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskular.
5. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau
keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan
meningkatkan relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998