Download - LP Hipertensi

Transcript
Page 1: LP Hipertensi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

DI RUANG ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh:NAMA : Khoirul Romadhan, S.Kep.NIM : 082311101031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER2015

Page 2: LP Hipertensi

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan hipertensi di

Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember telah disetujui dan disahkan pada:

tanggal: Agustus 2015

tempat : Ruang Adenium RSD dr. Soebandi Jember

Jember, Agustus 2015

Mahasiswa

(Khoirul Romadhan., S.Kep.) NIM 082311101031

Pembimbing Klinik

( )NIP.

Pembimbing Akademik

( ) NIP.

Page 3: LP Hipertensi

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Oleh: Khoirul Romadhan, S.Kep.

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95

mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada

populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah

diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection

(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari

tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman

Sorensen,1996).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –

104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114

mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.

Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap

lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

2. Anatomi

a. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas

kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang

Page 4: LP Hipertensi

intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung

adalah:

Atas : pembuluh darah besar

Bawah : diafragma

Setiap sisi : paru

Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.

Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan

elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah

yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk

organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur

jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari

jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki

banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh

yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci)

saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih

kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi

dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat

dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :

c. Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot

dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi

diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada

jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah

akan meningkat.

d. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan

langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah

kecil yang membuka pembuluh darah utama. Kapiler merupakan

Page 5: LP Hipertensi

pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan

endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-

hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat

makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah

arteri dan vena.

e. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga

sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi

dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah

mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi

melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan

menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui

dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe

sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama

dalam vili usus.

f. Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk

oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan

secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal

110). Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian

atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar

seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang

yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi

vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding

tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

3. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO yaitu:

- Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140

mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

Page 6: LP Hipertensi

- Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg

dan diastolik 91-94 mmHg

- Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and

Treatment of Hipertension

a. Diastolik

- < 85 mmHg : Tekanan darah normal

- 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi

- 90 -104 : Hipertensi ringan

- 105 – 114 : Hipertensi sedang

- >115 : Hipertensi berat

b. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

- < 140 mmHg : Tekanan darah normal

- 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

- > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya

tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

a. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan

obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut

atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg

disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan

penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.

b. Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa

adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna

tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan

tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus

dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah

dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

Page 7: LP Hipertensi

4. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik

(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport  Na.

2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

3) Stress Lingkungan.

4) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1) Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi

seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,

system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan

stress.

2) Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan – perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Page 8: LP Hipertensi

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

- Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi

- Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

4) Kebiasaan hidup

5) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah :

6) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

7) Kegemukan atau makan berlebihan

8) Stress

9) Merokok

10) Minum alcohol

11) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

1) Ginjal

2) Glomerulonefritis

3) Pielonefritis

4) Nekrosis tubular akut

5) Tumor

6) Vascular

7) Aterosklerosis

8) Hiperplasia

9) Trombosis

10) Aneurisma

Page 9: LP Hipertensi

11) Emboli kolestrol

12) Vaskulitis

13) Kelainan endokrin

14) DM

15) Hipertiroidisme

16) Hipotiroidisme

17) Saraf

18) Stroke

19) Ensepalitis

20) SGB

21) Obat – obatan

22) Kontrasepsi oral

23) Kortikosteroid

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

Page 10: LP Hipertensi

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural

dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi

palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh

cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan

ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin

yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh

darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat

meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal

tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan

tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti

jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

Page 11: LP Hipertensi

6. Pathways

7. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

Page 12: LP Hipertensi

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan

gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang

menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,

Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.

b. Sakit kepala

c. Pusing / migraine

d. Rasa berat ditengkuk

e. Penyempitan pembuluh darah

f. Sukar tidur

g. Lemah dan lelah

h. Nokturia

i. Azotemia

j. Sulit bernafas saat beraktivitas

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

a. Pemeriksaan yang segera seperti :

- Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari

sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

- Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /

fungsi ginjal.

Page 13: LP Hipertensi

- Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan

hipertensi).

- Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

- Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan

hipertensi

- Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak

ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

- Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi

dan hipertensi

- Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab)

- Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

- Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi

- Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

- EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi

ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola

regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda

dini penyakit jantung hipertensi.

- Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan yang pertama ) :

- IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

- CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

Page 14: LP Hipertensi

- IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

- Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,

CAT scan.

- (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis

pasien

9. Komplikasi

Efek pada organ :

a. Otak

- Pemekaran pembuluh darah

- Perdarahan

- Kematian sel otak : stroke

b. Ginjal

- Malam banyak kencing

- Kerusakan sel ginjal

- Gagal ginjal

c. Jantung

- Membesar

- Sesak nafas (dyspnoe)

- Cepat lelah

- Gagal jantung

10. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan

penyakit hipertensi meliputi :

Page 15: LP Hipertensi

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa

obat ini meliputi :

- Diet

- Penurunan berat badan

- Penurunan asupan etanol

- Menghentikan merokok

- Latihan Fisik

- Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1. Tehnik Biofeedback

2. Tehnik relaksasi

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan

oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On

Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988)

menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,

atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada

penderita.

Pengobatannya meliputi :

1. Step 1. Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,

ACE inhibitor

2. Step 2. Alternatif yang bisa diberikan :

- Dosis obat pertama dinaikkan

- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Page 16: LP Hipertensi

- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta

blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,

vasodilator

3. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

- Obat ke-2 diganti

- Ditambah obat ke-3 jenis lain

4. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

- Ditambah obat ke-3 dan ke-4

- Re-evaluasi dan konsultasi

- Follow Up untuk mempertahankan terapi

11. Cara Pencegahan

a. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya

hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan

konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

- Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar

tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

- Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

- Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah

garam.

- Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita

hipertensi berupa:

- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara

normal dan stabil mungkin.

- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus

dikontrol.

Page 17: LP Hipertensi

- Batasi aktivitas.

  

12. Diit Hipertensi

a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa

1) konsumsi lemak dibatasi

2) konsumsi Cholesterol dibatasi

3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4) Makanan yang boleh dikonsumsi

b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi

1) Sumber kalori: Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-

tepungan, gula.

2) Sumber protein hewani: Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih

50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari,

susu tanpa lemak.

3) Sumber protein nabati: Kacang-kacangan kering seperti

tahu,tempe,oncom.

4) Sumber lemak: Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.

5) Sayuran: Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti

bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong,

wortel.

6) Buah-buahan: Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam

jumlah terbatas.

7) Bumbu: Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih,

garam tidak lebih 15 gram perhari.

8) Minuman: teh  encer, coklat encer, juice buah.

c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi

1) Makanan yang banyak mengandung garam:

- Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam

dapur atau soda.

- Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan

pindang, sarden ikan teri, telur asin.

Page 18: LP Hipertensi

- Keju, margarine dan mentega.

2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol

- Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.

3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

- Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju,

mentega.

- Lemak Nabati: Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.

4) Makanan yang banyak menimbulkan gas: Kool, sawi, lobak, dll.

Page 19: LP Hipertensi

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dasar pengkajian pasien meliputi :

a. Aktivitas atau istirahat

Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,

perubahan irama jantung.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan

tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.

c. Integritas ego

Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah,

tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang,

pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal.

e. Makanan atau cairan

Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk,

mual dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.

f. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,

orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon

motorik (penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit

kepala, nyeri abdomen.

h. Pernafasan

Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat

merokok, batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau

penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.

Prioritas perawatan :

Page 20: LP Hipertensi

1. Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

2. Mencegah komplikasi.

3. Memberikan informasi tentang proses atau prognosos dan program

pengobatan.

4. Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskular serebral.

b. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.

c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.

d. Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan

peningkatan afterload vasokontriksi.

3. Perencanaan

a. Dx 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskular serebral.

Kriteria hasil : - pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

- pasien akan mengungkapkan metode yang

memberikan pengurangan

- pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang

diresepkan

Intervensi :

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.

2. Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit

kepala (kompres dingin, tehnik relaksasi)

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral

dan yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit

kepala dan komplikasinya.

Page 21: LP Hipertensi

3. Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala

(mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi

menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular

serebral.

4. Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik

Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan

rangsang sistem saraf simpatis.

b. Dx 2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik

Kriteria hasil : - pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang

diinginkan

- pasien akan melaporkan peningkatan toleransi

aktivitas yang dapat diukur

- pasien akan menuju penurunan tanda-tanda

intoleransi fisiologi

Intervensi :

1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas

Rasional : menyebutkan parameter membantu mengkaji respon

fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator

dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat

gosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.

Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan O2

3. Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.

Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja

jantung tiba-tiba.

c. Dx 3. Gangguan pola nutrisi sehubungan dengan lebih dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.

Kriteria hasil : - pasien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi

dan kegemukan

- pasien akan menunjukkan perubahan pola makan

Page 22: LP Hipertensi

- pasien akan melakukan olahraga yang tepat rasional

Intervensi :

1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan

kegemukan

Rasional : kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena

disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung

berkaitan erat dengan peningkatan massa tubuh.

2. Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi

lemak, garam, gula sesuai indikasi.

Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya

ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi

dan komplikasinya.

3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.

Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern

individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar

program berhasil.

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam

program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu

untuk penyesuaian atau penyuluhan.

5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi

Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi

kebutuhan diet individual.

d. Dx 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung sehubungan dengan

peningkatan afterload vasokontriksi

Kriteria hasil : - pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang

menurunkan beban yang dapat diterima.

- pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung

stabil dalam rengtang normal.

Intervensi :

1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal

Page 23: LP Hipertensi

Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang

keterlibatan atau bidang masalah vaskular.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

Rasional : denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap

terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.

3. Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas

Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada

hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium)

perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan

fungsi.

4. Catat edema umum atau tertentu

Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau

vaskular.

5. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau

keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan

meningkatkan relaksasi

Page 24: LP Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998