Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
Transkrip Wawancara
Narasumber (N)
Di digital kita tuh pernah, hmmm, kita di under Dr. M namanya.
Tau gak Dr. M? Dr. M itu kayak yang nge-manage YouTube-
YouTube orang di Indonesia gitu.
Peneliti (P) Oh, dia itu, eee, third-party-nya gitu lagi ya? Agency-nya lagi ya?
N
Iya, iya, seperti agency gitu yang ngurusin YouTube. Kayaknya
banyak orang-orang, YouTuber-YouTuber yang under Dr. M lah.
Nah, Prambors salah satunya.
P Itu periode tahun berapa?
N
Dua ribu….. sejak kapan ya? Gue nggak tau tuh yang under Dr. M
itu sejak kapan. Pokoknya tahun laaaalu, 2015 itu under dia. Which
is mulai 2015 itu mulai banyak konten-kontennya gitu. Yah, ya
udah, jadi karena yang mengerti, kita pernah kayak dijelasin
gimana cara ngurusin YouTube-nya, harus gimana supaya menarik
audiensnya, kayak taktik-taktiknya apa aja sebenarnya di YouTube.
Nah, karena yang dikasih tahu sama mereka itu adalah Tim Digital,
yang anak-anak lain nggak tahu, jadilah yang ngurusin di situ Tim
Digital dan karena tinggal gue nih, yang, istilahnya yang dikasih
tahulah caranya gimana sama si Dr. M, ya udah jadinya si Mas
Utha (Program Director Prambors FM) sama Tim Promosi juga, ya,
udah, Nin, kalau bisa lo, kayak bantuin gitu loh jadinya walaupun si
YouTube sekarang itu udah di-handle sama Promosi dan Program
juga, gitu. Cuma kan kalau Program sendiri karena YouTube bukan
jadi, bukan jadi apa ya, iya bukan jadi fokus mereka (Tim Program)
satu-satunya loh. Kan fokus mereka tetap di radio. Jadi ini kan
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
nggak sebagai media yang utama di dia gitu loh. Jadi nggak terlalu
difokusin seperti pas ada Tim Digital, gitu. Jadi sebenernya gue
tetep, sekarang sih kayak nggak ngurusin banget, gue cuma tetep
yang gue ngisi konten, tapi kayak mereka tetep minta tolong untuk
upload, terus, eee, ya still manage gitulah kayak timeline-nya kalo
bisa gue yang ngingetin gitu loh. At least ada yang mantau. Padahal
jobdesk gue aslinya videografer dan video editor gitu loh bukan
tanggungjawab gue untuk nge-manage itu.
P
Berarti secara struktural jabatan lo tetap videografer, cuma
merangkap juga sebagai penanggungjawab gitu lah ya.
N Iya, gitu, deh.
P
Berarti sekarang yang megang itu (YouTube) sekarang Promosi
sama Program yang bertanggungjawab melalui lo?
N
Gue bingung sih sebenernya. Karena gue mikirnya, oke berarti
yang ngurus sosial media adalah under Program berarti sekarang
kan. Nah, gue nggak tahu kayaknya kemarin itu Mas Utha
ngomong itu tuh under Promosi. Jadi sekarang kayak mulai di-
parting nih dua-duanya. Kan kalau Promosi sendiri sekarang juga
butuhnya kalau ada Promosi event apa, harus ada videonya dong,
larinya tetap ke gue, ya udah berarti gue bikin aftermovie-nya gitu.
Kalau misalnya Program, kan kalau misalnya dia mau bikin konten
dari siarannya apa gitu loh, kayak misalnya Gender War. Tim
(Program) Pagi punya, eee, konten sendiri di YouTube itu si
Gender War. Tim (Program) Sore itu punya Sunset Trip Challenge.
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
Night Shift (Program Malam) sekarang baru mulai, sih, itu ada
Backstage Interview. Jadi kayak tetap maintain gitu loh.
P
Berarti kalau produksi konten itu ada dua ya? Dari Program sama
dari Promosi?
N
Iya. Tapi kalau dari Promosi, sih, standar, sih. Kayak aftermovie
tentang recap-recap gitu biasanya. Karena kalau misalnya untuk
ngepromosiin, hmm, kuis-kuis gitu juga jatohnya kan di Instagram,
ya.
P
Kalau di YouTube berarti lebih banyak konten yang ke arah konten
apa, tuh?
N
Kalau, dulu kan kita yang lagi aktifnya, tuh, yang sering bikin
konten kreatif kayak Casting, terus ada, hmm, Serem Merem.
Serem Merem kan annual, ya, tiap tahun. Itu masih jalan, ini kan
kita mau...., udah yang...., waktu itu kan udah yang ketiga, ini kita
mau yang keempat, nah bakal, sih. Ini lagi..., kebetulan yang
sekarang kan kita lagi kerjasama bareng, eee, bareng production
house gitu, deh, dari Jogja. Tapi bakal tetep jalan tahun ini karena
Mas Utha tetap..., karena itu udah kayak annual ya, dan kayaknya
audiensnya udah ada gitu, ya, yang tetep nontonin gitu si Serem
Merem. Jadi tetep mau di-maintain gitu, walaupun sebenarnya
timnya udah nggak ada, jadi..., kurang lebih bakal tetep ada gitu dia
(Mas Utha) usahain.
P Cuma beda..., beda orang yang ngerjain aja gitu, ya.
N
Tetep jalan, sih, itu. Kalau konten tuh kayak..., paling kayak yang
udah mulai kurang ter-manage itu kayak si Casting. Dulu, kan, kita
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
mulai agak ter-maintain, ya, jadi pasti selalu bikin, terus sekarang
kayak bikin tapi nggak tahu kapan lagi bikinnya, jadi nggak rutin.
Kalau misalnya kayak Gender War, itu waktu itu sempat absen,
tuh, terus kayak diingetin lagi, ini tuh..., karena kalau kita lihat di
YouTube itu kalau Desta-Gina itu banyak yang nonton. Viewers-
nya lebih banyak. Jadi karena viewers-nya banyak, kalau bisa itu
di-maintain jangan stop. Jadi akhir-akhir ini udah mulai agak rajin
bikin si Gender War. Terus kalau misalnya kayak Ngasalin itu
masih, sih, setiap ada artis yang... Ngasalin itu kan konten sama
artis yang dateng. Jadi kalau misalnya ada artis siapapun yang
dateng, misalnya kayak yang baru-baru ini ada Adrian Khalif,
belum di-upload, sih. Terus ada cast-nya Warkop DKI waktu itu ke
sini, jadi kalau misalnya ada artis-artis yang dateng ke Prambors
biasanya kita bikin games gitu, itu namanya Ngasalin. Nah, dulu
tuh kita suka bikin interview, cuma kalo interview gak terlalu
diseriusin banget karena itu kan lebih ke arah siaran radionya kan
biasanya kalo interview. Jadi kebanyakan kayak yang funny gitu sih
yang kayak Ngasalin, kayak Casting, yang gitu-gitu, yang kita lihat
audiensnya banyak, viewers-nya banyak baru dijalanin gitu.
P
Tapi kalau misalnya kan di dalam Gender War sama Ngasalin, kan
ada, eee, games-games-nya apa aja, tuh. Nah, kalau kayak gitu
berdasarkan timnya sendiri yang nentuin topik atau ada pendengar
kasih masukan gitu?
Kalau pendengar kasih masukan kayaknya, mungkin ada, tapi yang
selalu bikin kontennya itu adalah si Tim Produsernya. Jadi kalau
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
misalnya kayak, eee, Gender War berarti Tim Pagi. Jadi Tim Pagi
yang kayak ‘Nin, gue mau bikin ini nih Desta-Gina adu marah atau
adu main ini, Nin. Bikin games kayak gini ya. Terus, nah itu
biasanya ide-ide kayak gitu idenya semua dari Tim Programnya.
P
Kalau dia itu punya standar sendiri nggak sih? Eee, apakah harus
standarnya tinggi sama kayak di siarannya apa gimana?
N
Tetap harus disamain, sih, biasanya kalau si siarannya lagi
ngebahas topik apa misalnya, ohh, kalau dia ada kepikiran ‘Oh ini
bisa nih dijadiin konten YouTube kita bikin apaa gitu’. Biasanya
tuh kalau kayak gitu Desta-Gina sering, eee, misalnya mereka lagi
bahas tentang, waktu itu pernah ngebahas tentang Hari Ibu
kayaknya, ya, jadi di konten siarannya ngomongin Hari Ibu terus di
Gender War-nya, eee, adu yang paling kompak sama Ibunya siapa
nih? Nah biasanya relate-nya kayak gitu.
P Berarti lo juga tetap tektokan sama Tim Programnya ya?
N
Iya, tetap. Tetap semua konsep-konsepnya dari Tim Program. Tetap
harus ada kaitannya gitu sama siarannya.
P
Oke. Kalau setiap minggunya yang rutin diproduksi biasanya
konten-konten apa, tuh?
N
Hihihi, kalau sekarang sih kayaknya yang rutin tiap minggu
kayaknya nggak ada ya. Kalau yang sebelum, kalau yang sekarang
tuh kayaknya, mungkin...
P Paling ini ya Ruang Tengah ya?
N
Nah iya itu paling kalau ada artis yang datang. Ada yang promo ke
sini biasanya, ya itu. Kadang biasanya kalau lagi rame nih artis
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
yang datang kita kayak manage minggu ini yang di-upload si ini,
minggu depan yang naik si ini.
P
Tapi tiap minggunya nggak ada yang konten yang pasti diproduksi
gitu nggak ada ya?
N
Kalau dulu sih pas ada timnya, pas ada Tim Digital tuh kayak
Casting itu, Casting minggu ini, minggu depan Gender War,
biasanya kayak gitu kalau dulu tuh. Tapi kalo misalnya kayak
konten-konten kreatif gitu kita suka liat ini sih, apa yang lagi
happening. Jadi kalau misalnya si, hmm, kita lihat YouTuber nih
lagi seneng bikin apa, kadang kita mencoba bikin kaya gitu. Terus
kayak Casting tuh sebenernya awalnya dari situ. Kan Casting itu
tipe-tipe gitu ya, jadi kita lihat YouTuber tuh suka bikin kayak tipe
ini, tipe itu, jadi ya udah kita bikin deh tapi yang tetap relate sama
radio, kayak tipe penyiar yang kalau kayak gini, gitu.
P
Berarti kalau dari yang happening dari YouTuber aja atau gimana?
Ada sumber lain?
N
YouTuber, kalau ada apa yang lagi trending mostly ya. Tapi mostly
kalau sekarang ini sih kayanya kita lagi kencengin di Instagram.
Jadi, oke video tapi kalau bisa dia naiknya di Instagram, biasanya
kayak gitu.
P
Lebih kencang di mana sih di YouTube atau di Instagramnya
Prambors?
N
Kayaknya kalau gue perhatiin ya, audiensnya itu banyaknya kalau
Prambors sih di Instagram. Jadi kayak dari Tim Program sendiri
tetap fokus mereka di Instagram. Kalo di YouTube kan kayak yang
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
gue bilang tadi kalau ada aftermovie atau yang kayak karena Serem
Merem udah jalan nih dan udah ada audiensnya yang nonton dan
suka, nah jadi itulah yang jadi annual-nya gitulah. Paling yang
dijalanin di YouTube jadi kalau yang udah ada, kalau gue perhatiin
yang banyak viewers-nya itu justru yang udah ada audiensnya yang
suka jadi kayak Gender War, yang udah lama gitu. Kalau misalnya
kayak video-video aftermovie atau yang kayak, hmm, Ngasalin
kalau misalnya artisnya yang di Ngasalinnya itu gak terlalu familiar
sama si audiens YouTube, itu nggak akan banyak banget viewers-
nya. Kalau misalnya Ngasalin Isyana, Ngasalin Raisa, nah itu tetap
pasti naik viewers-nya. Kalau misalnya Gender War itu udah ter-
maintain dan pasti banyak yang nonton gitu.
P Udah ada pasarnya gitulah ya berarti
N
Iya udah ada pasarnya kalau kayak Gender War, Serem Merem.
Tapi kayak misalnya Ngasalin, atau yang gitu-gitu, itu tetap dilihat
kontennya sih, siapa orangnya atau ini ngapain mereka.
P Cuma nggak begitu banyak yang lihat dibanding Gender War.
N Iya bener. Nggak sebanyak yang udah ada massanya itu.
P
Berarti kalau misalnya kayak gitu, eee, kebelah nggak sih
pendengar sama penonton gitu jadinya? Bercabang gitu nggak sih,
eee, apa namanya, yang..., audiensnya?
Seharusnya nggak ya, cuma kalau gue perhatiin sih kayaknya gitu.
Jadi si Kawula Muda itu nggak terlalu banyak yang ke arah
YouTube. Kecuali..., makanya kita tuh suka tetep bikin video, tetep
kita bikin teaser-nya di Instagram yang supaya nge-direct Kawula
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
Muda yang selalu di Instagram nih, tetep lihat versi lengkapnya di
YouTube gitu.
P
Tapi kepecah dua nggak sih, eee, audiens di media sosial sama di
siaran aslinya?
N Nggak sih sebenernya.
P Berarti besarannya hampir sama semualah ya?
N
Iya, sih. Cuma kan sekali lagi Kawula Muda sendiri itu pendengar
Sore dan pendengar Malam itu beda-beda gitu kan. Jadi nggak
semuanya bisa dikategoriin satu gitu. Tetapi secara, secara
keseluruhan mostly kayak yang di Instagram sama audiens
YouTube itu menurut gue sama ya, cuma nge-direct-nya aja yang
nggak se-interest di Instagram.
P
Biasanya kalau misalnya kayak biar ngalihin, tentunya kan kalau
radio kan ngalihinnya pasti ke siaran konvensional, kan, ya, nggak
mungkin di media sosial terus. Itu cara..., gimana nge-direct si
audiens itu untuk lebih sering dengerin si Prambors sendiri itu
kayak gimana?
N Maksudnya nge-direct si Kawula Mudanya...?
P
Iya, lebih sering untuk dengerin radio Pramborsnya gitu, jadi nggak
begitu aktif di media sosial?
N
Oh, supaya ngarahin mereka dengerin radio maksudnya? Melalu
media sosial?
P Biasanya bikin apa tuh?
N
Pasti kalau yang kayak gitu, pasti kalau nggak kuis atau apapun
yang nge-direct-in lo harus ‘dengerin jam segini ya di Sunset Trip’,
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
misalnya kayak gitu. Jadi kayak tetep ada hubungannya gitu loh
antara media sosial sama si siaran.
P
Ada nggak sih faktor pendukung sama faktor penghambatnya pas
ngejalanin media sosialnya terutama YouTube?
N
Hambatan ketika jalanin YouTube ya? Nggak ada sih kayaknya.
Karena sekali lagi netizen di YouTube tuh nggak selancar yang di
Instagram sih kalau gue perhatiin ya. Kayak komen-komennya juga
nggak seliar yang di Instagram. Karena kalau di Instagram kan kita
lihat sehari-hari kan tuh, nah kalo di YouTube kan liatnya paling
tertentu aja gitu.
P
Tapi kalau dari sisi produksinya ada faktor pendukung sama
penghambatnya nggak?
N
Dari segi produksi? Pendukung dan penghambat? Paling kalau
penghambat itu tergantung talent-nya ya kalau gue. Kalau misalnya
kayak dulu tuh, kalau misalnya gue lagi bikin, eh, syuting Casting
itu kalau misalnya penyiarnya moody tuh susah banget tuh. Jadi
kayak adalaaah someone ya kayak gue kalau misalnya ngajak 'Eh,
syuting yuk, syuting Casting’ terus dianya kayak ‘Nggak ah, nggak
mau’, nah itu tuh kayak yang ‘Oke gue harus nunggu dulu’ paling
kayak gitu-gitu doang. Dari talent-nya sih paling kalau yang
penghambat. Sama kalau misalnya YouTube itu kan kita udah ada
yang namanya copyright gitu ya, jadi kalau misalnya..., kita kan
sekarang tuh udah pake sistem monetize, which is yang...,
sebenernya nggak terlalu penting ya, cuma kita ngejaga aja di
YouTube supaya kalau misalnya bikin video lagunya ini aman
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
untuk di-posting. Mostly itu sih salah satu penghambat yaitu untuk
milih lagu yang aman supaya nggak kena copyright. Atau nge-post
video yang konten-kontennya nggak kena copyright . Karena kalau
misalnya, ada waktu itu bikin Kenny ke Barcelona nonton Justin
Bieber, kadang kan kita mau masukkin nih footage dia pas nonton,
eh kena copyright, jadi nggak bisa naik, gitu loh. Jadi kita kayak
yang ‘Oke harus diapain nih ya videonya?’ kayak gitu doang sih.
Yang paling menghambat sih si copyright itu sebenernya yang
bikin agak pusing.
P
Kalau lo sendiri produksinya itu sendirian atau ada tim yang
ngebantu?
N Gue sendiri. Paling yang ngebantu anak magang.
P Nah tuh kalau itu jadi masalah nggak tuh kalau anak magang?
N
Gue sih paling nge-direct-nya ‘Lo cari lagu yang no copyright, eee,
terus kadang mereka kadang kalau udah selesai pasti gue review
lagi. In the end, semua video akan gue review lagi kalau misalnya
naik kira-kira ini aman nggak ya, ini lagunya aman nggak ya, gitu.
P Kalau evaluasinya sendiri tiap bulannya dilihat dari apanya?
N
Hahahaha... Evaluasi tiap bulannya? Enggak ada sih sebenernya.
Karena kayak yang tadi gue bilang YouTube sendiri tuh bukan jadi
media utamanya si Prambors ini kalau buat sekarang. Nggak terlalu
di-review gimana-gimana audiensnya, paling kayak di-maintain aja
harus ada nih tiap..., at least tiap bulan harus adalaah gitu. Karena
kan kita juga subscribers-nya juga udah lumayan kan, jadi tetap di-
maintain gitu istliahnya.
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
P
Hmm, apa lagi ya? Hmm, berarti kalau misalnya promosi minta
konten itu biasanya dari brand
N Maksudnya minta konten?
P Eee, kayak yang ada bikin recap gitu segala macamnya
N
Kayak misalnya Prambors, eee, kalau misalnya Prambors ada..., ini,
ini kalau misalnya promosi ya? Promosi tuh kayak Skulprize,
Skulprize tuh kayak kita ngedatengin artis ke sekolah-sekolah, nah
itu acara kan di luar tuh, harus ada video dokumentasinya dong,
jadinya aftermovie. Terus kayak..., apalagi ya kalau aftermovie...,
oh kalau misalnya kita lagi, waktu itu lagi bikin..., ada kegiatan dari
radio sih, kita bikin konten apa, konten amal bos gitu, jadi amal
bareng Prambors selama bulan Ramadhan, jadi kita ending-nya itu
kita, eee, ngasih something ke panti asuhan gitu-gitu, berarti itu kan
ada kegiatannya nih, nah pokoknya setiap ada kegiatan yang di luar
kantor, ada kegiatan outdoor untuk Prambors itu pasti harus ada si
video dokumentasinya gitu. Kalau dari Program sendiri misalnya
kalau Tim Sunset Trip ngajakin Kawula Muda nonton bareng
misalnya gitu, kayak misalnya nonton bareng Annabelle waktu itu,
ya, oke kita bikin kayak vlog-nya gitu lah.
P Berarti dimanfaatkan juga gitu ya sama brand gitu-gitulah ya?
N Iya bener.
P
Kalau misalnya di dalam videonya itu sendiri biasanya susunan apa
aja tuh? Ada bumper in atau apa gitu?
N
Iya, ada bumper in-nya ada bumper out-nya. Apa nih
pertanyaannya? Hahaha
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
P
Hahaha. Maksudnya di tiap videonya itu isinya ada apa aja gitu
biasanya yang dibuat?
N
Ada bumper in, ada bumper out, terus ada bagian untuk ending-nya
untuk closing-nya itu..., end screen! nah, namanya. Lupa gue. Ada
bagian, jadi bumper in terus isi video terus bumper out abis itu ada
end screen. End screen itu untuk yang, untuk ngeklik video
selanjutnya gitu loh biasanya. Terus kalau misalnya untuk artis
mostly sih, kalau..., apalagi kalau artis luar ya, gue..., semua artis
sih, kayak siapapun itu selalu bikin video greetings. Jadi kayak
misalnya ‘Hai, we’re Clean Bandit and you are watching Prambors
YouTube Channel’.
P Itu biasa masukinnya di mana?
N
Di video apapun yang sama dia. Jadi kalau misalnya interview-
interview diselipinnya di sebelum interview, kalau misalnya..., eee,
videonya..., mostly sih interview ya, kalau misalnya..., atau
Ngasalin, kalau misalnya artisnya cuma bikin kontennya Ngasalin
doang, karena biasanya kalau artis yang dateng ke kantor either,
kayaknya dia mostly sih bikin YouTube-nya buat Ngasalin doang,
main games doang, which is kalau main games berarti video
greetings-nya di sebelum main games. Kalau misalnya artis luar
kayak Clean Bandit, kayak G-Eazy yang bakal main ntar itu
biasanya di sebelum interview.
P Hmm, oke, baru masuk ke bumper gitu ya?
Iya, abis bumper. Bumper kan tetep ada tuh yang si Prambors terus
det..det..det..det tuh yang station-nya keluar, nah abis itu baru si
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
greetings-nya. Kecuali kalau misalnya konten kayak Gender War,
Gender War itu kan ada bumpernya sendiri kan tuh, jadi bumper si
Pramborsnya ada, bumper si acaranya ada.
P
Ohhh, oke. Tapi sejauh ini si YouTube ini dimanfaatinnya bisa
tergolong berhasil nggak sih?
N
Berhasil karena subscribers kita juga still the most subscribers of
all radio sini, kan.
P Dari monetize-nya lumayan juga?
N Yaaa, lumayanlaaah. Hahaha.
N
Karena kita juga, yaaa, harus tetep ngaruh dari si..., ngeliat apa
yang disenengin Kawula Muda, kan, jatohnya supaya si...,
maintaining viewers-nya itu loh yang challenging.
P
Kalau di YouTube itu, eee, kolom komentarnya sering banyak
interaksinya nggak? Misalnya kayak videonya keren nih, atau yang
mereka tiba-tiba ngasih...
N
Tergantung. Kalau itu tergantung. Tergantung videonya. Kalau dari
yang gue perhatiin yang banyak komentarnya itu adalah videonya
Desta-Gina, itu lumayan rame, sih. Kalo.., iya..., kalau Serem
Merem iya juga. Dan kalau khusus Serem Merem itu kita waktu itu
yang terakhir sering ngebalesin gitu. Jadi tetep interaksi gitu, tapi
itu khusus Serem Merem doang, kalau yang lain nggak.
P
Mungkin lo bisa ceritain lagi perbedaannya ketika Prambors di-
handle sama si Tim Khusus Digital sama ketika itu sudah nggak di-
handle? Singkat aja sih.
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
Yaaa, lo bisa lihat sendiri. Kita dulu lebih, eee, ter-maintain aja,
tahu nih kita bikin konten apa lagi, bikin konten apa lagi. Kalau
misalnya sekarang kan karena nggak ada Timnya jadi kayak nggak
ada sadar kita mau bikin bagus nih YouTube-nya gitu loh. Kalau
pas ada Timnya kan ada kesadaran gitu loh kita mau bikin bagus
nih YouTube kita, jadi nggak sekedar Prambors tuh hanya radio
doang. Jadi maunya kayak..., kalau lo tau BBC Radio One, mereka
kan kontennya bagus banget tuh dan ter-maintain, nah kita bisa...,
kalau bisa nih si media sosial kita dan si YouTube kita sendiri tuh
juga kayak gitu, gitu loh. Sejalanlah, jadi nggak seakan-akan
YouTube tuh..., karena tau sendiri di Indonesia kan audiensnya
banyak ya YouTube tuh, nah dimanfaatkanlah gitu. Paling
perbedaannya sekarang sih kayak kurang ada kesadaran tapi..., dan
kurang ter-maintain sih. Jadi nggak sesering dulu bikinnya dan
nggak..., Tim Kreatifnya jadi nggak ada.
P
Tapi tujuan adanya si YouTube ini ketika ada Tim Digital sama
nggak ada masih tetep sama atau berbeda?
N
Tetep sama. Cuma ya istilahnya udah nggak ada lagi yang ngurusin
aja gitu. Jadi nggak konsisten aja. Jadi nggak...., nggak sekeren
dululah. Bedanya itu doang sih. Rajin sih tetep berusaha untuk
ngejalanin.
P Tapi nggak ada yang nge-push untuk ayo gimana...
N
Paling Mas Utha, sih. Cuma karena timnya nggak ada itu, jadi
kayak bingung gitu loh, ini, aduh..., syuting, syuting, syuting, tapi
nggak ada yang ngedit, lupa diedit, kadang kayak gitu tuh. Kadang
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
juga gue yang mikir ‘Loh bukannya kemarin itu ada nobar? Kok
belum ada ya videonya?’ gue gituin terus kayak ‘Oh, iya, lupa nih
belum diedit, Nin’ kadang kayak gitu. Itu yang kadang..., yang
bermasalah di situ.
P Berarti itu kendala juga ya?
N
Iya kendalanya kalau sekarang sih kayak gitu. Karena nggak ada
tim khususnya jadi..., maksudnya yang ngurusin kan jadinya
jatohnya Produser tuh, kan Produser nggak hanya mikirin YouTube
doang, dia fokusnya adalah di siaran gitu loh. Kadang itu juga ter-
skip. Nah itu yang ter-skip itu yang suka bikin ‘Kayaknya kemarin
ada ngevideoin Adrian Khalif ya? Kok belum naik ya videonya?’
nah gitu. Kadang gue suka yang..., ‘Kok belum naik ya?’ ‘Oh, iya,
Nin, ini nggak tau siapa yang ngedit, gini, gini, gini. Itu kadang
yang jadi bikin bingung gitu. Jadi flow-nya nggak jelas gitu loh
intinya, siapa yang ini, siapa yang ini, kadang suka kayak lupa,
udah lamaaa banget si artis yang dateng kok belum naik ya
videonya. Kadang sampe lupa gitu loh.
P Karena nggak ada yang ngarahin kan?
N
He’eh. Iya. Produserpun kayak ya ini kan bukan ini gue banget
gitu, jadinya ya gue tetep..., intinya siaran. Karena mereka di siaran
juga mumet juga kan.
P
Ditambah lagi mikirin untuk konten YouTube. Tapi kalau zaman
dulu tuh pas ada Tim Digital, konten segala macem yang supply itu
si Tim Digital?
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
N
Iya. Kita ngebantuin sih Tim Program gitu. Walaupun si Program
ada ide, ‘Nin gue mau bikin ini’, oke..., tapi setelah kasih ide tetep
kita yang nge-manage itu loh. Tetep kita yang ‘Syuting hari ini ya’
kita yang gituin. ‘Syuting hari ini ya. Naiknya biar hari Jumat naik
gitu’
P Iya, jadi enak nge-handle-nya jadi lebih rapih gitu ya.
N Iya lebih tertata rapih gitu.
P Dulu berapa orang tuh pas di Tim Digital?
N
Satu... Dua... Tiga... Empat... Prambors. Empat orang Digital. Iya,
empat.
P Namanya apa kalau boleh tau?
N Tim Digi.... Prambors Plus. Ketiga-tiganya sudah tidak ada.
P Okay, terima kasih kalau begitu atas waktunya.
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
Transkrip Wawancara dengan Christo Putra (Content Director Prambors FM)
Peneliti (P) Mungkin bias perkenalkan diri dulu mas
Narasumber (N)
Eee, namanya Christo Putra, dipanggilnya Utha. Gue jadi di
Prambors sebagai Content Director. Kalau dulu namanya Program
Director, sekarang berubah jadi Content Director.
P Kalau bedanya Program Director sama Content Director sekarang itu
apa?
N
Kalo Program Director dulu mungkin cuma meng-handle program.
Ketika menjadi Content Director kita menjadikan radio itu adalah
content channel ya, jadi di radio ini bukan Cuma On Air lagi
sekarang. Kalau radio tuh bukan ‘Oh ya udah audio doang’, enggak.
Sekarang tuh semua platform termasuk digital, On Air, ya digital
termasuk online, nah itu semuanya ada kontennya gitu. Kita nggak
cuma, eee, apa namanya, nggak cuma misalnya On Air terus nanti,
eee, Instagram-nya foto gitu, enggak (gitu). Tapi masing-masing
platform itu punya kekuatan untuk membangun konten sendiri.
P Itu mulai diterapin berarti mulai tahun ini atau tahun sebelumnya?
N
Kita.... Sebenernya sih dari 2011 udah, cuma akhir 2014/2015 itu
mulai lebih serius. Kalau dulu cuma memanfaatkan ‘Oh ya udah
yang penting di YouTube-nya ada, yang penting ini di On Air-nya
ada’. On Air kita bikin konten sendiri, YouTube kita punya konten
sendiri, Instagram-pun kita punya konten sendiri, gitu.
P Kalau untuk kontennya sendiri, Mas Utha itu ngasih kebijakan
seperti apa? Misalkan harus bikin konten A, B, C gitu.
N
Oh, enggak, enggak. Enggak kebijakan. Jadi sebenarnya kita based
on diskusi, sih. Kita musti, pertama kita tau nih brand Prambors nih
kaya apa ya. Jadi kita brainstorming sama Wadyabala di sini, staf
program, brand Prambors tuh kaya gini, make sure mereka
mendapatkan persepsi yang sama terhadap sebuah brand itu. Nah
dari situ baru kita turunin kira-kira yang cocok kita bikin apa ya.
Mungkin di On Air-nya kita bikin apa, di online-nya kita bikin apa
terus atau di Off Air-nya kita bikin apa. Nah dari situ kita turunin.
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
P Di YouTube-nya sendiri sekarang, eee, yang jadi, apa ya, konten,
konten utama dari Prambors itu apa mas?
N
Kalau di YouTube konten utama sekarang masih Desta Gina In The
Morning, mereka bikin konten Gender War namanya. Jadi mereka
berdua diadu, ya pokoknya fakta-fakta tentang cewek dan cowok
mereka ada di situ. Terus yang kedua sekarang kita lagi push banget
interview artis. Jadi kita banyak banget kesempatan interview dengan
artis luar, nah itu kita jadiin Prambors Interview. Terus yang ketiga
kita juga punya konten namanya Ruang Tengah Prambors. Jadi artis
yang dateng ke sini, eee, musisi lokal mereka akan akustik di sini
dan diajak main games. Nah main games-nya itu namanya Ngasalin.
Nah untuk yang live di Ruang Tengah itu mereka harus bawain lagu
sendiri dan mereka bawain satu lagu cover gitu.
P Berarti sekarang media sosial Prambors itu berada di bawah Mas
Utha juga ya?
N Iya, under Program.
P Di bawahnya lagi ada yang khusus gitu nggak Mas nanganin?
N Eee, di bawahnya ada, maksudnya yang Produser khusus On Air ada,
yang digital ada, terus yang Off Air-nya ada.
P Eee, kalau misalkan setiap bulannya itu ada, eee apa, pelatihan
khusus gitu gak?
N
Eee, pelatihan khusus, eee, nggak ada sih ya. Jadi kita based on
reference aja sih paling. Kalau anak-anak sini lebih banyak cari
referensi di mana-mana, terus kira-kira kita bikin kaya gini kita tulis
atau kita ubah kaya apa ya gitu.
P Jadi semuanya bener-bener diskusi dan brainstorming oleh Tim
Program gitu ya?
N Betul.
P Kalau untuk evaluasinya sendiri tiap bulannya, biasanya Mas Utha
evaluasi dari sisi apanya aja?
N
Eee, iya evaluasi sisi dari sisi kontennya kalau Content Director tuh.
Dari sisi kontennya terus engagement-nya, responnya, jadi ada
beberapa misalnya ‘Oh ini enggak, susah nih bikinnya’ atau
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
responnya kecil jadi ya udah kita agak drop kurangin gitu. Terus tapi
kalau bagus akan kita terusin kita perpanjang gitu.
P
Eee, kalau ngomongin soal radio pasti musik dan pendengar. Kalau
YouTube sendiri kan penonton. Nah itu target audience-nya itu sama
nggak sih? Apakah memang Prambors itu bikin YouTube untuk
menyasar target audience yang baru terus untuk diarahin untuk
dengerin radio atau target audience-nya tetep sama ya?
N
Kalau untuk target audience-nya sama ya. Jadi masuknya itu terkait
sama, eee, brand positioning juga gitu. Jadi Prambors itu adalah
radio anak muda umurnya 15-29, anak muda yang kreatif, terus
internasional, terus update teknologi gitu maksudnya enggak gaptek,
terus juga mereka gaul, update trend. Nah itu kita akomodir di On
Air terus juga di media sosial, termasuk YouTube gitu. Jadi semua
platformnya itu tetap citranya tetap Prambors as a brand gitu.
P Tapi seberapa besar sih pengaruhnya khususnya di YouTube ini
ngegaet jumlah pendengar ke On Air?
N
Eee, sebenarnya pengaruhnya untuk sekarang sih lumayan gede ya,
membangun image sih. Jadi kalau gue bilang sekarang untuk
pendengar On Air dan digital streaming, maksudnya platform digital
udah pasti beda nih. Ada orang yang suka liat YouTube-nya
Prambors tapi enggak denger radionya. Ada orang yang suka denger
radio doang, suka denger radio dan musik, tapi dia enggak, males ah
nonton YouTube, kuotanya banyak gitu atau gue cuma liat di
Instagram aja gitu. Eee, sebenarnya udah pasti sih sinergi,
engagement antara si pendengar di On Air sama penonton di sosial
media termasuk YouTube gitu. Jadi gue pengen ada gabungan sih
meskipun berbeda platform.
P Berarti engagement-nya baik di On Air maupun YouTube sendiri
juga lumayan kuat berarti ya Mas?
N
Lumayan kuat. Ya itu kuatnya adalah lo harus me-maintain itu sih
intinya. Kalau lo cuma bikin satu dua, enggak bakal bisa gitu, lo
harus sering dan semua platform itu harus dijadikan serius gitu
kontennya, enggak cuma tiba-tiba ada terus tiba-tiba enggak ada lagi,
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
enggak. Itu yang, konsistensi itu yang akhirnya ngebangun sebuah
energi yang bagus dan sinergi antara pendengar dan si brand itu.
P Oke. Kalau untuk, eee, faktor pendukung dan penghambat ketika
menjalankan si media sosial ini apa aja?
N
Eee, faktor yang menghambat ya? Ya udah pasti konsistensi itu
kadang-kadang. Bikin enggak ya, atau enggak udah ada deadline-nya
tapi masih belum jadi. Kaya gitu itu jadi salah satu faktor terus ya ide
juga musti harus terus kita ngobrol, nih apa yang lagi happening, apa
yang lagi seru sekarang nih gitu.
P
Kemarin kan saya juga udah sempet wawancara Nindy kan, nah dia
itu sempet nyinggung soal Dr. M. Nah kalau itu dulu terakhir dulu
sampai terakhir beberapa tahun lalu. Nah itu bedanya apa sih Mas,
eee, media sosial di-handle sama Dr. M dan ketika media sosial
bener-bener di-handle sama Tim Program?
N
Sebenernya untuk konten, masih otoritasnya paling besar itu dari
Tim Program. Sebenernya Dr. M itu hanya meng-handle
administrasi misalnya monetize, terus ya masalah iklan,
permasalahan kaya gitu aja sih. Jadi bedanya itu aja, jadi konten
udah pasti program yang bikin tapi masalah perduitan administrasi
orang lain lah gitu, nanti kita tinggal kasih report-nya aja gitu.
P Berarti lepas dari Dr. M sekarang yang ngurusin monetize itu siapa?
N Sekarang dari tim Prambors, tapi bukan Program, ada marketing and
promotion.
P
Oh, okay. Berarti bener-bener di-handle sama orang dalem sekarang
ya? Berarti kalua misalnya kayak gitu, eee, apa sih tujuan, tujuan
Prambors ini membuat, eee, masuk ke pasar YouTube?
N
Eee, tujuannya adalah sebenarnya agar brand-nya dikenal lebih luas
udah pasti ya, promosi, awareness brand-nya lebih luas. Yang kedua
karena Prambors ini adalah sebuah brand untuk anak muda, jadi
karena anak muda ada di semua platform media, ya Prambors harus
ada di sana gitu, harus mengikuti trend yang ada di anak muda.
Meskipun radionya kalau dibilang dari tahun 1971, udah cukup tua
banget tapi, ya Prambors tetap ada di anak muda dari dulu sampai
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
sekarang gitu. Ya Prambors brand itu harus keep up sama apa yang
terjadi di anak muda gitu.
P
Kalau, eee, biasanya tuh untuk interview artis, ruang tengah, dan,
eee, apa namanya, konten-konten sendiri, biasanya YouTube
Prambors itu dimanfaatkan untuk apa selain itu?
N
Eee, highlight. Misalnya kita bikin event Kabur Libur atau Konser
Bintang Jatuh yang sering nerbangin orang-orang nonton konser ke
luar negri. Eee, ya, selain denger On Air pemenangnya atau ceritanya
di On Air, di videonya lo bakal bisa liat pas pemenangnya jalan-jalan
di sana, cuplikan videonya highlight-nya itu. Jadi ajang promo acara-
acara Prambors juga sebenernya.
P Berarti bisa dikatan kalau sebenarnya keberadaan si YouTube ini
juga menyokong eksistensi radio juga ya?
N Iya, pasti.
Kalau misalkan, eee, ngomongin soal engagement tadi Mas, kaya
gimana sih yang dikasih sama penonton?
Eee, ya se-simple komen, likes, itu yang pasti ya. Tapi sisanya
adalah image karena Prambors ini melakukan riset, eee, terhadap
program dan musiknya. Dari riset itu bisa keliatan image penyiarnya
itu terbangun enggak. Soalnya ketika riset itu mereka bisa nilai Desta
ini orangnya apa sih, Gina itu orangnya kaya apa misalkan, si Nadia
ini orangnya kaya apa. Nah, di sini itu dari image yang gue bangun
melalui berbagai platform itu kita bisa liat nih image yang dibangun
sesuai enggak dengan apa yang orang cari. Ketika pas dibilangnya
Desta ‘wah jahat nih orangnya’, berarti kan kita selama ini berarti
kan kita bangunnya Desta tuh tukang bully. Ternyata pas di tes itu
‘wah Desta lucu’, nah berarti gue berhasil nih bangun Desta-Gina
adalah penyiar paling lucu. Sedangkan Nadia itu dibangun image-
nya adalah penyiar yg friendly, ramah, bersahabat, tapi kadang-
kadang suka di-bully Desta gitu, baik, ya menyenangkan, itu cocok
enggak dengan image-nya, so far sih masih pas gitu.
P Tapi kalau dari, eee, yang megang YouTube-nya sekarang siapa
Mas?
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
N Yang megang YouTube-nya, masih, ya Nindy juga masih megang.
P Kalau dia itu sering bales-balesin komen enggak?
N
Eee, interaksi ada beberapa yang dibales, tapi ada yang enggak.
Maksudnya bukan enggak, maksudnya memang kita post terus
belum bales sih. Ya idealnya sih setiap ada interaksi juga ya gitu.
P
Tadi belum bahas soal faktor pendukungnya Mas dalam menjalankan
media sosial YouTube itu. Kira-kira seperti apa faktor
pendukungnya?
N
Faktor pendukungnya sekarang radio enggak cuma Produser On Air
aja sih. Sekarang ada Digital Content Producer namanya. Jadi dia
yang handle semua platform digital yang dibantu sama anak magang
juga. Jadi sebenarnya si brand ini tidak bisa berjalan sendirian
maksudnya On Air-nya enggak bisa misah dan harus gabung jadi
satu nih, itu yang akhirnya memuat image brand itu kuat karena
masing-masing punya kekuatan sendiri gitu.
Pemanfaatan Media Digital..., Faizal Arasi Basuki, FIKOM, 2018
Top Related