BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum
tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel
darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan
infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan
platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi
sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel
darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat
bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara
teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol
(abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan
dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti
ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena
penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Sebagai bahan acuan bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian
terutama pada pokok masalah yang tidak jauh berbeda.
2. Dapat menambah koleksi pustaka ilmu pengetahuan standar dokumentasi
keperawatan khususnya perpustakaan Jurusan Keperawatan.
1 | K M B I
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis mencoba menyajikan informasi
tentang leukemia, khususnya pada pembahasa asuhan keperawatan.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 bagian, yaitu Pertama: Pendahuluan, meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistimatika penulisan. Kedua: Isi
atau bagian teori dan hasil meliputi ; Definisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Labroraturium dan Diagnostik,
Penatalaksanaan Medis, serta Pengobatan. Ketiga, meliputi; Pengkajian,
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan serata pada bagian akhir terdiri atas
simpulan dan saran.
2 | K M B I
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and
Bare, B.G, 2002: 248 )
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih immature dalam
jaringan pembentukan darah (Suriadi, & Yuliani R, 2006: hal. 175)
Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik (Wiwik H. & Andi Sulistyo H., 2008: 87)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa
leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-
sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
3 | K M B I
2. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip
dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4
tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
4 | K M B I
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu
perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
2. Radiasi
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani,
2001 : hal.177) Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan
terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan
sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
5 | K M B I
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada leukemia adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2. Sirkulasi : palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa anemis.
3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam,
penurunan haluaran urin.
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang,
ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB
dan disfagia
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia,
aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik,
penurunan bunyi nafas
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam,
infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
E. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang
dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;
jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
anak sembarang umur.
2. Fungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
3. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
4. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
5. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
6. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
7. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
7 | K M B I
Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 gr/100ml( N : 12.0 – 16.0 gr/ml).
3. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm).
4. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan sel darah
putih immatur (N : 5000-10000/ mm3).
5. Protrombin : memanjang
6. Kolesterol Lipoprotein Density High : mungkin meningkat
7. Asam urat serum : 10-15 mg/dl (N: 2,6 – 7 mg/dl)
8. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
9. Tembaga serum : meningkat
10. Zink serum : menurun
11. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
F. Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
Kebanyakan pasien leukemia akan diberikan kemoterapi. Tujuannya adalah
untuk memusnahkan sel leukemia. Regimen kemoterapi yang digunakan
tergantung dari jenis leukemianya.
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase.
Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau
tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak.
Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang
mengalami gangguan sistem saraf pusat.
8 | K M B I
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah
lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika
terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi. (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
3. Terapi Irradiasi kranial
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien,
sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya selsel leukemia ini. Beberapa
pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh
tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
G. Pengobatan
Pengobatan leukemia tergangtung kepada jenis leukemianya, dari hanya diobati
secara simtomatik (mengurangi gejala-gejalany) sampai ke penggantian sumsum
tulang yang meskipun agresif sering dapat menyembuhkan beberapa jenis leukemia.
Selain itu ada juga yang menggunakan obat yang diarahkan ke sel yang tumbuh
secara tidak normal itu.
Leukemia akut diterapi dengan menggunakan obat khemoterapi dan/atau
penggantian sumsum tulang. Untuk CLL, adakalanya cukup dengan melakukan
pengamatan selama beberapa waktu karena leukemia ini berkembang sangat lambat.
Tetapi ketika pertumbuhannya menjadi makin buruk, CLL diobati dengan obat
kemoterapi. Untuk CML, terapi standard yang sekarang dipakai adalah menggunakan
obat yang bernama imatinib. Untuk pasien usia muda, transplantasi/penggantian
sumsum tulang juga dilakukan untuk menyembuhkan CML.
Angka kesembuhan pada anak-anak kini dapat mencapai 75-80 persen dengan
menggunakan kombinasi baru obat-obat kemoterapi. Masalah terbesar yang dihadapi
dalam mengobati leukemia adalah karena kita tidak mengetahui apa yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel darah putih secara tidak normal tersebut.
9 | K M B I
Sementara itu sampai sekarang obat-obat leukemia yang dapat diarahkan langsung ke
sel-sel yang tumbuh tidak normal itu terus dicari dan diteliti, dan mudah-mudahan di
masa yang akan datang akan makin banyak penderita leukemia yang dapat
disembuhkan.
10 | K M B I
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LEUKEMIA
A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama,bangsa/suku,pekerjaan,status perkawinan, ruangan , Nomor tempat tidur,
tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien
sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Keluhan utama klien masuk Rumah Sakit adalah lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan masuk Rumah Sakit adalah perdarahan yang tak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mencari diantara anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang
sama dengan klien.
4. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui jalan
menularnya penyakit.
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
b. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
11 | K M B I
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan per sistem B1-B5.
a. B1 (breathing)
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis.
b. B2 (bleeding)
Penderita ALL mudah mengalami peradarahan spontan yang tidak
terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan
retina, demam, lebam, purpura, perdarahan gusi, dan epistaksis. Keluhan
berdebar, takikardi, suara murmur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit
saraf kranial, terkadang ada peradarahan serebral. Kenaikan TD, hipotensi
postural, perubahan warna kulit dan suhu dingin.
c. B3 (brain)
Keluhan nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, dada terasa lemas,
kram pada otot, meringis, kelemahan, dan hanya berpusat pada diri sendiri.
Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optik.
1) Nuerosensori
Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung,
disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga
berdenging, dan kehilangan rasa (baal).
2) Pola kognitif dan persepsi
Penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnolen), iritabilitas oto dan sering kejang, adanya keluhan sakit
kepala, serta disorientasi karena leukosit yang abnormal berinfiltrasi ke
SSP.
12 | K M B I
3) Pola mekanisme koping dan stres
Penderita berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh
yang sangat rendah. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi,
penarikan diri, cemas, takut, marah dan iritabilitas. Juga ditemukan
perubahan suasana hati dan bingung.
d. B4 (bladder)
Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal serta hematuria.
e. B5 (bowel)
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia, muntah,
perubahan sensasi rasa, penurunan BB, gangguan menelan, serta faringitis.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan
bising usus, pembesaran limpa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah
putih yang berproliferasisecara abnormal, ikterus, stomatitis, uloserasi oral,
dan adanya pembesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute
monolytic leukemia).
- Pola eliminasi
Diare, penegangan pada perinneal, nyeri abdomen, serta ditemukan
darah segar di dalam feses, darah dalam urine, serta penurunan urine
output.
7. Data Psikologi
Termasuk Konsep diri, status emosi, gaya komunikasi, pola koping, pola
interaksi.
8. Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup
9. Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS
10. Data Penunjang
Diambil dari pemeriksaan laboratorium
13 | K M B I
11. Pengobatan
Diambil dari pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, harus mencantumkan
nama obat, dosis dan cara pemberian.
12. Diagnosa dan Inervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC
NIC (INTERVENSI KEPERAWATAN )
TINDAKAN RASIONAL
1. Nyeri berhubungan
dengan sumsum tulang
yang dikemas dengan
sel leukemia
Nyeri teratasi
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam ,
nyeri dapat berkurang,
dengan
Kriteria hasil :
1. Pasien
menyatakan nyeri
hilang atau
terkontrol
2. Menunjukkan
perilaku
penanganan nyeri
3. Tampak rileks
dan mampu
istirahat
Tingkat
ketergantungan:
partly
Manajemen Nyeri
Guidance
1. Kaji keluhan nyeri,
perhatikan perubahan
pada derajat dan sisi
(gunakan skala 0-10)
2. Awasi tanda vital,
perhatikan petunjuk non-
verbal misal tegangan otot,
gelisah.
Support
3. Berikan tindakan
kenyamanan ( pijatan,
kompres dingin dan
dukungan psikologis)
Teaching
4. Ajarkan pasian agar
merubah posisi secara
periodik
5.Ajarkan latihan rentang
gerak lembut.
6. Ajarkan klien untuk
mengubah posisi secara
1. Menentukan intervensi
lebih lanjut dan tingkat
nyeri
2. Mengetahui tingkat
perkembangan klien
3. Mengurangi rasa nyeri
pada klien
4. Posisi mempengaruhi
status nyeri klien
5. Memperbaiki sirkulasi
jaringan dan mobilisasi
sendi
6. Memperbaiki
sirkulasi jaringan
14 | K M B I
2. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan umum,
peningkatan laju
metabolik
Pasien mampu
mentoleransi aktivitas
Tujuan; Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 intoleransi
aktivitas dapat diatasi,
Kriteria hasil :
1. Peningkatan
toleransi aktivitas
yang dapat diukur
2. Berpartisipasi
dalam aktivitas
sehari-hari
sesuai tingkat
periodik
Development Environment
7. Berikan lingkungan tenang
dan kurangi rangsangan
penuh stress
8. Tempatkan pada posisi
nyaman dan sokong
sendi, ekstremitas
dengan bantal.
Collaboration
9. Berikan obat sesuai
indikasi : analgesik
(asetaminofen), narkotik
(kodein, meperidin, morfin,
hidromorfon) Agen
antiansietas (diazepam,
lorazepam)
Manajemen Aktivitas
Guidance
1. perhatikan
ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas.
2. Kaji tingkat aktivitas
klien
7. Meningkatkan
istirahat klien
8. Menurunkan
ketidaknyamanan
tulang
9. Dapat diberikan
secara profilaksis
atau mengobati
infeksi secara khusus
1. Menentukan derajat dan
efek ketidakmampuan
2. Mengetahui tingkat
kebutuhan klien dan
membantu pemilihan
intervensi
15 | K M B I
Resiko terjadi
kemampuan
3. Menunjukkan
penurunan tanda
fisiologis tidak
toleran misal
nadi, pernafasan
dan TD dalam
batas normal
Support
3. Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari
Teaching
4. Implementasikan teknik
penghematan energi,
contoh lebih baik duduk
daripada berdiri,
pengunaan kursi untuk
mandi
Developmnent
Environment
5. Ciptakan lingkungan yang
nyaman untuk istirahat
pasien
Collaboration
6. Berikan cairan IV sesuai
indikasi
7. Hindari antipiretik yang
mengandung aspirin
3. Memaksimalkan sediaan
energi klien untuk
perawatan diri mandiri
4. Membantu dalam proses
penyembuhan klien
5. Meningkatkan
kebutuhan istirahat klien
6. Mempertahankan
keseimbangan cairan
dan elektrolit,
menurunkan resiko
komplikasi ginjal
7.Aspirin dapat
menyebabkan perdarahan
lambung atau penurunan
jumlah trombosit lanjut
16 | K M B I
3. perdarahan berhubungan
dengan trombositopeniaPasien bebas dari
gejala perdarahan
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, resiko
terjadinya perdarahan
tidak terjadi, dengan
Kriteria hasil:
1. TD 90/60mmHg
2. Nadi 100 x/mnt
3. Ekskresi dan
sekresi negtif
terhadap darah
4. Ht 40-54%
(laki-laki), 37-
47%
( perempuan)
5. Hb 14-18 gr%
Tingkat
ketergantungan : partly
Manajemen Perdarahan
Guidance
1. Pantau hitung trombosit
dengan jumlah 50.000/
ml, resiko terjadi
perdarahan
2.Inspeksi kulit, mulut,
hidung urin, feses, muntahan
dan tempat tusukan IV
terhadap perdarahan
Support
3. Cegah ulserasi oral dan
rektal
4. Jika terjadi perdarahan,
tinggikan bagian yang sakit
dan berikan kompres dingin
dan tekan perlahan
5. Pantau TV interval sering
dan waspadai tanda
perdarahan
Teaching
6. Anjurkan pada pasien
untuk menggunakan sikat
gigi halus atau pencukur
listrik
Developmnent
Environment
7.Berikan lingkungan yang
1. Normal untuk trombosit
150.000-300.000/ml
2. Memberi rasa nyaman
pada klien
3. Kulit yang luka resiko
untuk berdarah
4. Meminimalkan
kebutuhan atau
meningkatkan efek obat
5. Dapat membantu
mngevaluasi data
verbal, dan
ketidakefektivan
intervensi
6. Menghindari terjadinya
perdarahan
7. Membatu dalam proses
penyembuhan klien dan
meningktakan intesitas
istirahat
17 | K M B I
nyaman untuk istirahat
pasian dan batasi jumlah
pengunjung
Collaboration
8.Kolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian
obat-obatan
9.Berikan sel darah merah,
trombosit atau faktor
pembekuan
8. Mempercepat prose
penyembuhan klien
9. Memperbaiki jumlah
sel darah merah dan
kapasitas O2 untuk
memperbaiki anemia.
Berguna
mencegah/mengobati
perdarahan
18 | K M B I
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Leukemia
umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang
tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih
yang berkembang tidak normal atau abnormal. Pada kasus Leukemia (kanker
darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan.
Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari
sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi.
B. SARAN
Penyebab leukemia sendiri secara pasti belum bisa di kemukakan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia seperti
faktor genetik, radiasi dan lain lain. Maka apabila kita sudah divonis terkena
leukemia hendaklah selalu optimis dan berdoa kepada tuhan yang maha esa dan
tidak lupa tetap melaksanakan gaya hidup sehat.
20 | K M B I
DAFTAR PUSTAKA
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta
Suriadi & Rita. 2005. Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Sagung Seto : Jakarta.
Hidayat, alimul aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Mehta Atul & Victor Hoffbrand,2006,Hematologi, Erlangga : Jakarta
Pierce A. Grace & Neil R. Borley,2006, Ilmu Bedah, Erlangga : Jakarta
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasli NOC. EGC : Jakarta
http://macammacampenyakit.com/ciri-ciri-penyakit-leukimia-gejala-leukimia/
http://nurse-poltekkes.blogspot.com-askep-leukemia
21 | K M B I