BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga adalah menjadikan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menjadi salah satu Fakultas
Kedokteran terkemuka di kawasan regional ASEAN, pemuka dalam bidang
pendidikan, pemuka dalam penelitian, dan pemuka dalam pengabdian kepada
masyarakat.
Untuk mencapai visi tersebut, misi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga yang sejalan dengan misi Universitas Airlangga tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pendidikan akademik, vokasional dan profesi,
berbasis teknologi pembelajaran modern.
b. Menyelenggarakan penelitian dasar, terapan dan penelitian
kebijakan yang inovatif untuk menunjang pengembangan
pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Mendharmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, humaniora, dan seni kepada masyarakat.
d. Mengupayakan pengembangan kelembagaan manajemen modern
yang berorientasi pada mutu dan kemampuan bersaing secara
internasional.
Berdasarkan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
tersebut, maka diadakanlah kegiatan Clinical Posting Senior (CPS) yang salah
satu kegiatannya berada di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang
berada di wilayah Kota Surabaya. Dengan diadakannya CPS di Puskesmas
tersebut peserta CPS diharapkan dapat mengetahui alur pelayanan primer di
puskesmas, mengetahui pengelolaan program pelayanan kedokteran atau
kesehatan di Puskesmas, mengetahui tata cara pemecahan suatu masalah
kesehatan, mengetahui cara melakukan pendidikan kesehatan kepada
1
masyarakat serta menguasai sistim pelaporan Puskesmas demi tercapainya visi
dan misi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga.
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis daerah di bawah naungan
Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat luas yang dilakukan secara meyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja.
Terdapat 6 tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, antara lain: promosi kesehatan, upaya kesehatan
lingkungan, upaya perbaikan gizi, kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana, pemberantesan penyakit menular, dan pengobatan. Selain itu,
puskesmas juga memiliki tiga fungsi antara lain: menggerakkan masyarakat
untuk berwawasan kesehatan, membina peran serta masyarakat dalam
mewujudkan perilaku untuk bisa hidup bersih dan sehat serta sebagai pusat
pembangunan kesehatan masyarakat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami cara kerja Puskesmas dan masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas serta pengelolaannya sebagai unit organisasi fungsional yang
melaksanakan usaha pokok kesehatan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu
kepada masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami keadaan wilayah kerja Puskesmas Balongsari.
2. Mempelajari struktur organisasi Puskesmas Balongsari.
3. Mengetahui manajemen dan sumber daya Puskesmas Balongsari.
4. Mengetahui program-program Puskesmas Balongsari dan
pelaksanaannya.
5. Mengetahui prioritas program di Puskesmas Balongsari.
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Untuk Puskesmas
1. Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan CPS KBK.
2. Adanya masukan dari laporan dan saran yang diberikan oleh CPS
KBK yang dapat digunakan untuk perbaikan serta peningkatan
mutu pelayanan di tiap upaya kesehatan di wilayah Puskesmas
Balongsari.
1.3.2 Manfaat Untuk CPS KBK
1. CPS KBK memperoleh banyak pengetahuan tentang struktur
organisasi, fungsi maupun manajemen Puskesmas Balongsari
2. CPS KBK mendapat pengetahuan mengenai sarana dan lingkungan
Puskesmas Balongsari
3. CPS KBK memperoleh kesempatan untuk dapat menerapkan ilmu
yang didapat baik dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif
4. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang 6 program pokok
Puskesmas Balongsari berikut pelaksanaannya.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut
diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan,
terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
menuju Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara
upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama dan sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2.2 Konsep Dasar Puskesmas
2.2.1 Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota/kabupaten
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Konsep dasar Puskesmas terdiri dari:
1. Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan
unit pelakssana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
4
2. Pembangunan kesehatan
Menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional, puskesmas bertanggungjawab langsung kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota(Menkes, 2004).
2.2.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator
utama yakni:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Menkes, 2004).
2.2.3 Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
5
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya (Menkes, 2004).
2.2.4 Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama.
a. Pelayanan kesehatan perorangan
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
2.3 Kedudukan, Organisasi, dan Tata Kerja
2.3.1 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Sistem
Pemerintah Daerah.
a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Nasional (SKN)
adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota
sebagai UPT dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c. Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan
unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di
tingkat kecamatan.
6
d. Kedudukan Puskesmas antar pelayanan kesehatan strata pertama
adalah sebagai mitra dengan lembaga masyarakat dan swasta (praktek
dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai
kesehatan masyarakat) dan di wilayah kerja Puskesmas sebagai
pembina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
seperti Posyandu Balita, Polindes, Pos Obat Desa (POD), Pos UKK
(Upaya Kesehatan Kerja), dan Posyandu Lansia (Menkes, 2004).
2.3.2 Struktur organisasi
Penyusunan organisasi Puskesmas di suatu kabupaten/kota dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan penetapannya dilakukan oleh
peraturan daerah. Sebagai acuan digunakan pola struktur organisasi
Puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu kepala
Puskesmas dalam pengelolaan data dan informasi, perencanaan dan
penilaian, keuangan, umum, dan pengawasan.
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional di Puskesmas: Upaya Kesehatan
Masyarakat termasuk pembinaan UKBM, Upaya Kesehatan
Perorangan.
d. Jaringan pelayanan Puskesmas: Unit Puskesmas Pembantu, Unit
Puskesmas Keliling, Unit Bidan di Desa/komunitas (Menkes, 2004).
2.3.3 Tata kerja Puskesmas
a. Dengan kantor kecamatan, berkoordinasi melalui pertemuan
berkala.Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian.
b. Dengan dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai unit pelaksana teknis
yang bertanggung jawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Sebaliknya dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab
membina dan memberikan bantuan administratif dan teknis kepada
Puskesmas.
c. Dengan jaringan Yankes (Pelayanan Kesehatan) strata pertama
sebagai mitra pelayanan kesehatan yang dikelola oleh lembaga
7
masyarakat dan swastapuskesmas menjalin kerjasama termasuk
penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan
teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
d. Dengan jaringan Yankes rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan
bekerja sama dengan RS kabupaten/kota dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan
mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan
olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan
indra masyarakat). Sedangkan upaya kesehatan masyarakat bekerja
sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai
balai kesehatan masyarakat.
e. Dengan lintas sektor, penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus
berkoordinasi dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat
kecamatan.
f. Dengan masyarakat, Puskesmas memerlukan dukungan masyarakat
yang diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta
dunia usaha (Menkes, 2004).
2.4 Upaya Kesehatan dan Asas Penyelenggaraan
2.4.1 Upaya kesehatan
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang keduannya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu :
8
a. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib ini ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,
regional, dan global dan harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia, upaya kesehatan wajib ini terdiri dari:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan ini ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Dapat bersifat upaya
inovasi maupun dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
4. Upaya Keselamatan Kerja (UKK)
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Lansia
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
c. Pelayanan Penunjang terdiri dari:
1. Upaya Laboratorium Medis dan Laboratorium Kesehatan
Masyarakat
2. Upaya Pencatatan Pelaporan (Menkes, 2004).
9
2.4.2 Azas penyelenggaraan
Azas penyelenggaraan puskesmas dikembangkan dari ketiga fungsi
puskesmas. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Asas pertanggungjawaban wilayah
2. Asas pemberdayaan masyarakat
3. Asas keterpaduan: keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas
sektor
4. Asas rujukan: rujukan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat (Menkes, 2004).
2.4.3 Manajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas
membentuk fungsi-fungsi managemen. Fungsi-fungsi managemen
puskesmas terdiri dari:
a. P1 (Perencanaan)
Membuat usulan kegiatan berupa Gantt Chart (RUK).
Mengajukan usulan kegiatan.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau yang disebut
Plan of Action (POA) dalam bentuk Gantt Chart.
b. P2 (Pelaksanaan dan Pengendalian)
Pengorganisasian: menyusun tim perencanaan Puskesmas
Penyelenggaraan
Pemantauan melalui mini lokakarya bulanan
c. P3 (Pengawasan dan pertanggungjawaban) (Monitoring dan
Evaluasi/MONEV) diaplikasikan melalui P2Kpus.
2.5 Dasar Hukum Puskesmas
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004
2. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas 2006
3. Pedoman Perencanaan tingkat Puskesmas 2006.
10
BAB 3
METODE KEGIATAN
3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
3.1.1 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas adalah dengan mengikuti
program-program yang sedang berlangsung di Puskesmas, mempelajari orientasi
setiap Usaha Kesehatan Wajib dan Usaha Kesehatan Pengembang Puskesmas,
mempelajari administrasi kesehatan masyarakat di Puskesmas, mempelajari
system managerial di Puskesmas, dan membantu memberikan pelayanan
pengobatan dasar, sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3.1.2 Waktu Kegiatan
Kegiatan kepaniteraan Clinical Posting Senior (CPS) KBK di Puskesmas
Balongsari dilaksanakan tanggal 20 Januari 2014 hingga tanggal 30 Januari 2014.
Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 14.30 pada hari
Senin sampai Kamis, pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.30 pada hari Jum’at
dan pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.00 pada hari Sabtu.
3.1.3 Tempat Kegiatan
Kegiatan kepaniteraan CPS KBK dilaksanakan di Puskesmas Balongsari,
Surabaya.
3.2 Daftar Nama Pelindung, Pembimbing dan Peserta Clinical Posting Senior
(CPS) KBK
Pelindung : Djohar Nuswantoro, dr., MPH
Ketua Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
Pembimbing : Dr. Linda Dewanti, M.Kes., MHSc., PhD.
Pelaksana : Eka Arum C.P 010911122
Moh. Arif Hakim J. 010911123
Sufiandika N. 010911124
Ramadhanti Ega P. 010911125
11
3.3 Mekanisme Kegiatan
Kegiatan CPS KBK di Puskesmas Balongsari dilaksanakan selama 10 hari,
mulai tanggal 20 Januari 2014 hingga tanggal 30 Januari 2014. Kegiatan CPS
KBK di Puskesmas Balongsari diikuti oleh 4 (empat) orang CPS KBK
semester 9 dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan bimbingan
Kepala Puskesmas Balongsari selaku pembimbing operasional beserta dosen
pembimbing dari Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. CPS KBK dibagi dalam unit pelayanan KIA-KB dan Poli Umum
secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. CPS KBK juga diberi
pengarahan mengenai beberapa program, mengadakan penyuluhan kesehatan
serta mengikuti kegiatan yang ada di luar puskesmas, misalnya posyandu
balita dan lansia. CPS KBK diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan
masing-masing pengelola program dan kegiatan.
Kepaniteraan ini dilakukan dengan metode praktik kerja secara langsung
di lapangan yang dititik beratkan pada pengetahuan administrasi dan birokrasi
puskesmas. Secara garis besar, kegiatan kepaniteraan CPS KBK di Puskesmas
Balongsari meliputi:
a) Pengumpulan data sekunder,
b) Wawancara/diskusi dengan staf Puskesmas,
c) Observasi situasi di Puskesmas dan cakupan wilayah kerjanya,
d) Pembahasan tentang angka cakupan kegiatan dari data yang ada,
e) Pelayanan kesehatan dasar di Balai Pengobatan,
f) Pelayanan KIA dan KB,
g) Kegiatan di luar Puskesmas (Posyandu Balita dan Posyandu Lansia)
h) Melakukan kegiatan praktek kerja lapangan seperti kunjungan rumah
(home visit) kepada pasien Puskesmas dan survei K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di industri yang telah dipilih.
i) Kegiatan Penyuluhan dalam rangka Promosi Kesehatan.
12
BAB 4
DATA PUSKESMAS
4.1. Gambaran Umum Profil Puskesmas Balongsari
Sejarah
Awalnya Puskesmas Balongsari merupakan Puskesmas pembantu
dari Puskesmas Manukan Kulon yang berdiri sejak tahun 1985 terdiri dari
dua poli (Poli umum dan KIA), ruang tunggu, gudang, dan toilet pasien. Pada
pertengahan tahun 2004 dibangun gedung baru yang terdiri dari :
1. Bangunan induk, yang terdiri dari : kantor TU, kepala Puskesmas,
BPG (Balai Pengobatan Gigi), BP (Balai Pengobatan), Apotek, EDP,
ruang pendaftaran, ruang tunggu, dan 1 toilet).
2. Bangunan rumah bersalin.
3. Bangunan rumah jaga karyawan.
Pada bulan Agustus 2009 Puskesmas Balongsari direnovasi
menjadi 2 lantai yaitu :
1. Lantai 1 terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian kanan terdiri dari Unit Loket Pendaftaran, Unit Poli Umum,
Unit Balai Pengobatan Gigi, Unit Sanitasi, Poli Spesialis (Poli
Paliatif, Poli Kandungan, Poli Santun Lansia, Poli Mata, dan Poli
TBC) serta kamar mandi pasien.
b. Bagian kiri terdiri dari Unit Apotek, Unit KIA, Rumah Bersalin,
UGD dan Laboratorium.
2. Lantai 2 terdiri dari Aula, ruang Sekretariat ISO dan Poli Psikologi,
ruang Kepala Puskesmas, ruang TU, gudang, dan 1 kamar mandi.
13
Serah terima Puskesmas Balongsari dari dr. Maya Syahria Saleh (yang
saat ini menjabat sebagai Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH))
kepada dr. Sri Hawati (kepala Puskesmas Balongsari) oleh Dinas
Kesehatan Kota Surabaya dan diresmikan oleh Bapak Walikota Surabaya
Bambang DH pada tanggal 01 Desember 2010.
Luas Wilayah
Puskesmas Balongsari terletak di kelurahan Balongsari Kecamatan
Tandes dengan luas wilayah Puskesmas yaitu 159.195 Ha yang terdiri dari
3 kelurahan :
1. Balongsari
2. Karang Poh
3. Tandes
Wilayah kerja termasuk dataran rendah dengan ketinggian 2-3
meter diatas permukaan laut dengan curah hujan sedang. Dengan batas-
batas wilayah berikut :
1. Utara : wilayah kecamatan Asemworo.
2. Timur : wilayah kecamatan Sukomanunggal.
3. Selatan : wilayah kecamatan Lontar.
4. Barat : wilayah kecamatan Manukan Wetan kecamatan Tandes.
14
Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Balongsari
Data Kependudukan
1. Jumlah penduduk keseluruhan : 46.213 orang
Laki-laki : 23.368 orang
Perempuan : 22.845 orang
2. Jumlah kepala keluarga : 8.223 KK
3. Jumlah keluarga miskin : 1.651 KK
Tabel 4.1. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas Balongsari tahun 2013
UMUR LAKI-LAKI (orang) PEREMPUAN (orang) TOTAL (orang)
0-1 tahun 417 392 809
1-5 tahun 2052 1945 3997
5-6 tahun 742 717 1459
7-12 tahun 1765 1669 3434
< 15 tahun (usia belum produktif
5114 4857 9971
15-64 tahun (usia produktif)
17349 17038 34387
45-59 tahun (pra usia lanjut)
3447 3870 7317
> 60 tahun (usia lanjut)
1717 1615 3332
15
Data Sarana Pendidikan
1. PAUD : 24 buah 4. SMP/MTs : 3 buah
2. TK : 25 buah 5. SMA/MA : 3 buah
3. SD/MI : 14 buah
Sarana Puskesmas
1. Sarana Pelayanan
Tabel 4.2. Data sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Balongsari tahun 2013
SARANA PELAYANAN JUMLAH (buah)
Puskesmas Induk 1
Puskesmas Pembantu 0
Puskesmas Keliling 1
Puskeskel 3
JUMLAH 5
2. Sarana Transportasi
Tabel 4.3 Data sarana transportasi Puskesmas Balongsari sejak tahun 2010SARANA TRANSPORTASI JUMLAH (buah)
Mobil Puskesmas Keliling
(Ambulance) 1
Sepeda Motor 6
JUMLAH 7
16
4.2. Puskesmas Balongsari
Visi Dan Misi
Visi Puskesmas Balongsari adalah “Pelopor budaya hidup sehat
menuju masyarakat mandiri”.
Misi Puskesmas Balongsari adalah:
1. Mendorong kemandirian hidup sehat berbasis perilaku masyarakat
2. Memberi inspirasi dalam pemberdayaan masyarakat
3. Memelihara, meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
4. Memadukan pelayanan medis dan komplementer
5. Mewujudkan Puskesmas inovatif, multi manfaat dan ramah
lingkungan.
Kebijakan Mutu
Dengan inovasi dan perbaikan yang berkelanjutan, kita berikan
pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Strategi
1. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu
2. Mengusulkan dan mengikutsertakan SDM pada pendidikan dan
pelatihan secara intensif dan sesuai kompetensinya
3. Penganekaragaman pelayanan dan kemitraan dengan pihak ketiga
4. Menjaga peralatan yang ada agar tetap standar dan terjaga
akurasinya
5. Mengefektifkan program UKS dan UKBM lain
17
6. Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektoral secara
periodik dan kontinyu
Motto
Masyarakat sehat dambaan kami
Budaya Kerja
1. Bertakwa
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
4. Jujur
5. Ikhlas
6. Profesional
7. Kreatif dan inovatif
8. Ramah tamah
9. Peduli lingkungan
10. Sepenuh hati
Upaya Kesehatan Wajib
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah
18
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya Kesehatan Inovatif
1. Poli Paliatif
2. Poli Spesialis Kandungan
3. Poli Santun Lansia
4. Poli Spesialis Anak
5. Poli Mata
6. Poli TB
7. Poli Psikologi
8. Ruang Bersalin
9. Program See and Treat
10. Posyandu Remaja
Upaya Kesehatan Penunjang
1. Laboratorium medis, yaitu fotometer dan hematologi analisa
2. Pemeriksaan EKG
3. Pemeriksaan USG
19
Jenis Unit Pelayanan Puskesmas
1. Unit Pendaftaran dan Kasir
2. Poli Umum dan UGD
3. Poli Gigi
4. Poli KIA/KB
5. Ruang Bersalin
6. Laboratorium
7. Klinik Sanitasi
8. Pojok Gizi
9. Poli Paliatif
10. Poli Spesialis Kebidanan dan Kandungan
11. Poli Santun Lansia
12. Poli Spesialis Anak
13. Poli Mata
14. Poli TBC
15. Poli Psikologi
16. Apotek
17. Puskesmas Keliling
18. Posyandu Balita
19. Posyandu Remaja
20. Posyandu Lansia
21. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
22. Community Health Nursing (CHN)
23. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)
20
Jumlah Karyawan
Tabel 4.4 Jumlah karyawan di Puskesmas BalongsariNO TENAGA PNS Non-PNS JUMLAH
1 Dokter 3 2 5 orang
2 Dokter Gigi 2 2 orang
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 1 orang
4 Sarjana Psikologi 1 1 orang
5 Bidan 1 8 9 orang
6 Perawat 5 3 8 orang
7 Perawat Gigi 1 1 orang
8 Sanitarian 1 1 orang
9 Petugas Gizi 1 1 orang
10 Apoteker 1 1 orang
11 Asisten Apoteker 1 1 orang
12 Analisis Laboratorium 1 1 orang
13 Tenaga Administrasi 2 2 4 orang
14 Sopir 1 1 orang
15 IT 1 1 orang
16 Rekam Medis 1 1 orang
17 Petugas Kebersihan 1 1 orang
18 Linmas 2 2 orang
19 Bidan Kelurahan 3 3 orang
JUMLAH 17 28 45 orang
BAB 5
21
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Kegiatan
Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Balongsari
berupa:
a. Pelayanan kepada masyarakat melalui unit-unit Puskesmas yang ada.
b. Melakukan observasi mengenai manajemen unit-unit Puskesmas yang
meliputi :
- Unit Tata Usaha
Di Unit Tata Usaha, CPS KBK mempelajari administrasi puskesmas
dan laporan-laporan dari masing masing unit di Puskesmas. CPS KBK
juga mempelajari laporan tentang Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)
dan Planning of Action (POA).
- Unit Pengobatan Umum
Di Unit Pengobatan Umum, CPS KBK membantu dokter umum
memberikan pengobatan kepada pengunjung. Selain di Unit
Pengobatan Umum, CPS KBK juga membantu kegiatan pelayanan
pengobatan di Puskesmas Pembantu. Selain itu, CPS KBK juga
mempelajari program dan tata kerja di Unit Pengobatan Umum seperti
alur pelayanan pasien, sistem pelaporan penyakit, dan mempelajari
data kunjungan pasien.
- Unit KIA dan KB
Di Unit KIA dan KB, CPS KBK membantu petugas memberi
pelayanan kepada pengunjung seperti pemeriksaan ANC dan
melakukan Imunisasi Dasar. CPS KBK juga mempelajari program
serta tata kerja Unit KIA dan KB termasuk mempelajari data-data di
Unit KIA dan KB.
- Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat
Di Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat, CPS KBK ikut serta
mempelajari program dan tata kerja Unit Poli Gizi dan Gizi
Masyarakat.
- Unit Kesehatan Lingkungan
22
Di Unit Kesehatan Lingkungan, CPS KBK ikut serta mempelajari
program dan tata kerja Unit Kesehatan Lingkungan.
- Unit P2M
Di Unit P2M, CPS KBK ikut serta mempelajari program dan tata
kerja Unit P2M. CPS KBK juga diberi kesempatan mengikuti kegiatan
fogging yang di laksanakan oleh Puskesmas Balongsari.
- Unit Promosi Kesehatan
Di Unit Promosi Kesehatan, CPS KBK ikut serta mempelajari program
dan tata kerja unit Promosi Kesehatan. CPS KBK juga diberi
kesempatan untuk mengadakan penyuluhan di Puskesmas Balongsari
dibawah bimbingan petugas Puskesmas.
- Unit Apotik
Di Unit Apotik, mempelajari program penyimpanan obat di Unit
Apotik serta obat-obat apa saja yang tersedia di Unit Apotik.
5.1.1 Hasil Kegiatan UPK Promosi Kesehatan
Tabel 5.1 Jumlah Kelurahan Siaga Aktif Tahun 2013 di wilayah kerja
Puskesmas Balongsari.
Jumlah Kelurahan Siaga Aktif
Target Sasaran
Pencapaian Cakupan
3 65% 100% 100%
Puskesmas Balongsari memiliki tiga wilayah kerja yaitu kelurahan
Balongsari, Manukan Wetan, dan Banjarsugihan. Berdasarkan data di atas,
ketiga wilayah kerja Puskesmas Balongsari telah menjadi kelurahan siaga
aktif dengan tahap siaga aktif madya. Target kelurahan siaga aktif untuk
tahun 2013 adalah 65%. Dengan demikian, Puskesmas Balongsari telah
memenuhi target tersebut karena ketiga kelurahannya telah menjadi
kelurahan siaga aktif.
Tabel 5.2 Pencapaian PHBS Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas
Balongsari
23
Pengkajian PHBS pada Tatanan Rumah Tangga
Jenis Kegiatan Target Sasaran Pencapaian Cakupan
Rumah Tangga Dikaji 10% 20,34% 100%
Rumah Tangga Sehat 65% 61% 93,84%
Intervensi PHBS
Target Sasaran Pencapaian Cakupan
Kelompok Rumah Tangga 1496 1952 100%
Institusi Pendidikan 19 19 100%
Institusi Sarana Kesehatan 9 9 100%
Institusi TTU 57 39 68,42%
Institusi Tempat Kerja 13 7 53,85%
Berdasarkan data diatas, pada tahun 2013 pencapaian rumah tangga
yang mendapatkan pengkajian PHBS (20,34%) sudah memenuhi targetnya
(10%), namun pencapaian rumah tangga sehat (61%) masih belum
memenuhi target (65%). Untuk pencapaian intervensi PHBS pada kelompok
rumah tangga, sarana kesehatan dan Institusi Pendidikan sudah memenuhi
target, sedangkan pada tempat-tempat umum, dan tempat kerja masih belum
memenuhi target.
Tabel 5.3 Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari
Pentahapan Posyadu
Jumlah Satuan
Target Sasaran
Pencapaian
Strata Pratama 0 - -
Strata Madya 8 - -
Strata Purnama 21 - -
Strata Mandiri 0 - -
Total Posyandu 29 - -
Posyandu Purnama Mandiri 21
100% 72%
Berdasarkan data diatas, Puskesmas Balongsari memiliki 21
Posyandu Balita. Target dari penyelenggaraan UKBM ini adalah
24
berdirinya Posyandu strata Purnama dan Mandiri (PURI) sebesar 100%
dari seluruh Posyandu yang ada. Dengan jumlah Posyandu Purnama 21
pos dan Posyandu Mandiri tidak ada, maka persentase Posyandu PURI
yang telah terbentuk adalah sebesar 72%. Dengan persentasi Posyandu
PURI sebesar 59% berarti Puskesmas Balongsari belum mencapai target
terselenggaranya Posyandu PURI.
5.1.2 Hasil Kegiatan UPK Kesehatan Lingkungan
Tabel 5.4 Akses Air Bersih Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas
Balongsari
Jenis KegiatanTarget
SasaranPencapaian Cakupan
Pengawasan SAB 5611 8531 100%SAB yang memenuhi syarat
4566 8531 100%
Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SAB
63,5% 100% 100%
Keterangan :
SAB = Sarana Air Bersih
KK = Kepala Keluarga
Berdasarkan data di atas, persentase jumlah KK yang memiliki
akses terhadap sumber air bersih adalah sebesar 100% pada tahun 2013.
Dengan demikian, target jumlah KK yang memiliki akses terhadap sumber
air bersih untuk tahun 2013 yaitu sebesar 63% sudah terpenuhi.
Tabel 5.5 Laporan Hasil Pembinaan dan Jumlah Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM), Perumahan dan Sanitasi Dasar, dan Tempat-
tempat Umum (TTU) Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
Lokasi PenilaianTarget
SasaranPencapaian Cakupan
Tempat Pengelolaan
Pembinaan 90% 91,86% 100%Jumlah yang 70% 75% 100%
25
Makanan (TPM)
memenuhi syarat kesehatan
Perumahan dan Sanitasi Dasar
Pembinaan 87% 100% 100%Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan
82% 98,06% 100%
Tempat-tempat Umum (TTU)
Pembinaan 86% 92% 100%Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan
82% 82,81% 100%
Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian pembinaan TPM,
perumahan dan sanitasi dasar, dan TTU pada tahun 2013 masing-masing
sebesar 50%, 91,6% dan 16% . Hanya pembinaan perumahan dan sanitasi
dasar yang memenuhi target. Pencapaian TPM, perumahan dan sanitasi
dasar, dan TTU yang memenuhi syarat kesehatan masing-masing sebesar
40%, 72% dan 90%. Hanya TTU yang memenuhi target untuk tahun 2013.
Tabel 5.6 Target, Pencapaian dan Cakupan Sanitasi Total Berbasis
Masayarakat Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
PenilaianTarget
SasaranPencapaian
Cakupan
Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang memiliki Akses terhadap jamban
89% 77,54% 100%
Jumlah Desa/Kelurahan yang sudah ODF
17% 33% 100%
Jumlah jamban Sehat 78% 100% 100%
Pelaksanaan Kegiatan STBM di Puskesmas
42% 100,00% 100%
Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian kepala keluarga
yang memiliki akses terhadap jamban, jumlah desa/kelurahan yang sudah
ODF, jumlah jamban sehat, pelaksanaan kegiatan STBM di Puskesmas
sudah memenuhi target di tahun 2013, dengan pencapaian masing-masing
sebesar 100%, 100%, 100%.%, dan 100%.
26
5.1.3 Hasil Kegiatan UPK Pemberantasan Penyakit Menular
Tabel 5.12 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2013 Puskesmas Balongsari
Penilaian Target Sasaran
Pencapaian Cakupan
Insidens kasus DBD 46 46 100%Prosentase Penderita DBD ditangani
46 46 100%
Case Fatality Rate Kasus (CDR) penyakit DBD
0 0 0%
Angka Bebas Jentik ( ABJ ) 95% 82,10% 86,42%
Jumlah wilayah KLB DBD 0 0 0
Dari Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Balongsari tahun 2013,
persentase penderita DBD yang sudah ditangani pada tahun 2013
mencapai 100%, case fatality rate 0% dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
82,10%. Jumlah penderita DBD yang ditangani dan case fatality rate sudah
mencapai target, namun Angka Bebas Jentik (ABJ) belum mencapai target
yaitu minimal 95%.
Tabel 5.13 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Malaria Tahun
2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
PenilaianTarget Sasaran
Pencapaian Cakupan
Penderita klinis malaria yang dilakukan pemeriksaan Sediaan Darah (SD)
100% 0 0
Penderita positif malaria yang diobati sesuai standar (ACT)
100% 0 0
Penderita positif malaria yang di Follow up
100% 0 0
27
Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian dan cakupan untuk
kasus malaria belum memenuhi target di tahun 2013.
Tabel 5.9 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Kusta Tahun
2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
PenilaianTarget Sasaran
Pencapaian Cakupan
Penemuan Penderita Kusta Baru (Case Detection Rate)
3 3 100%
Proporsi kasus kusta anak <5% 0% 0%
Proporsi kasus kusta Tk II <5% 0% 0%
Prevalensi Kusta (PR) < 1 / 10.000 0,0001% 100%
RFT Rate penderita PB 95% 100% 100%
RFT Rate penderita MB 90% 100% 100%
Berdasarkan data di atas, persentase penemuan penderita kusta
baru (Case Detection Rate) dan RFT rate penderita MB sudah memenuhi
target di tahun 2013.
Tabel 5.14 Laporan Pencegahan dan Penangulangan Rabies Tahun 2013 di
Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
PenilaianTarget Sasaran
Pencapaian Cakupan
Cuci luka terhadap kasus gigitan Hewan Perantara Rabies
100% 0 0
Vaksinasi terhadap kasus gigitan HPR yang berindikasi
100% 0 0
28
Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian dan cakupan untuk
pencegahan dan penangulangan kasus rabies belum memenuhi target di
tahun 2013.
5.1.4 Hasil Kegiatan UPK Perbaikan Gizi
5.1.5 Hasil Kegiatan UPK KIA dan KB
5.1.6 Hasil Kegiatan UPK Pengobatan
Tabel 5.24 Laporan Visite Rate dan Contact Rate Tahun 2013 di Wilayah
Kerja Puskesmas Balongsari
PenilaianTarget
SasaranPencapaian Cakupan
Visite Rate 15% 4% 86,67%Contact Rate 1,45 1 68,97%
Berdasarkan data di atas, persentase untuk visite rate dan contact
rate belum mencapai target sasaran di tahun 2013.
5.2 Pemilihan Masalah
Berdasarkan pengumpulan data dari 6 Upaya Kesehatan Wajib
yaitu Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Upaya
Kesehatan Perbaikan Gizi, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB, dan
Upaya Pengobatan telah dipilih 3 UPK dengan masing-masing 1 topik,
yaitu:
1. UPK Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dengan
topik Demam Berdarah Dengue,
29
2. UPK Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana, dengan
topik drop out K1-K4,
3. UPK Kesehatan Lingkungan, dengan topik kesehatan lingkungan.
30
BAB 6
ANALISIS MASALAH
6.1 Topik Demam Berdarah Dengue
.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit Demam Berdarah Dengue. Diantaranya program 3M ( Menguras,
Menutup, dan Mengubur ), pengasapan ( fogging ) pada setiap daerah yang
merupakan endemis DBD. Namun tetap saja masih ada korban, bahkan
terus meningkat dari tahun – tahun.
Tabel 6.1 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
Penilaian Target Sasaran
Pencapaian Cakupan
Insidens kasus DBD 46 46 100%Prosentase Penderita DBD ditangani
46 46 100%
Case Fatality Rate Kasus (CDR) penyakit DBD
0 0 0%
Angka Bebas Jentik ( ABJ ) 95% 82,10% 86,42%
Jumlah wilayah KLB DBD 0 0 0
Dari Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Balongsari tahun 2013,
persentase penderita DBD yang sudah ditangani pada tahun 2013
mencapai 100%, case fatality rate 0% dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
82,10%. Jumlah penderita DBD yang ditangani dan case fatality rate sudah
mencapai target, namun Angka Bebas Jentik (ABJ) belum mencapai target
yaitu minimal 95%.
Serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk mencegah penularan
DBD yaitu fogging sesegera mungkin setelah ada laporan kasus,
penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pemantauan
35
jentik berkala yang dilaporkan setiap 2 bulan, serta abatisasi pada tempat-
tempat air tergenang, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan selokan
kecil yang dapat diulang setiap 2-3 bulan sekali.
Tabel 6.2 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue, Fogging dan
Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Bulan
Oktober - Desember Tahun 2013
Bulan Jumlah Kasus Jumlah fogging Jumlah penyuluhan PSN
Oktober 2 2 2
Nopember 1 1 1
Desember 1 1 1
Tindakan fogging dan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk
baru dilakukan setelah ada laporan kasus. Itu pun dilakukan dalam
tenggang waktu yang cukup lama sehingga mungkin saja sudah terjadi
penyebaran vektor (nyamuk) aedes aegypti. Hal inilah yang menjadi
penyebab belum tercapainya target angka bebas jentik lebih dari 95%.
Program pemberantasan penyakit menular, termasuk Demam
Berdarah Dengue, tidak pernah lepas dari peranan sumber daya manusia
yang terlibat di dalamnya. Dalam hal sumber daya manusia terdapat dua
kelompok, yaitu sumber daya manusia/ketenagaan yang dimiliki oleh
Puskesmas dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan karena
manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan.
Masalah yang ditemukan dalam hal sumber daya manusia adalah
kurangnya SDM dari Puskesmas dimana hanya ada 1 orang pemegang
program P2M sekaligus merangkap sebagai aggota tim audit internal.
Sumber daya manusia untuk bidang Promosi Kesehatan juga sangat
terbatas yaitu hanya berjumlah 2 orang. Selain itu, kesadaran masyarakat
untuk mengubah perilaku juga kurang karena untuk memberantas demam
berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggal diperlukan
kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat.
32
Kelompok ke-2 yang termasuk Man adalah masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Balongsari sebanyak 46.213 jiwa yang terdiri dari 8.223 kepala keluarga.
Jumlah ini merupakan angka yang besar dan memiliki kesulitan tersendiri
untuk ditangani secara menyeluruh. Fasilitas pendidikan yang tersedia di
wilayah kerja puskesmas (mulai Taman Kanak-kanak sampai dengan SMA
dan pondok pesantren) sudah cukup baik dan seharusnya faktor tersebut
dapat meningkatkan pemahaman warga sekitar terhadap masalah
kesehatan.
Dalam melakukan sosialisasi atau promosi kesehatan, bukan hanya
peran tenaga kesehatan saja, tetapi juga diperlukan peran dari tokoh
masyarakat, para kader yang ditunjuk, tokoh agama, kepala dusun, kepala
desa, camat, guru, swasta dan pengusaha. Program-program yang telah
dibuat diharapkan mendapat dukungan dari semua pihak. Target yang telah
dibuat akan dapat dicapai jika seluruh lapisan masyarakat beserta pihak
puskesmas bekerja sama dan bersama-sama menggiatkan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) serta tindakan 3M Plus.
Berdasarkan wawancara dengan petugas P2M, masalah yang
ditemukan dalam manajemen adalah dalam hal kedisiplinan. Tindakan
yang dilakukan terkendali dalam hal perencanaan dan persiapan, misalnya
untuk fogging. Namun, fogging merupakan suatu tindakan yang harus
selalu siap meskipun mendadak karena kejadian demam berdarah juga
terjadi mendadak. Masalah lainnya adalah kurangnya evaluasi dan follow
up baik dalam program maupun tindakan. Banyak tindakan yang telah
dilakukan, namun tidak dievaluasi.
Dari segi lingkungan, kepadatan penduduk di wilayah kerja
puskesmas merupakan salah satu faktor resiko dalam terjadinya penularan
virus penyebab DBD. Semakin padat jumlah penduduknya semakin mudah
untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk
diperkirakan 50 meter sehingga bila di suatu rumah ada nyamuk
penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di
rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang
33
nyamuk dan orang-orang yang berkunjung ke rumah itu. Mobilitas
penduduk juga memegang peranan paling besar dalam penularan virus
dengue dari suatu tempat ke tempat lain. Disamping itu, berdasarkan hasil
observasi singkat ke lingkungan di wilayah kerja puskesmas, hal yang
diduga menjadi penyebab belum tercapainya target ABJ adalah masih
adanya tempat-tempat yang luput dari pemberantasan jentik seperti
genangan air di vas bunga, di pot yang tidak terpelihara, dan tempat yang
sulit dijangkau seperti tandon air.
6.2 Topik Ante Natal Care
.
6.3 Topik Kesehatan Lingkungan
Tabel 6.3 Cakupan Program Pembinaan dan Jumlah Institusi yang
Memenuhi Syarat Kesehatan
Lokasi PenilaianTarget
SasaranPencapaian Cakupan
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
Pembinaan 90% 91,86% 100%Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan
70% 75% 100%
Perumahan dan Sanitasi Dasar
Pembinaan 87% 100% 100%Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan
82% 98,06% 100%
Tempat-tempat Umum (TTU)
Pembinaan 86% 92% 100%Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan
82% 82,81% 100%
Data di atas menunjukkan bahwa persentase pembinaan tempat
pengelolaan makanan mencapai 91,86%. Dengan pencapaian pembinaan
sebesar itu, didapatkan jumlah tempat pengelolaan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 75%. Dari hasil wawancara dengan
34
sejumlah masyarakat, target pembinaan terhadap tempat pengolahan
makanan yang tercapai dikarenakan sebagian besar oleh bertambahnya
pengetahuan masyarakat tentang bahan dan cara pengolahan makanan
secara benar sehingga aman untuk dikonsumsi. Tim kesehatan lingkungan
dari puskesmas telah memberikan penyuluhan kepada pedagang makanan
yang menjadi target dalam program ini. Namun sebagian pedagang masih
belum mengubah kebiasaannya oleh karena situasi ekonomi mereka yang
memang kurang baik.
Pembinaan perumahan dan sanitasi dasar mencapai persentase yang
lebih tinggi, yaitu 100%. Dengan pencapaian pembinaan yang lebih besar,
didapatkan pula jumlah yang memenuhi syarat lebih besar, yaitu 98,6%.
Hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa masih adanya
rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan dapat diakibatkan oleh dua
hal. Pertama adalah dari pemilik rumah, yang pada dasarnya memiliki
materi dan mampu untuk memperbaiki rumah sesuai standar kesehatan,
namun dikarenakan pengetahuan yang kurang maka mereka tidak
membangun rumah mereka sesuai standar kesehatan. Yang kedua adalah
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memang tidak memungkinkan
untuk terciptanya rumah yang memenuhi standar kesehatan. Penyuluhan
dari pihak puskesmas dapat meningkatkan target jumlah rumah yang
memenuhi syarat kesehatan.
Pada tempat-tempat umum, pencapaian pembinaannya sebesar 92%
sedangkan jumlah tempat umum yang memenuhi syarat 82,81%. Hal ini
mungkin dikarenakan tempat-tempat umum merupakan tempat yang
dikelola oleh suatu instansi, yang memiliki unit kesehatan tersendiri.
Namun, pembinaan terhadap sarana tempat-tempat umum masih perlu
ditingkatkan. Hasil observasi menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh
dua hal. Yang pertama yaitu dari faktor ekonomi dan faktor kesadaran
masyarakat yang masih kurang. Hal ini menjadi susah dipecahkan,
dikarenakan meskipun sudah dilakukan pembinaan berupa penyuluhan,
ada beberapa dari masyarakat yang masih tidak mau menurut meskipun
35
memiliki materi dan mampu untuk merubah bangunan sesuai standar
kesehatan sanitasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang lebih
besar, akan menghasilkan pencapaian yang lebih besar. Sehingga
pencapaian tempat pengelolaan makanan yang rendah disebabkan oleh
pembinaan yang kurang.
36
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Puskesmas Balongsari merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan
Kota Surabaya yang telah mendapatkan sertifikat ISO. Wilayah kerja
Puskesmas Balongsari terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Balongsari,
Manukan Wetan dan Banjarsugihan. Puskesmas Balongsari mempunyai 6
program Upaya Kesehatan Wajib yang meliputi Upaya Promosi Kesehatan,
Upaya Penyehatan Lingkungan, Upaya Perbaikan Gizi, Kesehatan Ibu dan
Anak-Keluarga Berencana, Pemberantasan Penyakit Menular, dan
Pengobatan.
Salah satu penyakit yang masuk dalam lingkup Upaya
Pemberantasan Penyakit Menular adalah Demam Berdarah Dengue.
Dalam hal Demam Berdarah Dengue, target pencapain angka bebas jentik
yang belum tercapai dapat disebabkan oleh terlambatnya tindakan jika ada
kasus laporan DBD.
Dalam Upaya Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana,
persentase drop out K1-K4 masih lebih tinggi dari target. Hal ini
dikarenakan petugas kesehatan masih belum mampu memotivasi ibu hamil
untuk terus melakukan pemeriksaan kehamilannya sampai minimal empat
kali selama kehamilannnya (satu kali dalam trimester I, satu kali dalam
trimester II dan dua kali dalam trimester III).
Dalam Upaya Kesehatan Lingkungan, target insitusi yang
memenuhi syarat kesehatan masih belum tercapai. Pencapaian insitusi
yang memenuhi syarat kesehatan yang masih rendah disebabkan oleh
pembinaan yang kurang. Pembinaan yang lebih besar, akan menghasilkan
pencapaian yang lebih besar.
7.2 Saran
Puskesmas Balongsari perlu meningkatkan pencapaian ABJ nya
agar memenuhi target ABJ sebesar 95%. Hal ini dapat dilakukan dengan
37
melakukan tindakan pencegahan tidak hanya menunggu ada laporan kasus.
Target dapat dicapai jika seluruh lapisan masyarakat beserta pihak
puskesmas bersama-sama menggiatkan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) serta tindakan 3M Plus. Akan lebih baik jika pihak puskesmas
juga menekankan pemberantasan sarang nyamuk pada tempat-tempat
penampungan air yang sering luput dari pengawasan warga seperti
genangan air di vas bunga, pot yang tidak terpelihara, dan tempat yang
sulit dijangkau seperti tandon air.
Di bidang Kesehatan Ibu dan Anak, petugas kesehatan memegang
peranan penting untuk menggerakkan masyarat terutama yang berada di
wilayah kerja puskesmas untuk memahami pentingnya ANC pada ibu
hamil. Kegiatan yang dapat membantu meningkatkan pemahaman tersebut
adalah dengan cara mengadakan pertemuan dengan para kader secara rutin
dan berkualitas. Para kader mungkin dapat diajarkan untuk lebih mengenal
dan memahami KSPR sehingga kader dapat membantu petugas kesehatan
untuk mendeteksi dini resiko pada ibu hamil dan diharapkan kader dapat
memotivasi para ibu hamil untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sedini
mungkin.
Dalam hal kesehatan lingkungan, untuk mencapai target institusi
yang memenuhi syarat kesehatan, petugas kesehatan perlu meningkatkan
pembinaan kepada tempat pengelola makanan, rumah tangga dan tempat-
tempat umum.
38
BAB 8
PENUTUP
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat melaksanakan tugas
praktek lapangan di Puskesmas Balongsari Surabaya, mulai tanggal 20 Januari
2014 sampai dengan tanggal 3o Januari 2014, yang merupakan salah satu bentuk
program kerja lapangan kami selama di Lab. IKM/KP Universitas Airlangga.
Terimakasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala Puskesmas
Balongsari beserta staf dan dosen – dosen pembimbing kami dari Laboratorium
IKM – KP atas segala bimbingannya yang sangat membantu dalam
pelaksanaan tugas kepaniteraan ini.
Laporan kepaniteraan puskesmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan tentang program-program kesehatan masyarakat, khususnya
bagi CPS KBK yang nantinya akan bertugas di puskesmas dan instansi kesehatan
di seluruh wilayah Indonesia.
Banyak data yang tidak dapat disajikan dengan baik dalam laporan ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.
39
Top Related