Download - LAPORAN KASUS Anestesi Umum Dan Kaudal Anestesi Pada CTEV

Transcript
  • BAB ITINJAUN PUSTAKA

  • PendahuluanCongenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau Clubfoot

    Deformitas yang biasanya terjadi pada anak-anak

  • 1. Fleksi pergelangan kaki2. Inversi tungkai3. Adduksi kaki depan4. Rotasi media tibia... lanjutan

  • Etiologi Penyebab utama tidak diketahuiPatogenesisnya bersifat multifaktorial.Banyak teori yang telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini

  • InsidensiLebih dari 4.000 bayi (sekitar 1 dari 1.000) lahir dengan Clubfoot di Amerika Serikat setiap tahunLaki-laki > perempuan

  • Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang mendritaclubfootatau kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk mengidentifikasi adanya abnormalitasManifestasi Klinis

  • Diagnosis Biasanya dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja, meskipun kadang-kadang bisa direkomendasikan tes tambahan, seperti sinar-X. CTEV kadang didiagnosis sebelum kelahiran, selama USG.

  • Penatalaksanaan

  • Penatalaksanaan rehabilitasi medis pada penderita CTEV sangat penting dalam hal mencegah terjadinya disabilitas secara dini maupun setelah dilakukan tindakan koreksi secara operatif... lanjutan

  • KonservativOperatif Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatasMasalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap.Masalah luka karena tekanan dari cast.Masalah luka setelah operasiInfeksiDeformitas dari kakiKetika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi matiKomplikasiKomplikasi

  • Anestesi Umum : - Menghilangkan nyeri - Tidak sadar - Amnesia - Reversibel - Dapat diprediksi

  • Komponen ideal anestesi umum :

    1. Sedasi2. Analgesi3. Relaksasi

  • ParenteralPerektalPer inhalasiTopical1. Respirasi 2. Sirkulasi 3. Jaringan 4. Sifat fisik 5. Lain lain

  • Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan

    www.themegallery.comLOGO

  • Indikasi : 1. Mempermudah anestesi umum 2. Mempertahankan jalan nafas dan kelancaran pernafasan 3. Cegah aspirasi 4. Pengisapan sekret 5. Ventilasi mekanik jangka lama 6. Mengatasi obstruksi laring 7. Anestesi umum pada operasi dengan nafas kontrol, operasi posis miring, tengkurap, rongga mulut dll

  • Kaudal Aestesi Adalah suatu tindakan anestesi regional yang memblokade saraf dengan menempatkan obat anestesi di ruang epidural yaitu di kanalis kaudalis.

  • KAUDAL ANESTESIPopuler untuk pediatrik. Dapat digunakan untuk operasi urogenital, rectal,inguinal dan ekstremitas bagian bawah.Pada anak biasanya digunakan untuk pengelolaan nyeri post operasi. Teknik khusus caudal blok

  • KOMPLIKASIHenti Jantung Retensi urin Blok tinggiTotal Spinal Anestesi Suntikan subdura Sakit punggung (Backache)Postdural puncture headache (post Spinal headache)Hematom spinal atau epiduralMeningitis dan arachnoiditis Abses epiduralTrauma pada syarafNeurotoksisitas LidokainToksisitas sistemik

  • BAB IILAPORAN KASUS

  • IDENTITAS PASIEN

    Nama : An.FernandoUsia: 1 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAnak ke: 1Alamat: Balai kebunStatus: Belum menikahPekerjaan: -Suku: PadangAgama: IslamPendidikan : Belum sekolahDikirim oleh: KeluargaOperasi tanggal: 18 Februari 2014Jenis pembedahan: PMRRencana anestesi: General Anasthesia dan Regional Anesthesia

  • PERSIAPAN PRE OPERASI (18 februari 2014)a. Anamnesis Riwayat operasi (+), riwayat DM (-), riwayat asma (-), riwayat jantung (-), riwayat hipertensi (-), HIV(-), Hbs Ag(-), riwayat alergi (-), riwayat penyakit yang sama pada keluarga (+).b. Pemeriksaan fisik pre-operasi Kesadaran: Compos MentisKeadaan Umum: Tidak tampak sakitVital sign:Rr: 30 x/menitHr: 95 x/menitBB: 8 kg

  • Status Generalis

    Pemeriksaan kepalaRambut: warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak ada kelainan kulit. Tidak ada luka dikepala.Mata: Sclera Ikterik -/-, Conjuntiva Anemis -/-, pupil isokor, Reflek cahaya +/+. Penglihatan normal.Hidung: tidak ada secret, tidak ada deviasi, tidak ada deformitas.Bibir : mukosa bibir basah, sianosis (-)Lidah : Tidak pucat (anemis) (-).

    Pemeriksaan leher : Dalam batas normal Pemeriksaan thoraksParu-paru : tidak dilakukanJantung : tidak dilakukan

    Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal

    Pemeriksaan ekstremitas : a. ekstremitas superior : dalam batas normalb. ekstremitas inferior : dextra adanya bekas operasi sebelumnya. sinistra abnormal.

  • Status Lokalis

    Status lokalis regio os talus dan calcaneusI : warna kulit sama dengan warna kulit di sekitar kelainan, tampak deformitas (-), oedem (-), perdarahan (-), benjol (-), pus (-) dan tampak jaringan skriatrik (-), panjang kaki sama kanan dan kiri. Tampak pergelangan kaki menekuk ke dalam.Pa : Panas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-).Motorik : ke 2 kaki dapat digerakan

  • Pemeriksaan PenunjangRO : X-foto tarsal AP Lateral dan Laboratorium

    Penentuan ASA berdasarkan status fisik Status Fisik ASA I

    Laporan anestesi selama operasi a. Jenis anestesi : General Anasthesia dan Regional Anesthesia b. Teknik anestesi : General Anesthesia LMA (Lharyng Mask Airway) dan Kaudal Anesthesiac. Lama anestesi: 11.30 s/d 13.00 WIBd. Lama operasi: 11.40 s/d 12.50 WIB

  • Tindakan AnesthesiTindakan anestesi umum dan tindakan anestesi regional dengan kaudal blok. Pasien dipastikan pada posisi lateral dekubitus untuk anestesi kaudal. Memastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas normal.Obat pre-medikasi : Midazolam 1 mgKetamin 10 mgMedikasi : Bupivacaine 0,5% dengan dosis 3 mg ( Kaudal Anesthesia)Fentanyl 10 mcg ( General Anesthesia)Maintenance :Sevofluran 2%Oksigen 2 L/menitN2O 2 L/menitAirway pasien dengan menggunakan LMADipastikan pasien sudah mendapat efek anestesi (+)Monitor tanda-tanda vital pasien dan saturasi oksigen.

  • PEMBERIAN CAIRAN

    BB : 8 kgPuasa : 6 jam Lama operasi : 1 jam 30 menitJumlah perdarahan : 0Pre operasi : Cairan maintenance( 40 cc/kgBB/jam)(40 cc x 8/24 jam): 320 cc/24 jam = 14 cc/jamDurante operasiPuasa : 6 jam x maintenance: 6 jam x 14 cc/jam = 84 cc/jamStress operasi : Operasi sedang: 6 cc/kg BB/jam: 6 cc x 8/jam = 48 cc/jam

  • Pemberian cairanJam I : puasa + maintenance + strees operasi: (.84) + 14 cc/jam + 48 cc/jam : 42 cc + 14 cc/jam + 48 cc/jam = 104 cc/jam Perdarahan : 0Urin output : 0

    Jadi total keb cairan: Jam I + perdarahan + urin output : 104 cc + 0 cc + 0 cc : 104 cc Jumlah pemb. cairan : RL I= 1 x 500 = 500 ccJadi sisa kebutuhan : 500 cc 104 cc : + 396 cc

  • CAIRAN KELUAR a. Perdarahan : 0b. Urin output : 0

    MONITORING PASCA BEDAH DI RUANG PEMULIHANKesadaran: compos mentisTest GCS : 15TD : 80/20mmHg, RR : 22x/menit, Nadi : 100x/menit, saturasi 100%Infus : Ringer laktat Kateter : (+) setelah selesai operasiAntibiotik : sesuai terapi operatorAnalgetik : - Anti emetic : -

  • BAB IIIPEMBAHASAN

  • Sebelum dilakukan operasi, kondisi penderita tersebut termasuk dalam ASA I. Karena kondisi pasien tersebut sehat organik, fisiologik, psikiatrik dan biokimia.

    Cara anestesi pada kasus ini adalah penggunaan general anestesi dengan laring mask airway (LMA) dan regional anestesi dengan teknik kaudal anestesi. Penggunaan LMA dikarenakan operasi yang dilakukan relatif sedang, tidak perlu pemakaian induksi dosis tinggi.

  • Penggunaan Midazolame sebagai premedikasi bertujuan untuk hipnotik sedatif pada pasien. Midazolam menjadi obat hipnotik sedatif pilihan karena kerjanya cepat,waktu paruhnya pendek,memiliki amnesia aterograde yang menguntungkan dan tidak mengiritasi. Pada kasus ini, Dosis Midazolam (fortanest) diberikan 0,05 0,2 mg/kgBB iv memberikan 60-96% amnesia, pada pasien ini adalah sebesar 1 mg.

    Penggunaan ketamin sebagai premedikasi untuk obat anestesi yang mempunyai efek stimulasi terhadap kardiovaskuler, meningkatkan cardiac output dan systemic vaskuler resistance melalui stimulasi pada system saraf simpatis. Pasien tersebut mengalami amnesia serta analgesi yang kuat. Dosis ketamin yang digunakan adalah sebesar 1-2 mg/KgBB. Pada pasien digunakan dosis 10 mg.

  • Pada induksi general anestesi digunakan obat fentanyl 10 g. Obat ini dimasukan secara intravena. Fentanil 10 g bolus intravena digunakan sebagai analgesi opioid. Dosis analgesi 1-3 g/kgBB intravena untuk lama kerja 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anestesi pembedahan dan bukan untuk pasca bedah.

    Pada induksi kaudal anestesi digunakan obat bupivacaine 0,5 %. Bupivacaine dapat diberikan pada penderita anak-anak. Hanya perlu dipahami bahwa volume cairan serebrospinal pada bayi dan neonatus relatif lebih tinggi dibanding orang dewasa, sehingga membutuhkan dosis/kg yang relatif lebih besar untuk menghasilkan block pada level yang sama, 0,3 - 0,4 mg/kgBB untuk anak-anak dengan BB 5 - 15 kg. Pada pasien ini digunakan dosis 3 mg.

  • Sedangkan untuk rumatan anestesinya menggunakan O2, N2O dan sevofluran 2%. O2 pertama kali diberikan dengan dosis 4L/menit. Setelah nafas pasien teratur, kemudian dosis O2 diturunkan menjadi 2L/menit dan kemudian N2O dimasukkan. Dosis keduanya seimbang yaitu 50:50 (2L/menit : 2 L/menit).

    Sevofluran sendiri diberikan karena tidak iritatif dan aman untuk anak-anak. Gas ini mempunyai kelarutan darah/gas yang rendah (0,68), sehingga menghasilkan induksi dan recovery yang cepat. Selain itu, karena bau yang enak maka menjadi pilihan untuk anestesi inhalasi pada pasien dewasa dan anak. Hilangnya kesadaran dengan sevofluran relative cepat, karena dapat dicapai pada 5 kali tarikan napas tunggal.

  • Pasca operasi, penderita dibawa ke ruang pulih untuk diawasi secara lengkap dan baik. Hingga kondisi penderita stabil dan tidak terdapat kendala-kendala yang berarti, penderita kemudian dibawa ke bangsal untuk dirawat dengan lebih baik.

    www.themegallery.comLOGO

    *Content Layouts*