Laporan TutorialSkenario II Blok 9
OLEH KELOMPOK A
Fasilitator : drg. Arya
drg. Sulistiawati
Ketua : Rozalia (04111004031)
Sekertaris : Khairunnisa (04111004063) Anggota : Sischa Ramadhani (041110040)
Miftah Wiryani (041110040)
Leo Saputra (04111004050)
Sanny S Manurung(04111004043)
Maria Sandika Putri (0411100406)
Atika Samy Kencana (04111004061)
Sherly Septhimoranie (041110040)
Putri Ajri Mawaddara (0411100406)
Adi Nugroho (041110040)
Rizka Adianti Hutami (04111004032)
M. Abdurrahman (041110040)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012
Skenario 2
Judul : Mulut Sandy yang tertutup lapisan
T.I.U : 1. Mahasiswa mengetahui tentang proses penegakan diagnosa
2. Mahasiswa mengetahui manifestasi oral dari penyakit sistemik
Sandy, 49 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan langit-langit mulutnya ditutupi
lapisan berwarna putih kekuningan. Sejak 10 hari yang lalu ia merasa sakit saat menelan
dehingga nafsu makan berkurang. Lapisan putih tersebut kadang hilang kadang timbul.
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya lapisan putih kekuningan yang menutupi seluruh
palatum, bila dikerok akan meninggalkan dasar yang berwarna kemerahan dan terasa
sakit. Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan nilai CD4 < 200, HSBAg (-), dan VCT (+).
Sandy mengaku, sekitar 10-15 tahun yang lalu ia memakai narkoba dengan jarum suntik.
Dokter gigi memberikan terapi suportif untuk penanganan lesi tersebut, kemudian
merujuk Sandy ke bagian penyakit dalam untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
I. Klasifikasi Istilah
CD4 : diferensiasi pada limfosit T untuk mengenali antigen
HSBAg : salah satu biomarker adanya virus hepatitis B
VCT : Voluntary Counseling and Testing
Terapi suportif : terapi penunjang
II. Identifikasi Masalah
- Sandy 49 tahun mengeluhkan :
Langit-langit mulutnya ditutupi lapisan berwarna putih kekuningan
Sejak 10 hari yang lalu merasa sakit saat menelan
- Adanya lapisan putih kekuningan yang menutupi palatum, bila dikerok meninggalkan
dasar berwarna merah dan terasa sakit.
- Pemeriksan lab didapat CD4<200, HSBAg (-), VCT (+)
- Sandy mengaku pernah memakai narkoba dengan jarum suntik sekitar 10-15 tahun
yang lalu
- Doketr memberi terapi suportif dan merujuk ke bagian penyakit dalam
III. Analisis Masalah
- Apa etiologi dari lapisan putih kekuningan pada palatum tersebut?
- Apa patogenesis dari lapisan putih kekuningan pada palatum tersebut?
- apa diagnosis dari lesi tersebut?
- Mengapa terjadi rekurensi lesi pada Sandy?
- Apa interpretasi pemeriksaan lab CD4<200, HSBAg (-), dan VCT (+)?
- Apa hubungan hasil pemeriksaan lab dengan lesi pada palatum?
- Adakah hubungan dari history sosial dengan keadaan Sandy sekarang?
- Apa diagnosis penyakit sistemik pada Sandy berdasarkan pemeriksaan tersebut?
- Apa saja manifestasi oral dari penyakit sistemik?
- Bagaimana penatalaksanaan dari hasil diagnosis?
IV. Hipotesis
Sandy (49 tahun ) mengalami pseudomembran candidiasis yang sering berulang
sebagai manifestasi oral dari HIV/ AIDS . Dokter memberikasn terapi suportif berupa
obat antifungal, analgesik, diet cair , serta merujuk Sandy ke bagian penyakit dalam.
V. LEARNING ISSUE
1. Proses penegakkan diagnosa
- Penegakan intra oral lesi putih
- Pemeriksaan lab CD4, HSBAg, VCT (tujuan , interpretasi)
2. HIV / AIDS
- Definisi
- Etiologi
- Patogenesis
- Stadium
- Manifestasi oral (jenis, gambaran klinis, penatalaksaan)
- Rujukan
VI. BELAJAR MANDIRI
1. PROSES PENEGAKAN DIAGNOSA
Pemeriksaan Lesi Putih
Pemeriksaan laboratorium
a. CD4
Sel CD4 adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Disebut juga sel T-4, sel
pembantu atau kadang sel CD4+. Target utama HIV adalah CD4 selain makrofag. Ketika sel
CD4 menggandakan diri untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat banyak
duplikasi HIV. Semakin menurunnya sel CD4 berarti sistem kekebalan tubuh kita semakin
rusak dan semakin tinggi kemungkinan mengalami infeksi oportunistik (Burban SD, 2007)
Karena jumlah CD4 sering berubah-ubah biasanya dokter lebih menggunakan presentase sel
CD4 yaitu perbandingan dengan limfosit total. Jika hasil tes CD4 = 34% berarti 34% dari
limfosit kita adalah CD4. Angka normal berkisar 30 - 60%. Di bawah 14% menunjukan
kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini adalah tanda AIDS pada orang yang
terinfeksi HIV. Jumlah CD4 normal adalah 410 sel/mm3 – 1590 sel/mm3, bila jumlah CD4
dibawah 350/mm3, atau dibawah 14%, kita dianggap AIDS, (Definisi Depkes). Jumlah CD4
dipakai bersama untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat.
Tes CD4.
Tes ini adalah tes baku untuk menilai prognosis berlanjut ke AIDS atau kematian,
untuk membentuk diagnosis diferensial pada pasien bergejala, dan untuk mengambil
keputusan terapeutik mengenai terapi antiretroviral (ART) dan profilaksis untuk patogen
oportunistik. Jumlah CD4 adalah indikator yang paling diandalkan untuk prognosis (Chen R
Y et al, 2007).
Teknik Pemeriksaan CD4
Cara baku untuk menentukan jumlah CD4 memakai flow cytometer
Flow cytometri
Flow cytometri adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik permukaan setiap sel dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada
dalam suatu suspensi menurut karakteristik masing-masing secara automatis melalui suatu
celah yang ditembus oleh seberkas sinar laser.
Metode flow cytometry terus berkembang sejalan dengan perkembangan elektrik
komputer dan reagen, termasuk digunakannya monoklonal antibodi. Sampai saat ini,
pengukuran dengan flow cytometry menggunakan label flouresensi, selain mengukur jumlah,
ukuran sel, juga dapat mendeteksi petanda dinding sel, granula intraseluler, struktur intra
sitoplasmik, dan inti sel.
Interpretasi
Penggunaan alat BD FACS Calibur dapat memberikan informasi yang penting pada
klinisi untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit. Informasi yang dapat
diperoleh antara lain aplikasi diagnosa anemia, leukemia, serta beberapa keadaan lain seperti
Paroksismal, Nokturnal, Hemoglobin (PNH), memonitor penderita dengan infeksi virus HIV,
maupun membedakan tipe leukemia dan limpoma.
Nilai normal untuk CD4 adalah rata-rata 800 hingga 1050 (sel/mm3), dengan kisaran
mewakili dua standard deviation kurang lebih 500 hingga 1400. Nilai CD4 <200 sel/mm3
menunjukkan fase lanjut AIDS dan perlunya pemberian ART.
Frekuensi tes
Tes CD4 sebaiknya diulang setiap tiga sampai enam bulan untuk pasien yang belum
diobati dengan ART dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai
ART. Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan kecenderungan
sebelumnya. Frekuensi akan berbeda-beda tergantung keadaan individu. Kalau tidak diobati,
jumlah CD4 akan menurun rata-rata 4 persen per tahun untuk setiap log viral load. Dengan
terapi awal atau perubahan terapi, usulan adalah dilakukan tes CD4 (serta viral load) pada 4,
8 sampai 12, dan 16 sampai 24 minggu.
b. HBSAg ( Hepatitis B Surface Antigen)
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B
surface antigen, HBsAg) merupakan material permukaan
dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen Australia karena pertama
kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang
Australia.
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul
di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului
munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-
satunya petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan
hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap
terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan
didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg
positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk
keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta
digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk
menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi
dengan virus lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc
dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk
mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir
tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden
hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini
terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal,
atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang
bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering
mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita
hepatitis B.
PROSEDUR
Metode
HBsAg dalam darah dapat dideteksi dengan teknik enzyme immunoassay (EIA), enzyme
linked immunoassay (ELISA), enzyme linked fluorescent assay (ELFA), atau
immunochromatography test (ICT).
Spesimen
Spesimen yang digunakan untuk deteksi HBsAg adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan darah vena 3-5 ml dalam tabung tutup merah atau tutup kuning dengan gel
separator, atau dalam tabung tutup hijau (lithium heparin). Pusingkan sampel darah, lalu
pisahkan serum atau plasma untuk diperiksa laboratorium.
Spesimen yang ikterik (hiperbilirubin sampai dengan 500 µmol/l), hemolisis (kadar
hemoglobin sampai dengan 270 µmol/l), dan lipemik (sampai dengan 30 mg/dl) dapat
mempengaruhi hasil pembacaan. Sampel dapat disimpan pada suhu 2-8oC selama 5 hari, atau
-25 ±6oC sampai dengan 2 bulan.
NILAI RUJUKAN
Dewasa dan Anak-anak : Negatif
MASALAH KLINIS
HBsAg positif dijumpai pada : Hepatitis B, Hepatitis B kronis. Kurang Umum :
Hemofilia, sindrom Down, penyakit Hodgkin, leukemia. Pengaruh obat : ketergantungan
obat.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Serum atau plasma ikterik, hemolisis, atau lipemik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
c. VCT
VCT atau Voluntary Counseling and Testing atau konseling dan test sukarelaadalah
kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan oleh seorang konselor VCT
yang terlatih, yang dilakukan sebelum dan sesudah test darah untuk HIV di laboratorium. Tes
HIV dilakukan setelah klien terlebih dulu menandatangani inform consent (surat persetujuan
tindakan). Jadi, VCT atau Voluntary Counseling and Testing adalah tes HIV yang dilakukan
secara sukarela. Karena pada prinsipnya tes HIV tidak boleh dilakukan dengan paksaan atau
tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan.
INDIKASI VCT
VCT penting untuk dilakukan karena untuk dapat mengakses ke semua layanan yang
dibutuhkan terkait pencegahan dan pengobatan HIV, AIDS dan untuk memberikan dukungan
demi kebutuhan klien seperti perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan terapi ARV,
dan pemahaman yang benar dan faktual tentang HIV, AIDS.
VCT tidak hanya diperuntukkan bagi penderita HIV saja tapi semua manusia bisa
mendapatkanlayanan VCT. Jadi VCT diperuntukkan untuk :
1.Mereka yang mau melakukan test HIV
2. Mereka yang pernah berperilaku berisiko terhadap penularan HIV di masa lalu dan ingin
merencanakan masa depannya
3. Para homo atau orang yang melakukan hubungan seksual berisiko. Hubungan berisiko ini
bukan hanya hubungan dengan pekerja seks, gigolo ataupun waria. Hubungan seksual dengan
orang yang tidak diketahui status HIV nya bisa juga dianggap hubungan berisiko.
4. Orang yang pernah menerima transfusi darah.
5. Pengguna narkoba suntik.
6. Orang yang mengalami Infeksi Menular Seksual berulang.
Jika tahapan pertama (pre konseling) sudah selesai, selanjutnya konselor akan menawarkan
kepada klien apakah bersedia untuk melakukan tes HIV. Jangan khawatir, kalau misalnya
ragu untuk melakukan tes dan tidak mau, juga tidak masalah. Konselor tidak akan memaksa
klien untuk melakukan tes HIV. Bisa kembali lagi kapan saja. Sekali lagi, jika anda konseling
yang melakukan pemaksaan, laporkan saja ke kepolisian dengan tuduhan perbuatan tidak
menyenangkan dan pemaksaan, biar kapok.
Dan jika klien mau melakukan tes HIV, konselor akan memberikan informed consent atau
izin/persetujuan/pernyataan dari klien untuk melakukan tes HIV, di surat pernyataan ini klien
menyatakan bahwa klien yang bersangkutan telah menerima informasi yang berhubungan
dengantes VCT ini dan telah menjalani penilaian risiko klinis (seperti yang telah dijelaskan
diatas).Klien juga menyatakan kalau dirinya bersedia untuk dilakuan tes HIV.
Pada saat melakukan tes HIV, darah kita akan diambil secukupnya. Dan pemeriksaan darah
ini bisa memakan waktu antara setengah jam sampai satu minggu – tergantung jenis tes HIV
yang dipakai – Biasanya klien disuruh pulang dan kembali lagi mengambil hasil tes beberapa
hari setelahnya.
Kalau klien berubah pikiran dan tidak mau ngambil hasil tes terserah dan tidak masalah yang
penting sebagai konselor, telah melakukan sesuai standart kerja. Tapi kalau klien
memutuskanuntuk mengambil hasil tes, klien akan menjalani tahapan post konseling.
Pada tahapan ini (post konseling), konselor akan memberitahukan hasil tes. Kalau hasil
tesnya negatif, balik lagi ke penilaian risiko klinis -inilah pentingnya bagi kita untuk
menjawab dengan jujur- Kalau dari penilaian risiko klinis, klien masih dalam masa periode
jendela – periode jendela adalah periode di mana orang yang bersangkutan sudah tertular
HIV tapi antibodinya belum membentuk sistem kekebalan terhadap HIV dan hasil tes HIV
nya masih negatif, meski belum terdeteksi tapi sudah bisa menularkan – klien akan
dianjurkan untuk melakukan tes kembali tiga bulan setelahnya. Selain itu, bersama-sama
dengan klien konselor akan membantu klien untuk merencanakan program perubahan
perilaku. Pada tahapan terakhir ini diharap klien sudah mengerti tentang semua yang
berhubungan denga HIV AIDS, jika disuatu saat klien tidak berubah, sebagai konselor yang
baik, maka harus tetap membimbing klien, menuju jalan yang benar.
Hasil Tes Positif
Kalau hasil tes positif, klien bebas untuk mendiskusikan perasaannya dengan konselor.
Konselor juga akan menginformasikan fasilitas untuk tindak lanjut dan dukungan. Misalnya,
jika klien membutuhkan terapi ARV ataupun dukungan dari kelompok orang-orang senasib
sebaya. Selain itu, konselor juga akan memberikan informasi tentang cara hidup sehat dan
bagaimana cara agar tidak menularkan ke orang lain.
Catatan Penting
Hasil tes HIV adalah rahasia yang seharusnya hanya diketahui oleh konselor dan klien saja.
Klien dapat menuntut apabila ternyata hasil HIV bocor ke orang lain yang tidak berwenang.
Kalaupun klien dirujuk dan artinya informasi tentang status HIV klien harus diberitahukan ke
orang lain, harus dengan persetujuan klien
Proses VCT yang benar memegang teguh privacy dan juga memastikan kalau klien
melakukan VCT dengan sukarela. Kalau anda dipaksa untuk melakukan tes HIV tanpa
konseling, jangan mau. Anda dapat menuntut pihak yang memaksa anda untuk melakukan tes
VCT.
Jadi, VCT atau Voluntary Counseling and Testing atau konseling dan test sukarela sangat
bermanfaat untuk kita semua, tidak perlu malu untuk memeriksakan kesehatan kita karena
mencegah lebih baik dari pada mengobati.
2. HIV/ AIDS
a. Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrom/ Sindrom imunodefisiensi didapat),
adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang yang dikenal
sebagai spektrum infeksi HIV. HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell
Lymphotropic Virus III) atau LAV (Lymphadenophaty Virus) adalah virus sitopatik dari
famili retrovirus.
Struktur HIV
Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh
selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid
terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus
yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase .
Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam
tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang merupakan
lapisan di bawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua
glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41.
Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil
translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi
protein mature.
Klasifikasi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kelompok virus RNA :
Famili : Retroviridae
Sub famili : Lentivirinae
Genus : Lentivirus
Spesies : Human Immunodeficiency Virus 1 (HIV-1)
Human Immunodeficiency Virus 2 (HIV-2)
HIV menunjukkan banyak gambaran khas fisikokimia dari familinya.
Terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Kedua tipe dibedakan berdasarkan susunan genom dan hubungan filogenetik (evolusioner)
dengan lentivirus primata lainnya.
b. etiologi
Human Immunodeficiency Virus merupakan Virus yang menyebabkan rusaknya /
melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita
untuk berkembang biak. Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV -
1 dan HIV-2. HIV 1 adalah virus HIV yang pertama diidentifikasi oleh Luc Moontainer di
Institut Pasteur Paris, tahun 1983. HIV-2 berhasil di isolasi dari pasien Afrika Barat tahun
1986 ( Levinson W, Jawetz E, 2003). HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk
kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2
kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1
berasal dari simpanse Pan troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal
dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun
( Price SA, Wilson LM, 2006).
HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari
kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia. HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika
Barat. Kedua spesies berawal di Afrika Barat dan tengah, menular dari primata ke manusia
dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 telah berevolusi dari sebuah
simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan
troglodyte troglodyte .
HIV-1 memiliki 3 kelompok atau grup yang telah berhasil diidentifikasi berdasarkan
perbedaan pada envelope-nya yaitu M, N, dan O . Kelompok M yang paling besar
prevalensinya dan dibagi kedalam 8 subtipe berdasarkan seluruh genomnya, yang masing-
masing berbeda secara geografis . Subtipe yang paling besar prevalensinya adalah subtipe B
(banyak ditemukan di Afrika dan Asia), subtipe A dan D (banyak ditemukan di Afrika), dan
C (banyak ditemukan di Afrika dan Asia); subtipe-subtipe ini merupakan bagian dari
kelompok M dari HIV-1. Ko-infeksi dengan subtipe yang berrbeda meningkatkan sirkulasi
bentuk rekombinan (CRFs)
Human Immunodeficiency virus adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam Famili
Retroviridae, sub family Lentiviridae, genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya termasuk
Family retrovirus termasuk virus RNA yang biasanya menyerang organ vital sistem
kekebalan manusia seperti sel T CD4, makrofag, dan sel dendritik. Virus HIV secara
langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4, padahal sel T CD4 di butuhkan agar sistem
kekebalan tubuh berfungsi dengan baik. Jika virus HIV membunuh sel T CD4 sampai
terdapat kurang dari 200 sel T CD4 permikro liter darah, maka kekebalan seluler akan hilang
(Highleyman, 2007)
Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin
fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy
virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita
habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak (Kelly J et al, 1994; Ngowi BJ et al, 2008)
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial
mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat,
air liur, air mata dan lain-lain.
c. patogenesis
d. stadium
Stadium 1 Asimtomatik
Tidak ada penurunan berat badan
Tidak ada gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten
Stadium 2 Sakit ringan
Penurunan berat badan 5-10%
ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
Luka disekitar bibir (keilitis angularis)
Ulkus mulut berulang
Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE (Pruritic papular
eruption))
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur kuku
Stadium 3 Sakit sedang
Penurunan berat badan > 10%
Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan
Kandidosis oral atau vaginal
Oral hairy leukoplakia
TB Paru dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)
TB limfadenopati
Gingivitis/ Periodontitis ulseratif nekrotikan akut
Anemia (HB < 8 g%), netropenia (< 5000/ml), trombositopeni kronis
(<50.000/ml)
Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
Sindroma wasting HIV
Pneumonia pnemosistis, pnemoni bacterial yang berat berulang
Herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan
Kandidosis esophageal
TB Extraparu
Sarcoma Kaposi
Retinitis CMV (Cytomegalovirus)
Abses otak Toksoplasmosis
Encefalopati HIV
Meningitis Kriptokokus
Infeksi mikobakteria non-TB meluas
Lekoensefalopati multifocal progresif (PML)
Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis
meluas, histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis)
Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin (gangguan fungsi
neurologis dan tidak sebab lain seringkali membaik dengan terapi
ARV)
Kanker serviks invasive
Leismaniasis atipik meluas
Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV
d. manifestasi oral
Nama Etiologi Gambaran Klinis Perawatan
Angular
chelitis
Candida
albicans
Fisur kemerahan pada
sudut mulut dapat terjadi
dengan atau tanpa
pseudomembran
candidiasis, dan bertahan
pada periode ekstensif
jika tidak dirawat.
Krim antifungal topikal
langsung pada area yang
terkena 4 kali sehari
selama 2 minggu
perawatan.
Erytematous
candidiasis
Candida
albicans
Lesi merah, datar, licin
pada permukaan dorsal
lidah atau palatum lunak
maupun keras. Clotrimazole troches,
nystatin oral suspension,
pastiles nystatin,
fluconazole,itraconazole,
dan voriconazole.
Pseudomemb
ran
candidiasis
Candida
albicans dan
keterlibatan
spesies non-
albicans
Seperti plak yang
berwarna putih pada
mukosa bukal, lidah, dan
permukaan mukosa
lainnya. Plak dapat
dilepas,meninggalkan
permukaan di bawahnya
yang kemerahan atau
berdarah.
Linear
gingiva
erytema
Candida
species
Pita merah di sepanjang
margin gingiva dengan
atau tanpa pendarahan.
Biasanya pada anterior
tapi meluas ke posterior.
Juga dapat terjadi pada
gingiva attached dan non
Debridement, kumur
suspensi klorheksidin
glukonase 0.12% dua
kali sehari selama 2
minggu. Meningkatkan
oral hygiene.
attached.
Kaposi’s
Sarcoma
Kaposi’s
sarcoma
associated
herpes virus
(KSHV)
Macula, nodular, atau
raised dan ulserasi
dengan warna merah-
ungu. Lesi dini: datar,
merah, asimtomatik
dengan warna semakin
menggelap.
Injeksi agen
kemoterapetik lokal,
bedah pengangkatan,
kemoterapi sistemik.
Oral warts
HPV
Human
papillomavir
us (HPV)
Warts seperti bunga
cauli, spiked, atau raised
dengan permukaan datar.
Bedah, bedah laser atau
cryotherapy.
HSV Herpes
simplex virus
(HSV-1)
Rekuren: vesikel pecah
→ ulserasi kecil, nyeri,
yang dapat bersekutu.
Acyclovir.
e. rujukan
VII. SINTESIS
Sandy (49 tahun ) mengalami pseudomembran candidiasis yang sering berulang
sebagai manifestasi oral dari HIV/ AIDS . Dokter memberikasn terapi suportif berupa
obat antifungal, analgesik, diet cair , serta merujuk Sandy ke bagian penyakit dalam.
REFERENSI
Burban SD, Estimates of opportunistic infection incidence or death within specific
CD4 strata in HiV infected patints in Abidjan,Cote d”lvoire: Impact of alternative methods of
CD4 count modeling,Eur J Epidemiol. 2007:22(10):737 – 744
Chen R Y et al, 2007, Complete Blood Cell Count as a Surrogate CD4 Cell Marker
for HIV Monitoring In Resource Limited Settings, J Acquir Immune Defic Syndr Volume 44,
Number 5.
Renzik. International AIDS society USA, prospective oral manifestation of HIV
disease. Vol. 13. 1330 5 december 2005/January 2006.