Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan pasal 179 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penganggaran.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Jenderal Anggaran
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penganggaran;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penganggaran;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Anggaran.
Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran terdiri dari:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Direktorat Anggaran I;
d. Direktorat Anggaran II;
e. Direktorat Anggaran III;
f. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak;
g. Direktorat Sistem Penganggaran; dan
h. Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran.
B. Peran Strategis
DJA dalam menjalankan tugas dan fungsinya mempunyai peran utama :
a. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk perubahannya;
b. Pengalokasian anggaran Kementerian/Lembaga;
c. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
d. Penghitungan resource envelope untuk penetapan pagu anggaran;
e. Penetapan Pagu Indikatif, Pagu Sementara dan Pagu Definitif;
f. Penetapan perubahan pagu anggaran bagi K/L terkait;
g. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penganggaran.
C. Sistematika Laporan
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) DJA disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan
4. Bab IV Penutup
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
2
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
A. Rencana Strategis
Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut telah dirumuskan visi dan misi DJA. Visi dan misi
DJA adalah sebagai berikut:
1. Visi
Menjadi pengelola anggaran negara yang profesional, kredibel, transparan, dan akuntabel.
Dari rumusan visi tersebut, yang dimaksud dengan Profesional adalah seluruh jajaran DJA
diharapkan mampu menjadi pengelola anggaran yang menguasai bidang tugasnya karena
memiliki pengetahuan dan keterampilan (hardskill) serta integritas/moralitas (softskill) yang
memadai.
Kredibel artinya diharapkan setiap perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang menjadi
tanggung jawab DJA dapat dipercaya oleh Stakeholders.
Transparan artinya dalam proses pelaksanaan pengelolaan anggaran, diharapkan seluruh
jajaran DJA melakukan dengan jujur dan hasil pelaksanaan tugasnya dapat diketahui secara
terbuka oleh Stakeholders.
Akuntabel artinya DJA diharapkan dapat mempertanggungjawabkan proses dan hasil
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah yang baik (best practice) dalam
pengelolaan keuangan negara.
2. Misi
a. Mewujudkan perencanaan kebijakan APBN yang sehat, kredibel, dan berkelanjutan;
b. Mewujudkan prencanaan pengeluaran negara yang efisien serta pengamanan keuangan
negara melalui harmonisasi peraturan penganggaran yang efektif;
c. Mewujudkan penerimaan negara bukan pajak yang optimal dengan tetap menjaga
pelayanan kepada masyarakat;
d. Mewujudkan norma dan sistem penganggaran yang kredibel, transparan, dan akuntabel;
e. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan sumber daya lainnya yang
berkualitas, efektif dan efisien.
3. Tujuan, Sasaran, dan Program DJA
Tujuan yang telah ditetapkan oleh DJA dan tertuang dalam Rencana Strategis DJA 2009-
2014 adalah “Terlaksananya fungsi penganggaran sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan Pemerintah”.
Sasaran yang ingin dicapai oleh DJA pada tahun 2012 (sesuai dengan strategy map DJA)
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan belanja negara yang optimal;
b. Perumusan kebijakan di bidang penganggaran yang berkualitas;
c. Layanan DJA yang optimal;
d. PNBP yang optimal;
e. Penyelesaian dokumen APBN yang tepat waktu;
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
3
f. Penyelesaian lampiran Keppres tentang RABPP yang akurat;
g. Pemngelolaan keuangan negara yang efektif, efisien dan akuntabel;
h. Peningkatan edukasi dan komunikasi kepada pengguna layanan DJA;
i. Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi;
j. Penataan organisasi yang adaptif;
k. TIK yang terintegrasi;
l. Pengelolaan anggaran yang optimal.
Program yang dilaksanakan pada tahun 2012 sesuai dengan hasil restrukturisasi program
dan kegiatan adalah Pengelolaan Anggaran Negara dengan didukung oleh kegiatan :
a. Penyusunan APBN;
b. Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat;
c. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain;
d. Pengelolaan PNBP dan Subsidi;
e. Pengembangan Sistem Penganggaran;
f. Harmonisasi Peraturan Penganggaran;
g. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya.
B. Penetapan Kinerja
Pada tahun 2012, Direktur Jenderal Anggaran menetapkan kontrak kinerja kepada Menteri
Keuangan dengan jumlah Indikator Kinerja Utama (IKU) sebanyak 27 IKU. Sebanyak 12 IKU
merupakan IKU Kementerian Keuangan. Secara rinci capaian kinerja DJA dapat terlihat pada
penjelasan berikut:
Gambar 1
Strategy Map Kemenkeu-One DJA 2012
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
4
Tabel 1
Target Capaian Kinerja DJA 2012
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi
2011 Target
Perspektif dan Bobot
1 Perencanaan belanja negara yang optimal
AG-1.1 Persentase dana blokir (tanda bintang) N/A 3% Stakeholder Perspective
(40%) AG-1.2 Persentase penerapan KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) oleh Satker
N/A 70%
2 Kajian dan rumusan kebijakan yang berkualitas
AG-2.1 Deviasi proyeksi exercise I-account N/A 5%
AG-2.2 Jumlah kebijakan tentang peningkatan PNBP N/A 1
AG-2.3 Indeks ketepatan waktu penyelesaian juknis/norma penganggaran
1,8 3
AG-2.4 Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan bidang penganggaran
N/A 3
3 Tingkat kepuasan pengguna layanan DJA
AG-3.1 Indeks kepuasan pengguna layanan DJA 3,81 3,87
AG-3.2 Indeks tingkat efektivitas Standar Biaya 2,85 3
4 PNBP yang optimal AG-4.1 Jumlah PNBP Nasional 321,200 T 341,142 T
AG-4.2 Persentase jumlah piutang PNBP khusus BUN yang tertagih
86,67% 100%
5 Efektivitas penyelesaian dokumen APBN
AG-5.1 Indeks ketepatan waktu penyelesaian dokumen APBN
N/A 3,2 Internal
Process
Perspective
(30%) 6 Akurasi penyelesaian Lampiran Keppres tentang RABPP
AG-6.1 Indeks ketepatan waktu penyelesaian lampiran Keppres tentang RABPP
3 3
7 Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien dan akuntabel
AG-7.1 Persentase realisasi janji layanan unggulan
DJA
95,08% 100%
AG-7.2 Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN
(999.07 dan 999.08)
N/A 4
AG-7.3 Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak
lanjut instruksi presiden
N/A 80
8 Efektivitas edukasi dan komunikasi pengguna layanan DJA
AG-8.1 Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi 78,30 80
9
Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi
AG-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
93,27% 82,5% Learning &
Growth
Perspective
(30%) AG-9.2 Persentase pemenuhan diklat teknis
penganggaran 100% 90%
10 Penataan organisasi yang adaptif
AG-10.1 Persentase penyempurnaan proses bisnis 100% 100%
AG-10.2 Persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan
N/A 70%
AG-10.3 Indeks reformasi birokrasi 91,21 92
AG-10.4 Indeks kepuasan pegawai N/A 3
AG-10.5 Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti
N/A 85%
11 Perwujudan TIK yang terintegrasi
AG-11.1 Persentase penyelesaian sistem aplikasi Billing PNBP-online
N/A 60%
AG-11.2 Persentase akurasi data SIMPEG N/A 100%
12 Pelaksanaan anggaran yg optimal
AG-12.1 Persentase penyerapan DIPA DJA 85,67% 95%
AG-12.2 Persentase pencapaian output kegiatan DJA 96,41% 95%
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
5
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN
A. Capaian Indikator Kinerja Utama
Tabel 2
Realisasi Capaian Kinerja DJA 2012
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi
2012
% Capaian Target
1 Perencanaan belanja negara yang optimal
AG-1.1 Persentase dana blokir (tanda bintang) 3% 1,45% 48,33%
AG-1.2 Persentase penerapan KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) oleh Satker
70% 92,77% 132,53%
2 Kajian dan rumusan kebijakan yang berkualitas
AG-2.1 Deviasi proyeksi exercise I-account 5% 0,29% 5,8%
AG-2.2 Jumlah kebijakan tentang peningkatan PNBP 1 1 100%
AG-2.3 Indeks ketepatan waktu penyelesaian juknis/norma penganggaran
3 3,58 119,33%
AG-2.4 Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan bidang penganggaran
3 3,95 131,67%
3 Tingkat kepuasan pengguna layanan DJA
AG-3.1 Indeks kepuasan pengguna layanan DJA 3,87 3,87 100%
AG-3.2 Indeks tingkat efektivitas Standar Biaya 3 3,03 101%
4 PNBP yang optimal AG-4.1 Jumlah PNBP Nasional 341,142 T 345T 101,13%
AG-4.2 Persentase jumlah piutang PNBP khusus BUN yang tertagih
100% 121,45% 121,45%
5 Efektivitas penyelesaian dokumen APBN
AG-5.1 Indeks ketepatan waktu penyelesaian dokumen APBN
3,2 3,2 100%
6 Akurasi penyelesaian Lampiran Keppres tentang RABPP
AG-6.1 Indeks ketepatan waktu penyelesaian lampiran Keppres tentang RABPP
3 3 100%
7 Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien dan akuntabel
AG-7.1 Persentase realisasi janji layanan unggulan
DJA
100% 98,32% 98,32%
AG-7.2 Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN
(999.07 dan 999.08)
4 4 100%
AG-7.3 Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak
lanjut instruksi presiden
80 84,86 106,08%
8 Efektivitas edukasi dan komunikasi pengguna layanan DJA
AG-8.1 Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi 80 77,15 96,44%
9
Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi
AG-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
82,5% 94,40% 114,42%
AG-9.2 Persentase pemenuhan diklat teknis penganggaran
90% 108,3% 120,33%
10 Penataan organisasi yang adaptif
AG-10.1 Persentase penyempurnaan proses bisnis 100% 100% 100%
AG-10.2 Persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan
70% 92,9% 132,71%
AG-10.3 Indeks reformasi birokrasi 92 93,56 101,7%
AG-10.4 Indeks kepuasan pegawai 3 3,13 104,33%
AG-10.5 Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti
85% 100% 117,65%
11 Perwujudan TIK yang terintegrasi
AG-11.1 Persentase penyelesaian sistem aplikasi Billing PNBP-online
60% 95% 158,33%
AG-11.2 Persentase akurasi data SIMPEG 100% 100% 100%
12 Pelaksanaan anggaran yg optimal
AG-12.1 Persentase penyerapan DIPA DJA 95% 87,97% 92,6%
AG-12.2 Persentase pencapaian output kegiatan DJA 95% 98,57% 103,76%
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
6
B. Evaluasi dan Analisis Kinerja
1. Sasaran Strategis: Perencanaan belanja negara yang optimal
Perencanaan belanja negara yang optimal adalah kemampuan merumuskan kebijakan,
menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang belanja negara sebagai
pedoman pelaksanaan belanja negara yang baik. Sedangkan Belanja Negara adalah
kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang kekayaan bersih yang terdiri
atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 2 IKU, yaitu:
a. Persentase dana blokir (tanda bintang)
Dana blokir merupakan dana dalam RKA-K/L dan DIPA yang belum dapat dicairkan
karena belum memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pengukuran persentase dana blokir ditujukan untuk mengukur akurasi
perencanaan anggaran belanja yang dilakukan DJA. Formulasi yang dipergunakan untuk
mengukur persentase dana blokir adalah membandingkan jumlah dana yang diblokir
dengan total anggaran belanja negara dalam setahun.
Semakin kecil persentase dana blokir berarti semakin akurat perencanaan
anggaran belanja dan kesiapan satuan kerja untuk mengelola belanja negara secara
optimal. Pelaksanaan belanja negara yang optimal menunjukan kemampuan satuan
kerja pada Kementerian Negara/Lembaga dalam mengelola belanja dalam pelaksanaan
kegiatan yang ada pada dokumen pelaksanaan anggaran sesuai perencanaan anggaran.
Persentase dana blokir menjadi salah satu ukuran kinerja yang cukup penting
untuk menunjukan kualitas perencanaan yang disusun masing-masing satuan kerja pada
Kementerian Negara/Lembaga. Penggunaan ukuran ini mulai dilaksanakan sejak tahun
2012. Pada tahun 2012 realisasi persentase dana blokir tercapai sebesar 1,45% dari yang
ditargetkan sebesar 3%.
Dari sisi dana terlihat bahwa total dana yang diblokir sebesar Rp7,776 triliun dari
total pagu anggaran belanja K/L tahun 2012 sebesar Rp534,554 triliun sehingga
diperoleh capaian kinerja sebesar 1,45%, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3
Dana Blokir
Unit Eselon II Dana Blokir Awal Dana Blokir s.d. Q-4
Dit. Anggaran I 23,263 3,35
Dit. Anggaran II 83,787 4,3
Dir. Anggaran III 1,49 0,126
Total 108,54 7,776
(dalam triliun Rp)
Capaian kinerja tersebut menunjukan bahwa bimbingan teknis yang dilakukan
Ditjen Anggaran terhadap Kementerian Negara/Lembaga cukup efektif untuk
mengurangi dana blokir yang ada dalam RKA-K/L dan DIPA satuan kerja.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
7
b. Persentase penerapan KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) oleh Satker
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan, dengan
pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran. Dalam rangka penyusunan RKA-K/L dengan
pendekatan KPJM, K/L perlu menyelaraskan kegiatan/program dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan rencana Strategi
(Renstra) K/L, yang pada tahap sebelumnya juga menjadi acuan dalam menyusun RKP
dan Renja K/L.
Capaian IKU ini diperoleh melalui pengisian kolom perkiraan kebutuhan anggaran
sampai dengan tahun 2015 di dalam aplikasi RKAKL oleh satker. Dari sekitar total 24.000
satker, sebanyak 22.265 satker telah mengisi KPJM melalui aplikas RKA-K/L , sehingga
diperoleh capaian kinerja IKU sebesar 92,77%.
2. Sasaran Strategis : Kajian dan rumusan kebijakan yang berkualitas
Kajian adalah proses rasionalisasi dan pembuktian empiris terhadap
kepercayaan/ketidakpercayaan menjadi pemahaman/ilmu pengetahuan. Rumusan adalah
pernyataan atau simpulan tentang asas, ketetapan, dan sebagainya yang disebutkan
dengan kalimat yang ringkas dan tepat. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak.
Kebijakan yang berkualitas mencakup kebijakan pemerintah mengenai pajak, hutang
negara (public debt), pengadaan dan perbelanjaan dana pemerintah dan lain yang sejenis
yang berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 4 IKU, yaitu:
a. Deviasi proyeksi exercise I-account
Exercise I-account merupakan perhitungan perkiraan besaran APBN yang tertuang
dalam tabel I-account (pagu indikatif, pagu sementara/RAPBN, RAPBN-P, dan perkiraan
realisasi) yang disusun berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro dan arah kebijakan
fiskal yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Proyeksi adalah perkiraan/prediksi terhadap suatu keadaan di masa yang akan
datang dengan menggunakan data yang ada sekarang. Adapun yang dimaksud deviasi
adalah selisih antara besaran proyeksi dan realisasi terhadap besaran proyeksi IKU ini
merupakan selisih antara angka dalam RUU APBN yang disusun berdasarkan formula
yang berlaku dan masukan-masukan dari stakeholders terkait, dengan angka dalam UU
APBN hasil keputusan rapat pimpinan Kementerian Keuangan dengan DPR tentang
penyusunan APBN.
Akurat adalah kesesuaian dan ketepatan antara angka dalam RUU APBN yang
disusun berdasarkan formula yang berlaku dan masukan-masukan dari stakeholders
terkait, dengan angka dalam UU APBN hasil keputusan rapat pimpinan Kemenkeu
dengan DPR tentang penyusunan APBN.
Perhitungan deviasi proyeksi exercise I-account diperoleh dari perhitungan
Laporan Semester, APBN-P 2012, resource envelope 2013 dan APBN 2013. Pada tahun
2012 ditetapkan target deviasi proyeksi exercise I-account sebesar 5%. Berdasarkan
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
8
perhitungan capaian triwulan IV tahun 2012 diketahui bahwa IKU deviasi proyeksi
exercise I-account sebesar 0,29% (lebih rendah dari target deviasi yang telah
ditetapkan).
b. Jumlah kebijakan tentang peningkatan PNBP
Kebijakan peningkatan penerimaan negara adalah kebijakan baru yang disusun
oleh pemerintah dalam bentuk penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan
dan PMK/KMK dalam rangka meningkatkan penerimaan negara khususnya yang berasal
dari PNBP.
Pada tahun 2012, IKU Jumlah kebijakan tentang peningkatan penerimaan negara
ditarget untuk menghasilkan 1 (satu) buah kebijakan yaitu penyusunan RUU revisi atas
UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP. Adapun indikator kinerja yang harus dipenuhi
adalah RUU dimaksud harus telah disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada
Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi. Capaian atas IKU dimaksud
pada tanggal 27 Desember 2012, Menteri Keuangan telah menyampaikan RUU revisi
atas UU Nomor 20 Tahun 1997 kepada Kementerian Hukum dan HAM (telah tercapai
100%).
Perlu diinformasikan bahwa penyusunan RUU revisi atas UU Nomor 20 Tahun
1997 tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan peran PNBP sebagai salah satu sumber
pendapatan negara, sekaligus menjawab permasalahan pengelolaan PNBP saat ini dan
mengantisipasi tantangan di masa yang akan datang. Revisi atas UU Nomor 20 Tahun
1997 ini diarahkan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, serta memastikan dan menjaga ruang
lingkup PNBP (sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Negara) dalam rangka
mewujudkan kesinambungan fiskal.
c. Indeks ketepatan waktu penyelesaian juknis/norma penganggaran
IKU ini merupakan pengukuran kinerja DJA atas ketepatan waktu penyelesaian :
1) Tata Cara Revisi Anggaran 2012;
2) Petunjuk penyusunan Standar Biaya Keluaran 2013;
3) Standar Biaya 2013.
Pada tahun 2012, diperoleh capaian realisasi IKU indeks ketepatan waktu
penyelesaian juknis/norma penganggaran sebesar 3,58 yang berasal dari indeks
ketepatan waktu penyelesaian terinci sebagai berikut:
Tabel 4
Penyelesaian Juknis/Norma Penganggaran
No. Peraturan Target WaktuWaktu
PenyelesaianIndeks Capaian
1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.02/2012 Tentang Standar Biaya Tahun 2013
31 Maret 2012 9 Maret 2012 4(>4 hari lebih cepat)
2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2012 Tentang Tata Cara Revisi Anggaran
31 Maret 2012 28 Maret 2012 3,6(3 hari lebih cepat)
3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95/PMK.02/2012 Tentang Standar Biaya Keluaran
30 Juni 2012 12 Juni 2012 4(>4 hari lebih cepat)
4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor112/PMK.02/2012 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan RKA-KL
30 Juni 2012 3 Juli 2012 2,7(terlambat 2 hari kerja)
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
9
d. Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan bidang penganggaran
IKU ini merupakan pengukuran kinerja DJA dalam penyelesaian harmonisasi
peraturan bidang penganggaran yang diusulkan oleh K/L (pihak luar DJA) tepat waktu.
Capaian pada tahun 2012 adalah 3,95, lebih tinggi dari target 3,00 yang ditetapkan.
Selama tahun 2012, Direktorat Jenderal Anggaran telah melakukan harmonisasi
terhadap berbagai peraturan lintas sektoral di semua tingkatan baik berupa Rancangan
Undang-undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), Rancangan Peraturan
Presiden (R-Perpres), Rancangan Keputusan Presiden (R-Keppres), Rancangan Instruksi
Presiden (R-Inpres) maupun peraturan-peraturan yang disusun oleh Kementerian
Keuangan sendiri seperti Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) dan
Rancangan Keputusan Menteri Keuangan (RKMK).
Berdasarkan ragam rancangan peraturan di atas, sebagian telah ditetapkan
menjadi peraturan yang sudah efektif berlaku pada tahun 2012, dan sebagian masih
dalam tahap pembahasan lanjutan. Rekapitulasi jumlah peraturan perundang-undangan
yang telah diharmonisasikan di Direktorat Jenderal Anggaran selama tahun 2012 adalah
sebagai berikut:
Tabel 5
Peraturan dan Kebijakan yang Diharmonisasi
No Jenis Peraturan Jumlah
1. Rancangan Undang-Undang (RUU) 35
2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) 56
3. Rancangan Peraturan Presiden (R-Perpres) 65
4. Rancangan Keputusan Presiden (R-Keppres) 4
5. Rancangan Instruksi Presiden (R-Inpres) 7
6. Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) 30
7. Rancangan Keputusan M enteri Keuangan (R-KMK) 6
Jumlah 203
3. Sasaran Strategis : Tingkat kepuasan pengguna layanan DJA
Dalam sasaran strategis ini terdapat 2 IKU, yaitu:
a. Indeks kepuasan pengguna layanan DJA
Indeks kepuasan pengguna layanan DJA diukur berdasarkan hasil survei kepuasan
pelanggan oleh lembaga independen. Hasil survei tersebut menunjukan sejauh mana
kepuasan stakeholders terhadap pelayanan yang telah diberikan atas pelaksanaan tugas
dan fungsi DJA sebagai berikut :
1) Pengelolaan Belanja k/L;
2) Penyusunan target dan pagu PNBP;
3) Penyiapan perumusan kebijakan Kemenkeu bidang penganggaran;
4) Pelaksanaan kebujakan bidang penganggaran;
5) Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur bidang penganggaran;
6) Pemberian bimtek penganggaran.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
10
Berdasarkan survei yang dikoordinir oleh Biro Komunikasi dan Layanan Informasi,
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, diperoleh realisasi indeks kepuasan
pengguna layanan DJA pada tahun 2012 sebesar 3,87 sesuai target yang telah
ditetapkan (tercapai 100%) pada skala 4.
Indeks kepuasan pengguna layanan DJA memiliki kecenderungan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Skor kepuasan DJA mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya yaitu dari skor 3,6 meningkat menjadi
3,78 (pada periode tersebut skor kepuasan layanan Kementerian Keuangan justru
menurun). Selanjutnya, skor kepuasan DJA terus meningkat ke level 3,79 pada tahun
2010 dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi 3,81. Pada tahun 2012, skor kepuasan DJA
meningkat menjadi 3,87. Tren kenaikan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan DJA
tersebut digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 1
Indeks Kepuasan Pengguna Layanan DJA
Untuk meningkatkan kepuasan pengguna layanan DJA tahun berikutnya, perlu
dilaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1) Meningkatkan layanan dengan lebih intensif melakukan sosialisasi terhadap
stakeholders terkait dengan “persyaratan, proses bisnis dan standar operasional baku
dari setiap layanan”, agar persepsi kedua belah pihak sama sehingga tidak terdapat
perbedaan persepsi terutama terkait dengan penyelesaian layanan.
2) Pemanfaatan media sosialisasi yang efektif disamping melalui petugas langsung dan
informasi dari kantor layanan, media cetak dan elektronik dirasakan cukup efektif
dan diinginkan stakeholders.
3) Peningkatan kinerja layanan terkait unsur layanan “waktu penyelesaian”, karena
unsur ini mendapat skor relatif rendah padahal dari tingkat kepentingannya relatif
lebih tinggi.
3,78 3,79
3,81
3,87
3,72
3,74
3,76
3,78
3,8
3,82
3,84
3,86
3,88
2009 2010 2011 2012
Skor Kepuasan Tahun 2008-2011
Skor Kepuasan
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
11
b. Indeks tingkat efektivitas Standar Biaya
IKU ini adalah mengukur kinerja DJA atas efektivitas Standar Biaya yang dipakai
oleh Kementerian/Lembaga sebagai pedoman dalam proses penyusunan anggaran. Pada
tahun 2012, secara umum penyusunan Standar Biaya semakin mengalami
penyempurnaan agar dalam pelaksanaannya Standar Biaya dapat semakin aplikatif
diimplementasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga.
Pencapaian kinerja pada tahun 2012 lebih baik dibandingkan pencapaian kinerja
pada tahun 2011, yaitu dari 2,85 meningkat menjadi 3,03. Capaian tersebut diperoleh
melalui penyebaran kuesioner kepada peserta penelaahan RKAKL TA 2013 dengan
perhitungan sebagai berikut:
Grafik 2
Indeks SBM
Grafik 3
Indeks SBK
2,60
2,80
3,00
3,20
3,40
WaktuPenerbitan
PMK SB2013 Sudah
Tepat
SBMBermanfaat
dalamPenyusunan RKA-K/L
SPTJMMembantu
dalamPenyusunan RKA-K/L
Penjelasandalam PMK
SBBermanfaat
KesesuaianBesaranHarga
Barang/Jasa dengan
HargaPasar
JumlahItem
Barang/Jasa SudahCukup
Indeks 3,05 3,25 3,11 3,08 2,90 2,84
Indeks Tingkat Efektivitas Standar Biaya Masukan 2013
2,80
2,90
3,00
3,10
Tata CaraPenyusunanSBK dalam
PMK mudahdipahami
WaktuPenerbitanPMK SBK
2013 SudahTepat
SBKBermanfaat
dalamPenyusunan
RKA-K/L
SPTJMMembantu
dalamPenyusunan
SBK
Indeks 2,93 2,97 3,07 3,08
Indeks Tingkat Efektivitas Standar Biaya Keluaran 2013
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
12
4. PNBP yang optimal
Dalam sasaran strategis ini terdapat 2 IKU, yaitu:
a. Jumlah PNBP Nasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan seluruh penerimaan
pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Yang dimaksud
dengan jumlah PNBP adalah jumlah PNBP secara nasional sebagaimana tercantum
dalam APBN atau APBN-P dengan pengelompokkan sebagai berikut :
1) Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;
2) Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
3) Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;
4) Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
5) Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan
denda administrasi;
6) Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
7) Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.
Pencapaian penerimaan PNBP adalah realisasi penerimaan PNBP sesuai Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2012. Mengingat porsi PNBP yang signifikan menyumbang penerimaan, maka
diperlukan ukuran kinerja guna mengukur capaian perolehannya. Melalui penyusunan
jumlah PNBP nasional ini diharapkan dapat menjamin upaya pencapaian jumlah PNBP
dengan cara sebagai berikut :
1) Mengamankan pendapatan negara dari PNBP melalui optimalisasi pendapatan
negara
2) Memantau tingkat pencapaian penerimaan PNBP agar sesuai dengan tingkat
pencapaian pada tiap tahapannya
Total realisasi PNBP pada tahun 2012 berdasarkan Buku Merah adalah sebesar
Rp345 triliun (indeks pencapaian sebesar 101,13% dari target PNBP dalam APBN-P
sebesar Rp341,142 triliun). Realisasi tersebut antara lain berasal dari :
1) Sumber Daya Alam Migas Rp 205,85 triliun;
2) Sumber Daya Alam Non Migas Rp 20,61 triliun;
3) Laba BUMN Rp 30,7 triliun;
4) PNBP Lainnya Rp 73,22 triliun;
5) Badan Layanan Umum Rp 21,16 triliun.
Gambaran target dan realisasi capaian jumlah PNBP nasional terlihat sebagai
berikut :
Tabel 6
Capaian PNBP Nasional
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Jumlah PNBP Nasional 247,17 269,37 286,57 321,28 341,14 351,63
% Relisasi terhadap target 109% 112,10% 103,10%
(dalam triliun Rp)
KinerjaTA 2010 TA 2011 TA 2012
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
13
b. Persentase jumlah piutang PNBP khusus BUN yang tertagih
Piutang PNBP Khusus BUN adalah saldo piutang PNBP khusus BUN per 1 Januari
tahun berjalan yang diperkirakan dapat tertagih. Persentase jumlah piutang PNBP
khusus BUN yang tertagih adalah perbandingan antara jumlah piutang yang terealisir
menjadi pendapatan negara dibandingkan dengan saldo piutang PNBP khusus BUN per 1
Januari tahun berjalan yang diperkirakan dapat tertagih.
Dari total piutang yang ditargetkan tertagih pada tahun 2012 sebesar Rp2.445,79
miliar, sampai dengan 31 Desember 2012 jumlah piutang PNBP khusus BUN yang
tertagih telah mencapai realisasi sebesar Rp2.445,79 miliar (121,45% dari total piutang
yang ditargetkan), dengan rincian:
1) Realisasi Piutang Penerimaan Migas Rp2.441,99 miliar;
2) Realisasi Piutang Penerimaan Laba BUMN Rp3,79 miliar.
5. Sasaran Strategis : Efektivitas penyelesaian dokumen APBN
Efektivitas penyelesaian dokumen APBN adalah penyelesaian Nota Keuangan dan RAPBN
beserta RUU-nya, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II, dan Nota Keuangan dan RAPBN-P beserta RUU-nya yang tepat waktu sesuai
dengan jadwal siklus penyusunan APBN.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 1 IKU, yaitu:
Indeks ketepatan waktu penyelesaian dokumen APBN
Capaian IKU ini dihitung berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Indeks ketepatan waktu penyusunan dokumen Nota Keuangan dan RAPBN beserta RUU-
nya, tercapai sesuai target yakni dapat diselesaikannya draft Nota Keuangan dan RAPBN
2013 satu hari sebelum waktu yang disepakati pada time frame.
b. Indeks ketepatan waktu penyusunan dokumen Laporan Semester I dan Prognosis
Semester II APBN, tercapai sesuai target yakni dapat diselesaikannya draft Laporan
Semester I dan Prognosis Semester II APBN Tahun 2012 satu hari sebelum waktu yang
disepakati pada time frame.
c. Indeks ketepatan waktu penyusunan dokumen Nota Keuangan dan RAPBN-P beserta
RUU-nya, tercapai sesuai target yakni dapat diselesaikannya draft Nota Keuangan dan
RAPBN-P Tahun 2012 satu hari sebelum waktu yang disepakati pada time frame.
Indeks yang diperoleh dalam tahun 2012 adalah 3,2. Rincian capaian tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN 2013
No. Dokumen Target Realisasi Indeks
1. NK, RAPBN dan RUU nya 16 Agustus 2012 13 Agustus 2012 3,2
2. Laporan Pemerintah Pelaksanaan APBN Sem I dan Prognosis Sem II
Minggu I Juli 2012
3 Juli2012 3,2
3. NK, RAPBN-P, dan RUU nya 5 Maret 2012 29 Februari 2012 3,2
Rata-rata indeks 3,2
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
14
6. Sasaran Strategis: Akurasi penyelesaian lampiran Keppres tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)
Akurasi penyelesaian lampiran Keppres tentang RABPP adalah penyelesaian lampiran
Keppres yang tepat waktu, setelah disesuaikan dengan Standar Biaya dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP).
Dalam sasaran strategis ini terdapat 1 IKU, yaitu:
Indeks ketepatan waktu penyelesaian lampiran Keppres tentang RABPP.
Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2012 tentang RABPP TA 2013 disusun berdasarkan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dengan berpedoman pada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Negara serta telah
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR RI) dengan memperhatikan berbagai
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Daerah RI (DPD RI).
Keputusan Presiden dimaksud telah ditetapkan pada tanggal 30 November 2012. Hal
tersebut sesuai dengan jadwal yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 90 Tahun 2010, sehingga capaian kinerja berupa indeks ketepatan waktu
penyelesaian lampiran Keppres RABPP tepat waktu dapat terpenuhi.
7. Sasaran Strategis: Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien dan
akuntabel
Pengelolaan keuangan dan kekayaan negara meliputi aset negara, utang, kas negara. Hal ini
tercermin melalui pelaksanaan proses bisnis yang sesuai dengan peraturan/kebijakan yang
telah dirumuskan berdasarkan prinsip good governance.
Pengelolaan dikatakan efektif apabila memenuhi output yang telah ditetapkan. Sedangkan,
efisien dapat didefinisikan sebagai pemenuhan output dengan biaya yang minimal.
Sementara akuntabel diwujudkan dengan penyusunan laporan keuangan yang lengkap oleh
Pemerintah Pusat.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 3 IKU, yaitu:
a. Persentase realisasi janji layanan unggulan DJA
Layanan unggulan merupakan layanan yang diberikan oleh DJA yang dijadikan
prioritas untuk peningkatan pelayanan kepada publik. Terdapat 5 (lima) layanan
unggulan DJA yang diukur pencapaian kinerjanya, yaitu:
1) Pelayanan penyelesaian lampiran Keppres tentang Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
2) Pelayanan penyelesaian revisi SP-RKAKL
3) Pelayanan penyelesaian Standar Biaya Khusus
4) RPP Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP atau Revisi yang berlaku pada
Kementerian/ Lembaga.
5) Penyusunan Target dan Pagu Penggunaan PNBP
Capaian rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan DJA pada tahun 2012
adalah 98,32%. Untuk layanan unggulan Penyelesaian Revisi Anggaran Non APBN-P
dengan rincian sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
15
Grafik 4 Jumlah Revisi 2012
Grafik 5
Tren Penyelesaian Revisi Anggaran non APBN-P
Periode Januari - Desember 2012
b. Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN (999.07 dan 999.08)
Indeks opini dari BPK RI adalah opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan RI terhadap Laporan BA BUN (999.08) tahun 2011 yang selanjutnya
dikonversikan dalam indeks 1 sampai dengan 4. Indeksasi opini adalah sebagai berikut :
1) Tidak Wajar
2) Tidak Memberikan Pendapat
3) Wajar Dengan Pengecualian
4) Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian-Dengan Paragraf
Penjelas atau Wajar Tanpa Pengecualian
Pada tahun 2012, realisasi dari target opini atas LK BABUN 999.08 oleh BPK yaitu Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
24 24 37
14
65
109 102 110
160
227
166 161
0
50
100
150
200
250
Triwulan I(249 revisi)
Triwulan II(360 revisi)
Triwulan III(305 revisi)
Triwulan IV(285 revisi)
Terlambat Tepat Waktu Lebih Cepat
714
386
99
Lebih Cepat Tepat Waktu Terlambat
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
16
c. Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut instruksi presiden
Instruksi Presiden yang perlu ditindaklanjuti adalah seluruh aksi dan keluaran
dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 17 Tahun 2011 dan Inpres lain yang harus
dilaksanakan atau dihasilkan pada periode tahun berjalan dan menjadi tanggung jawab
langsung Kementerian Keuangan. Pelaksanaan aksi serta monitoring dan evaluasi
keluaran Inpres dilaksanakan oleh unit eselon I yang memiliki tugas, fungsi, dan
kewenangan terkait atau unit yang ditunjuk langsung oleh Menteri Keuangan. Inpres
dinyatakan telah selesai ditindaklanjuti apabila "ukuran keberhasilan target antara aksi"
dalam Inpres telah dilaksanakan.
Target antara aksi dalam Inpres adalah target turunan dalam periode triwulanan
setelah pembahasan dengan UKP4 untuk mencapai keluaran dan target penyelesaian
sebagaimana ditetapkan dalam Inpres. Target waktu untuk perhitungan capaian IKU
adalah batasan waktu "ukuran keberhasilan target antara aksi" yang ditetapkan oleh
Itjen. Penetapan target waktu ini mempertimbangkan pencapaian target penyelesaian
sebagaimana ditetapkan dalam Inpres.
Pada tahun 2012, rata-rata indeks capaian kinerja IKU atas 16 rencana aksi
mencapai 84,86 melebihi dari target yang telah ditetapkan sebesar 80, dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 8
Rencana Aksi Terhadap Inpres
No. Rencana Aksi Tanggal Penyelesaian Indeks
Capaian Keterangan
1. Terpublikasikannya UU APBN 2013 ke website nasional Kemenkeu
22 Nov 2012 (>15 hari lebih cepat)
100 Sudah diunggah di portal Kemenkeu
2. Terpublikasikannya Keppres Rincian APBN 2013 ke website nasional Kemenkeu
12 Desember 2012 (2 hari lebih cepat)
82,67 Sudah diunggah di portal Kemenkeu
3. Terlaksananya implementasi PMK tentang Pedoman Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L (reward and punishment)
14 Juni 2012 (>15 hari lebih cepat)
100 Laporan sudah selesai
4 Laporan s.d triwulan ketiga hasil pemantauan kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L TA 2012
3 Desember 2012 (11 hari lebih cepat)
94,67 Laporan sudah selesai
5 Terkirimnya draft RUU kepada Kemenkumham untuk harmonisasi
27 Desember 2012 (4 hari lebih cepat
85,33 Sudah dikirimkan ke Kemenkum dan HAM
6 Laporan semester pertama hasil pemantauan kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L TA 2012.
13 September 2012 (1 hari lebih cepat)
81,33 Laporan tindak lanjut Inpres telah disampaikan ke Pushaka untuk dikirimkan ke UKP-PPP
7 Tersusunnya Kajian mengenai Kebijakan dalam Pengelolaan PNBPdi K/L.
15 September 2012 (tepat waktu)
80 Laporan tindak lanjut Inpres telah disampaikan ke Pushaka untuk dikirimkan ke UKP-PPP
8 Tersusunnya draft Final RUU Revisi PNBP yang telah dibahas lintas K/L.
(masih dalam proses penyempurnaan draft RUU Revisi PNBP)
- Laporan tindak lanjut Inpres telah disampaikan ke Pushaka untuk dikirimkan ke UKP-PPP
9 Laporan Kinerja atas Pelaksanaan RKA-KL TA 2011
14 Juni 2012 (1 hari lebih cepat)
81,33 Laporan Kinerja telah disampaikan ke Pushaka untuk dikirimkan ke UKP-PPP
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
17
No. Rencana Aksi Tanggal Penyelesaian Indeks
Capaian Keterangan
11 Tersusunnya draft final Revisi RUU tentang PNBP
22 Juni 2012 (terlambar 7 hari)
70,67 Laporan Kinerja telah disampaikan ke Pushaka untuk dikirimkan ke UKP-PPP
12 Terpublikasikannya Nota Keuangan dan UU APBN 2012 ke website Kementerian Keuangan
Selesai bulan Desember 2011
100 NK dan UU APBN 2012 telah ditayangkan di website Kemenkeu
13 Terpublikasikannya Keppres Rincian APBN 2012 ke website Kementerian Keuangan
Selesai bulan Februari 2012
100 Keppres Rincian ABPP ditayangkan pada website Kemenkeu
14 Terinformasikannya PMK tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L kepada penanggungjawab Program K/L
Selesai bulan Februari 2012
100 Sosialisasi PMK Nomor 249/PMK.02/2012 diselenggarakan pada tanggal 14-16 Februari 2012
15 Tersusunnya TOR mengenai kajian kebijakan dalam pengelolaan PNBP di K/L
Selesai bulan Juni 2011 100 TOR mengenai kajian kebijakan dalam pengelolaan PNBP K/L telah disusun
16 Tersusunnya naskah akademis RUU RevisiPNBP
Selesai akhir Maret 2012
60 Naskah Akademis telah disusun
8. Sasaran Strategis: Efektivitas edukasi dan komunikasi pengguna layanan DJA
Dalam upaya memperkuat implementasi kebijakan di bidang keuangan, maka diperlukan
upaya peningkatan pemahaman para pegawai DJA dan Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
atas tugas dan fungsi DJA. Bentuk peningkatan pemahaman para pegawai maupun
stakeholders DJA dapat dilakukan melalui komunikasi dan edukasi yang dilakukan secara
kontinyu dan komprehensif melalui pengisian kuesioner oleh para peserta pada
penyelenggaraan beberapa pelatihan/sosialisasi/workshop dan bimtek yang dilaksanakan
DJA.
Adapun beberapa variabel yang diukur dalam kuesioner tersebut adalah aspek
materi (bobot 75%), aspek kualitas pengajar (bobot 20%), dan aspek kualitas tempat
pelaksanaan (bobot 5%). Melalui penyebaran kuesioner dimaksud DJA dapat diukur kualitas
penyelenggaraan pelatihan/sosialisasi/workshop dan bimtek, sekaligus menjadi umpan
balik untuk penyelenggaraan kegiatan sejenis di kemudian hari.
Pada tahun 2012 ini ditargetkan pencapaian IKU Tingkat Efektifitas Edukasi dan
Komunikasi sebesar 80, sedangkan realisasi capaiannya sebesar 77,15 dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 9
Tingkat Efektivitas Edukasi dan Komunikasi
Kegiatan Tanggal Lokasi Peserta Hasil
Penguatan Peran K/L dalam Pelaksanaan PBB melalui Pengembangan Kebijakan Standar Biaya
13 Desember 2012
Ballroom Dhanapala
222 pegawai 79,5
Pengembangan Costing Untuk Mendukung Peran DJA sebagai Budget Analyst
28 November 2012
Hotel Oasis Amir
110 pegawai 80,5
Workshop kebijakan dan proses bisnis pengesahan DIPA TA 203
23-25 November 2012
Hotel Le Grandeur
117 pegawai 81,5
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
18
Kegiatan Tanggal Lokasi Peserta Hasil
Bimbingan teknis penganggaran 3 Oktober 2012 Makasar 119 pegawai 80,75
Bimbingan teknis 24 – 25 September 2012
Novotel Hotel, Jakarta
60 pegawai 76,5
Sosialisasi Pagu anggaran K/L 12 Juli 2012 Ballroom Dhanapala
304 pegawai 74,25
Sosialisasi Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L kepada Pegawai DJA
6 Juli 2012
Ballroom Dhanapala
105 pegawai 71,75
Sosialisasi MPN 12 Juni 2012 Ballroom Dhanapala
108 pegawai 76
Bimtek Monitoring dan Evaluasi Kinerja RKA-KL 31 Mei 2012 Ballroom Dhanapala
314 pegawai 75,5
Sosialisasi Standar Biaya Tahun 2013 22 Maret 2012 Ballroom Dhanapala
248 pegawai 78,25
Sosialisasi Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan PNBP, BA 999.07, dan BA 999.08 Menuju LKPP dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
7 Februari 2012 Ballroom Dhanapala
115 pegawai 77,50
9. Sasaran Strategis: Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi
SDM yang berkompetensi tinggi adalah pejabat/pegawai DJA yang mempunyai kompetensi,
baik kompetensi perilaku (soft competency) maupun kompetensi teknis (hard competency)
yang dipersyaratkan sehingga mampu menjadi pengelola anggaran yang profesional,
kredibel, transparan, dan akuntabel. Pembentukan SDM adalah upaya untuk menyiapkan
SDM DJA yang berkompetensi tinggi untuk kepentingan jangka panjang.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 2 IKU, yaitu:
a. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) adalah jenis dan tingkat/level kemahiran
kompetensi khususnya kompetensi perilaku (soft competency) yang dipersyaratkan agar
pemangku jabatan dapat menjalankan tugas/pekerjaannya secara efektif. Pejabat dinilai
telah memenuhi SKJ apabila nilai kesesuaian antara level kompetensi pejabat dengan
SKJ-nya minimal 72%.
Ukuran ini dipergunakan untuk mengukur tingkat kompetensi masing-masing
pejabat Eselon II, III, IV DJA melalui assessment center guna mengetahui kesesuaian
kompetensi pejabat dengan persyaratan kompetensi yang harus dimiliki dalam
melaksanakan tugasnya. Tingkat kompetensi dimaksud menjadi bahan evaluasi untuk
menentukan karir pada seorang pejabat dan diklat yang harus diikuti untuk menunjang
kompetensi pejabat yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil assessment center yang dilakukan terhadap 213 orang pejabat
eselon II sampai dengan IV, persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatannya pada tahun 2012 adalah sebanyak 200 orang atau sebesar
93,90%.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
19
Tabel 10 Hasil Assessment Center
b. Persentase pemenuhan diklat teknis penganggaran
Diklat teknis penganggaran adalah diklat yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi teknis (hard competency) para pegawai DJA sehingga dapat menjalankan
tugasnya sebagai pengelola anggaran negara yang profesional, kredibel, transparan, dan
akuntabel.
Pada tahun 2012, DJA telah menyelenggarakan 13 diklat teknis penganggaran dari
target sebanyak 12 diklat teknis penganggaran (diluar diklat yang diselenggarakan oleh
BPPK), sehingga diperoleh capaian kinerja sebesar 108,3%, dengan rincian jenis diklat
sebagai berikut:
Tabel 11 Training Teknis Penganggaran
No. Eselon Nilai JPM (<72) Nilai JPM ( > 72) Capaian (%)
1 Eselon II 0 9 100%
2 Eselon III 4 39 91%
3 Eselon IV 9 152 94%
Total 13 200 93,90%
No. Jenis Diklat Keterangan
1 Teknik Analisis Proposal Anggaran 6-10 Februari
2 Analisis Kebijakan Publik 13-17 & 20-24 Feb
3 Teknik Menyusun Skenario APBN dan Penentuan
Prioritas Pembangunan 27 Feb - 2 Maret
4 Pengantar Ekonomi dan Kebijakan Fiskal 12-16 Maret
5 Workshop Tusi K/L bidang PU 20 Maret
6 Workshop Tusi K/L bidang Kesehatan 24 April
7 Metode Penyusunan Perkiraan PNBP 21-25 Mei
8 Analisis Proposal PNBP 28 Mei - 1 Juni
9. Workshop Tusi K/L Pembangunan Gedung Negara 9-10 Juli
10. Workshop Tusi K/L Bidang Pertanian 12 September
11. Diklat Teknis Substantif Spesialis Penganggaran 17-21 September
12. Review Logic Model (evaluator) RKA-K/L 27 Sept, 16 & 23 Okt
13. Workshop Monev Penganggaran I & II 24-25 Sept & 17-21 Okt
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
20
10. Sasaran Strategis: Penataan organisasi yang adaptif
Penataan organisasi yang adaptif adalah pembentukan/penataan organisasi baik tingkat
pusat, instansi vertikal maupun unit pelaksana teknis, sesuai dengan perkembangan
kebutuhan pelaksanaan tugas dan tuntutan masyarakat.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 5 IKU, yaitu:
a. Persentase penyempurnaan proses bisnis
Penyempurnaan proses bisnis DJA, meliputi penyempurnaan SOP lama dan
penyusunan SOP Baru di lingkungan DJA. Dari 188 SOP yang ditargetkan, 188 SOP telah
selesai disusun dan disempurnakan (100%). Penyempurnaan SOP yang dilakukan
sepanjang tahun 2012 ialah penyempurnaan terhadap SOP yang sudah ada dengan
penyesuaian nomenklatur yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu, terdapat tambahan beberapa SOP baru yang dipandang perlu untuk
disusun dalam rangka mendukung pelaksanaan pekerjaan di lingkungan DJA.
Tabel 12 Jumlah SOP yang Disempurnakan pada Tahun 2012
Unit Eselon II SOP Hingga Akhir
Tahun 2012 SOP Baru
SOP yang masih dalam
proses
Sekretariat 164 38 40
Direktorat Penyusunan
APBN 17 - 2
Direktorat Anggaran I, II,
III (IIIA, IIB dan IIIC) 32 2 4
Direktorat Anggaran IIID
dan IIIE 47 24 10
Direktorat PNBP 51 - 19
Direktorat SP 48 - 28
Direktorat HPP 4 - -
b. Persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan
Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan
yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Manajemen risiko adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman terjadinya hambatan dalam pencapaian tujuan bahkan kerugian.
Mitigasi merupakan tindakan untuk menghilangkan potensi bahaya atau
mengurangi probabilitas tingkat risiko. Mitigasi risiko dinyatakan selesai apabila rencana
mitigasi suatu risiko sudah selesai dilaksanakan seluruhnya.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
21
Pada tahun 2012, dari sebanyak 12 mitigasi risiko yang akan dijalankan, telah
diselesaikan 11 mitigasi risiko, yaitu:
1) Berperan aktif dalam penugasan di pusat layanan;
2) Mengingatkan/mengkomunikasikan K/L untuk menyampaikan data dukung yang
diperlukan dalam penyelesaian revisi secara lengkap;
3) Bimtek kepada K/L (eksternal) mengenai peraturan penganggaran;
4) Realokasi BA BUN ke BA K/L ;
5) Konfirmasi data realisasi APBN dengan stakeholder terkait;
6) Meningkatkan koordinasi internal di lingkungan Kemenkeu maupun dengan K/L;
7) Mempercepat proses penyampaian data tarif dari K/L ;
8) Membentuk satgas penataan arsip dan menyusun laporan semester tentang
progres penataan arsip DJA;
9) Memberikan rekomendasi penegakan hukuman disiplin;
10) Melakukan sosialisasi prosedur dan persyaratan permintaan pembayaran;
11) Menyampaikan tanggapan atas suatu rancangan peraturan perundangan.
c. Indeks reformasi birokrasi
Indeks reformasi birokrasi adalah skor yang dihasilkan dari penilaian atas
pelaksanaan program-program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian
Keuangan. Indeks Reformasi Birokrasi diukur dengan menggunakan tool yang ditetapkan
oleh Menteri PAN-RB dan dilaksanakan oleh BPKP/Itjen untuk menilai kualitas reformasi
birokrasi.
Ukuran tersebut meliputi: pola pikir dan budaya kerja, penataan peraturan
perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata laksana,
penataan sistem SDM aparatur, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas
kinerja, peningkatan kualitas pelayanan publik.
Pada tahun 2012, berdasarkan penilaian yang telah dilakukan oleh Itjen, diperoleh
capaian indeks sebesar 93,56 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 13
Indeks Reformasi Birokrasi
No. Area Perubahan Bobot
(%)
Perspektif/
Sasaran/
Target
Indikator Parameter Skor/
Area
Hasil
Penilaian
1 Penataan pola pikir dan budaya kerja 10% 3 5 12 93,84 9,38
2 Penataan peraturan perundang-undangan
10% 2 5 6 94,75 9,48
3 Penataaan dan penguatan organisasi 10% 2 4 8 100,00 10,00
4 Penataan tata laksana 10% 3 3 4 99,56 9,96
5 Penataan sistem manajemen SDM aparatur
20% 5 9 15 100,00 20,00
6 Penguatan pengawasan 10% 4 8 12 98,08 9,81
7 Penguatan akuntabilitas kinerja 10% 2 3 7 89,38 8,94
8 Peningkatan kualitas pelayanan publik
20% 3 5 9 80,00 16,00
TOTAL 10% 24 42 73 93,56
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
22
d. Indeks kepuasan pegawai
Indeks Kepuasan pegawai adalah rata-rata tingkat kepuasan pegawai
Kementerian Keuangan terhadap organisasi dan kepegawaian yang diukur melalui survei
oleh masing-masing unit eselon I dengan metode sampling. Adapun variabel yang akan
diukur dalam survei antara lain faktor fisik, psikologis, interaksi sosial, dan finansial.
Pada tahun 2012, berdasarkan pengolahan data hasil survei kepuasan pegawai di
lingkungan Ditjen Anggaran, diperoleh realisasi Indeks Kepuasan Pegawai sebesar 3,13
melebihi dari target yang telah ditetapkan sebesar 3,0 (skala 5).
e. Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti
Policy recommendation adalah langkah tindak yang diusulkan oleh Itjen kepada
Direktorat Jenderal Anggaran untuk melakukan perubahan, penambahan dan/atau
penyempurnaan peraturan, kebijakan, maupun sistem dan prosedur
administrasi/operasi.
Output policy recommendation dapat berupa:
- Usulan strategis (berupa poin-poin penting dari suatu ketentuan) yang disampaikan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Anggaran dalam rangka merubah,
menambah, dan atau menyempurnakan kebijakan; atau
- Rancangan/konsep keputusan, instruksi peraturan, surat edaran, atau surat pada
level pemerintah, presiden, Kemenkeu maupun pada level Direktorat Jenderal
Anggaran (tanggung jawab implementasi rekomendasi ada di Direktorat Jenderal
Anggaran dan Itjen memonitor penyelesaiannya).
Yang dimaksud ditindaklanjuti adalah telah dilakukannya seluruh langkah tindak
oleh Direktorat Jenderal Anggaran sesuai usulan strategis dalam policy recommendation.
Keberhasilan pencapaian policy recommendation diukur dari pencapaian 100% terhadap
output yang ditetapkan dan mendapat persetujuan tertulis dari Itjen atas capaian
tersebut.
Setiap policy recommendation yang diusulkan oleh Itjen harus dimuat dalam
suatu matriks yang berisi tentang output serta jangka waktu penyelesaiannya secara
definitif. Paling lambat tanggal 14 Januari tahun berjalan, Itjen menyampaikan matriks
awal policy recommendation yang outstanding (yang belum ditindaklanjuti) kepada
Direktorat Jenderal Anggaran Itjen dapat menyampaikan usulan tambahan matriks
recommendation pada tahun berjalan. Perhitungan atas policy recommendation untuk
IKU ini didasarkan pada policy recommendation yang penyelesaiannya jatuh tempo pada
tahun berjalan.
Pada Tahun 2012, DJA mendapat 6 policy recommendation dari Itjen Kementerian
Keuangan. Sampai akhir tahun 2012, telah selesai ditindaklanjuti 6 policy
recommendation, sehingga realisasi kinerja IKU mencapai 100%, yaitu:
1) Pergeseran anggaran belanja lainnya yang tidak sesuai dengan nature of account;
2) Mekanisme penetapan/penagihan dan pembayaran PBB migas serta penyaluran
DBH PBB migas;
3) PMK tentang SBK;
4) Revisi PP tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP;
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
23
5) Adanya peraturan tentang kewajiban K/L untuk menginventarisasi, melaporkan dan
menempatkan pungutan yang dikelola dalam PP berikut sanksi atas ketidak-
patuhan;
6) Mekanisme Penetapan dan Penyaluran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Perikanan.
11. Sasaran Strategis: Perwujudan TIK yang terintegrasi
Sistem informasi dikoordinir secara terpusat untuk menjamin bahwa data yang diproses
dapat dioperasikan secara terencana dan terkoordinasi. Semuanya untuk menjamin bahwa
informasi melewati dan menuju sub sistem yang diperlukan serta menjamin bahwa sistem
informasi bekerja secara efisien.
Dalam sasaran strategis ini terdapat 2 IKU, yaitu:
a. Persentase penyelesaian sistem aplikasi Billing PNBP-Online
Persentase penyelesaian pembangunan sistem Billing PNBP-Online merupakan
penyelesaian tahap-tahap yang telah direncanakan untuk dipenuhi dalam rangka
pembangunan sistem aplikasi Billing PNBP-Online.
Realisasi capaian IKU ini adalah 95%, dengan target capaian pada awal tahun
sebesar 60%. Rincian capaian adalah sebagai berikut:
1) Analisis dokumen 10%;
2) Dokumen Pengadaan 10%;
3) Survei kesiapan K/L 10%;
4) Capacity Building 5%;
5) Sosialisasi 5%;
6) Penetapan pemenang lelang 10%;
7) Pendampingan pembangunan sistem 20%;
8) User Acceptance Test 10%;
9) Workshop 5%;
10) Penyempurnaan Kelembagaan dan Administrasi (PIU) 5%;
11) Penyempurnaan Kelembagaan dan Administrasi (Dasar Hukum) 5%.
b. Persentase akurasi data SIMPEG
SIMPEG merupakan aplikasi kepegawaian yang berfungsi untuk menyimpan data
pribadi atau data kepegawaian di lingkungan Kementerian Keuangan. Yang dimaksud
dengan akurasi data adalah kelengkapan dan kebenaran komponen data pegawai yang
terdapat pada aplikasi meliputi :
1) Nama Lengkap;
2) Nomor Induk Pegawai;
3) Pangkat (golongan/Ruang);
4) Tempat Tanggal Lahir; dan
5) Jabatan (dirinci sampai unit terendah).
Jika salah satu komponen data seorang pegawai tidak lengkap atau tidak benar,
maka data tersebut dinyatakan tidak akurat. Pengukuran akurasi dilakukan oleh Itjen
bekerja sama dengan DJA.
Pada tahun 2012, realisasi capaian kinerja IKU persentase akurasi data SIMPEG
sebesar 100% yang berasal dari pengujian terhadap sampel data 520 pegawai DJA.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
24
12. Sasaran Stategis: Pelaksanaan anggaran yang optimal
Dalam sasaran strategis ini terdapat 2 IKU, yaitu:
a. Persentase penyerapan DIPA DJA
IKU ini mengukur kesesuaian realisasi Belanja Barang dan Belanja Modal yang
dilaksanakan dibandingkan dengan pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang
ditetapkan dalam DIPA DJA (BA 015). Belanja Pegawai tidak diukur karena
penyerapannya relatif mudah tercapai. Pada laporan capaian periodik harus disajikan
informasi:
1) Hasil optimalisasi, yaitu hasil lebih atau sisa dana yang diperoleh setelah pelaksanaan
dan/atau penandatanganan kontrak dari suatu paket pekerjaan yang target
sasarannya telah dicapai termasuk hasil lebih atau sisa dana yang berasal dari paket
pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola.
2) Kemajuan fisik kegiatan/proyek yang anggarannya belum terserap.
Realisasi penyerapan DIPA DJA tahun 2012 adalah sebesar Rp 80,91 miliar atau 87,97%
dari pagu sebesar Rp 91,97 miliar dengan target capaian 95%, sesuai dengan tabel di
bawah ini:
Tabel 14 Realisasi Belanja Barang dan Modal
Tabel 15
Penjelasan Realisasi DIPA DJA Tahun 2012
No. Keterangan Uraian Sisa Dana PenjelasanA Sisa
Anggaran1 Belanja Pegawai 2.292.802.486 Sisa Anggaran berupa
a. Gajisebesar Rp1.774.133.486 b. Uang Makan sebesarRp518.669.000 yang tidak terserap karena banyaknya kegiatan diDJA
B PenundaanKegiatan
1 Rapim/Raker DJA 1.316.504.422 a. Beberapa Raker berubah tempat, jadwaldan jumlah peserta (lebih sedikit dariyang direncanakan) karena menyesuaikan dengan kesibukan
b. Karena kesibukan penyelesaian DIPA TA 2013 di DJA maka rapim/raker DJA pada akhirtahun 2012 ditunda
2 Capacity Building 870.896.650 Pengunduran/pembatalan diklat dan pengurangan peserta diklat dikarenakan kesibukan padaunit teknis dan fokus pada training pengesahan DIPA TA 2013
C Efisiensi 1 Penyelesaian DIPA TA 2013
2.561.034.514 a. Efisiensipada pencetakan DIPA serta pemanfaatan IT Base dan CDb. Kegiatan seremoni di KPPN tidak jadi dilaksanakan
- Alokasianggaran untuk kegiatan Penyelesaian DIPA TA 2012 sebesarRp16M sedangkanuntuk DIPA TA 2013 dialokasikan sebesarRp11.1M dan terealisasiRp8.6M
2 Konsinyering/Sosialisasi/ Workshop/Bimtek/Monev
4.682.928.111 a. Pengeluaran untuk hotel lebih rendahAlokasi anggaran untuk hotel di POK ditetapkan sesuai SBU, namun dalam pelaksanaannya biaya untuk keperluan hotel selalu di bawah SBU
b. Pengeluaran untuk uang saku lebih rendah karena peserta konsinyering < dariundangan
3 Rapat PembahasanAPBN
334.080.143 Sisa dana karena perubahan tempat pembahasan dengan DPR diCikopo
4 Belanja Modal 1.296.881.644 Sisa Lelang karena nilai kontrak lebih rendah dari HPS
No.Jenis
BelanjaPagu DIPA Realisasi 2012 (Rp)
Realisasi
2012 (%)
Realisasi
2011 (%) Sisa Pagu 2012
1 Barang 74.507.679.000 64.742.235.160 86,89% 84,64% 9.765.443.840
2 Modal 17.465.044.000 16.168.162.356 92,57% 88,89 1.296.881.644
91.972.723.000 80.910.397.516 87,97% 85,67% 11.062.325.484 Jumlah
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
25
b. Persentase pencapaian output kegiatan DJA
Persentase realisasi output dari kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal
Anggaran sesuai rencana adalah perbandingan antara output yang dihasilkan pada suatu
pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Anggaran, dengan output yang
direncanakan untuk dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut.
Persentase pencapaian output kegiatan DJA pada tahun 2012 adalah sebesar
99,27% dengan target capaian 95%. Rincian capaian adalah sebagai berikut:
Tabel 16
Realisasi Output
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 99,27%
1 Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (ABPP) 100,00%
a. Peraturan Pelaksanaan di Bidang Penganggaran 4 Peraturan 100%
b. Laporan Monev, Bimtek dan Kegiatan 3 Laporan 100,00%
2 Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-
lain (BSBL)
100,00%
a. Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL) 4 Laporan 100%
3 Penyusunan Rancangan APBN 100,00%
a. Nota Keuangan Beserta RUU APBN dan RUU APBN-P 2 Dokumen 100%
b. Laporan Analisis, Kegiatan dan Proyeksi Kebijakan APBN 4 Laporan 100%
4 Pengelolaan PNBP dan Subsidi 100,00%
a. Peraturan di Bidang PNBP dan Subsidi Energi 3 Peraturan 100,00%
b. Laporan Monev/Kegiatan 8 Laporan 100,00%
5 Pengembangan Sistem Penganggaran 100,00%
a. Peraturan Bidang Penganggaran 4 PMK 100%
b. Sistem Aplikasi Bidang Penganggaran 1 Sist. Aplikasi 100%
c. Laporan Kajian/Monev/kegiatan 6 Laporan 100,00%
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Anggaran 100,00%
a. Dokumen Perencanaan dan Keuangan 6 Dokumen 100,00%
b. Dokumen Organisasi dan Ketatalaksanaan 3 Dokumen 100,00%
c. Dokumen Kepegawaian 2 Dokumen 100,00%
d. Layanan Perkantoran 12 Bulan 100,00%
e. Layanan Pendidikan dan Pelatihan 2 Diklat 100,00%
f. Bangunan 2210 m2 100,00%
g. Dokumen Kepatuhan dan Bantuan Hukum 4 Dokumen 100,00%
h. Laporan Pelaksanaan Tugas Dukungan Lainnya DJA 5 Laporan 100,00%
i. Laporan Penyelesaian DIPA TA 2013 (transisi dari DJPb ke DJA) 1 Laporan 100,00%
j. Kendaraan Bermotor 20 Unit 100,00%
k. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 211Unit 100,00%
l. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 1601 Unit 100,00%
7 Harmonisasi Peraturan Penganggaran 94,89%
Rekomendasi Kebijakan Penganggaran 4 Rekomendasi 94,89%
No. Kegiatan/OutputTarget Output
DIPACapaian 2012
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
26
C. Kinerja Lainnya
Selama tahun 2012 terdapat beberapa keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen
Anggaran yang cukup menonjol diluar kinerja yang pengukurannya menggunakan BSC, antara
lain :
1. Perumusan Undang-Undang APBN, APBN-P dan Nota Keuangan
Pada tahun 2012 terdapat beberapa kemajuan positif yang dicapai Ditjen Anggaran di
bidang perencanaan APBN, yaitu :
a. Penyusunan dan perumusan UU APBN dan UU APBN-P, serta Nota Keuangan Tahun
2013. Beberapa hal penting keberhasilan Ditjen Anggaran yang dicapai tahun 2012
adalah :
1) Pemenuhan proses penyusunan RUU APBN yang sesuai dengan kaidah UU No. 12
Tahun 2010 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan;
2) Perubahan rumusan konsideran dan dasar hukum yang hanya memuat dasar hukum
berupa UUD 1945, UU No.17/2003, dan UU No.27/2009;
3) Pemantapan konsepsi definisi di dalam ketentuan umum yang disesuaikan dengan
pasal-pasal dalam batang tubuh;
4) Restrukturisasi UU APBN dengan melakukan penyusunan pasal-pasal yang
disesuaikan dengan rincian dalam I-Account (termasuk tidak lagi mengatur
kewenangan kenaikan harga BBM);
5) Pemuatan aturan dalam batang tubuh lebih ditekankan pada penetapan alokasi dan
kebijakan, sedangkan pasal dan ayat yang cenderung merupakan penjelasan dimuat
dalam bagian penjelasan pasal per pasal.
b. Dalam pengelolaan postur APBN terdapat penambahan asumsi dasar, yaitu lifting gas
bumi.
c. Terdapat beberapa kebijakan pengelolaan belanja dan pendapatan untuk mewujudkan
kualitas belanja APBN yang optimal, yaitu :
1) Penajaman prioritas pembangunan berupa peningkatan alokasi Belanja Modal dan
perbaikan infrastruktur, serta efisiensi penghematan perjalanan dinas kepada
kegiatan yang lebih produktif;
2) Pembahasan pengalokasian hasil optimalisasi dan postur APBN yang lebih transparan
melalui forum rapat kerja Banggar dan Pemerintah/BI dalam rapat terbuka;
3) Penyusunan resource envelope hingga pelaksanaan APBN (termasuk pemberian
reward dan punishment, revisi APBN/APBN-P), dan penyusunan APBN yang akan
datang.
2. Pengintegrasian proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-K/L) dan pengesahan DIPA oleh Direktorat Jenderal Anggaran
Sejak tahun 2012 (berlaku untuk APBN tahun 2013) telah dilakukan pengintegrasian
proses penyusunan RKA-K/L dan pengesahan DIPA oleh Ditjen Anggaran. Dengan demikian,
kewenangan pengesahan DIPA yang sebelumnya dilaksanakan oleh Ditjen Perbendaharaan
dilimpahkan kepada Ditjen Anggaran. Adapun pengalihan kewenangan pengesahan DIPA
tersebut dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan, antara lain:
a. Memantapkan penerapan Penganggaran Terpadu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
dan Kerangka Pembangunan Jangka Menengah (KPJM). Pengalihan wewenang ini
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
27
menjadikan DIPA sebagai satu kesatuan dokumen secara integral yang mencerminkan
pelaksanaan dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan RKA-K/L.
b. Menyederhanakan proses pengurusan RKA-K/L dan DIPA. Hal ini dilakukan mengingat
sampai dengan saat ini masih ada keluhan dari Kementerian Negara/Lembaga, dimana
dalam pengurusan RKA-K/L dan DIPA harus berhubungan dengan 2 (dua) unit eselon I
pada Kementerian Keuangan yaitu Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Jenderal
Perbendaharan. Penyederhanaan proses ini tentunya memberikan nilai tambah berupa
percepatan waktu penyelesaian DIPA.
c. Meningkatkan kualitas layanan Kementerian Keuangan kepada stakeholder. Melalui
pengalihan kewenangan pengesahan DIPA ini diharapkan dapat menghemat waktu dan
biaya pengurusan RKA-K/L dan DIPA, mengingat proses penyelesaiannya dilakukan oleh
satu unit eselon I yaitu Direktorat Jenderal Anggaran. Disamping itu, dari sisi
Kementerian Keuangan juga terjadi efisiensi biaya pengesahan DIPA.
d. Menjamin validitas dan integritas data anggaran, mengingat proses penyusunan RKA-K/L
sampai dengan penyusunan dan pengesahan DIPA dilaksanakan secara terintegrasi
dengan menggunakan sumber data yang sama dan disimpan dalam satu database
melalui dukungan sistem teknologi informasi yang handal dan terintegrasi.
Mulai tahun anggaran 2013, DIPA yang disusun oleh Pengguna Anggaran (PA) terdiri
dari 2 (dua) jenis, yaitu: (1) DIPA Induk, merupakan akumulasi dari DIPA per satuan kerja
yang disusun menurut unit eselon I Kementerian/Lembaga; (2) DIPA Petikan, merupakan
DIPA per satuan kerja (satker) yang dicetak secara otomatis melalui sistem.
Proses dan bahan yang digunakan dalam menyusun DIPA Induk dan DIPA Petikan
sepenuhnya menggunakan data RKA-K/L yang disusun oleh masing-masing satker.
Beberapa pertimbangan yang mendasari perubahan jenis DIPA antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Menjaga konsistensi penerapan anggaran berbasis kinerja, mulai dari penetapan
prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), penyusunan RKA-K/L
dan pengesahan DIPA.
b. Memberikan fleksibilitas kepada PA dalam hal diperlukan adanya pergeseran anggaran
antar satker dalam satu unit eselon I dan satu program, sepanjang pagu anggaran dan
target kinerja tidak berubah sehingga dapat menyederhanakan proses revisi anggaran.
c. Meningkatkan akuntabilitas K/L sebagai penanggung jawab pelaksanaan program dan
target kinerja yang harus dicapai termasuk koordinasi terhadap satker-satker yang
berada di bawah program yang bersangkutan.
Penyerahan DIPA kepada PA/KPA dilaksanakan lebih awal dari tahun-tahun
sebelumnya dilaksanakan dengan harapan agar pada awal tahun satuan kerja dapat segera
melaksanakan kegiatannya. Hal ini merupakan komitmen pemerintah karena hasil evaluasi
pelaksanaan anggaran tahun-tahun sebelumnya belum menunjukkan hasil yang optimal,
walaupun kita telah melakukan berbagai upaya. Pola penyerapan yang sering terjadi adalah
penumpukan pada akhir tahun anggaran dimana kondisi ini menunjukkan perencanaan dan
manajemen kas yang kurang baik.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
28
Untuk itu, perlu dilakukan beberapa upaya guna mengoptimalkan pengelolaan belanja
negara, antara lain:
a. Peningkatan kapasitas pengelola keuangan satker, yaitu dalam rangka penyusunan
rencana penarikan dana dan rencana pengadaan.
b. Penyempurnaan regulasi, khususnya dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah.
c. Peningkatan peran aparat pengawas internal K/L.
3. Penyusunan Nota Kesepahaman antara Kementerian Keuangan dan Kementerian
Negara/Lembaga tentang Optimalisasi Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP)
Pada hari Jumat tanggal 14 Desember 2012 bertempat di Aula Djuanda Mezanine
Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan telah dilaksanakan penandatanganan Nota
Kesepahaman antara Kementerian Keuangan dengan Kementerian Negara/Lembaga
tentang optimalisasi pengelolaan PNBP. Penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut
merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Inpres dimaksud mengintruksikan
kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing.
Maksud dan tujuan penyusunan dan penandatangan Nota Kesepahaman tersebut
adalah untuk meningkatkan koordinasi antara Kementerian Keuangan dengan Kementerian
Negara/Lembaga pengelola PNBP sehingga pengelolaan PNBP yang optimal, akuntabel, dan
transparan dapat segera terwujud. Sedangkan ruang lingkup Nota Kesepahaman dimaksud
meliputi evaluasi, pelaporan, serta koordinasi pengelolaan PNBP. Dalam pelaksanaan
optimalisasi pengelolaan PNBP tersebut akan dilaksanakan koordinasi secara berkala yang
hasilnya akan dijadikan sebagai bahan dalam melakukan pengawasan, supervisi, dan
pengendalian pengelolaan PNBP pada masing-masing Kementerian Negara/Lembaga
tersebut.
Pengelolaan PNBP yang transparan dan akuntabel menjadi salah satu prioritas
pemerintah karena PNBP merupakan salah satu sumber pendapatan yang diandalkan.
Selama satu dekade ini PNBP terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 realisasi
PNBP mencapai Rp115 triliun. Lalu meningkat menjadi Rp341 triliun pada tahun 2012 (atau
meningkat hampir 3 kali lipat).
Namun demikian, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2011 menunjukan adanya PNBP pada 28 Kementerian
Negara/Lembaga senilai Rp331,9 milyar yang terlambat atau belum disetor ke Kas Negara,
kurang/belum dipungut, digunakan langsung tanpa mekanisme APBN, serta dipungut
melebihi tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Masalahnya, temuan audit BPK
tersebut berulang setiap tahun pada Kementerian Negara/Lembaga yang sama.
Memperhatikan kondisi demikian, maka perlu dilakukan upaya kongkrit untuk melakukan
optimalisasi pengelolaan PNBP yang salah satunya diawali dengan melakukan
penandatanganan Nota Kesepahaman.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
29
4. Peningkatan Indeks Tranparansi Anggaran (Open Budget Index/OBI) sehingga meraih nilai
OBI tertinggi di Asia Tenggara dan terbaik kedua di kawasan Asia
Open Budget Index (OBI) 2012 yang diluncurkan oleh International Budget Partnership
(IBP) pada tanggal 23 Januari 2013 menunjukan peningkatan Indeks Transparansi Anggaran
di Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia mendapatkan skor 51 dan tahun 2012 meningkat
menjadi 62. Kenaikan skor ini menunjukan bahwa transparansi anggaran Indonesia berada
di kategori kedua dalam hal penyediaan informasi anggaran secara substansial. Hasil survei
tersebut mendudukan Indonesia tertinggi di wilayah Asia Tenggara dan terbaik kedua di
kawasan Asia (setelah Korea Selatan).
Hasil OBI merupakan salah satu kriteria yang diperuntukan bagi negara untuk turut
serta dalam inisiatif global Open Goverment Partnership (OGP) yang diluncurkan pada
tahun 2011 (dimana Indonesia sebagai salah satu pendirinya). Agenda transparansi
anggaran yang dirintis oleh Direktorat Jenderal Anggaran merupakan salah satu aksi dalam
Open Government Indonesia sehingga mampu mengangkat peringkat OBI 2012 Indonesia.
Atas dasar capaian tersebut Pemerintah Indonesia c.q. Direktur Jenderal Anggaran
mendapat kesempatan menjadi pembicara pada acara peluncuran hasil Open Budget
Survey 2012 yang diselenggarakan UKP4, Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran (FITRA), dan International Budget Partnership pada tanggal
26 Februari 2013 di Hotel Aryaduta Jakarta.
Skor Indonesia tahun 2012 dimaksud berada di atas rata-rata dimana dari 100 negara
yang disurvei memiliki skor rata-rata 43. Peningkatan skor OBI 2012 Indonesia ini
disumbang dari 8 (delapan) dokumen kunci anggaran yang diteliti OBI mengalami
peningkatan dalam hal ketersediaan dokumen dan publikasi dibanding tahun 2010.
Dokumen tersebut adalah Pre Budget Statement (Pokok-pokok Kebijakan Fiskal), Executive
Budget (RAPBN), Enacted Budget (Nota Keuangan dan UU APBN), Citizen Budget (ringkasan
anggaran di media massa dan website), In Year Report (laporan realisasi anggaran secara
periodik), Mid Year Review (laporan tengah semester), End Year Report (Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat), dan Audit Report (Laporan Audit BPK).
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
30
D. Akuntabilitas Keuangan
Realisasi Belanja Direktorat Jenderal Anggaran pada Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar
Rp126.019.645.030 atau 99,27% dari pagu anggaran Direktorat Jenderal Anggaran sebesar
Rp139.374.773.000.
Tabel 17
Pagu dan realisasi anggaran DJA pada tahun 2012
No. Kode
Kegiatan Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
1. 1649 Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
4.000.000.000 3.893.892.300
97,35
2. 1650 Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan BSBL
1.300.000.000
1.242.316.000
95,56
3. 1651 Penyusunan Rancangan APBN 3.000.000.000
2.867.192.300
95,57
4. 1652 Pengelolaan PNBP dan Subsidi 4.000.000.000
3.762.269.781
94,06
5. 1653 Pengembangan Sistem Penganggaran
10.138.405.000
9.945.363.870
98,10
6. 1654 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
113.936.368.000
101.384.497.399
88,98
7. 5095 Harmonisasi Peraturan Penganggaran
3.000.000.000
2.924.113.380
97,47
Jumlah 139.374.773.000 126.019.645.030 90,42
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
31
BAB IV PENUTUP
A. KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
1. Keberhasilan
Target yang telah dicapai DJA pada tahun 2012 antara lain:
a. Penyusunan APBN 2013
Berbagai ketentuan perundang-undangan terkait dengan APBN mengamanatkan bahwa
setiap tahun RAPBN diajukan Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Salah satu
ketentuan dimaksud antara lain adalah ketentuan pokok yang tercantum pada Pasal 15
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa
Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN beserta Nota Keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya diajukan oleh Pemerintah untuk dibahas bersama
DPR. Berdasarkan hasil pembahasan, DPR menyetujui RUU tentang APBN menjadi
Undang-undang selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
Untuk menjalankan amanat konstitusi di atas, maka setelah melalui tahapan siklus
penyusunan APBN yang melibatkan pembahasan antara Pemerintah bersama DPR telah
dihasilkan dua produk hukum pada tahun 2012, yakni:
1) Undang-undang Nomor 4 tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2012;
2) Undang-undang Nomor 19 tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2013.
b. Sistem Penganggaran
Penyusunan juknis/norma penganggaran pada tahun 2012 yaitu:
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun
2013;
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2012 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran;
3) Peraturan Menteri Keungan Nomor 95/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya
Keluaran;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan RKA-K/L.
Penyusunan Standar Biaya semakin mengalami penyempurnaan, efektivitas Standar
Biaya pada tahun 2012 mencapai 3,03 menigkat dari tahun 2011.
c. Pengelolaan PNBP
1) Naskah akademik dan draft perubahan UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP telah
disampaikan ke Kementerian Hukum dan HAM melalui Surat Menteri Keuangan No.
S-938/MK.01/2012 Tanggal 27 Desember 2012 hal Penyampaian RUU tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak beserta Naskah Akademik.
2) Jumlah PNBP Nasional terdiri dari Penerimaan SDA, Penerimaan Bagian Laba BUMN,
Penerimaan PNBP Lainnya dan Pendapatan BLU, Berdasarkan Buku Merah per 31
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
32
Desember 2012, total realisasi PNPB adalah sebesar Rp 345 triliun atau 101,13% dari
yang di targetkan dari APBN-P, yaitu sebesar Rp 341,14 triliun.
3) Realisasi penagihan piutang PNBP khusus BUN sampai dengan 31 Desember 2012
sebesar Rp2.441,9 M di atas target pada tahun 2012 (Rp2.010,5 M) atau 121% dari
target. Realisasi penagihan piutang lebih tinggi 21% dari target dikarenakan
optimalisasi penagihan piutang.
2. Kegagalan
Pada tahun 2012, beberapa IKU yang tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan
yaitu:
a. Persentase realisasi janji layanan unggulan DJA
b. Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi
c. Persentase penyerapan DIPA DJA
B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Anggaran dalam mencapai target IKU
antara lain sebagai berikut:
1. Mandatory spending yang semakin meningkat termasuk adanya penyusunan UU yang
disertai dengan pengalokasian anggaran dengan persentase tertentu dari APBN sehingga
mempersempit ruang fiskal yang berpotensi menghambat pelaksanaan program prioritas
nasional.
2. Pembahasan anggaran di DPR yang terlalu rinci sampai dengan kertas kerja, sedangkan
menurut Undang-Undang cukup sampai dengan program, kegiatan, unit organisasi, dan
jenis belanja. Pembahasan yang terlalu rinci menimbulkan kerawanan dan adanya
kecenderungan transaksional.
3. Alokasi subsidi yang semakin besar.
4. Reformasi perencanaan dan penganggaran menuntut perubahan mindset dari seluruh
pemangku kepentingan dalam menyikapi perubahan paradigma pengelolaan keuangan
negara (dari orientasi input based menjadi output based).
5. Banyaknya bagian anggaran dan satker di seluruh Indonesia (24.000 satker) sehingga
pemantapan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pembangunan
Jangka Menengah (KPJM) membutuhkan waktu dan pentahapan, serta membutuhkan
usaha yang sungguh-sungguh.
6. Strategi evaluasi belanja negara belum didukung model dan metode evaluasi yang handal.
7. Standar biaya keluaran belum optimal untuk digunakan sebagai instrumen review baseline
untuk memberi sumbangan bahan perhitungan Pagu Indikatif.
8. Bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Terjadi penurunan realisasi lifting minyak mentah;
b. Masih banyak harga kontrak gas dibawah harga normal, sedangkan pemenuhan
kebutuhan gas untuk domestik mendesak dan peningkatan cost recovery Migas belum
terkendali;
c. Pengenaan tarif pungutan SDA masih relatif rendah dan basis perhitungan pungutan
negara dari SDA kurang tepat, serta lemahnya pengawasan pengelolaan SDA, khususnya
di Mineral dan Batubara, Kehutanan, dan Perikanan;
d. Dalam pengelolaan PNBP K/L, masih terdapat kelemahan antara lain:
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Anggaran 2012
33
1) Tarif pungutan secara ekonomis sudah tidak layak dalam kondisi aktual
2) ketidakpatuhan pengelola PNBP K/L terhadap peraturan sehingga menjadi temuan
BPK
9. Belum semua ketentuan dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dapat diimplementasikan karena masih dibutuhkan peraturan teknis (turunannya).
10. Pemberian rekomendasi remunerasi terhadap Lembaga Negara Non Struktural (LNS) masih
bersifat parsial karena Peraturan Pemerintah tentang Tunjangan Perbaikan Penghasilan
Pejabat Negara (TPPN) belum ditetapkan Presiden.
11. Konsekuensi dari pelaksanaan tugas dan fungsi di Direktorat Jenderal Anggaran
menyebabkan pejabat/pegawai DJA harus memberikan keterangan apabila terdapat
pelanggaran dalam pelaksanaan anggaran.
C. STRATEGI
Terkait dengan permasalahan sebagaimana disebutkan di atas, berikut adalah strategi
pemecahan masalah dimaksud, yaitu:
1. Penyusunan APBN yang Berkualitas
a. Peningkatan akurasi proyeksi belanja konsumsi dan investasi Pemerintah
b. Kegiatan penyusunan RUU APBN dan RUU APBN-P harus tepat waktu
c. Pengembangan IT aplikasi postur APBN
2. Pengelolaan PNBP yang optimal
a. Penyempurnaan regulasi secara berkesinambungan
b. Pemanfaatan teknologi informasi
c. Pengembangan organisasi
d. Peningkatan edukasi stakeholders terhadap PNBP
3. Pengalokasian belanja yang berkualitas
a. Kebijakan efisien alokasi biaya aparatur
b. Penataan remunerasi dan fasilitas aparatur negara serta Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN)
c. Kebijakan alokasi belanja infrastruktur dengan menggunakan pendekatan fungsi (tidak
berdasarkan jenis belanja)
d. Peningkatan kualitas belanja K/L berdasarkan hasil spending reviu
4. Reformasi sistem penganggaran
a. Pemantapan penerapan PBK & KPJM
b. Penguatan strategi evaluasi kinerja sebagai feedback untuk perencanaan
c. Pengoptimalan standar biaya keluaran sebagai instrumen untuk review baseline
d. Pengembangan IT yang handal dan terintegrasi (SPAN)
5. Kualitas SDM
a. Peningkatan kualitas SDM menjadi Budget Analyst
b. Pemetaan dan pengukuran kompetensi pegawai
c. Penyempurnaan pola pengembangan karir pegawai
d. Pengembangan pegawai melalui diklat dengan penyiapan 16 modul training budget
analyst, 129 kegiatan untuk 1975 orang.
Top Related