Penderita GGK memerlukan terapi agar dapat mempertahankan hidup,
Salah satu terapi tersebut adalah dengan menjalani terapi Hemodialisis
sebagai pengobatan pengganti untuk mengeluarkan sisi-sisa metabolisme
atau racun tertentu dari peredaraan darah manusia. (Wurara Y.G.V, 2013).
Pada klien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin
mengalami kelebihan volume cairan dalam tubuh, yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal dalam mengekskresikan cairan. Meskipun klien gagal
ginjal kronis pada awal menjalani hemodialisis sudah diberikan penyuluhan
kesehatan untuk mengurangi asupan cairan selama sehari, namun sekitar 50%
tidak mematuhi pembatasan asupan cairan yang direkomendasikan, akibatnya
pada terapi hemodialisis berikutnya masih sering teijadi klien datang dengan
keluhan sesak napas dan terdapat klien menjalani terapi hemodialisis lebih dari
jadwal yang ditetapkan seperti klien yang seharusnya menjalani terapi.
Mengingat masih banyaknya penderita gagal ginjal kronis yang
dilakukan hemodialisis dengan masalah kelebihan volume cairan, maka
peran perawat sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
Dari semua tersebut di atas diharapkan baik keberhasilan pengobatan
maupui penyembuhan penderita.
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian studi
kasus tentang “Asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik
dengan masalah kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr.
M. Soewandhie
Surabaya?”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana asuhan keperawatan klien
Gagal ginjal kronik dengan masalah kelebihan volume cairan di ruang
Teratai RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya”.
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya.
6
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Diketahuinya pengkajian klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya.
2.Diketahuinya analisis data yang diperoleh pada klien Gagal ginjal
kronik dengan masalah kelebihan volume cairan di mang Teratai
RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya.
3. Diketahuinya rencana tindakan keperawatan klien Gagal ginjal kroni! dengan
masalah kelebihan volume cairan di mang Teratai RSUD D M. Soewandhie Surabaya.
4. Diketahuinya pelaksanakan tindakan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan
masalah kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya.
5. Diketahuinya evaluasi asuhan keperawatan klien Gasal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M Soewandhie Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai sarana dalam mengembangkan ilmu yang didapat selama pendidikan
dengan mengaplikasikannya pada kenyataan yang ada di lapangan baik di institusi
pelayanan kesehatan maupun di masyarakat serta untuk menambah wawasan
dalam melakukan asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui kesenjangan antara
teori dan praktik pada asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik,
sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan dan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia keperawatan sebagai
acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan secara preventif seperti melakukan
promosi kesehatan untuk menerapkan gaya hidup sehat. Serta memberikan
6
pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik
dengan masalah kelebihan volume cairan.
pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
X Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi seperti gangguan
jantung (gagal jantung kongesdJ), gagal ginjal, sirosis hati,
sindrom cushing.
4. Kelebihan steroid.
2.2.7 Patofisiologi
Berbagai kondisi menyebabkan terjadinya penurunan fungsi nefton.
Nefron sendiri berfungsi sebagai pengatur air dan elektrolit dalam tubuh dengan
cara menyaring darah, kemudian menyerap kembali cairan dan molekul yang
masih diperlukan tubuh. Jika nefron mengalami
penurunan fungsi maka akan teijadi kompensasi dan adaptasi dari
nefron. Mekanisme kompensasi dan adaptasi dari nefron menyebabkan
kematian nefron meningkat membentuk jaringan parut dan aliran darah
ginjal menurun sehingga mengalami detruksi struktur ginjal secara
progresif, jika detruksi struktur ginjal secara progresif disertai dengan
penurunan GFR maka tubuh akan mengalami kegagalan
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit,
keadaan tersebut menyebabkan penumpukkan toksik uremik di dalam
darah dan ketidakseimbangan cairan dan eletrolit Penumpukkan toksik
uremik di dalam darah dan ketidakseimbangan cairan dan eletroiit akan
mengakibatkan peningkatan volume cairan, hipematremia, hiperkalemia,
penurunan pH, hiperpospatemia serta hiperkalsemia sehingga
menyebabkan masalah kelebihan volume cairan. (Muttaqin A & Sari K,
20t2J.
m£q/hari- Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar
kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia.
■ Konsep Asuhan Keperawatan 3.1 Pengkajian
Keperawatan
Menurut Arif muttaqin dan kumala sari (2012) pengkajian keperawatan keperawatan
pada pasien gagal ginjal meliputi:
1. Identitas
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia
32
muda, dapat teijadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari
urine output sedikit sampai dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoresi), mual,
muntah, mulut terasa kering,rasa lelah, napas berbau (ureum), dan
gatal pada kulit 2. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pota napas, kelemahan fisik, adanya pembahan
kulit, adanya napas berbau amonia, dan pemenuhan
kebutuhan nutrisi. Kaji sudah kemana
kesadaran, tidak selera makan (anoresi), mual, muntah, mulut terasa kering^asa
lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit 2. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau
amonia, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatan apa.
3, Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit
batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berbau amonia, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Kaji sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, penggunaan oba t-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
33
4. Psikososial
Adanya penikahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
diálisis akan menyekakkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan
gangguan peran pada keluarga (selfesteem),
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan TTV
1 diálisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan
gangguan peran pada keluarga (selfesteem).
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat kesadaran menurun sesuai dengan tingkat
uremia di mana dapat memengaruhi sistem saraf pusat.
Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan RR
meningkat Tekanan darah teijadi perubahan dari
hipertensi ringan sampai berat.
b. BI (Breathing)
kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia di mana
dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Pada TTV sering
didapatkan adanya perubahan RR meningkat Tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat, b. BI
(Breathing)
Klien bernapas dengan bau urine (fetor itremik) sering
didapatkan pada fase ini. Respons uremia didapatkan
adanya pemapasan Kussmaul. Pola napas cepat dan dalam
merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon
dioksida yang menumpuk di sirkulasi. Dapat teijadi odema
paru, tanda dan gejalanya adalah gelisah, dispnea berat,
pucat, batuk produktif dengan banyak sputum yang berbuih
dan sedikit bercampur darah, mengi, sianosis takikardia.
e. B2 (Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawat akan menemukan adanya
friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardiaJ, Didapatkan landa dan
gejala gagal jantung kongesti£ TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi,
nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hipeikalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia.
,___j iuapautan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi, nyeri dada
atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfiisi
perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan
konduksi elektrikal otot ventrikeL Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah,
biasanya dari saluran GL, kecenderungan mengalami perdarahan sek, under dari
trombositopeni a, d B3 (Rimn)
Didapatkan penurunan tmgkaf kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal
uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari
saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sek,under dari
trombositopenia. d. B3 (Brain)
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, adanya neuropati perifer, burningjeet syndrome,
restlesslegsyndrome, kram otot, dan nyeri otot, e. B4 (Bladder)
Penurunan urine output <400ml/hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat.
35
f. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual Han muntah, anoreksia Han diare sekunder dari bau mulut
amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan, g. B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus,
demam (sepsis, dehidrasi),
vwa iuuuutu, anoreKsia aan diare
sekunder dari bau mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus
saluran cerna sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan,
g. B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/beruiangnya infeksi,
pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, dan sendi
keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan
perfusi perifer dari
gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
Pengkajian Diagnostik a} Laboratorium
1. Laju Endap Darah : meninggi dan diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
2. Ureum dan kreatmin : meninggi. Perbandingan ureum dan kreatinin kurang tebih 20:
T hai ini karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan
obstruksi satinan kemih. Perbandingan ureum lebih kecil dan kreatinin, pada diet
rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3.Hiponatremi disebabkan karena kelebihan cairan. Hyperkalemia teijadi pada gagal
ginjal lanjut disertai dengan penurunan diuresis.
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia hal ini karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GG
5. Phosphate alkaline tinggi sebagai akibat dari gangguan metabolism
tulang, terutama isoenzim fosfatase tindi tulang.
6.Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia disebabkan karena
3fr
metabolism tulang, terutama isoenzim fosfatase Undi tulang.
6. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia disebabkan karena gangguan
metabolism dan diet rendah protein.
7. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal
ginjal (resistensi terhadap insulin pada jaringan perifer).
S. Hipertrigli serida akibat gangguan metabolism Ternak yang disebabkan
peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
P. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, BE menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 menurun, hal tersebut
karena retensi asam- asam organic padá gagal ginjal.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine,
retensi cairan <tan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari
penurunan GFR.
Perencanaan Keperawatan
Menurut Arif & kumala (2012) perencanaan keperawatan yang dapat
disusun berdasarkan masalah keperawatan pada klien gagal ginjal kronis
dengan kelebihan volume cairan b.d. penurunan volume urine, retensi cairan
dan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan
3fr
j^eieDinan volume cairan berhubungan dengan penurunan
volume urine, retensi cairan dan natrium, peningkatan aldosteron
sekunder dari penurunan GFR.
2.3.3 Perencanaan Keperawatan
Menurut Arif & kumala (2012) perencanaan keperawatan yang dapat
disusun berdasarkan masalah keperawatan pada klien gagal ginjal
kronis dengan kelebihan volume cairan b.d. penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari
penurunan GFR.
1. Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam tidak teijadi kelebihan volume
cairan sistemik.
2: Kriteria hasil:
a. Klien tidak sesak napas
b. Edema ekstremitas berkurang
j, mK\J untuk, melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-
tanda, pericarditis. Aritmia, gangguan elektrolit (hypeikaiemiaj
L2 Diagnosa Keperawatan
Dari sekian banyak diagnosa keperawatan pada Gagal ginjal kronik,
peneliti hanya mengambil satu diagnosa keperawatan Menurut Arif M &
kumala S (2012) yaitu:
aozae. ieiessi cairan dan iHtrium. pcrrrngkatan aUosferon sekmubrr
dari peoBnman GFR.
233 PsfeocasaaD Kgmawatan
Menurut Arif A kramala (2012) perencanaan keperawaian yang dapat disusun
berdasarkan masalah keperawaian pada klien gsgsi ginjal kronis dengan kelebihan
volume cairan b.d pemnioao volume urine, retensi cairan dan natrrum, peningkatan
aldosieron sekunder dari penurunan GFR-
1. Tujuan ; Dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi kelebihan vohsne cairan sistemik.
| 2: Kriteria hasil:
a. Klien tidak sesak napas
b.Ede ma ekstremitas berkurang
c. Piting edema (-)
d. Produksi urine >600 ml/hr 3. Rencana
tindakanTr '" 1 - - - olrcbwnitan
> 1. Tujuan ; Dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume
cairan sistemik.
E:X Kriteria hasit:
a. Klien tidak sesak napas h. Fdema ekstremitas
berkurang e. Piting edema f~)r d Produksi irjie >600
mi/hr % Ifencana tindakan
JEagr adanya; edema ekstremitas
Curiga gagal kongesrii/keiebihan volume cairan T ttTato&kantimruifcjm
Mea uituk tirah baring pada iaaC edema
bdiesi taiam keadaan sraii iarmg %iama i t a r r tmngrui tfaermkan
ui&ic mmagkatkan tuiceas
yang bertujuan mengurangi edema. c. Kaji tekanan
darah
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dapat
diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui
dari meningkatnya tekanan darah.
<L Ukur intake dan output
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan ganguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan urine output e. Timbang berat
badan
Rasional : Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan.
dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung yang dapat
diketahui dari meningkatnya tekanan darah, d. Ukur intake dan output
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan ganguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air, dan penurunan urine output
e. Timbang berat badan
Rasional : Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
f. Berikan Oksigen Tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan
indikasi
Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan
efek hipoksia/iskemia. g. Kolaborasi:
1) Berikan diet tanpa garam
Rasional : natrium meningkatkan retensi cairan dan
Rasional : Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.
f. Berikan Oksigen Tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan
indikasi
Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia/iskemia.
g. Kolaborasi:
1)Berikan diet tanpa garam
Rasional : natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume
plasma.
2) Berikan diet rendah protein tinggi kalori.
Rasional : diet rendah untuk menurunkan insufisiensi renal dan
retensi nitrogen yang akan meningkatkan BUN. Diet tinggi kalori
untuk cadangan energi dan mengurangi
40
katabolisme protein.
3) Berikan diuretik.
Rasional : diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resiko terjadinya edema paru.
4) Adenokortikosteroid golongan prednison digunakan untuk menurunkan proteinuria
(Muttaqin A & Sari K, 2012). sanaan keperawatan
sanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan a
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
BAB 3
plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan whtngga
menurunkan resiko terjadinya edema paru.
4) Adenokortikosteroid golongan prednison digunakan untuk menurunkan
proteinuria (Muttaqin A & Sari K, 2012).
2.3 A Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam pelaksanaan
rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan
tindakan kolaborasi. (Hidayat f A.A.A, 2008).
5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tangkah ferakhir dari proses keperawatan dengan
cara
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan (Desain Penelitian)
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
L2 Unit Analisis (Populasi dan Sampel)
2A Populasi
Di dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah klien Gagal ginjal
kronis yang dirawat inap di ruang Teratai RSUD. Dr. M.
3.1 Pendekatan (Desain Penelitian)
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
3.2 Unit Analisis (Populasi dan Sampel)
3.2.1 Populasi
Di dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah klien Gagal
ginjal kronis yang dirawat inap di ruang Teratai RSUD. Dr. M.
Soewandhie Surabaya.
32.2 Sampel .
Sampel dalam penelitian ini adalah dua orang klien Gagal Ginjal
Kronis dengan masalah kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD.
Dr. M. Soewandhie Surabaya.
14 Lokasi dan Waktu Penelitian 14j
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruang Teratai RSUD, Dr. M. Soewandhie
Surabaya.
H Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2015,
jj> ftosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan pemilihan kasus atau masalah yang akan
dijadikan topik penelitian. Peneliti memlih kasus GGK sehingga topik
penelitian ini beijudui "Asuhan Keperawatan klien dengan Gagal Ginjal Kronis
dengan masalah kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD. Dr. M.
Soewaodhie Surabaya”. Selanjutnya peneliti melakukan penyusunan proposal
penelitian. Selesai disusun, dilakukan ujian proposal.
Pesnmrmpnlan dara diauali dengan pengurusan surat ijin penelitian ke
Rakesi&ngpol drn RSUD Dr. Mitoewsodide Surabaya. Setelah
"Aidb« v. xr, «ks^:» O^ii
KT^MS des^s** kekbthan wfome cairan A nur^ Veraia* KSUO
Dr Vt S^r^andbjc Surabiya* Sete^urjya rcttdhn
melakukan frocvsui psaehckKL Selesai disusun.
dilakukan ujian ptvfesial
Bes^EnfHdhn data diawali dengan pengurusan surat iiin
penelitian ke Bakesfcangpol dan RSl'D Dr. NLSoewandhie Surabaya.
Setelah ineisdaparkan :jm untuk melakukan penelitian, peneliti memilih
dua sub>ek peceiirian. Tahap selanjutnya adalah menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian kepada pasien dan meminta persetujuan atau
iwvrnwd co*$tm * Kemudian melakukan asuhan keperawatan terhadap
subjek penelitian dan penulisan laporan penelitian.
3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
1 penelitian kepada pasien dan meminta persetujuan atau informed conseni,
■S Kemudian melakukan asuhan keperawalan terhadap subjek
penelitian dan I penulisan laporan penelitian.
3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
BBg Metode Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode i wamwocara
dengan subjek penelitian, menggunakan catatan rekam medis, pengukuran tanda-tanda
vitaL observasi umum keadaan pasien, pengkajian r fisik meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskuhasL
145
InstriHiien Pengumpulan Data
Instrmnent yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Format pengkajian asuhan keperawatan.
2. Alat tulis.
3. Alat pelindung diri, meliputi: sarung tangan dan masker.
4.Alat pengukuran tanda-tanda vital, meliputi: jam tangan, termometer,
stetoskop dan spignomanometer.
Analisis Data
Analisis data diawali dengan kegiatan membaca dan memahami
r ~ iHiUiMlVm iWi rmrn&r —a
¡¡- f ja ruiuiai pengajian asuhan keperawatan.
2. Aiat tulis.
3. Alat pelindung diri, meliputi: sarung tangan dan masker.
4.Alat pengukuran tanda-tanda vital, meliputi : jam tangan, termometer,
stetoskop dan spignomanometer.
m 3,7 Analisis Data
Analisis data diawali dengan kegiatan membaca dan memahami
keseluruhan informasi yang sudah didapatkan dari data primer maupun
sekunder. Setelah data dikumpulkan dari hasil wawancara, pengamatan
(observasi), pemeriksaan fisik dan pengukuran fisiologis, maka data akan
dikelompokkan ke dalam data subjektif dan data objektif dalam bentuk
tabel analisa data. Data subjektif menunjukkan persepsi dan sensasi pasien
terkait dengan masalah kesehatannya. Data subjektif merupakan informasi
yang disampaikan pasien kepada perawat selama wawancara yang disebut
juga sebagai gejala (.symptom). Data objektif didasarkan pada fenomena
yang
¡F keseluruhan informasi yang sudah didapatkan dari data primer
maupun I sekunder. Setelah data dikumpulkan dari hasil wawancara,
pengamatan I (observasi), pemeriksaan fisik dan pengukuran fisiologis,
maka data akan I dikelompokkan ke dalam data subjektif dan data objektif
dalam bentuk tabel i analisa data. Data subjektif menunjukkan persepsi dan
sensasi pasien terkait E dengan masalah kesehatannya. Data subjektif
merupakan informasi yang I disampaikan pasien kepada perawat selama
wawancara yang disebut juga I sebagai gejala (symptom). Data objektif
didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara faktual. Dengan kata
lain, data tersebut dapat diamati atau diukur melalui alat indera perawat
disebut juga sebagai tanda (sign).
Setelah membuat tabel analisa data, kemudian merumuskan diagnosa
keperawatan dan membuat rencana tindakan keperawatan. Pada tahap
intervensi, terdiri dari tujuan dan kriteria hasil dan rencana tindakan. Cara
menentukan tujuan yang efektif harus memperhatikan prinsip SMART yaitu
46
Speciflc, Measurable, Achievable, Realistic, and Time-based. Kriteria hasil
menggambarkan secara spesifik hal-hal yang diharapkan oleh peneliti untuk
menyelesaikan masalah. Setelah menentukan intervensi, selanjutkan melakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan
sebelumnya. Kemudian peneliti menuliskan evaluasi dari tindakan keperawatan
dalam bentuk SOAP :
S ; Data subjektif
0 : Data objektif
1 : Analisa
: Planning
I___—«e, Muiistic, and lime-based. Kriteria hasil
menggambarkan secara spesifik hal-hal yang diharapkan oleh peneliti
untuk menyelesaikan masalah. Setelah menentukan intervensi, selanjutkan
melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan sebelumnya. Kemudian peneliti menuliskan evaluasi dari
tindakan keperawatan dalam bentuk SOAP :
S : Data subjektif O : Data
objektif A : Analisa P : Plcmning
Pada analisis dalam evaluasi berisikan tentang apakah masalah
teratasi atau teratasi sebagian. Masalah teratasi jika hasil diperoleh sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan pada intervensi di atas.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data
Pengambilan data ini dilakukan di RSUD. Dr. M.
Soewandhie Surabaya. RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya adalah
rumah sakit negeri tipe B yang bertempat di JLTambak Rejo 45 -
47. RSUD. Dr. M. Soewandhie Surabaya memiliki banyak ruang
rawat inap, mulai dari kelas 1- kelas 3. Salah satunya adalah ruang
Teratai yang dijadikan tempat pengambilan data dengan fasilitas
setiap ruangan terdiri dari 6 tempat tidur, 1 AC dan 1 kamar
mandi.
Pada sub bab ini merupakan hasil penelitian pada dua kasus klien
tipe B yang bertempat di Jl.Tambak Rejo 45 — 47. RSUD. Dr. M.
Soewandhie Surabaya memiliki banyak ruang rawat inap, mulai dari
kelas 1- kelas 3. Salah satunya adalah ruang Teratai yang dijadikan
tempat pengambilan data dengan fasilitas setiap ruangan terdiri dari
6 tempat tidur, 1 A C dan 1 kamar mandi.
Pada sub bab ini merupakan hasil penelitian pada dua kasus
klien Gagal ginjal kronis dengan masalah kelebihan volume cairan.
Kasus yang pertama pada Ny. J dilakukan pengkajian pada tanggal
13 April 2015, dan kasus kedua pada Ny. A dilakukan pengkajian
pada tanggal 30 April 2015 di ruang Teratai RSUD. Dr. Mohammad
Soewandhie Surabaya. Hasil penelitian yang dipaparkan sebagai
berikut:
A. Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M.
Soewandhie Surabaya
Data Klien 1 Klien 2Identita
s
Nama: Ny. J
Umur: 49 Tahun
Jenis Kelamin:
Perempuan
Suku/Bangsa:Jawa/
Indonesia
Agama: Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah
Nama: Ny. A Umur: 57
Tahun Jenis Kelamin
¡Perempuan
Suku/Bangsa
:Jawa/
Indonesia Agama: Islam
Pekeijaan : Ibu Rumah
Tangga
RiwayatKlien 1 Klien 2
Keluhan Sesak napas Sesak napas
AWIUUUl
Tangga
Pendidikan: SD
Alamat : Klampis
Semalang
ngiiiuu • «WM. ■ ■
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Pendidikan: SD Alamat:
Kapas Baru 9/52 -
Riwayat
Klien 1 Klien 2
Keluhan Sesak napas Sesak napas
Riwayat
Penyakit
Sekarang
Keluarga mengatakan
klien mual dan muntah
sejak 4 hari yang lalu
serta sesak napas sejak
tanggal 11 April 2015
kemudian klien dibawa
ke RSUD Dr. M.
Soewandhie. Klien
langsung dibawa ke IGD
pada jam 12.00 tanggal
Klien mengatakan
sebenarnya pada tanggal
29 Mei 2015 klien hanya
kontrol ke poli tetapi
melihat kondisi klien yang
bengkak diseluruh tubuh
dan disertai dengan sesak
napas maka klien
disarankan opname
sehingga klien MRS dan
HO
"Riwayat
penyakit
dahulu
Keluarga mengatakan
klien pernah dirawat
di RSUD Dr. Soetomo
karena stroke ringan
pada tahun 2007.
Klien juga
mempunyai
hipertensi.
Klien mengatakan
pada tanggal 29
Januari 2015 pernah
dirawat di ruang
Anggrek RSUD Dr.
M. Soewandhie
selama 1 minggu
karena bengkak pada
tangan dan kaki
kemudian klien MRS
lagi pada tanggal 24 Riwayat Keluarga mengatakan
tidak
Klien mengatakan
tidak ada ana&ota
u«vui|Aiiijrai ijwayoi
UMRiwayat
Kesehata
n
Keluarga
Keluarga
mengatakan tidak
ada anggota keluarga
yang menderita
penyakit seperti
Klien mengatakan
tidak ada anggota
keluarga yang
menderita penyakit
seperti klien (GGK), Pola Klien 1 Klien 2Persepsi
terhadap
kesehatan
Klien dan keluarga
rutin memeriksakan
kesehatannya karena
klien dan keluarga
Klien dan keluarga
rutin memeriksakan
kesehatannya ke RS
atau PuskesmasPola
Nutrisi
dan
Metaboli
s
Nutrisi-
Metabolisme Klien
mengatakan mual
serta tidak nafsu
makan. TB:.155cm
BB SMRS : 65 kg
Nutrisi-
Metabolisme Klien
mengatakan mual
TB: 154cm
BB SMRS : 52 kg
BB MRS: 54 kg
Keluarga v - O
menderita penyakit
seperti klien, Diabetes
meiitus, Hipertensi.
menderita penyakit
seperti klien (GGK),
tetapi ayah klien
mempunyai riwayat DM Pola Klien 1 Klien 2
Persepsi
terhadap
kesehatan
Klien dan keluarga
rutin memeriksakan
kesehatannya karena
klien dan keluarga
Klien dan keluarga
rutin memeriksakan
kesehatannya ke RS
atau PuskesmasPola
Nutrisi
dan
Metaboli
s
me
Nutrisi-
Metabolisme Klien
mengatakan mual
serta tidak nafsu
makan.
TB: _155cm BB
Nutrisi-Metabolisme
Klien mengatakan
mual TB: 154cm
BB SMRS : 52 kg BB
MRS: 54 kg Diet
RPRG ( rendah
HO
makanan ringan
Nafsu makan Tetap
seperti biasa tidak
ada penurunan
nafsu makan Pola
tidur-
istirahat
Keluarga mengatakan
bahwa klien tidak bisa
tidur nyenyak sejak
Klien mengatakan
bahwa klien tidak bisa
tidur nyenyak kama Kognitif-
perseptual
Klien kooperatif
dengan petugas
kesehatan dan klien
Klien kooperatif dengan
petugan kesehatan dan
klien juga menjawab Persepsi-
konsep
diri
Body imagc ;klien
merasa sedih dengan
keadaannya sekarang.
Identitas diri : klien
menyukai semua
anggota tubuhnya.
Ideal diri : klien ingin
segera sembuh dan
Body image :klien
merasa sedih dengan
keadaannya sekarang.
Identitas diri : klien
menyukai semua
anggota tubuhnya.
Ideal diri : klien ingin
segera sembuh pulang Peran-
hubungan
Komunikasi klien
lancar, tidak gagap
Klien sehari hari
nmenggunakan bahasa
jawa Hubungan
Komunikasi klien
lancar, tidak gagap
Klien sehari hari
nmenggunakan bahasa
jawa Hubungan dengan Aktivitas Klien biasanya mandi Klien biasanya mandi
Dan
kebersiha
n
tapi sejak klien dirawat
di RS klien hanya
tiduran dan jika
waktunya mandi klien
tapi sejak klien dirawat
di RS klien hanya
tiduran dan duduk di
kursi dan jika Koping-
toleransi
Klien biasanya
menceritakan
masalahnya pada
Klien biasanya
menceritakan
masalahnya pada Nilai-pola
keyakinan
Menjalankan ibadah:
selama di RS klien
tidak menjalankan
Menjalankan ibadah:
selama di RS klien
tidak menjalankan
Berdasarkan tabel di atas pada pengkajian identitas didapatkan
bahwa klien pertama berumur 49 tahun dengan GGK+Hiperkalemia
sedangkan pada klien kedua berumur 57 tahun dengan
GGK+S.ALO+DM. Keluhan utama pada kedua klien diatas sama yaitu
mengeluh sesak napas. Sedangkan pada riwayat masa lalu klien pertama
pernah mengalami stroke ringan dan dirawat di RSUD Dr. Soetomo serta
mempunyai riwayat Hipertensi sedangkan pada klien kedua beberapa kali
dirawat di RSUD Dr. M. Soewandhie karena mengalami bengkak di
ekstremitas atas dan bawah serta mempunyai riwayat diabetes mellitus.
Pada pengkajian riwayat keluarga, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti Diabetes melitus dan Hipertensi seperti klien
pertama sedangkan pada klien kedua ayah klien mempunyai riwayat
diabetes melitus dan ibu klien mempunyai riwayat hipertensi.
Pada pengkajian nutrisi dan metabolisme didapatkan klien
pertama mengalami penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 60 kg
karena Klien mengatakan mual serta tidak nafsu makan serta klien
mendapatkan diit sonde nephrisol 60 cc sedangkan klien kedua mengalami
penambahan berat badan dari 52 kg menjadi 54 kg serta mendapatkan diit
RPRG (rendah protein rendah garam) berupa nasi dan lauk pauk.
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan fisik klien Gagal ginjal kronik dengan
masalah kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M.
Soewandhie Surabaya
HO
Observasi Klien 1 Klien 2Suhu
Nadi
Tekanan
Darah
37,3 °C 92 x/mnt
140/80 mmHg 26
x/mnt 456 Lemah
36,8 °C 88 x/mnt 160/90
mmHg 28x/menit 456
Lemah
Pemeriksaa
n Fisik (6 B)BLBreathin
g
Hidung: Bentuk
simetris RR:
26x/menit, terdengar
suara tambahan
rales/ronchi basah
Hidung: Bentuk
simetris RR:28x/menit,
terdengar suara
tambahan rales/ronchi
basah pada paru-paru B2: Bleeding Tidak ada nyeri dada,
suara jantung sl s2
tunggal. Terdapat
edema di ekstermitas
atas dan bawah serta
Tidak ada nyeri dada,
suara jantung sl s2
tunggal. Terdapat
edema di ekstermitas
atas dan bawah serta B3: Brain -
___________
1
Kesadaran
composmentis, GCS
456 (15)
Kesadaran
composmentis, GCS
456 (15)
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa kedua klien mengalami
peningkatan tekanan darah dan pemapasan. Pada pemeriksaan B2 atau
bleeding ditemukan bahwa kedua klien mengalami oedema di ekstremitas
atas dan bawah serta palpebra. Perbedaan dari kedua klien
adalah derajat pitting oedema yang terjadi. Pada klien pertama
pitting oedema terjadi pada derajat 3 sedangkan pada klien kedua
pitting oedema terjadi pada derajat 4 serta klien kedua mengalami
asites. Kemudian pada pemeriksaan B6 atau Bone pada klien
pertama tidak ditemukan masalah pada kulit maupun tulang
sedangkan pada klien kedua didapatkan bahwa klien mengalami
gatal-gatal pada daerah selangkangan dan gatal serta kering pada
daerah ekstremitas bawah klien.
Mata: sklera putih,
conjungtiva merah
muda tidak anemia
Mata: sklera putih,
conjungtiva merah
muda tidak anemisB4:Bladder Terpasang dower
kateter Produksi urin:
350 ml /6 jam
Terpasang dower
kateter Produksi urin:
150 ml /6 jam.B5: Bowel Klien mengatakan
mual serta tidak nafsu
makan. Mulut dan
tenggorokan :
Keadaan mulut bersih
Klien mengatakan
mual Mulut dan
tenggorokan : Keadaan
mulut bersih
Abdomen: terdapat B6:Bone Tidak terdapat
masalah dalam
pergerakan sendi baik
ekstermitas atas
maupun bawah
Kulit: warna kulit
kemerahan tidak
sianosis, akral HKM
Tidak terdapat
masalah dalam
pergerakan sendi baik
ekstermitas atas
maupun bawah
Kulit: warna kulit
kemerahan tidak
sianosis, akral HKM
HO
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa klien pertama
mengalami penurunan Hb yang sangat rendah yaitu 5,8 g/dl dan
mengalami peningkatan BUN serta kreatinin dengan hasil masing-masing
yaitu 81 mg/dl dan 6,7 mg/dl, pada pemeriksaan GDA dalam batas normal
yaitu 140 mg/dl. Sedangkan pada klien kedua juga mengalami penurunan
Hb yaitu 8,7 g/dl tidak serendah Hb klien pertama, pada pemeriksaan
BUN
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan diagnostik klien Gagal ginjal
kronik dengan masalah kelebihan volume cairan di ruang
Teratai RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya
Pemeriksaa Klien 1 Klien 2Lab:
Pemeriksaa
n
Darah
-Hb 5,8 g/dl (11.7-15.5
g/dl)
-GDA 140 mg/dl
(<190 mg/dl)
-BUN 81 mg/dl (7-22
mg/dl)
-Hb 8,7 g/dl (11.7-15.5
g/dl)
- GDA 191 mg/dl (<190
mg/dl)
- BUN 73 mg/dl (7-22
mg/dl)
dan Krcatinin juga mengalami peningkatan dengan
hasil masing 73 mg/dl dan 5,8 mg/dl sedangkan pada
pemeriksaan ODA mengalami peningkatan dari nilai
normal yaitu 191 mg/dl
B. Diagnosis Keperawatan
Tabel 4.4 Diagnosis Keperawatan Klien Gagal ginjal
kronik dengan masalah kelebihan volume
cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M.
Soewandhie Surabaya
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa kedua klien mengalami
masalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume
urine, retensi cairan dengan data masing-masing klien pertama mengeluh
sesak napas serta mengeluh bahwa tangan dan kaki
Data Problem EtiolofpKlien 1DS: Kelebihan volume Gagal ginjal kronisKlien mengeluh cairansesak napas Jumlah nefron serta tangan dan menurunkaki bengkak +DO: Nefron yang terserang
Terdengar
suara ronchihancur
pada lapang
dada kanan
15 % nefron hancurkiri. GFR menurun (BUN Tampak kreatinin meningkat)
■ adanya otot ▼■ bantu Keseimbangan cairan
pemapasan elektrolit tergangguOedema di 4kedua kaki Volume cairan tangan serta +
1
palpebra.
Pitting
edema (+)
derajat IH
Kelebihan volume
cairan
1
■
rrsmhg
N:92 x/menit
Produksi
j
m CC 1
klien bengkak dengan tanda RR 26x/menit, TD:140/80, Terpasang 02
masker 6 lpm, Terdengar suara ronchi pada lapang dada kanan dan kiri,
oedema di kedua kaki dan tangan serta palpebra dengan pitting oedemaI
I
derajat 3 sedangkan pada klien kedua juga mengeluh sesak napas,
tangan dan kaki bengkak serta perutnya terasa keras dengan tanda
RR 28x/menit, TD: 160/90, Terpasang 02 masker 6 lpm, Terdengar
suara ronchi pada lapang dada kanan dan kiri, oedema di kedua
kaki dan tangan serta palpebra dengan pitting oedema derajat 4,
serta terdapat asites.
C. Perencanaan
Tabel 4.5 Perencanaan Klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M.
Soewandhie Surabaya
■
DiagnosaKeperawa-tan
PerencanaanTujuan dan
Intervensi RasionalKlien 1
Kelebihan | volume cairan b.d. penurunan volume urine, retensi jcairan peningkatan laldosteron I sekunder | dariI penurunan GFR.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dalam waktu 3 x 24 jam tidak teijadi kelebihan volume cairan sistemik.Kriteria
Hasil:a. Klien
tidak sesak napas
b. Edema berkurang
c. Piting edema
Kaji adanya edema ekstremitas dan wajah
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
Anjurkan klien untuk tirah baring pada saat edema masih teijadi.
Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal danmenurunkan produksi ADH sehingga Posisikan
klien semi fowler
Membantu meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatka
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang pembatasan makanan
Meningkatan pengetahuan klien serta mampu melakukanpembatasan makanan (rendah protein dan
1)membantu memenuhi kebutuhan nutrisi serta menjaga kadar nitrogen
darah.
2)Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resiko terjadinya edema
paru.
3)Berikan injeksi Ranitidin 1 ampul iv
Ondancentron 4 gram per iv.
4)Berikan obat oral captopril 12,5 mg
5)Berikan terapi cairan
Tranfusi darah PRC 200 cc Cairan RL 500 cc Cairan lipofundin
keluarga klien untuk mencatat BAK dan asupan cairan yang di konsumsi.Ukur intake dan output
Batasi pemasukan cairan
dikonsusmsi. Serta meningkatkan kerja sama keluarga dan petugas kesehatan dalam pembatasancairan. _ _ ________ _ Penurunan curah jantung mengakibatkan ganguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, danpenurunan urine output __ _ ____ _ Mencegah kelebihan cairan dalam tubuh
Kolaborasi:1) Berikan dietnephrisol 60
cc2) Berikan
diuretik (furosemid) 5 mg per jam dengan syring pump
250 cc
Aminoleban 500
ccKajiTTV Untuk
mengetahui
peningkatan
jumlah cairan
yang dapat
diketahui dengan
meningkatkan Pertahankan
pemberian
Oksigen
Tambahan
Meningkatkan
sediaan oksigen
untuk kebutuhan
miokard untuk Auskultasi
suara napas
Mendengarkan
suara napas Klien 21
Kelebihan
¡volume
Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
Dalam
waktu 3 x 24
jam tidak
terjadi
kelebihan
volume
cairan
Kaji adanya
edema
ekstremitas dan
Curiga gagal
kongestif/kelebih
an volume [penurun
an
¡volume s
urine,
Anjurkan klien
untuk tirah
baring pada
saat edema
Posisi tersebut
meningkatkan
filtrasi ginjal dan
menurunkan dari
J,
penuruna
n GFR.
Posisikan klien
semi fowler
Membantu
meningkatkan
konsumsi oksigen
dan Berikan
pendidikan
kesehatan
Meningkatan
pengetahuan
klien dan mampu
—' " ml/hr
e. RR dalam
protein dan
garam) dan
protein dan
garam) dan rentang klien serta dikonsusmsi. Sertanormal : 16- keluarga klien meningkatkan 20 x /menit mencatat BAK sama keluarga dan
asupan cairan petugas kesehatankonsumsi. dalam pembatasan
cairan.Ukur intake dan Penurunan curahoutput jantung
mengakibatkan
ganguan perfusi retensi
natrium/air, dan Batasi Mencegah cairan cairan dalam
tubuhKolaborasi: 1) diet rendah
proteinyang sudah di untuk program yaitu insufisiensi protein dan retensi diit 1350 kal yang akan
meningkatkan
BUN. Diet tinggi cadangan energi
dan mengurangi 2) Pemberian 2) Diuretik
diuretik untuk (furosemid) volume plasma
dan
menurunkan
retensi cairan di
jaringan 3) Pemberian
injeksisesuai advis
Ranitidin 1
ampul iv:----------- gram per iv.
Apidra 6 ui
4) Pemberian
obat oral sesuai
advis ISDN 2.5
mg
5) Pemberian KajiTTV Untuk
mengetahui
peningkatan
jumlah cairan
yang dapat
diketahui Pertahankan
pemberian
Oksigen
Tambahan
Meningkatkan
sediaan oksigen
untuk
kebutuhan Auskultasi
suara napas
Mendengarkan
suara napas
Dari perencanaan kedua klien di atas terdapat perbedaan
kolaborasi baik dalam hal pemberian diit (cara dan jenis pemberian
makanan atau nutrisi) dan pemberian obat. Hal ini disesuaikan
dengan
kondisi klien. Pada kasus 1 pemberian diit nephrisol diberikan melalui
B
NGT sedangkan pada kasus 2 dengan nasi dan lauk pauk tetapi pada
dasarnya prinsip pemberian diit sama yaitu diit rendah garam, rendah I
protein dan tinggi kalori.
Pada pemberian obat juga disesuaikan dengan kondisi
klien. Pada kasus 1 tidak ada pemberian obat topikal
sedangkan pada kasus 2 diberikan obat topikal karena
kondisi kulit klien yang gatal pada daerah selangkangan.
Kemudian pada pemberian cairan, pada kasus 1 klien
mendapatkan tranfusi PRC, hal ini dikarenakan pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 5,8 g/dl, klien
juga mendapatkan Cairan RL 500 cc, Cairan lipofundin 250
cc, Aminoleban 500 cc sedangkan pada kasus 2 hanya
mendapatkan RL 500 cc.
D. Pelaksanaan
Tabel 4.6 Implementasi rencana tindakan Klien Gagal ginjal
kronik
dengan masalah kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUP Dr. M.
Soewandhie Surabaya __________________
Klien 1hari rawat 1 Hari rawat 2 Hari rawat 307. 1. Mengkaji 07. 1. Mengkaji 07. 1. Mengkaji45 adanya 45 adanya 55 adanya
edema ekstremita ekstremitekstremitas wajah dan dan wajah Terdapat TerdapatTerdapat di edema diedema di atas dan ekstermitekstermita serta atas danatas dan 2. bawah bawah serta kan klien palpebra
I palpebra tirah 2. ■ 2. 3. hankan H n klien an posisi untuk
tirah baring semi baring3. Klien 3. n klien keadaan hankan fowler semi klien semiKlien dalam 08. 4. fowlerkeadaan 00 catatan Klien
I posisi semi dan keadaanfowler cairan posisi
i i______ i konsumsi i fowler
rawat 1 Hari rawat 2 Hari rawat 3
4. Memberikan 5. Mengukur 4. Mengobserpendidikan intake dan vasi catatan
kesehatan Output BAK dankepada Total intake : asupan dan 2940 cc yang ditentang Produksi urin konsumsipembatasan 24 jam: 2250 08. 5. Mengukurmakanan cc 00 intake dan
(rendah Total Outputprotein dan 2750 cc Total garam) dan + 190 cc 3035 ccminuman 6.Menbatasi Produksi klien. Serta asupan 24 jam :Menganjurk maksimal 2650 cckeluarga 08. 2750 cc Total untuk 15 7.Melakukan :3150 ccmencatat tindakan -115dan asupan kolaborasi: 6.Membatasicairan yang 1) asupankonsumsi. kan diet cairanKeluarga nephrisol maksimalmencatat 60 cc 3150 ccpengeluran 2) 7. Melakukanpemasukan n injeksi
Ranitidin
tindakancairan klien ampul iv 1) Memberidalam Ondance kan dietyang telah tron 4 nephrisolsediakan. per iv. 60 cc
5. Mengukur 3) 2) Memberiintake dan n diuretik kanOutput
Total
(furosemi injeksi5 mg per
jam
Raniti-din 1
ampulProduksi
urin 24 jam:
syring
pump
iv
cc
Total output
: 2050 cc +
n obat
oral
captopril
ampul (10 mg)
per iv.
08.
00
Han rawat 1 Hari rawat 2 Hari rawat 3
6. Membatasi 5 )Memberkan Diphen-asupan terapi hidramimaksimal Tranfusi 1 vial 2050 cc darah mg) per
08. 7.Melakukan 200 cc iv.15 tindakan Cairan RL 500 Furosem
kolaborasi: cc d 20 mg1) Cairan per iv
kan diet lipofundin 3) nephrisol 250 cc kan obat60 cc Aminoleba oral
2) n 500 cc Captoprn injeksi 11. 8.Melakukan 12,5 mgRanitidin 45 observasi Flunariz
ampul iv TTV 5 mgOndance TD: 130/70 Betahistion 4 mmHg 8 mgper iv. S : 37.5 °C 4)
3) Memberik N : 88 x/mnt kan an RR : 23 cairan(furosem x/mnt Cairan) 5 mg 9. RL 500
. jam kan pemberian ccdengan Oksigen 8.Melakukan
syring Tambahan 11. observasipump dengan 30 TTV
4) Memberi kanul 4 lpm TD: 130/80kan obat 12. 10. Melakukan mmHgoral 20 observasi S : 36,5 °Ccaptopri suara napas N:80 12,5 mg tambahan RR:20
5) Memberi Terdengar 11. 9. Melakukankan suara napas 45 observasicairan tambahan suara Tranfusi ronchi pada tambahandarah lapang 200 cc kanan dan
kiri.
u.30
11.45
6) Cairan 500 cc Cairanlipofandin 250 cc A*ninoleban
500 cc S.Melakukan observasi TTVTD:
140/70mmHg S: 37 °C N: 84 x/mnt
RR : 25 x/mnt 9-MempertahankanpemberianOksigenTambahan lO.Melakukan observasi suaranapas tambahan Terdengar suara napas tambahan ronchi pada lapang dada kanan dan kiri
Tidakterdengar suara napas tambahan ronchi pada lapang dada kanan dan kiri.
Klien 2Hari rawat 1 Hari rawat 2 Hari rawat 315.00
1. Mengkaji adanya edema ekstremitas dan wajah serta abdomen Terdapat edema di ekstermitas atas dan
15.00
1. Mengkaji adanya edema ekstremitas dan wajah serta
abdom
15.00
1.Mengkaji adanya edema ekstremitas dan wajah serta abdomen
Hari rawat 1 Hari rawat 2 Hari rawat 32. Terdapat Masih
klien untuk edema di terdapatbaring pada ekstermita edema diedema masih atas dan ekstermi-tasteijadi. bawah atas dan
3. palpebra bawah,klien semi Terdapat edemafowler asites palpebraKlien dalam Perut berkurangkeadaan keras Asites,
semi fowler 2. Memperta- perut tidak4. Memberikan hankan terasa keras
15. pendidikan untuk 2. Memperta 30 kesehatan baring hankan
kepada klien 3. Memperta- klien untukdan keluarga hankan tirah baringtentang posisi 3 .Mempertahpembatasan semi kan posisi
makanan Klien dalam klien semi(rendah keadaan fowlerdan garam) posisi semi Klienminuman fowler dalamklien. Serta 15. 4. keadaanMenganjurk 30 asi posisi semikeluarga BAK dan fowleruntuk asupan 4. Mengobser BAK dan cairan vasi catatanasupan di BAK danyang di 16. 5. Mengukur asupankonsumsi. 00 intake dan cairan yangKeluarga output di konsumsimencatat Total 5.Mengukurpengeluran : 1560 cc 16. intake dan pemasukan Produksi urin 00 outputcairan klien 24 jam: 2300 Total intake dalam kertas cc : 1180ccyang telah di Total Produksi urinsediakan. : 2800 cc 24 jam :
-1240 cc cc
Total output : 2500 cc -1320 cc 6.
Membatasi asupan cairan maksimal 2500 cc
16. 7. Melakukan
20 tindakan
kolaborasi: -Memberikan diit yang sudah di program yaitu diit 1350 kal protein
43.2gram
2) Memberikan injeksi Diuretik furosemid 20 mg Aoidra 6 ui SC
3) Memberika n obat oral ISDN 2,5 mg
4) Memberikan obat topikal Mikona- zole
Hidrokor- tizone
5) Mempertahankan cairan tetap lancar
16.20
Menintake outputintake : 1355 cc Produksi urin
800 cc output : 1300 cc +55
Membatasi asupan cairan maksimal 1300 Melakukan tindaka
kolaborMemberi-
yangsudah di progryaitu 1350 prote43.2gramMemberi obat diure(furosemid ) 5
jam dengan syrinpum
16.20
7.
Membatasi asupan cairan maksimal 2800 cc Melakukan tindakan kolaborasi: 1) Memberi-kan diit yangsudah di program yaitu diit 1350 kal protein 43.2gram2) Membe-rikan injeksi Diuretik furose» mid 20 mgApidra 6ui SC3) Member i-kan obat oral ISD
Menintake outputintake : 1355 cc Produksi urin
800 cc output : 1300 cc +55
Membatasi asupan cairan maksimal 1300 Melakukan tindaka
kolaborMemberi-
yangsudah di progryaitu 1350 prote43.2gramMemberi obat diure(furosemid ) 5
jam dengan syrinpum
Membatasi asupan cairan maksimal 2800 cc Melakukan tindakan kolaborasi: 1) Memberi-kan diit yangsudah di program yaitu diit 1350 kal protein 43.2gram2) Membe-rikan injeksi Diuretik furose» mid 20 mgApidra 6ui SC3) Member i-kan obat oral ISD
menitS: 36,5 °C
zolcHidrokor*tizone
Hari rawat 1 Har rawat 2 Hari rawat 3Apidra 6 ui 5) Memper- CairanSC tahankan RL 5004) Memberi-kan cairan 18. 8. Melakukanobat oral tetap 00 observasiISDN 2,5 mg lancar TTV5) Memberi-kan Cairan TD :obat topikal RL 500 140/70MikonazoleH CC mmHgidrokorti- 18. 8. N : 88zone 00 observasi x/mnt6) Mempertahan TTV RR:kan cairan TD: 23x/tetap lancar mmHg S: 36,7 Cairan RL N: 84 9. 500 cc x/mnt hankan
18. 8.Melakukan RR: pemberi00 observasi TTV 24x/mnt n
TD: 160/70 S: 37 °C TambahmmHg 9. n denganN: 84 x/mnt hankan nasal 4
RR: 26x/menit pemberian lpmS: 36,6 °C Oksigen 18. lO.Melakuka
2. Mempertahan- Tambahan 30 observasipemberian dengan suaraOksigen masker 6 napas
Tambahan lpm tambahamasker 6 lpm 18. 10. Terdeng
3. Melakukan 30 observasi suaraobservasi suara suara napas napasnapas tambahan tambahan tambahaTerdengar suara Terdengar ronchinapas tambahan suara napas padaronchipada tambahan lapang
lapang dada ronchipada rtflriakanan dan lapang kanan
kanan dan kiri.kiri
Implementasi dari kasus 1 dan kasus 2 telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun diatas tetapi dari implementasi diatas juga terdapat
beberapa variasi pemberian obat yang telah diintruksikan oleh dokter seperti pada kasus 1
pada implementasi terdapat tambahan obat Metoclopramid 1 ampul (10 mg) per iv,
Diphenhidramin 1 vial (50 mg) per iv dan menghentikan pemberian obat ondancentron
pada hari ketiga perawatan, padahal pada tahap perencanaan tidak disebutkan obat tersebut.
Hal ini disesuaikan dengan perkembangan kondisi klien. Pada kasus 2 juga sama terdapat
beberapa variasi pemberian obat yang disesuaikan dengan perkembangan kondisi klien
seperti pemberian dosis apidra yang ditingkatkan dari 6 ui menjadi 10 ui kemudian
pemberian terapi cairan Cairan RD 5 500 cc 2/24 jam, Cairan kidmin 200 cc 2/24 jam pada
hari perawatan ke lima, kemudian pada hari perawatan ke enam Cairan kidmin 200 cc 3/24
jam dan pemberian obat injeksi clanexi 500 mg serta obat oral kalitake 5 g, serta pada hari
perawatan ke delapan terdapat penambahan obat oral candesartan 8 mg.
menitS: 36,5 °C
zolcHidrokor*tizone
£. Evaluasi
Tabel 4.7 Evaluasi asuhan keperawatan Klien Gagal ginjal kronik dengan masalah
kelebihan volume cairan di ruang Teratai RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya
L Klien 1t Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat p §: Klien mengeluh S : Klien mengeluh S : Klien masih
sesak napas serta sesak napas, mengeluhmengeluh tangan mengeluh tangan tangan dan
dan kakinya
bengkak.
kakinya
bengkak.kakinya
! 0: 0: 0:Klien dalam Klien dalam Pada semi fowler. semi fowler. tidak Pada auskultasi Pada auskultasi suara terdengar suara terdengar suara ronehi.napas tambahan tambahan Edemaronehi pada lapang dada ekstremitas dada kanan dan kiri. dan bawahEdema Edema palpebraatas dan bawah atas dan bawah berkurang.palpebra. palpebra Pitting Pitting edema Pitting edema derajat IIderajat III. derajat III Observasi Terpasang 02 Terpasang 02 TD : 130/806 lpm. lpm mmHgObservasi TTV Observasi TTV: Nadi: 88 TD: 140/70 TD: 130/90 RR: 20 Nadi: 84 x/menit Nadi: 82 Total intake RR: 25 x/menit. RR: 22 x/menit. 3035 ccTotal Total intake: Total Total Total output: 3150 cc+ 690 +190 cc -115
AiMasalah teratasi Dilakukan A:Masalah sebagian Pemeriksaan sebagian
P: Intervensi Abdomen P: Intervensidilanjutkan. Hasil: Suspect dihentikan
1.2.3.4. 5. 6. 7. 8. 9 chronis
Parenchym
al
Kidneys
Klien
pulang
r------ | | 1.2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 |------ Klien 2
Hari rawat 1 Hari rawat 2 Hari rawat 3klien
mengatakan
masih sesak
napas, kaki
cekot cekot,
perut terasa
keras
0:
Klien dalam
posisi semi
fowler.
Oedema di
ekstremitas atas
dan bawah,
palpebra.
Terdapat asites
Saat palpasi
perut terasa
keras.
S : klien
mengatakan masih
sesak napas, kaki
masih cekot cekot,
perut juga masih
terasa keras O:
Klien dalam posisi
semi fowler.
Oedema di
ekstremitas atas
dan bawah serta
palpebra.
Terdapat asites
Saat palpasi
perut terasa
keras.
Pitting edema (+)
derajat IV,
S : Klien
mengatakan masih
sesak napas, kaki
masih cekot cekot,
bengkak pada kaki
dan tangan O:
Oedema di
ekstremitas atas dan
bawah.
Edema palpebra
berkurang.
Terdapat asites
Saat palpasi
perut tidak
terasa keras
Pitting edema (+)
denyat IV,
Pada auskultasi
paru terdengar Jdari rawat 4 Hari rawat 5 Hari rawat 6S: Klien
mengatakan
S : Klien
mengatakan
S : Klien mengatakan
kaki masih cekot
: intervensi dilanjutkan . 2. 4. 5. 6. 7
Pada tahap evaluasi dari kedua kasus di atas telah sesuai dengan prinsip
evaluasi yaitu menggunakan SOAP tetapi terdapat perbedakan evaluasi hari
perawatan pada kedua kasus. Pada kasus 1 evaluasi berakhir pada hari ketiga
perawatan dengan hasil pada auskultasi tidak terdengar suara tambahan ronchi,
Edema ekstremitas atas dan bawah serta palpebra berkurang, Pitting edema
berkurang pada derajat 11, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 88 x/menit, RR : 20
x/menit sedangkan pada kasus 2 evaluasi berakhir pada hari kesembilan
perawatan dengan hasil, Oedema di ekstremitas atas dan bawah berkurang, tidak
terdapat edema palpebra, terdapat asites, saat palpasi perut tidak terasa keras,
pitting edema berkurang pada derajat III, TD : 140/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit,
RR: 19 x/menit, GDA 127 mg/dl.