1. Konsep Teori Lansia
1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
1.2 Proses Menua (Aging Process)
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992).
Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit
yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang
gairah.
1.3 Teori Proses Menua
1.3.1 Teori – Teori Biologi
(1) Teori Genetik Dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
(2) Pemakaian Dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
(3) Reaksi Dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
(4) Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
(5) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
(6) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
(7) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
(8) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
1.3.2 Teori Kejiwaan Sosial
(1) Aktivitas Atau Kegiatan (Activity Theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
(2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
(3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi
kehilangan ganda (triple loss), yakni :
Kehilangan Peran
Hambatan Kontak Sosial
Berkurangnya Kontak Komitmen
1.3.3 Teori Psikologi
(1) Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain
adalah:
a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang
dapat muncul sebagai akibat tuntutan :
Kematangan fisik
Harapan dan kebudayaan masyarakat
Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954).
(2) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau
ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.
(3) Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana
kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah
mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (delapan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa
pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan
hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan Erikson dengan
mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada
perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi,
dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan
yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan
mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru
sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal
yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan
penurunan harga diri dari orang tua tersebut.
1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian
diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Hurlock (1979)
seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang
menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang
semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya
cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk
selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan
untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian
yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran
5) Kurang ada motivasi
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,
menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri
dan orang lain.
1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetic
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
1.6 Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
1.6.1 Perubahan Fisik
(1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler
(2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu
untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
(3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
(4) Sistem Kardiovaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, tekanan darah meninggi.
(5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
(6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin
(7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada
pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh
pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir
kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
(8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
(9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan
hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh
(10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut – serabut otot, sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kram dan tremor.
1.6.2 Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan
Lingkungan
1.6.3 Perubahan Perubahan Psikososial
Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan
Merasakan atau sadar akan kematian
Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.
1.6.4 Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam
sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2. Konsep Dasar Medis
2.1 Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.(www.medicastore.com)
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan
persendian.
a.Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya
garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )
Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous
atau trabecular )
Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar
adalah tulang cancellous.
Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan
dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap
lutut)
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control
keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses
difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi
kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari
suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap
otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,
khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung
yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair
diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon
dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak
sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-
sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang
memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak
Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua. Ada jangka periode waktu tertentu dimana
individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa
kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya
terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi, diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada proses
menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan.
Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung,
penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan
kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia
tua.
Lebar bahu menurun.
Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
2.3 Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Rematoid
Gangguan Metabolisme
Genetik
Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
2.4 Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi
paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum
diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium
edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan
kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.
2.5 Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Gejala Extraartikular :
a. pada jantung :
Rheumatoid heard diseasure
Valvula lesion (gangguan katub)
Pericarditis
Myocarditis
b. pada mata
Keratokonjungtivitis
Scleritis
c. pada lympa : Lhymphadenopathy
d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. pada otot : Mycsitis
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu
gejala-gejala meningkat
Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab
AR.
Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu
sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu.
2.7 Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis
penyakit ini
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan
untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f) Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
a) Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
Inflamatory)
b) Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
c) Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
d) Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
e) Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
f) Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
g) Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
2.8 Komplikasi
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d) Terjadi splenomegali
3. Konsep Teori Keluarga
3.1 Pengertian Keluarga
1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
3.2 Sruktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri
3.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing
3.4 Ciri-ciri Keluarga Indonesia
1. Suami sebagai pengambil keputusan
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5. Pengambil keputusan
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7. Ikatan kekeluargaan sangat erat
8. Mempunyai semangat gotong-royong
3.5 Macam-macam Struktur/Tipe/Bentuk Keluarga
1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante,
orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :
perceraian atau ditinggal mati
2. Non-Tradisional :
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3.6 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya,
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
3.7 Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
3.8 Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1990) :
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak
pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan keluarga
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia
5 tahun :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia
12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
a) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan
tetap tinggal bersama orang tua :
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
3.9 Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.
Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka,
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.
Peran Perawat Keluarga :
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah
sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama
perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan
harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang
sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus
dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota
tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat
komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat,
dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau
wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat
Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran
serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
4. Konsep Asuhan Keperawatan
4.1 Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
Riwayat keluarga dengan RA
Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
Jenis aktivitas yang dilakukan
Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
Apakah ada gangguan tidur?
Kebiasaan tidur sehari
Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur
6. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
Agama yang dianut?
Adakah gangguan beribadah?
Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
4.2 Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang,
INTERVENSI RASIONAL 1. kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas
(skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
2. berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
3. biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman
pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
4. dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu
pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari
gerakan yang menyentak
5. anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau
mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi
yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi
6. berikan masase yang lembut
kolaborasi
7. beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil
salisilat (aspirin)
1. membantu dalam menentukan kebutuhan
managemen nyeri dan keefektifan program
2. matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
3. pada penyakit berat, tirah baring mungkin
diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera
sendi.
4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas
pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan
6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan
otot
7. Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan
otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau terkontrol
DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot. Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL 1. Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika
diperlukan.
2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal
mungkin.
3. Dorong klien mempertahankan postur tegak,
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
4. Berikan lingkungan yang aman dan
menganjurkan untuk menggunakan alat
bantu. Berikan obat-obatan
1. Untuk mencegah kelelahan dan
mempertahankan kekuatan.
2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
dan stamina umum
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas
4. Menghindari cedera
•
DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulangKriteria hasil : klien dapat mempertahankan keselamatan fisik
INTERVENSI RASIONAL 1. Kendalikan lingkungan dengan :
Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
mengurangi potensial cedera akibat jatuh
ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi
tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan
malam siapkan lampu panggil
2. Izinkan kemandirian dan kebebasan
maksimum dengan memberikan kebebasan
dalam lingkungan yang aman, hindari
penggunaan restrain, ketika pasien melamun
alihkan perhatiannya
1. Lingkungan yang bebas bahaya akan
mengurangi resiko cedera dan
membebaskan keluaraga
2. Hal ini akan memberikan pasien merasa
otonomi, restrain dapat meningkatkan
agitasi, mengegetkan pasien
DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria hasil : Klien dapat memenuihi kebutuhan istirahat tidurINTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan
perubahan yang terjadi.
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukian
dalam pola lama dan lingkungan baru
4. Instruksikan tindakan relaksasi
5. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi:
rendahkan tempat tisdur bila mungkin.
6. Hindari mengganggui bila mungkin, missalnya
membangunkan untuk minum obat atau terapi.
Kolaborasi
7. Berikan sedative, hipotik sesuai indikasi
1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
intervensi yang tepat.
2. Meningkatkan kenyaman tidur serta
dukungan fisiologis/psikologis
3. Bila rutinitas baru mengandung aspek
sebanyak kebiasaan lama, stress dan
ansietas yang berhubungan dapat berkurang,
membantu menginduksi tidur
4. Miningkatkan efek relaksasi
5. Dapat merasakan takut jatuh karena dengan
perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur
member keamanan untuk membantu
mengubah posisi.
6. Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan
rasa segar, dan pasien mingkin tidak mampu
kembali tidur bila terbangun.
7. Mungkin diberikan untuk membantu pasien
tidur atau istirahat
DIAGNOSA 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeriKriteria Hasil : klien dapat melaksanakan aktifitas perawatan diri secara mandiri
INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat fungsi fisik
2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri
dan program latihan
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
lingkungan
1. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan
yang diperlukan
2. Mendukung kemandirian fisik/emosional
3. Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian yang akan meningkatkan harga
diri
4. Idendifikasi untuk perawatan yang diperlukan,
misalnya peninggian dudukan toilet, kursi roda
dll
4. Memberikan kesempatan untuk dapat
melakukan aktivitas secara mandiri
DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.Kriteria hasil mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemampuan keterbatasan
INTERVENSI RASIONAL Mandiri
1. Dorong mengungkapkan masalah mengenai
proses penyakit, harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan
pada pasien/orang dekat. Memastikan
bagaimana pandangan pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari
termasuk aspek-aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai
bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan
4. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan.
5. Perhatikan perilaku menarik diri,
1. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi
rasa takut/kesalahan konsep
mengahadapinya secara langsung
2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruihi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menetukan
kebutuhan terhadap intervensi atau
konseling lebih lanjut
3. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat
dapat mempunyai pengaruh mayor pada
bagaimana pasien memandang dirinya
sendiri
4. Nyeri konstan akan melelahkan dan
perasaan marah, bermuuhan akan umum
terjadi.
5. Dapat menunjukan rasa emosional atau
metode koping maladaptive, membutuhkan
intervensi lebih lanjut atau dukungan
psikilogis.
6. Membantu pasien untuk mempertahankan
6. Susun batasan pada perilaku maladaptive.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping
7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan
perawatan dan jadwal aktifitas.
kolaboratif
8. Rujukan pada konseling psikiatri
9. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
kontrol diri yang dapat meningkatlan
perasaan harga diri.
7. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga
diri, mendorong kemandirian, dan trapi
8. Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama proses
jangka panjang
9. Mungkin dibutuhkan pada saat muncul
depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemampuan koping yang
lebih efektif.
Top Related