BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan dapat memberikan hasil yang menggembirakan tetapi risiko kehamilannya
dapat memberikan bahaya berupa terjadinya kesakitan, kecacatan, bahkan kematian pada ibu
maupun janin yang dikandungnya karena pada dasarnya setiap kehamilan mengandung
risiko.1
Indonesia memiliki angka kematian ibu (AKI) paling tinggi se-Asia Tenggara, yaitu
262 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Angka kematian ibu di
Indonesia menunjukkan penurunan, tetapi masih jauh dari target nasional dalam menurunkan
AKI.Target AKI merupakan suatu komitmen internasional dalam Millenium Development
Goals (MDGs) yang memiliki 8 target yang salah satu targetnya adalah menurunkan angka
kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 sampai tahun 2015. Sehingga untuk
Indonesia, memiliki target AKI sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Saat ini
angka kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2010 mencapai 114/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan di Kota Semarang AKI tahun 2010 adalah 74/100.000 kelahiran hidup.1
Departemen Kesehatan menyusun rencana jangka panjang untuk menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir yang dikenal dengan sebutan Making
Pregnancy Safer (MPS). Terdapat tiga pesan kunci MPS, yaitusetiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.1
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan
kehamilan persalinan dan nifas normal. Oleh karena itu, untuk mencegah komplikasi pada ibu
hamil diperlukan suatu pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Antenatal Care.
Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan.
1
Selain pemeriksaan rutin yang wajib dilaksanakan oleh ibu hamil, perlu dilaksanakan
pendekatan keluarga atau yang disebut dengan pendekatan kedokteran keluarga agar setiap
penatalaksanaan pasien dalam hal ini ibu hamil dapat lebih komprehensif dan
berkesinambungan.
1.2 Tujuan Laporan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan pada ibu
hamil 26 minggu 6 hari dengan anemi.
1.3 Manfaat Laporan
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa
agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien ibu
hamil risiko tinggi.
2
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
II.1 IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. O
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 31 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Wonosari, RT/RW 03/03, Desa Candirejo, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Wonosari, RT/RW 03/03, Desa Candirejo, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
II.2 PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH
3
N
o
Nama Keduduk
an dalam
Keluarga
J
K
Umur
(th)
Pendidikan Pekerjaan Ket
1 Tn.Suramin KK L 31 SMA Buruh Sehat
2 Ny.Okti Istri KK P 31 SMA IRT Sehat
3 Aninda Anak I P 8 SD kelas 2 Siswi Sehat
4 Nur Arif Anak II L 4 Belum
sekolah
- Sehat
5 Tn.Sarinadi Ayah
Suami
L 65 SD Petani Sehat
6 Tn.Semineh Ibu
Suami
P 60 SD :Petani Sehat
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
Gambar 1. Pohon Keluarga
4
MarniMarniSuparnoSuparno
DartiDartiOktiOkti SuponoSuponoSuraminSuramin
II.3 RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH
DILAKUKAN
I. ANAMNESI S
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 22 November 2013 pukul
10.00 WIB di Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur.
a. Keluhan Utama
Pusing sejak 4 minggu yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesma Borobudur dengan keluhan pusing sejak 4 minggu yang lalu.
Pusing dirasakan disertai dengan lemas. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan sejak awal
hamil. Saat ini pasien sedang dalam usia kehamilan 26 minggu 6 hari.
Pasien setiap hari makan teratur 3xsehari, dengan nasi (3 sendok makan),
tempe/tahu/telur, dan sayur. BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, berwarna coklat, dan tidak
ada darah. BAK 4 kali sehari, berwarna kuning, tidak nyeri serta tidak ada darah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien belum pernah merasakan hal yang sama sebelumnya.
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat asma/sesak nafas disangkal
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat trauma daerah perut disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat asma/sesak nafas disangkal
5
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat trauma daerah perut disangkal
e. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku rutin mengkonsumsi vitamin hamil yang diberikan oleh bidan di
Puskesmas Borobudur.
f. Riwayat Haid
Menarche pada usia 13 tahun, haid teratur, banyaknya 3-4 pembalut perhari, siklus 28
hari, lama haid 5-6 hari, nyeri saat haid tidak ada.
g. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x. Pernikahan pada usia 22 tahun. Sudah menikah selama 9 tahun.
h. Riwayat Haid
Menarche pada usia 13 tahun, haid teratur, banyaknya 3-4 pembalut perhari, siklus 28
hari, lama haid 5-6 hari, nyeri saat haid tidak ada.
HPHT : 18 Mei 2013
UK : 26 minggu 6 hari
TP : 25 Februari 2014
h. Riwayat Obstetri
G3P2A0
1. Perempuan, 8 tahun, BBL 3600gram, aterm, lahir spontan di bidan, sehat.
2. Laki-laki, 4 tahun, BBL 3100 gram, aterm, lahir spontan di bidan, sehat
3. Hamil ini
i. Riwayat Antenatal Care
3x di bidan
i. Riwayat KB
Setelah lahir anak pertama memakai KB suntik per 3 bulan, kemudian setelah lahir
anak kedua sampai dengan sebelum hamil memakai KB pil.
6
j. Riwayat Persalinan:
Saat ini kehamilan ketiga pasien, usia 31 tahun, G3P2A0 hamil 26 minggu 6 hari.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal 22 November 2013 pukul 10.15 WIB di Puskesmas Borobudur
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg TB : 160 cm
Nadi : 84 x/menit BB : 48 kg
Suhu : 36,50 C BMI : 18,75
Pernapasan : 20x/menit
b. Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris, sama
tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi (-/-)
- Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, vokal
fremitus simetris, sama kuat
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar tidak dapat dinilai,
peranjakan paru tidak dapat dinilai
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonci (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
7
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordis terlihat pada ICS V 2 cm lateral
dari garis mid klavikularis kiri
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 2 cm lateral dari garis mid klavikularis kiri
- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kiri setinggi
ics IV, batas paru lambung sekitar ics VI, batas jantung kiri setinggi ics V 2 cm garis
midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri setinggi ics III pada garis sternalis kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Buncit, dalam batas normal, bising usus 2x/menit
Ekstremitas
- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)
c. Pemeriksaan Obstetri
- Striae gravidarum (+), linea nigra (+), Tinggi Fundus Uteri (TFU) 25 cm
- Leopold I : teraba bagian lunak (bokong), fundus uteri 3 jari diatas umbilikus
- Leopold II : teraba bagian keras di kanan ibu (punggung kanan)
- Leopold III : teraba bagian keras dan meleting di bawah (kepala)
- Leopold IV : tidak dinilai
- Denyut jantung janin : 140x/menit monoaural leannec
d. Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher : tidak dilakukan
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG
Laboratorium : Hb : 8,4 g/dL
IV. DIAGNOSIS KERJA
Multi gravida, 31 tahun, G3P2A0 Usia kehamilan 26 minggu 6 hari, janin tunggal
hidup intrauterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala dengan
anemia sedang.
V. RENCANA PENATALAKSANAAN
o Medikamentosa :
8
Tablet Fe
Tablet kalsium
o Nonmedikamentosa :
Pemeriksaan kehamilan secara berkala
Hindari aktivitas yang berlebih
Pola makan dengan gizi seimbang
Rencana partus normal
VI. HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien sudah memiliki KMS.
Faktor pendukung :
Pasien rajin kontrol ke bidan
Faktor penghambat:
Tidak ada
Indikator keberhasilan
Adanya kartu KMS ibu
II.4 PERMASALAHAN PASIEN
Tabel 3. Tabel Permasalahan Pada Pasien
No. Risiko & masalah
kesehatan
Rencana pembinaan Sasaran
1. Anemia Edukasi mengenai kontrol
secara rutin, meminum obat
secara rutin, dan makan
makanan bergizi dan teratur
Pasien dan
keluarga
II.5 IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan penderita diperoleh keterangan bahwa saat ini adalah
kehamilan ketiga pasien dan baru kali ini pasien mengalami anemia.
b. Fungsi Psikologis
9
Penderita tinggal bersama suami, kedua orang anak dan kedua orang tau dari suami.
Hubungan antara penderita dengan keluarga baik. Penderita tidak bekerja, sedangkan
suaminya bekerja sebagai buruh kayu. Pasien mempunyai kepribadian yang cukup terbuka
dan ramah terhadap orang lain, serta memiliki hubungan yang baik dengan tetangga
sekitarnya.
c. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien kurang terpenuhi oleh suaminya. Pendapatan
perbulan adalah <Rp. 900.000. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti
listrik dan makan. Pasien mempunyai kartu Jampersal.
d. Fungsi Pendidikan
Penderita bersekolah sampai kelas 3 SMA.
e. Fungsi Religius
Penderita menganut agama Islam, penderita dan keluarga rajin menjalankan ibadah
agama secara rutin (sholat dan mengaji). Penerapan nilai agama dalam keluarga cukup baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Penderita dan keluarga tinggal di Desa Candirejo. Penderita dan keluarga dapat
diterima dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga
penderita tidak aktif dalam kegiatan di lingkungan rumah.
II.6 POLA KONSUMSI PENDERITA
Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah. Jenis
makanan dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut : nasi,
lauk(tahu, tempe, telur), sayur (daun singkong dan bayam), air minum (air putih dan teh).
Pasien jarang mengkonsumsi ayam, daging atau ikan. Air minum berasal dari air sumur
galian yang dimasak sendiri.
II.7 IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
a. Faktor Perilaku
Penderita seorang ibu rumah tangga yang kadang membantu ibunya yang bekerja
sebagai petani.
b. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang tidak padat penduduk, dimana kebersihan di dalam
rumah tidak baik. Pencahayaan di dalam rumah sangat redup dengan diterangi 1 lampu dan
10
sirkulasi udara berjalan lancar. Sumber air minum berasal dari sumur gali bersama dan
dimasak sebelum diminum. Buang air besar menggunakan jamban leher angsa di wc sendiri
dalam rumah yang langsung dibuang ke septictank. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke
halaman belakang rumah dan meresap ke tanah, dan tersedianya tempat pembuangan sampah
di luar rumah.
c. Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Borobudur yang berjarak <10 km.
II.8 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
a. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang, dengan ukuran rumah 9 x 13 m2, bentuk bangunan tidak permanen dengan 1
lantai. Rumah tersebut ditempati oleh 6 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 3
kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1kamar mandi, dan 1 dapur di bagian belakang rumah.
Rumah tidak mempunyai langit-langit, memiliki dinding anyaman bambu, dan lantai
seluruhnya dari tanah. Penerangan dalam rumah dan kamar kurang sehingga rumah terlihat
gelap dan terasa lembab. Ventilasi kurang memadai tanpa adanya jendela yaitu dengan luas
< 10 %. Cahaya matahari hanya masuk lewat pintu. Tata letak barang di rumah tidak rapi.
Sumber air bersih dari sumur galian bersama untuk minum maupun cuci dan masak. Air
minum dimasak sendiri. Fasilitas MCK terdapat kamar mandi yang menggunakan jamban
berleher angsa dan sudah memiliki septictank yang berjarak lebih dari 10 m dari sumber air
minum. Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur, namun asap dapur langsung
mengarah ke pintu belakang rumah. Pembuangan air limbah ke halaman belakang rumah dan
meresap ke tanah. Terdapat tempat pembuangan sampah, sampah dibuang di halaman depan
rumah yang kemudian dibakar. Jalan di depan rumah lebarnya ±3 meter terbuat dari semen.
Kebersihan lingkungan di sekitar rumah cukup.
11
Gambar 3. Denah Rumah
II.9 DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Biologis
Multigravida hamil 26 minggu 6hari dengan anemia sedang
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik
Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.
c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Kesan sosial ekonomi kurang dilihat dari pendapatan suami yaitu Rp. <900.000,-per
bulan.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
Termasuk keluarga yang taat beragama. Hubungan keluarga dan pasien dengan
tetangga baik, komunikasi berjalan dengan lancar. Tidak terdapat keterbatasan hubungan
antara pasien dan masyarakat.
12
KAMAR UTAMA
KAMAR TIDUR 2
RUANG KELUARGA
KAMAR TIDUR III
SPAL
KAMAR TIDUR II
DAPUR
KAMAR TIDUR 3
WC
e. Faktor Perilaku
Pasien tinggal di rumah yang pencahayaan kurang dan ventilasi kurang memadai tanpa
adanya jendela. Lantai tidak kedap air sehingga kebersihan kurang terjaga serta banyak debu.
f. Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup jauh. Jarak antara rumah pasien
dengan puskesmas <10 km.
II.10 DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
Gambar 3. Diagram Realita
13
STATUSKESEHATAN
GENETIK
YANKES LINGKUNGAN
PERILAKU
Puskesmas <10 km
Bidan <5km
Kebersihan kurang
Pencahayaan kurang
Ventilasi kurang
Lantai tidak kedap airPasien terbiasa mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi sebelum hamil dan selama hamil diberikan oleh bidan
Ibu tidak ada riwayat komplikasi kehamilan
II.11 PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga
yang terlibat
Hasil Kegiatan
22
November
2013
Melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium
kepada pasien di Puskesmas
Borobudur.
Pasien Mendapatkan diagnosis kerja
pasien
3
Desember
2013
a. Mengamati keadaan
kesehatan rumah dan
lingkungan sekitar.
b. Melakukan pemeriksaan fisik
di rumah pasien .
c. Menjelaskan kepada
penderita dan keluarga
tentang kehamilannya,
meliputi faktor risiko yang
ada pada pasien dan
penatalaksanaannya.
d. Memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai pentingnya
ANC.
d. Memotivasi pasien dan
keluarga untuk bersama-sama
memperhatikan kehamilan
pasien
e. Memotivasi pasien untuk
mempersiapkan persalinan
pasien baik dari psikologis
Pasien dan
keluarga
Pasien
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
- Terpantaunya
perkembangan kondisi ibu
dan janin
- Pasien dan keluarga
memahami penjelasan
tentang penyakit yang
diberikan
- Pasien dan keluarga
memahami pentingnya
ANC
- Pasien dan keluarga lebih
memperhatikan kehamilan
pasien
- Pasien dan keluarga lebih
mempersiapkan persalinan
pasien baik dari psikologis
14
maupun finansial
f. Menganjurkan kepada pasien
segera memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan apabila
timbul keluhan (kenceng-
kenceng, keluar air atau
darah dari jalan lahir, pusing)
d. Edukasi untuk menggunakan
KB setelah melahirkan.
Pasien dan
keluarga
maupun finansial
- Pasien dan keluarga
memahami tentang anjuran
pemeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan apabila
timbul
- Pasien dan suami lebih
mengerti penggunaan KB
setelah melahirkan
II.12 KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman:
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.
2. Faktor pendukung:
a. Penderita dan keluarga dapat memahami dan menangkappenjelasan yang diberikan
tentang antenatal care dan pola hidup sehat untuk ibu hamil.
b. Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk hidup sehat
3. Faktor penyulit :
a. Kesulitan ekonomi dalam memenuhi gizi selama kehamilan
b. Jauhnya menuju pelayanan kesehatan
4. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui risiko kehamilan dan persalinan pada
kehamilan dengan anemia.
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kehamilan Risiko Tinggi
3.1.1 Definisi
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari, misalnya
terjadinya kematian, kesakitan atau kecacatan pada ibu dan bayinya.2
Faktor risiko adalah karasteristik atau kondisi pada seseorang atau
sekelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan
terjadinya kesakitan atau kematian pada ibu dan atau bayinya. Untuk itu
dibutuhkan sekali kegiatan skrining adanya faktor risiko pada semua ibu hamil
sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan.2,3
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas normal. Dari
definisi tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok risiko tinggi cenderung akan
mengalami mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi baik pada ibu maupun pada
bayinya.2,3
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian
terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau cirri-
ciri yang menyebabkan ibu atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau
kematian. Cara menentukan kehamilan risiko tinggi terdiri dari 2 cara yaitu dengan
cara skoring dan cara kriteria.4
3.1.2 Cara Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi
Cara skoring.5
Kelompok Faktor Risiko I:
Ada – Potensi – Gawat – Obstetrik/APGO dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah.
Tujuh terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur ≥ 35
tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah ≤ 145
cm dan 3 Pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan lalu mengalami
16
perdarahan pascapersalinan dengan infuse/transfuse, uri manual, tindakan
pervaginam, bekas operasi sesar. (masing-masing memilki skor 4)
Kelompok Faktor Risiko II:
Ada – Gawat – Obstetrik/AGO – penyakit ibu, preeclampsia ringan, hamil
kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak lintang.
(masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak lintang dan letak sungsang
dengan skor 8)
Kelompok Faktor Risiko III:
Ada – Gawat – Darurat – Obstetrik/AGDO; perdarahan antepartum dan
preeclampsia berat/eklampsia (masing-masing memiliki skor 8)
Berdasarkan jumlah skor, ada 3 kelompok risiko:
1. Kelompok Non risiko tinggi (KRR) – jumlah skor 2, selama hamil tanpa faktor
risiko.
2. Kelompok Risiko Tinggi (KRT) – jumlah skor 6 – 10, dapat dengan FR
tunggal dari kelompok FR I, II, atau III, dan dengan FR ganda 2 dari kelompok
FR I dan II.
3. Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)–jumlah skor ≥ 12, ibu hamil dengan
FR ganda dua atau tiga dan lebih.
Cara Kriteria
Apabila dalam anamnesis dan pemeriksaan ibu hamil didapatkan satu atau
lebih faktor risiko (kriteria) maka dapat digolongkan sebagai ibu hamil dengan
risiko tinggi.Sedangkan apabila tidak terdapat faktor risiko digolongkan sebagai
faktor risiko rendah.Faktor-faktor risiko atau kriteria ibu hamil risiko tinggi
adalah:5
1. Sehubungan dengan kondisi ibu, yaitu :
- Primigravida usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
- Berat badan ibu tergolong obesitas
- Ukuran lingkar lengan atas ibu hamil kurang dari 23,5 cm
- Tekanan darah systole lebih dari 130 mmHg dan diastole antara lebih dari
95 mmHg
- Jumlah kelahiran anak lebih dari 5
- Jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun
17
2. Sehubungan dengan penyakit, yaitu :
- Terdapat riwayat asma
- Terdapat riwayat hipertensi
- Terdapat riwayat diabetes melitus
- Terdapat riwayat sakit kronik lainnya
3. Sehubungan dengan riwayat persalinan, yaitu :
- Riwayat persalinan prematur
- Riwayat perdarahan
- Riwayat operasi
- Riwayat penyulit persalinan
3.1.3 Komplikasi Ibu Hamil Risiko Tinggi4
Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu:
1. Sehubungan dengan kondisi ibu, yaitu :
- Perdarahan berulang
- Kesulitan dalam persalinan
- Kelelahan dalam persalinan
- Kecacatan ibu dan janin
- Kematian ibu dan janin
2. Sehubungan dengan penyakit, yaitu :
- Sesak nafas
- Kejang
- Koma
- Perdarahan berulang
- Penurunan daya tahan tubuh
- Kesulitan dalam persalinan
- Kematian ibu dan janin
3. Sehubungan dengan riwayat persalinan, yaitu :
- Perdarahan berulang
- Robekan dalam rahim
- Kesulitan dalam persalinan
- Kematian ibu dan janin
18
3.1.4 Hubungan Usia Ibu dengan Kehamilan3,4
Usia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20 – 35
tahun. Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun maupun di atas 35
tahun. Wanita yang hamil di usia muda, belum mencapai kematangan fisik dan
mental yang cukup. Kehamilan di usia muda akan menghabiskan persediaan makan
yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bagi seorang gadis yang
sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga wanita yang hamil di usia muda,
berisiko menderita berbagai komplikasi seperti anemia, preeklampsia, eklampsia
dan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Sedangkan
kehamilan pada usia tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk
mendapatkan penyulit kehamilan (preeklampsia – eklampsia, plasenta previa)
maupun penyulit persalinan (bedah caesar, perdarahan postpartum).
3.1.5 Infeksi dalam Kehamilan
Infeksi dalam kehamilan berdasarkan penyebabnya dikelompokan menjadi
tiga penyebab yaitu :
- Infeksi virus, meliputi varisela zoster, influenza, parotitis, rubeola, virus
pernapasan, enterovirus, parfovirus, rubella, sitomegalovirus.
- Infeksi bakteri meliputi streptokokus grup A, streptokokus grup B, listeriosis,
salmonella, sigela, morbus hansen.
- Infeksi protozoa meliputi toksoplasmosis, amubiasis.
Terdapat empat jenis penyakit infeksi yang berbahaya bagi janin apabila
infeksi ini diderita oleh ibu hamil, di mana keempat penyakit infeksi ini dikenal
dengan istilah TORCH yaitu toksoplasma, rubella, sitomegalovirus dan herpes.
3.1.6 Hubungan Jarak Kehamilan terhadap Kehamilan
Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan
yang pertama dengan kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya
agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya, dan berisiko terjadi anemia dalam
kehamilan karena setelah cadangan zat besi ibu hamil pulih akhirnya terkuras
untuk keperluan janin yang dikandungnya.
19
3.1.7 Pengaruh Nutrisi pada Kehamilan
Peningkatan berat badan yang optimal dan sehat selama hamil diharapkan
akan mencapai usia hamil yang cukup bulan (aterm), tumbuh kembang janin yang
baik, komplikasi selama hamil dan persalinan yang minimal dan pada akhirnya
akan menunjang kondisi ibu selama masa laktasi dan sesudahnya. Ibu hamil yang
underweight ( BMI < 19,8 ) dengan peningkatan berat badan selama hamil tidak
adekuat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (< 2500 gr ), sebaliknya
ibu hamil yang overweight ( BMI > 26,0 ) dengan peningkatan berat badan selama
hamil berlebihan akan melahirkan bayi dengan berat lahir yang tinggi melebihi
yang seharusnya (makrosomi).
Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) dimaksudkan untuk mengetahui
prevalensi wanita usia subur umur 20-35 tahun dan ibu hamil yang menderita
Kurang Energi Kalori (KEK). Kurang energy kalori pada ibu hamil bisa terjadi
karena konsumsi energi maupun protein mengalami kekurangan dalam jangka
waktu yang lama. Ambang batas LiLA pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5
cm. Wanita yang memiliki risiko KEK adalah wanita dengan LiLA kurang dari
23,5 cm. Di mana pada wanita yang mengalami KEK ini cenderung akan
mengalami anemia gizi yang nantinya dapat menyebabkan komplikasi saat
kehamilan, persalian, maupun masa nifas.
3.1.8 Anemia dalam Kehamilan
Wanita yang sedang hamil sering mengalami anemia. Batasan anemia pada
ibu hamil ialah bila kadar Hb kurang dari 11 g/dl pada trimester ke-1 dan ke-3 dan
pada trimester kedua kurang dari 10,5 g/dl. Hal ini terjadi karena peningkatan
volume plasma, sedangkan pada akhir kehamilan plasma menurun dan massa
hemoglobin meningkat terus.
Kebutuhan besi dalam kehamilan yaitu 1 gram, di mana 300 mg ditujukan
untuk janin, sisanya untuk perkembangan ibu dan plasenta. Pengaruh anemia
dalam kehamilan ialah kemungkinan peningkatan risiko kelahiran preterm.Wanita
hamil yang mengalami anemia berat bisa menjadi lelah berlebihan, nafas tersengal,
dan sakit kepala berkunang-kunang. Risiko persalinan preterm dan infeksi setelah
melahirkan pun akan meningkat.8
20
3.1.9 Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu disamping perdarahan dan infeksi.Di Indonesia preeklampsia dan
eklamsia masih merupakan penyebab dari kematian ibu.Sebagai batasan hipertensi
dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dan tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan proteinuria.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan antara lain:
Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai
dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak dijumpai keluhan
dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir ditegakkan pasca
persalinan.
Hipertensi kronis adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan,
selama kehamilan sampai sesudah masa nifas. Tidak ditemukan keluhan dan
tanda-tanda preeklampsia lainnya.
Superimposed preeklampsia adalah gejala dan tanda-tanda preeklampsia
muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya
menderita hipertensi kronis
Preeklamsia ringan, preeklampsia berat, eklampsia :
a. Preeklampsia ringan adalah jika tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada
usia kehamialn > 20 minggu, proteinuria > 300 mg dalam 24 jam atau
dipstick+1.
b. Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah > 160/110 mmHg ,
proteinuria ≥ +2 (usia kehamilan > 20 minggu).
c. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma.
Sebelumnya wanita ini menunjukkan gejala-gejala preeklampsia berat
(kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik).
3.1.10 Diabetes Mellitus dalam Kehamilan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pembagian
diabetes mellitus pada kehamilan:
21
1. DM yang memamg sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi
hamil (DM hamil = DM progestasional). Sebagian besar termasuk golongan
IDDM (Insulin Dependent DM)
2. DM yang baru saja ditemukan pada saat kehamilan (DM Gestasional =
DMG). Umumnya termasuk golongan IIDDM (Non Insulin Dependent DM).
DMG sendiri dibagi dua sub kelompok, yaitu :
Sudah mengidap DM sebelumnya, tetapi baru diketahui pada saat hamil
(sama dengan DMH).
Belum pernah mengidap DM dan baru mengidap DM pada masa kehamilan
(Pregnancy-Induced Diabetes Mellitus). Merupakan DMG sesungguhnya,
sesuai dengan definisi lama WHO 1980.
Kedua sub-kelompok ini baru dapat dibedakan setelah dilakukan tes toleransi
glukosa oral (TTGO) ulangan pasca persalinan. Untuk sub kelompok DMH, hasil
TTGO pasca persalinan masih tetap abnormal, sedangkan untuk DMG hasil akan
kembali normal.
3.1.11 Hubungan Riwayat Perdarahan dengan Kehamilan
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda
sering dikaitkan dengan kejadian abortus. Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari
satu penyebab. Penyebab terbanyak di antaranya adalah sebagi berikut:
Faktor genetik, translokasi parental keseimbangan genetik
- Mendelian
- Multifaktor
- Robertsonian
- Resiprokal
Kelainan kongenital uterus
- Anomali duktus Mulleri
- Septum uterus
- Uterus bikornis
- Inkompetensi serviks uterus
22
- Mioma uteri
- Sindroma Asherman
Autoimun
- Aloimun
- Mediasi imunitas humoral
- Mediasi imunitas seluler
Defek fase luteal
- Faktor endokrin eksternal
- Antibodi antitiroid hormon
- Sintesis LH yang tinggi
Infeksi
Hematologik
Lingkungan
Abortus dibedakan berdasar gejala, tanda, dan proses patologi yang terjadi:
a. Abortus iminens
Abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali perdarahan pervaginam. Ostium
uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dan tes kehamilan urin masih positif. Pemeriksaan USG diperlukan untuk
mengatahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta
apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
b. Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa
mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus
masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih
positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih
sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih
jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan
serviks uterus dan pembukaannya.
c. Abortus kompletus
23
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.
d. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus di
mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum.perdarahan biasanya masih masih terjadi jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok
hemoragik sebelum sisa jaringan komsepsi dikeluarkan.
e. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan. Penderita biasanya tidak merasakan
keluhan apa pun. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif
setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
f. Abortus habitualis
Abortus habitualis ialah abostus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Penyebab abortus habitualis selain inkompetensi serviks
banyak yang mengaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan
reaksi terhadap antigen lymphocite trophoblast cross reactive. Bila reaksi
terhadap antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan terjadi abortus.
g. Abortus infeksiosus, abortus septik
Abostus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran
darah tubuh atau peritoneum. Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi
tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang
memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan lebih tua terutama setelah
melewati trimester III disebut perdarahan antepartum terdiri dari plasenta previa,
solutio plasenta, dan vasa previa.
24
3.1.12 Usaha Pencegahan Kematian Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi
Usaha pencegahan kematian ibu hamil dapat dimulai dari dalam keluarga,
maupun karena keluarga merupakan orang terdekat dari ibu hamil dan dapat
memberikan pengawasan sehari-hari. Oleh sebab itu, perlu dibicarakan dengan ibu
hamil, suami, dan keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan yang
aman. Keluarga dapat ikut berperan serta dalam mengambil keputusan untuk
mempersiapkan mental ibu dan merencanakan biaya, transportasi, dan kebutuhan
lainnya jauh sebelum persalinan sehingga menuju ke kepatuhan untuk Rujukan
Dini Berencana dan Rujukan Tepat Waktu.Di mana sebagian besar kematian ibu
disebabkan oleh 4 terlambat (4T), antara lain 3,4:
1. Terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi
2. Terlambat mengambil keputusan
3. Terlambat memperoleh transportasi
4. Terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai.
Oleh karena itu, diupayakan untuk mencegah 4T dengan cara :
1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi.
2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga.
3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan.
4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai.
3.2 Keluarga Berencana Rasional
Seorang perempuan telah dapat melahirkan segera setelah ia mendapat haid yang
pertama (menarche). Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati
haid (menopause). Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk
ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun pada persalinan pertama dan kedua dengan jarak
antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun. Agar dapat memperkecil risiko pada
kehamilan, perlu pengaturan masa kehamilan salah satunya dengan menggunakan alat
kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang dipilih sudah seharusnya sesuai dengan tujuan dari
pengggunaan alat kontrasepsi atau yang disebut dengan pemilihan kontrasepsi yang
rasional. Pola pemilihan kontrasepsi yang rasional adalah sebagai berikut:6,7
a. Fase Menunda Kehamilan (usia ibu < 20 tahun)
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
25
- Reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%,
karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
- Efektifitas tinggi, artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian alat
kontrasepsi ini kecil, karena kegagalan akan menyebabkan kehamilan dengan
risiko tinggi.
Kontrasepsi yang cocok :
- Pil prioritas oleh karena reversibilitas tinggi
- IUD
- Sederhana
- Implan
- Suntikan
b. Fase Menjarangkan Kehamilan (usia ibu 20-35 tahun)
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
- Efektifitas cukup tinggi
- Reversibilitas cukup tinggi, karena peserta masih mengharapkan punya anak
lagi
- Dapat dipakai 3 sampai 4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang
direncanakan
- Tidak menghambat air susu ibu (ASI)
Kontrasepsi yang cocok :
- IUD
- Suntikan
- Minipil
- Pil
- Implan
- Sederhana
c. Fase Tidak Hamil Lagi (usia ibu > 35 tahun)
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
- Efektifitas sangat tinggi
- Dapat dipakai untuk jangka panjang
- Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Beberapa kelainan pada usia tua
seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya
meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang
menambah kelainan tersebut.
26
Kontrasepsi yang cocok :
- Steril
- IUD
- Implan
- Suntikan
- Sederhana
- Pil
3.3 Kedokteran Keluarga
3.3.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus
mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk
sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik,
ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-
nikah sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah
tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas
hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga
perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan
anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor
keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya
berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
27
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah
laku yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan
penampilan dan pola perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan
berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga
adalah yang berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan
dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya
dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga
hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola
penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu,
kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang
mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
3.3.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga
agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga
dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam
pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga
untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan
bila memahami profil dan fungsi keluarga.
28
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi
kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran
perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik,
yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga.
Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan
terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.
BAB IV
ANEMIA PADA KEHAMILAN
29
4.1 Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah kurang dari 12%
gram, sedangkan anemia ringan dalam kehamilan adalah kondisi ibu dimana jumlah
eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun sampai 9 - 10 % gram pada
usia kehamilan 4-7 bulan, sehingga terjadi penurunan transportasi oksigen dari paru ke
janin.8
Jadi Anemia bukan penyakit kurang darah, tapi kurangnya sel darah merah karena
jumlah protein sel darah merah yang rendah dalam darah.8
4.2 Patofisiologi
Kebutuhan darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia,
akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibanding dengan bertambahnya plasma,
sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian
diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pengenceran
meringankan kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, sebagai
akibat hidremia cardiac output meningkat. Akibat defisiensi Fe sehingga unsur-unsur
dalam sirkulasi darah berkurang, jumlah Hb dalam tubuh berkurang dan kekurangan ini
terutama terjadi di hati, limfa, dan sumsum tulang sehingga menyebabkan anemia
ringan.
4.3 Etiologi
Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh kekurangan bahan pembentuk protein
sel darah merah dan perdarahan secara mendadak bahkan tidak jarang keduanya saling
berhubungan. Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:9
a. Kurangnya bahan pembentuk protein sel darah merah dalam makanan yang
dikonsumsi, Kebutuhannya bagi ibu hamil sekitar 1000 mg:
1) 500 mg untuk meningkatkan jumlah sel darah merah.
2) 300 mg untuk bayi.
3) 200 mg untuk mangganti kehilangan bahan pembentuk protein sel darah merah
setiap hari.
30
Rata-rata ibu hamil normal perlu menyerap 3,5 mg setiap hari atau menyerap 20%
yang masuk.
b. Penyerapan bahan pembentuk protein sel darah merah yang tidak sempurna akibat
mencret yang sudah berlangsung lama, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan
seperti: lambung. Bahan pembentuk protein sel darah merah diserap dari saluran
pencernaan. Sebagian besar diserap dari usu halus bagian atas terutama usus 12 jari.
Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka penyerapan dari saluran pencernaan
menjadi tidak sempurna. Hal itu menyebabkan kurangnya jumlah bahan pembentuk
protein sel darah merah didalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah
terhambat.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi berat, luka, kanker dan
perdarahan pada lambung dan usus akibat tindakan pemberian obat. Kehilangan
banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan bahan pembentuk protein
sel darah merah dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
d. Kurang gizi (Malnutrisi).
e. Penyakit-penyakit yang sudah berlangsung lama seperti TBC paru,cacing usus,
malaria.
4.4 Gejala Anemia Pada Ibu Hamil8
a. Pucat.
b. Sering pusing.
c. Lemah, lelah, letih, lesu, lunglai.
d. Nafas terengah-engah.
e. Nyeri dada.
f. Mata berkunang-kunang.
g. Lidah luka.
h. Nafsu makan turun.
i. Mual dan muntah yang berlebihan pada hamil muda.
4.5 Akibat Anemia Pada Ibu Hamil8
31
a. Akibat anemia pada usia kehamilan 3 bulan pertama:
1) Dapat terjadi keguguran
2) Cacat bawaan
b. Akibat anemia pada usia kehamilan 4-9 bulan:
1) Persalinan belum cukup bulan
2) Perdarahan dalam melahirkan
3) Gangguan pertumbuhan bayi dalam kandungan
4) Bayi kekurangan oksigen dalam kandungan sampai menyebabkan kematian
5) Mudah terkena infeksi
c. Akibat anemia saat melahirkan:
1) Gangguan kekuatan mengejan
2) Melahirkan berlangsung lama
3) Tertahannya plasenta dan perdarahan saat melahirkan
d. Akibat anemia terhadap bayi:
1) Kematian dalam kandungan
2) Cacat bawaan
3) Kecerdasannya rendah
4) Bayi lahir dengan anemia
5) Berat badan bayi lahir kecil
4.6 Diagnosis Anemia Pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa.
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.8
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat suhu. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
- Hb 11 g% Tidak anemia
- Hb 9-10 g% Anemia ringan
- Hb 7-8 g% Anemia sedang
- Hb <7 g% Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I
dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa setiap ibu hamil mengalami anemia,
maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di
puskesmas.
32
4.7 Faktor Predisposisi Anemia Pada Ibu Hamil8,9
a. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai
risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan
keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu
dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka
semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka
presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya
kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar.
Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.
b. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk
mengalami anemia dibanding yang paritas rendah
c. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah
jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi
yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya
kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
d. Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil
diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. semakin rendah pengetahuan
kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
e. Pemeriksaan Antenatal Care
33
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
profesional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB,
Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care
kurang atau tidak ada sama sekali maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia.
f. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran
keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1
jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani
dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting
dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang
dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan
asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko untuk
mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.
4.8 Pemeriksaan
Selama pemeriksaan kehamilan yang pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan
darah yang dapat membantu dokter atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia
atau tidak. Pemeriksaan darah biasanya meliputi:
Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin
- protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke
jaringan tubuh. Nilai Normal pada wanita dewasa adalah 12-16 gr/dL
Pada pemeriksaan danpengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Sachli,dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitutrimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
34
3. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat(9)
Pemeriksaan Hematokrit. Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah
dalam cairan plasma darah. Nilai normal wanita dewasa adalah 37-43%.
Nilai Eritrosit Rata-Rata (Mean corpuscular values)
Nilai eritrositrata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga Indeks eritrosit/
sel darah merah merupakan bagian dari pemeriksaan laboratoriumhitung darah lengkap
(Complete blood count) yang memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata
eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit.Biasanya digunakan
untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu
sedikit eritrosit/ sel darah merah). Indeks/ nilai yang biasanya dipakai antara lain :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume
rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan fermatoliter/ rata-rata ukuran eritrosit.
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),
yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,
dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gram hemoglobin per
dL eritrosit”)
Cara penetapan nilai:
Nilai untuk MCV, MCH dan MCHC diperhitungkan dari nilai-nila ; (a) hemoglobin (Hb),
(b) hematokrit (Ht), dan (c) Hitung eritrosit/ sel darah merah (E). Kemudian nilai-nilai
tersebut dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
1. MCV (VER) = 10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)
2. MCH (HER) = 10 x Hb : E, satuan pikogram (pg)
3. MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
Nilai normal :
1. MCV: 82-92 femtoliter
2. MCH: 27-31 picograms / sel
35
3. MCHC: 32-37 gram / desiliter
Tujuan penetapan nilai eritrosit rata-rata
Eritrosit/ sel darah merah berfungsi sebagai tranportasi hemoglobin dengan kata
lain juga mentranportasikan oksigen (O2), maka jumlah oksigen (O2) yang diterima oleh
jaringan bergantung kepada jumlah dan fungsi dari eritrosit/ sel darah merah dan
Hemoglobin-nya.
Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan MCH dan MCHC
mencerminkan isi hemoglobin eritrosit.Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini
digunakan untuk mendiagnosis jenis anemia yang nantinya dapat dihungkan dengan
penyebab anemia tersebut. Anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan
jumlah Hb per eritrosit (MCH) :
Anemia mikrositik : nilai MCV kecil dari batas bawah normal
Anemia normositik : nilai MCV dalam batas normal
Anemia makrositik : nilai MCV besar dari batas atas normal
Anemia hipokrom : nilai MCH kecil dari batas bawah normal
Anemia normokrom : nilai MCH dalam batas normal
Anemia hiperkrom : nilai MCH besar dari batas atas normal
Interpretasi hasil abnormal:
Tujuan akhir dari penetapan nilai-nilai ini adalah untuk mendiagnosis penyebab anemia.
Berikut ini adalah jenis anemia dan penyebabnya:
Normositik normokrom , anemia disebabkan oleh hilangnya darah tiba-tiba, katup
jantung buatan, sepsis, tumor, penyakit jangka panjang atau anemia aplastik.
Mikrositik hipokrom , anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, keracunan
timbal, atau talasemia.
Mikrositik normokrom , anemia disebabkan oleh kekurangan hormon eritropoietin
dari gagal ginjal.
Makrositik normokrom , anemia disebabkan oleh kemoterapi, kekurangan folat,
atau vitamin B-12 defisiensi
Pemeriksaan Total Iron Binding Capacity
36
Pemeriksaan TIBC dilakukan untuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam
sirkulasi darah. TIBC setara dengan total transferin dalam tubuh.Pada anemia defisiensi
besi dengan pemeriksaan status besi (Fe) didapatkan kadar Fe menurun dan TIBC
meningkat. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC yang dapat diperoleh dengan cara [Fe
serum/TIBC] x 100% merupakan nilai yang menggambarkan suplai Fe ke eritroid sumsum
tulang, dan sebagai penilaian terbaik untuk mengetahui pertukaran Fe antara plasma dan
cadangan Fe dalam tubuh. Bila saturasi transferin < 16% menunjukkan suplai besi yang
tidak adekuat untuk mendukung eritropoiesis, < 7% diagnosis anemia defisiensi besi dapat
ditegakkan, sedangkan 7-16% dapat digunakan untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi
bila didukung oleh nilai MCV yang rendah atau pemeriksaan lainnya.
4.9 Penatalaksanaan pada Ibu Hamil dengan Anemia9
a. Memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada trimester
III untuk mengetahui apakah kadar Hb ibu dibawah 11 g'%.
b. Pemenuhan kalori 300 kalor/hari dan suplemen zat besi 60 mg/hari.
c. Pada anemia defisiensi besi yaitu dengan preparat besi : fero sulfat, fero gluconat atau
Na-feri bisitrat. Pemberian prefarat 60 mg/hari.
d. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan perlunya minum tablet zat
besi.
e. Sarankan ibu hamil untuk tetap minum tablet zat besi l x l perhari.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Angka Kematian Ibu. Diunduh dari
37
http://www.menegpp.go.id/v2/index.php/datadaninformasi/kesehatan?
download=23%3Angka-kematian-ibu-melahirkan-aki. Diakses pada tanggal 3 Desember
2013.
2. Abdul Bari Syaifuddin, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke –
1, cetakan ke – 3, JNPKKR – POGI, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta 2002, hal 03-336
3. Susan Mattson, Irene M. Bobak, add all, Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi-4, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 2005, hal 605-609.
4. Kehamilan Risiko Tinggi. Diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/569/Kehamilan_Risiko_Tinggi.html. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2013.
5. Rochyati,Poedji, Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengenalan Faktor Risiko Deteksi
Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Cetakan-1, Airlangga University Press, Surabaya, 2003, hal
27-128.
6. Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN . Maret, 2005.BKKBN,
1999.Kependudukan KB dan KIA. Bandung, Balai Litbang. NRC-POGI, 1996.Buku
Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.Makalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia, diunduh dari http://www.bkkbn.go.id/2010/05/bgdb-
xykll.html . Diakses pada tanggal 14 Juli 2013.
7. Moore JG, Hacker NF. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2002.
Mochtar R. Sinopsis Obstetri.
8. Anemia pada kehamilan, diunduh dari http://med.unhas.ac.id/obgin/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=85. Diakses pada tanggal 3 Desember 2013.
9. Hamil Tanpa Anemia. Diunduh dari
http://medicastore.com/artikel/253/Hamil_Tanpa_Anemia.html. Diakses pada tanggal 3
Desember 2013.
38