KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
TRIWULAN IV
website : www.bi.go.id email : [email protected]
2014
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
VISI BANK INDONESIA :
kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA :
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas;
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk
mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi
pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional;
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan
akses dan kepentingan nasional;
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :
-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity,
Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah
xvii
Aktiva Produktif
Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan
tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran
kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan
risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin
kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah
mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang
diberikan kepada perorangan.
Kualitas Kredit
Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan
kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5
kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,
tabungan atau deposito.
DAFTAR ISTILAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah
xviii
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap
dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum
konvensional.
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).
Inflasi Administered Price
Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam
kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan
bakar).
Inflasi Inti
Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan
agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan
ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food
Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk
dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya
beras).
Kliring
Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta
kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet
Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan
penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada
penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang
memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal)
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah
xix
dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit
kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan
secara nasional.
Kliring Kredit
Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung
oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa
menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang
diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII)
Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.
Non Core Deposit (NCD)
Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.
Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan
10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)
Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin
timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar
PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang
Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi
agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah
100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah
xx
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin
rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net
Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)
Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan
seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta
pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan
pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring
kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kata Pengantar
iii
BUKU Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Riau ini merupakan
terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan
perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan
ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 dengan penekanan
kajian pada kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi,
Perbankan dan Sistem Pembayaran, Ketenagakerjaan dan Prakiraan Perkembangan
Ekonomi Daerah pada triwulan I 2015. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan
bulanan bank umum, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank
Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.
Tujuan dari penyusunan buku KEKR ini adalah untuk memberikan informasi kepada
stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,
dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak
lain yang membutuhkan.
Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan
buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi
sangat diharapkan.
Pekanbaru, 20 Februari 2015
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau
Mahdi Muhammad Direktur
KATA PENGANTAR
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kata Pengantar
iv
duduk di rumah memegang amanah
duduk di tanah memegang petuah
duduk di kampung menjadi payung
duduk di banjar bertunjuk ajar
duduk di ladang tenggang menenggang
duduk di negeri tahukan diri
duduk di dusun ia penyantun
duduk beramai elok perangai
apa tanda Melayu bertuah,
tahu berguru pada yang sudah
tahu berbuat pada yang ada
tahu memandang jauh ke muka
apa tanda Melayu terbilang,
dada lapang pandangan panjang
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Daftar Isi
iv
HALAMAN
Kata Pengantar ..................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................... iv
Daftar Tabel ......................................................................................................... vii
Daftar Grafik ........................................................................................................ ix
Daftar Gambar...................................................................................................... xiii
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih............................................................................ xiv
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ 1
BAB 1. KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................. 8
1.
2.
Kondisi Umum...........................................................................
PDRB Sisi Penggunaan...............................................................
8
9
2.1. Konsumsi ..................................................................... 10
2.2 Investasi ....................................................................... 12
2.3 Ekspor dan Impor ......................................................... 13
2.3.1. Ekspor ................................................................
2.3.2. Impor .................................................................
13
16
3. PDRB Sektoral ........................................................................... 17
3.1. Sektor Pertanian ........................................................... 19
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................... 19
3.3. Sektor Industri Pengolahan ........................................... 20
3.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...................... 22
3.5. Sektor Konstruksi.......................................................... 23
Boks 1 Perubahan Tahun Dasar PDB/PDRB Berbasis SNA 2008
Boks 2 Prospek Industri Kelapa Sawit Provinsi Riau
DAFTAR ISI
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Daftar Isi
v
HALAMAN
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................................................... 26
1. Kondisi Umum........................................................................... 26
2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy)
2.1. Inflasi Kota.........................................................................
2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru..............................................
2.1.2. Inflasi Kota Dumai....................................................
2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan............................................
2.2. Disagregasi Inflasi...............................................................
2.2.1.Inflasi Inti (Core)........................................................
2.2.2. Inflasi Volatile Foods.................................................
2.2.3. Inflasi Administered Price..........................................
27
31
31
32
33
34
35
36
37
Boks 3. Dampak Penyesuaian Harga BBM, Tarif Tenaga Listrik, dan harga LPG
12 Kg Terhadap Kinerja Perusahaan
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH 39
1. Kondisi Umum........................................................................... 39
2. 41
2.1. Perkembangan Bank Umum ... .................................... 41
2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor ...................... 41
2.1.2. Perkembangan Aset ............................................. 41
2.1.3. Kredit ...................................... 42
2.1.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit........... 42
2.1.3.2. Konsentrasi Kredit ................................. 43
2.1.3.3. Penyaluran Kredit UMKM 47
2.1.3.4. Kelonggaran Tarik (Undisbursed Loan) 49
2.1.3.5. Risiko Kredit ... 50
2.1.4. Dana Pihak Ketiga . 52
2.1.5. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) 55
2.1.6. Profitabilitas ... 55
2.1.6.1. Spread Bunga . 55
2.1.6.2. Pendapatan dan Beban Bunga ... 56
2.2. Perbankan Syariah ......................................................... 58
2.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S) .. 59
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Daftar Isi
vi
HALAMAN
3.Perkembangan Transaksi Pembayaran............................................. 60
3.1. Kondisi Umum ..................................................... 62
3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai....................... 62
3.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow-Outflow).... 62
3.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar .. 63
3.2.3. Uang Rupiah Tidak Asli . 64
3.3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai . 65
3.3.1. Transaksi Kliring . 65
3.3.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) .. 65
BAB 4 KONDISI KEUANGAN DAERAH ........................................................... 68
1. Kondisi Umum .......................................................................... 68
2. Realisasi APBD 2013.................................................................. 69
2.1. Realisasi Pendapatan..................................................... 69
2.2. Realisasi Belanja............................................................. 70
BAB 5 KESEJAHTERAAN DAERAH.................................. ............................ 72
1. Kondisi Umum ....... 72
2. Kemiskinan............ ....... 73
2.1. Penduduk Miskin Riau...................................................... 73
2.2. Garis Kemiskinan Riau ..................................................... 74
2.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan
Kemiskinan (P2) Riau .................................................................
75
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN 77
1. ....... 77
2. Perkiraan Inflasi...... ................ 79
Daftar Istilah xvii
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Daftar Isi
vii
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel
vii
HALAMAN
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan
Dengan Migas (yoy) ........................................................................ 10
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi
Penggunaan Dengan Migas(yoy) ..................................................... 10
Tabel 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas
Riau (Ribu Ton) .............................................................................. 14
Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral
Dengan Migas (yoy,%) ................................................................... 18
Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi Sektoral
(yoy,%) (yoy,%) ............................................................................ 19
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau
(dalam Rp Juta) ............................................................................. 40
Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum di
Riau Triwulan IV 2014 ..................................................................... 41
Tabel 3.3. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau
(dalam Rp juta) .............................................................................. 42
Tabel 3.4. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau
(Rp juta) ........................................................................................ 44
Tabel 3.5. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi
Proyek Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau (Rp juta) ................. 46
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Riau (Rp juta) ...................... 47
Tabel 3.7. NPLs Kredit UMKM di Provinsi Riau Tw IV 2014
Menurut Sektor Ekonomi ................................................................ 48
DAFTAR TABEL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel
viii
Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi
(Rp juta) ........................................................................................ 48
Tabel 3.9. Sebaran Kredit UMKM menurut Jenis Penggunaan
(Rp juta) ........................................................................................ 49
Tabel 3.10. NPLs Per Sektor Ekonomi di Provinsi Riau ........................................ 51
Tabel 3.11. NPLs Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau .......................... 51
Tabel 3.12. Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar) ............................... 52
Tabel 3.13. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut
Kepemilikan (Rp juta) .................................................................... 53
Tabel 3.14. Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten
di Provinsi Riau .............................................................................. 54
Tabel 3.15. Indikator Kinerja Utama PerbankanSyariah di
Provinsi Riau (Rp juta) .................................................................... 58
Tabel 3.16. Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau
(dalam Rp juta) ............................................................................. 60
Tabel 3.17. Perkembangan Penyaluran KUR di Riau .......................................... 61
Tabel 3.18. Perkembangan Nilai BI-RTGS di Provinsi Riau
Triwulan IV 2014 (dalam Rp miliar) ................................................. 66
Tabel 3.19. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan
IV 2014 ........................................................................................ 67
Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Riau Tahun 2013 dan 2014 ........................ 69
Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau
Triwulan IV-2013 dan Triwulan IV 2014 (Rp miliar) ............................ 70
Tabel 4.3. Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Riau
Triwulan IV-2013 danTriwulan IV 2014 (Rp miliar) ............................. 71
Tabel 6.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual dan
Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2015 .............................. 78
Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan
Inflasi Riau Triwulan I 2015 ......................................................... 79
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik
ix
HALAMAN
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%) .... 9
Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Durable Goods ................................................ 11
Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Multiguna ........................................................ 11
Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Perumahan ..................................................... 11
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ....................................... 11
Grafik 1.6. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau 2011-2014 ................ 12
Grafik 1.7. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 2011-2014 Provinsi Riau ........... 12
Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau ......... 13
Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau ....... 13
Grafik 1.10.Perkembangan Penjualan Ritel, Indeks Produksi,
FAI-Sk Kanan Tiongkok ..................................................................... 15
Grafik 1.11. Ekspor CPO dan Turunan Riau ......................................................... 15
Grafik 1.12. Pulp and Paper Riau ........................................................................ 15
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau ................................. 16
Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau ............................ 16
Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor Migas dan Non Migas Provinsi Riau ..... 16
Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau
Menurut Wilayah Tujuan ................................................................ 16
17
Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau .......... 17
Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi .......................................... 17
Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier ......................... 18
Grafik 1.21. Kontribusi Volume Komponen Impor Triwulan IV 2014 ................... 18
Grafik 1.22. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan,
dan Peternakan .............................................................................. 20
Grafik 1.23. Pertumbuhan Subsektor dalam Sektor Pertanian ............................. 20
DAFTAR GRAFIK
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik
x
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi di Provinsi Riau ........... 21
Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan
Lokasi Proyek di Provinsi Riau ......................................................... 21
Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi CPO Dunia .............................................. 22
Grafik 1.27. Perkembangan KapasitasTerpakai Indutri Pengolahan ..................... 22
Grafik 1.28. Perkembangan Harga TBS Domestik dan CPO Global ...................... 22
Grafik 1.29. Perkembangan Ekspor CPO dan Turunan Provinsi Riau .................... 22
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan,
Minuman dan Tembakau di Riau ..................................................... 23
Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit ......... 23
Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Perdagangan Berdasarkan
Lokasi Bank di Riau 23
Grafik 1.33. Konsumsi Semen Riau ...................................................................... 24
Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Konstruksi Lokasi Proyek Riau ........................ 24
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi di Riau dan Nasional (yoy) ................................ 28
Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan KelompokBarang
dan Jasa yang di Survey (yoy) ........................................................... 28
Gr afik 2.3. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq) ............. 29
Grafik 2.4. Historis Inflasi selama Tw IV di Provinsi Riau (qtq) .............................. 30
Grafik 2.5. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
yang di Survei Tw III-2014 di Riau (qtq) 31
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata
Historis Tw IV (2009-2013) .............................................................. 32
Grafik 2.7. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
di Kota Pekanbaru Tw IV- 2014 ....................................................... 32
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kota Dumai dan Rata-rata
Historis Tw IV (2009-2013) .............................................................. 33
Grafik 2.9. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan
Jasa di Kota Dumai Tw IV-2014 ...................................................... 33
Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa di Kota Tembilahan
Tw IV-2014 Sumber : BPS, diolah .................................................. 33
Grafik 2.11. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy) ............................................ 34
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy) .................................. 35
Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ............................ 35
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik
xi
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas Dunia ................................................... 35
Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Tradables Goods
dan Non Tradable Goods (yoy) ...................................................... 35
Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy) ............................. 36
Grafik 2.17. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan
37
Grafik 2.18. Perkembangan inflasi Administered Price 38
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Riau ............................. 41
Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok .......... 41
Grafik 3.3. Perkembangan Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) .......... 45
Grafik 3.4. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq) ... 45
Grafik 3.5. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy) ... 45
Grafik 3.6. Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan .......................... 46
Grafik 3.7. Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan .......................... 49
Grafik 3.8. Perkembangan NPL Grossdi Provinsi Riau ......................................... 50
Grafik 3.9. Perkembangan Jumlah Rekening Dana ............................................. 54
Grafik 3.10. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau ............................................... 55
Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Rata-Rata Tertimbang Kredit
dan Deposito 3 Bulan .................................................................... 56
Grafik 3.12. Komposisi Pendapatan Bunga (Rp miliar) ........................................ 57
Grafik 3.13. Komposisi Beban Bunga (Rp miliar) ................................................ 57
Grafik 3.14. Perkembangan Pendapatan, Beban Bunga serta
Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum di Riau .............................. 58
Grafik 3.15. KUR menurut Sektor Ekonomi ........................................................ 61
Grafik 3.16. KUR menurut Jenis Penggunaan ..................................................... 61
Grafik 3.17. Perkembangan Inflow dan Outflow ................................................ 63
Grafik 3.18. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang
Dimusnahkan Terhadap Inflow di Provinsi Riau .............................. 64
Grafik 3.19. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau . 64
Grafik 3.20. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau ............................. 65
Grafik 5.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ................. 73
Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin ......................................... 74
Grafik 5.3. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau ...................................... 75
Grafik 5.4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau .................. 76
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik
xii
Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau .................... 76
Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Perkiraan Pengeluaran Dibandingkan
3 Bulan yang Mendatang ................................................................ 78
Grafik 6.2. Perkembangan Harga Minyak WTI .................................................... 78
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Riau
Triwulan I 2015 .......................................................................................... 80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar
xiii
HALAMAN
Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional
dibandingkan dengan Historisnya (yoy).....................................
27
DAFTAR GAMBAR
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar
xiv
Halaman ini sengaja dikosongkan
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel Indikator
xv
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Indeks Harga Konsumen*) :
- Kota Pekanbaru 111.13 111.89 114.51 119.56
- Kota Dumai 111.27 112.62 115.02 119.60
- Kota Tembilahan 116.05 117.61 120.11 124.06
Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :
- Kota Pekanbaru 7.38 6.17 5.50 8.53
- Kota Dumai 7.26 6.78 5.88 8.53
- Kota Tembilahan 12.59 10.64 8.91 10.06
Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 3.93 2.90 2.67 1.05
Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) 2,988.85 2,833.27 3,075.96 3,162.66
Volume Ekspor Non Migas (ribu Ton) 4,442.86 4,119.36 4,548.42 5,196.40
Nilai Impor Non Migas (Juta USD) 407.21 351.21 380.77 299.12
Volume Impor Non Migas (ribu Ton) 542.25 585.34 602.44 686.66
INDIKATOR
(dalam Rp juta) Tw I Tw II Tw III Tw IV
Bank Umum
Total Aset 73,201,701 82,036,875 86,572,336 85,652,213
DPK 54,466,287 60,795,211 63,383,834 64,143,197
- Giro 12,556,764 16,863,613 14,828,129 13,723,591
- Tabungan 27,363,917 26,936,859 27,586,835 29,478,220
- Deposito 14,545,606 16,994,736 20,968,870 20,941,386
Kredit - berdasarkan lokasi proyek 67,020,254 72,391,925 71,441,476 74,731,969
LDR - Lokasi Proyek (%) 123.05 119.08 112.71 116.51
Kredit 48,487,679 50,668,252 50,978,867 52,283,437
- Modal Kerja 14,871,302 15,620,041 15,971,702 16,318,273
- Investasi 15,482,142 16,292,777 16,080,635 16,621,249
- Konsumsi 18,134,236 18,755,434 18,926,530 19,343,915
- LDR (%) 89.02 83.34 80.43 81.51
- NPL (%) 3.32 3.54 3.57 3.46
Kredit UMKM 18,094,921 19,753,458 19,687,770 20,032,690
- Mikro 4,424,699 5,210,241 4,940,401 5,402,536
- Kecil 7,030,433 7,279,402 7,669,811 7,531,647
- Menengah 6,639,789 7,263,815 7,077,558 7,098,507
NPL MKM (%) 5.12 5.82 5.99 5.49
BPR
Total Aset 1,102,376 1,091,313 1,106,417 1,160,162
DPK 748,775 744,336 770,216 809,748
- Tabungan (RpMiliar) 336,569 345,835 352,030 356,075
- Deposito (Rp ) 412,206 398,502 418,186 453,673
Kredit - berdasarkan lokasi proyek 762,700 782,561 815,127 836,111
Rasio NPL 15.47 15.78 15.56 13.75
LDR 101.86 105.14 105.83 103.26
B. PERBANKAN
2014
2014
A. INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel Indikator
xvi
C. SISTEM PEMBAYARAN
I II III IV
247,524 2,250,641 2,610,379 3,154,898
1,884,781 1,135,202 2,330,869 721,361
2,132,305 3,385,843 4,941,248 3,876,259
Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 380,769 317,520 196,336 249,464
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 73,538 97,703 90,461 104,120
Volume Transaksi RTGS (lembar) 47,244 48,670 48,509 52,078
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,226 1,656 1,413 1,578
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 787 825 758 789
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 199,841 251,359 189,004 182,239
Volume Tolakan Cek/BG Kosong 5,522 6,931 5,737 5,415
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 3,331 4,260 3,150 2,988
Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 60 59 60 61
2014
Inflow
Outflow
Posisi Kas Gabungan
INDIKATOR
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
1
I. GAMBARAN UMUM
Kinerja ekonomi Riau pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2014 mencapai
2,62% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 2,49%
(yoy). Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara triwulanan pada
triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2014, yaitu dari
2,67% (yoy) menjadi 1,05% (yoy).
RINGKASAN EKSEKUTIF
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
2
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 juga didorong oleh
pertumbuhan sektor pertanian. Sementara pertumbuhan sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi mengalami
perlambatan. Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan mengalami kontraksi
yang lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari sisi penggunaan, peningkatan ekonomi utamanya disebabkan oleh masih
kuatnya perekonomian domestik yang tercermin dari meningkatnya
pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara pertumbuhan investasi
masih tercatat positif meskipun cenderung mengalami perlambatan. Dari sisi
eksternal, membaiknya kinerja ekspor dan menurunnya impor memberikan
kontribusi yang positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau.
II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 dari sisi
penggunaan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang
tercatat meningkat dibandingkan triwulan III 2014, yakni dari 7,11% (yoy)
menjadi 8,59% (yoy). Berbeda dengan konsumsi rumah tangga,
perkembangan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah
Tangga (LNPRT) mengalami perlambatan, sementara perkembangan
konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar 3,25% (yoy). Dari
sisi eksternal, perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan
IV 2014 mengalami penurunan yaitu dari kontraksi sebesar 5,65% (yoy)
pada triwulan III 2014 menjadi kontraksi sebesar 37,93% (yoy). Hal serupa
juga terjadi pada perkembangan impor yang tercatat mengalami kontraksi
sebesar 37,94% (yoy) dari tumbuh sebesar 0,99% (yoy) pada triwulan
sebelumnya.
Dari sisi sektoral, kondisi perekonomian Provinsi Riau pada triwulan IV 2014
secara sektoral menunjukkan perkembangan yang kurang
menggembirakan. Hal ini tercermin dari penurunan kinerja sektor utama
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian
mengalami kontraksi yang lebih dalam pada triwulan laporan, sementara
itu perlambatan terjadi pada sektor industri pengolahan, dan sektor
Pertumbuhan ekonomi Riau di triwulan VI 2014 kembali mengalami perlambatan.
Motor penggerak ekonomi Riau pada triwulan IV 2014 masih berasal dari konsumsi.
Secara sektoral, perlambatan ekonomi utamanya disumbang oleh sektor
pertambangan.
Penurunan pertumbuhan ekonomi didorong oleh melambatnya sektor industri pengolahan dan kontraksi yang lebih dalam pada sektor pertambangan.
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
3
perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, dan
sektor konstruksi. Sementara. Meningkatnya kinerja sektor pertanian
menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan
laporan.
III. ASSESMEN INFLASI
Inflasi Riau pada triwulan IV 2014 (yoy) tercatat sebesar 8,65%, meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,81%. Kondisi
ini sejalan dengan perkembangan inflasi nasional yang juga menunjukkan
peningkatan dari 4,53% pada triwulan III 2014 menjadi 8,36% pada
triwulan IV 2014. Namun demikian, bila dibandingkan dengan rata-rata
historisnya sejak 2009-2013, inflasi Riau pada triwulan IV 2014 masih
tercatat lebih rendah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Riau pada
triwulan IV 2014 masih berada di luar sasaran inflasi nasional tahun 2014
yang ditetapkan sebesar 4,5% 1%. Secara tahunan, peningkatan inflasi
Riau disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered price. Faktor
yang menyebabkan tingginya inflasi pada kelompok administered price,
antara lain kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi pada November
2014. Kenaikan tarif dasar listrik (TTL) yang terjadi pada November 2014
dan penyesuaian harga LPG pada September 2014 lalu juga memberi
tekanan terhadap inflasi kelompok administered price.
Bila dilihat dari kota yang disurvei di Provinsi Riau, inflasi tertinggi masih
terjadi di Kota Tembilahan yaitu mencapai 10,06% (yoy), diikuti oleh Kota
Dumai dan Kota Pekanbaru masing-masing-masing berada pada level yang
sama yaitu 8,53% (yoy). Tekanan inflasi pada ketiga kota tersebut
menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sumber peningkatan inflasi Riau pada triwulan IV 2014 berdasarkan
kelompok barang dan jasa yang disurvei, berasal dari peningkatan inflasi
kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, dan kelompok
makanan jadi
Faktor utama penyebab meningkatnya inflasi Riau pada triwulan IV 2014 didominasi oleh kenaikan BBM
bersubsidi.
Kota Pekanbaru tercatat mengalami inflasi sebesar 8,53% (yoy), Kota Dumai sebesar 8,53% (yoy), dan Kota Tembilahan sebesar 10,06% (yoy).
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
4
IV. ASSESMEN KEUANGAN
Perbankan
Kinerja perbankan Riau pada triwulan laporan relatif lebih baik bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari
pertumbuhan aset perbankan Riau yang mencapai Rp86,81 triliun atau
meningkat dari 7,27% (yoy) menjadi 11,43% (yoy). Sejalan dengan
pertumbuhan aset, kredit perbankan Riau juga tumbuh membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 7,22% (yoy) menjadi 7,31%
(yoy), atau secara nominal mencapai Rp53,12 triliun. Dana Pihak Ketiga
(DPK) bank umum di provinsi Riau pada triwulan IV tercatat tumbuh
sebesar 15,52% (yoy) menjadi Rp64,14 triliun, meningkat jika
dibandingkan triwulan III yang tumbuh sebesar 11,44 % (yoy).
Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Provinsi Riau pada triwulan
laporan tercatat mengalami peningkatan dari 80,43% pada triwulan III
2014 menjadi 81,78%. NPLs kredit bank umum pada periode pelaporan
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari
3,57% menjadi 3,23%.
Total kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) oleh bank umum di Provinsi Riau mencapai Rp20,03 triliun pada
triwulan IV 2014, jumlah ini tumbuh meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari 13,51% (yoy) menjadi 13,73%(yoy). Porsi kredit
yang diserap UMKM dari total kredit yang diberikan bank umum di Provinsi
Riau tercatat stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar
38,32%. NPL tertinggi pada Kredit UMKM berada pada sektor konstruksi
yaitu sebesar 8,53% yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 6,46% dan sektor jasa-jasa sebesar 5,69%.
Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan
aset dan dana masih menunjukkan arah negatif dibandingkan periode yang
sama pada tahun lalu, namun pembiayaan masih tercatat tumbuh positif
serta meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2014
aset perbankan syariah terkontraksi sebesar 4,34% (yoy) sehingga menjadi
Penyaluran kredit kepada UMKM tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
Kegiatan usaha perbankan Riau cenderung membaik tercermin dari peningkatan pertumbuhan aset, DPK dan kredit
Intermediasi perbankan mengalami peningkatan disertai dengan meningkatnya kualitas kredit
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
5
Rp 4,89 triliun. Share asset bank umum syariah terhadap aset perbankan
secara keseluruhan pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau adalah sebesar
5,63%, turun jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang
mencapai 5,85%. Jumlah bank syariah maupun kantor cabang bank syariah
di Provinsi Riau tidak berubah dibandingkan dengan periode yang lalu,
tercatat beroperasi 13 bank syariah di lingkup wilayah Provinsi Riau yaitu11
bank umum dan 2 BPR.
Pada triwulan laporan, aset BPR/S tercatat tumbuh meningkat dari 4,00%
(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,84% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan aset didorong oleh adanya peningkatan pada pertumbuhan
dana yang dihimpun yaitu dari 9,66% (yoy) menjadi 12,26% (yoy). DPK yang
dihimpun BPR/S pada triwulan IV 2014 mencapai Rp809,75 miliar. Jumlah
kredit yang disalurkan mencapai Rp836,11 miliar atau tumbuh 11,35%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
7,68% (yoy).
Keuangan Daerah
Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau hingga
akhir tahun 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Realisasi anggaran pendapatan Provinsi Riau pada triwulan IV 2014
mencapai 106,39% atau sebesar Rp7,87 triliun. Sementara, realisasi
anggaran belanjanya tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp5,54 triliun atau
sekitar 62,59% dari total anggaran yang dialokasikan.
V. PROSPEK
Perekonomian Daerah
Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan I-2015 secara umum
diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan IV 2014.
Pertumbuhan ekonomi Riau secara tahunan diperkirakan berada pada
kisaran 1,5-2,1% (yoy). Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan
diperkirakan masih berasal dari konsumsi domestik, sementara perbaikan
Realisasi alokasi APBD daerah hingga triwulan IV 2014 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
6
kinerja sektor utama diperkirakan akan mendorong pertumbuhan
perekonomian Riau pada triwulan I 2015.
Ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan diperkirakan
masih ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah
tangga, meskipun diperkirakan tumbuh melambat. Kondisi ini sejalan
dengan perkembangan indeks perkiraan pengeluaran dibandingkan 3
bulan yang akan datang cenderung melambat berdasarkan survei
konsumen Bank Indonesia. Konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan
mengalami kontraksi, terkait dengan realisasi anggaran yang masih minim
di awal tahun, sementara investasi diperkirakan relatif stabil dibandingkan
triwulan sebelumnya. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan belum
membaik sejalan dengan penurunan harga komoditas global yang
didorong oleh penurunan harga minyak dunia dan masih terbatasnya
perbaikan perekonomian global.
Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan mengalami
perlambatan pada triwulan I 2015 terkait dengan tingkat curah hujan yang
mulai menurun pada bulan Februari-Maret 2015. Di sisi lain,
perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan akan relatif
meningkat sehubungan dengan meningkatnya pasokan bahan baku yang
tercermin dari peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014.
Meskipun demikian, terdapat risiko yang berpotensi membawa
pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside
risks). Kondisi ini utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang tidak
produktif yang diperkirakan berpotensi mengakibatkan pertumbuhan
sektor pertambangan migas masih mengalami kontraksi. Di sisi lain, salah
satu faktor yang berpotensi membawa pertumbuhan menyentuh batas atas
(upside risks) adalah potensi pemulihan ekonomi negara mitra dagang
utama Riau dan negara berkembang (emerging market) di kawasan Asia
serta peningkatan harga komoditas internasional yang diperkirakan akan
memberikan spill over positif bagi kinerja ekspor utama Riau.
Prospek perekonomian Riau pada triwulan I 2015 diperkirakan relatif meningkat yakni berada pada kisaran 1,5%-2,1% (yoy).
GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Ringkasan Eksekutif
7
Inflasi
Inflasi Riau pada triwulan mendatang diperkirakan akan cenderung
menurun, yaitu berada pada kisaran 6,5-7,5% (yoy). Sedangkan secara
triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar (0,50)-0,05% (qtq). Inflasi Riau
pada triwulan I 2015 diperkirakan masih akan berasal dari inflasi
administered price dan inflasi volatile food. Inflasi kelompok administered
price utamanya diperkirakan akibat belum meredanya dampak penyesuaian
harga BBM bersubsidi, terutama pada tarif angkutan. Meskipun demikian,
adanya penurunan harga solar sebesar Rp200 yang mulai diberlakukan
sejak pertengahan Februari 2015 diperkirakan akan menahan laju
peningkatan inflasi pada kelompok ini. Peningkatan inflasi volatile food
diperkirakan bersumber dari rencana kenaikan harga beras di daerah Jawa
sebesar 30% pada akhir Februari. Selain itu, adanya rencana kenaikan HPP
(harga pokok produksi) beras diperkirakan juga akan berkontribusi
terhadap peningkatan inflasi Riau.
Namun terdapat,beberapa faktor yang diidentifikasi berpotensi membawa
inflasi melewati batas atas kisaran proyeksi (upside risks) antara lain, (i) nilai
tukar rupiah yang kembali terdepresiasi mengingat perbaikan kondisi
perekonomian global yang masih terbatas sehingga akan mendorong
peningkatan inflasi pada barang-barang impor, dan (iii) rencana pemerintah
menaikkan tarif dasar listrik.
Proyeksi inflasi pada triwulan I-20145 diperkirakan mencapai 6,5%-
7,5% (yoy)
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
8
1. KONDISI UMUM
Kinerja ekonomi Riau pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2014 mencapai
2,62% (yoy)1, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 2,49%
(yoy). Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara triwulanan pada
triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2014, yaitu dari
2,67% (yoy) menjadi 1,05% (yoy).
1 Angka pertumbuhan berdasarkan ADHK 2010. Penjelasan terkait perubahan tahun dasar perhitungan PDRB terdapat pada box 1 buku kajian ini.
Bab 1 KONDISI EKONOMI
MAKRO REGIONAL
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
9
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%)
Sumber: BPS
Peningkatan ekonomi Riau pada tahun 2014 utamanya disebabkan oleh
meningkatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi. Sementara sektor
industri pengolahan tercatat mengalami perlambatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Di sisi lain, sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih
dalam pada tahun 2014. Perkembangan perekonomian Provinsi Riau pada triwulan
IV 2014 tidak jauh berbeda dengan perkembangan total tahun 2014. Pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 juga didorong oleh pertumbuhan
sektor pertanian. Sementara pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, dan sektor konstruksi mengalami perlambatan. Di sisi lain, kinerja
sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Dari sisi penggunaan, peningkatan ekonomi utamanya disebabkan oleh masih
kuatnya perekonomian domestik yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga. Tingkat inflasi yang relatif menurun hingga awal triwulan
IV 2014 diperkirakan mendorong perbaikan daya beli masyarakat Provinsi Riau.
Sementara pertumbuhan investasi masih tercatat positif meskipun cenderung
mengalami perlambatan. Kondisi ini disebabkan oleh perilaku investor yang bersifat
wait and see untuk melakukan investasi di tahun politik ini. Dari sisi eksternal,
membaiknya kinerja ekspor dan menurunnya impor memberikan kontribusi yang
positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.
2. PDRB SISI PENGGUNAAN
Pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2014 dan triwulan IV 2014 dari sisi penggunaan
utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Meningkatnya pertumbuhan
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
10
konsumsi disebabkan karena masih kuatnya optimisme konsumen. Kondisi ini
sejalan dengan tingkat inflasi yang cenderung menurun sejak awal tahun 2014,
sehingga mampu mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, membaiknya ekspor
juga menjadi faktor yang menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi Riau
pada tahun 2014.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Tahun 2014 Sisi Penggunaan (yoy)
2.1. Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 tercatat
meningkat dibandingkan triwulan III 2014, yakni dari 7,11% (yoy) menjadi 8,59%
(yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh tingkat keyakinan
konsumen yang masih bergerak di level optimis, meskipun cenderung mengalami
penurunan pada akhir tahun yang disebabkan oleh faktor kenaikan harga BBM
Kategori 2010 2011 2012 2013 2014*Sumber
Pertumbuhan (%)
Konsumsi RT 4,58 7,54 6,74 6,76 7,23 2,04
Konsumsi LNPRT (1,12) 5,96 6,29 8,09 15,53 0,06
Konsumsi Pemerintah 0,11 4,99 0,79 8,75 (3,58) (0,13)
PMTB 4,52 15,93 9,65 5,40 1,62 0,39
Perubahan Inventori (4,67) 97,42 (16,94) (6,98) (3,99) (0,17)
Ekspor Luar Negeri (33,00) 7,80 38,21 (10,46) 2,92 1,16
Impor Luar Negeri 22,74 43,66 13,61 (6,30) (13,01) (0,61)
PDRB 4,94 5,57 3,76 2,49 2,62 2,62
Sumber: BPS, diolah
Ket: *) Data sangat sementara
Kategori Tw I 2014* Tw II 2014* Tw III 2014* Tw IV 2014*
Konsumsi RT 6,46 6,72 7,11 8,59
Konsumsi LNPRT 19,81 20,10 12,88 10,22
Konsumsi Pemerintah (1,68) (3,24) (5,91) (3,25)
PMTB 2,57 2,36 1,09 0,52
Perubahan Inventori 23,13 (13,56) 36,89 3,83
Ekspor Luar Negeri 45,11 41,89 (5,65) (37,93)
Impor Luar Negeri 3,60 (10,22) 0,99 (37,94)
PDRB 3,93 2,90 2,67 1,05
Sumber: BPS, diolah
Ket: *) Data sangat sementara
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
11
bersubsidi. Kondisi ini diperkirakan juga didorong oleh meningkatnya tingkat
konsumsi masyarakat karena faktor libur akhir tahun dan libur sekolah serta
perayaan natal dan tahun baru.
Selain itu, masih kuatnya pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari kegiatan
konsumsi yang dibiayai melalui kredit perbankan, khususnya untuk kredit
multiguna, dan kredit durable goods. Peningkatan pada kredit multiguna dan
durable goods diperkirakan sebagai dampak dari faktor musim liburan menyambut
akhir tahun. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan penyaluran kredit
perumahan dan kredit kendaraan bermotor menjadi faktor yang menahan laju
pertumbuhan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga. Penurunan ini
diperkirakan merupakan dampak dari kebijakan Loan to Value (LTV) dan kenaikan
suku bunga perbankan.
Secara tahunan, perkembangan konsumsi rumah tangga Provinsi Riau juga tercatat
mengalami peningkatan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan
merupakan dampak dari tingkat inflasi yang cenderung turun hingga awal triwulan
IV 2014. Kondisi ini tentunya mempengaruhi daya beli masyarakat. Meskipun
Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Durable
Goods
Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Multiguna
Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Perumahan
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit
Kendaraan Bermotor
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
12
demikian, penurunan harga komoditas ekspor utama Riau sejak pertengahan tahun
2014 diperkirakan menjadi penghambat laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga
untuk tumbuh lebih tinggi lagi.
Berbeda dengan konsumsi rumah tangga, perkembangan konsumsi Lembaga Non
Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami perlambatan. Sementara
itu, perkembangan konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar
3,25% (yoy). Kondisi ini diperkirakan akibat realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)2 yang mengalami penundaan di awal tahun dan terdapat
perubahan nomenklatur pemerintahan sehingga total realisasi pada akhir tahun
mengalami penurunan yang siginifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini
tercermin dari masih rendahnya realisasi anggaran belanja pemerintah pada akhir
tahun 2014.
2.2. Investasi (PMTB)
Secara tahunan, perkembangan investasi di Provinsi Riau pada tahun 2014
melambat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 5,40% (yoy) menjadi 1,62% (yoy).
Perlambatan ini diduga akibat perilaku investor yang cenderung menunda investasi
atau wait and see akibat penurunan harga komoditas global, terutama komoditas
ekspor utama Riau. Selain itu, terlaksananya pemilu presiden dan wakil presiden
pada tahun 2014 diperkirakan juga mempengaruhi perilaku investor dalam
melakukan investasi.
2 Penjelasan terkait APBD dapat dilihat pada BAB 4 buku kajian ini
Grafik 1.6. Pergerakan Indeks Keyakinan
Konsumen Riau 2011-2014
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 1.7. Realisasi Belanja Pemerintah
Daerah 2011-2014 Provinsi Riau
Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau
86,2
76,63
84,17
62,59
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2011 2012 2013 2014
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
13
Perkembangan investasi (PMTB) di Riau pada triwulan IV 2014 juga masih
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,09% (yoy)
menjadi 0,52% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena masih terbatasnya perbaikan
perekonomian global dan rendahnya harga komoditas global sehingga investasi
pelaku usaha relatif terbatas. Perlambatan investasi di sektor migas diduga juga
menjadi pemicu perlambatan ivestasi secara total. Melambatnya investasi di sektor
migas diperkirakan karena sektor ini menjadi semakin kurang prospektif terkait
minimnya penemuan sumur minyak baru yang produktif. Berdasarkan liaison3 Bank
Indonesia sebagian besar pelaku usaha hanya melakukan investasi rutin untuk
maintenance dalam rangka menjaga kualitas produksi. Namun demikian,
pertumbuhan PMA dan PMDN di Provinsi Riau cenderung mengalami peningkatan.
2.3. Ekspor dan Impor
2.3.1. Ekspor
Perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 mengalami
penurunan yaitu dari kontraksi sebesar 5,65% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi
kontraksi sebesar 37,93% (yoy). Meskipun demikian, perkembangan ekspor luar
negeri Riau masih mengalami peningkatan di tahun 2014 dibandingkan tahun
2013 yang lalu. Perlambatan ekspor Riau pada triwulan laporan diperkirakan
berasal dari perlambatan ekspor migas dan ekspor non migas. Kinerja ekspor migas
Riau diperkirakan juga mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kinerja
sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan. Perlambatan
pertumbuhan ekspor luar negeri non migas Riau pada triwulan laporan
3Survei liaison Bank Indonesia kepada beberapa pelaku usaha di sektor utama Riau
Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau
Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
yo
y,%
Rp
Tri
liu
n
Nilai PMA Nilai PMDN Nilai (kiri) g. Nilai (RHS)
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
yoy,
%
PMDN PMA Proyek g. Proyek (RHS)
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
14
diperkirakan akibat masih belum pulihnya permintaan negara tujuan ekspor utama
Provinsi Riau, seperti Tiongkok dan Jepang.
Berdasarkan komoditasnya, penurunan ekspor non migas Riau pada triwulan
laporan didorong oleh penurunan ekspor batubara, karet, pulp dan kertas.
Penurunan ekspor batubara disebabkan oleh pelaku usaha belum mendapatkan
izin ekspor. Pada triwulan IV 2014, Provinsi Riau tidak mencatatkan ekspor
batubara. Berdasarkan informasi contact liaison, penurunan kinerja ekspor
batubara diperkirakan masih akan berlanjut hingga triwulan I 2015.
Sementara itu, penurunan ekspor karet disebabkan oleh masih berlanjutnya
penurunan harga karet internasional. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan harga
minyak dunia yang mempengaruhi harga karet olahan (karet sintetis), dalam hal ini
merupakan komoditas substitusi dari karet olahan Riau. Selain itu, kondisi
permintaan dari negara tujuan ekspor utama juga belum mengalami perbaikan,
dalam hal ini yaitu Tiongkok. Hal ini juga tercermin dari pelemahan indeks produksi
Tiongkok pada November 2014. Munculnya eksportir karet baru dari beberapa
negara Indochina seperti Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar serta kondisi
perkebunan karet Riau yang rata-rata telah memasuki usia tua juga mempengaruhi
pernurunan kinerja ekspor karet lokal.
Tabel 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau (Ribu Ton)
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
15
Grafik 1.10. Perkembangan Penjualan Ritel, Indeks Produksi, FAI-Sk Kanan Tiongkok
Sumber: RED Bank Indonesia, Januari 2015
Perkembangan ekspor pulp dan kertas pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami
penurunan, meskipun cenderung mengalami perbaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Berdasarkan informasi dari contact liaison, penurunan ekspor pulp dan
kertas pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan produksi akibat
terbatasnya bahan baku produksi. Selain itu, kondisi supply pulp dunia cenderung
mengalami peningkatan, sehingga juga berpengaruh terhadap permintaan ekspor
pulp lokal.
Di sisi lain, kinerja ekspor komoditas unggulan Riau yaitu CPO dan turunannya
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014. Kondisi ini utamanya dipengaruhi
oleh peningkatan ekspor CPO. Penurunan harga komoditas diperkirakan tidak
berpengaruh terhadap kinerja ekspor CPO Riau.
Grafik 1.11. Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau
Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Pulp and Paper Riau
Penjualan Ritel
Indeks Produksi
Fixed Asset Investment (FAI) Sk. Kanan
(100,0)
(50,0)
-
50,0
100,0
150,0
200,0
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV
200620072008200920102011201220132014
%rib
u t
on
Vol (kiri) yoy (kanan)
(100,0)
(50,0)
-
50,0
100,0
150,0
200,0
-
100,0
200,0
300,0
400,0
500,0
600,0
700,0
800,0
900,0
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
%
rib
u t
on
Vol (kiri) yoy (kanan)
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
16
Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau
Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau
Dilihat dari negara tujuan ekspornya, volume ekspor non migas Riau secara umum
mengalami perlambatan. Kondisi ini utamanya didorong oleh penurunan volume
ekspor ke Tiongkok dan ASEAN. Pada triwulan IV 2014, volume ekspor ke
Tiongkok, dan ASEAN masing-masing tercatat sebesar 942 ribu ton dan 518 ribu
ton, atau tercatat mengalami kontraksi sebesar 8,02% (yoy) dan 43,73% (yoy).
Sementara ekspor ke MEE dan India masih mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor
Migas dan Non Migas Provinsi Riau
Sumber : BPS Provinsi Riau
Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Menurut Wilayah Tujuan
Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah
2.3.2. Impor
Perkembangan impor Riau pada triwulan IV 2014 menunjukkan penurunan yang
siginifikan yakni dari tumbuh 0,99% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi kontraksi
sebesar 37,94% (yoy). Secara tahunan, total impor Riau pada tahun 2014 juga
tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu dari kontraksi dari
sebesar 6,30% (yoy) menjadi kontraksi sebesar 13,01% (yoy). Sumber penurunan
(200,0)
(100,0)
-
100,0
200,0
300,0
400,0
500,0
600,0
700,0
-
200,0
400,0
600,0
800,0
1.000,0
1.200,0
1.400,0
1.600,0
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
%
ribu t
on
Vol (kiri) yoy (kanan)
(500,0)
-
500,0
1.000,0
1.500,0
2.000,0
2.500,0
-1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0
10,0
I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV
200620072008200920102011201220132014
%
rib
u to
n
Vol (kiri) yoy (kanan)
500.000,00
600.000,00
700.000,00
800.000,00
900.000,00
1.000.000,00
1.100.000,00
1.200.000,00
1.300.000,00
1.400.000,00
1.500.000,00
400.000,00
600.000,00
800.000,00
1.000.000,00
1.200.000,00
1.400.000,00
1.600.000,00
1.800.000,00
2.000.000,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2012 2013 2014
Rib
u U
SD
Rib
u U
SD
Total Ekspor (LHS) Ekspor Non Migas (LHS)
Ekspor Migas (RHS)
786 762 1.078 1.034
678 759 766 1.024 967 780 869 942
511 481
787 675 835 818 635
920 598
538 651
990 783 733
842 922
851 662 814
920
691 651
547
518 734
563
600 901
644 585 658
609
573
432 589
759
1.343
1.257
1.433 1.457
1.830 1.657 1.558
1.667
1.525
1.710
2.610 1.988
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
Lainnya
MEE
ASEAN
India
Cina
1.667
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
17
impor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan laporan diperkirakan merupakan
penurunan impor migas. Sementara kinerja impor non migas Riau pada triwulan
laporan mengalami perlambatan, yang didorong oleh perlambatan komponen
impor barang intermedier.
Grafik 1.17. Perkembangan Nilai Impor Migas Provinsi Riau
Sumber: BPS
Pada triwulan IV 2014, impor barang intermedier Riau tercatat tumbuh sebesar
2,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat tumbuh
sebesar 49,29% (yoy). Komposisi impor barang intermedier sebagian besar
didominasi untuk pasokan industri seperti bahan makanan setengah jadi, dan
bahan baku industri. Di sisi lain, pertumbuhan impor barang konsumsi dan barang
modal pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Meskipun pangsa kedua komponen impor tersebut tidak begitu besar,
namun peningkatan impor kedua komponen tersebut diperkirakan menjadi
penahan laju perlambatan pertumbuhan impor non migas pada triwulan laporan.
Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau
Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi
(200)
(100)
-
100
200
300
400
500
600
700
800
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014
rib
u T
on
Barang Modal(lhs) yoy (rhs)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
300
350
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014
rib
u T
on
Barang Konsumsi (lhs) yoy (rhs)
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
18
Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier
Grafik 1.21. Kontribusi Volume Komponen Impor Triwulan IV 2014
3. PDRB SEKTORAL
Kondisi perekonomian Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 secara sektoral
menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan sektor utama yang tercatat melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perlambatan terjadi pada sektor industri pengolahan, dan sektor
perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor
konstruksi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi
yang lebih dalam pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Meningkatnya kinerja sektor pertanian menahan laju perlambatan pertumbuhan
ekonomi Riau pada triwulan laporan.
Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%)
(100)
(50)
-
50
100
150
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014
rib
u T
on
Barang intermedier (lhs) yoy (rhs)
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
19
Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi Sektoral (yoy,%)
3.1. Sektor Pertanian
Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan laporan mengalami peningkatan
yaitu dari 4,5% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Peningkatan sektor ini juga terjadi secara
tahunan, yaitu sebesar 4,40% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,34% (yoy) pada
tahun 2014. Peningkatan bersumber dari meningkatnya produksi sub sektor
tanaman perkebunan yang berasal dari panen tanaman kelapa sawit yang
berlangsung selama triwulan laporan. Pada triwulan IV 2014, pertumbuhan hasil
tanaman perkebunan tercatat sebesar 8,48% (yoy) atau meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,63% (yoy). Kondisi ini diperkirakan
karena faktor curah hujan yang cukup dan mendukung produktivitas pada triwulan
laporan. Selain itu, survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia mengkonfirmasi indikasi peningkatan pada sektor pertanian, perkebunan
dan peternakan yaitu dari 0,81% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,63% pada
triwulan laporan.
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
20
Grafik 1.22. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan
Grafik 1.23. Pertumbuhan Subsektor dalam Sektor Pertanian
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Sumber : BPS Riau, data sementara
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Kinerja sektor pertambangan Riau selama tahun 2014 tercatat mengalami kontraksi
sebesar 5,47% (yoy), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat
mengalami kontraksi sebesar 4,44% (yoy). Sementara, kontraksi sektor
pertambangan dan penggalian pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 6,4% (yoy),
juga menurun dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat mengalami kontraksi
sebesar 5,4% (yoy). Kontraksi pada sektor pertambangan utamanya didorong oleh
kontraksi pada subsektor migas. Kondisi ini disebabkan karena kinerja lifting
minyak bumi di Riau yang semakin menurun akibat penurunan produktivitas sumur
minyak yang sudah tua dan minimnya penemuan sumur baru yang produktif di
Provinsi Riau.
Selain itu, kontraksi pada sektor pertambangan di triwulan laporan juga
dipengaruhi oleh kinerja pertambangan batubara di Provinsi Riau yang cenderung
menurun akibat terkendalanya izin usaha. Pada triwulan IV 2014 tidak terdapat
ekspor batubara dari Provinsi Riau. Penurunan kinerja batubara diperkirakan masih
akan berlangsung hingga triwulan I 2015. Penurunan kinerja sektor pertambangan
dan penggalian juga dikonfirmasi oleh perkembangan penyaluran kredit kepada
sektor ini yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 10,48% (yoy) pada triwulan
laporan. Penurunan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek ke sektor
pertambangan dan penggalian telah terjadi sejak akhir tahun 2013. Hal ini
mengindikasikan bahwa perkembangan sektor ini semakin tidak prospektif bagi
investor dan pelaku usaha.
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013 2014
%
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
21
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi di Provinsi Riau
Sumber : http://lifting.migas.esdm.go.id
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan Lokasi Proyek
di Provinsi Riau
3.3. Sektor Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor industri pengolahan dengan migas pada triwulan IV 2014
tercatat melambat signifikan dibandingkan triwulan III 2014 yaitu dari 6,8% (yoy)
menjadi 2,4% (yoy). Sementara pertumbuhan sektor industri pengolahan pada
tahun 2014 juga melambat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 6,95% (yoy)
menjadi 5,63% (yoy). Penurunan diperkirakan terjadi pada industri pengolahan
migas, sementara industri pengolahan non migas diperkirakan melambat.
Penurunan pada industri pengolahan migas disebabkan oleh lifting minyak bumi
yang semakin menurun. Di sisi lain, perlambatan industri pengolahan non migas
diperkirakan karena penurunan harga komoditas global seperti CPO dan karet serta
kondisi permintaan negara tujuan ekspor yang belum membaik sehingga pelaku
usaha masih menahan produksi. Sementara produk industri pengolahan lainnya
seperti pulp dan kertas juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan karena
terkendala oleh ketersediaan bahan baku.
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
22
Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkonfirmasi oleh
penurunan kapasitas terpakai sektor industri pengolahan hasil SKDU yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Meskipun demikian, perkembangan sektor industri
pengolahan ke depannya, terutama industri kelapa sawit diperkirakan akan
semakin prospektif seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi CPO dunia
pada grafik 1.25. Sementara perkembangan produk turunan CPO diperkirakan juga
mengalami peningkatan, tercermin dari masih dominannya ekspor produk turunan
CPO hingga triwulan laporan.
Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi CPO Dunia
Sumber : Sumber: USDA
Grafik 1.27. Perkembangan Kapasitas Terpakai Indutri Pengolahan
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Grafik 1.28. Perkembangan Harga TBS Domestik dan CPO Global
Sumber : Bloomberg, Dinas Perkebunan Riau
Grafik 1.29. Perkembangan Ekspor CPO dan Turunan Provinsi Riau
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
2010 2011 2012 2013 2014Other Singapore Russia Iran
Colombia Egypt Bangladesh United States
Nigeria Thailand Pakistan Malaysia
Europa Union China India Indonesia
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.000
1.100
1.200
1.300
1.400
1.500
1.600
1.700
1.800
1.900
2.000
2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2011 2012 2013 2014
US
D/M
T
Rp
/Kg
TBS Domestik (lh) CPO Dunia (rhs)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012 2013 2014
Jut
a T
on
Vol Turunan Vol CPO
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
23
3.4. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Dalam perhitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, sektor perdagangan, hotel,
dan restoran dibagi menjadi 2 (dua) sektor besar yaitu sektor perdagangan besar
dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum. Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran
dan reparasi mobil dan sepeda motor cukup besar terhadap perekonomian Provinsi
Riau pada tahun 2014, yaitu mencapai 0,21%. Perkembangan sektor perdagangan
besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan laporan tercatat
melambat yaitu dari 1,4% (yoy) menjadi 0,2% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan
karena tingginya inflasi di akhir tahun akibat kenaikan BBM bersubsidi.
Grafik.1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan, Minuman dan
Tembakau di Riau
Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi
Grafik.1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit
Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi
Grafik.1.32. Perkembangan Kredit Perdagangan Berdasarkan Lokasi Bank di Riau
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
24
Dilihat secara subsektor, perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan juga
diindikasikan oleh menurunnya kinerja ekspor dan melambatnya pertumbuhan
penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014.
Perlambatan tersebut didorong oleh masih berlanjutnya kontraksi penyaluran kredit
pada subsektor perdagangan besar dan eceran makanan, minuman, dan
tembakau. Pada triwulan IV 2014, jumlah kredit yang disalurkan ke subsektor
perdagangan besar dan eceran makanan, minuman dan tembakau mencapai
Rp2,41 triliun atau turun sebesar 17,08% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit ke
subsektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit juga mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan penyaluran kredit terhadap
sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit pada triwulan IV 2014 tercatat
sebesar 14,63% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat tumbuh sebesar 15,35% (yoy).
3.5. Sektor Konstruksi
Secara umum kegiatan perkembangan sektor konstruksi dalam triwulan laporan
tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor
konstruksi di Riau mencapai 6,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,6% (yoy). Meskipun
demikian, pertumbuhan sektor konstruksi secara total pada tahun 2014 tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013.
Grafik 1.33. Konsumsi Semen Riau
Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Konstruksi Lokasi Proyek Riau
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SEKDA
GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Kondisi Ekonomi Makro Regional
25
Perlambatan pertumbuhan konstruksi pada triwulan laporan diindikasikan dengan
penurunan penyaluran kredit sektor konstruksi berdasarkan lokasi proyek secara tahunan.
Pada triwulan IV 2014 penyaluran kredit konstruksi berdasarkan lokasi proyek tercatat
mencapai Rp1,12 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 17,73% (yoy). Meskipun
demikian, pertumbuhan konsumsi semen yang relatif meningkat merupakan faktor
pendorong pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan laporan.
PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB/PDRB BERBASIS
SNA 2008
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan
lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global
yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN
(CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa
layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam
mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan
statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun
2000 ke 2010.
Perubahan tahun dasar PDB/PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National
Accounts (SNA 2008 ) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT) 2010
sebagai dasar penghitungan PDB menurut tiga (3) pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Perubahan Tahun Dasar juga menunjukkan
penghitungan yang lebih akurat terkait level dan struktur ekonomi dengan
memasukkan kegiatan ekonomi baru yang belum dicatat dalam penghitungan
sebelumnya. Manfaat yang ingin diperoleh dari perubahan tahun dasar ini antara lain:
a. Memberikan gambaran perekonomian nasional terkini:
1) Pergeseran struktur ekonomi;
2) Pertumbuhan ekonomi.
b. Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB yang dihasilkan;
c. Menjadikan data PDB dapat diperbandingkan secara Internasional.
Sumber data baru untuk perbaikan PDB/PDRB berasal dari data Sensus Penduduk 2010
(SP 2010) dan Indeks Harga Produsen (IHP)/ Producer Price Index (PPI). Adapun implikasi
dari perubahan tahun dasar ini meliputi:
a. Meningkatnya nominal PDB/PDRB, yang pada gilirannya akan berdampak pada
pergeseran kelompok pendapatan suatu negara/wilayah dari rendah, menjadi
menengah, atau tinggi;
b. Akan mengubah indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio
investasi dan tabungan, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan
ekonomi;
Boks 1
c. Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modelling dan forecasting
Gambar Kerangka Matriks Supply Regional
Terdapat 118 revisi dari SNA sebelumnya dan 44 revisi merupakan revisi utama dalam
SNA2008. Adopsi revisi SNA tersebut meliputi beberapa konsep dan cakupan:
1. Adopsi Cultivated Biological Resources (CBR), Eksplorasi mineral dan evaluasi,
produk original pada karya seni dan sastra, perlakuan software dan database,
serta lisensi sebagai PMTB.
2. Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank
Service Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly
Measured (FISIM).
3. Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar/Basic Price
4. Klasifikasi: Update penggunaan klasifikasi KBLI2009 dan KBKI 2010
Tabel Contoh Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode SNA sebelumnya vs SNA
2008
10
PDRB (Produksi) = Output dikurangi
Konsumsi Antara
TABEL PENYEDIAAN
Penyediaan Domestik Harga Produsen
TO
TA
L
PEN
YED
IAA
N
TOTAL OUTPUT
Konsumsi Antara
PDRB (Produksi)
KOMPONEN PENGGUNAAN
Konsumsi Rumahtangga
Konsumsi Lembaga Non Profit Melayani
Rumahtangga (LNPRT)
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Perubahan Inventori
Ekspor
Impor (-)
PDRB (Pengeluaran)
PDRB (Pengeluaran)=Konsumsi
Rumahtangga+ LNPRT+Konsumsi
Pemerintah+PMTB+Perubahan
Inventori+Ekspor-Impor
=
Nilainya sama
Lapangan UsahaK
om
od
iti
Variabel Konsep Lama Konsep Baru
1. Output pertanian Hanya mencakup output pada saat panen.
Output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan.
2. Metode penghitungan output bank komersial.
Menggunakan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC) .
Menggunakan metode Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM).
3. Valuasi Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga produsen.
Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar.
4. Biaya eksplorasi mineral dan pembuatan produk original
Dicatat sebagai biaya antara. Dicatat sebagai biaya antara dan dikapitalisasi sebagai PMTB.
Perbandingan Klasifikasi PDB Menurut Lapangan Usaha
Perbandingan Klasifikasi PDB Menurut Pengeluaran
PROSPEK INDUSTRI KELAPA SAWIT PROVINSI
RIAU
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit
terluas di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan luas areal kebun dan produksi yang
meningkat setiap tahunnya.
Hal ini terlihat dari data luas
areal kebun dan produksi
kelapa sawit yang dipublikasi
oleh Dinas Perkebunan
Provinsi Riau. Pada tahun
2010 luas lahan perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Riau
tercatat seluas 2.103.174 Ha
dengan produksi 2.258.553
ton, terus meningkat sekitar
7,39% hingga tahun 2013
menjadi 2.399.172 Ha dengan
produksi 7.570.854 ton. Peningkatan prod
Top Related