IMPETIGO
Impetigo adalah infeksi pyococcus di kulit superficial, dengan kata lain hanya terbatas di
epidermis saja. Etiologinya paling banyak disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus dan
Streptococcus ß-haemolyticus grup A.
Dikenali ada 3 macam impetigo, yaitu impetigo krustosa, impetigo bulosa, dan impetigo
neonatorum. Pada dasarnya impetigo dibagi menjadi dua, yaitu bulosa yang disebabkan oleh S.
aureus dan non bulosa (krustosa) yang disebabkan oleh Streptococcus ß-hemolyticus grup A dan
atau Staphylococcus aureus. Sedangkan impetigo neonatorum merupakan variasi dari impetigo
bulosa pada neonatorum.
IMPETIGO KRUSTOSA
Sinonim
Impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, impetigo tillbury Fox.
Etiologi dan Epidemiologi
Disebabkan oleh Streptococcus ß-haemolyticus grup A, namun bisa juga campuran antara
Streptococcus dan staphylococcus aureus.
Infeksi ini biasanya terjadi pada anak-anak walaupun orang dewasa bisa terkena penyakit ini.
Frekuensi sama antara pria dan wanita. Dapat mengenai semua bangsa dan lebih sering daerah
tropis. Infeksi mudah meluas secara inokulasi melalui tangan, handuk, atau baju.
Predileksi
Impetigo ini biasanya mengenai daerah-daerah tubuh yang tidak tertutup, biasanya pada muka,
khususnya di sekitar lubang hidung dan mulut (karena dianggap sumber infeksi dari dari daerah
tersebut), kulit kepada dan ekstremitas. Namun apabila mengenai bayi, dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh.
Manifestasi klinis
Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa makula eritematosa yang segera berubah
menjadi vesikel yang terletak di intra epidermal antara stratum korneum dan stratum
granulosum. Lesi tersebut mudah pecah dan akan langsung mengeluarkan cairan seropurulen
yang tipis dan agak transparan. Eksudat yang mengering akan membentuk krusta yang berwarna
kuning keemasan (honey colored crust), yang akan terakumulasi lapis demi lapis sehingga
menjadi tebal. Krusta biasanya dapat dilepaskan, meninggalkan permukaan yang merah, halus,
dan lembab yang dengan cepat akan keluar eksudat lagi. Sebagian lesi dapat meluas ke perifer
disertai penyembuhan di bagian tengah (central healing) sehingga menjadi bentuk anuler atau
girata.
Lesi impetigo adalah superficial, sehingga tidak sampai terbentuk ulkus atau infiltrate yang
dalam dan penyembuhannya tanpa sikatriks atau atropi. Lesi biasa tidak nyeri, tapi
kadangkadang dikeluhkan rasa gatal dan terbakar, dan sebagian besar penderita mengalami
limfadenopati regional.
Gambar Impetigo krustosa di daerah sekitar antara
hidung dan mulut
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pewarnaan gram dari cairan vesikel yang baru akan ditemukan kokus-kokus gram positif.
Biakan daerah yang bersekret atau di bawah krusta akan ditemukan biakan Streptococcus dan
Staphylococcus. Dapat juga ditemukan leukositosis pada pemeriksaan darah tepi, terutama pada
infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus.
Diagnosa Banding
Ektima
Pada ektima didapati ulkus superficial dengan krusta yang lebih tebal, dan letak lesi yang lebih
dalam.
Varicella
Pada varicella lesi biasanya kecil, dan tersebar secara luas. Lesi juga biasanya tampak pada
mulut, dimana impetigo tidak terdapat lesi pada mulut.
Prognosa
Jika tidak diobati impetigo akan berlangsung terus dengan lesi baru yang muncul selama
beberapa minggu. Pada beberapa individu dapat sembuh spontan setelah bertahan sekitar satu
bulan, kecuali ada kelainan kulit yang mendasari seperti eczema, yang dapat berkembang
menajdi kronis dan lebih dalam, misalnya ektima. Jarang sekali timbul komplikasi selulitis atau
bakteremia. Bila timbul komplikasi GNA maka prognosa pada anak-anak lebih bagus daripada
orang dewasa. Demam reumatik tidak pernah dilaporkan sebagai kompliksi dari impetigo.
Pengobatan
Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik. Kalau banyak diberikan pula antibiotik
sistemik. Pengobatan topikal maupun sistemik sebaiknya dilakukan selama 5-7 hari.
IMPETIGO BULOSA
Sinonim
Impetigo vesikobulosa, cacar monyet.
Etiologi dan Epidemiologi
Biasanya Staphylococcus aureus. Dapat menyerang semua umur namun lebih banyak pada anak-
anak. Frekuensinya sama pada pria dan wanita. Lebih banyak terdapat pada daerah tropis dengan
udara panas. Lingkungan yang kotor serta hygiene yang kurang juga merupakan salah satu faktor
predisposisi.
Predileksi
Sering terdapat pada wajah, aksila, dada, punggung, dan tangan.
Manifestasi Klinis
Keluhan utama berupa lepuh yang timbul akut pada kulit sehat. Ukurannya bervariasi dari milier
hingga lentikuler. Karakteristik dari penyakit ini adalah perkembangan yang cepat dari vesikel
menjadi bula yang lembek. Bulla sering mengandung pus, dan sering timbul berkelompok atau
berlokasi di lipatan tubuh. Dinding bula tipis, menggantung, dan kadang tampak hipopion. Jika
bula pecah akan menimbulkan erosi yang superficial dan krusta yang coklat datar dan tipis.
Kadang-kadang waktu penderita berobat, vesikel/bula telah pecah sehingga yang tampak hanya
skuama koloret dan dasarnya masih eritematosa.
Gambar impetigo bullosa di daerah punggung
Pemeriksaan Laboratorium
Pewarnaan Gram dari eksudat bula menunjukan kokus gram positif dalam kelompok.
Diagnosa Banding
Pemfigus
Erosi yang menyebar juga menyerupai pemfigus, dimana pada pemfigus juga disertasi lepuh.
Herpes labialis
Apabila terdapat pada area bibir maka perlu dibedakan dengan herpes labialis. Pada herpes
labialis vesikel dijumpai berkelompok dengan dinding yang tegang, dimana pada impetigo
bulosa lepuhnya unilokuler, terdapat pada perifer dari krusta dan lembek.
Dermatofitosis
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koloret dan ektima,maka mirip dermatofitosis.
Pada anamnesa hendaknya ditanyakan apakah sebelumya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosisnya
adalah impetigo bulosa.
Prognosis
Baik, sembuh tanpa sikatrik. Pada pasien berkulit hitam lesi akan menyembuh dengan
hiperpigmentasi. Namun pada pasien yang tidak diobati, infeksi yang invasive dapat
menyebabkan komplikasi berupa selulitis, limfangitis, dan bakteriemia, sampai terjadi
osteomielitis, sepsis arthritis, pneumonitis, dan septikemia.
Pengobatan
Kebanyakan Streptococcus aureus yang menyebabkan impetigo sudah resisten terhadap
penicillin. Oleh karena itu golongan sefalosporin seperti cephalexin (Keflex), eritromisin
(Ilosone), atau dicloxacillin (dynapen) dapat dipilih sebagai antibiotik. Untuk lesi yang tidak luas
kita dapat menggunakan salep Mupicorin (Bactroban) 2% tiga kali sehari.
Menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk mencegah penyebaran peyakit ini.
Membersihkan dengan sabun antibakteri dan membersihkan krusta dengan lembut dan hati-hati
dapat mempercepat proses penyembuhan. Mengganti handuk, sapu yangan dan alat pencukur
secara berkala sangat dianjurkan.
IMPETIGO NEONATORUM
Impetigo neonatorum merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus.
Sinonim
Bullous impetigo of newborn.
Etiologi dan Epidemiologi
Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan bakteri-bakteri gram negative, misalnya Escherichia
coli. Impetigo neonatorum sangat menular, dan dapat menjadi wabah. Sering terjadi di rumah
sakit dengan hygiene yang buruk.
Manifestasi Klinis
Kelainan kulit yang mirip dengan impetigo bulosa yaitu vesikel, pustule, bula kendor yang
berbatas tegas dan mudah pecah serta membentuk erosi tanpa krusta. Dapat mengenai seluruh
bagian tubuh tetapi paling sering mengenai kulit kepala, muka, dan daerah popok. Terdapat
skuama dan koloret. Bula cepat menjalar, timbul pada pagi hari dan pada sore hari bisa
bertambah banyak. Terdapat gejala konstitusi seperti demam, malaise, diare dengan feses
berwarna hijau.
Pada awal penyakit, lesi biasa hanya terdapat pada wajah dan tangan, dan gejala konstitusi masih
belum timbul.
Gambar Impetigo neonatorum
Diagnosa Banding
Sifilis kongenital, pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula
snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot.
Komplikasi
Impetigo neonatorum dapat berkembang dengan cepat menjadi bakteremia, pneumonia, atau
meningitis.
Pengobatan
Antibiotik harus diberikan secara sistemik. Topical dapat diberikan bedak salisil 2%.
PENGOBATAN IMPEGTIGO SECARA UMUM
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan memperbaiki
kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah
kekambuhan. Pengobatan harus efektif, tidak mahal dan memilki sedikit efek samping.
Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi
sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi
sensitifitas pada kulit orang-orang tertentu. Maka dari itu, antibiotik oral disimpan untuk kasus
dimana pasien sensitif terhadap antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta
yang berat. Penggunaan desinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam pengobatan impetigo.
1. Terapi non Medika mentosa/perawatan tanpa obat
Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan Sodium kloride 0,9%.
Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai
mengelupaskan krusta dengan handuk basah
Jika krusta banyak, dilepas dengan mencuci dengan H2O2 dalam air, lalu diberi salep
antibiotik
Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet
dengan perban tahan air (kasa) dan memotong kuku anak.
Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya
a. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan
pasien, terutama apabila terkena luka
b. Mandi teratur dengan sabun dan air ( sabun antiseptik dapat digunakan, namun
dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang sensitif)
c. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih
d. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita.
e. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo.
f. Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci tangan
dengan sabun dan air yang mengalir
g. Cuci pakaian, handuk, dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah
dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari
atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan
desinfektans
h. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
i. Pada orang yang terinfeksi agar lukanya diperban dengan perban yang steril
(kasa)
j. Penderita sebaiknya tinggal di dalam rumah/ruangan untuk beberapa hari
untuk menghindari masuknya bakteri ke dalam luka.
2. Terapi medikamentosa
Pengobatan yang diberikan pada impetigo krustosa terdiri dari pengobatan topikal dan
pengobatan secara sistemik
TERAPI LOKAL
Obat-obat topikal ini mempunyai potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik
sistemik atau obat oral, tapi obat topikal ini hanya digunakan pada kasus dengan lesi yang kecil
atau tidak terlalu banyak jumlahnya.
Mupirocin (Bactroban)
Mupirocin (dalam bentuk salap) merupakan salah satu antibiotik yang sudah mulai digunakan
sejak tahun 1980an. Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan protein dari
bakteri. Obat ini digunakan untuk beberapa lesi yang kecil tanpa limfadenopati. Dan obat ini
sudah dibuktikan dimana lebih unggul dibandingkan polymiksin B dan neomisin topikal dan
keefektifannya sama dengan obat cephalexin (oral). Kombinasi mupirocin dan obat cephalexin
lebing unggul daripada bacitracin. Sayangnya, S.aureus dan MRSA resisten terhadap mupirocin
dengan penafsiran antara 5-10%.
Penggunaan mupirocin topikal dapat dilihat di bawah ini :
Dewasa
Mupirocin 2% cream/salap 5/10 g
Oleskan tipis pada daerah yang terkena 3-5 kali /hari, selama 1 minggu, sebelumnya di
bersihkan lukanya.
Jika penyakit tinbul kembali atau recurens maka oleskan pada lubang atau cuping hidung
2x/hari untuk 5 hari selama sebulan
Anak -Anak
Pengobatannya di gunakan sama seperti orang dewasa
Retamapulin (Altabax)
Retamapulin ini sudah terbukti pada US Food and Drug Administration (FDA) tahun 2007 untuk
digunakan sebagai pengobatan impetigo secara topikal pada orang dewasa dan anak-anak (>9
bulan) yang disebabkan oleh S.aureus dan methicillin-susceptible S aureus. Retamapulin
mempunyai spektrum aktifitas yang luas, jauh melebihi mupirocin. Obat ini digunakan untuk
mencegah kembalinya aktifitas bakteri dimana sudah resisten terhadap banyak obat antibiotik,
seperti metisilin, eritromisin, fusidic acid, mupirocin, azithromycin, and levofloxacin. Pada
penelitian yang dilakukan terhadap 1900 pasien, retamapulin terbukti sama efektifnya dengan
fusidic acid dan cephalexin oral, dengan sedikit efek samping. Penelitian yang lain, retamapulin
1% (salap) ternyata lebih efektif dibandingkan fusidic acid 2% (salap) untuk pengobatan
impetigo.
Retapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil
transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri. Obat ini
merupakan kelas antibiotik baru yang pertama kali disebut pleuromutilins. Indikasinya untuk
impetigo yang disebabkan oleh S.aureus atau S.pyogenes.
Penggunaan retamapulin topikal dapat dilihat di bawah ini :
Dewasa
Oleskan tipis pada daerah yang terkena ± 5 hari untuk total area < 100 cm2 ;
daerah yang terkena harus ditutup dengan penutup yang steril setelah
pemakaian
Anak
Digunakan pada anak umur > 9 bulan; gunakan sama seperti orang dewasa; total area untuk
pengobatan harus < 2% dari total BSA pada pasien usia 9 bulan sampai 18 tahun.
Fusidic acid
Fusidic acid sekarang ini tidak tersedia di United States, tapi diakui sebagai terapi first-line
di Eropa dan negara bagian lainnya. Fusidic acid telah dilaporkan dapat mengakibatkan resisten
yang tinggi dengan persentase 32,5-50%.
Penggunaan fusidic acid topikal dapat dilihat di bawah ini :
Dewasa
Fusidic acid 2% cream/salap 5 g 2-3 x sehari selama 7 hari.
Anak- Anak
Sama seperti orang dewasa
Dicloxacillin (Peridex)
Penggunaan dicloxacillin merupakan First line untuk pengobatan impetigo, namun akhir-
akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan retamapulin topikal karena
diketahui retamapulin memiliki lebih sedikit efek samping bila dibandingkan dengan
dicloxacillin.
Clindamycin 1% cream, lotion, foam dan gel 10 g 2-3 kali sehari. Obat ini digunakan
pada beberapa infeksi MRSA.
Gentamisin 0,1% salap atau krim 10 g 2-3 kali sehari selama ≤ 4 minggu. Obat ini telah
banyak digunakan di beberapa negara untuk infeksi gram-positif oleh spesies
Staphylococcus, termasuk impetigo dan pioderma
Hidrogen peroksida 1% krim, tersedia di banyak negara, dan telah dibandingkan
mempunyai sifat bekterisidal tetapi masa kerjanya lebih panjang daripada hydrogen
peroksida 1% larutan encer in vitro. Obat ini digunakan 2-3 x sehari selama 3 minggu.
Meskipun potensi sensitisasinya rendah, tapi reaksi hipersensitifitas telah dilaporkan pada
beberapa produk dengan campuran yang lainnya.
Tetrasiklin 3% salep 15 g 1 kali atau lebih per hari. Obat ini telah digunakan untuk
lokal impetigo, tetapi jarang dianjurkan karena mempunyai potensi risiko terjadinya
reaksi fotosensitifitas pada kulit.
Basitrasin atau Neosporin 250 iu salep 5 g beberapa kali sehari. Sekarang obat ini
tidak begitu efektif. Meskipun kelihatannya obat ini bekerja, disebabkan kondisi yang
tidak infeksi pada awalnya.
Neomisin 0,5% krim 5 g 2-3 kali sehari. Obat ini berkhasiat untuk kuman negatif-
Gram. Di negara Barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, menurut pengalaman
penulis jarang
TERAPI SISTEMIK ATAU SECARA ORAL
Pengobatan antibiotik sistemik diindikasikan untuk penyakit-peyakit kulit. Sefalosporin,
penisilin semisintetik, atau kombinasi inhibitor ß laktamase umumnya merupakan digunakan
sebagai terapi First line.
1) Penisilin
· Penisilin V (fenoksimetil penisilin)
Dewasa : 250-500 mg 3-4 x sehari a.c. selama 10 hari
Anak : 7,5-12,5 mg/dosis 4 kali/hari a.c.
· Penisilin G
Dewasa : 600.000-1,2 juta U IM 1-2 x hari selama 7 hari
Anak : 25.000-50.000 U IM 1-2 x sehari
Obat ini jarang dipakai karena tidak praktis, diberikan i.m. dengan dosis tinggi, dan makin
sering terjadi syok anafilaktif.
· Benzathine penisilin G
Anak-anak < 6 tahun : 600.000 U IM
Anak-anak > 7 tahun : 1,2 juta U
2) Penisilin semisintetik (untuk Staphlococci yang kebal Penisilin)
· Cloxacillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali sehari a.c. selama 10 hari
Anak : 10-25 mg/kgBB/dosis 4 x sehari a.c.
· Dicloxacillin (Dycill, Dynapen)
Dewasa : 250-500 mg 3-4 kali sehari a.c. selama 10 hari
Anak : 4-8 mg/kg/dosis (neonatus).
<40 kg : 12,5-50 mg/kg/hari
>40 kg : 125-500 mg/hari
Mengikat satu atau lebih penisilin dengan protein, selain itu juga menghambat sintesis
dinding sel. Digunakan untuk pengobatan infeksi akibat penisilin-produksi staphlococcus;
kadang digunakan sebagai terapi jika diduga infeksi staphylococcus. Obat ini sangat efektif tapi
kurang toleransi daripada cephalexin.
3) Aminopenicililins
· Amoksisilin
Dewasa : 250-500 mg 3 kali/hari selama 8 hari.
Anak : 20 mg/kgBB
Kelebihan obat ini dapat diberikan setelah makan. Juga cepat diabsorbsi dibandingkan
ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
· Amoxicillin plus asam klavulanat (ß-laktamase inhibitor)
Dewasa : 875/125 mg 2 kali/hari selama 10 hari
Anak : 20 mg/kgBB/hari 3 kali/hari
· Ampicillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari (sejam sebelum makan) selama 7-10 hari
Anak : 125-250 mg (5-10 tahun); 125 mg (2-5 tahun) 4 kali/hari.
4) Sefalosporin
· Cephalexin (Keflex)
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari selama 10 hari
Anak : 40-50 mg/kgBB selama 10 hari
Obat ini menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel; bersifat
bakterisidal dan efektif melawan secara cepat pembentukan dinding sel. Terutama aktif
melawan bakteri di kulit; sering digunakan untuk memperbaiki stuktur kulit dan sebagai
profilaksis pada prosedur minor. Merupakan obat pilihan untuk kasus yang banyak menimbulkan
lesi, daerah yang terkena luas, atau terdapat limfadenopati regional.
· Cephradine
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari selama 7-14 hari; tidak lebih dari 4g/hari.
Anak : 25-50 mg/kgBB selama 7-14 hari; tidak lebih dari 3g/hari.
· Sefadroksil ( dosis : 2 x 500 mg sehari per os).
5) Eritromisin (EES, Erythrocin, Ery-Tab)
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari p.c. selama 10 hari
Anak : 30-50 mg/kgBB 4 kali/hari p.c. selama 7-14 hari; dosis ganda jika penyakit
bertambah berat.
Menghambat pertumbuhan bakteri, diduga menghalangi uraian t-RNA peptida dari ribosom,
menyebabkan sintesis protein dependen-RNA berhenti. Digunakan untuk pengobatan infeksi
Staphylococcus dan Streptococcus. Biasanya terjadi resisten dan sering memberi rasa tak enak di
lambung. Pada anak-anak, umur, berat badan, dan hebatnya infeksi menentukkan dalam hal
pemberian dosis. Obat ini juga diberikan pada orang alergi terhadap penisilin.
6) Klindamisin (Cleocin)
Dewasa : 150 mg/hari untuk 3 bulan (profilaksis)
150-300 mg/hari selama 7-10 hari (treatment)
Anak-anak lebih dari 1 bulan : 8-20 mg/kgBB/hari 3-4 kali/hari selama 10 hari.
Efektif untuk infeksi kulit; mengikat subunit 50S ribosom serta mengganggu sintesis protein.
Selain itu juga dapat digunakan untuk profilaksis impetigo.
Antihistamin
Jika gatal / pruritus sangat dikeluhkan, maka antihistamin dapat diberikan untuk
meminimalkan terjadinya garukan. Menghindarkan trauma pada kulit dapat mencegah atau
membatasi penyebaran impetigo secara autoinokulasi.
· Loratadin (Claritin)
Nonsedatif dan secara selektif menghambat reseptor histamin H1.
Dewasa : 10 mg/hari po
Anak : <2 tahun : tidak dianjurkan
2-6 tahun : 5 mg/hari po
>6 tahun : gunakan sama seperti orang dewasa.
· Desloratadin (Clarinex)
Obat ini merupakan antagonis selektif histamin trisiklik untuk reseptor H1 yang long-acting.
Dapat menyembuhkan kongesti nasal dan efek sistemik pada alergi musim. Metabolisme utama
dari loratadin adalah secara luas untuk mengaktifkan metabolit 3-hydroxydesloratadine.
Dewasa : 5 mg/hari po
Anak : <12 tahun : tidak dianjurkan
>12 tahun : gunakan sama seperti orang dewasa.
· Cetrizine (Zyrtec)
Obat ini merupakan long acting selektif histamin H1 reseptor antagonis.
Dewasa : 5-10 mg/hari po
Anak : 6 bln-2 tahun : 2,5 mg/hari po
2-5 tahun : 2,5-5 mg/hari po
6-11 tahun : 5-10 mg/hari po
· Hidroksin (Atarax, Vistaril)
Merupakan reseptor H1 antagonis. Obat ini dapat menekan aktifitas histamin di area subkortikal
pada CNS. Sering digunakan sebelum tidur karena mempunyai efek sedatif.
Dewasa : 25-100 mg po
Anak : <6 tahun : 2 mg/kgBB/hari po dibagi menjadi 3-4 dosis
6-12 tahun : 12,5-25 mg po dibagi menjadi 3-4 dosis.