perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA DERAJAT HIPERTENSI DENGAN ELONGASI
AORTA PADA PEMERIKSAAN FOTO TORAKS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
MARIA LEONY RAHAJENG FIRSTYANI G0008016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks
Maria Leony Rahajeng Firstyani, NIM: G0008016, Tahun: 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 5 Oktober 2011
Pembimbing Utama Nama : Dr. JB. Prasodjo, dr., Sp.Rad. (K) NIP : 19500801 199008 1 001 ....................................................
Pembimbing Pendamping Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT., M.Kes NIP : 19751129 200812 2 002 ..................................................... Penguji Utama Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad. (K) NIP : 19470611 197610 1 001 .....................................................
Anggota Penguji Nama : Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M NIP : 19730102 200501 1 001 .....................................................
Surakarta, ___________________
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 5 Oktober 2011
Maria Leony Rahajeng Firstyani G0008016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Maria Leony Rahajeng Firstyani, G0008016, 2011. Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 23 Mei – 23 Juni 2011. Terdapat 60 subjek yang telah diseleksi dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi adalah pasien laki-laki dan perempuan berusia 20 – 80 tahun, foto toraks posisi postero-anterior, dan pada foto toraks inspirasi cukup dalam arti tampak costa anterior enam pasang dan costa posterior sepuluh pasang. Kriteria eksklusinya adalah kelainan katup jantung dan kelainan katup aorta. Hasil foto toraks dari subjek yang mengisi informed consent diperiksa untuk mengukur adanya elongasi aorta (jarak antara tepi atas arkus aorta dengan incisura jugularis sterni). Kemudian peneliti memeriksa tekanan darah subjek penelitian. Peneliti juga mencari data sekunder yang dibutuhkan pada rekam medik subjek. Data tersebut dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan Odds Ratio (OR) SPSS 17.0 for Windows. Odds Ratio (OR) digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan: (1) Adanya hubungan bermakna antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta (p = 0.002). (2) Individu dengan prehipertensi memiliki risiko 5 kali lebih besar mengalami elongasi aorta dari individu normotensi (OR = 5.09, CI 95% = 1.14 – 22.62). Individu dengan hipertensi derajat 1 memiliki risiko 8 kali lebih besar mengalami elongasi aorta dari individu normotensi (OR = 8.00, CI 95% = 1.39 – 45.75). Individu dengan hipertensi derajat 2 memiliki risiko 61 kali lebih besar mengalami elongasi aorta dari individu normotensi (OR = 60.71, CI 95% = 2.76 – 1332).
Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan bermakna antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta serta “hubungan dosis-respons” yang kuat dan secara statistik signifikan antara derajat hipertensi dan risiko mengalami elongasi aorta.
Kata Kunci: derajat hipertensi, elongasi aorta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Maria Leony Rahajeng Firstyani, G0008016, 2011. The Relationship between Grade of Hypertension and Aortic Elongation on the Chest X-ray Examination. Medical Faculty of Sebelas Maret University. Objective: This research aims to find the relationship between grade of hypertension and aortic elongation on the chest X-ray examination.
Methods. A cross-sectional study has been carried out at the Radiology Department, Dr. Moewardi Hospital, from May 23rd to June 23rd 2011. A sample of 60 subjects aged from 20 to 80 years old were selected by purposive sampling. Postero-anterior chest X-ray photograph including six pairs of anterior ribs and ten pairs of posterior ribs was taken with sufficient inspiration. Subjects with other abnormal cardiac and aortic valve were excluded. Study subjects filled-in informed consent form and were measured for aortic elongation, i.e. the length between the top of aortic arch and incisura jugularis sterni. The blood pressure was checked. The researcher also searched the subjects’ medical record for secondary data. Odds Ratio (OR) was used to measure the strength of association, and Chi-Square to test its statistical significance, on SPSS 17.0 for Windows. Results: This research shows: (1) A significant relationship between grade of hypertension and aortic elongation (p = 0.002). (2) Individuals with prehypertension had 5 times higher risk of aortic elongation than normal individuals (OR = 5.09, 95% CI = 1.14 to 22.62). Individuals with grade 1 hypertension had 8 times higher risk of aortic elongation than normal individuals (OR = 8.00, 95% CI = 1.39 to 45.75). Individuals with grade 2 hypertension had 61 times higher risk of aortic elongation than normal individuals (OR = 60.71, 95% CI = 2.76 to 1332).
Conclusion: This research found a significant relationship between grade of hypertension and aortic elongation. There is a strong and statistically significant “dose-response relationship” between grade of hypertension and aortic elongation.
Keyword: grade of hypertension, aortic elongation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Tuhan Yang Maha Esa dan melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. JB. Prasodjo, dr., Sp.Rad. (K), selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.
4. Novi Primadewi, dr., Sp.THT, M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.
5. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad. (K), selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M., selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam pengolahan data statistik skripsi ini.
8. Mbak Ning beserta Staf Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi. 9. Kedua orang tua tercinta, Y. Joko Suryono dan Chatarina Sarjani, yang
telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
10. Ancilla Cherisha Illinantyas, teman seperjuangan saat pengambilan data. 11. Teman-teman angkatan 2008. 12. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Surakarta, 5 Oktober 2011 Maria Leony Rahajeng Firstyani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................3
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................3
D. Manfaat Penelitian .........................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................4
1. Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah ........................................4
2. Hipertensi...................................................................................6
3. Foto Toraks ..............................................................................10
4. Aorta ........................................................................................11
5. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta ............13
B. Kerangka Pemikiran .....................................................................18
C. Hipotesis .......................................................................................19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................20
C. Subjek Penelitian .........................................................................20
D. Teknik Sampling ..........................................................................21
E. Rancangan Penelitian ...................................................................22
F. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................22
G. Definisi Operasional Variabel ......................................................23
H. Instrumentasi ................................................................................25
I. Cara Kerja ....................................................................................25
J. Teknik Analisis Data ....................................................................26
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................30
B. Hasil Analisis................................................................................33
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................36
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.......................................................................................39
B. Saran .............................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................40
LAMPIRAN......................................................................................................44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC ............................................7
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH 2007 ...................................8
Tabel 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia ..................................................30
Tabel 4.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Derajat Hipertensi, Jenis kelamin, dan
Elongasi Aorta ..................................................................................32
Tabel 4.3. Uji Chi Square Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi
Aorta ...................................................................................................34
Tabel 4.4. Risiko Terjadinya Elongasi Aorta pada Pasien Prehipertensi,
Hipertensi Derajat 1, dan Hipertensi Derajat 2 ...................................34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah........................................5
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian.................................................................. 22
Gambar 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia............................................31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ................................44
Lampiran 2. Data sampel penelitian ...............................................................45
Lampiran 3. Derajat Hipertensi – Elongasi Aorta uji Chi Square .................47
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ....................................................................51
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian .........52
Lampiran 6. Ethical Clearance ........................................................................53
Lampiran 7. Tabel X2 ......................................................................................54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan masalah kesehatan serius
di seluruh dunia. Penyebabnya antara lain prevalensi hipertensi yang semakin
meningkat, sedikitnya penderita yang mendapatkan terapi adekuat, masih
banyaknya penderita yang tidak terdeteksi, serta tingginya morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26,4 %)
penduduk dunia menderita hipertensi dan angka tersebut kemungkinan
meningkat menjadi 29,2 % pada tahun 2025. Dari 972 juta penderita
hipertensi, 333 juta berada di negara maju sedangkan 639 juta sisanya berada
di negara berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2007, prevalensi hipertensi
di daerah urban dan rural berkisar antara 17-21 %, tetapi data secara nasional
belum lengkap (Yogiantoro, 2006; Misbach, 2007).
Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lebih dari enam puluh tahun
pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 400 %. Pada usia lanjut
tekanan darah sistolik lebih berkaitan dengan prognosis komplikasi
kardiovaskuler dibandingkan tekanan darah diastolik. Selain itu prevalensi
gagal jantung dan stroke pada usia lanjut akibat hipertensi juga tinggi
(Soehardjono, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada usia lanjut, terjadi proses menua, di mana secara struktur anatomi
maupun fungsional terjadi kemunduran (Makmun, 2006). Perubahan yang
terjadi pada pembuluh darah aorta yaitu penebalan dinding dan elastisitasnya
berkurang. Di samping itu terjadi pemanjangan dan berkelok-kelok serta
bertambahnya diameter dan volumenya, perubahan ini mulai pada usia 20
tahun (Rustam, 1996). Hal-hal yang dapat mengubah bentuk aorta antara lain
adalah hipertensi, usia, kelainan katup, dan kelainan dinding aorta karena
radang (Purwohudoyo, 2010). Ada banyak penyebab elongasi aorta, di
antaranya adalah aterosklerosis, hipertensi, regurgitasi aorta, dan lain-lain
(Savas, 2000).
Pemeriksaan elektrokardiogram dan foto dada dapat memberikan
gambaran apakah hipertensi telah berlangsung lama (Susalit et al., 2001).
Pada foto dada posisi postero-anterior terlihat perbesaran jantung ke kiri,
elongasi aorta pada hipertensi yang kronis, dan tanda-tanda bendungan
pembuluh paru pada stadium payah jantung (Basha, 2003). Elongation
(elongasi) adalah tindakan, proses, atau kondisi bertambah panjang (Dorland,
2001).
Berdasarkan uraian di atas, maka memberikan dorongan bagi penulis
untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara derajat hipertensi
dengan elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Adakah hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta
pada pemeriksaan foto toraks?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adakah hubungan antara derajat hipertensi dengan
elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana ilmu
pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Radiologi dan untuk
memberikan data ilmiah mengenai hubungan antara derajat hipertensi
dengan elongasi aorta.
2. Aspek Aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengontrol tekanan darah dalam batas normal.
b. Mendukung penegakkan diagnosis penyakit jantung hipertensif pada
penderita hipertensi kronis dengan pemeriksaan radiologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama untuk mendorong
darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus diatur secara ketat dengan
tujuan: 1) dihasilkan gaya dorong yang cukup sehingga otak dan jaringan
lain menerima aliran darah yang adekuat, dan 2) tidak terjadi tekanan yang
terlalu tinggi yang dapat memperberat kerja jantung dan meningkatkan
risiko kerusakan pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah melibatkan
integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain
(Gambar 2.1.). Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan
darah kecuali terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga
tekanan darah konstan (Sherwood, 2001).
Berdasarkan bagan di bawah ini diketahui bahwa tekanan darah
sangat tergantung pada curah jantung (cardiac output) dan resistensi
perifer. Menurut Wilson and Price (2006), besar tekanan darah seseorang
juga dapat dihitung dengan rumus:
Tekanan Darah = Curah Jantung x Denyut Jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Di dalam tubuh terdapat baroreseptor yang secara konstan memantau
tekanan darah arteri rata-rata. Baroreseptor tersebut adalah sinus caroticus
dan baroreseptor arcus aorta. Setiap perubahan pada tekanan darah akan
mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai oleh sistem saraf
otonom. Tujuan refleks tersebut adalah penyesuaian curah jantung dan
resistensi perifer total sehingga tekanan darah kembali normal.
Gambar 2.1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah (Sherwood, 2001)
Contoh kerja reflek baroreseptor adalah peningkatan tekanan darah
setelah berolahraga. Hal tersebut akan mempercepat pembentukan
potensial aksi di neuron aferen sinus caroticus dan baroreseptor lengkung
Tekanan darah arteri rata-rata
Curah jantung
Kecepatan denyut jantung
Volume sekuncup
Jari-jari arteriol
Viskositas darah
Resistensi perifer total
Aktivitas parasim-
patis
Aktivitas simpatis dan
epinefrin
Aliran balik vena
Kontrol metabolik
lokal
Kontrol vaso-kontriktor
lokal
Jumlah eritrosit
Volume darah
Aktivitas pernapasan
Aktivitas otot rangka
Aktivitas simpatis dan epinefrin
Vasopresin dan angiotensin II
Pergeseran cairan bulk flow pasif antara kompartmen vaskuler dan
cairan interstisium
Keseimbangan garam dan air
Vasopresin dan sistem renin-angiotensin- aldosteron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
aorta. Melalui peningkatan kecepatan pembentukan potensial aksi tersebut,
pusat kontrol kardiovaskuler mengurangi aktivitas simpatis dan
meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen tersebut akan
menurunkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, merangsang
vasodilatasi arteriol dan vena sehingga curah jantung dan resistensi perifer
turun. Hasil akhirnya adalah tekanan darah kembali normal. Namun pada
hipertensi, baroreseptor tidak berespon mengembalikan tekanan darah ke
tingkat normal karena mereka telah beradaptasi untuk bekerja pada tingkat
yang lebih tinggi (Sherwood, 2001).
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang
paling banyak ditemui di masyarakat dengan insidensi 10 – 15 % pada
orang dewasa. Kejadian hipertensi juga sering dikaitkan dengan
penambahan usia. Hal tersebut ditunjukkan dengan makin meningkatnya
jumlah penderita hipertensi seiring dengan peningkatan populasi usia
lanjut (Siregar, 2003; Yogiantoro, 2006).
a. Definisi dan Klasifikasi
Hingga saat ini belum terdapat kesatuan pendapat mengenai
definisi hipertensi. Oleh karena itu, beberapa organisasi seperti JNC 7
(The Seventh Report of the Joint Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) dan ESH
(European Society of Hypertension) membuat klasifikasi hipertensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini (Siregar, 2003; Yogiantoro,
2006).
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan
Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan
Darah
Diastolik
(mmHg)
Tidak hipertensi
Prehipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
< 120
120 – 139
140 – 159
≥ 160
dan
atau
atau
atau
< 80
80 – 89
90 – 99
≥ 100
(Yogiantoro, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH 2007
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Derajat 1 (ringan)
Derajat 2 (sedang)
Derajat 3 (berat)
Isolated systolic
hypertension
< 120
120 – 129
130 – 139
140 – 159
160 – 179
≥ 180
≥ 140
< 80
80 – 84
85 – 89
90 – 99
100 – 109
≥ 110
< 90
(Purwanto, 2009)
Kerusakan organ, terutama jantung, otak, dan ginjal, berkaitan
dengan derajat keparahan hipertensi (Gray et al., 2005).
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, selama ini dikenal dua jenis hipertensi,
yaitu:
1) Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi jenis ini penyebabnya tidak diketahui dan
mencakup 95% kasus hipertensi (Siregar, 2003). Menurut
Yogiantoro (2006), hipertensi esensial merupakan penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor risiko.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain adalah:
a) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas,
aktivitas fisik, dan stres.
b) Faktor genetis dan usia.
c) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal.
d) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan
vasodilatasi.
e) Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem
renin, angiotensin, dan aldosteron.
2) Hipertensi Sekunder
Merupakan suatu keadaan di mana peningkatan tekanan darah
yang terjadi disebabkan oleh penyakit tertentu. Hipertensi jenis ini
mencakup 5% kasus hipertensi. Beberapa penyebab hipertensi
sekunder antara lain penyakit ginjal seperti glomerulonefritis akut,
nefritis kronis, kelainan renovaskuler, dan Sindrom Gordon;
penyakit endokrin seperti feokromositoma, Sindrom Conn, dan
hipertiroid; serta kelainan neurologi seperti tumor otak (Joesoef dan
Setianto, 2003).
Baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Tekanan darah sistolik
meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sampai umur 50-60 tahun dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi
perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan
pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini
mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.
Penurunan elastisitas pembuluh darah tersebut menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga
berubah dengan umur (Rigaud AS, 2001).
3. Foto Toraks
Foto toraks merupakan pemeriksaan yang penting dalam penafsiran
kelainan pada jantung dan paru. Pemeriksaan dada akan menjadi petunjuk
bagi pemeriksaan apa yang perlu dilanjutkan mengenai paru atau
jantungnya (Purwohudoyono, 2010). Interpretasi radiografi toraks harus
meliputi penilaian ukuran jantung secara keseluruhan, bukti adanya
pembesaran ruang jantung spesifik, dan perubahan apapun pada lapangan
paru (Gray et al., 2005).
Penilaian jantung hendaknya mencakup :
a. Situs (kedudukan organ di dada dan di bawah diafragma)
b. Periksalah letak jantung dan lambung
c. Bentuk tulang punggung
d. Ukuran dan pembesaran jantung
e. Pembuluh-pembuluh darah besar (aorta dan arteri pulmonalis)
f. Paru-paru seluruhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
g. Pembuluh darah paru
(Purwohudoyono, 2010).
4. Aorta
Aorta adalah trunkus utama pangkal bermulanya sistem arteri
sistemik. Pembuluh darah ini keluar dari ventrikel kiri jantung berjalan ke
atas (aorta ascenden), melengkung (arkus aorta), dan ke bawah (aorta
descenden). Kemudian pars descenden ini terbagi menjadi bagian toraks di
bagian atas (pars thoracica aorta) dan bagian abdominal di bagian bawah
(pars abdominal aorta) (Dorland, 2001).
Luas penampang aorta adalah 2,5 cm2 (Guyton and Hall, 2007).
Aorta pada umumnya nampak jelas pada orang dewasa. Tepi atas arkus
aorta kira-kira 2,5 cm di bawah garis superior dari manubrium sterni
(incisura jugularis sterni) (Gray’s, 2000). Arkus aorta menonjol ke kiri
kira-kira 3 – 3,5 cm dari garis tengah yang ditarik di tengah-tengah
kolumna vertebra. Pada foto toraks yang normal, arkus aorta nampak
sebesar ujung ibu jari (Purwohudoyono, 2010). Arkus aorta biasanya
terlihat, karena aorta mengalirkan darah secara posterior dan dikelilingi
oleh udara. Sebagian besar aorta desendens juga dapat terlihat. Posisi dan
ukuran masing-masing dapat dievaluasi dengan pandangan frontal dan
lateral (Alwi, 2006).
Pada pandangan posterior anterior kontur bagian kanan madiastinum
berisi atrium kanan, aorta asendens, dan vena kava. Aorta dan pembuluh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
darah besar biasanya menyempit dan menjadi lebih berliku (tourtuous) dan
lebih jelas seiring bertambahnya usia (Alwi, 2006).
Pelebaran aorta menyebabkan arkus aorta lebih menonjol keluar
(Purwohudoyono, 2010). Pelebaran aortic root paling sering terlihat pada
hipertensi sistemik lama yang tak terkontrol (Alwi, 2006). Aorta yang
lebar dijumpai pada jantung berbentuk sepatu, aortic configuration,
misalnya pada Atrial Insufisiensi (AI) dan Atrial Stenosis (AS). Aorta
kecil biasanya dijumpai pada Mitral Stenosis (MS) dan Mitral Insufisiensi
(MI), kebocoran dari kiri ke kanan. Selain aorta yang melebar dan
mengecil, aorta desendens dapat menjadi panjang (elongasi aorta).
Hal-hal yang dapat mengubah bentuk aorta ialah:
a. Hipertensi
b. Usia
c. Kelainan katup (insufisiensi aorta)
d. Kelainan dinding aorta karena radang (tuberkulosis, lues)
(Purwohudoyono, 2010)
Dinding aorta memiliki tiga lapisan:
a. Tunika intima (lapisan tipis sel endotel)
b. Tunika media (jaringan elastik berlamina yang tersusun secara spiral)
c. Tunika adventisia (terutama terdiri atas kolagen namun juga
mengandung pembuluh darah adventisia dan limfe)
Pada tunika media jaringan elastik dominan dengan sedikit otot
polos sehingga tenaga kontraktil tersimpan pada dinding aorta ketika sistol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
berkembang dan berkurang ketika diastol. Dengan cara ini, aorta
memainkan peranan penting dalam mempertahankan tenaga sirkulasi
diastolik (Gray et al., 2005).
5. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta
Umur terkait dengan peningkatan sistolik dan tekanan pulsasi (Safar
et al., 2008). Sebagai bagian dari proses penuaan normal, aorta mengalami
perubahan struktural berupa kekakuan yang progresif karena regangan
siklik, yang disebabkan oleh fraktur lamela elastin di tunika media dan
perubahan bentuk jaringan fibrosa dalam dinding aorta (Safar et al., 2006).
Selain itu, paparan kronis tekanan tinggi intra-arteri pada hipertensi
diperkirakan dapat mempercepat kerusakan elastin, sehingga mencetuskan
dilatasi aorta proksimal (O’rouke, 2005). Dalam sebuah studi baru-baru ini
menemukan individu dengan hipertensi sistolik memiliki diameter aorta
efektif yang lebih kecil bila dibandingkan dengan subjek kontrol
normotensi (Mitchell, 2003). Selain itu, dalam studi lain ditemukan adanya
perbedaan panjang aorta antara penderita hipertensi dan normotensi pada
pemeriksaan foto toraks. Penderita hipertensi memiliki aorta yang lebih
panjang bila dibandingkan dengan penderita normotensi (Sukmadianti,
2006).
Pada usia lanjut, peningkatan tekanan sistolik dan tekanan nadi
berhubungan dengan kekakuan aorta (Safar et al., 2006; Lakatta, 2003)
dijelaskan melalui efek langsung dan tidak langsung. Secara langsung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
aorta yang kaku meningkatkan karakteristik impedansi, kemudian
meningkatkan besarnya gelombang tekanan pembuluh darah perifer yang
dihasilkan oleh ejeksi ventrikel. Secara tidak langsung, peningkatan
kekakuan aorta mampu mengubah kecepatan dan besarnya pantulan
gelombang tekanan pembuluh darah perifer (Chobanian, 2007). Selain itu,
efek langsung dan tidak langsung ini menunjukkan kecepatan dan
besarnya pantulan gelombang tekanan berbanding lurus (positif) dengan
bertambahnya usia. Fenomena gelombang tekanan pantul ini memberikan
cara pandang tradisional tentang keterkaitan antara usia dan peningkatan
tekanan darah (Chobanian, 2007).
Selain berfungsi sebagai saluran untuk memberikan darah ke
pembuluh darah perifer, aorta proksimal menyediakan lebih dari setengah
sistem kapasitas buffering untuk seluruh arteri. Melalui buffering ini, aorta
proksimal berfungsi mengubah aliran pulsatil yang dihasilkan oleh ejeksi
ventrikel kiri agar menjadi aliran yang relatif stabil ditingkat
mikrosirkulasi. Kapasitas buffering dari aorta proksimal dipengaruhi oleh
struktural (ketebalan dinding dan komposisi), fungsional (kekakuan), dan
geometris (diameter). Dengan demikian untuk membandingkan sifat
dinding aorta (kekakuan) sebuah dilatasi pangkal aorta yang lebih kecil
akan memberikan impedansi yang lebih tinggi untuk volume sekuncup
(stroke volume), oleh karena itu menyebabkan tekanan pulsasi yang lebih
tinggi (Farasat, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Setelah dipompa keluar jantung, darah melintasi pembuluh darah.
Laju aliran (flow rate) bergantung kepada gradien tekanan dan resistensi
vaskuler sesuai persamaan berikut:
F = ∆걈片
dengan F adalah laju aliran darah, ∆P adalah gradien tekanan, dan R
adalah resistensi pembuluh darah. Gradien tekanan adalah perbedaan
antara tekanan permulaan dan akhir suatu pembuluh sebagai gaya
pendorong utama dalam pembuluh. Resistensi yaitu ukuran hambatan
terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi
(gesekan) antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh yang
stasioner. Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga faktor : 1)
viskositas darah, 2) panjang pembuluh, dan 3) jari-jari pembuluh. Semakin
besar viskositas semakin besar resistensi terhadap aliran, namun dalam
keadaan normal konsentrasi protein plasma dan jumlah sel darah merah
yang beredar relatif konstan, sehingga tidak penting untuk mengontrol
resistensi. Panjang pembuluh di dalam tubuh konstan, maka panjang
tersebut bukan merupakan faktor variabel untuk mengontrol resistensi
vaskuler. Dengan demikian penentu utama resistensi terhadap aliran
adalah jari-jari sesuai dengan persamaan:
R ∞ 㧈破浅 (Sherwood, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Volume darah yang sama harus mengalir melewati setiap bagian
sirkulasi dalam setiap menitnya, sehingga kecepatan aliran darah
berbanding terbalik dengan luas penampang pembuluh darah (Guyton and
Hall, 2007). Ketika kecepatan aliran menjadi terlalu besar seperti bila
aliran darah melewati suatu obstruksi di pembuluh, bila aliran berbelok
tajam, atau bila darah mengalir melalui permukaan kasar, aliran darah
dapat menjadi turbulen atau terganggu, dan tidak laminar. Apabila
kecepatan suatu cairan yang mengalir di tabung meningkat secara bertahap
dengan memperkecil jari-jari tabung, akan tercapai suatu kecepatan kritis
vc saat aliran laminar berubah menjadi turbulen (Cameron et al., 2006).
Aliran turbulen berarti bahwa darah mengalir melintang di pembuluh
maupun di sepanjang pembuluh, biasanya membentuk pusaran dalam
darah yang disebut aliran eddy. Bila timbul aliran eddy, darah mengalir
dengan resistensi yang jauh lebih besar daripada bila mengalir laminar
karena aliran eddy sangat memperbesar seluruh gesekan aliran dalam
pembuluh (Guyton and Hall, 2007).
Kecenderungan untuk timbulnya aliran turbulen meningkat
berbanding lurus dengan kecepatan aliran darah, diameter pembuluh darah
dan berat jenis darah, dan berbanding terbalik dengan viskositas darah,
sesuai dengan persamaan berikut:
Re = 剖.聘.迄骑
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Re adalah bilangan Reynold dan merupakan ukuran kecenderungan
terjadinya turbulensi, v adalah kecepatan rata-rata aliran darah (dalam
sentimeter per detik), d adalah diameter pembuluh (dalam sentimeter), ρ
adalah massa jenis, dan η adalah viskositas (dalam poise) (Guyton and
Hall, 2007). Apabila terdapat belokan atau obstruksi, angka Reynold
menjadi jauh lebih kecil. Arteri yang mengalami obstruksi, karena
alirannya turbulen, memerlukan peningkatan tekanan yang jauh lebih
besar, akibatnya jumlah kerjanya lebih besar pula (Cameron et al., 2006).
Berdasarkan teori di atas, usia dan paparan kronis intraarteri pada
pasien hipertensi terkait dengan peningkatan tekanan sistolik melalui efek
langsung yaitu dengan meningkatkan tekanan pembuluh darah perifer,
serta efek tidak langsung yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan
besarnya pantulan gelombang tekanan pembuluh darah perifer.
Peningkatan kecepatan dan besarnya pantulan gelombang perifer tersebut
terjadi akibat kemampuan aorta proksimal untuk mengubah aliran pulsatil
yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri menjadi aliran yang relatif stabil
untuk dialirkan ke mikrosirkulasi terganggu, hal ini terkait dengan kondisi
aorta yang kaku pada lanjut usia. Oleh karena itu, menyebabkan tekanan
pulsasi yang lebih tinggi. Kemudian saat melewati arkus aorta, kecepatan
aliran darah menjadi terlalu besar, sehingga aliran darah menjadi turbulen.
Jika darah mengalir dengan resistensi yang lebih besar maka akan timbul
aliran eddy yang sangat memperbesar seluruh gesekan aliran dalam aorta
ascenden. Hal tersebut kemudian mencetuskan terjadinya elongasi aorta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: memacu/meningkatkan
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta pada
pemeriksaan foto toraks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan
desain cross sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi Surakarta pada bulan Mei – Juni 2011.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Target
Semua pasien yang melakukan pemeriksaan foto toraks di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
2. Sampel
a. Kriteria inklusi:
1) Laki-laki dan perempuan usia 20 sampai 80 tahun
2) Foto toraks posisi postero-anterior
3) Pada foto toraks inspirasi cukup, dalam arti tampak:
a) Costa anterior enam pasang
b) Costa posterior sepuluh pasang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Kriteria eksklusi:
1) Kelainan katup jantung
2) Kelainan katup aorta
3. Besar Sampel
Karena pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan
analisis data menggunakan uji Chi Square, maka membutuhkan sampel
minimal 30 subjek penelitian (rule of thumb) dengan frekuensi harapan
(expected frequency) dianjurkan tidak kurang dari 5 subjek dalam masing-
masing sel (Murti, 2010).
Sehingga besar sampel yang dibutuhkan adalah: 60 subjek.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel secara purposive sampling yakni pencuplikan
dengan pembatasan-pembatasan tertentu untuk tujuan eksplisit tertentu
(Murti, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas: derajat hipertensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Variabel terikat: elongasi aorta
3. Variabel luar
a. Terkendali: usia, foto toraks posisi postero-anterior, jumlah costa
anterior, dan jumlah costa posterior.
b. Tidak terkendali: kondisi psikologis pasien (white coat hypertension),
asupan nutrisi, dan aktifitas sehari-hari.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas: derajat hipertensi
a. Definisi: Derajat hipertensi berdasarkan klasifikasi tekanan darah
menurut JNC 7
b. Alat ukur: Sphygmomanometer raksa merk Riechster
c. Satuan: mmHg
d. Skala pengukuran: Ordinal
2. Variabel Terikat: elongasi aorta
a. Definisi: Panjang aorta dimulai dari aorta ascenden, arkus aorta, aorta
descenden, dan aorta abdominalis. Aorta yang memanjang dapat diukur
dengan menghitung jarak antara tepi atas arkus aorta dengan batas
superior manubrium sterni (incisura jugularis sterni) (Savas, 2000). Jika
jaraknya kurang dari 2,5 cm = aorta memanjang (elongasi aorta).
b. Alat ukur: Mistar
c. Satuan: sentimeter
d. Skala pengukuran: Nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika jarak antara tepi atas arkus aorta dengan incisura jugularis sterni
< 2,5 cm: elongasi.
2) Jika jarak antara tepi atas arkus aorta dengan incisura jugularis sterni
≥ 2,5 cm: tidak elongasi.
3. Variabel Luar Terkendali
a. Usia
1) Definisi: Umur sampel penelitian ketika data diambil yaitu antara
20-80 tahun
2) Alat ukur: Identitas pada foto toraks pasien
3) Skala pengukuran: Rasio
b. Foto toraks posisi postero-anterior
1) Definisi: Arah proyeksi radiografi dari permukaan posterior ke
anterior, atau dari belakang ke depan.
2) Hasil: Pemeriksaan jantung dapat lebih jelas pada foto toraks posisi
postero-anterior karena pada posisi tersebut secara anatomis jantung
akan lebih dekat dengan film Roentgen.
c. Jumlah costa anterior
1) Definisi: Pada foto toraks inspirasi cukup dalam arti tampak costa
anterior enam pasang
2) Alat ukur: Perhitungan secara langsung pada foto toraks pasien
3) Hasil: Inspirasi cukup dan inspirasi tidak cukup
4) Skala pengukuran: Nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Jumlah costa posterior
1) Definisi: Pada foto toraks inspirasi cukup dalam arti tampak costa
posterior sepuluh pasang
2) Alat ukur: Perhitungan secara langsung pada foto toraks pasien
3) Hasil: Inspirasi cukup dan inspirasi tidak cukup
4) Skala pengukuran: Nominal
4. Variabel Luar Tidak terkendali
a. Kondisi psikologis pasien (white coat hypertension)
b. Asupan nutrisi
c. Aktivitas sehari-hari
H. Instrumentasi
1. Sphygmomanometer
Sphygmomanometer yang digunakan adalah sphygmomanometer
raksa merk Riechster dengan ketelitian 1 mmHg.
2. Stetoskop
3. Mistar
4. Rekam Medis Pasien
5. Tabel Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
I. Cara Kerja
1. Sampel penelitian diukur jarak tepi atas arkus aorta dengan incisura
jugularis sterni pada foto toraks posisi postero-anterior.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Pemeriksaan tekanan darah dengan Sphygmomanometer dan stetoskop
serta pencarian data penunjang kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada
rekam medik sampel.
3. Penggolongan sampel elongasi aorta yang memiliki prehipertensi,
hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan tidak memiliki hipertensi
(normal).
4. Penggolongan sampel tidak elongasi aorta yang memiliki prehipertensi,
hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan tidak memiliki hipertensi
(normal).
J. Teknik Analisis Data
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data dalam penelitian ini dianalisis dan hubungan antarvariabel ditentukan
dengan uji statistik non-parametrik Chi Square. Uji Chi Square untuk
mengetahui hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta,
dengan variabel bebas derajat hipertensi dan variabel terikat elongasi aorta
(Sastroasmoro, 2008).
Rumus bangun yang umum untuk uji Chi Square adalah sebagai
berikut :
�挠实素 纵归泼石归萍邹挠归萍
dimana :
χ2 = Chi Square
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam)
sampel
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai
pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam
populasi
f钮实 ∑ꚸprlaaúǴİp柜Ƽ轀lmprl柜lǴplf钮石柜İp∑棍跪棍pǴ 果素 诡跪Ǵ跪桂aúǴİp柜Ƽ轀lmprl柜lǴplf钮石柜İp
dengan tabel kontingensi 4x2 sebagai berikut :
Variabel bebas Variabel terikat
Elongasi Aorta Tidak Elongasi
Aorta
Jumlah
Tidak Hipertensi a e
a+e
Prehipertensi b f b+f
Hipertensi Derajat 1 c g c+g
Hipertensi Derajat 2 d h d+h
Jumlah a+b+c+d e+f+g+h N
Keterangan :
a = tidak hipertensi, elongasi aorta
b = prehipertensi, elongasi aorta
c = hipertensi derajat 1, elongasi aorta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d = hipertensi derajat 2, elongasi aorta
e = tidak hipertensi, tidak elongasi aorta
f = prehipertensi, tidak elongasi aorta
g = hipertensi derajat 1, tidak elongasi aorta
h = hipertensi derajat 2, tidak elongasi aorta
N = jumlah individu/subjek
Kriteria penerimaan hipotesis :
Uji Chi Square dengan derajat signifikasi (level of significance)
5%.
Nilai χ2 hitung dibandingkan dengan χ2 tabel dengan taraf
signifikansi a = 0,05.
Dan nilai derajat bebas (degree of freedom) dihitung dengan rumus:
Derajat bebas (degree of freedom) = (r-1) (c-1)
Dengan r = jumlah baris
c = jumlah kolom
Derajat bebas (degree of freedom) = (4-1) (2-1) = 3
Maka nilai 果挠 0,05 tabel ; (4-1) (2-1) = 7,815 (terlampir)
Interpretasi hasil :
Jika χ2 hitung ≥ χ2 tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
χ2 hitung < χ2 tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Keputusan:
H0 : tidak ada hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi
aorta.
H1 : ada hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta.
(Hadi, 2000).
2. Penghitungan Odd Ratio (OR) untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta (Murti, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada
tanggal 23 Mei – 23 Juni 2011. Dengan metode purposive sampling diperoleh
subjek penelitian sebanyak 60 orang. Dari 60 subjek tersebut, 15 orang tidak
mengalami hipertensi, 25 orang menderita prehipertensi, 12 menderita
hipertensi derajat 1, dan 8 orang menderita hipertensi derajat 2. Secara
lengkap distribusi subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia
No Usia Derajat Hipertensi
Tidak
Hipertensi
% PreHT % HT 1 % HT 2 %
1 20-29 2 3.3 0 0 1 1.6 0 0
2 30-39 2 3.3 1 1.6 0 0 0 0
3 40-49 6 10 8 13.3 1 1.6 0 0
4 50-59 3 5 8 13.3 3 5 3 5
5 60-69 1 1.6 3 5 2 3.3 1 1.6
6 70-80 1 1.6 5 8.3 5 8.3 4 6.6
Jumlah 15 25 12 8
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia
Berdasarkan data pada Tabel 4.1., didapatkan subjek dengan tekanan
darah tidak hipertensi terbanyak pada usia 40-49, subjek prehipertensi
terbanyak pada usia 40-49 tahun dan 50-59 tahun, subjek hipertensi derajat 1
terbanyak pada usia 70-80 tahun, dan subjek hipertensi derajat 2 terbanyak
pada usia 70-80 tahun.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-80
Tidak Hipertensi
Prehipertensi
Hipertensi Derajat 1
Hipertensi Derajat 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Derajat Hipertensi, Jenis Kelamin, dan Elongasi Aorta
Variabel bebas Variabel terikat
Elongasi Aorta Tidak Elongasi
Aorta
Jumlah
Tidak Hipertensi:
(%)
Laki-laki Perempuan
3
20%
3 0
12
80%
7
5
15
100%
Prehipertensi:
(%)
Laki-laki Perempuan
14
56%
9
5
11
44%
4
7
25
100%
Hipertensi Derajat 1:
(%)
Laki-laki
Perempuan
8
66.7%
5
3
4
33.3%
1
3
12
100%
Hipertensi Derajat 2:
(%)
Laki-laki
Perempuan
8
100%
5
3
0
0%
0
0
8
100%
Jumlah 33 27 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berdasarkan data pada Tabel 4.2. didapatkan pasien tekanan darah tidak
hipertensi dengan aorta memanjang sebanyak 3 orang (20 %) dan pasien
tekanan darah normal dengan aorta tidak memanjang sebanyak 12 orang (80
%). Pasien prehipertensi dengan aorta memanjang sebanyak 14 orang (56 %)
dan pasien prehipertensi dengan aorta tidak memanjang sebanyak 11 orang
(44 %). Pasien hipertensi derajat 1 dengan aorta memanjang sebanyak 8
orang (66,7 %) dan pasien hipertensi derajat 1 dengan aorta tidak memanjang
sebanyak 4 orang (33,3 %). Pasien hipertensi derajat 2 dengan aorta
memanjang sebanyak 8 orang (100 %), dan tidak terdapat pasien hipertensi
derajat 2 dengan aorta tidak memanjang.
B. Hasil Analisis
Dari hasil penelitian pada Tabel 4.2., dilakukan uji statistik dengan
menggunakan teknik analisis uji Chi Square dan perhitungan Odd Ratio yang
diolah dengan SPSS 17.0 for Windows.
1. Uji Chi Square
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah derajat
hipertensi dan variabel terikatnya adalah elongasi aorta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.3. Uji Chi Square Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta
Elongasi Aorta X2 P
Ya Tidak Total
14.64 0.002 Derajat
Hipertensi
Tidak Hipertensi 3 12 15
Prehipertensi 14 11 25
Hipertensi Derajat 1 8 4 12
Hipertensi Derajat 2 8 0 8
Total 23 27 60
Hasil penelitian dengan metode Chi Square dengan derajat bebas = 3
dan taraf signifikansi = 5% diperoleh nilai X2 hitung = 14,64 lebih besar
dari nilai X2 tabel = 7,815. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat
hipertensi dengan elongasi aorta (p < 0,05).
2. Odd Ratio Derajat Hipertensi
Tabel 4.4. Risiko Terjadinya Elongasi Aorta pada Pasien Prehipertensi, Hipertensi Derajat 1, dan Hipertensi Derajat 2
Derajat Hipertensi OR Confidence Interval 95%
Lower Limit Upper Limit
Prehipertensi 5.09 1.14 22.62
Hipertensi Derajat 1 8.00 1.39 45.75
Hipertensi Derajat 2 60.71 2.76 1332
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dari Tabel 4.4. terlihat bahwa pasien prehipertensi memiliki risiko
5 lebih besar (OR = 5.09 %), pasien hipertensi derajat 1 memiliki risiko 8
lebih besar (OR = 8.00 %), dan pasien hipertensi derajat 2 memiliki risiko
60 lebih besar (OR = 60.71 %) untuk mengalami elongasi aorta bila
dibandingkan dengan pasien normotensi. Ketiga hasil Odds Ratio tersebut
memiliki arti bahwa antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta
mempunyai hubungan yang erat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat
hipertensi dengan elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Subjek penelitian ini diseleksi berdasarkan kriteria inklusi
laki-laki dan perempuan usia 20 sampai 80 tahun, foto toraks posisi postero-
anterior, dan pada foto toraks inspirasi cukup, dalam arti tampak costa anterior
enam pasang dan costa posterior sepuluh pasang. Usia minimal 20 tahun
didasarkan pada studi pustaka sebelumnya yang menyatakan bahwa pemanjangan
dan berkelok-kelok serta bertambahnya diameter dan volumenya pada pembuluh
darah aorta dimulai pada usia 20 tahun (Rustam, 1996). Foto toraks yang dipilih
adalah posisi postero-anterior karena pada posisi tersebut secara anatomis jantung
akan lebih dekat dengan film Roentgen. Pada penelitian ini dipilih foto toraks
yang tampak costa anterior enam pasang dan costa posterior sepuluh pasang untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengukuran jarak antara tepi atas arkus aorta
dengan batas superior manubrium sterni (incisura jugularis sterni).
Berdasarkan Tabel 4.1., penderita hipertensi derajat 1 banyak diderita pada
usia 70-80 tahun (8,3 %) dan hipertensi derajat 2 banyak diderita pada usia 70-80
tahun (6,6 %). Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2003) dan Yogiantoro
(2006) yang menyatakan bahwa makin meningkatnya jumlah penderita hipertensi
seiring dengan peningkatan populasi usia lanjut. Pada penderita hipertensi,
baroreseptor tidak berespon mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
karena baroreseptor pada penderita hipertensi telah beradaptasi untuk bekerja pada
tingkat yang lebih tinggi (Sherwood, 2001). Keterkaitan antara usia dengan
peningkatan tekanan darah juga dapat dijelaskan melalui fenomena gelombang
tekanan pantul (Chobanian, 2007). Pada usia lanjut, peningkatan tekanan sistolik
dan tekanan nadi berhubungan dengan kekakuan aorta (Safar et al., 2006; Lakatta,
2003) dijelaskan melalui efek langsung dan tidak langsung. Secara langsung, aorta
yang kaku meningkatkan karakteristik impedansi, kemudian meningkatkan
besarnya gelombang tekanan pembuluh darah perifer yang dihasilkan oleh ejeksi
ventrikel. Secara tidak langsung, peningkatan kekakuan aorta mampu mengubah
kecepatan dan besarnya pantulan gelombang tekanan pembuluh darah perifer
(Chobanian, 2007). Hal tersebut juga dapat dijelaskan melalui fungsi aorta sebagai
sistem kapasitas buffering. Sistem kapasitas buffering aorta mengubah aliran
pulsatil yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri agar menjadi aliran yang relatif
stabil ditingkat mikrosirkulasi. Kapasitas buffering aorta tersebut dipengaruhi oleh
ketebalan, komposisi, kekakuan, dan diameter dinding aorta. Dengan demikian
kekakuan aorta yang terjadi pada usia lanjut akan memberikan impedansi yang
lebih tinggi untuk volume sekuncup (stroke volume), oleh karena itu
menyebabkan tekanan pulsasi yang lebih tinggi (Farasat, 2008).
Menurut hasil penelitian pada Tabel 4.2., terdapat 14 orang (56 %)
penderita prehipertensi, 8 orang (66,7 %) penderita hipertensi derajat 1, dan 8
orang penderita hipertensi derajat 2 (100 %) mengalami elongasi aorta. Hasil
tersebut lebih banyak dari subjek tidak hipertensi yang mengalami elongasi aorta
yaitu sebanyak 3 orang (20 %). Hal ini sesuai dengan pernyataan Purwohudoyono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(2010), di mana perubahan bentuk aorta dapat disebabkan oleh hipertensi, usia,
kelainan katup (insufisiensi aorta), dan kelainan dinding aorta karena radang
(tuberkulosis, lues). Menurut Savas (2000), elongasi aorta dapat terjadi oleh
banyak penyebab di antaranya aterosklerosis, hipertensi, regurgitasi aorta, dan
lain-lain. Pada penderita hipertensi di mana baroreseptor telah beradaptasi untuk
bekerja pada tingkat yang lebih tinggi (Sherwood, 2001), terjadi paparan kronis
tekanan tinggi intraarteri diperkirakan dapat mempercepat kerusakan elastin
(O’rouke, 2005). Selain itu, darah yang melalui aorta mengalir dalam kecepatan
tinggi akibat bentuk anatomis arkus aorta yang berbelok tajam. Hal tersebut
mencetuskan perubahan aliran darah menjadi turbulen, tidak laminer. (Cameron et
al., 2006). Selanjutnnya, aliran turbulen biasanya membentuk pusaran dalam
darah yang disebut aliran eddy dengan resistensi yang jauh lebih besar sehingga
dapat memperbesar seluruh gesekan dalam pembuluh aorta (Guyton and Hall,
2007).
Berdasarkan analisis statistik dari data Tabel 4.3. yang diolah
menggunakan SPSS 17.0 for Windows, dengan metode Chi Square dengan derajat
bebas = 3 dan taraf signifikansi = 5% diperoleh nilai X2 hitung = 14,64 lebih besar
dari nilai X2 tabel = 7,815, maka dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna
antara derajat hipertensi dan elongasi aorta dengan korelasi erat. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Savas (2000) yang menyatakan bahwa
hipertensi merupakan salah satu penyebab elongasi aorta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan bermakna antara derajat hipertensi dengan elongasi
aorta (p=0.002).
2. Terdapat “hubungan dosis-respons” yang kuat dan secara statistik
signifikan antara derajat hipertensi dan risiko mengalami elongasi aorta.
B. Saran
1. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
memperhitungkan faktor perancu yang belum dapat dikendalikan pada
penelitian ini, seperti kondisi psikologis pasien (white coat hypertension),
asupan nutrisi, dan aktivitas sehari-hari.
2. Sebaiknya masyarakat rajin mengontrol tekanan darah dan menghindari
hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga angka
komplikasinya dapat menurun.
3. Dalam penanganan pasien hipertensi perlu dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan penunjang radiologis.
39