Sumberdaya dan Cadangan
Di Indonesia cukup banyak terdapat batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf yang berumur Pra Tersier sampai Kuarter. Sebagai
akibat proses geologi yang telah berlangsung jutaan tahun secara
keseluruhan menghasilkan macam dan jumlah bahan galian industri yang
cukup banyak, namun secara setempat-setempat mempunyai jumlah yang
mungkin sangat terbatas. Untuk mengetahui kualitas suatu bahan galian
dikenal istilah sumberdaya (Resource) dan cadangan (Reserve).
a. Sumberdaya (Resource)
Dikenal dua istilah yaitu sumberdaya yang diketahui (Identified
resource) dan sumberdaya yang belum ditemukan (undiscovered resource).
Disamping itu dikenal pula istilah :
Sumberdaya Tingkat Spekulatif (Speculative Resource)
Adalah potensi sumberdaya bahan galian yang mungkin dapat
diproduksi dari suatu daerah prospek bahan galian dimana data yang
dijadikan dasar perhitungan terutama mengacu pada hasil studi
pustaka dan penelitian lapangan.
Sumberdaya Tingkat Hipotetis (Hypothetical Resource)
Adalah potensi sumberdaya bahan galian yang mungkin dapat
diproduksi dari suatu daerah prospek bahan galian dimana data yang
dijadikan dasar adalah tinjauan lapangan secara regional serta hasil
analisa laboratorium. . (Sukandarrumidi, 1999)
6
b. Cadangan (Reserve)
Mengacu pada klasifikasi hasil Koordinasi Teknis Neraca Sumberdaya
Alam Nasional (1991), Cadangan (Reserve) dibedakan menjadi :
Cadangan Hipotetik (Hypothetical Reserve)
Adalah cadangan suatu bahan galian yang bersifat deduktif/dugaan
dari kemungkinan faktor-faktor geologi yang mengontrol atau dugaan
dari hasil penyelidikan awal/tinjau. Tingkat keyakinan cadangan
sebesar (10 – 15) % dari total cadangan yang diduga.
Cadangan Tereka (Probable Reserve)
Adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya
didasarkan atas tinjauan lapangan dengan tingkat keyakinan
cadangan (20 – 30) % dari total cadangan yang ada.
Cadangan Teridentifikasi (Indicated Reserve)
Adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya
didasarkan atas penelitian lapangan dan hasil analisa laboratorium
dengan tingkat keyakinan cadangan (50 – 60) % dari total cadangan
yang terindikasi.
Cadangan Terukur (Measured Reserve)
Adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya
didasarkan atas penelitian lapangan secara sistematis dan hasil
analisa laboratorium dengan tingkat keyakinan cadangan (80 – 85) %
dari total cadangan yang ada.
PERHITUNGAN CADANGAN
7
Perhitungan cadangan bahan galian industri sangat sederhana
dibandingkan dengan bahan galian yang lain. Hal ini pada dasarnya
disebabkan oleh kesederhanaan geometri endapan bahan galian tersebut.
Penilaian suatu cadangan bahan galian industri dapat dilakukan dengan
beberapa metode seperti metode poligon, penampang melintang atau
metode geometri lainnya. Adapun rumus metode perhitungan cross section
dan metode isoline yaitu :
Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari
perhitungan. Hasil perhitungan secara manual ini dapat dipakai
sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang
lebih canggih dengan menggunakan komputer.
Rumus prismoida :
V = (S1 + 4M + S2) L .........................................(2.1)
6 Keterangan :
S1,S2 = Luas penampang ujung
M = Luas penampang tengah
L = Jarak antara S1 dan S2
V = Volume
8
Gambar 2.1 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Prismoida (Sumber : Seimahura, 1998.)
Rumus kerucut terpancung :
......
.... ....................... (2.2)
Keterangan :
Keterangan :
S1 = Luas penampang atas
S2 = Luas penampang alas
L = Jarak antar S1 dan S2
V = Volume
9
LV = ( S1 + S2 + ) 3
Gambar 2.2 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Kerucut Terpancung (Sumber : Seimahura, 1998)
Rumus luas rata-rata (mean area) :
.....................
....................... (2.3)
Keterangan :
S1,S2 = Luas penampang
L = Jarak antar penampang
V = Volume cadangan
10
(S1 + S2)V = L 2
S1 L
S2
Gambar 2.3 Sketsa Perhitungan Volume dengan Rumus Mean Area (Sumber : Seimahura, 1998)
Untuk menghitung luas penampang digunakan penggabungan
metode simpson 1/3 dan simpson 3/8.
Lsimp1/3 = h/3 (f0+fn) + h/3 (4f1+4f3+4f5+...+4fn-1) + h/3 (2f2+2f4+2f6+...+2fn-2)
h/3 (f0+fn) + 4h/3 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 2h/3 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp1/3 = h/3 ( f0 + 4 ∑ f ganjil + 2 ∑ f genap + fn ) ...............
(2.4)
Lsimp3/8 = h/8 (f0+fn) + h/8 (3f1+3f3+3f5+...+3fn-1) + h/8 (3f2+3f4+3f6+...+3fn-2)
h/8 (f0+fn) + 3h/8 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 3h/8 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp3/8 = h/8 ( f0 + 3 ∑ f ganjil + 3 ∑ f genap + fn ) ...............
(2.5)
11
f
fo f1 f2 f3 h
Gambar 2.4 Sketsa Perhitungan Luas Penampang (Sumber : Lilik Eko Widodo, 2002)
Sedangkan, untuk menghitung tonase digunakan rumus :
T = V x Bj............................................................................ (2.6)
Keterangan :
T = Tonase (Ton)
V = Volume (m3 )
Bj = Berat Jenis (Ton/m3)
Metode Isoline (Metode Kontur)
Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan bijih dimana
ketebalan dan kadar mengecil dari tengah ke tepi endapan.
12
Gambar 2.5 Sketsa topografi metode isoline
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang
terdapat di dalam batas kontur, kemudian mempergunakan prosedur-
prosedur yang umum dikenal.
Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur,
kemudian mengadakan weighting dari masing-masing luas daerah dengan
contour grade.
13
...................... (2.7)
go = kadar minimum dari bijih
g = interval kadar yang konstan antara dua kontur
Ao = luas endapan dengan kadar go dan lebih tinggi
A1 = luas endapan bijih dengan kadar go + g dan lebih tinggi
A2 = luas endapan bijih dengan kadar go + 2g dan lebih tinggi, dst.
Bila kondisi mineralisasi tidak teratur maka akan muncul masalah. Hal
ini dapat dijelaskan melalui contoh berikut ini (Seimahura, 1998).
Gambar 2.6 Kontur mineralisasi yang tidak merata
Di dalam hal ini :
14
...... (2.8)
Top Related