EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAHE (Zingiber
officinale) DAN KENCUR (Kaempferia galanga. L) DI DESA GIRIMULYO
KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR
Usulan Penelitian untuk Skripsi
Diajukan kepada: Program Studi Agroteknologi
Oleh :
Yuniasri Dian Pertiwi
H0710121
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
APRIL, 2013
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAHE (Zingiber
officinale) DAN KENCUR (Kaempferia galanga. L) DI DESA GIRIMULYO
KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR
Usulan Penelitian untuk Skripsi
Oleh
Yuniasri Dian Pertiwi
H0710121
Telah disetujui
Pembimbing Utama:
............................................. Tanggal :
NIP. ..........................
Pembimbing Pendamping:
............................................. Tanggal :
NIP. ..........................
Surakarta,.................................
Menyetujui,
Komisi Sarjana
Program Studi Agroteknologi
Ketua,
...........................................
NIP....................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemakaian tanaman obat saat ini cenderung meningkat sejalan dengan
berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan
dan minuman. Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat
mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan
mengkonsumsi jamu. Apalagi sejak masyarakat mulai sadar tentang manfaat
tanaman obat untuk menjaga dan memelihara kesehatan, makin menjamurnya
industri-industri obat tradisional di dalam maupun luar negeri. Hal ini juga
ditunjang dengan meningkatnya pandangan tentang segi positif mengkonsumsi
bahan-bahan alam dibandingkan bahan kimia atau sintesis. Membudidayakan
tanaman obat dalam berbagai skala bisnis masih menjanjikan. Salah satu hal yang
sangat mendukung peluang bisnis tersebut adalah adanya kesesuaian lahan di
berbagai wilayah Indonesia untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman obat.
Salah satu tanaman obat yang bernilai komersil adalah kencur. Kencur
banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri
kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus
rokok pada industri rokok kretek, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai
bioinsektisida. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan,
ekspektoran, obat batuk, disentri, tonikum, infeksi bakteri, masuk angin, sakit perut.
Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-
metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan
dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Banyaknya manfaat kencur
memungkinkan pengembangan pembudidayaannya dilakukan secara intensif yang
disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan. Produksi, mutu dan kandungan
bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara
budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya.
Selain kencur, tanaman jahe juga banyak dicari oleh masyarakat baik dalam
bentuk jahe segar dan jahe kering. Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan
obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik
untuk dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas
ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi
dibandingkan dengan biaya produksi. Kendala yang ditemui oleh para eksportir
adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan
dengan pesanan yang diterima. Beberapa kelebihan tanaman obat jenis jahe jika
dibandingkan dengan jenis tanaman obat lain adalah dapat mudah ditanam, diolah,
diproses sampai dikonsumsi dalam bentuk sirup, minuman penghangat (instan),
manisan, bumbu dapur dan dapat digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
(jamu). Komoditas jahe mempunyai rata-rata nilai permintaan terbesar di dalam
Industri Tanaman Obat Indonesia (ITOI) yaitu sebesar 5000 ton per tahun dan
sebagian besar komoditi ini digunakan sebagai bahan minuman kesehatan oleh
berbagai industri.
Untuk mendukung pengembangan budidaya tanaman obat ini diperlukan
karakteristik lahan yang sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman jahe dan
kencur agar dapat memproduksi rimpang yang optimal. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengevaluasi lahan yang akan digunakan untuk budidaya. Evaluasi
kesesuaian lahan dapat didefinisikan sebagai suatu proses penilaian potensi atau
kelas kesesuaian suatu lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Cara
menentukan kelas kesuaian suatu lahan adalah dengan membandingkan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh tipe penggunaan lahan yang kemudian diterapkan sesuai
dengan karakteristik lahan yang akan digunakan. Dengan demikian maka dapat
diketahui tingkat/kelas kesesuaian lahan tersebut dengan tipe/jenis penggunaannya.
Evaluasi kesesuaian lahan sangat penting peranannya dalam konteks sumberdaya
lahan, selain dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan juga dapat menekan
terjadinya kerusakan lahan dan lingkungan.
Oleh karena itu perlunya dilakukan evaluasi lahan sebelum menentukan atau
memanfaatkannya sebagai lahan pertanian tanaman jahe dan kencur guna
meningkatkan nilai ekonomis dan memenuhi permintaan pasar, penulis tertarik
untuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul “Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Tanaman Jahe (Zingiber officinale) Dan Kencur (Kaempferia galanga. L) Di
Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar”. Dengan adanya
penelitian ini diharap dapat membantu memberikan solusi kepada petani di Desa
Girimulyo untuk membudidayakan tanaman jahe dan kencur yang memiliki nilai
komersial tinggi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, penulis mengajukan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi lahan aktual Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana evaluasi kesesuaian lahan Desa Girimulyo Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar?
3. Bagaimana kesesuaian antara kondisi aktual lahan dengan syarat tumbuh
tanaman kecur dan jahe di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini merupakan jawaban yang diharapkan dari
rumusan masalah, yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kondisi lahan aktual Desa Girimulyo Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kencur dan jahe di Desa
Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
3. Mengidentifikasi kesesuaian antara syarat tumbuh tanaman kencur dan
jahe dengan kondisi lahan aktual Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini untuk mencukupi kebutuhan
jahe dan kencur baik di pasar dalam negeri dan permintaan dari negara lain. Selain
itu kegiatan penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat Desa Girimulyo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar untuk membudidayakan tanaman
jahe dan kencur agar meningkatkan kesejahteraan hidup mereka karena tanaman
jahe dan kencur memiliki nilai komersil yang cukup tinggi serta memiliki prospek
yang baik dalam pembudidayaan tanaman jahe dan kencur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi dan Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan
(perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan
dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek
lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai
penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO 1976) sehingga evaluasi
sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan-
hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil (Samrumi 2009)
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda
tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus
1985 cit Hidayat MY 2006). Berbeda dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi
kemampuan pada umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas seperti
penggunaan untuk pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Penilaian kesesuian lahan
pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu.
Berdasarkan FAO 1976, Kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi dua,
sesuai waktu dan penggunaannya, yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian
lahan potensial. Kelas kesesuaian lahan aktual (saat sekarang), menunjukan
kesesuaian lahan terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan
sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti. Sedangkan kesesuaian lahan potensial
menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan
lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu
yang diperlukan (Hidayat MY 2006)
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat ordo, kelas, subkelas, dan unit. Ordo
menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
tertentu. Pada tingkat ordo, kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong
sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah
keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas, lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong
tidak sesuai (N) dibedakan dalam dua kelas, yaitu: lahan yang tidak sesuai saat ini
(N1) dan lahan yang tidak sesuai untuk selamanya (N2). Pada tingkat sub-kelas,
kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang
diperlukan dalam tingkat kelas. Pada tingkat ini, tiap kelas dapat terdiri satu atau
lebih sub-kelas. Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih
lanjut dari sub-kelas berdasarkan atas besarnya faktor pembatas (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007 cit Hutapea S 2012).
B. Kencur (Kaempferia galanga. L)
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah
atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah
helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan
berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk
tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah,
bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan.
Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam
pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah
ternaungi (Serba tani 2012)
Kencur memerlukan tanah dengan agroklimat yang sesuai, yang meliputi
jenis tanah, tingkat kesuburan tanah, jumlah curah hujan dan hari hujan, suhu udara
harian. Tanpa penerapan teknologi kesesuaian lahan maka akan menimbulkan
dampak negatif dalam pengusahan tanaman kencur. Iklim dan kondisi lahan yang
tidak sesuai akan menyebabkan produktivitas tanaman tidak optimal
(Puslitbang Perkebunan 2007)
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis
tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur
merupakan tanaman obat yang bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak
dibudidayakan. Bagian rimpangnya digunakan sebagai bahan baku industri obat
tradisional, bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman penyegar lainnya.
Menurut Sukari et.al (2008) cit Hasanah et.al (2011) bahwa andungan minyak
atsiri dari rimpang kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous compounds
(misalnya etil p-metoksisinamat 58,47%, isobutil β-2-furilakrilat 30,90%, dan
heksil format 4,78%); derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya borneol 0,03%
dan kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon.
C. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Jahe dikenal sebagai tanaman yang daerah asalnya tidak diketahui dengan
pasti, kemungkinan dari daerah tropis di Asia, seperti India atau Cina. Keberadaan
jahe di Indonesia telah diketahui sejak abad ke-13. Marcopolo pada masa
perjalanannya tahun 1271-1297 menemukan jahe tumbuh di Cina, Sumatera dan
Malabar. Berdasarkan bentuk, warna, aroma rimpang serta komposisi kimia-nya,
selama ini di Indonesia dikenal tiga tipe utama jahe, yaitu jahe putih besar atau jahe
gajah, jahe putih kecil atau jahe emprit, dan jahe merah atau jahe sunti
(Rostiana O 2008)
Klasifikasi tanaman jahe (Zingiber officinale)
• Divisi : Pteridophyta
• Sub divisi : Angiosperma
• Kelas : Monocotyledoneae
• Bangsa : Scitamineae
• Suku : Zingiberaceae
• Marga : Zingeber
• Jenis : Zingiber officinale
Karakteristik tanaman, Jahe tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 0,4 – 1 m.
Berumur tahunan, batangnya merupakan batang semu yang tersusun dari helaian
daun, berbentuk ramping, bulat dan agak lunak. Jahe tumbuh tegak dan merumpun.
Daunnya berbentuk langsing membulat dengan ujung melancip, warna hijau tua
dengan pertulangan daun berwarna lebih muda yang terlihat jelas. Pertumbuhan
daunnya menyirip berseling, bunga keluar dari permukaan tanah, muncul dari
rimpang samping bila tanaman sudah cukup dewasa, tinggi bunga biasanya hanya
seperempat kali tinggi tanaman., tandan bunga terdiri atas kumpulan bunga-bunga
kecil berbetuk kerucut, warna bunga putih kekuningan. Akarnya berbentuk
rimpang, berbau harum dan pedas. Rimpang jahe bercabang rapat, panjang
membulat agak pendek. Rimpang jahe bercabang rapat, panjang membulat agak
pendek. Kulit luar rimpang berwarna cokelat kotor jika rimpang dibelah, tampak
daging rimpang berwarna kuning, beraroma khas jahe yang tajam dan agak pedas,
rimpang jehe emprit terlihat lebih merah dibandingkan jahe biasa (Syifa 2011)
Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi besar untuk
dikembangkan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, dan bahan baku minuman
serta makanan. Jahe banyak dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri
sendi dan otot, tonikum, serta obat batuk. Jahe juga diandalkan sebagai komoditas
ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak atsiri, dan oleoresin.
Berdasarkan penelitian Sri Darmanti (2006) pada pertanaman Jahe menunjukkan
jika semakin tinggi tingkat salinitas menyebabkan pertumbuhan tanaman jahe
emprit terhambat yang ditunjukkan oleh berat basah, berat kering dan jumlah tunas
tanaman
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah pada bulan Maret sampai Mei
2013. Sedangkan Analisis Tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
a. Peta Kerja berupa peta rupa bumi lembar Ngargoyoso, Google earth
b. Data pendukung yaitu data curah hujan dan suhu udara
c. Sampel tanah komposit
d. Khemikalia
Analisis lapang : H2O2 10% (untuk analisis kandungan bahan
organik), KCNS 1 N; K4Fe(CN)6 1 N (untuk analisis aerasi dan
drainase, H2O; KCl; NaF (untuk analisis pH)
Analisis Laboratorium : Khemikalia untuk analisis tekstur, C-
organik, salinitas dan kejenuhan basa
2. Alat
Cangkul, meteran, GPS, klinometer, kompas, pisau belati, plastik, kertas label,
alat tulis, kamera, kaca pembesar, Munsel Soil Color Chart, kertas lakmus dan
pH indikator
C. Perancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu
menggambarkan kondisi lahan daerah penelitian dengan tanaman kencur dan jahe
yang akan dicari kesesuaian lahannya berdasarkan pendekatan variabel dengan
survei langsung di lapangan dan didukung dengan analisis tanah di laboratorium.
Variabel yang diamati meliputi : temperatur, ketersediaan air, media perakaran, pH
tanah, retensi hara, bahaya erosi dan ketersediaan oksigen. Sedangkan untuk
analisis lahan dan pemetaan SIG dengan menggunakan arcview.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Studi pustaka
b. Konsolidasi dengan pihak berwenang dalam hal perijinan sehingga dapat
membantu kelancaran penelitian
c. Pengumpulan data- data sekunder (curah hujan dan suhu udara)
d. Survei ke lokasi penelitian, yang ditujukan untuk mengecek kondisi lahan
dan batas wilayahnya.
e. Menyiapkan peta tematik yang dibutuhkan
f. Membuat satuan peta lahan (SPL) Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar dengan membuat transek melalui peta penggunaan
lahan dan peta kontur.
2. Tahap Survei Utama
a. Melakukan pengamatan profil tanah, melakukan uji cepat kimia serta fisika
tanah dan pengambilan sampel di setiap SPL yang telah ditentukan
b. Melakukan pengamatan kondisi lahan
3. Tahap Pasca Survei
a. Analisis Laboratorium
Meliputi analisis fisika tanah dan kimia tanah yang meliputi tekstur tanah,
kadar lengas, C organik, salinitas dan kejenuhan basa.
b. Interpretasi dan penyajian data
c. Mencocokkan antara data yang diperoleh dengan syarat tumbuh tanaman
kencur dan jahe.
E. Pengamatan Peubah
1. Karakteristik lahan
a. Temperatur
Di dataran tinggi memiliki temperatur udara yang rendah, maka
penghitungan rata- rata temperatur dapat dihitung dengan rumus :∆t = 0,006 x (Z1-Z2)
Tx = ∆t + Ty
Dimana : ∆t = Selisih antara stasiun pengukur dengan lokasi analisis
Z1 = Elevasi stasiun pengukur
Z2 = Elevasi lokasi analisis
(KJ Mock 1927 cit Matinus 2010)
b. Ketersediaan air
Ketersediaan air meliputi data curah hujan, lama bulan kering dan lama
bulan basah. Data lamanya bulan kering dan bulan basah didapat
berdasarkan perhitungan dari tipe iklim schmidt ferguson yaitu apabila
curah hujan dalam satu bulan mencapai > 100 mm maka disebut bulan
basah, jika diantara 60-100 mm maka disebut bulan lembab, dan curah
hujan kurang dari 60 mm maka disebut bulan kering.
c. Media perakaran
Perakaran pada tanah dilihat berdasarkan penggolongan horizon tanah yang
dibuat pada profil tanah disetiap SPL yang sudah ditentukan. Untuk
menentukan banyak sedikitnya perakaran berdasarkan pengamatan secara
langsung saat dilapang.
d. Bahaya erosi
Bahaya erosi diamati dengan metode pendugaan erosi dengan pendekatan
USLE (Universal Soil Loss Equation). Parameter-parameter yang
diperhitungkan untuk pendugaan dengan metode USLE adalah erosivitas
hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang lereng (L), kemiringan lereng (S),
pengelolaan tanaman (C), dan konservasi tanah (P).
A = R . K . L . S . C . P
dimana :
A : Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun)
R : Indeks daya erosi curah hujan (erosivitas hujan)
K : Indeks kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah)
LS : Faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)
C : Faktor tanaman (vegetasi)
P : Faktor usaha-usaha pencegahan erosi (konservasi)
e. Ketersediaan oksigen
Dalam hal ini ketersediaan oksigen diperoleh dari keadaan drainase tanah
yang ditentukan dengan uji kualitatif di lapang dengan khemikalia KCNS 1
N dan K4Fe(CN)6 1 N dan kertas saring. Dengan melihat gejala pengaruh air
dalam penampang tanah, gejala tersebut antara lain warna pucat atau kelabu
kebiruan menunjukkan draenase tanah yang buruk. Baik buruknya drainase
dapat dilihat berdasarkan klasifikasi drainase tanahnya.
f. pH tanah
PH tanah didapat melalui uji cepat menggunakan khemikalia KCl, NaF dan
H2O dengan menggunakan kertas lakmus dan indikator pH. Tanah sampel
yang akan diukur pH nya terlebih dahulu digojok dan ditunggu mengendap
sebelum diukur dengan kertas lakmus.
2. Analisis tanah
Analisis tanah diambil dari pengambilan sampel tanah disetiap SPL kemudian
di analisis di Laboratorium untuk menentukan kesuburan tanah. Sampel tanah
di ambil di setiap SPL yang mewakili keseluruhan lahan yang dijadikan SPL.
Tanah di komposit berdasarkan SPL nya agar memudahkan dalam proses
pembawaan sampel tanah untuk di analisis di Laboratorium.
3. Pemetaan SIG dengan arcview
Penyusunan peta satuan evaluasi lahan dilakukan berdasarkan hasil survei yang
dilakukan pada saat pengambilan contoh tanah. Kemudian dilakukan overlay
beberapa peta yang digunakan.
IV. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Nama Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Tahap Persiapan
Studi pustaka
Konsul
Pembuatan proposal penelitian
Seminar Proposal
Pengumpulan Data Sekunder
Survei
Menyiapkan Peta Kerja
Menentukan SPL
22 Maret- 24 Maret
25 Maret- 8 Mei
28 Maret – 31 April
1 April
5 April- 7 April
13 April-14 April
14 April – 19 April
19 April
2 Tahap Survei Utama
Pengamatan profil dan kondisi lahan
20 April – 21 April
3 Tahap Pasca survei
Analisis laboratorium
Interpretasi dan penyajian data
Seminar hasil
22 April – 25 April
26 April- 27 April
29 April
4 Penulisan skripsi
Ujian Skripsi
28 Maret – 13 Mei
15 Mei 2013
Kualitas dan Karakteristik Lahan Untuk Analisis Kesuaian Lahan Menurut
CSR/FAO (1983)
Kualitas lahan KarakteristikTemperature (t)Ketersediaan Air (w)
Media Perakaran (r)
Retensi Hara (f)Ketersediaan Hara (n)Kegaraman (x)Toksisitas (g)Bahaya banjir (i)Kemudahan Pengolahan (p)Potensi Mekanisasi (m)
Bahaya Erosi (e)
Rata-rata tahunan (oC)Bulan kering (< 75 mm ), curah hujan tahunan(mm)Drainase tanah, Tekstur tanah, Kedalaman efektif tanah (cm)KTK tanah, pH tanahN Total, P2O5 tersedia, K2O tersediaSalinitas (mmhos/Cm)Kejenuhan A1, Kedalam Sulfidik (Cm)Priode Banjir, Frekuensi BanjirTekstur, Struktur, KonsistensiKemiringan (%), Batu Dipermukaan (%),Singkapan Batuan (%)Tingkat bahaya erosi
Evaluasi Lahan tanaman kencur
Daftar Pustaka
Darmanti Sri 2006. Pertumbuhan Tanaman Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var.
Rubrum) pada Media Tanam Pasir dengan Salinitas yang Berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol 14:2
Hasanah AN et.al 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas
Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Jurnal
Matematika & Sains Vol 16:3
Hidayat MY 2006. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon pada Beberapa
Satuan Kelas Lereng. Thesis. IPB Bogor.
Hutapea S 2012. Kajian Konservasi Daerah Aliran Sungai Deli Dalam Upaya
Pengendalian Banjir Di Kota Medan. Disertasi. Uiversitas Gajdah Mada
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan
Puslitbang Perkebunan 2007. Teknologi unggulan kencur. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor
Rostiana O 2008. Peluang Pengembangan Bahan Tanaman Jahe Unggul Untuk
Penanggulangan Penyakit Layu Bakteri. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik. Bogor
Samrumi 2009. Konsep dan Topik dasar Mengenai lahan.
http://merdekalahpikiran.samrumiblog.com/2009/12/04. Diakses 30 April
2013
Serba Tani 2012. Budidaya Tanaman Kencur.
http://serbatani.blogspot.com/2012/10/09. Diakses 31 April 2013
Syifa M 2011. Ekstrak Jahe. http://bbblajarbareng.blogspot.com/2011/01/24. Diakses
31 Maret 2013
Top Related