KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

13
KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK BUDIDAYA UDANG DI KAWASAN INDUSTRIALISASI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR Utojo, Arifuddin Tompo, dan Rezki Antoni Suhaimi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] (Naskah diterima: 2 April 2014; Revisi final: 13 Oktober 2014; Disetujui publikasi: 10 November 2014) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian lahan tambak budidaya udang di kawasan industrialisasi Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dan mengkaji strategi revitalisasi tambak berdasarkan hasil penelitian remediasi kualitas tanah dan air tambak. Data primer meliputi: topografi, lahan, dan hidrologi pesisir diperoleh melalui survai lapangan. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data sekunder yang digunakan berupa data iklim, peta Rupa Bumi Indonesia kawasan Probolinggo skala 1:25.000 dan citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2010. Data lapangan (topografi, pasang surut, fisika-kimia air dan tanah), data citra satelit ALOS AVNIR-2 dan data sekunder yang lain, dianalisis secara spasial meng- gunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk memperoleh tingkat kesesuaian lahan. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tambak dari total luasan tambak 2.143 ha, lahan yang sangat sesuai dan sesuai untuk budidaya udang yaitu 56 ha dan 618 ha. Lahan tersebut tersebar di Kecamatan Tongas dan Pajarakan. Lahan yang cukup sesuai ditemukan sebesar 1.235 ha, dan tersebar di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Kraksaan, Pajarakan, dan Paiton. Sedangkan lahan yang tidak sesuai yaitu 234 ha, terdapat di Kecamatan Sumberasih, Gending, dan Kraksaan. Percepatan target peningkatan produksi di tambak budidaya udang kawasan industrialisasi dapat dicapai melalui kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak (perbaikan kualitas tanah dan air). KATA KUNCI: tambak, budidaya udang, kesesuaian lahan dan revitalisasi, Kabupaten Probolinggo ABSTRACT: Land suitability and revitalization of brackishwater pond for shrimp culture in industrialization area of Probolinggo Regency East Java Province. By: Utojo, Arifuddin Tompo, and Rezki Antoni Suhaimi The objectives of this research were to indenfity land suitability for shrimp culture development in Probolinggo Regency, East Java and to assess revitalization strategy of brackishwater pond through remediation research of soil and water quality. The primary data used including topography, land, and shore hidrology which were collected during field survey. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling locations. Secondary data were used in this study such as weather data, tide data, topography map of Probolinggo area scale of 1:25,000 and satellite ALOS AVNIR-2, 2010. All data were analyzed using Geographic Information System (GIS) in Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo) 501

Transcript of KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

Page 1: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK BUDIDAYAUDANG DI KAWASAN INDUSTRIALISASI KABUPATEN PROBOLINGGO

PROVINSI JAWA TIMUR

Utojo, Arifuddin Tompo, dan Rezki Antoni Suhaimi

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air PayauJl. Makmur Dg Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

E-mail: [email protected]

(Naskah diterima: 2 April 2014; Revisi final: 13 Oktober 2014;Disetujui publikasi: 10 November 2014)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian lahan tambak budidaya udangdi kawasan industrialisasi Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dan mengkaji strategirevitalisasi tambak berdasarkan hasil penelitian remediasi kualitas tanah dan air tambak.Data primer meliputi: topografi, lahan, dan hidrologi pesisir diperoleh melalui survailapangan. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiaplokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat GlobalPositioning System (GPS). Data sekunder yang digunakan berupa data iklim, peta RupaBumi Indonesia kawasan Probolinggo skala 1:25.000 dan citra satelit ALOS AVNIR-2tahun 2010. Data lapangan (topografi, pasang surut, fisika-kimia air dan tanah), datacitra satelit ALOS AVNIR-2 dan data sekunder yang lain, dianalisis secara spasial meng-gunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk memperoleh tingkat kesesuaian lahan.Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tambak dari total luasan tambak 2.143 ha,lahan yang sangat sesuai dan sesuai untuk budidaya udang yaitu 56 ha dan 618 ha.Lahan tersebut tersebar di Kecamatan Tongas dan Pajarakan. Lahan yang cukup sesuaiditemukan sebesar 1.235 ha, dan tersebar di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu,Gending, Kraksaan, Pajarakan, dan Paiton. Sedangkan lahan yang tidak sesuai yaitu234 ha, terdapat di Kecamatan Sumberasih, Gending, dan Kraksaan. Percepatan targetpeningkatan produksi di tambak budidaya udang kawasan industrialisasi dapat dicapaimelalui kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak (perbaikan kualitas tanah dan air).

KATA KUNCI: tambak, budidaya udang, kesesuaian lahan dan revitalisasi,Kabupaten Probolinggo

ABSTRACT: Land suitability and revitalization of brackishwater pond forshrimp culture in industrialization area of Probolinggo RegencyEast Java Province. By: Utojo, Arifuddin Tompo, and RezkiAntoni Suhaimi

The objectives of this research were to indenfity land suitability for shrimp culturedevelopment in Probolinggo Regency, East Java and to assess revitalization strategyof brackishwater pond through remediation research of soil and water quality. Theprimary data used including topography, land, and shore hidrology which werecollected during field survey. Simple systematic random sampling was used to allocatesampling locations. Secondary data were used in this study such as weather data,tide data, topography map of Probolinggo area scale of 1:25,000 and satellite ALOSAVNIR-2, 2010. All data were analyzed using Geographic Information System (GIS) in

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

501

Page 2: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

order to obtain suitability sites assessment. The results show that from total potentialarea 2,143 ha, high suitable and moderate suitable were accounted for 56 ha and618 ha, respectively. Those areas were distributed in subdistrict of Tongas andPajarakan. Low suitable area was found about 1,235 ha, and located in subdistric ofTongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Kraksaan, Pajarakan, and Paiton. The area ofnot suitable was about 234 ha, and distributed in subdistric of Sumberasih, Gendingand Kraksaan. The productivity of brackishwater pond for shrimp culture can beincreased through land suitability and brackishwater pond revitalization (remediationof soil and water quality).

KEYWORDS: brackishwater pond, shrimp culture, land suitability andrevitalization, Probolinggo Regency

PENDAHULUAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan telahmenetapkan program industrialisasi tambakudang di beberapa kabupaten di Pulau Jawa,termasuk Kabupaten Probolinggo Provinsi JawaTimur dengan komoditas unggulannya adalahudang (Anonim, 2011), Saat ini data dan infor-masi mengenai potensi lahan tambak udangdi Kabupaten Lamongan seluas 27.126 ha,tidak ada lahan yang sangat sesuai, sedangkanlahan yang sesuai sebesar 24.550 ha. Potensilahan tambak udang di Kabupaten Gresikseluas 31.939 ha dengan lahan yang sangatsesuai 799 ha dan yang sesuai 31.140 ha.Potensi lahan tambak udang di KabupatenPasuruan seluas 4.819 ha dengan lahan yangsangat sesuai seluas 259 ha dan yang sesuai1.504 ha (Utojo et al., 2012; Utojo et al., 2013a;dan Utojo et al., 2013b).

Produksi udang windu di tambakKabupaten Probolinggo pada tahun 2011sebanyak 147,6 ton (Anonim, 2012). Pening-katan produksi melalui pengembangan usahabudidaya di kawasan industrialisasi tambakini diharapkan dapat memberikan kontribu-si yang sangat nyata terhadap peningkatanpendapatan petambak, daerah, dan sebagaisumber devisa negara.

Kawasan tambak industrialisasi budidayaudang di suatu daerah tentunya memiliki ka-rakteristik sumberdaya alam yang berbedadengan daerah lain. Pengelolaan tambak harusdilakukan berdasarkan kaidah ramah ling-kungan yaitu dengan pendekatan keterpaduandan keseimbangan ekologis antara ekosistemkawasan pesisir dengan perairan di sekitarnyaserta peningkatan produksi dilakukan denganmerevitalisasi tambak.

Kondisi pertambakan industrialisasi diKabupaten Probolinggo antara lain: 1) Memilikisumberdaya lahan dan perairan yang sesuai

untuk mengembangkan komoditas unggul-an yaitu udang yang mampu meningkatkanpertumbuhan ekonomi daerah; 2) Setiapkecamatan memiliki luasan areal budidayaeksisting 400 ha, 3) Memiliki infrastruktur yangmemadai untuk mendukung pengembangansistem dan usaha perikanan terutama jaringanirigasi tambak, prasarana jalan, pasar, dan fa-silitas umum lainnya; dan 4) Memiliki petam-bak yang mau dan berpotensi untuk mengem-bangkan kawasan perikanan budidaya seca-ra mandiri. Hal ini sesuai dengan persyaratansuatu wilayah yang dapat dikembangkanmenjadi kawasan tambak industrialisasi yangmendukung program minapolitan (Anonim,2010).

Salah satu faktor penting yang menyebab-kan rendahnya produktivitas tambak dan ti-dak berkelanjutan adalah kesalahan dalampemilihan lokasi dan pemilihan komoditasyang dibudidayakan. Kajian tentang kesesuai-an lahan tambak secara spasial dengan meng-gabungkan antara data lapangan dan datasekunder lainnya, diharapkan memberikanhasil dengan tingkat akurasi yang tinggi,sehingga dalam pelaksanaan budidaya, ke-mampuan daya dukung biofisik lahannya da-pat disesuaikan dengan teknologi budidayayang diterapkan. Hal ini akan berdampak ber-kurangnya degradasi mutu lingkungan hasilbuangan tambak sehingga kerusakan eko-sistem pesisir dapat dicegah. Menurut Denniset al. (2004), aspek penting dalam kriteriapenilaian kesesuaian lahan tambak yaitutopografi, lahan, hidrologi, iklim, dan vegetasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengana-lisis kesesuaian lahan tambak budidayaudang di kawasan industrialisasi KabupatenProbolinggo Provinsi Jawa Timur dan meng-kaji strategi revitalisasi tambak melalui hasilpenelitian remediasi kualitas tanah dan airtambak.

502

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 3 Tahun 2014: 501-513

Page 3: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

BAHAN DAN METODE

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di KabupatenProbolinggo (Gambar 1). Survai lapangan di-lakukan pada tanggal 16-26 Mei 2013. Loka-si survai lapangan dilakukan di KecamatanTongas, Dringu, Sumberasih, Gending,Pajarakan, Kraksaan, dan Paiton. Lokasi ini me-rupakan zona pengembangan industrialisasibudidaya udang berdasarkan Surat Keputu-san Kementerian Kelautan dan Perikanan ta-hun 2011. Survai lokasi dilakukan berdasarkanmorfologi dan keragaman lahan budidayatambak serta vegetasi mangrove sebagai zonapenyangga.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitianini adalah data primer dan sekunder. Data pri-mer yang dikumpulkan meliputi: data tanah,hidrologi, jenis vegetasi, dan kualitas air. Datayang diukur langsung di lokasi penelitian be-rupa topografi pesisir, pH

F, dan pH

FOX (pH ta-

nah yang dioksidasi dengan 30% hidrogenperoksida (H

2O

2)) serta potensial redoks. Con-

toh tanah yang diambil di lokasi penelitian

yaitu pada dua kedalaman tanah yaitu 0-20cm dan 20-40 cm. Contoh tanah tersebut ke-mudian dianalisis di Laboratorium Tanah Ba-lai Penelitian dan Pengembangan BudidayaAir Payau Maros berupa: tekstur tanah, bahanorganik, PO

4, nitrogen total (N total), Fe dan Al

mengikuti petunjuk Sulaeman et al. (2005) danAgus et al. (2006).

Data hidrologi yang diukur adalah pasangsurut dan kualitas air. Pasang surut diukur diperairan laut Kabupaten Probolinggo denganpapan pengamat pasang surut berskala 1 cm,setiap jam selama 39 jam. Kualitas air diukurdan contoh air diambil di laut, muara sungai,sungai dan tambak sebanyak 61 titik penga-matan. Untuk pengukuran kualitas tanah danpengambilan contoh tanah sebanyak 55 titikpengamatan dengan total 110 contoh tanahpada dua kedalaman tanah. Waktu dan loka-si pengukuran kualitas air dan pengambilancontoh air di tambak sama dengan pengukur-an kualitas tanah dan pengambilan contohtanah. Peubah kualitas air yang diukur di lo-kasi penelitian yaitu: suhu, pH, salinitas, danoksigen terlarut. Contoh air yang diambil dilokasi penelitian dianalisis di LaboratoriumAir Balai Penelitian dan Pengembangan Budi-daya Air Payau Maros berupa: NH

4, NO

2, NO

3,

Gambar 1. Peta sebaran titik pengukuran dan pengambilan contoh untuk kesesuaianlahan budidaya tambak udang di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

Figure 1. Map of sampling station for land suitability for brackishwater pond ofshrimp culture in Probolinggo Regency, East Java

113o5’0’’E 113o10’0’’E 113o15’0’’E 113o20’0’’E 113o25’0’’E 113o30’0’’E 113o35’0’’E

113o5’0’’E 113o10’0’’E 113o15’0’’E 113o20’0’’E 113o25’0’’E 113o30’0’’E 113o35’0’’E

7o4

0’0

’’S

7o4

5’0

’’S

7o5

0’0

’’S

7o4

0’0

’’S

7o4

5’0

’’S

7o5

0’0

’’S

Legenda (Legend):

Titik sampling

Batas kecamatan

Jalan utama

Sungai0 3 6 12 km

N

S

W E

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

503

Page 4: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

PO4, bahan organik total, kekeruhan, danpadatan tersuspensi total mengikuti petunjukSutrisyani & Rohani (2009) dan APHA (2005).

Jenis vegetasi mangrove didapatkandengan cara mengidentifikasi setiap jenisvegetasi di wilayah pantai dan tambak, danmengacu pada Bengen (2004). Setiap titikpengukuran dan pengambilan contoh di lokasipenelitian ditentukan posisinya dengan Glo-bal Positioning System (GPS) sebanyak 61 titikpengamatan. Jumlah titik yang diukur dan con-toh yang diambil di lokasi penelitian diten-tukan berdasarkan luas, kondisi dan tingkatkeragaman lokasi. Sebaran titik yang diukurdan contoh yang diambil di lokasi penelitiandisajikan pada Gambar 1.

Data sekunder yang dikumpulkan melipu-ti: laporan, data meteorologi, peta rupa bumi,dan citra satelit. Laporan hasil penelitian dandata meteorologi diperoleh dari berbagai ins-tansi terkait. Peta yang dikumpulkan berupapeta jenis tanah skala 1:250.000 ProvinsiJawa Timur, peta curah hujan tahunan ProvinsiJawa Timur, peta kelerengan KabupatenProbolinggo, peta rupabumi Indonesia digi-tal skala 1:25.000 dan peta administrasiKabupaten Probolinggo tahun 2007. Data citraALOS AVNIR-2 akuisisi tahun 2010 yang di-gunakan telah terkoreksi secara radiometrikdan geometrik (JAXA, 2006). Kemudian dilaku-kan penajaman dan penapisan citra denganbantuan program Er Mapper 7.1 untuk menda-patkan tampilan/gambar citra satelit yang te-pat dan jelas dalam menentukan lokasi pene-litian. Data citra ALOS memiliki empat kanal,direduksi dengan metode pemilihan kombi-nasi kanal spektral yang umum digunakanhanya tiga kanal yaitu kombinasi kanal 321 (RedGreen Blue) dari sensor ALOS. Tampilan warnahasil kombinasi kanal akan memudahkan da-lam menentukan batas-batas ekstrim antarasetiap objek atau fenomena yang berbedadalam citra. Klasifikasi dilakukan dengan me-tode terbimbing, hasil klasifikasi akan meng-gambarkan kondisi penutupan/penggunaanlahan aktual di lokasi penelitian pada setiapperiode perekaman citra (Lillesand & Kiefer,2000).

Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri atas data primer,sekunder, dan peta penutup/penggunaan la-han yang sudah dikumpulkan dan dianalisissecara spasial dengan sistem informasi geo-grafis (SIG). Pada proses analisis tersebut da-

lam program “arcview 3.3”, data primer hasildari setiap parameter disatukan dalam petadasar digital dengan menginterpolasi padasetiap titik koordinat pengamatan menjadiarea (polygon) menggunakan metode “Near-est Neighbor” (Morain, 1999). Dari hasil inter-polasi setiap parameter yang diperoleh, ke-mudian disusun dalam bentuk peta tematikdengan layer-layer yang terpisah, melalui per-timbangan kriteria (skor) kesesuaian lahanbudidaya tambak dengan tingkat pembobotandan skala penilaian, kemudian di-overlay (tum-pang susun). Kriteria ini mengacu pada per-syaratan yang disarankan Poernomo (1992)dengan skala penilaian dan faktor pembobotanmengacu pada Utojo et al. (2009). Sistem kla-sifikasi kesesuaian lahan ini ditentukan sam-pai pada tingkat kategori kelas yaitu sangatsesuai, sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai.Hasil analisis spasial yang didapatkan berupapeta tematik kesesuaian lahan budidaya tam-bak di Kabupaten Probolinggo yang akurat danterkini. Data dan informasi spasial yang di-peroleh kemudian direkomendasikan kepadaPemerintah Daerah Kabupaten Probolinggosebagai bahan penyusunan rencana tata ru-ang wilayah pesisir dalam mengalokasikanpengembangan industrialisasi budidaya udangdan peningkatan produksi yang dilakukan me-lalui revitalisasi tambak.

HASIL DAN BAHASAN

Karakteristik Wilayah

Berdasarkan hasil survai, topografi kawa-san tambak di Kabupaten Probolinggo relatifdatar dan berhadapan langsung dengan LautJawa dengan karakteristik perairan lautnyatenang, dangkal dan terbuka serta lebih ba-nyak dipengaruhi oleh arus pasang surut. Disetiap wilayah kecamatan pesisir KabupatenProbolinggo potensial untuk pengembanganbudidaya tambak dan terdapat tambak ter-lantar bekas tambak udang intensif di anta-ranya di Kecamatan Gending, Dringu, Paiton,dan Sumberasih. Saat ini di semua kecamatanterdapat kegiatan budidaya tambak udangwindu dan bandeng tradisional yang dikelo-la oleh masyarakat secara monokultur danpolikultur, hanya di Kecamatan Pajarakan danTongas terdapat pengusaha tambak yangmembudidayakan udang vaname secara in-tensif.

Kawasan mangrove di KabupatenProbolinggo tersebar di Kecamatan Tongas,Dringu, Sumberasih, Pajarakan, Gending,

504

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 3 Tahun 2014: 501-513

Page 5: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

Kraksaan, dan Paiton. Jenis vegetasi yang di-temukan didominasi oleh tanaman tinjang(Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), danbogem (Sonneratia sp.). Curah hujan diKabupaten Probolinggo 1.481 mm/tahun,curah hujan tertinggi 190 mm dan terendah4 mm dengan rata-rata 32 mm. Curah hujanyang tinggi terjadi pada bulan Novemberhingga Mei dan yang rendah pada bulan Julihingga September setiap tahunnya (Anonim,2012).

Karakteristik Lahan

Hasil analisis tekstur dan kualitas tanahdi kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm cukupbervariasi (Tabel 1). Tekstur tanah tambak dilokasi penelitian didominasi oleh lempungberpasir hingga pasir berlempung. MenurutPoernomo (1992), tekstur tanah tambak yangbaik untuk budidaya udang tradisional yaitulempung liat berpasir, sedangkan untuk tam-bak udang semiintensif dan intensif yaitu lem-pung liat berpasir hingga lempung berpasir.

Hasil analisis kualitas tanah tambak diKabupaten Probolinggo dapat dilihat padaTabel 1. Secara umum, tanah tambaknya se-bagian besar memiliki selisih nilai pHF danpH

FOX yang relatif kecil yang berarti tidak

memiliki potensi kemasaman dan kandungansulfurnya rendah. Menurut Tarunamulia &Mustafa (2009), lahan pesisir yang selisih nilaipH

F dan pH

FOX > 3,5 memiliki potensi kema-

saman tanah tinggi, sebaiknya tidak dibukadan dikelola untuk tambak, sedangkan lahanpesisir yang selisih nilai pH

F dan pH

FOX 0,5-3,5,

memiliki potensi kemasaman tanah sedang,bisa dibuka dan dikelola untuk tambak dengansyarat harus diremediasi melalui pengeringan,perendaman, pembilasan dan pengapuran.Lahan pesisir yang selisih nilai pH

F dan pH

FOX <

0,5 tidak memiliki potensi kemasaman tanah,baik dikelola untuk tambak tanpa meremediasitanah.

Secara umum untuk mempercepat laju ok-sidasi dan proses perombakan bahan orga-nik, diperlukan kapur bakar sekitar 1-5 ton perhektar tambak (Atmomarsono et al., 2011). Re-doks potensial tanah dasar tambak pada saatkering sebaiknya minimal + 50 mV (Poernomo,2004). Kandungan Fe, Al, fosfat, bahan organik,dan N total tanah tambaknya masih baik, ter-utama untuk kegiatan budidaya tambak tra-disional ikan dan udang. Nitrogen dan fosfattanah termasuk unsur esensial untuk tumbuhdan berkembangnya produktivitas primer dan

penambahan fosfat serta nitrogen dapat me-ningkatkan produksi ikan herbivor di tambak(Boyd, 1995). N total dan bahan organik tanahtambak menunjukkan nilai yang relatif rendah.Kandungan bahan organik tanah yang baikuntuk budidaya tambak yaitu 1,7%-5,2% (Boydet al., 2002).

Karakteristik Hidrologi

Hasil analisis kualitas air di lokasi penelitiandisajikan pada Tabel 2. Secara umum kualitasair tambak masih baik sebagai media budida-ya. Salinitas air tambak yang rendah didapat-kan pada ekosistem daratan dan salinitas airtambak yang tinggi didapatkan pada ekosis-tem pesisir. Adanya variasi salinitas air tambakdi lokasi penelitian, sebaiknya komoditas yangdibudidayakan bersifat eurihalin seperti udangwindu, udang vaname, dan ikan bandeng.Udang vaname dapat hidup pada kisaran sa-linitas 1-2 ppt sampai air laut bersalinitas 40ppt (Menz & Blake, 1980). Hernandez et al.(2006) menyatakan bahwa pertumbuhan dansintasan terbaik udang vaname dijumpai pa-da salinitas 33-40 ppt. Udang windu memilikitoleransi yang tinggi terhadap kisaran salini-tas 3-45 ppt dan salinitas optimumnya yaitu15-25 ppt (Poernomo, 1988). Suhu optimumuntuk pertumbuhan udang windu berkisar29oC-31oC dan untuk udang vaname yaitu25oC-35oC (Ponce-Palatox et al., 1997). Tam-bak yang pH-nya rendah, senyawa amoniumterionisasi dan tidak bersifat toksik. Tambakyang pH-nya tinggi, banyak ditemukan amoniayang tidak terionisasi dan bersifat toksik sertalebih mudah terserap ke dalam tubuh udangdaripada amonium serta amonia bersifat tok-sik seiring dengan meningkatnya pH, suhu,dan salinitas dengan kesadahan air tambakyang rendah (Effendi, 2003). Kandungan oksi-gen terlarut yang mematikan udang vanameadalah 1 mg/L (Hopkins et al., 1991). Pada saatoperasional budidaya tambak, kandungan ok-sigen terlarut yang kurang dari 2 mg/L dapatmengakibatkan kematian udang dan batas op-timumnya 4-7 mg/L (Poernomo, 1988). Kan-dungan nitrit yang masih dalam batas baik se-bagai mutu air tambak udang yaitu 0,25 mg/L(Poernomo, 1992). Kandungan nitrat dan fosfatair tambak tradisional, sangat diperlukan un-tuk menstimulir pertumbuhan kelekap, plank-ton, dan lumut sebagai pakan alami utama ba-gi ikan dan udang. Kandungan nitrat air lautyang dipersyaratkan untuk kehidupan biotalaut yaitu 0,008 mg/L (KLH, 2004). Kandunganfosfat di perairan alami berkisar 0,005-0,020

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

505

Page 6: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

Tabel 1. Kisaran nilai parameter tekstur dan kualitas tanah di lokasi tambak Kabupaten ProbolinggoProvinsi Jawa Timur

Table 1. Value range of soil quality and texture parameters of brackishwater pond in ProbolinggoRegency East Java Province

Parameter t ekst ur dan kualit as tanah Soil quality and

t exture parameter

Kedalaman Depth

(cm)

Kisaran nilaiValue range

Nilai opt imal Opt imum value

1. Tekstur (Texture ):

Pasir (Sand ) (%) 0 - 20 52 - 90

Liat (Clay ) (%) 0 - 28

Debu (Silt ) (%) 8 - 48

Lempung (Clay ), Lempung berpasir (Sandy clay ), Pasir berlempung (Clayly sand )

Tekstur (Texture ):

Pasir (Sand ) (%) 20 - 40 50 - 82

Liat (Clay ) (%) 0 - 30

Debu (Silt ) (%) 12 - 50

Lempung (Clay ), Lempung liat berpasir (Sandy clayly clay ), Lempung berpasir (Sandy clay ), Pasir ber-lempung (Clayly sand )

2. pHF 0 - 20 6.54 - 7.76 6.5 - 7.0*)

20 - 40 6.65 - 7.60

pHFOX 0 - 20 1.87 - 7.56

20 - 40 2.00 - 7.47

0 - 20 (-249) - (+66)

20 - 40 (-247) - (+126)

4. PO4-P (mg/L) 0 - 20 1.33 - 126.34

20 - 40 0.00 - 142.94

5. Bahan organik 0 - 20 0.12 - 5.14

Organic matter (%) 20 - 40 0.14 - 5.15

6. Fe (mg/L) 0 - 20 0.0 - 690.8

20 - 40 0.0 - 520.8

7. Al (mg/L) 0 - 20 0.0 - 147.0

20 - 40 0.0 - 149.6

3. Redoks potensial Potential redox

Tergantung kandungan pirit yang teroksidasi saat kering (Depend on contain-ing of phyrite oxydated in dry condition) *)

Lempung liat berpasir (Sandy claly clay ): tambak tradisional - semiintensif (traditional - intensive pond )*)

Lempung berpasir (Sandy clay ): tambak intensif (intensive pond )*)

Minimal (Minimum ) plus (+) 50 mV**)

> 60 mg/L: tambak tradisio-nal (for tradisional pond ), tambak intensif kurang di-perlukan (not necessaried for intensive pond )***)

1.7%-5.2% baik untuk tambak (The best for brackishwater pond )****)

Tergantung kandungan pirit yang teroksidasi saat kering (Depend on contain-ing of phyrite oxydated in dry condition) *)

506

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 3 Tahun 2014: 501-513

Page 7: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

Tabel 2. Kisaran nilai parameter kualitas air di lokasi tambak Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

Table 2. Value range of water quality parameters of brackishwater pond location in ProbolinggoRegency, East Java

Sumber (Resources):*) = Poernomo (1992); **) = Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Ministry of Demographyand Live Environment) (2004); ***) = Alabaster dan Lioyd (1982) dalam (in) Effendi (2003); ****) = Poernomo(1988)

Lanjutan Tabel 1 (Table 1 continued)

Parameter tekstur dan kualit as tanah Soil quality and

texture parameter

Kedalaman Depth

(cm)

Kisaran nilaiValue range

Nilai opt imal Opt imum value

8. S (%) 0 - 20 0.04 - 0.54

20 - 40 0.06 - 0.76

9. N Total (Total N ) (%) 0 - 20 0.03 - 0.39

20 - 40 0.02 - 0.19

Tergantung konsentrasi sulfat masam yang ada da-lam tanah aluvial (Depend on containing of acid sul-fate soil in alluvial soil )*)

Rasio C:N yang ideal untuk tambak berkisar 8:1-12:1 (Range of C:N is ideal for brackishwater pond 8:1-12:1 )*****)

Sumber (Resources):*) = Poernomo (1992); **) = Poernomo (2004); ***) = Karthik et al.(2005); ****) = Boyd et al. (2002); *****) = Boyd(2008)

Parameter kualitas airWater quality parameters

Satuan Unit

Kisaran nilaiValue range

Nilai opt imal Opt imum value

1. Salinitas (Salinity ):

- Laut (Sea ) ppt 20 - 34 30 - 35*)

- Sungai (River ) ppt 5 - 16 10 - 20*)

- Tambak (Pond ) ppt 5 - 32 15 - 25*)

2. Suhu air (Water temperature ) oC 28 - 35.4 29 - 31*)

3. pH 7.34 - 9.09 7.0 - 8.5**)

4. Oksigen terlarut (DO) Dissolved oxygen

mg/L 6.64 - 8.94 4 - 7*)

5. NH3-N mg/L 0.0020 - 3.2429 0.30**)

6. NO2-N mg/L 0.0004 - 0.1649 0.25*)

7. NO3-N mg/L 0.0015 - 4.9473 0.008**)

8. PO4-P mg/L 0.0021 - 3.3245 0.015**)

9. Padatan tersuspensi total Total suspended solute

mg/L 1 - 181 < 25***)

10. Bahan organik total Total organic matter

mg/L 10.42 - 63.19 29.50*)

11. Fe mg/L 0.0001 - 0.0866 0.01****)

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

507

Page 8: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

mg/L, sedangkan di dalam air tanah biasanyasekitar 0,02 mg/L (Effendi, 2003). Padatan ter-suspensi < 25 mg/L, baik sebagai media budi-daya ikan; 25-80 mg/L, sedikit berpengaruhsebagai media budidaya ikan; 81-400 mg/L,kurang baik sebagai media budidaya ikan; dan> 400 mg/L, tidak baik sebagai media budidayaikan (Effendi, 2003). Perairan tambak yang me-miliki kandungan bahan organik total di atas26 mg/L, tergolong subur. Batas nilai kandung-an besi fero yang aman sebagai media budi-daya tambak udang yaitu 0,03 mg/L denganoptimumnya 0,01 mg/L (Poernomo, 1988).

Tinggi permukaan air laut saat surut danpasang di Kabupaten Probolinggo yaitu 0 dan203 cm dengan tunggang pasang 203 cm.Kondisi jalur hijau di lokasi penelitian menga-lami kritis dengan kisaran lebar 50-75 m. Ber-dasarkan Keppres No. 32 tahun 1990, lebarjalur hijau di sepanjang pesisir KabupatenProbolinggo yang harus dipenuhi oleh peng-guna, minimal 130 x tunggang pasang 2,03 m= 263,9 m yang diukur mulai dari garis pantaisaat surut terendah dan 100 m di kanan kirisungai besar serta 50 m di kanan kiri sungaikecil di luar pemukiman.

Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak

Gambar 2 menampilkan hasil analisiskesesuaian lahan tambak secara spasial diKabupaten Probolinggo. Berdasarkan hasilanalisis tersebut, didapatkan lahan tambakbudidaya udang berkelanjutan seluas 2.143ha. Lahan yang sangat sesuai untuk budidayaudang yaitu 56 ha dan sesuai 618 ha. Kawasantersebut tersebar di Kecamatan Tongas danPajarakan. Lahan yang cukup sesuai sebesar1.235 ha, tersebar di Kecamatan Tongas,Sumberasih, Dringu, Gending, Kraksaan,Pajarakan, dan Paiton. Sedangkan lahan yangtidak sesuai untuk budidaya udang adalah234 ha, terdapat di Kecamatan Sumberasih,Gending, dan Kraksaan.

Lahan yang sangat sesuai dialokasikanuntuk kegiatan budidaya udang sistem semi-intensif hingga intensif, yang sesuai untukkegiatan budidaya udang (monokultur) atauudang bersama bandeng (polikultur) sistemtradisional plus, dan yang cukup sesuai untukkegiatan budidaya udang (monokultur), udangbersama bandeng atau rumput laut (polikultur)sistem tradisional.

113o5’0’’E 113o10’0’’E 113o15’0’’E 113o20’0’’E 113o25’0’’E 113o30’0’’E 113o35’0’’E

Gambar 2. Peta kesesuaian lahan tambak budidaya udang di Kabupaten Probolinggo,Jawa Timur

Figure 2. Map of land suitability for brackishwater pond of shrimp culture inProbolinggo Regency, East Java

Kesesuaian lahan budidaya udang windu:

Tidak sesuai (233,9 ha)

Cukup sesuai (1.235,1 ha)

Sesuai (617,6 ha)

Sangat sesuai (56,3 ha)

113o5’0’’E 113o10’0’’E 113o15’0’’E 113o20’0’’E 113o25’0’’E 113o30’0’’E 113o35’0’’E

0 3 6 12 km

N

S

W E

7o4

0’0

’’S

7o4

5’0

’’S

7o5

0’0

’’S

7o4

0’0

’’S

7o4

5’0

’’S

7o5

0’0

’’S

508

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 3 Tahun 2014: 501-513

Page 9: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

Revitalisasi Tambak Udang

Strategi revitalisasi tambak dilakukan me-lalui perbaikan (remediasi) kualitas tanah danair tambak. Langkah-langkah yang dapat di-lakukan meliputi:

Perbaikan kualitas tanah tambak udangdi lahan mangrove dengan cara reklamasi

Untuk mengurangi/menghilangkan kema-saman, konsentrasi Fe dan Al serta meningkat-kan derajat kemasaman tanah di dasar tam-bak, dapat dilakukan melalui reklamasi seper-ti penjemuran, perendaman, dan pencucianserta pengapuran tambak. Dengan penjemurandan perendaman terjadi pemecahan senyawapirit yang tidak dapat larut menjadi senyawayang larut dalam air, kemudian dilakukanpencucian untuk menghilangkan konsentrasiFe dan Al yang masih mengendap di dasartambak serta pengapuran untuk meningkatkanderajat kemasaman tanah dasar tambak.

Pengapuran untuk memperbaiki kualitastanah berupa penurunan kemasaman dankandungan unsur toksik serta peningkatanketersediaan unsur hara makro. Pada tambakyang tanahnya tidak bermasalah seperti unittambak di Kabupaten Probolinggo, sebaiknyadigunakan kapur dolomit (CaMg(CO

3)2) dan

kaptan atau kapur pertanian (CaCO3). Kedua

jenis kapur ini bermanfaat untuk meningkat-kan pH tanah atau menetralisir kemasamanyang masih ada dan menambah Ca dan Mg(dari dolomit) pada tanah. Dolomit umumnyadigunakan sebagian besar pembudidaya tam-bak udang sebagai kapur susulan, dapat me-ningkatkan pH air tidak terlalu drastis dandaya sangga air serta sebagai sumber Ca danMg yang sangat diperlukan udang dalam pem-bentukan kulitnya (Mustafa et al., 2010). Kapurbakar (CaO), digunakan oleh pembudidayatambak udang sebagai disinfektan, memper-baiki kualitas tanah dan air serta diaplikasikansebagai kapur awal. Kapur awal umumnya di-aplikasikan pada saat persiapan tambak dankapur susulan saat budidaya udang sedangberlangsung dengan dosis yang lebih tinggidibandingkan dengan kapur susulan.

Menurut Boyd (2008), dosis kapur pertani-an (kaptan) (CaCO

3) dan kapur mati (Ca(OH)

2

yang digunakan pada tahap persiapan tam-bak dengan pH tanah sebagai berikut: padapH<5 pemberian dosis kaptan 3.000 kg/ha dankapur mati 2.250 kg/ha, pada pH 5-5,4 pem-berian dosis kaptan 2.500 kg/ha dan kapur

mati 1.870 kg/ha, pada pH 5,5-5,9 pemberiandosis kaptan 2.000 kg/ha dan kapur mati 1.500kg/ha, pada pH 6-6,4 pemberian dosis kaptan1.500 kg/ha dan kapur mati 1.125 kg/ha, danpH 6,5-7 pemberian dosis kaptan 1.000 tondan kapur mati 750 kg/ha.

Perbaikan kualitas air tambak udangdengan menggunakan saponin

Saponin merupakan pestisida organik atauproduk sampingan dari proses pembuatanminyak dari biji tanaman teh yang aplikasinyadi tambak tidak berdampak negatif terhadapkondisi kualitas tanah. Biji tanaman teh yangmengandung 10%-15%, efektif untuk memati-kan hama ikan (ikan liar) yang masuk dalamtambak, namun tidak mematikan udang yangdibudidayakan. Menurut Atmomarsono et al.(2011), umumnya pemberantasan hama ikandi tambak udang dengan saponin 15-30 mg/L,yang dilakukan saat kondisi tambak masihberair (sekitar 10 cm). Makin rendah salinitasair tambak diperlukan konsentrasi saponinyang lebih tinggi, misalnya pada salinitas airdi bawah 5 ppt diperlukan 30 mg/L saponin(30 kg saponin per hektar tambak dengan ke-dalaman air rata-rata 10 cm) yang ditambahkaporit 1-2 mg/L (1-2 kg per hektar tambakdengan kedalaman air rata-rata 10 cm). Sapo-nin lebih efektif hasilnya dalam mematikanikan liar di tambak seiring dengan salinitas airyang lebih tinggi. Shariff et al. (2000), sapo-nin tidak hanya mematikan hama ikan, tetapijuga dapat merangsang pergantian kulit udang.Saponin dosis 2-3 mg/L selama 24 jam diap-likasikan untuk merangsang pergantian kulitpada udang windu dan saponin dosis 20-30mg/L, direkomendasikan untuk membasmipenyakit bintik hitam (black spot disease) padaudang. Saponin juga berfungsi sebagai pupukorganik yang dapat merangsang pertumbuhanalga di tambak (Liao et al., 2000).

Perbaikan kualitas air tambak udangdengan pemberian bakteri probiotik

Bakteri probiotik adalah bakteri yang mam-pu memperbaiki kualitas air tambak yaitu da-pat menurunkan kandungan bahan organiktotal, amoniak dan nitrit serta dapat meng-hambat perkembangbiakan organisme pa-togen yaitu bakteri kunang-kunang (Vibrioharveyi) dan penyakit bintik putih pada ka-rapaks udang yang disebabkan oleh mikrobapatogen dari jenis virus (WSSV) (Atmomarsonoet al., 2011). Menurut Verschuere et al. (2000)

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

509

Page 10: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

dan Poernomo (2004), penggunaan bakteri pro-biotik merupakan salah satu cara untuk me-nanggulangi penyakit pada budidaya udang.

Hanya sembilan isolat dari 37 isolat yanglayak menghambat V. harveyi dan menjadikandidat bakteri probiotik untuk budidayaudang windu. Kesembilan isolat tersebut di-beri nama bakteri probiotik RICA (Riset Insti-tute for Coastal Aquaculture -Balai Penelitiandan Pengembangan Budidaya Air Payau) dantelah diaplikasikan di unit tambak bebera-pa kabupaten di Sulawesi Selatan. MenurutAtmomarsono et al. (2011), cara aplikasinya ditambak yaitu setelah bakteri probiotik dikul-tur selama 4-5 hari di dalam ember besar ber-tutup, aerasi dimatikan dan bakteri tersebutsiap digunakan di tambak dengan ember vo-lume 10-15 L sebagai berikut: dosis bakteri0,2-1 mg/L (2-10 L per hektar tambak udangwindu tradisional plus dengan kedalaman air1 m); 1-5 mg/L di tambak udang windu semi-intensif dengan padat tebar hingga 10 ekor/m2; 5-10 mg/L di tambak udang windu inten-sif dengan padat tebar hingga 20 ekor/m2.Pemberian bakteri probiotik dilakukan se-minggu sekali untuk budidaya udang windutradisional plus dan semiintensif. Untuk budi-daya intensif diperlukan pemberian 1-2 kali/minggu tergantung kondisi airnya. Pence-gahan penyakit bintik putih dapat dilakukansecara tidak langsung dengan menggunakanbakteri probiotik RICA yang dikombinasikandengan aplikasi kapur dolomit 3-5 mg/L (30-50 kg/ha dengan kedalaman air 1 m) teru-tama setelah hujan, dengan tujuan untukmengendalikan penumpukan bahan organik didalam air dan dasar tambak (Atmomarsono etal., 2011).

Perbaikan kualitas air tambak udangdengan sistem bioflok

Penggunaan pakan yang berprotein tinggidalam jumlah banyak pada budidaya udangvaname intensif di tambak berdampak me-ningkatnya limbah total amoniak nitrogen(TAN). Untuk mengurangi akumulasi limbahtersebut yang umum dilakukan dengan per-gantian air secara regular dalam jumlah ba-nyak. Hal ini dapat memicu terjadinya seranganpenyakit, terutama jika kondisi kualitas airsumber (laut atau sungai) kurang baik. Alterna-tif lain untuk mengurangi akumulasi TAN yangefektif dan efisien di tambak yaitu mengelolabudidaya udang vaname intensif sistem bio-flok dengan sedikit pergantian air dan dapat

mengurangi penggunaan pakan buatan. Prinsipkerja sistem bioflok dapat mengkonversi TANdan limbah organik nitrogen menjadi biomas-sa bakteri heterotrof (bakteri yang mampu me-manfaatkan bahan organik secara langsung).Proses konversi tersebut akan terjadi denganbaik jika rasio antara karbon organik dan nitro-gen (C/N) dalam air tambak 10-20 pada kondisiaerob (kandungan oksigen terlarut >3 mg/L)dengan padatan/partikel tetap tersuspensi.Pada saat pengelolaan budidaya sedang ber-jalan, timbunan kandungan amoniak semakinmeningkat karena akumulasi eskresi, kotorandan sisa pakan udang menyebabkan nilai rasioC/N dalam tambak menjadi sangat rendah.Untuk meningkatkan rasio C/N dalam tambak,harus ditambahkan beberapa bahan karbo-hidrat (sumber C-organik), salah satunya yaitumolase, tepung tapioka, glukosa, gliserol, atausukrosa. Bakteri heterotrof (bakteri probiotik)akan menyatu dengan mikroorganisme lain-nya (plankton, fungi, protozoa, ciliata, dannematoda) serta partikel organik lainnyamembentuk bioflok. Bioflok yang terbentukmengandung nutrisi seperti protein, lemak,karbohidrat dan mineral yang cukup baik bagipertumbuhan udang. Terdapatnya bioflok da-lam tambak memberikan kesempatan udanguntuk memanfaatkan bioflok tersebut sebagaimakanan pengganti sebagian pakan buatanyang diberikan. Pemanfaatan bioflok padapengelolaan budidaya udang di tambak, selainuntuk mengifisiensikan biaya produksi, jugamampu meminimalisir risiko serangan penyakit(Gunarto et al., 2011).

Menurut Gunarto et al. (2011) danPoernomo (2004), prosedur kultur probiotikyaitu merebus air tambak sebanyak 200 Lsampai mendidih, dimasukkan dedak halus 10kg, tepung ikan 5 kg, dan molase 5 L secarabersama-sama ke dalam air yang sedangmendidih dan diaduk selama 30 menit, kemu-dian didinginkan dalam keadaan wadah yangtertutup. Setelah bahan kultur dingin, dimasuk-kan ragi roti 20 g dan probiotik 2 L, kemudiandiaerasi selama dua hari. Pada hari ke tigasetelah diaerasi biasanya bau tape, sebagaiindikasi populasi bakteri probiotik mencapai109-1012 CFU/mL.

Selanjutnya probiotik tersebut siap digu-nakan dengan cara ditebar merata ke seluruhpermukaan air tambak dengan dosis 5 ppm(75 L/ha tambak dengan kedalaman air 1,5 m).Sebaiknya digunakan beberapa jenis probiotiksecara bergiliran dalam satu minggu, sehingga

510

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 3 Tahun 2014: 501-513

Page 11: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

saling melengkapi dalam mempercepat ter-bentuknya bioflok. Penebaran probiotik per-tama kali di tambak sebaiknya dilakukan se-belum benur ditebar dan selanjutnya setiap1-2 hari selama pemeliharaan udang. Setelahsatu bulan pemeliharaan udang di tambak,mulai ditambahkan molase/tepung tapiokasebagai sumber C-organik (40%-60%) yangterlebih dulu dilarutkan dengan air, ke dalamair tambak pada pagi hari untuk meningkat-kan rasio C/N: 10-20. Setelah satu bulan pe-nambahan C-organik seperti molase, biasanyabioflok mulai tumbuh dalam tambak. Peman-tauan pertumbuhan bioflok dilakukan setiapdua hari dengan menggunakan tabung cone.Komponen bioflok yang baik di tambak bia-sanya terdiri dari jenis bakteri Bacillus sp., B.subtilis, B. cereus, Lactobacillus, Zooglea, danmikroorganisme lainnya seperti plankton yai-tu diatom, Chlorella sp., Brachionus sp., co-pepoda, protozoa, cacing, dan lain-lain. Bioflokyang baik jika warna air tambaknya coklatyang didominasi oleh bakteri heterotrof aerob;cukup baik jika warna air tambaknya hijauyang didominasi oleh bakteri fotosintetik(Cyanobakter); dan tidak baik jika warna airtambaknya hitam yang didominasi bakteriterakumulasi besi.

Perbaikan kualitas tanah dan air tambakudang dengan pemberian pupuk

Setelah 1-2 minggu pengeringan dan ta-nah terlihat retak-retak (tergantung kondisicuaca), maka dilakukan pemupukan tambaksesuai kebutuhan. Pemupukan di tambak tra-disional hingga tradisional plus, masih me-merlukan pupuk organik, urea, dan SP-36 yangaplikasi dan dosisnya tergantung kondisi ta-nah dan musim penebaran. Pemupukan bertu-juan untuk meningkatkan kandungan nutrien,menstimulasi pertumbuhan plankton, klekapdan lumut sebagai pakan alami ikan dan udang.Pupuk anorganik (urea dan SP-36) aplikasinyadi tambak sebagai pupuk awal pada persiap-an dan pupuk susulan pada saat pelaksanaanbudidaya. Sedangkan pupuk organik aplika-sinya di tambak sebagai pupuk awal langsungditebar secara merata di dasar tanah tambaksaat persiapan. Secara umum, diperlukan pu-puk dasar (awal) yaitu pupuk organik 400-1.000 kg/ha, urea 200-400 kg/ha, dan SP-36100-200 kg/ha. Pada musim hujan penggunaanurea dapat dikurangi karena adanya masukannitrogen dari air hujan. Tambak yang relatif de-kat dengan laut, umumnya memerlukan urealebih banyak daripada yang jauh dari laut.

Untuk mempertahankan warna air tambakpada pelaksanaan budidaya agar mendekatiwarna hijau kecoklatan (warna air tambakyang baik untuk budidaya udang windu) dila-kukan pemupukan susulan dengan urea danSP-36 sekitar 10% dari pupuk dasarnya (ter-gantung warna airnya) serta aplikasi bakteriprobiotik tertentu. Untuk warna air tambakyang cenderung hijau muda kekuningan, di-perlukan pupuk susulan SP-36 lebih banyakdaripada ureanya. Sebaliknya jika warna aircenderung coklat kemerahan, maka diper-lukan pupuk susulan lebih banyak daripadaSP-36 (Atmomarsono et al., 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil analisis kesesuaian lahan tambakudang berkelanjutan di KabupatenProbolinggo menggunakan SIG, didapatkanlahan tambak budidaya udang seluas 2.143ha. Lahan yang sangat sesuai untuk budidayaudang yaitu 56 ha dan yang sesuai 618 ha.Lahan tersebut tersebar di Kecamatan Tongasdan Pajarakan. Lahan yang sangat sesuai, di-alokasikan untuk pengelolaan budidaya udangsemiintensif hingga intensif, lahan yang se-suai, untuk budidaya udang tradisional. Pro-duksi tambak udang dapat ditingkatkanmelalui aplikasi tingkat teknologi budidayasesuai dengan kelas lahan yang dianalisisdengan merevitalisasi tambak melalui reme-diasi kualitas tanah dan air tambak.

DAFTAR ACUAN

Agus, Yusrial, F., & Sutono. (2006). Penetapantekstur tanah. Dalam: Kurnia, U., Agus, F.,Adimihardja, A., dan Dariah, A. (Eds.). SifatFisik Tanah dan Metode Analisisnya. BalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Sum-berdaya Lahan Pertanian, Bogor, hlm. 43-62.

Anonim. (2012). Kabupaten Probolinggo DalamAngka 2012. Kerjasama Badan Pusat Sta-tistik Kabupaten Probolinggo dan Peme-rintah Daerah Kabupaten Probolinggo, 332hlm.

Anonim. (2011). Budidaya Air Payau. http://www.pasuruankab.go.id/potensi-46-budidaya-air-payau.html. [Diakses 25/11/2012].

Anonim. (2010). Pedoman Perencanaan Pe-ngembangan Kawasan Perikanan Budida-ya (Minapolitan). Direktorat Prasarana danSarana Budidaya, Direktorat Jenderal Per-ikanan Budidaya, Kementerian Kelautan

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

511

Page 12: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

dan Perikanan, Jakarta, 48 hlm.APHA (American Public Health Association).

(2005). Standart Methods for Examinationof Water and Wastewater. APHA-AWWA-WEF, Washington, DC, 1,185 pp.

Atmomarsono, M., Muliani, Nurbaya, Susi-aningsih, E., Nurhidayah, & Rachmansyah.(2011). Petunjuk Teknis Aplikasi Bakteri Pro-biotik RICA pada Budidaya Udang Windudi Tambak. Badan Penelitian dan Pengem-bangan Kelautan dan Perikanan, PusatPenelitian dan Pengembangan PerikananBudidaya, Balai Penelitian dan Pengem-bangan Budidaya Air Payau, Maros, 20 hlm.

Bengen, D.G. (2004). Pedoman Teknis Penge-nalan dan Pengelolaan Ekosistem Man-grove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir danLautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 59hlm.

Boyd, C.E. (1995). Bottom Soil, Sediment, andPond Aquaculture. Chapman and Hall, NewYork, 46 pp.

Boyd, C.E., Wood, C.W., & Thunjai, T. (2002).Aquaculture Pond Bottom Soil Quality Man-agement. Oregon State University. Corval-lis, Oregon, 41 pp.

Boyd, C.E. (2008). Pond bottom soil analysis.Global Aquaculture Advocate September/October 2008, p. 91-92.

Dennis, M., Tammy, T., Baldwin, K., & Kevin, F.(2004). Aquaculture development poten-tial in Arizona: a GIS-based approach. WorldAquaculture, 34(4), 32-35.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air BagiPengelolaan Sumberdaya dan LingkunganPerairan. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),Yogyakarta, 258 hlm.

Gunarto, Usman, Mansyur, A., & Rangka, N.A.(2011). Petunjuk Teknis Budidaya UdangVaname Intensif Sistem Bioflok. Badan Pe-nelitian dan Pengembangan Kelautan danPerikanan, Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Perikanan Budidaya, Balai Pene-litian dan Pengembangan Budidaya AirPayau, Maros, 23 hlm.

Hernandez, M.R., Buckle, L.F.R., Palacios, E., &Baron, B.S. (2006). Preferential behaviorof white shrimp Litopenaeus vannamei(Boone, 1931) by progressive temperature-salinity simultaneous interaction. Journalof Thermal Biology, 31, 565-572.

Hopkins, J.S., Stokes, A.D., Browdy, C.L., &Sandifer, P.A. (1991). The relationship be-tween feeding rate, padlle wheel rate andexpected dawn dissolved oxygen in in-

tensive shrimp ponds. Aquacultural Engi-neering, 10, 281-290.

JAXA. (2006). ALOS/AVNIR-2 Level 1 productformat description. Revision J. JAXA-EarthObservation Research Center, 140 pp.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S.(2005). Brackishwater aquaculture site se-lection in Palghar Taluk, Thane District ofMaharashtra, India, using the techniquesof remote sensing and Geographical Infor-mation System. Aquacultural Engineering,32, 285-302.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). (2004).Keputusan Menteri Negara Kependudukandan Lingkungan Hidup, No. 51 tahun 2004,tanggal 8 April 2004 tentang Baku MutuAir Laut. Kementerian Lingkungan Hidup,Jakarta, 11 hlm.

Lillesand, T.M. & Kiefer, R.W. (2000). RemoteSensing and Image Interpretation. FourthEdition. John Wiley & Sons. New York, USA,736 pp.

Liao, E.C., Guo, J.J., & Su, M.S. (2000). The use ofchemicals in aquaculture in Taiwan, Prov-ince of China. In: Arthur, J.R., C.R. Lavilla-Pitogo and R.P. Subasinghe (Eds.). Use ofSoutheast Asian Fiseries DevelopmentCenter Aquaculture Department, Tigbauan,Iloilo, Philippines, p. 193-205.

Menz, A. & Blake, B.F. (1980). Experiments onthe growth of Penaeus vannamei Boone.Journal of Experimental Marine Biology andEcology, 48, 99-111.

Morain, S. (1999). GIS Solution in Natural Re-source Management: Balancing the Tech-nical-Political Equation. OnWord Press, USA,361 pp.

Mustafa, A., Sapo, I. & Paena, M. (2010). Studipenggunaan produk kimia dan biologi pa-da budidaya udang vaname (Litopenaeusvannamei) di tambak Kabupaten PesawaranProvinsi Lampung, 1(5), 115-133.

Poernomo, A. (1988). Pembuatan Tambak di In-donesia. Seri Pengembangan No. 7, 1988.Departemen Pertanian, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Balai Pene-litian Perikanan Budidaya Pantai, Maros, 30hlm.

Poernomo, A. (1992). Pemilihan Lokasi TambakUdang Berwawasan Lingkungan, CRIFI Pub.,40 hlm.

Poernomo, (2004). Technology of probioticsto solve the problems in shrimp pond cul-ture and the culture environment. Paperpresented in The National Symposium on

512

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 3 Tahun 2014: 501-513

Page 13: KESESUAIAN LAHAN DAN REVITALISASI TAMBAK …

Development and Scientific and Technol-ogy Innovation in Aquaculture, January 27-29, 2004, Patrajasa Hotel, Semarang, 25 pp.

Ponce-Palatox, J., Martinez-Palacios, C.A., &Ross. L.G. (1997). The effect of salinity andtemperature on the growth and survivalrates of juvenile white shrimp, Penaeusvannamei, Boone, 1931. Aquaculture, 157,107-115.

Reid, G.K. (1961). Ecology Inland Water Estuar-ies. Rein Hald Published Co. New York, 37pp.

Shariff, M., Nagaraj, G., China, F.H.C., & Wang,Y.G. (2000). The use of chemicals in aqua-culture in Malaysia and Singapore. In:Arthur, J.R., C.R. Lavilla-Pitogo and R.P.Subasinghe (Eds.). Use of Chemicals inAquaculture in Asia. Southeast Asian Fish-eries Development Center AquacultureDepartment, Tigbauan, Iloilo, Philippines,p. 127-141.

Sulaeman, Suparto, & Eviati. (2005). PetunjukTeknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman Air,dan Pupuk. Dalam: Prasetyo, B.H. Santoso,D., dan Widowati, L.R. (Eds.). Balai PenelitianTanah, Bogor, 136 hlm.

Sutrisyani & Rohani, S. (2009). Panduan PraktisAnalisis Kualitas Air Payau. Diedit: Rachman-syah, Atmomarsono, M. dan Mustafa, A.Cetakan kedua. Pusat Riset PerikananBudidaya, Jakarta, 55 hlm.

Tarunamulia & Mustafa, A. (2009). Evaluasi rin-ci karakteristik dan tingkat kesesuaianlahan tambak di Kecamatan Balusu Kabu-paten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Jur-nal Riset Akuakultur. Pusat Riset PerikananBudidaya. Badan Riset Kelautan danPerikanan, Jakarta, 3(4), 425-438.

Utojo, Mustafa, A., Rachmansyah, & Hasnawi.(2009). Penentuan lokasi pengembanganbudidaya tambak berkelanjutan denganaplikasi sistem informasi geografis di

Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal RisetAkuakultur. Pusat Riset Perikanan Budidaya,Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta,3(4), 407-423.

Utojo, Mustafa, A., & Suhaimi, R.A. (2013a).Penentuan kesesuaian budidaya tambakberkelanjutan di Kabupaten Pasuruan, JawaTimur. Dalam Isnansetyo, A., Husni, A.,Djumanto, Rachmawati, N., Widaningroem,R., Rustadi, Suadi, dan Ustadi (Eds.).Prosiding Seminar Nasional Tahunan XHasil Penelitian Perikanan dan KelautanTahun 2013. Jilid 1 Budidaya Perikanan.Bidang Rekayasa Budidaya A, Kode RA13-24 (12 hlm). Kerjasama Jurusan PerikananFakultas Pertanian UGM dan Balai BesarLitbang Pengelolaan Produk & BioteknologiKelautan & Perikanan, Jakarta. hlm. 13-24.

Utojo, Paena, M., & Hasnawi. (2013b). Karakte-ristik, kesesuaian dan pengelolaan lahanbudidaya tambak di Kabupaten Gresik,Jawa Timur. Jurnal Riset Akuakultur. PusatPenelitian dan Pengembangan PerikananBudidaya, Badan Penelitian dan Pengem-bangan Kelautan dan Perikanan, Jakarta,8(2), 311-324.

Utojo, Pirzan, A.M., & Mustafa, A. (2012). Ke-sesuaian lahan budidaya tambak berke-lanjutan di Kabupaten Lamongan, JawaTimur dengan pertimbangan karakteristikdan pengelolaan lahan. Dalam Haryanti,Rachmansyah, Sugama, K., Parenrengi, A.,Sudradjat, A., Imron, Sumiarsa, G.S., Azwar,Z.I., dan Kristanto, A.H. (Eds.). ProsidingSeminar Indoaqua-Forum Inovasi Tekno-logi Akuakultur (FITA) 2012. Pusat Penelitiandan Pengembangan Perikanan Budidaya,Jakarta, hlm. 939-952.

Verschuere, L., Rombaut, G., Sogeloos, P., &Verstraete, W. (2000). Probiotic bacteria asBiological control agents in aquaculture.Mic. Mol. Biol. Rev., 64(4), 655-671.

Kesesuaian lahan dan revitalisasi tambak budidaya udang ..... (Utojo)

513