EFEKTIVITAS KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP
SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG PADA USAHATANI PADI DI
LINGKUNGAN BONTOKASSI KECAMATAN POLONGBANGKENG
UTARA KABUPATEN TAKALAR
SYARDIANTI
105960082311
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
EFEKTIVITAS KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP
SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG PADA USAHA TANI PADI DI
LINGKUNGAN BONTOKASSI KECAMATAN POLONGBANGKENG
UTARA KABUPATEN TAKALAR
SYARDIANTI
105 9600 823 11
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Sata (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Terhadap
Sistem Tanam Benih Langsung pada Usaha Tani Padi di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
Nama Mahasiswa : Syardianti
Nim : 105 9600 823 11
Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Irwan Mado, M.P. Rahmawati, S.Pi., M.Si
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua ProdiAgribisnis
Ir.Saleh Molla, M.M. Amruddin, S.Pt,M.Si
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Skripsi : Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Terhadap
Sistem Tanam Benih Langsung pada Usaha Tani Padi di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
Nama : Syardianti
Stambuk : 1059600 823 11
Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Ir. Irwan Mado, MP.
Ketua Sidang
2. Rahmawati, S.Pi., M.Si.
Sekretaris
3. Prof. Dr. Ir. Ratnawati Tahir, M.Si
Anggota
4. Ir. Muh. Arifin Fattah, M.Si.
Anggota
Tanggal Lulus : ……………………………………
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Terhadap Sistem Tanam Benih
Langsung pada Usaha Tani Padi Di Lingkungan Bontokassi Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar adalah benar merupakan hasil
karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Agustus 2015
Syardianti
105960082311
v
ABSTRAK
SYARDIANTI, 105 9600 823 11., Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Terhadap Sistem Tanam Benih Langsung Pada Usaha Tani Padi Di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Dibawah
bimbingan Irwan Mado dan Rahmawati .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Kegiatan Penyuluhan
Pertanian Pada Sistem Tanam Benih Langsung Pada Usaha Tani Padi Di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
pengambilan data yang sebenarnya atau yang masuk dalam anggota kelompok
tani di Lingkungan Bontokassi di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar. Sampel dalam penelitian ini 20 orang. Sementara untuk penentuan
Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara sensus yaitu cara pengumpulan
data apabila seluruh populasi diselidiki satu per satu. Analisis data yang
digunakan adalah analisis data secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektivitas Kegiatan Penyuluhan
Pertanian Terhadap Sistem Tanam Benih Langsung pada Usahatani Padi di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
dilihat dari segi informasi masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 2,38, dari
segi waktu masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 3,00, dari segi tempat
masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 3,00 dan tingkat efektivitas masuk
dalam kategori sedang dengan rata-rata 1,69. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penyuluhan pertanian secara keseluruhan masuk pada kategori tinggi
dengan rata-rata 2,51.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kepada Sang Khalid Sang Pencipta Alam
Semesta beserta isinya, dialah Allah yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW,beserta keluarganya para sahabatnya dan para
pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak akan
tersusun dengan baik tanpa bantuan,bimbingan dan dorongan dari semua
pihak,sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Irwan Mado, MP. selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan serta perhatian yang
sangat berarti bagi penulis. Rahmawati, S.Pi., M.Si. Selaku pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan serta perhatian yang sangat berarti bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ir. H. M. Saleh Molla, M.M. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin S.Pt.,M.Si. selaku Ketua Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
4. Kedua orangtua yahanda Syahabuddin Dg. Nappa dan Ibunda Sahwiah
Dg. Bau dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada beliau, sembah sujud penulis
kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah sabar, tabah, dan mau mengerti
penulis.
5. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudaang ilmu kepada
penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Takalar khususnya Kepala
lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara beserta
jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
daerah tersebut.
7. Semua pihak yang membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata ucapan banyak terima kasih kepada pihak yang terkait
dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Agustus 2015
Syardianti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
2.1 Pengertian Efektivitas ................................................................................... 7
2.2 Penyuluhan Pertanian .................................................................................... 9
2.3 Tanam Benih Langsung .............................................................................. 19
2.4 Usaha Tani Padi ......................................................................................... 20
2.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 33
ix
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 33
3.2 Teknik Penentuan Sampel ........................................................................... 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 34
3.5 Teknik Analisi Data .................................................................................... 35
3.6 Defenisi Operasional ................................................................................... 36
IV. GAMBARAN UMUM LOKSI PENELITIAN ............................................... 39
4.1 Letak Geografis ........................................................................................... 39
4.2 Potensi Sumber Daya Alam ......................................................................... 40
4.3 Potensi Sumber Daya Alam ........................................................................ 40
4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 40
4.3.2 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Tingkat Umur.............................. 41
4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...................................... 42
4.3.4 Sarana Dan Prasarana ....................................................................... 43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 45
5.1 Identitas Responden .................................................................................... 45
5.1.1 Tingkat Umur .................................................................................... 45
5.1.2 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 46
5.1.3 Jumlah Tanggunagan Keluarga ......................................................... 47
5.1.4 Pengalaman Usaha Tani .................................................................... 48
5.2 Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Terhadap Sistem Tanam Benih
Langsung Pada Usaha Tani Padi .......................................................................... 50
5.2.1 Tingkat Evektivitas Berdasarkann Informasi .................................... 51
x
5.2.2Tingkat Efektivitas Berdasarkan Waktu ............................................ 52
5.2.3 Tingkat Evektivitas Berdasarkan Tempat ......................................... 53
5.2.4 Tingkat Efektivitas ............................................................................ 53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 55
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 55
6.2 Saran .......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kuisioner
Peta Lokasi Peneltian
Rekapitulasi Data
Dokumentasi Penelitian
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................ 40
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur ................................................ 41
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................................ 42
4. Sarana dan Prasarana ....................................................................................... 43
5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur ............................................ 45
6. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................. 46
7. Jumlah Tangungan Keluarga Responden ......................................................... 48
8. Pengalaman Usaha Tani Responden ................................................................ 49
9. Tingkat Efektipitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian ....................................... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pemikiran.........................................................................................32
2. Peta Lokasi Penelitian......................................................................................63
3. Dokumentasi Penelitian...................................................................................69
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian ........................................................................................ 59
2. Peta lokasi Penelitian ....................................................................................... 63
3. Indentitas Responden ....................................................................................... 64
4. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Informasi Penyuluhan Pertania ................... 65
5. Tingkat Efektivitas BerdasarWaktu Penyuluh Pertanian ................................. 66
6. Tingkat Efektivitas BerdasarTempat Penyuluh Pertanian ............................... 67
7. Tingkat Efektivitas Kengiatan Penyuluh Pertanian ......................................... 68
8. Dokumentasi Pertanian .................................................................................... 70
9. Riwayat Hidup ................................................................................................. 71
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian, itu
lah faktanya.Kalau hal tersebut dijadikan parameternya, maka Indonesia adalah
negara agraris.Pernyataan itu benar adanya.Namun, sebagai negara agraris
diharapkan kebutuhan pangan untuk warga negaranya dapat dicukupi dari
produksi dalam negeri.
Usaha budidaya padi konvensional banyak menyerap tenaga kerja mulai dari
kegiatan pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan.Sementara ketersediaan
tenaga kerja atau buruh tani mulai berkurang karena banyak generasi muda
enggan untuk terjun ke pertanian. Selama ini tenaga kerja khususnya yang
berperan dalam kegiatan tanam dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah tua.
Di masa mendatang diperkirakan akan semakin sulit mencari tenaga kerja untuk
tanam padi. Biasanya masa tanam yang serempak sehingga pada masa itu terjadi
peningkatan permintaan tenaga kerja, dilain pihak ketersediaanya terbatas. Oleh
karena itu, sangat perlu dicari cara lain dalam usaha budidaya padi yang dapat
menghemat penggunaan tenaga kerja.
Tanam Benih Langsung merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan. Tanam benih langsung adalah singkatan dari Tanam benih padi secara
langsung, dimana benih padi langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui
proses penyemaian terlebih dahulu. Dalam tabela tenaga untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada. Jadi dengan tabela dapat mengurangi
2
penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika
menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani.
Penerapan sistem tabela tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi,
yaitu:
1. Budidaya tabela hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata dan telah diolah
sempurna. Benih tidak akan tumbuh bila jatuh pada tanah yang tergenang air.
2. Tabela sesuai untuk sawah beririgasi teknis yang mudah diatur
pengairannya.Tabela kurang sesuai dilakukan pada musim penghujan.Saat
curah hujan yang tinggi, apalagi pada saat baru sebar benih, benih dapat
terhanyut.
3. Benih yang baru disebar relatif lebih mudah diserang hama burung atau tikus.
4. Gulma dapat tumbuh lebih pesat dibanding benih padi yang ditanam,
sehingga membutukan usaha penggendalian gulma yang lebih intensif.
5. Usaha kegiatan penyulaman juga lebih intensif, akibat kerusakan benih
karena serangan hama atau supaya tata-letak tanam lebih rapi.
Sistem tabela sangat cocok diterapkan pada lahan yang beririgasi baik, tidak
mudah kebanjiran, dan pengolahan tanahnya harus sempurna, dimana kondisi
tanah benar-benar gembur dan rata. Jika dapat diterapkan, akan mendapatkan
keuntungan lain selain dapat menghemat tenaga kerja, yaitu umur tanaman padi
tabela lebih cepat sekitar 15 hari dibandingkan tanaman padi sistem pindah-tanam.
Hal ini karena pada sistem tabela, tanaman padi tidak mengalami stagnasi
pertumbuhan. Keuntungan lainnya, sistem perakarannya lebih cepat berkembang
sehingga mampu berkompetisi dengan gulma untuk memperoleh unsur hara di
3
dalam tanah. Hal ini karena sistem perakarannya tidak terbenam dalam tanah,
maka mudah menyerap udara untuk bernafas.
Sistem Tanam Benih Langsung dapat dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan bantuan alat. Tabela secara manual hanya bertujuan untuk
menghemat tenaga kerja, namun hasil produksi tanaman padi kurang optimal.
Dengan cara manual, tata-letak benih padi tidak teratur, sehingga pertumbuhan
kurang optimal dan menyulitkan dalam pemeliharaanya. Bila ingin lebih teratur,
dilakukan penyulaman yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Saat ini telah
banyak dilakukan pengembangan alat bantu tabela. Dengan alat bantu tata-letak
benih lebih teratur. Namun alat yang ada sekarang belum mempunyai kinerja yang
optimal dengan hasil yang diinginkan petani pada umumnya, yaitu tata-letak benih
rapi baik dalam larikan dan barisan, benih yang jatuh setiap rumpun sama
jumlahnya. Bila ada alat yang kinerjanya seperti itu tidak diperlukan lagi kegiatan
penyulaman.
Pertumbuhan tanaman padi yang optimal dapat dihasil dengan cara
perlakuan khusus sebelum padi disebar, sebagai usaha imunisasi terhadap
serangan hama dan penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. Dengan cara ini
pertumbuhan akar lebih cepat sehingga mampu bersaing dengan gulma untuk
memperebutkan unsur hara. Sudah banyak produk kimiawi seperti itu yang
beredar di toko-toko pertanian. Selain itu, sebaiknya jumlah benih tiap rumpun
cukup dua butir dengan jarak tanam cukup lebar ± 45 cm. Dengan cara ini,
kebutuhan benih lebih sedikit, namun pertumbuhannya lebih optimal.
4
Kebiasaan umunya sekarang yang diterapkan oleh petani adalah menanam
bibit padi tiap rumpun jumlahnya 4-5 bibit dengan jarak tanam 25 cm. Cara petani
ini dianggap akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi karena jumlah
bibit lebih banyak otomatis jumlah anakan akan lebih banyak, dan dengan jarak
tanam yang lebih pendek otomatis jumlah rumpun juga lebih banyak.
Kegiatan pemeliharaan, sistem tabela dengan sistem pindah-tanam tidak ada
perbedaan. Masalah kondisi gulma, pada sistem tabela biasanya gulma lebih
dominan. Sifat gulma yang lebih mudah tumbuh dapat mengalahkan pertumbuhan
tanaman padi di lahan sistem tabela. Kalau di lahan sistem pindah-tanam, yang
ditanam adalah bibit padi yang sudah tumbuh, sementara biji-biji gulma yang ada
di lahan belum tumbuh. Jadi pertumbuhan gulmanya lebih terlambat. Untuk
mengatasinya bisa dengan cara manual (Bahasa Jawa:diwatun) atau dengan cara
kimiawi menggunakan herbisida padi, contohnya adalah DMA-6 untuk
memberantas gulma berdaun lebar dan teki-tekian. Sedangakan untuk gulma
berdaun sempit dapat menggunakan Clipper 25 OD, spesialis untuk memberantas
rumpt yang “bandel” seperti Echinochloa crusgalli (Jejagoan/Pari-parian).Kedua
produk tersebut merupakan herbisida selektif terhadap tanaman padi yang bersifat
purna tumbuh.
Kenyataanya, Indonesia masih mengimpor pangan dari luar negeri, tidak
hanya beras sebagai makanan pokok, tetapi bahan pangan lainnya seperti gandum,
kedelai, dan jagung. Masih banyak Petani yang hidup dalam kemiskinan dan
masih ada penduduk di pedesaan, yang menjadi sentra produksi pangan,
mengalami kelaparan. Jadi pernyataan bahwa negara Indonesia adalah negara
5
agraris patut jadi pertanyaan.Tetapi, semoga suatu saat nanti Negara Indonesia
menjadi kenyataan sebagai Negara Agraris.
Sulawesi selatan mempunyai lahan pertain padi yang strategis dan cukup luas
disamping itu menjadi faktor pendukung adalah terdapat sarana irigasi teknik
yang cukup baik dan mampu mengairi tanaman sawah setiap mussim. Terdapat
beberapa irigasi teknis tersebar di daerah-daerah yang cukup pontesial dan mampu
mengairi lahan sawah sampai ratusan bahkan dapat digunakan juga dari berbagai
kegiatan lain seperti proyek air bersih dan dapat diminum oleh masyarakat.
Penduduk di Kabupaten Takalar hidup dengan bergantung kepada pertanian,
penduduk lingkungan Bontokassi dengan pekerjaan petani, dengan tanah ladang
dan lahan sawah di Bontokassi lahan sawah dinamai padi. Seperti pelaku usaha
tani padi yang senantiasa mencari terobosan-terobosan dan inovasi dalam rangka
mengacu dan mendorong percepatan peningkatan produksi padi yang diharapkan
biasa menyamai produktivitas usahatani seperti Negara-negara maju sektor
pertanian.
Sesuai hasil pembahasan latar belakang yang dipaparkan diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas kegiatan
penyuluhan pertanian terhadap sistem tanam benih langsung pada usahatani padi
di Lingkungan Bontokassi Kec.Polongbangkeng Utara Kab.Takalar”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana efektivitas kegiatan
penyuluhan pertanian terhadap sistem tanam benih langsung pada usaha tani padi
di Lingkungan Bontokassi Kec.Polongbangkeng Utara Kab.Takalar ? ”.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian terhadap
sistem tanam benih langsung pada usaha tani padi di Lingkungan Bontokassi
Kec.Polongbangkeng Utara Kab.Takalar.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan akademis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif dan dapat menunjang bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya penyuluhan.
2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan gambaran tentang efesiensi kegiatan penyuluhan mewujudkan efesiensi
penyuluhan pertanian.
3. Kegunaan bagi penulis, dapat menambah dan memperluas
wawasan/pengetahuan penulis dalam penulisan karya ilmiah (kripsi) terkait
dengan permasalahan yang penulis teliti,serta merupakan pembelajaran dan
pengalaman yang berharga dalam mengapresikan/mengaplikasikan ilmu yang
telah penulis dapatkan selama proses perkuliahan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas
Menurut kamus besar bahasa Indonesia , kata efektif berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya,kesanannya). Defenisi dari kata efektif yaitu suatu
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternative atau pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bias
dikatakan juga sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan
pemilihan cara-cara ditentukan, maka cara tersebut benar atau efektif.
Efektivitas adalah tercapainya suatu keberhasilan sesuai dengan tujuan yang
telah di tetapkan sebelumnya.
1. (Sedarmayanti, 2009). Efektivitas merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian
efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah
penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi
dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas
belum tentu efisiensi meningkat”.
2. Menurut Supriyono (2000), efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin
besar kontribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian
sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut.
8
3. (Yamit, 2003). Menurut Yamit dalam bukunya Manajemen Produksi dan
Operasi, efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran
seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas maupun waktu,
orientasinya pada keluaran yang dihasilkan”.
4. (Mc Leod dalam Susanto, 2007). “Efektivitas artinya informasi harus sesuai
dengan kebutuhan pemakai dalam mendukung suatu proses bisnis, termasuk
di dalamnya informasi tersebut harus disajikan dalam waktu yang tepat,
format yang tepat sehingga dapat dipahami, konsisten dengan format
sebelumnya, isinya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan lengkap atau sesuai
dengan kebutuhan dan ketentuan”.
5. Sondang P. Siagian (2001) memberikan definisi sebagai berikut :
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran
yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti
makin tinggi efektivitasnya.”
6. Abdurahmat (2003) “Efektivitas adalah pemanpaatan sumber daya, sarana
dan prasaranadalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.”
7. Hidayat “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.”
9
8. Prasetyo Budi Saksono “ Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan
output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input .“
9. Schemerhon John R. Jr. “Efektifitas adalah pencapaian target output yang
diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA)
dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut
efektif”.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
2.2 Penyuluhan Pertanian
a) Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan adalah turunan dari kata exstension yang dipakai secara luas
dan umum dalam bahasa Indonesia penyuluhan berasal dari kata dasar suluh
yang berarti pemberi terang ditengah kegelapan. Dalam bahasa Belanda
penyuluhan disebut Voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk
menolong seseorang menemukan jalannya, dalam bahasa Inggris dan jerman
mengistilahkan penyuluhan sebagai pemberian saran atau Beratung yang
berarti seseorang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang tetapi
seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya.
10
Penyuluhan pertanian secara umum adalah proses pendidikan nonformal
yang diberikan kepada keluarga tani dengan tujuan agar petani dapat
memecahkan masalahnya sendiri kususnya dalama bidang pertanian dan
meningkatkan pendapatannya. Pengertian penyuluhan pertanian menurut
Mardikantoro (1993) adalah proses penyebaran informasi yang berkaitan
dengan upaya perbaikan cara-cara berusahatani demi tercapainya
pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarganya. Pengertian
penyuluhan pertanian menurut salmon (1972) penyuluhan pertanian adalah
sistem pendidikan luar sekolah untuk petani dan keluarganya. Menurut Van
Den Ban 1999) penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanaya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar
Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah
perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Menurut U.Samsudin S penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha
pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal) untuk para
petani dan keluarganya di pedesaan. Menurut A.T. Mosher dalam
penyuluhan terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non
formal).
11
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang
mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan (Setiana. L. 2005).
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku penyuluhan adalah proses
perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan
mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraanya.
Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar
diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan
pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi
antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan
“perilaku” (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain,
baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun
tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya).
Kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar-luasan
informasi/inovasi”, dan “memberikan penerangan”, tetapi merupakan proses
yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan
waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang
ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan.
12
Penyuluhan sebagai proses pendidikan adalah kegiatan penyebar-luasan
informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses
perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan
belajar. Artinya, perubahan perilaku yang terjadi/dilakukan oleh sasaran
tersebut berlangsung melalui proses belajar. Hal ini penting untuk dipahami,
karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui beragam cara, seperti:
pembujukan, pemberian insentif/hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-
kegiatan pemaksaan (baik melalui penciptaan kondisi ling-kungan fisik
maupun social-ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-
ancaman).
Perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui pendidikan,
perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih
lambat, tetapi perubah-annya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru
akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat
menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keung-gulan “baru” yang
diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-
ekonomi. Lain halnya dengan perubahan perilaku yang terjadi karena
bujukan/hadiah atau pemaksaan, perubahan tersebut biasanya dapat terjadi
dalam waktu yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika
bujukan/hadiah/pemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu
lagi melanggengkan kegiatannya
13
Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial. SDC (1995) menyatakan
bahwa, penyuluhan tidak sekadar merupa-kan proses perubahan perilaku
pada diri seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial, yang
mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi yang dalam jangka
panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan
baru untuk memper-baiki kehidupan masyarakatnya.
Perubahan social yang dimakud adalah, tidak saja perubahan (perilaku)
yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan
hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai,
dan pranata sosialnya, seperti: demokratisasi, transparansi, supremasi
hukum, dll.
Penyuluhan sebagai proses pemasaran social adalah penerapan konsep
dan atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda
dengan rekayasa-sosial yang lebih berkonotasi untuk “membentuk” (to do
to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang “baru” sesuai yang
dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk
“menawarkan” (to do for) sesuatu kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa-
sosial proses pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan
perekayasa, pengambilan keputusandalam pemasaran-sosial sepenuhnya
berada di tangan masyarakat itu sendiri.
Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan
penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan
14
berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengem-bangkan
daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih ber-manfaat bagi
masyarakat yang bersangkutan.
Dalam konsep pember-dayaan tersebut, terkandung pema-haman bahwa
pemberdayaan tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang
beradab) dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang
terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri.
Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan. Sebagai proses
komunikasi pembangunan, penyuluh-an tidak sekadar upaya untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu
adalah, untuk menumbuh-kembangkan partisi-pasi masyarakat dalam
pembangunan (Mardikanto, 1987).
b) Sejarah Penyuluhan Pertanian
Berawal pada tahun 1867-1868, James Stuart dariTrinity College untuk
pertama kalinya memberikan ceramah atau pengarahan kepada para wanita
dan pekerja pria di Inggris Utara, sejak itu Stuart dianggap sebagai bapak
penyuluhan. Kemudian pada tahun 1871 Stuart mengusulkan pada
Universitas Cambridge agar penyuluhan masuk kedalam mata kuliah, secara
resmi pada tahun 1873 Universitas Cambridge menerapkan sistem
penyuluhan, yang diikuti oleh Universitas London dan Universitas Oxford.
Menjelang tahun 1880 kegiatan yang mulanya dilakukan diarea kampus
15
telah melebar keluar kampus. Sejak abad ke 20 istilah penyuluhan pertanian
mulai digunakan di Amerika Serikat.
c) Fungsi penyuluhan pertanian
Ada empat fungsi penyuluhan pertanian yaitu:
1. Pembuka jalan bagi petani untuk mendapatkan kebutuhanya dibidang
pertanian khususnya ilmu pengetahuan.
2. Penyuluhan pertanian merupakan jembatan antara praktek atau kegiatan
yang dijalankan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang dan senantiasa dibutuhkan oleh petani.
3. Penyampai, pengusahaan dan penyesuaian program nasional dan
regional agar dapat dilaksanakan oleh petani dalam rangka
mensukseskan program pembangunan nasional.
4. Kegiatan pendidikan non formal yang dilakukan secara terus-menerus
untuk mengikuti perkembangan teknologi yang dinamis dan masalah-
masalah pertanian yang berkembang.
d) Tujuan penyuluhan pertanian
Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu
menumbuhkan perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup
tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi petani
terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan. Tujuan penyuluhan jangka
panjang yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga
kesejahteraan hidup petani terjamin. Tujuan pemerintah terhadap
16
penyuluhan pertanian adalah: meningkatkan produksi pangan, merangsang
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan
rakyat desa, mengusahakan pertanian yang berkelanjutan.
e) Unsur-unsur Penyuluhan Pertanian
Unsur-Unsur Penyuluhan pertanian meliputi :
1. Penyuluh pertanian, penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban
tugas memberikan dorongan dan pengarahan kepada petani agar mau
mengubah cara berfikir, sikap dan perilaku nya terhadap perkembangan
teknologi.
2. Sasaran penyuluhan pertanian, sasaran penyuluhan pertanian adalah
audiens yang akan diberikan materi penyuluhan.
3. Metode penyuluhan pertanian, metode penyuluhan adalah cara-cara yang
digunakan pada saat dilakukan penyuluhan, yang bersifat mendidik,
membimbing, dan menerapkan sehingga dapat mengubah pemahaman,
sikap, dan perilaku petani agar dapat menolong dirinya sendiri (self
help).
4. Media Penyuluhan pertanian, media penyuluhan adalah salurann yang
menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani
yang sedang mengikuti penyuluhan.
5. Materi Penyuluhan Pertanian, materi penyuluhan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi pertanian yang disamapaikan pada saat
dilakukan penyuluhan.
17
6. Waktu Penyuluhan Pertanian, waktu penyuluhan merupakan waktu yang
dipilih seorang penyuluh untuk melakukan pendekatan-pendekatan
kepada petani.
7. Tempat Penyuluhan Pertanian. Tempat yang strategis dan mudah
dijangkau oleh petani untuk melangsungkan kegiatan penyuluhan.
f) Falsafah Penyuluhan Pertanian
Falsafah penyuluhan pertanian tidak dapat dipisahkan dengan falsafah
pendidikan pada umumnya, karena penyuluhan pertanian merupakan
kegiatan pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya. Falsafah
pendidikan mencakup ''idealisme'', ''pragmatisme'' , dan ''realisme'' begitu
juga dengan penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian dilakaukan untuk memberikan ilmu pengetahuan
kepada petani dengan tujuan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
petani serta membentuk masyarakat yang adil dan makmur yang menjadi
cita-cita pembangunan nasional penyuluhan pertanian telah membentuk
sebuah idealisme. Dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian petani
belajar sambil berbuat (learning by doing) atau melaksanakan materi
penyuluhan, dengan demikian mencerminkan aliran pragmatisme dalam diri
petani. Pada saat materi penyuluhan disampaikan banyak petani yang kurang
percaya, akan tetapi setelah melihat hasilnya yang kenyataanya memberikan
keuntungan petani akan sadar dan percaya kemudian mencobanya, hal ini
mencerminkan realisme.
18
g) Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan
penyuluhan pertanian adalah:
1. Apa yang harus dilakukan, apa yang akan kita lakukan pada kegiatan
penyuluhan terhadap petani misalnya, menyebarkan informasi pertanian
yang bermanfaat.
2. Di mana penyuluhan pertanian dilakukan, kegiatan penyuluhan
semestinya dilakukan ditempat keluarga tani itu berada,misalnya tempat
penjualan saprodi, rumah PPL, masjid, greja, balai desa, tempat
perkumpulan keluarga tani (PKK, kelompok tani, dll).
3. Bilamana kegiatan penyuluhan dilakukan, waktu yang dipilih untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan harus sesuai dengan keperluan dan
kondisi sasaran.
4. Oleh siapa kegiatan penyuluhan dilakukan, penyuluhan dilakukan oleh
seorang penyuluh pertanian yang prefesional baik PNS, swadaya, atau
sukarelawan.
5. Bagaimana kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan, agar kegiatan
penyuluhan memperoleh hasil yang maksimal maka harus memenuhi
syarat sesuai keadaan sasaran, cukup dalam jumlah dan mutu, tepat
mengenai sasaran dan waktunya, amanat harus diterima dan dimengerti,
murah pembiayaan.
19
2.3 Tanam Benih Langsung
Sistem tanam benih langsung (tabela) adalah penanaman tanaman padi
tanpa melalui pesemaian dan pemindahan bibit. Budidaya tanam benih
langsung padi pada dasarnya dapat dibedakan atas dua pilihan teknologi, yaitu
tanam benih langsung secara merata (broad cast) pada areal pertanaman dan
tanam benih langsung dalam larikan (on ows) (Supriyadi dan Malian, 1993).
Teknologi penyebaran benih secara merata pada areal pertanaman mampu
menurunkan curahan tenaga kerja sekitar 28% (Hazairin dan Manalu, 1993).
Namun kelemahan utama penerapan cara ini adalah meningkatnya kebutuhan
benih 2–3 kali lipat, serta kendala pemanenan karena tidak adanya jarak tanam.
Budidaya tanam benih langsung dalam larikan tidak banyak mengubah
cara budidaya yang telah berlangsung selama ini karena tetap menggunakan
larikan dengan jarak antar barisan antara 22–25 cm, tergantung varietas yang
ditanam. Kebutuhan benih dengan cara ini berkisar antara 50–60 kg/ha, atau
antara 1,5–2 kali lipat dibandingkan dengan tanam pindah Supriono dan Milan,
(1993).
Beberapa penyempurnaan dalam penerapan tanam benih langsung dalam
larikan telah dilakukan dan ditemukan Tabela Legowo, padi ditanam dalam
larikan 4–6 baris, dikosongkan 1 baris ditanam lagi, 4–6 baris berikutnya dan
seterusnya. Hasil penelitian dari 1992–1994 di Balittan Sukamandi,
20
menunjukkan bahwa tabela Legowo dua baris adalah yang paling baik, karena
produksi padi tidak turun, selama musim tanam padi.
Cara pengolahan tanah dalam budidaya padi tabela pada prinsipnya sama
dengan budidaya tanam pindah. Untuk mendapatkan hasil yang optimal
diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Pengolahan tanah yang dalam
akan mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mudah
rebah. Permukaan tanah harus rata agar tinggi permukaan air dapat dikontrol
(Supriadi dan Malian, 1993).
Teknik tanam tabela dengan menggunakan alat tanam Atabela tidak
memerlukan pesemaian seperti pada teknik tanam pindah. Benih langsung
direndam selama 24 jam kemudian dikering anginkan selama 12–14 jam dan
langsung di tanam dalam larikan. Benih yang digunakan sekitar 40 kg/ha
sedangkan tanam pindah (tapin) hanya 25 kg/ha.
2.4 Usaha tani Padi
a) Usaha Tani
Ilmu usahatani merupakan cabang ilmu pertanian. Pengertinan
usahatani telah didefinisikan oleh beberapa ahli ekonomi pertanian.
Pengertian usahatani menurut Mubiyarto ( 1987 ) adalah lebih ke pertanian
rakyat.
21
Menurut Soekartawi ( 1995 ) usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
pada waktu tertentu.
Ditinjau dari beberapa pengertian di atas tentunya ilmu usahatani
sangat penting dalam ilmu pertanian. Dan untuk memaksimalkan dalam
pengelolaan usahatani itu sendiri diperlukan unsur-unsur pokok yang
merupakan faktor – faktor utama dalam usahatani. Unsur – unsur pokok
tersebut sering disebut faktor produksi ( input ). Proses produksi pertanian
adalah proses yang mengkombinasikan faktor – faktor produksi pertanian
untuk menghasilkan produksi pertanian ( output ).
Soekartawi ( 1987 ) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau
faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani
akan tinggi. Namun bagaiman petani melakukan usahanya secara efisien
adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila
petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga
produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam
usahataninnya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara
alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada
harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat
ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi
teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
22
b) Padi
Pengertian
Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya,
padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga
(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga
berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh
nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua
serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber
karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari
pengolahan padi dinamakan beras.
Ciri ciri
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna
semusim,berakar serabut, batang sangat pendek,struktur serupa batang
terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun
sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset, warna hijau
muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang
pendek dan jarang,bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai
bercabang,satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet
yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak
dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga
lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma
23
yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi
yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.
Reproduksi
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan
kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua
organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang
bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma
jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman
berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi
sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti
polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang
membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir
perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian
endosperm.Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi
Genetika dan pemuliaan
Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi
adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang
kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika
tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan
ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa
(base pairs, bp). Sebagai tanaman model, genom padi telah
disekuensing, seperti juga genom manusia.
24
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia
membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal
berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau
'Pandanwangi' dari Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India
utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi
gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang
mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah.
Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak
didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi
pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu
muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi modern pertama
adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan
'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena
rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng
coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan
kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama
dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah
meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan
produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari
pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras.
25
Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun
2007.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-
an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di
Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi
toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan
penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga
lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice) yang dapat menghasilkan
provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan
defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti
dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi
bakteri kolera[3]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat
menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara
berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi
hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya
pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal
daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi
mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti
kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan
26
pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan
perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin A).
Keanekaragaman genetik
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan
manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O.
glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua
subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica
umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah,
lemmanya memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung
membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih
pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau hanya
pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun
kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase
keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini
adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan
japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica
(kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal
varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe
utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang
menunjukkan bahwa selain dua subspesies O. sativa yang utama,
indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat
27
adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada
(padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut
dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran,
termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan
menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim. Kajian
menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel dan dua
lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica
dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi
tiga kelompok khas: temperate japonica ("japonica daerah sejuk" dari
Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah tropika"
dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok
yang terpisah.
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan
kelompok besar indica dan japonica terpisah sejak ~440.000 tahun
yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon
Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua
kelompok yang sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi
mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun
sebelum masehi.
28
Keanekaragaman budidaya
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan
padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa
penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem
padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang
waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.Biasanya di daerah
yang hanya bisa bercocok tanam padi gogo menggunakan model
Tumpang Sari. Sistem Tumpang sari yaitu dalam sekali tanam
tidak hanya menanam padi, akan tetapi juga tanaman lain dalam
satu lahan. Padi gogo biasanya di tumpang sari dengan jagung
atau Ketela Pohon.
Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau
dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi
tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu
membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti
perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
Keanekaragaman tipe beras/nasi
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih
dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling
melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar
29
orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras
yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam,
sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di
bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh
amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan
orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras
'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul)
dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang
berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long
grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya
menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam
pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang
merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi
hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi.
Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah'
kedua kultivar perintis tadi.
30
Aspek budidaya
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai
dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada
budidaya padi sawah.
Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau
Kalimantan.
Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan
modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses
diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan
singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif
untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok
untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian,
pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan,
penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen.
Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian
bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan
penyimpanan biji.
31
2.5 Kerangka Pemikiran
Provinsi Sulawesi selatan berpotensi untuk pengembangan tanaman padi.
Kabupaten takalar, khususnya lingkungan bontokassi kecamatan polongbangkeng
utara merupakan salah satu daerah penghasil padi. Meskipun demikian, saat ini
produktifitas padi rata-rata masih rendah. Hal ini kurang diterapkannya teknologi.
Petani padi adalah seseorang yang mengelola usaha taninya dalam suatu lahan
untuk mendapatkan apa yang telah di inginkan.
Tanam benih langsung adalah penanaman tanaman padi tanpa melalui
pesemainan dan pemindahan bibit, serta dapat mengurangi tenaga kerja dan biaya
trasportasi.
Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku
petani dan keluarganya yang lebih baik, serta meningkatkan hasil usahanya dan
tingkat kehidupannya.
Efektifitas adalah sejauh mana target, sasaran,dan tujuan yang ingin dicapai
agar terlaksana dengan baik.
32
Meskipun demikian , tidak semua petani menggunakan tanam benih
langsung tersebut untuk penanaman padi. Hal ini disebabkan terbatasnya peralatan
yang digunakan pada saat menanam padi.
Gambar 1. Kerangka Pikir Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Pada
Sistem Tanam Benih Langsung Pada Usaha Tani Padi Di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.
Petani Padi
Tanam Benih Langsung
Waktu
Penyuluhan Pertanian
Informasi Tempat
Tingkat Efektivitas
33
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian
untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Adapun lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng utara
Kabupaten Takalar. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus
tahun 2015, dengan mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Pengertian sensus adalah cara pengumpulan data apabila seluruh elemen
populasi diselidiki satu per satu. Data yang diperoleh tersebut merupakan hasil
pengolahan sensus disebut sebagai data yang sebenarnya (true value).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah
berjumlah 20 petani padi yang akan dijadikan responden penelitian.
34
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya.
Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Data primer biasanya diperoleh dari survei lapangan yang menggunakan semua
metode pengumpulan data berurutan atau ordinal (Sugiyono, 2002).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul
data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2002). Data
penelitian ini data sekunder yang diperoleh dari jurnal, skripsi, dan buku-buku
referensi.
3.4 Teknik dan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik
yaitu:
1. Observasi, yaitu teknik pengambilan data dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung kepada objek yang akan diteliti.
2. Wawancara, yaitu teknik pengambilan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuisioner (daftar
pertanyaan).
35
3. Dokumentasi, yaitu melakukan penelitian terhadp tulisan dan dokumen yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data primer dari petani, dikumpulkan kemudian
dianalisis secara deskriftif kualitatif dengan memberikan penjelasan terhadap data
yang diperoleh dari hasil wawanara dan observasi selama penelitian untuk
mendapatkan gambaran rata-rata atau gambaran tentang respon/tanggapan petani
mengenai penyuluhan pertanian terhadap tanam benih langsung pada usaha tani
padi di lingkungan bontokassi kecamatan polongbangkeng utara kabupaten
takalar.
Analisis data untuk menjawab pertanyaan adalah analisis pengukuran
terhadap indikator pengamatan dengan menggunakan “Rating scale” atau skala
nilai (Singarbium dan Efendy, 1999). Skoring yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 3,2, dan 1. Cara penggolongan tingkat respon petani secara keseluruhan
dibagi dalam tiga kategori kelas yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk
memperoleh nilai untuk tiap penilaian kategori, maka digunakan rumus interval
(Kuncoro, 2001).
Interval = nilai maksimum−nilai minimum
banyaknya kategori
interval =3 − 1
3= 0,66
36
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Tinggi : 2,34 – 3,00
Sedang : 1,67 – 2,33
Rendah : 1,00 – 1,66
Keterangan :
* Interval = Untuk mendapatkan hasil
* Nilai Maksimum = Nilai tertinggi yang terdapat pada tabel
* Nilai Minimum = jumlah dari tabel ( responden)
* Jumlah rata-rata pada tabel yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu 2,34
–3,00
* Jumlah rata-rata pada tabel yang termasuk dalam ketegori sedang yaitu 1,67
– 2,33
* Jumlah rata-rata pada tabel yang termasuk dalam kategori rendah yaitu 1,00
– 1,66
3.6 Defenisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel
diukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut.
Adapun definisi variabel-variabel yang dinilai dalam penelitian ini adalah:
1. Petani Padi
Petani adalah kemmampuan seseorang dalam mengelola usaha tanintya dalam
suatu lahan untuk mendapatkan apa yang telah di inginkan.
37
2. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan adalaha suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani
dan keluarganya yang lebih baik, serta meningkatkan hasil usahanya dan
tingkat kehidupannya.
3. Tanam Benih Langsung
Tanam benih langsung adalah penanaman tanaman padi tanpa melalui
pesemainan dan pemindahan bibit, serta dapat mengurangi tenaga kerja dan
biaya trasportasi.
a. Informasi
Informasi adalah apa yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan terhadap
petani untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat yang bermanfaat
bagi usahataninya dan memberikan informasi yang petani belum ketahui
sebelumnya dan akhirnya dengan adanya kegiatan penyuluhan mereka dapat
mengetahui hal tersebut.
b. Waktu
Waktu adalah kegiatan penyuluhan dilakukan, waktu yang dipilih untuk
dilaksanakan. Kegiatan penyuluhan harus sesuai dengan keperluan dan
kondisi sasaran, dimana waktu penyuluhannya tidak mengganggu aktivitas
petani yang lain.
c. Tempat
Tempat adalah dimana penyuluh pertanian melakukan kegiatan penyuluhan
pertanian terhadap tanam benih langsung pada usahatani padi semestinya
ditempat keluarga tani itu berada, misalnya : masjid, balai desa, kelompok
38
tani, dll. Kegiatan penyuluhan pertanian mudah dijangkau oleh masyarakat
petani.
4. Tingkat efektivitas
Efektifitas adalah sejauh mana, target, sasaran,dan tujuan yang ingin dicapai
agar terlaksana dengan baik.
Efektivitas adalah dimana kegiatan penyuluhan pertanian terhadap sistem
tanam benih langsung apabila petani menerapkan/melaksanakan apa yang telah
di sampaikan tentang tahap-tahap penanaman padi dengan cara tabela, mereka
lakukan di lahan sawahnya dan hasilnya itu memuaskan.
Efektif adalah apabila tahap-tahap atau cara-cara tanam benih langsung,,
terlaksana dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.
39
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Lingkungan Bontokassi adalah salah satu Lingkungan di Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar provinsi Sulawesi Selatan.
Lingkungan Bontokassi mempunyai batas-batas administratif sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan Bontokassi Kecamatan
Polongbangkeng Uatara.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Manongkoki Kecamatan
Polongbangkeng utara.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Lingkungan Panjarungang Kecamatan
Polongbangkeng Utara.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bilonga Kecamatan Bilonga.
Secara geografis Lingkungan Bontokassi merupakan daerah yang tanahnya
datar dengan ketinggian < 50 m diatas permukaan laut. Lingkungan Bontokassi
terbagi atas 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan
berlangsung antara bulan November sampai bulan April dengan suhu rata-rata
26oC – 28oC. musim kemarau berlangsung antara bulan April sampai bulan
Oktober dengan suhu rata-rata 30oC – 32oC.
40
4.2 Potensi Sumber Daya Alam
Penggunaan lahan di lokasi penelitian adalah digunakan untuk
pengembangan komoditi pertanian dalam bentuk lahan sawah yang terdiri dari
sawah irigasi dan sawah tadah hujan, tanah kering yang terdiri dari tanah tegalan
dan tanah pekarangan, tanah perkebunan, dan tanah fasilitas umum seperti
kawasan pendidikan dan lapangan olahraga.
4.3 Potensi Sumber Daya Manusia
4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar memiliki jumlah penduduk 905 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 437 jiwa
dan perempuan 468 jiwa. Untuk mengetahui penyebaran penduduk menurut jenis
kelamin dapat dilihat berdasarkan table dibawah ini:
Table 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar,
Tahun 2015.
Penyebaran Penduduk
(Jiwa)
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Laki-Laki Perempuan
Lingkungan Bontokassi 437 468 905
Jumlah 437 468 905
Sumber: Data Lingkungan Bontokassi, Tahun 2015.
41
4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur
Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena dikaitkan langsung
dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan dengan pengambilan
keputusan. Responden yang berumur mudah relatif cenderung mempunyai
kemampuan fisik yang lebh baik, dibandingkan dengan responden yang berumur
tua. Seseorang yang masih muda lebih cepat menerima hal-hal baru, berani
mengambil resiko, dan lebih dinamis, seseorang yang relatif tua mempunyai
kapasitas penggolongan yang lebih matang dan memiliki banyak pengalaman
dalam mengelola usahanya. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur Di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Palongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, Tahun 2015.
Umur
(Tahun)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase
(%)
0 – 10 102 11,27
11 – 21 120 13,26
22– 32 131 14,47
33 – 43 123 13,59
44 – 54 113 12,49
55 – 65 106 11,71
66 – 76 112 12,38
77 keatas 98 10,83
Jumlah 905 100,00
Sumber: Data Lingkungan Bontokassi, Tahun 2015.
42
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa penduduk menurut tingkat umur yang
mendominasi umur 23 - 32 dengan jumlah 131 jiwa atau 13,26 % dari usia
tersebut masih termasuk produktif atau masih kuat bekerja, tingkat umur yang
diikuti antara 0 – 10 dengan jumlah 102 jiwa, atau 11,27 % usia ini masih belum
produktif.
4.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan tingkat
kemajuan suatu wilayah. Makin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi
disuatu wilayah semakin tinggi pulalah tinggi kemajuan wilayah tersebut, begitu
pula sebaliknya makin banyak penduduk yang tidak berpendidikan maka tingkat
kemajuan wilayah tersebut semakin lambat. Untuk mengetahui secara terperinci
keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan maka dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabuoaten Takalar,
2015.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1
2
3
4
5
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
102
196
220
280
107
11,27
21,66
24,31
30,94
11,82
Jumlah 905 100,00
Sumber: Data Lingkungan Bontokassi, Tahun 2015
43
4.4 Sarana dan Prasarana
Salah satu faktor pelancar pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
dalam suatu daerah dengan tersedianya sarana dan prasarana. Sarana adalah suatu
alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah
jembatan untuk tingkat menuju sarana. Aktivitas dan kegiatan suatu wilayah
sangat tergantung dari sirkulasi perekonomian wilayah tersebut, oleh karena itu
sarana dan prasarana sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam bidang pembangunan.
Keadaan sarana dan prasarana di Lingkungan Bontokassi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4. Sarana dan Prasarana Lingkungan Bontokassi Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Tahun 2015.
No. Jenis Jumlah (Unit)
1. Taman Kanak-Kanak (TK) 1
2. Sekolah Dasar (SD) 1
3. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) 2
4. Posyandu 1
5. Toko Obat 1
6. Mesjid 2
7. Lapangan Sepak Bola 1
8. Traktor 2
9. Penggilingan Gabah 1
10. Perontok Padi 1
Sumber: Data Lingkungan Bontokassi, Tahun 2015
44
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa Jenis sarana dan prasarana yang ada di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
sudah cukup memadai, dimana terdapat kantor kelurahan, prasarana pendidikan
mulai dari TK, posyandu serta toko obat, tempat ibadah (Mesjid), prasarana
olahraga seperti lapangan sepak prasarana produksi pertanian berupa traktor, alat
perontok padi serta penggilingan gabah.
45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam
kelompok tani. Karakteristik seorang responden dapat dilihat dari segi umur,
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani.
5.1.1 Tingkat Umur
Umur responden sangat mempengaruhi kemampuan fisiknya dalam bekerja
dan berfikir. Petani yang berumur muda mempunyai kemampuan yang lebih besar
dari petani yang lebih tua. Keadaan umur responden dapat dilihat padda tabel di
bawah ini :
Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Pokongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
No Umur ( tahun ) Jumlah ( orang ) Persentase ( % )
1 31 – 37 8 40
2 38 – 44 3 15
3 45 – 51 8 40
4 52 – 58 - -
5 59 – 65 1 5
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2015.
Berdasarkan tabel 5 bahwa responden yang banyak berada pada kelompok
umur 31 - 37 tahun yaitu berjumlah 8 orang atau 40 %. Sedangkan jumlah paling
sedikit berada pada umur 59-65 tahun yaitu berjumlah 1 orang atau 5 %.
Umur merupakan satu titik tolak ukur menyerap dan bertindak secara
cepat dan produktif. Menurut Soekartawi (2006), mengatakan bahwa makin muda
umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum
46
mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat
menerapkan teknik cara bercocok tanam yang baik dalam mengembangkan
usahataninya.
Melihat hal tersebut, petani responden yang ada di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang lebih merespon
tanam benih langsung adalah petani responden dengan tingkat umur 4 tahun.
Dengan umur tersebut, petani responden masih produktif dalam menjalankan
usahataninya.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap pola pikir
petani. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih terbuka dan lebih
mudah menerima informasi baru dan perubahan teknologi. Adapun tingkat
pendidikan petani responden dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, tahun
2015.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 3 15
2 SMP 11 55
3 SMA 5 25
4 S1 1 5
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2015.
47
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa tingkat pendidikan responden pada
tingkat SMP sebanyak 11 orang (55 %), dan pada tingkat S1 sebanyak 1 orang (5
%). Pada tabel 6. mengenai tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa,
pendidikan responden sudah tergolong tinggi sehingga responden lebih cepat
menyerap inovasi dan teknologi baru. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan tingkat penerapan terhadap sesuatu yang baru.
Fatmawati (2004), tingkat pendidikan seseorang ternyata berpengaruh
terhadap sikap dan tingkat penerapan terhadap sesuatu yang baru. Oleh karena itu,
respon teknologi baru hanya akan berkembang lebih cepat apabila petani cukup
mempunyai pendidikan dan pengalaman untuk menerapkan sesuai dengan syarat-
syarat teknologi tersebut.
Berdasarkan tingkat pendidikan petani responden di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang paling
merespon Tanam Benih Langsung adalah petani responden pada tingkat
pendidikan SMP. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin mudah dan
cepat seseorang menerima suatu informasi dan inovasi teknologi baru.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Penggambaran tentang jumlah tanggungan keluarga petani bertujuan untuk
melihat seberapa besar untuk tanggungan keluarga tersebut. Keluarga petani
terdiri dari petani itu sendiri sebagai kepala rumah tangga , istri, anak dan
tanggungan lainnya yang berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga.
48
Tabel 7. Jumlah Tanggungan keluarga Responden di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Tahun 2015.
No Tanggungan keluarga Jumlah (orang) Persentase(%)
1 1-2 3 15
2 3-4 13 65
3 5-6 3 15
4 7-8 1 5
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,Tahun 2015.
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa jumlah tanggungan keluarga
responden tertinggi yaitu 3-4 sebanyak 13 orang atau 65 %, dan terendah 7-8
sebanyak 1 orang atau 5%. Berdasarkan hasil penelitian, petani responden di
Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar,
yang paling merespon penggunaan Tanam Benih Langsung adalah petani yang
memiliki tanggungan keluarga yang sedikit. Hal ini dapat dimengerti karena
konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem
keluarga petani. Oleh karena itu, jumlah tanggungan keluarga sering dijadikan
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi.
Keadaan demikian sangat mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga
dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya.
5.1.4. Pengalaman Usaha Tani
Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu
usaha tani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar
pengalaman yang dimiliki. Semakin lama seseorang berusaha tani maka semakin
besar pengalaman yang didapatkan dan semakin berkembang keterampilan dan
49
keahlian yang dimilikinya. Pengalaman responden berusaha tani dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Pengalaman Usaha Tani Responden di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabutaen Takalar Tahun 2015.
No. Pengalaman Usaha Tani Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 5 – 13 14 70
2 14 – 22 5 25
3 23 – 31 1 5
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,Tahun 2005
Berdasarkan tabel 8 terlihat pengalaman responden dalam berusaha tani
yang tertinggi antara 5-13 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase (70%) dan
terendah antara 23 – 31 tahun sebanyak 1 orang atau (5%)
Soekartawi (2006), pengalaman berusahatani perlu untuk diketahui karena
memiliki dampak positif terhadap tingkat respon petani dalam menerima inovasi
baru berupa yang disampaikan oleh penyuluh sebagai sumber informasi, serta
mempunyai kepekaan dalam usahataninya karena pengalaman berusahatani itu
sendiri bisa dijadikan sebagai guru yang sangat berharga dalam berusahatani. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam berusahatani,
maka respon semakin tinggi terhadap inovasi baru.
Pengalaman berusahatani petani responden di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar antara 5 – 61 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan pengalaman ini petani responden sudah
cukup merespon penggunaan Tanam Benih Langsung dalam usahatani padinya.
50
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam
berusahatani, maka respon semakin tinggi terhadap inovasi baru.
5.3 Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Terhadap Sistem Tanam
Benih Langsung Pada Usaha Tani Padi
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu.
Sebagian besar petani di Lingkungan Bontokassi kecamatan polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar telah menggunakan Sistem Tanam Benih Langsung
pada proses penanaman padi. Padi atau benih yang terlebih dahulu di rendam
selama 24 jam kemudian dikeringkan anginkan selama 12-14 jam dan langsung
ditanam pada larikan dengan jarak 22-25 cm tergantung varietas yang ditanam
kebutuhan benih berkisar 50-60 kg/ha. Tanam benih langsung ini diperlukan
pengolahan tanah yang sempurna, pengolahan tanah yang dalam mempercepat
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah.
Berdasarkan hasil penelitian, maka tingkat respon petani dapat dilihat pada tabel
berikit ini:
Tabel 09. Tingkat Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Terhadap Sistem
Tanam Benih Langsung Pada Usaha Tani Padi.
Aspek yang diteliti Nilai Kategori
Informasi 2,38 Tinggi
Waktu 3,00 Tinggi
Tempat 3,00 Tinggi
Tingkat efektivitas 1,69 Sedang
Jumlah 10.07
Rata-rata 2,51 Tinggi
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2015.
51
Berdsarkan tabel 9 terlihat bahwa tingkat efektivitas kegiatan penyuluhan
pertanian terhadap system tanam benih langsung aspek terhadap informasi
nilainya 2,38 yang termasuk dalam kategori tinggi, Aspek berdasarkan waktu
nilainya 3,00 yang tergolong dalam kategori tinggi, aspek berdarkan tempat
nilainya 3,00 yang tergolong dalam ketegori tinggi, dan aspek berdasarkan tingkat
efektivitas nilainya 1,69 yang termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan dari tingkat efektiviata kegiatan penyuluhan pertanian
terhadap tanam benih langsung pada usaha tani padi jumlahnya 10,07 dengan rata-
rata (2,51) yang termasuk dalam ketegori tinggi.
5.2.1. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Informasi
Informasi adalah apa yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan terhadap
petani untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat. Dimana informasi tersebut
berkaitan dengan tanam benih langsung. Dengan adanya informasi baru mengenai
tanam benih langsung pada padi diharapkan para petani lebih mudah dan cepat
dalam proses penanaman.
Bedasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat informasi petani responden
terhadap penggunaan tanam benih langsung di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar adalah tergolong tinggi
yaitu secara keseluruhan mencapai kriteria rata-rata 2,38.
Berdasarkan hasil penelitian, petani responden di Lingkungan Bontokassi
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar setelah mendengar
penyuluhan pertanian mengenai tanam benih langsung petani ingin menerapkan
52
ketika ingin melakukan tanam benih langsung pada padi maka segera mendatangi
pemilik alat untuk melakukan tanam benih langsung padi.
5.2.2. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Waktu
Efektivitas berdasrkan waktu adalah apa yang disampaikan harus sesuai
dengan kebutuhan, termasuk di dalamnya apa yang disampaikan tersebut harus
disajikan dalam waktu yang tepat, format yang tepat sehingga dapat di pahami,
konsisten dengan format sebelumnya, isinya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan
lengkap atau sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan (Mc Leod dan Susanto,
2007) .
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa waktu petani responden terhadap
kegiatan penyuluhan pertanian pada tanam benih langsung padi di Lingkugan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar tergolong
tinggi yaitu secara keseluruhan mencapai rata-rata 3,00. Keadaan ini menunjukkan
bahwa petani responden di Lingkungan Bontokassi mulai menyenangi. Dalam hal
ini, petani responden mulai menyadari bahwa tanam benih langsung padi
merupakan sesuatu yang menguntungkan bagi petani untuk meningkatkan
produksi pertanian.
Berdasarkan hasil penelitian, waktu petani responden di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar sangat
merespon kegiatan penyuluhan pertanian terhadap tanam benih langsung,
sehingga kegiatan penyuluhan pertanian tidak mengganggu aktivitas petani karena
mereka sangat antusias dengan adanya kegiatan tersebut.
53
5.2.3. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Tempat
Efektivitas berdasarkan tempat adalah pemanfaatan sumber daya, tempat
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya (Sondan P,
Siagian 2001).
Bedasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tempat petani responden atau
tempat perkumpulan pada kegiatan penyuluhan pertanian terhadap tanam benih
langsung di Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar adalah tergolong tinggi yaitu secara keseluruhan mencapai
rata-rata 3,00.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa petani responden telah
mudah menjangkau kegiatan penyuluhan dan terasa nyaman untuk ditempati hal
tersebut memberikan kepuasan bagi para petani dalam kegiatan penyuluhan
pertanian terhadap tanam benih langsung.
5.2.4. Tingkat Efektivitas
Berdasrkan tingkat efektiitas adalah sejauh man target, sasaran, dan tujuan
yang ingin dicapat dapat terlaksana dengan baik mengenai kegiatan penyuluhan
pertanian terhadap tanam benih langsung padi (Hidayat). Dengan adanya hasil
dari tanam benih langsung diharapkan para petani lebih mendapatkan keuntungan
yang lebih banyak dari hasil panen.
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas petani
responden terhadap tanam benih langsung di Lingkungan Bontokassi Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar adalah tergolong sedang yaitu secara
keseluruhan mencapai rata-rata 1,69.
54
Berdasarkan hasil penelitian, setelah petani responden di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar setelah selesai
panen hasil yang di dapatkan kurang sesuai dengan yang di inginkan.
Petani responden di Lingkungan Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar secara keseluruhan memberikan respon tinggi dengan
mencapai rata-rata 2,51. Petani responden memberikan respon atau tanggapan
yang positif terhadap kegiatan penyuluhan pertanian terhadap tanama benih
langsung paadi.
55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari segi informasi masuk dalam kategori
tinggi dengan rata-rata 2,38, dari segi waktu masuk dalam kategori tinggi dengan
rata-rata 3,00, dari segi tempat masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 3,00,
dan tingkat efektivitas masuk dalam kategori sedang dengan rata-rata 1,69.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian
terhadap usahatani padi secara keseluruhan masuk pada kategori tinggi dengan
rata-rata 2,51. Dengan demikian, petani responden memberikan tanggapan yang
positif terhadap adanya kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan
sistem tanam benih langsung pada usahatani padi.
6.2 Saran
Dalam peningkatan produksi pertanian maka disarankan kepada para petani
untuk menerapkan tanam benih langsung yang lebih menguntungkan, sehingga
memberikan keuntungan kepada semua masyarakat petani.
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat. 2003.Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta (Rineka Cipta).
Anonim, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006
Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan,
Departemen Pertanian.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Bina Aksara
Hamid, Patilima. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Hazairin dan M. Manulu 1993. Budidaya Padi Sawah Irigasi dengan Cara Sebar
Langsung. Proyek Bahbolon. Kerjasama Indonesia-Australia.
Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kualitatif, Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis
Dan Ekonomi. Percetakan AMP YKPN.
Mardikanto,t. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
Universitas Press. Surakarta.
Malian.H. H. Supriadi. 1993. Sistem Usahatani Padi Sebar Langsung Pada Lahan
Irigasi di Jawa Barat. Laporan Hasil Penelitian Puslitbangtan Bogor.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Odi. 2011. Cahndeso-mbangundeso, kramat-jawa tengah, cahndes-
m.bangundeso.blogspot.com
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung :
Mandar Maju.
Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bogor.
Singarimbun dan Efendy. 1999. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES
Slamet, Margono. 2001 Paradikma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi,
Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alvabeta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani,UI-Press. Jakarta.
Sondang P. Siagian. 2001 Manajemen Sumber Daya Manusia Bumi Aksara.
Jakarta
Supriyono, R.A. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Yokyakarta : BPEE.
57
Susanto, Azhar. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Bandung : Lingga Jaya
Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Yokyakarta : ekonosia
FE UII
58
59
LAMPIRAN
KUISIONER PENELITIAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
1. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Tingkat Pendidikan :
Jumlah Tanggungan Keluarga :
Pengalaman Berusaha Tani :
2 Pertanyaan Informasi
1. Apakah informasi yang diberikan oleh penyuluh tentang tanam benih langsung sudah
diterapkan ?
Jawab :
a. Menerapkan ( 3 )
b. Kurang diterapkan ( 2 )
c. Tidak diterapkan ( 1 )
60
2. Apakah informasi yang disampaikan penyuluh bermanfaat bagi usaha tani padi
bapak ?
Jawab :
a. Bermanfaat ( 3 )
b. Kurang bermanfaat ( 2 )
c. Tidak bermanfaat ( 1 )
3. Apakah informasi yang disampaikan penyuluh dapat dengan mudah dimengerti
oleh bapak ?
Jawab :
a. Di mengerti ( 3 )
b. Kurang dimengerti ( 2 )
c. Tidak di mengerti ( 1 )
3 Pertanyaan Waktu
4. Menurut bapak waktu yang baik untuk melakukan penyuluhan ?
Jawab :
a. Sebelum penanaman ( 3 )
b. Sementara penanaman ( 2 )
c. Sesudah penanaman ( 1 )
5. Menurut bapak apakah waktu melaksanakan penyuluhan sudah sesuai dengan
keperluan dan kondisi sasaran ?
Jawab :
a. Sesuai ( 3 )
b. Kurang sesuai ( 2)
c. Tidak sesuai ( 1 )
61
6. Apakah waktu melaksanakan kegiatan penyuluhan tidak mengganggu aktivitas usaha
tani bapak ?
Jawab :
a. Mengganggu ( 3 )
b. Kurang Mengganggu ( 2 )
c. Tidak Mengganggu ( 1 )
4 Pertayaan Tempat
7. Apakah tempat yang disediakan penyuluh pertanian mudah di jangkau ?
Jawab :
a. Mudah dijangkau ( 3 )
b. Kurang mudah di jangkau ( 2 )
c. Tidak mudah dijangkau ( 1 )
8. Menurut bapak apakah tempat melaksanakan kegiatan penyuluhan terasa nyaman
?
Jawab :
a. Nyaman ( 3 )
b. Kurang nyaman ( 2 )
c. Tidak nyaman ( 1 )
9. Menurut bapak apakah tempat yang disediakan penyuluh sudah memuaskan ?
Jawab :
a. Memuaskan ( 3 )
b. Kurang memuaskan ( 2 )
c. Tidak memuaskan ( 1 )
62
5 Pertanyaan tingkat efektivitas
10. Apakah hasil yang di dapatkan sesuai dengan target yang di inginkan ?
Jawab :
a. Sesuai ( 3)
b. Kurang sesuai ( 2 )
c. Tidak sesuai ( 1 )
11. Apakah hasil tanam benih langsung dapat menguntungkan bagi bapak ?
Jawab :
a. Menguntungkan ( 3 )
b. Kurang menguntungkan ( 2 )
c. Tidak menguntungkan ( 1 )
12. Apakah sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat memenuhi kebutuhan
bapak untuk mendapatkan hasil yang di inginkan ?
Jawab :
a. Memenuhi ( 3 )
b. Kurang memenuhi ( 2 )
c. Tidak memenuhi ( 1 )
63
Lampiran 2.
PETA LOKASI PENELITIAN
64
IDENTITAS RESPONDEN
Lampiran 3. Identitas Responden
No Nama Petani
Umur
(Tahun) Pendidikan
Tanggungan
keluarga
(orang)
Luas
Lahan
Are/Ha
Pengalama
n
Usahatani
(tahun)
1 M.Dg.Ngojeng 45 SMP 3 1,25 21
2 H Dg. Lawa 31 SD 3 0,12 13
3 B Dg. Ngesa 48 SMP 5 0,28 20
4 B Dg. Nyau 51 SMP 3 0,20 25
5 H Dg. Nai 42 SMP 2 0,12 10
6 M Dg. Nanring 35 SMP 4 0,16 10
7 M Dg. Bani 31 SMP 4 0,15 5
8 S Dg. Lau 46 SMP 2 0,50 22
9 A Dg. Laja 31 SD 1 0,16 8
10 Hasanuddi 35 SMA 5 0,50 10
11 Agusalim 34 SMA 3 0,45 6
12 I Dg. Sarro 43 SMA 8 0,65 18
13 S Dg. Nappa 61 SMP 3 0,10 10
14 Dg. Ngella 34 SMP 3 0,15 12
15 Dg. Sila 40 SMA 5 0,20 10
16 B Dg. Tutu 51 SD 4 0,25 20
17 U Dg. Gassing 50 SMA 4 0,30 10
18 Dg. Nyarrang 49 SMP 4 0,20 9
19 Dg Rani 50 SMP 3 0,15 11
20 Dg. Tutu 31 S1 3 0,20 10
Jumlah 108 591 19,25
Rata-Rata 2,27 17,91 0,58
65
REKAPITULASI DATA
Lampiran 4. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Aspek Informasi Penyuluh
Terhadap Kegiatan Penyuluh Pertanian Terhadap Tanam
Benih Langsung Padi Usahatani Padi.
No. Nama Responden Informasi Jumlah Rata-rata
1 2 3
1 M Dg. Ngojeng 3 3 3 9 3,00
2 H Dg. Lawa 1 3 3 7 2,33
3 B Dg. Ngesa 1 3 3 7 2,33
4 B Dg. Nyau 1 3 3 7 2,33
5 H Dg. Nai 1 3 3 7 2,33
6 M Dg. Nanring 1 3 3 7 2,33
7 M Dg. Bani 1 3 3 7 2,33
8 S Dg. Lau 1 3 3 7 2,33
9 A Dg. Laja 1 3 3 7 2,33
10 Hasanuddi 1 3 3 7 2,33
11 Agusalim 1 3 3 7 2,33
12 I Dg. Sarro 1 3 3 7 2,33
13 S Dg. Nappa 1 3 3 7 2,33
14 Dg. Ngella 1 3 3 7 2,3
15 Dg. Sila 1 3 3 7 2,33
16 B Dg. Tutu 1 3 3 7 2,33
17 U Dg. Gassing 1 3 3 7 2,33
18 Dg. Nyarrang 1 3 3 7 2,33
19 Dg Rani 1 3 3 7 2,33
20 Dg. Tutu 2 3 3 8 2,66
Jumlah 23 60 60 143 47,6
Rata-Rata 1,15 3 3 7,15 2,38
Keterangan :
Tinggi : 2,34 – 3,00 Sedang :1,67 – 2,33 Rendah :1,00 – 1,66
66
Lampiran 5. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Waktu Penyuluh Terhadap
Kegiatan Penyuluh Pertanian Terhadap Tanam Benih
Langsung Padi Usahatani Padi.
No. Nama Responden
Waktu Jumlah Rata-rata
4 5 6
1 M Dg. Ngojeng 3 3 3 9 3,00
2 H Dg. Lawa 3 3 3 9 3,00
3 B Dg. Ngesa 3 3 3 9 3,00
4 B Dg. Nyau 3 3 3 9 3,00
5 H Dg. Nai 3 3 3 9 3,00
6 M Dg. Nanring 3 3 3 9 3,00
7 M Dg. Bani 3 3 3 9 3,00
8 S Dg. Lau 3 3 3 9 3,00
9 A Dg. Laja 3 3 3 9 3,00
10 Hasanuddi 3 3 3 9 3,00
11 Agusalim 3 3 3 9 3,00
12 I Dg. Sarro 3 3 3 9 3,00
13 S Dg. Nappa 3 3 3 9 3,00
14 Dg. Ngella 3 3 3 9 3,00
15 Dg. Sila 3 3 3 9 3,00
16 B Dg. Tutu 3 3 3 9 3,00
17 U Dg. Gassing 3 3 3 9 3,00
18 Dg. Nyarrang 3 3 3 9 3,00
19 Dg Rani 3 3 3 9 3,00
20 Dg. Tutu 3 3 3 9 3,00
Jumlah 60 60 60 180 60
Rata-Rata 3 3 3 9 3,00
Keterangan :
Tinggi : 2,34 – 3,00 Sedang :1,67 – 2,33 Rendah :1,00 – 1,66
67
Lampiran 6. Tingkat Efektivitas Berdasarkan Tempat Penyuluh Terhadap
Kegiatan Penyuluh Pertanian Terhadap Tanam Benih
Langsung Padi Usahatani Padi.
No. Nama Responden Tempat
Jumlah Rata-rata 7 8 9
1 M Dg. Ngojeng 3 3 3 9 3,00
2 H Dg. Lawa 3 3 3 9 3,00
3 B Dg. Ngesa 3 3 3 9 3,00
4 B Dg. Nyau 3 3 3 9 3,00
5 H Dg. Nai 3 3 3 9 3,00
6 M Dg. Nanring 3 3 3 9 3,00
7 M Dg. Bani 3 3 3 9 3,00
8 S Dg. Lau 3 3 3 9 3,00
9 A Dg. Laja 3 3 3 9 3,00
10 Hasanuddi 3 3 3 9 3,00
11 Agusalim 3 3 3 9 3,00
12 I Dg. Sarro 3 3 3 9 3,00
13 S Dg. Nappa 3 3 3 9 3,00
14 Dg. Ngella 3 3 3 9 3,00
15 Dg. Sila 3 3 3 9 3,00
16 B Dg. Tutu 3 3 3 9 3,00
17 U Dg. Gassing 3 3 3 9 3,00
18 Dg. Nyarrang 3 3 3 9 3,00
19 Dg Rani 3 3 3 9 3,00
20 Dg. Tutu 3 3 3 9 3,00
Jumlah 60 60 60 180 60
Rata-Rata 3 3 3 9 3,00
Keterangan :
Tinggi : 2,34 – 3,00 Sedang :1,67 – 2,33 Rendah :1,00 – 1,66
68
Lampiran 7. Tingkat Efektivitas Penyuluh Terhadap Kegiatan Penyuluh
Pertanian Terhadap Tanam Benih Langsung Padi Usahatani
Padi.
No. Nama Responden Tingkat Efektivitas
Jumlah Rata-rata 11 12 13
1 M Dg. Ngojeng 2 3 2 7 2,33
2 H Dg. Lawa 1 1 3 5 1,66
3 B Dg. Ngesa 1 1 3 5 1,66
4 B Dg. Nyau 1 1 3 5 1,66
5 H Dg. Nai 1 1 3 5 1,66
6 M Dg. Nanring 1 1 3 5 1,66
7 M Dg. Bani 1 1 3 5 1,66
8 S Dg. Lau 1 1 2 4 1,33
9 A Dg. Laja 1 1 3 5 1,66
10 Hasanuddi 1 1 2 5 1,33
11 Agusalim 1 1 2 4 1,33
12 I Dg. Sarro 1 1 2 4 1,33
13 S Dg. Nappa 1 1 3 5 1,66
14 Dg. Ngella 1 1 3 5 1,66
15 Dg. Sila 1 1 3 5 1,66
16 B Dg. Tutu 1 1 3 5 1,66
17 U Dg. Gassing 1 1 3 5 1,66
18 Dg. Nyarrang 1 1 3 5 1,66
19 Dg Rani 1 1 3 5 1,66
20 Dg. Tutu 2 2 2 6 2
Jumlah 22 23 53 97 33,89
Rata-Rata 1,1 1,15 2,65 4,85 1,69
Keterangan :
Tinggi : 2,34 – 3,00 Sedang :1,67 – 2,33 Rendah :1,00 – 1,66
69
DOKUMENTASI PENELITIAN
( Persiapan Benih Yang Akan di Tanam )
( Alat untuk Menanam Padi )
70
( Proses Penanaman Padi )
( Hasil dari Proses Penanaman Padi )
71
RIWAYAT HIDUP
Syardianti dilahirkan di Takalar, 15 Mei 1993. Dari
Ayahanda Syahabuddin dan Ibunda Syahwiah . Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan
formal yang dilalui penulis adalah SDN 42
Pangembang lulus tahun 2005, lalu melanjutkan
pendidikan di SMPN 1 Polut dan selesai pada tahun 2008. Penulis
melanjutkan pendidikan ketingkat SMAN I Polut, dan selesai pada tahun
2011. Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Ikatan Muhammadiyah
Makassar. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis
skripsi yang berjudul “ Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Pada
Sistem Tanam Benih Langsung Pada Usaha Tani Padi Di Lingkungan
Bontokassi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”.
Top Related