KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, akhirnya kami selaku penulis dapat menyelesaikan penulis case
ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Anak di Rumah
Sakit Umum Pirngadi Medan dengan judul “DEMAM TIFOID”
Case ini bertujuan agar kami selaku penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Umum Pirngadi Medan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
dr. Terapul Tarigan, Sp. A ( K ) khususnya sebagai pembimbing kami dan teman-teman di
Kepaniteraan Klinik Senior yang telah banyak membantu dalam penyelesaian case ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case ini banyak memiliki kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak yang membaca case ini. Harapan penulis semoga
case ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca case ini.
Medan, Juni 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.................................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi........................................................................................................... 2
2.3 Etiologi.................................................................................................................... 3
2.4 Patogenesa.............................................................................................................. 3
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................... 3
2.6 Diagnosa................................................................................................................. 4
2.7 Diagnosis Banding................................................................................................. 6
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................... 6
2.9 Pencegahan............................................................................................................. 8
2.10 Komplikasi............................................................................................................ 8
2.11 Prognosis............................................................................................................... 9
BAB III Penutup
Kesimpulan.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 11
STATUS ORANG SAKIT........................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi yang masih dijumpai secara luas di
berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini
juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting arena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air
dan sanitasi yang buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah.
Di Negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis
dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-
25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di Rumah Sakit. Di Indonesia kasus ini
tersebar secara merata di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk pertahun atau sekitar
600.000 dan 1,5 juta kasus pertahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia
dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan yang
penting di Negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti.
Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui
pemeriksaan laboratorium.
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.
2.2 Epidemiologi
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara
sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam tifoid di dunia ini sangat sukar
ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum klinisnya
sangat luas. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan
900/100.000/tahun di Asia. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis)
di laporkan antara 3-19 tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga
dilaporkan dari Amerika Serikat
.
Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang ditemukan
biasanya berumur diatas 1 tahun. Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun.
Salmonella thyphi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia sebagai natural
reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella thyphi dapat mengekskresikannya melalui
sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.
Salmonella thyphi yang berada diluar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu
apabila berada di dalam air, es, debu atau kotoran yang kering maupun pada pakaian.
Akan tetapi Salmonella thyphi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage,
dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temperature 63°C).
2
2.3 Etiologi
Salmonella thyphi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-Negatif,
mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen antigen
(H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thyphi juga dapat memperoleh plasmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.
2.4 Patogenesa
Infeksi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus melalui pembuluh limfe
masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil
yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ
tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk ke dalam
darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid
usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan
oleh kelainan pada usus.
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi
melalu minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian
menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten
dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.
3
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai
tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus),
hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan
konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen, jarang terjadi sopor, oma ataupun gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan
gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-
bintik kemerahan pada emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan dalam
minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan bradikardi pada anak besar dan
mungkin pula ditemukan epistaksis.
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada saat anamnesis bisa dijumpai keluhan seperti : demam yang nai secara bertahap
tiap hari, biasanya cenderung meningkat pada sore dan malam hari. Demam mencapai suhu
tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus, anak sering
mengigau, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi,
muntah, perut kembung, pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran.
b. Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat dengan komplikasi,
kesadaran menurun, delirium, sebagian anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah
kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, dan hepatomegali.
4
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Tepi
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sum-sum tulang, defesiensi Fe, atau
perdarahan usus.
- Leuopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
- Limfosit relatif
- Trombositopenia terutama demam tifoid berat
2. Uji Serologis
Uji Widal
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak
tahun 1896. Prionsip uji widal adalah memeriksa reaksi antara antibody agglutinin
dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap
antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditemukan dalam jumlah yang sama
sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi
menunjukkan titer antibody dalam serum.
Tekhnik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan
(slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan
digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan tekhnik
yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.
Interpretasi uji widal ini harus diperhatikan beberapa faktor antara lain
sensitivitas, spesifitas, stadium penyakit, faktor penderita seperti status imunitas dan
status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody, gambaran imunologis
dari masayarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis), faktor antigen,
tekhnik serta reagen yang digunakan.
5
Tes Tubex
Tes tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan
cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk
meningkatkan sensitivitas. Spesifitas ditingkatkan menggunakan antigen O9 yang
benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini
sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi
IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan Tes Tubex ini, beberapa
penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan
spesifitas yang lebih baik dari pada Uji Widal.
2.7 Diagnosa Banding
Bila terdapat demam yang lebih dari satu minggu sedangkan penyakit yang
dapat menerangkan penyebab demam tersebut belum jelas, perlulah dipertimbangkan
pula selain tifus abdominalis, penyakit-penyakit sebagai berikut : Paratifoid A, B dan
C, influenza, malaria, tuberkulosis, dengue, pneumonia lobaris.
2.8 Penatalaksanaan
Antibiotik
- Kloramfenikol (drug of choice) 50-100mg/kgBB/hari, oral atau IV, dibagi
dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
- Amoksisilin 100mg/kgBB/hari, oral atau IV, selama 10 hari.
- Kotrimoksazol 6mg/kgBB/hari , oral, selama 10 hari.
- Seftriakson 50-100mg/kgBB/hari, IV atau IM, diberikan dalam dosis terbagi
setiap 12 jam, selama 5-7 hari.
- Sefiksim 10mg/kgBB/hari, IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
6
Bedah
Tindakan bedah perlu dilakukan pada penyulit perforasi usus.
Suportif
Tirah baring, isolasi memadai, kebutuhan cairan dan kalori cukup.
Indikasi rawat
Demam tifoid berat harus dirawat inap di Rumah Sakit.
Cairan dan kalori
- Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu asupan cairan dan
kalori diberikan melalui sonde lambung.
- Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan
dengan kadar natrium rendah.
- Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan.
- Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.
- Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu beri O2.
- Pelihara keadaan nutrisi.
- Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit.
Antipiretik, diberikan apabila demam >39°C, kecuali pada pasien dengan riwayat
kejang demam dapat diberikan lebih awal.
Diet
- Makanan tidak berserat dan mudah dicerna.
- Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan
kalori cukup.
- Transfusi darah, kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan
perforasi usus.
7
2.9 Pencegahan
Usaha pencegahan dapat dibagi atas :
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
- Sanitasi diperbaiki dan bersih, air mengalir sangat penting untuk mengendalikan
demam tifoid.
- Untuk meminimalkan penularan dari orang ke orang dan kontaminasi makanan,
cara-cara hygiene personil cuci tangan, dan perhatian terhadap praktek-praktek
persiapan makanan diperlukan.
2. Usaha terhadap manusia
- Imunisasi.
- Menemukan dan mengobati karier.
- Pendidikan kesehatan masyarakat.
2.10 Komplikasi
Dapat terjadi pada :
1. Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu :
a. Perdarah usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan oemeriksaan tinja dengan
benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat
disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus
Perforasi usus timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu
pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma
pada foto rontgent abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis
Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri pada tekanan.
8
2. Komplikasi diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi
sekunder yaitu bronkopenumonia. Dehidarsi dan asidosis dapat timbul akibat
masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.
2.11 Prognosa
Umumnya prognosa tifus abdominalis pada anak baik asal penderita
cepat berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis
menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti
dibawah ini :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.
2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis,
peritonitis, bronkopneumonia dan lain-lain.
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein).
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif
Salmonella thyphi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih
bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan diantara semua penampakan klinis.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya
seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sulit
buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan duhu tubuh
meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama pada sore dan malam hari. Setelah minggu
kedua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak
sedap, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor,
pembesaran hati dan limfa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Anak nampak
sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, apatis sampai berat
(koma).
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Poorwo Suwarmo, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta :
FKUI. Hal 338-345.
2. Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, Edisi 2. Jakarta: IKAPI.
Hal 46-63
3. Cahyono J B Suharjo B, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 92-96
4. Hassan Rusepno, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : FKUI. Hal 593-
598
5. Kemenkes Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengendalian Demam Tifoid
6. Nelson.1996. ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta : EGC. Hal 970-973
7. Sjamsuhidayat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta :EGC Hal 35-39
8. Nelwan. 2012. Tatalaksana Terkini Demam Tifoid. Jakarta : Devisi Penyakit Tropik
dan Infeksi FK-UI
9. Hassan Rusepno, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : FKUI. Hal 145-
156
11
STATUS ANAK PASIEN
I. Anamnesa pribadi os
Nama : Era Gustini Ningtiyas
Umur : 13 tahun 11 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 22 Agustus 2001
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dorowati LK. Rejo No.13 Kec. Medan Perjuangan, Kota
Medan
BB masuk : 36 kg
PB masuk : 150 cm
Tanggal Masuk : 03 Juni 2015
II. Anamnesa mengenai orang tua os :
Identitas Ayah Ibu
Nama Suprihatin Aci Nurlela
Umur 44 tahun 44 tahun
Suku Jawa Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTP SLTP
Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta
Penyakit - -
Alamat Jl. Dorowati LK. Rejo
No.13 Kec. Medan
Perjuangan, Kota
Medan
Jl. Dorowati LK. Rejo
No.13 Kec. Medan
Perjuangan, Kota
Medan
Perkawinan 1 1
III. Riwayat kelahiran os
Jenis Persalinan : Partus Spontan Pervaginam
Tempat lahir : Rumah Bersalin
Tanggal Lahir : 22 Agustus 2001
Penolong : Bidan
BB lahir : 3000 gram
PB lahir : 51 cm
Usia kehamilan : 36 minggu
12
IV. Perkembangan fisik
Saat lahir : Anak menangis kuat dan spontan
0-2 bulan : Sudah bisa mengangkat kepala
3-5 bulan : Sudah bisa membalikan badan
6-9 bulan : sudah bisa duduk dan berdiri
12 bulan-18 bulan : sudah bisa berjalan tanpa berpegangan pada sesuatu
atau orang lai, menjaga keseimbangan, dan memainkan objek dengan jelas
19 bulan-2 tahun : Sudah bisa berlari, makan sendiri, dan mengontrol kapan akan
buang air.
2 tahun-3 tahun : Menaiki tangga dengan menapakan dua kaki disetiap anak
tangga, mengambar bentuk atau pola sederhana
3 tahun 6 tahun : Sudah bisa naik turun tangga dengan menapakan satu kaki
disetiap anak tangga, menulis nama, menyukai makanan tertentu
6 tahun- 12 tahun : Sudah bisa menari, menghitung jari, mampu bercerita,
bermain sepeda, membaca dengan lancer, mencari teman secara aktif, menyukai
kelompok, mampu melakukan aktivitas rumah tangga
V. Anamnesa Makanan
0-3 bulan : ASI eksklusif
3-12 bulan : ASi+ Nasi Saring
1 tahun : Nasi Biasa
VI. Imunisasi
BCG : 1x (umur 2bulan)
Hepatitis B : 3x (saat lahir, umur 1 bulan, umur 6 bulan)
Polio : 4x (saat lahir, umur 2 bulan, umur 4 bulan, umur 6 bulan)
DPT : 3x (umur 2 bulan, umur 4 bulan, umur 6 bulan)
Campak : 1x (umur 9 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
VII. Penyakit yang pernah diderita : -
VIII. Keterangan mengenai saudara os : os anak ketiga dari tiga bersaudara, anak
pertama laki – laki bernama Edi berusia 25 tahun = sehat, anak kedua perempuan
bernama Ayu berusia 21 tahun = sehat.
13
IX. Anamnesa mengenai os
1. Keluhan utama : Demam
2. Telaah
a. Demam
Demam dialami os sejak 3 minggu sebelum dating ke RSPM
Demam bersifat naik turun, demam tinggi terutama pada sore dan
malam hari dan turun bila diberi obat penurun panas.
Demam tidak disertai menggigil dan kejang.
Pada saat demam os tidak mengigau.
b. Mual (+), Muntah (-)
c. Batuk (-) Pilek (-)
d. Nyeri Perut (+) dialami sejak 3 minggu
e. Nyeri Kepala (+) hilang timbul
f. Riwayat berpergian ke wilayah endemis Malaria (-)
3. RPT : -
4. RPO : Paracetamol
X. Pemeriksaan fisik
1. Status presens
KU/KP/KG :
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
HR : 90x/i reg
RR : 20x/i reg
Temperature : 38,7°C
BB masuk : 36 kg
TB masuk : 150 cm
14
2. Status lokalis
a. Kepala
Mata : RC +/+, pupil isokor, Con. Palpebra inferior pucat (-/-)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Coated tongue (+) mukosa mulut kering (+)
b. Leher : Pembesaran KGB (-), Kaku Kuduk (-)
c. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler HR :90x/i reg, desah (-)
Suara tambahan : (-/-) RR : 20x/i reg, ronchi (-/-)
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) N
e. Ekstremitas
Atas : Pulse 90x/i reguler, T/V cukup, akral hangat, CRT <3”
Bawah : Akral hangat, CRT <3”
XI. Status neurologis
a. Syaraf otak : tidak dilakukan pmeriksaan
b. Sistem motorik
Pertumbuhan otot : tidak dilakukan pemeriksaan
Kekuatan otot : tidak dilakukan pemeriksaan
Neuromuscular : tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement: tidak dilakukan pemeriksaan
c. Koordinasi : tidak dilakukan pemeriksaan
15
d. Sensibilitas : tidak dilakukan pemeriksaan
XII. Pemeriksaan khusus
Widal Test tanggal 2015
- Antigen O – Thyphi O : 1/80
- Antigen O – P. Thyphi A : 1/80
- Antigen O – P. Thyphi B : 1/80
- Antigen O – P. Thyphi C : 1/160
- Antigen H – Thyphi O : 1/320
- Antigen H – P. Thyphi A : 1/160
- Antigen H – P. Thyphi B : 1/320
- Antigen H – P. Thyphi C : 1/40
16
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 21 Mei 2015
Hari rawatan pertama
22 Mei 2015
Hari rawatan kedua
23 Mei 2015
Hari rawatan ketiga
Keluhan Demam (+), Mual (-),
Muntah (-), BAB (-)
Demam (-), Mual (-),
Muntah (-), BAB (-)
Demam (-), Mual (-),
Muntah (-), BAB (-)
KU/KP/KG
Sensorium Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis
RR 22 x/i reg 24 x/i reg 20 x/i reg
HR 108 x/i 105 x/i reg 92 x/i reg
Temperature 39,1°C 36,5°C 36,8°C
BB 14 kg 14 kg 14 kg
Status Lokalisata
Kepala
Mata RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
Telinga Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Mulut Coated tounge Coated tounge Coated tounge
Leher Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus kanan =
kiri
Stem fremitus kanan =
kiri
Stem fremitus kanan =
kiri
Perkusi Sonor pada kedua
lapangan paru
Sonor pada kedua
lapangan paru
Sonor pada kedua
lapangan paru
Auskultasi SP : Vesikuler
ST : (-/-)
SP : Vesikuler
ST : (-/-)
SP : Vesikuler
ST : (-/-)
Abdomen
Inspeksi Simetris Simetris Simetris
Palpasi Soepel, H/R/L tidak
teraba
Soepel, H/R/L tidak
teraba
Soepel, H/R/L tidak
teraba
Perkusi Timpani Timpani Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N
Ekstremitas
Superior Pulse : 108 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Pulse : 105 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Pulse : 92 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Inferior T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Genitalia Os seorang laki-laki,
tidak tampak kelainan
Os seorang laki-laki,
tidak tampak kelainan
Os seorang laki-laki,
tidak tampak kelainan
Diagnosis Demam Tifoid Demam Tifoid Demam Tifoid
Terapi - Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
gr protein
- Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
gr protein
- Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
gr protein
Usul - Cek urinalisa - Feses rutin - Feses rutin
- Feses rutin
Tanggal 24 Mei 2015
Hari rawatan keempat
25 Mei 2015
Hari rawatan kelima
26 Mei 2015
Hari rawatan keenam
Keluhan Demam (-), Mual (-),
Muntah (-),BAB (-)
Demam (-), Mual (-),
Muntah (-),BAB (-)
Demam (-), Mual (-),
Muntah (-)
KU/KP/KG
Sensorium Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis
RR 28 x/i reg 110 x/i reg 110 x/i reg
HR 108 x/i reg 24 x/i reg 26 x/i reg
Temperature 36,6°C 37,4°C 37,2°C
BB 14 kg 14 kg 14 kg
Status Lokalisata
Kepala
Mata RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
Telinga Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Mulut Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Leher Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus kanan =
kiri
Stem fremitus kanan =
kiri
Stem fremitus kanan =
kiri
Perkusi Sonor pada kedua
lapangan paru
Sonor pada kedua
lapangan paru
Sonor pada kedua
lapangan paru
Auskultasi SP : Vesikuler
ST : (-/-)
SP : Vesikuler
ST : (-/-)
SP : Vesikuler
ST : (-/-)
Abdomen
Inspeksi Simetris Simetris Simetris
Palpasi Soepel, H/R/L tidak
teraba
Soepel, H/R/L tidak
teraba
Soepel, H/R/L tidak
teraba
Perkusi Timpani Timpani Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N
Ekstremitas
Superior Pulse : 108 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Pulse : 110 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Pulse : 110 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Inferior T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Genitalia Os seorang laki-laki,
tidak tampak kelainan
Os seorang laki-laki,
tidak tampak kelainan
Os seorang laki-laki,
tidak tampak kelainan
Diagnosis Demam Tifoid Demam Tifoid Demam Tifoid
Terapi - Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
gr protein
- Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Dulcolax supp
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
- Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Dulcolax supp
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
gr protein gr protein
Usul - Feses rutin - Feses rutin
Tanggal 27 Mei 2015
Hari rawatan ketujuh
Keluhan Demam (-), Mual (-),
Muntah (-),
KU/KP/KG
Sensorium Compos Mentis
RR 26 x/i reg
HR 115 x/i reg
Temperature 37,2°C
BB 14 kg
Status Lokalisata
Kepala
Mata RC +/+, pupil isokor,
Con. Palpebra inferior
pucat (-/-)
Telinga Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal
Mulut Dalam Batas Normal
Leher Pembesaran KGB (-),
Kaku Kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis,
retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus kanan =
kiri
Perkusi Sonor pada kedua
lapangan paru
Auskultasi SP : Vesikuler
ST : (-/-)
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/R/L tidak
teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) N
Ekstremitas
Superior Pulse : 108 x/i reguler,
T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
Inferior T/V cukup, Akral
hangat, CRT<3”
”
Genitalia Os seorang perempuan,
tidak tampak kelainan
Diagnosis Demam Tifoid
Terapi - Bed rest
- IVFD Dextrose
5% NaCl
0,45% 50gtt/i
micro
- Inj. Ceftriaxone
700 mg/12
jam/IV
- Paracetamol
4x200 mg
(pulvis)°
- Inj. Ranitidine
15 mg/12
jam/IV
- Diet M II 1.200
kkal dengan 28
Top Related