Resistensi Bangsa Afrika Terhadap Kedatangan Bangsa Spanyol
Kedatangan para koloni di afrika mendapat respon yang berbeda-beda. Begitu juga terhadap sistem
yang di terapkan oleh para koloni di wilayah afrika. Hal ini tentu saja mempengaruhi lama tidaknya kekuasan
koloni atas bangsa afrika. Berdasarkan perjanjian Tordesillas, Portugal mempunyai hak untuk menguasai
seluruh wilayah Afrika, akan tetapi Spanyol juga memproleh daerah koloni di benua Afrika. Bagi Spanyol
daerah koloni yang paling berarti terletak di wilayah Maroko, karena di wilayah tersebut terpadat jumlah
penduduknya, yaitu sekitar 1 juta orang. Wilayah yang sangat kecil tersebut hanya digunakan sebagai
pangkalan militer untuk menjaga kestabilan negeri induk, selain itu wilayah koloni tersebut juga digunakan
sebagai basis rute perdagangan antara Eropa dengan koloni Spanyol lainnya di benua Afrika dan Amerika.
Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada Spanyol. Selain itu di
tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan spanyol. Akibat ketidakberesan ditubuh
militer, akhirnya terjadi pemberontakan di kalangan tentara Spanyol sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan
ini menyebabkan posisi Spanyol terancam, tetapi pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol juga
membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut, sehingga daerah koloni Spanyol
pada masa itu merupakan salah satu daerah yang termaju, dibandingkan dengan daerah koloni di benua
Afrika lainnya. Pada tahun 1956 Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan Mohammed V
mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah Maroko yang masih dikuasai oleh
Spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko. Akhirnya dengan dihapuskannya pemerintahan
internasional di Tanger, maka akhirnya Maroko menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas
desakan dunia internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.
Pada tahun 1959, wilayah koloni Spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan yang sama dengan
provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para nasionalis Guinea dan PBB, maka Spanyol
akhirnya memberikan kemerdekaan pada bulan Maret 1968, setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki
pendapatan tertinggi dibandingkan negara-ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka.
Rivalitas yang terjadi antara Spanyol dengan Portugal telah berlangsung sangat lama. Persaingan
tersebut juga terjadi di benua Afrika, berdasarkan perjanjian Tordesillas maka seluruh wilayah di benua Afrika
hanya berhak dikuasai oleh Portugal. Sebagai gantinya spanyol bebas menguasai seluruh benua Amerika.
Dengan dominasai yang sangat besar sejak awal abad ke 15 Portugal mampu menguasai seluruh rute
perdagangan di Afrika, dan keadaan ini bertahan hingga lebih dari 250 tahun. Ketika bangsa-bangsa Eropa
lainnya tertarik dengan benua Afrika maka timbullah suatu konflik antara negara-negara tersebut, tetapi hal
tersebut berhasil diatasi dengan diadaknnya konferensi Berlin, yang mengatur adanya pembagian wilayah-
wilayah koloni di benua Afrika. Sejak saat itu wilayah kekuasaan Portugal didaerah benua Afrika semakin
lemah. Tentu saja hal ini membahayakan kedudukan politik Portugal karena pemerintah colonial dapat saja
disetir oleh para penanam modal tersebut. Selain itu keadaan wilayah koloni Spanyol di Afrika sangat kecil
sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kestabilan daerah colonial lainnya. Wilayah yang kecil tersebut
bagi spanyol digunakan untuk mengamankan rute perdagangan mereka, selain itu selama mempertahankan
wilayah mereka, banyak resistensi dari penduduk pribumi terutama yang telah terpengaruh oleh agama Islam.
Sumber : Modern Africa
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Vita . 1969.
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid I1. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.
1974.