Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

16
3KS1 Ahmad Nizar / Irien Kamaratih A / 09.6009 Nella Indriani / 09.6071 SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK 1/1/2012 Analisis Peluang dan Tantangan Kerjasama Perdagangan Indonesia – Afrika Selatan 2000-2010

description

Kerjasama perdagangan Indonesia dan Afrika Selatan

Transcript of Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Page 1: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

3KS1

Ahmad Nizar /

Irien Kamaratih A / 09.6009

Nella Indriani / 09.6071

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

1/1/2012

Analisis Peluang dan Tantangan Kerjasama Perdagangan Indonesia – Afrika Selatan

2000-2010

Page 2: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya tidak ada negara yang bisa berdiri sendiri. Sekaya apapun negara itu

pasti sangat tidak mungkin untuk mencukupi kebutuhan rakyat-rakyatnya dengan

produksi sendiri.Teori kerjasama internasional mengatakan bahwa agar dapat

mengembangkan diri, setiap negara perlu melakukan kerjasama dengan negara lain yang

berlaku secara internasional. Kerjasama internasional tidak dapat dihindari karena tidak

semua negara bisa memenuhi kebutuhan di dalam negerinya. Dalam memenuhi

kebutuhannya, setiap negara pasti mengutamakan kepentingan masing-masing. Adanya

kerjasama diharapkan dapat menstimulasi perkembangan dari suatu negara serta dapat

juga memberikan dorongan pada negara lain turut bersaing sesuai dengan spesialisasinya

masing-masing.

Kerjasama antarnegara adalah terjalinnya hubungan antara suatu negara dengan

negara lainnya melalui kesepakatan untuk mencapai tujuan.Kerjasama antarnegara

bentuknya bermacam-macam, mulai kerjasama ekonomi, perdagangan, dan lain-

lain.Berdasarkan pengertian kerja sama, maka setiap negara yang mengadakan kerja sama

dengan negara lain pasti mempunyai tujuan. Tujuan-tujuan tersebut adalah:

a) Mengisi kekurangan di bidang ekonomi bagi masing-masing negara yang

mengadakan kerja sama.

b) Meningkatkan perekonomian negara-negara yang mengadakan kerja sama di

berbagai bidang.

c) Meningkatkan taraf hidup manusia, kesejahteraan, dan kemakmuran dunia.

d) Memperluas hubungan dan mempererat persahabatan.

e) Meningkatkan devisa negara.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerjasama antarnegara biasanya terjadi

karena perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada mungkin dalam masalah sumber

daya alam, karena tidak semua negara memiliki alam yang mencukupi. Suatu negara harus

mendatangkan suatu sumber daya alam dari negara lain agar kebutuhan di negaranya

terpenuhi. Selain itu perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan batasan

kemampuan untuk memproduksi barang tertentu. Mungkin saja di negara lain dengan

teknologi tertentu bisa menciptakan barang yang berkualitas tinggi dan cepat, sehingga

barang itu menjadi primadona di pasar perdagangan dunia.

Page 3: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Selain karena perbedaan, persamaan juga mendorong terjadinya kerjasama

antarnegara.Sebut saja negara-negara penghasil minyak, mereka membentuk suatu

organisasi yang disebut OPEC.Selain itu, kesamaan ideologi juga bisa jadi suatu alasan

suatu negara saling bekerjasama, misalnya kerjasama NATO yang beranggotakan negara-

negara berideologi liberal.Faktor kesamaan agama juga bisa menjalin kerjasama

antarnegara, contohnya Indonesia dan Arab Saudi.

Afrika Selatan merupakan sebuah negara di Benua Afrika yang terletak di ujung

selatan , langsung berbatasan dengan 3 samudera besar yaitu Pasifik, Hindia, dan

Atlantik. Negara yang dibentuk oleh Inggris pada tahun 1910 ini merupakan salah satu

negara yang unik. Dulunya terdapat sistem Apartheid yang mendiskriminasi kaum kulit

hitam di negara nin, namun sudah dihapuskan berkat perjuangan-perjuangan serta

dukungan dari negara lain.

Negara ini menitikberatkan sektor ekonominya pada pertambangan dan

industri.Sektor industri Afrika Selatan yang sangat maju, dan merupakan ekonomi ke-25

terbesar di dunia.Dengan hanya 7% penduduk dan 4% jumlah kawasan keseluruhan

Afrika, Afrika Selatan mengeluarkan lebih sepertiga produk dan jasa di Afrika, dan

hampir 40 % pengeluaran industri di Afrika.

Indonesia dan Afrika Selatan memiliki beberapa kemiripan di beberapa sisi.Negara

Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Eropa ratusan tahun, begitu juga Afrika Selatan yang

dijajah oleh Inggris, walau tidak selama Indonesia.Dalam hal kekayaan alam, Indonesia

juga tidak kalah nerlimpahnya dengan afrika. Indonesia memeiliki aneka tambang seperti

minyak bumi, batu bara, dan logam-logam lainnya.

Indonesia dan Afrika Selatan memulai hubungan baik ketika Indonesia turut

memberikan dukungan dalam penghapusan Sistem Apartheid.Hal ini semakin kuat dengan

telah dibukanya hubungan diplomatik antara kedua negara pada tanggal 12 Agustus

1994.Kemudian Kedutaan Republik Afrika Selatan didirikan pada bulan Januari 1995 di

Jakarta.Afrika Selatan dan Indonesia adalah anggota Gerakan Non-Blok yang aktif, dan

telah bekerja sama dengan erat dalam meningkatakan prinsip – prinsip kerjasama Selatan

– Selatan. Kedua negara telah memainkan peranan penting dalam meningkatkan peranan

Selatan dan meningkatkan dialog Utara – Selatan. Suatu hal yang patut digarisbawahi

adalah pada saat Indonesia menjadi tuan rumah Konperensi Asia Afrika di Bandung pada

Page 4: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

tahun 1955, Indonesia mengundang the ANC sebagai wakil dari Afrika Selatan untuk

konperensi ini.

Perjanjian Komisi Bersama ditandatangani pada bulan Maret 2004 untuk memastikan

pendekatan yang lebih terkoordinasi dalam mencapai kepentingan bilateral yang sama

antara Afrika Selatan dan Indonesia. Pertemuan Komisi Bersama yang pertama dilakukan

di Pulau Batam, Indonesia dari tanggal 24 – 25 Pebruari 2008.

Afrika Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam menkoordinasikan kegiatan –

kegiatan New Asia-Africa Strategic Partnership (NAASP) / Kemitraan Strategis Asia –

Afrika Baru. Kedua negara juga memiliki mandat untuk menjadi co-chair Pertemuan Asia

– Afrika mendatang yang dijadualkan akan diselenggarakan di Afrika Selatan pada tahun

2010. Tanggungjawab sebagai tuan rumah bersama memberikan platform yang lain untuk

hubungan dan pemahamam yang lebih dekat antara kedua negara.

Pada tahun 2008, Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan

mulai tanggal 17 – 18 Maret 2008 dengan menandatangani Strategic Partnership Joint

Declaration (Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis) yang memiliki arti penting untuk

meningkatkan hubungan kedua negara yang telah lama terjalin menuju ke tingkat yang

baru.

B. TUJUAN

Sebagai suatu karya ilmiah, sudah barang tentu paper ini mempunyai tujuan

khusus.Sebagaimana kita ketahui pentingnya kerjasama antarnegara, terutama antara

negara kita dengan Afrika Selatan. Paper ini akan mengupas habis segala potensi

perdagangan yang mungkin bisa dikembangkan terhadap negara Afrika Selatan.

Paper ini mengajak kita membuka mata terhadap negara Afrika Selatan.Selama ini

kita semua mengangggap bahwa negara-negara di Afrika kebanyakan negara yang

miskin, tidak maju, dan ketinggalan. Disini kita akan mengetahui Afrika Selatan ternyata

jauh dari kenyataan. Afrika Selatan merupakan negara kaya-raya yang memiliki banyak

sekali potensi.Ditambah lagi dengan berlimpahnya kekayaan alam yang tersimpan

disana.Sudah pantaslah kita mengambil negara ini sebagi topik penelitian untuk mebuat

paper.

Page 5: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Kami juga menyajikan data-data ekspor dan impor Indonesia terhadap negara

Afrika Selatan.Data-data yang terserdia adalah dari tahun 2000 sampai dengan tahun

2010.Data yang kami sajikan tidak hanya dalam per tahun saja, melainkan disajikan

secara lengkap tiap bulan.

Selain itu paper ini juga melatih kami untuk mengaplikasikan ilmu kami di

bidang statistik. Ilmu yang kami dapatkan di bangku kuliah tentulah tidak akan

bermanfaat jikalau tidak mengamalkannnya dalam kasus yang real. Secara langsung

paper ini sudah memberikan manfaat bagi kami mahasiswa yang bergelut di bidang

statistik.

C. ANALISIS

a. Analisis Cadangan Devisa Menggunakan Metode Regresi Berganda

Kegiatan ekspor dan impor suatu Negara tentunya akan berpengaruh terhadap

cadangan devisa suatu Negara. Demikian pula, kegiatan ekspor dan impor Indonesia

ke dan dari Afrika Selatan tentunya berpengaruh terhadap cadangan devisa

Indonesia. Penulis ingin menganalisis seberapa besar pengaruh perdagangan

Indonesia-Afrika Selatan terhadap besarnya cadangan devisa Indonesia

menggunakan regresi berganda dengan variable bantu kurs tengah.

Tabel 1. Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia tahun 2000 – 2010

Tahun Cadangan Devisa (Y)

(Miliar Rupiah)

2000 29393,70

2001 28015,80

2002 31570,60

2003 36245,80

2004 36320,50

2005 34723,70

2006 42586,30

2007 56920,00

2008 51639,32

2009 66104,90

2010 96207,00

Sumber : Bank Indonesia

Page 6: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan tahun 2000 –

2010

Tahun Ekspor (X1)

(USD)

2000 176623120

2001 160061040

2002 167204970

2003 233204483

2004 260026381

2005 313999066

2006 381669467

2007 557358233

2008 624204464

2009 484569247

2010 680723050

Sumber : BPS

Tabel 3. Perkembangan Impor Indonesia dari Afrika Selatan tahun 2000 –

2010

Tahun Impor (X2)

(USD)

2000 162554963

2001 141094302

2002 126104292

2003 158109204

2004 228545666

2005 263063066

2006 225537438

2007 252588900

2008 354556118

2009 350239202

2010 516587850

Sumber : BPS

Tabel 4. Perkembangan Kurs Tengah Indonesia tahun 2000 – 2010

Tahun Kurs Tengah (X3)

(Rupiah)

2000 9595

2001 10400

2002 8940

2003 9465

2004 9290

Page 7: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Sumber : Bank Indonesia

Interpretasi Model

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound

1 (Constant) 86083.721 32368.423 2.659 .032 9544.563 162622.879

X1 .358 .243 .334 1.474 .184 -.217 .934

X2 1.098 .397 .625 2.765 .028 .159 2.037

X3 -8.424 3.336 -.254 -2.525 .040 -16.314 -.535

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan PASW Statistics 18

diperoleh estimasi sebagai berikut :

Hasil interpretasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variable independen yaitu ekspor

Indonesia ke Afrika Selatan(x1) , impor Indonesia dari Afrika Selatan(x2) , kurs

tengah rupiah terhadap dolar AS (x3) terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia

adalah sebagai berikut :

1. Ekspor

Ekspor berpengaruh positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.Hal ini

ditunjukkan oleh koefisien regresi ekspor yaitu sebesar 0,358.

2. Impor

Impor berpengaruh positif terhadap cadangan devisa di Indonesia. Hal ini dapat

dilihat dari koefisien regresi impor yaitu 1,098.

3. Kurs tengah rupiah terhadap dolar AS

Kurs berpengaruh negatif terhadap cadangan devisa di Indonesia. Hal ini dapat

dilihat dari koefisien regresi kurs tengah yaitu -8,424

2005 9830

2006 9020

2007 9419

2008 10950

2009 9400

2010 8991

Page 8: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Koefisien Determinasi (R-square)

Dari tabel regresi di atas dapat diperoleh Koefisien Determinasi (R-square) sebesar

0,965 atau 96,5%, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada

variabel independen (Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan, Impor Indonesia dari Afrika

Selatan, dan Kurs) dapat menjelaskan variabel dependen (Cadangan Devisa) sebesar 96,5%

sedangkan sisanya sebanyak 3,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam

model estimasi.

Uji F (Uji Overall)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara

bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Hipotesis :

H0 : β1 = β2 = β3 = 0 variabel independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen

H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.924E9 3 1.308E9 32.032 .000a

Residual 2.858E8 7 4.083E7

Total 4.210E9 10

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Dari hasil analisa regresi diketahui F-hitung = 32.032

Page 9: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

dimana α = 5 %, v1 = 3, dan v2 = 7, maka F-tabel = 4.35

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (32.032> 4.35).

Dengan demikian, H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Ekspor Indonesia

ke Afrika Selatan (X1), Impor Indonesia dari Afrika Selatan (X2), dan Kurs (X3) secara

keseluruhan mempengaruhi besarnya posisi cadangan devisa pada tingkat kepercayaan

sebesar 95%

Uji t (Partial)

Ho : bi = 0 (i = 1,2,3)

H1 : bi ≠ 0 (i = 1,2,3)

α = 95%

Uji Statistik : t = 1,812

Kriteria pengambilan keputusan

- Ho diterima jika nilai thitung < ttabel yang berarti variable independen tersebut tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen

- Ho ditolak jika nilai thitung > ttabel yang berarti variable independen tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound

1 (Constant) 86083.721 32368.423 2.659 .032 9544.563 162622.879

X1 .358 .243 .334 1.474 .184 -.217 .934

X2 1.098 .397 .625 2.765 .028 .159 2.037

X3 -8.424 3.336 -.254 -2.525 .040 -16.314 -.535

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan table regresi di atas diperoleh kesimpulan bahwa variable impor(x2) dan

kurs tengah (x3) berpengaruh signifikan terhadap besarnya variable independen (cadangan

devisa). Sedangkan untuk variable ekspor(x1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variable independen (cadangan devisa). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor

Indonesia ke Afrika Selatan yang juga diiringi pertumbuhan impor Indonesia dari Afrika

Page 10: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Selatan sehingga mengakibatkan hanya terjadi sedikit perubahan terhadap pertumbuhan

cadangan devisa.

Tabel 1. Perkembangan PDB Indonesia dengan Tahun Dasar 2000

Tahun PDB (Y)

(Juta Rupiah)

2000 1389769900

2001 1440405700

2002 1505216400

2003 1577171300

2004 1656516800

2005 1750815200

2006 1847126700

2007 1964327300

2008 2082456100

2009 2178850400

2010 2313838000

Sumber : BPS

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Netto Indonesia ke Afrika Selatan Tahun 2000

– 2010

Tahun Ekspor Netto (X)

(USD)

2000 14068157

2001 18966738

2002 41100678

2003 75095279

2004 31480715

2005 50936000

2006 156132029

2007 304769333

2008 269648346

Page 11: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

2009 134330045

2010 164135200

Sumber : BPS

Regresi linier sederhana antara PDB dengan tahun dasar 2000 dan ekspor netto

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.238E17 1 5.238E17 10.497 .010a

Residual 4.491E17 9 4.990E16

Total 9.729E17 10

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

α = 0,05 dan Ftabel = 5,12

Karena Fobservasi > Ftabel (10.497 > 5.12) maka tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa ekspor

netto Indonesia – Afrika Selatan berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya PDB

Indonesia.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.532E9 1.047E8 14.627 .000

X 2.267 .700 .734 3.240 .010

a. Dependent Variable: Y

Model regresinya adalah ̂ . Dilihat dari nilai koefisien

regresinya, ekspor netto memiliki pengaruh yang positif terhadap besarnya PDB

Indonesia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan meningkatkan ekspor

netto Indonesia – Afrika Selatan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan

nilai PDB Indonesia.

Page 12: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Dengan perhitungan di atas, kita dapat melihat bahwa pihak Indonesia perlu

mengembangkan kerjasama perdagangan internasional dengan Afrika Selatan sehingga dapat

memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia dan PDB

Indonesia. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat Indonesia memiliki peluang khusus

dimana terdapat sekitar 1.5juta warga Negara Afrika Selatan yang merupakan keturunan

Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cape Malay. Mereka umumnya tertarik

untuk menggunakan produk buatan Indonesia. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh

Indonesia untuk mengadakan show-case produk-produknya melalui Cape Malay.

Jika Indonesia berhasil dalam penetrasi pasar Afrika Selatan, berarti peluang produk

Indonesia untuk dapat dikenal luas di negara-negara Afrika bagian selatan lainnya menjadi

semakin besar. Hal ini dikarenakan Afrika Selatan memiliki letak strategis di Benua Afrika

yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk untuk kawasan Afrika bagian selatan yaitu

Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, Angola, Zambia dan Malawi.

b. Hambatan dan Tantangan Kerjasama Perdagangan Indonesia – Afrika Selatan

Dalam kerjasama perdagangan internasional antara Indonesia dan Afrika Selatan

terdapat berbagai hambatan dan tantangan yang berasal dari masing-masing negara. Salah

satu hambatan bagi masuknya produk Indonesia ke dalam pasar Afrika Selatan adalah

adanya kecenderungan Pemerintah Afrika Selatan untuk melindungi industri dalam negeri

mereka dari serbuan produk-produk impor. Salah satu kebijakan yang telah dibuat adalah

Pemerintah Afrika Selatan mulai tahun 2007 memberikan kuota impor bagi produk-produk

garmen asal Cina. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan kembali industri tekstil dan

gamen dalam negeri yang telah berhenti produksi akibat masuknya impor garmen murah dari

Cina.

Kebijakan perdagangan lainnya mengenai tarif, Pemerintah Afrika Selatan masih

mempertahankan struktur tarif yang kompleks. Bea masuk rata-rata di Afrika Selatan

bervariasi antara 0 – 30 %, ditambah dengan value added tax sebesar 14 %. Hambatan

mengenai tarif yang terkait dengan ekspor Indonesia adalah bahwa negara-negara Afrika

bagian Selatan yang pada umumnya tergabung dalam Southern Africa Custom Union

(SACU) memberlakukan tarif berdasarkan asas MFN (Most Favourable Nations). Secara

khusus negara-negara Afrika bagian Selatan mempunyai perjanjian tarif dengan Uni Eropa

yang mengenakan tarif yang lebih rendah dari tarif normal yang dikenakan pada negara lain

di luar Uni Eropa. Sebagai contoh untuk produk dalam kelompok HS-33 (minyak astiri /

Page 13: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

kosmetik) tarif bea masuk untuk negara lain diluar Uni Eropa sebesar 20% sedangkan Uni

Eropa hanya dikenakan sebesar 18%, untuk tarif normal 10% Uni Eropa hanya dikenakan

tarif sebesar 6,7%. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah Indonesia dapat membuat suatu

perjanjian tarif dengan Afrika Selatan sehingga Indonesia bisa mendapatkan tarif khusus

yang notabene lebih kecil daripada tarif normal agar dapat mendorong lebih banyak lagi

pengusaha Indonesia yang berminat untuk mengekspor produknya ke Afrika Selatan.

Selain itu tantangan lain bagi kebanyakan produk buatan Indonesia di pasar Afrika

Selatan adalah persaingan yang cukup ketat dengan hadirnya produk-produk yang serupa

dengan produk Indonesia yang berasal dari Cina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan India.

Bagi masyarakat Afrika Selatan yang masih miskin, mereka lebih mementingkan harga

murah daripada kualitas, sedangkan masyarakat kelompok penghasilan menengah ke atas

sudah mulai melirik produk-produk yang bermutu dengan corak dan kemasan modern. Pihak

konsumen Afrika Selatan masih melihat produk yang berasal dari negara-negara produser

besar seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Amerika Serikat, dan India.

Untuk hambatan bagi produk Indonesia yang berasal pihak Indonesia sendiri adalah

kualitas produk buatan Indonesia yang seringkali tidak sesuai dengan pesanan. Selain itu

juga kerap terjadi keterlambatan pengiriman barang dan pemutusan kontrak sepihak oleh

pengusaha Indonesia. Hambatan lainnya adalah masalah komunikasi dan pemasaraan produk

dimana para pengusaha Indonesia masih belum banyak yang memanfaatkan komunikasi e-

mail dan showcase produk mereka melalui internet.

Faktor hambatan yang kelihatannya lebih menonjol dalam upaya penetrasi pasar

Afrika Selatan adalah pemahaman yang relatif belum baik atas potensi perdagangan bilateral

Indonesia – Afrika Selatan. Potensi tersebut tidak dapat dimaksimalkan karena pengusaha-

penguasa Indonesia masih terselimuti persepsi negatif terhadap Afrika Selatan yang

cenderung dipersepsikan sebagaimana negara Afrika lainnya yang belum berkembang dan

masih identik dengan kemiskinan, penyakit, dan konflik. Untuk itu, peningkatan hubungan

perekonomian harus diimbangi dengan pemberian informasi mengenai potensi kawasan

Afrika Selatan bagi eksportir Indonesia. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan market

intelligence yang baik untuk mengidentifikasi peluang yang tepat dan sinergi seluruh

stakeholder nasional terkait untuk mewujudkan Indonesia Incorporated, yaitu sebuah

gagasan tentang multi-sinergi antara sektor government dengan sektor perusahaan (baik

swasta nasional ataupun BUMN) dalam mengelola dan mewujudkan suatu pembangunan

ekonomi yang terintegrasi. Maka dari itu, diplomat yang ditempatkan di negara Afrika

Page 14: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Selatan harus mampu menjadi Opportunity Seeker yang dapat merubah persepsi

AfrikaSelatan dari high risk menjadi high profit.

Namun berbeda dengan pihak Indonesia, pengusaha-pengusaha Afrika Selatan sudah

mulai mengenal Indonesia sebagai destinasi turis internasional dan tempat pencarian untuk

berbagai kebutuhan pasar dalam negeri. Kunjungan turis maupun pelaku bisnis ke Indonesia

terus meningkat setiap tahunnya. KBRI mencatat ada cukup banyak orang yang melakukan

kunjungan bisnis ke Indonesia beberapa kali dalam setahun.

Untuk prospek hubungan ekonomi / perdagangan antara Indonesia dan Afrika Selatan

cukup cerah. Hal ini mengingat cukup kuatnya landasan atau instrumen hukum kerjasama

yang ada. Beberapa Persetujuan dan Perjanjian di bidang ekonomi dan perdagangan yang

telah ditandatangani oleh kedua negara hingga saat ini adalah : Persetujuan Perdagangan

(1997), Persetujuan mengenai Penghindaran Pajak Berganda (1997), Joint Statement

mengenai pembentukan Joint Trade Committee(2005), Heads of Agreement kerjasama

perdagangan antara KADIN Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Eastern Cape (2006)

Untuk meningkatkan perdagangan dan investasi, pemerintah kedua negara jugatelah

membentuk Joint Trade Committee pada tanggal 23 Mei 2006 yang tugasnya adalah

membahas dan meniadakan hambatan dan tantangan dalam hubungan perdagangan bilateral

serta mencari peluang-peluang baru serta peningkatan kerjasama di bidang perdagangan,

promosi, kerjasama sektor industri, bisnis, pembiayaan perdagangan, usaha kecil, dan

menengah serta kerjasama lainnya dalam rangka WTO (World Trade Organization). Untuk

memfasilitasi perdagangan, Bank Mandiri Indonesia dan Standard Bank South Afrika telah

menandatangani kerjasama MoU (Memorandum of Understanding) perbankan. Hal ini

berarti pembayaran langsung transaksi perdagangan sudah bisa dilakukan. Bank Mandiri

juga melakukan kerjasama yang sama dengan First National Bank dan ABSA.

Produk Indonesia yang sudah berada di pasar Afrika Selatan berpeluang besar untuk

meningkat karena pangsa pasar yang diserap oleh produk-produk Indonesia masih relatif

sangat kecil. Selain itu, masih banyak produk-produk Indonesia yang belum dikenal di pasar

Afrika Selatan seperti medicinal herbs, essential oils, jewelry, produk makanan, rempah-

rempah, produk makanan, minuman dan alat-alat kesehatan.

Berdasarkan persetujuan dan perjanjian kerjasama yang telah dibuat antara Indonesia

dan Afrika Selatan mengindikasikan bahwa Afrika Selatan memberikan peluang yang cukup

besar untuk peningkatan produk-produk buatan Indonesia yang masuk ke dalam pasar Afrika

Page 15: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Selatan. Namun peluang yang menguntungkan dari potensi pasar Afrika Selatan juga dilirik

oleh negara-negara pesaing Indonesia lainnya. Oleh karena itu, peningkatan ekspor

Indonesia ke Afrika Selatan harus dipertahankan dan diikuti oleh peningkatan kualitas dari

produk buatan Indonesia serta perlunya dilakukan upaya-upaya terobosan dalam strategi

pemasaran barang. Dalam hal tersebut, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan

dukungan dengan memberikan pelatihan ekspor bagi para penguasaha dan pelaku usaha/

produsen barang untuk memberikan ketrampilan dan pengetahuan tentang kesiapan untuk

ekspor seperti kapasitas produksi, strategi pemasaran ekpor, biaya dan harga ekspor, dan

lainnya, serta pemahaman yang mendalam mengenai prosedur ekspor secara terpadu baik

dari sisi Perdagangan, Kepabeanan, Shipping, dan lainnya yang berdasarkan peraturan-

peraturan yang up to date, sehingga dengan begitu dapat meningkatkan kegiatan ekspor

Indonesia yang berkualitas, salah satunya ke negara Afrika Selatan.

Untuk lebih meningkatkan hubungan yang lebih erat dan konkret lagi dalam

kerjasama perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan bisa dengan cara pembentukkan

FTA (Free Trade Area) di antara kedua negara. Pembentukan FTA Indonesia – Afrika

Selatan disamping untuk peningkatan akses pasar ekspor negara kita ke negara Afrika

Selatan, sekaligus mengamankan pangsa pasar barang dan jasa, juga dimaksudkan untuk

dapat menghapus hambatan perdagangan dan mempermudah arus barang dan jasa antar

kedua negara. Adapun alasan untuk membentuk FTA tersebut diantaranya adalah

terhapusnya hambatan-hambatan di bidang perdagangan dan investasi di antara kedua negara

akan lebih cepat. Selain itu, melalui pendekatan pembentukan FTA, akan terlihat pentingnya

integrasi ekonomi yang lebih luas dan dalam, melalui kerjasama bilateral. Di samping itu

juga dimaksudkan untuk mengetahui economic dan wide impact secara umum.

D. KESIMPULAN

Dari hasil analisis menggunakan metode linier berganda di atas, penulis

melihat bahwa perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan sangat untuk potensial

untuk dikembangkan. Hubungan perdagangan ini juga dapat menambah cadangan

devisa khususnya bagi Indonesia. Namun masih sangat diperlukan upaya-upaya yang

lebih giat untuk memasarkan produk-produk Indonesia agar dapat dikenal secara luas

oleh masyarakat Afrika Selatan sehingga dapat meningkatkan selera dan daya beli

mereka terhadap produk Indonesia.

Page 16: Perdagangan Indonesia Afrika Selatan

Upaya lain untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan adalah

memberikan sosialisasi mengenai potensi pasar di Afrika Selatan bagi para pengusaha

dan pelaku ekspor di Indonesia. Selain itu perlu diadakan pelatihan kepada para

eksportir agar dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi dan memiliki system

pengiriman barang yang baik.

E. REFERENSI

- Buletin Kerjasama Perdagangan Internasional V 2011, Kementrian Perdagangan Republik

Indonesia

- Website Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Indonesia di Pretoria,

http://www.indonesia-pretoria.org.za

- Website Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, http://www.deplu.go.id

- Website Bank Indonesia http://www.bi.go.id