BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S usia
22 tahun di Dusun Cisalam Desa Ciberung tahun 2011, penulis ingin
membandingkan antara teori dengan fakta yang ada selama melakukan asuhan
kebidanan kepada Ny.S, hal tersebut akan tercantum dalam pembahasan sebagai
berikut.
1.1 Ante Natal Care (ANC)
1.1.1 Kunjungan Ante Natal Care I
Ny. S usia 22 tahun G1P0A0 gravida 36-37 minggu, datang ke Bidan
Praktek Swasta (BPS) Ny Leny ingin memeriksakan kehamilannya, ibu
mengaku telah memeriksakan kehamilannya 5 kali ke Posyandu, hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Saeffudin (2002:90) yaitu
interval kunjungan pada ibu hamil setiap 4 minggu sekali sampai minggu
ke 28 kemudian 2-3 minggu sekali sampai minggu ke 36 dan sesudahnya
setiap minggu, selain itu ada kaitannya dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan serta kesadaran klien akan pentingnya pemeriksaan
kehamilan secara rutin dan teratur, juga peran serta petugas kesehatan
dalam memberikan informasi dan konseling.
Penulis melakukan pemeriksaan standar pelayanan minimal, yaitu
menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi
fundus uteri, memberikan tablet tambah darah (Fe), mengukur
142
143
tinggibadan, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, mengukur
status gizi, P4K dan presentasi janin. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Ilham (2008) bahwa pada kunjungan ante natal harus
memenuhi pelayanan antenatal integrasi, yaitu:
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Nilai status imunisasi TT dan berikan bila perlu
5. Berikan tablet Fe (tambah darah)
6. Ukur tinggi badan
7. Temu wicara
8. Tes laboratorium, meliputi tes golongan darah, Hb, protein urin, gula
darah puasa, thalasemia, sifilis, HbsAg.
9. Status gizi
10. P4K (Program Perencanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi)
11. Presentasi janin
Ada kesenjangan antara teori dan praktek, karena tes laboratorium
diantaranya thalasemia, sifilis dan HbsAg tidak dilakukan karena hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ada hal yang mendukung untuk
dilakukan pemeriksaan tersebut.
Ibu mengaku telah mendapatkan suntik TT 2 kali, TT yang
pertama diberikan ketika umur kehamilan 3 bulan dan TT yang kedua
ketika umur kehamilan 4 bulan. Hal ini sesuai dengan teori Yulaikha
144
(2009:59) yaitu imunisasi dilakukan pada trimester I dan II pada umur
kehamilan 3 dan 4 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Dilakukan
penyuntikan secara IM dengan dosis 0,5 ml
Hasil dari pemeriksaan adalah ibu tidak ada keluhan yang berat
tapi akhir-akhir ini ibu mengaku sering BAK, kondisi tersebut merupakan
ketidaknyamanan yang normal sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Varney (2007:538) bahwa frekuensi berkemih pada trimester III
paling sering dialami oleh primigravida setelah lightening terjadi. Efek
lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk ke dalam
panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih.
Ibu telah mendapatkan obat tambah darah dari bidan sebanyak 90 tablet,
hal ini sesuai dengan asuhan standar minimal yang termasuk “10T” yaitu
pemberian Tablet zat besi, minum 90 tablet selama kehamilan
(Prawirohardjo, 2006).
Pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ditemukan kelainan semuanya
dalam batas normal yaitu, tensi 110/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi
24x/menit, suhu 36,50C. berat badan sebelum hamil 48 kg dan sekarang
56 kg sehingga selama kehamilan mengalami kenaikan berat badan 8 kg.
hal tersebut dalam batas normal sesuai denga teori yang diungkapkan
oleh Prawirohardjo (2005:161) di karenakan penambahan besar nya
bayi,plasenta dan penambahan volume cairan tubuh ibu dan bayi
terutama cairan air ketuban.
145
Palpasi abdomen TFU 29 cm teraba bokong, punggung kanan dan
bagian terbawah teraba bulat keras (presentasi kepala), kepala sudah
masuk PAP sejauh 4/5, auskultasi 138x/menit. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Hb 11 gr%, hasil pemeriksaan laboratorium
ibu tidak anemia karena anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin kurang dari 11gr% pada trimester I dan III
atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5gr% pada trimester II
(Prawirohardjo, 2006:281).
Ny. S usia 22 tahun G1P0A0, gravida 37-38 minggu janin tunggal
hidup intra uterin letak memanjang fisiologis. Dalam kasus ini usia ibu
masih merupakan usia produktif atau usia yang dianjurkan untuk
mempunyai anak yaitu usia 20-35 tahun.
Dilakukan promosi kesehatan tentang tanda-tanda bahaya
kehamilan trimester III dan perawatan payudara serta menganjurkan
untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian, hal tersebut
sesuai dengan teori dalam buku Asuhan Persalinan Normal (2008)
tentang kebutuhan ibu hamil pada trimester III.
1.1.2 Kunjungan Ante Natal Care II
Pada tanggal 03 Maret 2011 saat usia kehamilannya 38-39 minggu
ibu melakukan kunjungan ulang. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Saeffudin (2002:90) yaitu interval kunjungan pada ibu
hamil setiap 4 minggu sekali sampai minggu ke 28 kemudian setiap 2-3
minggu sekali sampai minggu ke 36 dan sesudahnya setiap minggu.
146
Ibu mengeluh sering BAK terutama di malam hari, kondisi
tersebut merupakan ketidaknyamanan yang normal sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Varney (2007:538) bahwa frekuensi berkemih
pada trimester III paling sering dialami oleh primigravida setelah
lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun
masuk ke dalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada
kandung kemih.
Pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ditemukan kelainan semuanya
dalam batas normal yaitu, tensi 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi
24x/menit, suhu 36,5 0C. palpasi abdomen TFU 29 cm teraba bokong,
punggung kanan dan bagian terbawah teraba bulat keras (presentasi
kepala) kepala sudah masuk PAP sejauh 3/5, auskultasi 134x/menit.
Dilakukan promosi kesehatan tentang tanda-tanda persalinan, personal
hygiene, persiapan persalinan dan tindakan yang harus dilakukan oleh
keluarga dalam menghadapi kegawatdaruratan serta menganjurkan ibu
untuk melakukan kunjungan 1 minggu kemudian, hal tersebut sesuai
dengan teori dalam buku Asuhan Persalinan Normal (2008) tentang
kebutuhan ibu hamil pada trimester III dalam menghadapi persalinan.
1.2 Intra Natal Care (INC)
1.2.1 Kala I Fase Aktif
Ibu datang ke rumah bidan pada tanggal 03-04-2011 jam 09.30 WIB
mengaku mules dan keluar lendir bercampur darah dari vagina sejak jam
147
05.00 WIB, usia kehamilannya 38-39 minggu, kondisi tersebut
merupakan tanda-tanda persalinan dan usia kehamilannya sudah
termasuk aterm untuk melahirkan sesuai dengan teori yang dikemukakan
Prawirohardjo (2006:100) yaitu usia kehamilan cukup bulan adalah 37-
42 minggu.
Pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ditemukan kelainan semuanya
dalam batas normal yaitu, tensi 120/90 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi
20 x/menit, suhu 36,50C, his bertambah kuat dan sering 4x dalam 10
menit dan kekuatannya 30 detik, DJJ 136x/menit, kandung kemih
kosong. Pada pemeriksaan abdomen menunjukan hasil yang normal yaitu
teraba punggung di sebelah kanan, bagian terbawah adalah kepala dan
penurunan 3/5.
Pemeriksaan dalam tidak ditemukan kelainan, vulva dan vagina tidak ada
kelainan, portio lunak tipis, pembukaan 5 cm, ketuban utuh, presentasi
kepala, teraba sutura, ubun-ubun kecil kiri depan, tidak ada molage dan
jam 10.30 WIB pembukaan lengkap.
Lamanya persalinan pada kala I dari pembukaan 3 cm sampai 10 cm
adalah selama 1 jam 30 menit, hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Prawirohardjo (2006:100), bahwa pada primipara
lamanya kala I kurang dari 12 jam.
1.2.2 Kala II
Jam 12.30 WIB ibu mengatakan mulesnya semakin kuat, dari
jalan lahir keluar air bercampur darah dan seperti ada yang mau keluar,
148
serta terlihat vulva, vagina dan spingter ani membuka, kemudian
dilakukan pemeriksaan dalam didapat hasil portio sudah tidak teraba,
pembukaan lengkap, teraba kepala, kondisi tersebut merupakan tanda-
tanda kala II sesuai dengan teori yang tercantum dalam buku Asuhan
Persalinan Normal (2008).
Pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ditemukan adanya kelainan
semuanya dalam batas normal yaitu, tensi 110/70 mmHg, nadi
80x/menit, respirasi 21x/menit, suhu 36,80C, his bertambah kuat dan
sering 5x dalam 10 menit dan kekuatannya 45 detik, DJJ 140 x/menit,
kandung kemih kosong. Pada pemeriksaan abdomen menunjukan hasil
yang normal yaitu teraba punggung di sebelah kiri, bagian terbawah
adalah kepala dan penurunan 0/5, kontraksi uterus 5x dalam 10 menit
denga frekuensi 45 detik, secara keseluruhan kondisi ibu dalam keadaan
normal.
Mengajarkan cara ibu mengedan yang baik, ibu dapat mengedan
dengan baik sehingga jam 13.15 WIB bayi lahir spontan, segera
menangis, jenis kelamin perempuan, berat badan 3400 gram, panjang
badan 49 cm, langsung dilakukan IMD pada bayi, hal tersebut sesuai
dengan anjuran dalam buku Asuhan Persalinan Normal (2008) tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai kontak awal antara bayi dan
ibunya.
Terdapat luka laserasi pada jalan lahir derajat II dilakukan
penjahitan. Pada Kasus ini kala II berlangsung selama 45 menit, hal ini
149
sesuai dengan acuan APN dan teori dalam buku Prawirohardjo bahwa
pada primipara kala II berlangsung kurang dari 2 jam.
1.2.3 Kala III
Jam 13.20 WIB ibu mengatakan merasa senang bayinya sudah lahir
dan perutnya terasa mules kembali, hal tersebut merupakan tanda bahwa
plasenta akan segera lahir, ibu dianjurkan untuk tidak mengedan untuk
menghindari terjadinya inversio uteri.
Segera setelah lahir ibu diberikan suntikan oksitosin 10 unit secara
IM di 1/3 paha kanan atas, terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu
uterus membundar, tali pusat memanjang, terdapat semburan darah dari
vagina ibu, kontraksi uterus baik dan kandung kemih kosong, kemudian
dilakukan penegangan tali pusat terkendali yaitu tangan kiri menekan
uterus secara dorsokranial dan tangan kanan menegangkan tali pusat dan
5 menit kemudian plasenta lahir lengkap. Setelah plasenta lahir uterus
ibu di massase selama 15 detik uterus berkontraksi dengan baik.
Tindakan tersebut sudah sesuai dengan teori manajemen aktif kala III
yang dianjurkan dalam buku APN (2008).
Pada kala III pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta
berlangsung ± 5 menit dengan jumlah perdarahan ± 100 cc, kondisi
tersebutnormal sesuai dengan teori Prawirohardjo (2006:101) bahwa kala
III berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan perdarahan yang normal
yaitu perdarahan yang tidak melebihi 500 ml.
150
1.2.4 Kala IV
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules, namun kondisi
tersebut merupakan kondisi yang normal karena rasa mules tersebut
timbul akibat dari kontraksi uterus.
Dilakukan pemantauan dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum, kala IV berjalan normal yaitu tensi 110/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,50C, kontraksi uterus baik,
TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan ± 70 cc.
hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prawirohardjo (2006:101)
bahwa kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
Ibu dan keluarga diajarkan menilai kontraksi dan massase uterus
untuk mencegah terjadinya perdarahan yang timbul akibat dari uterus
yang lembek dan tidak berkontraksi yang akan menyebabkan atonia uteri.
Hal tersebut sesuai dengan teori dalam buku Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas (Saleha, 2009:84) tentang kebutuhan ibu pada masa nifas.
Penilaian kemajuan persalinan pada partograf tidak melewati garis
waspada. Pada kasus ini ibu termasuk ibu bersalin normal karena
persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu secara pervaginam dengan kekuatan ibu sendiri,
persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN,
2007:37). Asuhan kebidanan persalinan pada Ny. S pada dasarnya tidak
ada kesenjangan antara teori dan fakta yang ada.
151
1.3 Post Natal Care
1.3.1 2 Jam Post Partum
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan masih lelah
namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal karena mules
tersebut timbul akibat dari kontraksi uterus dan rasa lelah tersebut akibat
dari proses persalinan.
Pemeriksaan 2 jam post partum tidak ditemukan adanya kelainan,
keadaan umum ibu baik, tensi 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi
23x/menit, suhu 370C, ASI sudah keluar, kontraksi baik, TFU 2 jari di
bawah pusat, sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam buku Acuan
Nasional Maternal dan Neonatal (Saeffudin, 2006) bahwa setelah bayi
dan plasenta lahir tingggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kandung
kencing kosong, perdarahan ± 60 cc dengan bau khas, terjadi laserasi
deraja II dan telah dilakukan penjahitan dan tidak terjadi atonia uteri.
Pada pemeriksaan 2 jam post partum dilakukan promosi kesehatan
tentang tanda-tanda bahaya nifas, manfaat kolostrum dan ASI serta teknik
menyusui.
1.3.2 6 jam Post Partum
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan masih lelah
namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal karena mules
tersebut timbul akibat dari kontraksi uterus yang sedang mengalami
involusi dan rasa lelah akibat dari proses persalinan.
152
Pemeriksaan 2 jam post partum tidak ditemukan adanya kelainan,
keadaan umum ibu baik, tensi 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi
23x/menit, suhu 370C, ASI sudah keluar, kontraksi baik, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik, konsisitensi keras sehingga tidak
terjadi atonia uteri, darah yang keluar ± 40 cc dan tidak ada tanda-tanda
infeksi, ASI sudah keluar banyak, ibu sudah mulai turun dari tempat
tidur, sudah mau makan dan minum dan sudah BAK, hal tersebut
merupakan salah satu bentuk mobilisasi ibu nifas untuk mempercepat
involusi uterus.
Dilakukan promosi kesehatan tentang personal hygiene, nutrisi
masa nifas, cara mencegah dan mendeteksi perdarahan masa nifas karena
atonia uteri serta memberikan ibu tablet Fe selama masa nifas dan tablet
vitamin A 200.000 unit sesuai teori yang diungkapkan oleh Saeffudin
(2006:123) tentang perawatan lanjutan pada 6 jam post partum.
1.3.3 2 Hari Post Partum
Ibu mengatakan kadang-kadang perut masih terasa mules, hal
tersebut merupakan kondisi yang normal karena merupakan proses
involusi uterus, darah masih keluar sedikit, warna merah tua, tidur malam
sering terjaga, ibu kurang istirahat namun kondisi tersebut wajar karena
pada minggu pertama post partum ibu akan mengalami kurang istirahat
karena tidurnya sering terjaga untuk menyusi bayinya terutama di siang
hari, ASI sudah banyak keluar, BAK dan BAB lancar.
153
Pemeriksaan 2 jam post partum tidak ditemukan hal yang
membahayakan bagi ibu dan bayinya, keadaan umum ibu baik, tensi
110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 360C, TFU 3
jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, konsisitensi keras, hal tersebut
merupakan tanda bahwa proses uterus involusi uterus berlangsung dengan
baik sesuai dengan teori dalam buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal (Saffudin, 2006) bahwa tinggi fundus
uteri pada 1 minggu post partum berada pada pertengahan pusat dan
symfisis pubis dan beratnya 750 gram, lochea rubra dengan bau khas
warna merah, jumlah ± 20 cc, tidak ada tanda infeksi.
Dilakukam promosi kesehatan sesuai dengan kebutuhan 2 hari post
partum yaitu tentang kebutuhan istirahat masa nifas ASI eksklusif dan
perawatan tali pusat.
1.3.4 6 Hari Post Partum
Ibu mengatakan darah masih keluar, warna merah kekuningan,
namun hal tersebut normal karena menurut teori dalam buku Asuhan
Kebidanan pada Masa Nifas (Saleha, 2009:56) bahwa pada 6 hari post
partum terjadi pengeluaran darah dari vagina ibu yang berwarna merah
kekuningan yang disebut lochea sanguilenta, perut kadang-kadang terasa
mules, hal tersebut karena sedang berlangsungnya proses involusi uterus,
BAK dan BAB lancar, ASI keluar banyak, proses menyusuiberjalan
lancar, pola makan menu seimbang sesuai anjuran, istirahat cukup.
154
Pemeriksaan 6 hari post partum berjalan normal, keadaan ibu baik,
tensi 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 36,50C,
TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, konsisitensi keras, hal
tersebut merupakan tanda bahwa proses involusi uterus berlangsung
dengan baik sesuai dengan teori dalam buku Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas (Saleha, 2009:55) bahwa tinggi fundus uteri pada 1 minggu
post partum berada pada pertengahan pusat dan symfisis pubis dan
beratnya 750 gram, lochea sanguinolenta berwarna merah kuning, bau
khas, jumlah 15 cc dan tidak ada tanda infeksi.
Dilakukan promosi kesehatan sesuai dengan kebutuhan 6 hari post
partum yaitu tentang senam nifas dan hubungan seksualitas pasca
melahirkan, hal ini sesuai dengan teori dalam buku Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas (Saleha, 2009) tentang perawatan lanjutan ibu nifas pada
6 hari post partum.
1.3.5 2 Minggu Post Partum
Ibu merasa senang karena sudah merasa cukup mampu merawat
bayinya sendiri, apa yang tercantum dalam buku Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas (Saleha, 2009:64) adalah benar bahwa setelah hari ke 10
pasca melahirkan ibu sudah mulai belajar dan sudah mulai mampu untuk
merawat bayinya sendiri, pengeluaran pervaginam warna putih
kekuningan, seperti yang diungkapkan oleh Kusmiati (2007:8) bahwa
pada hari ke 7-14 pasca salin cairan tidak berdarah lagi dan berwarna
kuning yang dinamakan lochea serosa, tidak ada gatal, bau biasa, pola
155
makan sesuai anjuran dengan menu seimbang, BAK dan BAK lancar,
istirahat cukup dan ASI keluar banyak.
Pemeriksaan 2 minggu post partum tidak ditemukan kelainan,
keadaan umum ibu baik, tensi 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi
24x/menit, suhu 360C, kandung kemih kosong, uterus sudah tidak teraba,
seperti yang tercantum dalam buku Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
(Muchtar, 2002:115) bahwa pada 2 minggu pasca melahirkan uterus tidak
teraba di atas symfisis.
Dilakukan promosi kesehatan tentang imunisasi bayi baru lahit
sampai 9 bulan sesuai dengan anjuran dari pemerintah.
1.3.6 6 Minggu Post Partum
Ibu sudah dapat beraktifitas seperti biasa, karena menurut teori 6
minggu pasca melahirkan semua alat-alat kandungan sudah pulih kembali
sehingga ibu sudah tidak takut lagi untuk beraktifitas seperti biasa,
pengeluaran pervaginam sudah tidak ada hanya cairan berwarna putih
dengan bau khas, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kusmahati
(2007:8) bahwa pada 6 minggu post partum pengeluaran pervaginam
hanya cairan yang berwarna putih yang disebut dengan loche alba, ASI
keluar banyak, menyusi berjalan lancar, BAK dan BAB tidak ada
masalah, ibu ingin ber KB namun masih bingung untuk memilih KB yang
cocok untuk dirinya.
Pemeriksaan 2 minggu post partum tidak ditemukan kelainan,
keadaan umum ibu baik, tensi 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, respirasi
156
20 x/menit, suhu 360C, kandung kemih kosong, uterus sudah tidak teraba,
seperti yang tercantum dalam buku Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
(Muchtar, 2002:115) bahwa pada 6 minggu pasca melahirkan uterus
sudah kembali kekeadaan normal namun belum seperti sebelum hamil
dan tidak ada tanda infeksi.
Dilakukan promosi kesehatan tentang KB, ibu memilih KB suntik
3 bulan. Konseling KB tersebut bertujuan agar ibu dapat mengatur jarak
kelahiran anak sesuai dengan anjuran dari BKKBN bahwa jarak kelahiran
minimal yaitu 2 tahun.
Tabel 2.4 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa involusio
Involusio Tinggi tanda uterus Berat uterus
Baru lahir Sepusat 1000 gramUri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram1 minggu Pertengahan sympisis pusat 500 gram2 minggu tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gramSumber : Mochtar (2002 : 115)
Lochia1. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium,
selama 2 hari selama persalinan.
2. Lochia sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari
ke 3-7 pasca persalinan.
3. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi
hari ke 7-14 pasca persalinan.
157
4. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
1.4 Bayi Baru Lahir (BBL)
1.4.1 Asuhan Bayi Baru Lahir
Pada kasus bayi Ny. S didapatkan bayi normal lahir spontan jam
13.15 WIB, langsung menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif,
jenis kelamin laki-laki. Segera setelah bayi lahir, penulis meletakan bayi
di atas kain bersih dan kering yang disiapkan di atas perut, kemudian
segera melakukan penilaian awal dan hasilnya normal. Hal ini sesuai
dengan teori Standar Pelayanan Kebidanan IBI (2006:60), bahwa asuhan
segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
setelah bayi tersebut lahir selama jam pertama kelahiran. Sebagian besar
bayi baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan dengan sedikit
bantuan, penting diperhatikan dalam memberikan asuhan segera, yaitu
menjaga bayi agar tetap kering dan hangat, segera melakukan kontak kulit
bayi dan kulit ibunya.
Asuhan yang diberikan pada jam pertama kelahiran bayi Ny. S
yang dilakukan adalah membersihkan jalan nafas, menjaga agar bayi
tetap hangat, perawatan tali pusat, pemberian ASI dini dan eksklusif,
memberikan suntikan vitamin K, memberikan salep mata, pemberian
imunisasi hepatitis B dan merujuk segera bayi apabila dalam 24 jam
pertama tidak bisa buang air kecil atau buang air besar. Sesuai teori yang
ada pada Standar Pelayanan Kebidanan IBI (2006:60).
158
1.4.2 2 Jam Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir 2 jam, bayi menangis kuat, menyusu dengan
hisapan kuat dan aktif hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Helen (2003) bahwa pada setiap bayi normal yang matur akan berupaya
untuk menghisaop setiap benda yang menyentuh bibirnya.
Setelah dilakukan pengkajian sampai dengan evaluasi asuhan bayi
baru lahir mulai dari segera setelah bayi lahir sampai dengan 2 jam
setelah persalinan, maka penulis membahas tentang asuhan yang
diberikan pada bayi Ny. S, diantaranya melakukan pemeriksaan keadaan
umum bayi didapatkan bayi menangis kuat, aktif, kulit dan bibir
kemerahan. Antropometri didapatkan hasil berat badan bayi 3400 gr,
kondisi berat badan bayi termasuk normal karena berat badan bayi yang
normal menurut teori yaitu 2500-4000 gr, panjang bayi 49 cm, keadaan
ini juga normal karena panjang badan bayi normal yaitu 45-53 cm, suhu
36,50C, bayi juga tidak mengalami hipotermia karena suhu tubuh bayi
yang normal yaitu 36,5-37,5oC, pernafasan 40 x/menit, kondisi bayi
tersebut juga noramal, karena pernafasan bayi yang normal yaitu 40-
60x/menit, bunyi jantung 140 x/menit, bunyi jantung yang normal yaitu
120-140x/menit, lingkar kepala 33 cm, kondisi tersebut normal karena
lingkar kepala yang normal yaitu 33-35 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar
dada yang normal yaitu 30-38 cm, warna kulit kemerahan, refleks hisap
baik, bayi telah diberikan ASI, tidak ada tanda-tanda infeksi dan
perdarahan disekitar tali pusat, tunda memandikan bayi sampai 6 jam,
159
bayi BAB dan BAK. Keadaan bayi baru lahir normal, tidak ada kelainan
dan tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan acuan Asuhan
Persalinan Normal (2008).
1.4.3 6 Jam Bayi Baru Lahir
Ibu mengatakan bayinya mau menetek tetapi sering menangis
namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal, karena
merupakan bentuk penyesuaian diri pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan bayi baru lahir 6 jam tidak ditemukan kelainan, bayi
sudah dimandikkan, hal ini sesuai dengan anjuran dalam buku Asuhan
Persalinan Normal (2008) bahwa memandikan bayi harus ditunda sampai
6 jam post natal untuk menghundari hipotermia pada bayi, pernafasan 44
x/menit, bunyi jantung 140 x/menit, pergerakan aktif, bayi menetek kuat
ini merupakan tanda bahwa refleks hisap pada bayi tersebut positif dan
kuat, bayi sudah BAK dan meconium sudah keluar kondisi bayi tersebut
menunjukan bahwa pada alat genetalia dan anus bayi tidak terjadi atresia
dan tali pusat tidak ada perdarahan, kondisi tersebut menunjukan bahwa
tali pusat sudah terikat kuat. Dilakukan promosi kesehatan pada ibu
tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
1.4.4 2 Hari Bayi Baru Lahir
Ibu mengatakan bayi menetek tiap 2 jam kuat dan aktif, hal ini
sesuai dengan anjuran teosri menurut teori dalam buku Asuhan
Kebidanan Neonatus bahwa menyusui bayi minimal 8 kali sehari atau 2
jam sekali, BAB 4 kali sehari, BAK lebih dari 6 kali sehari namun
160
kondisi tersebut normal karena pada bayi baru lahir pola BAB dan BAK
akan lebih sering, tali pusat bersih, tidak berbau, mulai mengering dan
tidak ada perdarahan kondisi tersebut menunjukan bahwa tali pusat tidak
mengalami infeksi.
Pemeriksaan bayi baru lahir 2 hari tidak ditemukan adanya
kelainan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
2 hari post natal. Pernafasan 48 x/menit, suhu 36,50C, pergerakan aktif,
warna kulit kemerahan, kepala tidak ada caput succedaneum dan tidak
ada cefal hematoma, refleks hisap baik, bayi menetek kuat, reflek moro
dan graps positif dan kuat, pada penimbangan berat badan bayi Ny. S
mengalami penurunan namun hal tersebut dianggap normal, karena
menurut teori dalam buku Asuhan Kebidanan Neonatus bahwa dalam 10
hari pertama berat badan bayi mengalami penurunan 10% dari berat
badan saat lahir. Dilakukan promosi kesehatan tentang cara merawat tali
pusat dan memotivasi ibu agar memberikan ASI sesering mungkin.
1.4.5 6 Hari Bayi Baru Lahir
Ibu mengatakan bayi menetek sangat kuat dan sering, BAB dan
BAK juga sring, kondisi tersebut menunjukan bahwa bayi Ny. S dalam
keadaan sehat. Pemeriksaan bayi baru lahir 6 hari tidak ditemukan adanya
kelainan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
6 hari post natal, keadaan bayi baik, pernafasan 48 x/menit, bunyi jantung
128 x/menit, suhu 370C, warna kulit kemerahan, kepala tidak ada caput
succedaneum dan tidak ada sefal hematoma, refleks hisap baik, bayi
161
menetek kuat, reflek moro dan reflek graps positif dan kuat, berat badan
3400 gr, saat ini berat badan bayi mengalami kenaikan 100 gram dari
kunjungan 2 hari post natal, pergerakan aktif, tidak ada perdarahan
disekitar tali pusat, tali pusat sudah mengering dan tidak ada tanda
infeksi. Tidak ada masalah dalam eliminasi, BAK 3-4 kali sehari dan
BAK 7-8 kali sehari sesuai dengan teori yaitu BAB normal bayi adalah 4-
5 kali setiap harinya dan BAK 8-9 kali seharinya (Diktat Askeb
Neonatus, MD dan AR). Bayi baru lahir Ny.S normal karena tidak
ditemukan adanya kelainan, diberikan penjelasan mengenai pola BAB
dan BAK pada bayi dan teknik menyusui.
1.4.6 2 Minggu Bayi Baru Lahir
Ibu mengatakan tidak ada masalah pada bayinya, BAB dan BAK
lancar, bayi menetek kuat. Pemeriksaan bayi baru lahir 2 minggu tidak
ditemukan adanya kelainan, keadaan bayi baik, pernafasan 46 x/menit,
bunyi jantung 142 x/menit, suhu 36,50C, berat badan bayi mengalami
kenaikan sampai 400 gram drai kunjungan 6 hari hal ini dikarenakan bayi
menetek sangat kuat, pergerakan aktif, tali pusat sudah lepas, hal ini
sesuai dengan teori dalam Asuhan Kebidanan Neonatus bahwa tali pusat
harus sudah mengering dan lepas kurang dari 10 hari, tidak ada masalah
dalam eliminasi BAB 3 kali sehari dan BAK kira-kira 7 kali sehari, sesuai
dengan teori yaitu BAB normal bayi adalah 4-5 kali setiap harinya dan
BAK 8-9 kali setiap harinya (Diktat Askeb Neonatus, MD dan AR).
Memberikan konseling tentang imunisasi pada bayi dan menganjurkan
162
ibu untuk membwa bayinya ke posyandu untuk di imunisasi BCG dan
polio I dan untuk ditimbang.
1.4.7 6 Minggu Bayi Baru Lahir
Ibu mengatakan tidak ada masalah pada bayinya, BAB dan BAK
lancar, bayi menetek kuat, bayi aktif menangis kuat, hal ini menunjukan
bahwa bayi Ny. S dalam kondisi sehat.
Pemeriksaan bayi baru lahir 6 minggu tidak ditemukan adanya
kelainan, tidak menunjukan adanya tanda-tanda bahaya pada bayi,
keadaan bayi baik, pernafasan 48x/menit, bunyi jantung 128 x/menit,
suhu 370C, bayi menetek kuat, berat badan saat ini 3900 gram, mengalami
kenaikan 600 gram dari kunjungan 2 minggu post natal, berat badan bayi
Ny. S dari waktu lahir sampai 6 minggu post natal mengalami kenaikan
1100 gram hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saleha
(2009:17) bahwa rata-rata kenaikan berat badan bayi sebesar 700 gram,
pergerakan aktif, tidak ada masalah dalam eliminasi, BAB 2-3 kali dan
BAK 6-7 kali sehari, tidak ada tanda infeksi, tidak ada tanda infeksi pada
tali pusat, pada pemeriksaan reflek graps, reflek moro, reflek babynski,
reflek rooting, reflek sucking dan reflek swallowing semuanya dalam
keadaan baik dan kuat. Ibu sudah membawa bayinya ke posyandu untuk
menimbang bayinya dan bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG an
polio I, hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah bahwa bayi baru lahir
pada bulan pertama harus sudah mendapatkan imunisasi BCG dan polio I,
imunisasi BCG diberikan dengan dosis tunggal 0,05 ml intradermal pada
163
bagian atas lengan kiri dengan menggunakan semprit khusus BCG dan
polio diberikan 2 tetes vaksin papda lidah (IDAI Depkes RI, 2005:142).
Setelah melakukan pengkajian dan memberikan asuhan kebidanan
pada Ny. S dengan kehamilan normal di BPS Ny Leny di wilayah UPTD
Puskesmas Selajambe penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus di lapangan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemeriksaan yang
mengarah ke hal-hal fisiologis.