7
BAB II
TINJAUHAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, yang kemudian
direvisi menjadi Undang4Undang Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Arum Sujiyatini,
2011).
Keluarga Berencana merupakan suatu upaya
pengaturan kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak
pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan,
berapa jumlah anak, jarak anak yang akan dilahirkan, dan
8
memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut dengan
sasaran pasangan usia subur (suami dan isteri), calon
pasangan dan masyarakat umum (BkkbN Jateng, 2013)
Secara umum tujuan KB pada tahun 2010 lalu
adalah dalam rangka mewujudkan visi dam misi program KB
dimuka adalah membangun kembali dan melestarikan
pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional
yang kuat dimasa mendatang, sehingga visi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai,
sehingga tujuan utama program KB nasional adalah untuk
memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurukan
tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam
rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum
Sujiyatini, 2011).
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.
Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
9
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur
dengan sel sperma. Berdasarkan maksud dan tujuan
kontrasepsi (Irianto, 2012). Terdapat dua macam metode
kontrasepsi:
A. Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat,; (Handayani
2010)
1. Metode Alamiah
1.1 Metode kalender
a. Metode kalender adalah metode yang
digunakan berdasarkan masa subur dan
harus menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19
siklus haid menstruasi. Ovulasi umumnya
terjadi pada hari ke-15 sebelum haid
berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari
sebelum haid yang akan datang. Problem
terbesar adalah jarangnya wanita yang
mempunyai siklus haid teratur 28 hari, untuk
dapat menggunakan metode ini kita harus
menentukan waktu ovulasi dari data haid yang
dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
10
b. Keuntungan
Keuntungan dari metode kalender adalah:
dapat digunakan untuk mencegah atau
mendapatkan kehamilan dengan cepat, tanpa
resiko kesehatan yang berkaitan dengan
metodenya, tanpa efek samping sistemik,
pengetahuan meningkat tentang reproduksi,
keterlibatan laki-laki dalam perencanaan
keluarga.
c. Kekurangan
Kekurangan dari kalender adalah dibutuhkan
pelatihan yang berulang dan telaten,
membutuhkan tenaga medis atau non medis
yang berpengalaman, membutuhkan
komunikasi yang efektif dan ketahanan
kebutuhan akan hubungan seksual selama
fase kesuburan untuk menghindari kehamilan.
1.2 Metode suhu basal badan
a. Metode suhu basal adalah suatu metode
kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur
suhu tubuh dengan mengetahui suhu tubuh
basal, untuk menentukan masa ovulasi,
metode suhu tubuh mendeteksi kapan ovulasi
11
terjadi. Keadaan ini dapat terjadi karena
progesteron, yang dihasilkan oleh korpus
luteum, menyebabkan peningkatan suhu basal
tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh
dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu
tubuh terjadi peningkatan sedikitnya 0,40F
(0,2-0,5 0C) di atas 6 kali perubahan suhu
sebelumnya dikurangi hasil pengukuran suhu
tersebut kita dapat mengetahui fase luteum
atau fase pasca ovulasi.
b. Keuntungan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
pasangan terhadap masa tubuh, membantu
wanita yang mempunyai siklus tidak teratur
dengan cara mendeteksi ovulasi, berada
dalam kendali wanita, dapat mencegah atau
mengalami kehamilan dengan cepat.
c. Kekurangan
Membutuhkan motivasi, perlu diajarkan oleh
spesialis, apabila suhu basal tubuh tidak
diukur dalam waktu yang sama setiap hari
maka akan mempengaruhi keakuratan.
12
1.3 Metode Lendir Serviks
a. Metode kontrasepsi dengan menghubungkan
pengawasan terhadap perubahan lendir
serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva,
metode tersebut didasarkan pada pengenalan
terhadap perubahan lendir serviks selama
siklus haid yang menggambarkan masa subur
dalam siklus dan waktu fertilitas maksimal
dalam masa subur.
b. Keuntungan
Dalam kendali wanita, memberikan
kesempatan kepada pasangan untuk
menyentuh tubuhnya, meningkatkan
kesadaran terhadap perubahan pada tubuh,
memperkirakan lendir yang subur sehingga
memungkinkan kehamilan.
c. Kekurangan
Membutuhkan komitmen, perlu diajarkan oleh
spesialis KB alami, dapat membutuhkan 2-3
siklus untuk mempelajari metode, infeksi
vagina dapat mempersulit untuk
mengidentifikasi lendir yang subur, beberapa
obat yang dikonsumsi seperti obat flu dapat
13
menghambat produksi lendir serviks,
melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak
disukai beberapa wanita dan membutuhkan
pantangan.
2. Metode Amenorhea Laktasi
a. Metode amenorhea laktasi merupakan metode yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
ekslusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa
pemberian makanan tambahan atau minuman
apapun.
b. Keuntungan
Segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak
ada efek samping secara sistemik, tidak perlu
pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan
tanpa biaya, mendapatkan kekebalan pasif, sumber
asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari
keterpaparan kontaminasi dari air, susu lain, formula
yang digunakan.
c. Kekurangan
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan,
mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial,
14
tidak melindungi terhadap imunisasi menyusui dini
(IMS) termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.
3. Coitus interruptus (senggama terputus)
a. Metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri
sebelum ejakulasi intra-vagina. Ejakulasi terjadi jauh
dari genitalia eksterna.
b. Keuntungan
Tidak mengganggu produksi ASI, dapat digunakan
sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak ada
efek samping, dapat digunakan setiap waktu, tidak
membutuhkan biaya, meningkatkan keterlibatan
suami dalam keluarga berencana, untuk pasangan
memungkinkan hubungan akan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
c. Kekurangan
Kerugian metode Coitus Interruptus ini adalah
memutuskan kenikmatan hubungan seksual.
B. Metode Sederhana dengan Alat
1. Kondom
a. Kondom merupakan selubung atau sarung karet
yang dapat dibuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau
bahan alami (produksi hewan) yang dipasang
15
pada penis (kondom pria) atau vagina (kondom
wanita) saat berhubungan seksual.
b. Keuntungan
Memberikan perlindungan terhadap penyakit
menular seksual (PMS), tidak mengganggu
terhadap kesehatan klien, murah dan dapat dibeli
secara umum, tidak perlu pemeriksaan medis,
tidak mengganggu produksi ASI, mencegah
ejakulasi dini, membantu pencegahan terjadinya
kanker serviks.
c. Kekurangan
Angka kegagalan relatif tinggi, perlu penghentian
sementara aktifitas dan spontanitas hubungan
seks, perlu dipakai secara konsisten, harus
selalu tersedia setiap kali melakukan hubungan
seksual, masalah pembuangan kondom bekas.
2. Spermisida
a. Spermisida adalah zat-zat kimia yang digunakan
untuk menonaktifkan atau melumpuhkan sperma
di dalam vagina sebelum sperma bergerak ke
dalam traktus genetalia interna.
16
b. Keuntungan
Aman, sebagai kontrasepsi pengganti untuk
wanita, dengan kontraindikasi pemakaian pil oral,
IUD, dan lain-lain.
c. Kekurangan
Angka kegagalan relatif tinggi, harus digunakan
sebelum senggama, ada wanita yang segan
untuk melakukannnya karena harus diletakkan
dalam vagina, harus diberikan berulang kali
untuk senggama yang berturut-turut, dapat
menimbulkan iritasi atau rasa panas pada wanita.
3. Diafragma
a. Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,
terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke
dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks.
b. Keuntungan
Segera efektif, tidak berpengaruh pada
pemberian ASI, tidak mengganggu hubungan
seksual, tidak ada resiko yang berkaitan dengan
metode, beberapa diantranya melindungi dari
PMS (misalnya: HIV/AIDS) terutama bila
17
digunakan dengan spermisida, menahan darah
menstruasi bila digunakan selama menstruasi.
c. Kekurangan
Tergantung pengguna, penggunaan pelvik oleh
tenaga pelayan yang terlibat dibutuhkan untuk
pemasangan awal atau postpartum, berkaitan
dengan infeksi saluran air kencing pada
beberapa pengguna, harus tetap berada
ditempatnya selama 6 jam setelah hubungan
seksual, suplai harus siap sebelum melakukan
hubungan seksual, suplai ulang harus dilakukan
bila diperlukan (spermisida dibutuhkan pada
setiap penggunaan).
2.2.1. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mencegah suatu kehamilan dengan
suntikan hormonal yang dapat menghambat pertemuan
antara sel telur dan sperma, menghalangi ovulasi,
mengubah lendir servik menjadi kental, dan dapat
mengubah kecepatan transportasi sel telur (Anggraini &
Martini, 2011). Kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi
18
yang menyuntikkan cairan yang berisi hormon progesteron
secara periodik (Irianto, 2012).
2.2.2. Jenis Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik digolongkan menjadi dua macam
yaitu: DMPA dan NET-EN, kedua alat kontrasepsi ini sangat
efektif (Hartanto, 2004).
a. DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) misalnya
Depo Provera ® 150 mg isi 1 cc yang diberikan tiga
bulan sekali pada akseptor, dengan tingkat kegagalan =
< 1 per 100 wanita – per tahun.
b. NET-EN (Nerothidrone Enanthate) misalnya Noristerat
Kontrasepsi ini diberikan setiap delapan minggu sekali
untuk enam bulan pertama (= 3x suntikan pertama) dan
selanjutnya diberikan setiap duabelas minggu dengan
tingkat kegagalan = 2 per 100 wanita- per tahun.
2.2.3. Farmakologi Dari Kontrasepsi Suntik
2.1.3.1 DMPA; (Hartanto, 2004)
a. Tersedia dalam larutan mikrokristaline
b. Setelah satu minggu penyuntikan 150 mg,
tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi
untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali
19
c. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73
hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru
timbul setelah 4 bulan atau lebih
d. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek
akumulatif dari DMPA dalam darah/serum.
2.1.3.2 NET-EN; (Hartanto, 2004)
a. Merupakan suatu progestin yang berasal dari
testosteron, dibuat dalam larutan minyak.
Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel
yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari
tempat suntikan di dalam sirkulasi darah dapat
sangat berfariasi.
b. Lebih cepat dimetabolisir dan kembalinya
kesuburan lebih cepat dibandingkan dengan
DMPA.
c. Setelah disuntikan, NET-EN harus diubah
menjadi Nerotidron sebelum ia menjadi aktif
secara biologis
d. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam 7
hari setelah penyuntikan, kemudian menurun
secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam
waktu 2,5-4 bulan setelah disuntikan.
20
2.2.4. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
a. Menekan ovulasi.
b. Menghambat pergerakan spermatozoa.
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium (Hartanto,
2004).
2.2.5. Keuntungan Kontrasepsi Suntik
a. Sangat efektif (99,6%)
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri
c. Menurunkan anemia
d. Praktis
e. Tidak mempengaruhi ASI (Suratun et al, 2008).
2.2.6. Efek Samping Kontrasepsi Suntik; (Hartanto, 2004)
a. Berat badan menjadi bertambah atau berkurang
Hormon progesteron juga seringkali mempermudah
perubahan karbohidrat menjadi lemak yang akan
mengakibatkan penambahan pada berat badan.
b. Pusing atau sakit kepala
Gejala yang dirasakan responden adalah sakit kepala
yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian
kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang
amat sangat. Penyebab dari rasa pusing atau sakit
kepala pada responden belum ada kesepakatan
dikalangan para ahli tentang penyebabnya. Hal ini
21
biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap
progesteron.
c. Gangguan haid
Penggunaan hormon progestin akan menyebabkan
dinding rahim tidak terlepas, sehingga gangguan haid
yang sering terjadi ialah: Amenorea, perdarahan
ireguler, perdarahan bercak-bercak, perubahan dalam
frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang.
d. Perubahan libido atau dorongan seksual
Penumpukan lemak yang diakibatkan oleh hormon
pregesteron mengakibatkan vagina menjadi kering
sehingga merasa sakit (dyspareunia) saat melakukan
hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama
akan menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi
seksual pada wanita.
e. Depresi
Efek samping dengan gangguan depresi responden
merasa lesu (lethargi), tidak bersemangat diperkirakan
karena dengan adanya hormon progesteron terutama
yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kekurangan
vitamin B6 (piridoksin) di dalam tubuh. Adanya retensi
garam.
22
f. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
infeksius menular seksual, hepatitis B virus, atau
infeksius virus HIV
g. Keputihan
Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau
adanya cairan putih di mulut vagina disebabkan oleh
efek progesteron mengubah flora dan pH vagina, jamur
mudah tumbuh di dalam tubuh vagina dan menimbulkan
keputihan.
h. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut
i. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian.
2.3. Wanita Usia Subur
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita dengan
umur 20-45 tahun dan keadaan organ reproduksinya
berfungsi dengan baik. Puncak kesuburan ada pada rentang
usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan
95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun
hingga 90%, sedangkan memasuki usia 40, kesempatan
hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40
wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk
23
hamil. Kesuburan seorang wanita mempengaruhi
kesejahteraan dalam keluarga oleh sebab itu wanita usia
subur harus bisa menekan angka kelahiran tanpa
menghentikan hubungan seksual dengan pasangan
(BkkbN, 2011).
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB
di Indonesia
2.4.1 Faktor Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya adalah sebuah fakta atau teori
yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil pengindraan
manusia atau hasil pengetahuan terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya seperti; indra penglihatan,
pendengaran, perasa dan peraba dengan sendirinya
manusia memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca indranya dan berbeda
dengan kepercayaan (believes), takhayul (superstition), dan
penerangan-penerangan yang keliru (misinformation)
(Soekanto, 2003). Berikut adalah cara memperoleh
pengetahuan.
24
1. Cara Memperoleh Pengetahuan
1.1 Cara kuno
a. Cara Coba Salah
Cara coba salah tersebut dilakukan hanya
mengandalkan kemungkinan atau dilakukan
dengan mencoba-coba (Wawan & Dewi, 2010.
dikutip dari Notoatmodjo (2003). Cara coba salah
(trial and error) adalah cara yang dipakai manusia
sebelum adanya kebudayaan bahkan sampai saat
ini masih dipakai bagi mereka yang belum
mengenal cara-cara untuk menyelesaikan suatu
masalah. Untuk memecahkan sebuah persoalan
atau masalah metode ini menggunakan beberapa
kemungkinan, dan jika kemungkinan tersebut
tidak menyelesaikan masalah maka akan dicoba
dengan kemungkinan-kemungkinan selanjutnya
dan begitu seterusnya sampai masalah tersebut
dapat teratasi atau terpecahkan.
b. Secara Kebetulan
Cara memperoleh pengetahuan dengan metode
kebetulan adalah cara yang dilakukan oleh
seseorang secara tidak terencana atau tidak
terkonsep yang kemudian dilakukan uji coba atau
25
penelitian yang membenarkan hal tersebut,
seperti penemuan kina sebagai obat malaria yang
ditemukan secara kebetulan oleh seorang
penderita malaria saat mengembara, pada suatu
hari saat mengembara penderita malaria
kehausan dan minum air parit jernih yang terasa
pahit dan setelah meminum air tersebut penderita
itu tidak lagi mengalami kekambuhan pada
malarianya dan ternyata setelah dilakukan
penyelidikan, dalam air tersebut terdapat pohon
kina yang tumbang terendam, dan dari situlah ia
berkesimpulan bahwa kulit kayu kina dapat
dijadikan obat malaria (Notoatmodjo, 2012).
c. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Cara memperoleh pengetahuan dengan
kekuasaan atau otoritas adalah cara yang di akui
melalui kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi
tanpa dibuktikan apakah yang diyakini benar atau
tidak, cara tersebut biasanya diakui karena
kebiasaan sejak turun-temurun atau sesuatu yang
memang diyakini secara turun-temurun seperti
adat-istiadat, pemegang otoritas, pemimpin yang
26
pada prinsipnya memegang keyakinan yang sama
yang dianggap mutlak. (Notoatmodjo, 2012).
d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi seseorang dapat digunakan
sebagai salah satu cara memperoleh
pengetahuan dengan cara bercermin dengan
pengalaman sebelumnnya, ketika seseorang
melakukan hal yang sama, maka seseorang akan
mengetahui letak kesalahannya sebelumnya dan
bisa menghindari hal tersebut, Seperti pepatah
mengatakan pengalaman adalah guru yang baik
(Notoatmodjo, 2012).
e. Kebenaran Menurut Wahyu
Kebenaran menurut wahyu adalah kebenaran
yang dipercaya oleh setiap manusia berdasarkan
agama dan kepercayaan masing-masing,
kepercayaan menurut wahyu adalah kepercayaan
dimana manusia merasa bahwa dirinya diciptakan
dan disertai oleh yang wahyu (Notoatmodjo,
2012).
27
1.2 Sumber Pengetahuan lain
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,
media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.
Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,
ahli agama, pemegang pemerintahan, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2012)
2.4.2 Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan
menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan
suatau metode. Wanita yang berpendidikan menginginkan
keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait dengan metode kontrasepsi
(Handayani 2010).
2.4.3 Sosial Ekonomi
Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi
penduduk di Indonesia akan mempengaruhi kemajuan
program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak
terlepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan
erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi
28
yang digunakan, dengan suksesnya program KB maka
perekonomian suatu Negara akan lebih baik karena dengan
anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih
tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin (Handayani,
2010).
2.4.4 Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu
yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar
terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan
untuk menerima pesan menurut model komunikasi
(Handayani, 2010).
2.4.5 Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam
memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah
pengertian dalam masyarakat mengenai berbabagi metode,
kepercayaan/religious, serta budaya, tingkat pendidikan
persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita.
Penyediaan layanan harus menyadari bagaimana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi pemilihan di daerah mereka
dan harus memantau perubahan-perubahan yang mungkin
mempengaruhi pemilihan metode (Handayani, 2010).
29
2.4.6 Umur
Umur seseorang yang berarti terhitung sejak lahir sampai
mati dan semakin tambah umur pula samakin tinggi
kematangan dalam berfikir, sehingga dalam menemukan
pilihan seseorang dapat menentukannya dengan matang
(Handayani 2010).
2.4.7 Agama
Diberbagai daerah kepercayaan religious dapat
mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai contoh
penganut agama Katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin
Islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan
sebagian lainya mengijinkan. Walaupun agama Islam tidak
melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor
wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang
tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal
akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka
dilarang melakukan sholat 5 waktu, disebagian masyarakat
wanita Hindu dilarang mempersiapkan makanan selama
haid, sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi
masalah (Handayani, 2010).
30
2.4.8 Status Wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi
kemampuan mereka memperoleh dan mempergunakan
berbagai metode kontrasepsi. Pengambilan keputusan juga
didasarkan pada status wanita (sosial) dimana suami
sebagai kepala keluarga selalu menjadi pihak yang dominan
atau utama dalam pengambilan keputusan bersama. Seperti
halnya di daerah timur dimana wanita harus melibatkan
suami dalam mengambil keputusan, suami merupakan
kepala keluarga yang dihargai dan harus diikutsertakan
dalam pengambilan keputusan.
Meskipun demikian jika sebagian wanita memiliki
pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-
metode yang lebih mahal maka merekapun bisa memiliki
lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di
daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat
sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode,
misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami
sebelum layanan KB dapat diperoleh (Handayani 2010).