1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perhatian Orang Tua
Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang perhatian orang
tua, yang menjadi dasar/landasan dalam penelitian ini.
2.1.1. Pengertian perhatian orang tua
Suryabrata (2007) menjelaskan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut berarti
bahwa dalam melakukan suatu aktivitas harus disertai dengan kesadaran guna
mencapai sesuatu yang diharapkan. Sedangkan A. Gazali dalam Baharuddin
(2009) mendefinisikan perhatian sebagai salah satu aktivitas psikis, dapat
dimengerti sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu pun semata-mata
tertuju pada suatu obyek (benda atau hal) ataupun sekumpulan obyek-obyek.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soemanto (2003) menjelaskan bahwa perhatian
adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju pada suatu obyek.
Slameto (2010) mengemukakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang
datang dari lingkungannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perhatian adalah pemusatan kesadaran jiwa terhadap suatu objek.
Menurut Walgito (2002) perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.
Ketika individu sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh
2
aktifitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada suatu benda tersebut.
Dalam suatu waktu seorang individu bisa memperhatikan objek yang banyak
sekaligus. Namun demikian, perhatian terhadap masing-masing objek berbeda-
beda.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perhatian adalah
proses kegiatan psikis baik tenaga atau energi ketika stimulasi yang menonjol dan
stimulasi yang lain melemah pada suatu obyek. Perhatian pada dasarnya bisa dari
kesadaran dan juga bagaimana cara timbulnya.
Whitherington (1985) menyatakan bahwa perhatian merupakan suatu
aktivitas yang vital dalam pendidikan. Perhatian dapat diperoleh dari siapa saja,
bisa dari guru ataupun orang tua. Orang tua berperan sebagai pembentuk karakter
dan pola fikir dan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga merupakan tempat
dimana anak-anaknya pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Walaupun
di dalam keluarga tidak terdapat rumusan kurikulum dan program resmi dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, akan tetapi sifat pembelajaran di dalam
keluarga sangat potensial dan mendasar.
Menurut Hasbullah (2011) orang tua adalah orang yang pertama dan
utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan.
Sedangkan menurut Alya (2011) orang tua berasal dari dua kata yaitu, orang yang
artinya manusia (dalam arti khusus) dan tua yang artinya sudah lama hidup, lanjut
usia, sudah masak atau sampai waktunya untuk dipetik.
Kartono (1982) menjelaskan bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang
terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai
3
ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Sedangkan menurut Nasution
(Susanti, 2004) menyatakan bahwa orang tua adalah setiap orang tua yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam penghidupan sehari-hari
disebut ibu dan bapak. Tanggung jawab orang tua terhadap keluarga terutama
terhadap anak adalah suatu hal yang sudah menjadi kewajiban, yakni sebagai
pemelihara, pelindung dan sebagai pendidik.
Dalam penelitian ini perhatian yang menjadi fokus adalah perhatian orang
tua. Perhatian orang tua pada anak-anaknya terhadap pendidikan merupakan hal
yang sangat penting karena keluarga merupakan salah satu tempat untuk
mendapatkan pendidikan yaitu pendidikan informal yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak. Orang tua yang tidak mempunyai perhatian kepada
anaknya menjadi pada orang tua yang mengalami keretakan dalam keluarga,
sehingga rasa tanggung jawab dan kasih sayangnya terhadap anak akan menjadi
terlantar. Dalam hal ini perhatian orang tua dapat diartikan kesadaran jiwa orang
tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan dan memenuhi
kebutuhan anaknya baik dalam segi emosi dan materi maupun segi pendidikan
anaknya mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua
adalah proses pemberian bantuan orang tua terhadap anaknya, memberikan
bimbingan belajar di rumah, mendorong untuk belajar, memberikan pengarahan
pentingnya belajar, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang
pelajaran untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.
4
2.1.2. Bentuk - bentuk perhatian orang tua
Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya maka orang
tua memegang fungsi dan peranan penting dalam meningkatkan pendidikan
anaknya. Perhatian orang tua terlihat dari usaha orang tua untuk menyediakan
fasilitas belajar yang secukupnya. Namun kelengkapan fasilitas belajar anak tidak
mutlak menjamin keberhasilan belajar anak apabila tidak diikuti adanya perhatian
dari orang tua yang ditunjukkan setiap hari.
Sulastri (Arum, 2009), memberikan gambaran tentang bentuk perhatian
orang tua yaitu:
1. Memberikan peringatan
Peran orang tua dalam hal ini adalah memberikan peringatan terhadap
perilaku anaknya. Orang tua memberikan nasihat kepada anak agar tidak
melakukan perilaku yang menyimpang.
2. Memberikan teguran
Orang tua menegur tindakan anak yang salah dan memberikan penjelasan
kepada anak mengapa hal tersebut salah serta menunjukkan hal yang benar.
Orang tua memiliki kewajiban untuk mengontrol perilaku anak dan
membimbing anak apabila anak melakukan kesalahan.
3. Memperhatikan penyediaan sarana studi
Sarana prasarana studi merupakan komponen yang penting dalam proses
belajar anak. Apabila sarana prasarana tidak memadahi maka proses belajar
anak akan terhambat. Orang tua memiliki kewajiban untuk menyediakan
5
sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak untuk belajar. Sehingga proses
belajar anak berjalan dengan lancar.
Mulyadi (2007) menjelaskan perhatian orang tua dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk yaitu:
1. Penyediaan dan pengaturan waktu belajar anak
Waktu adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh anak yang sedang belajar.
Orang tua harus menyediakan waktu untuk mendampingi belajar anak dan
memberikan waktu sebaik-baiknya jangan sampai waktu yang digunakan
untuk belajar digunakan untuk yang lain, atau terganggu aktivitas lain, maka
apabila ini terjadi akan mengganggu proses belajar anak dan pada akhirnya
akan berdampak pada prestasi belajar anak. peran dalam membantu
mengatur waktu belajar anak dengan cara memperhitungkan waktu setiap
hari, menentukan waktu yang tersedia setiap hari, merencanakan materi
pelajaran yang akan dipelajari, dan menentukan waktu yang dapat
dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik.
2. Bantuan mengatasi masalah
Yang dimaksud dengan bantuan mengatasi masalah adalah orang tua
membantu anak ketika mengalami kesulitan-kesulitan dalam membaca,
menulis, mengerjakan pekerjaan rumah, menyatakan pendapat baik tulis
maupun lisan.
3. Pengawasan belajar anak.
Anak memerlukan pengawasan dari orang tua agar sikap dewasa dan
tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua hendaknya
6
mengawasi dan mendampingi anak dalam belajar apabila mengalami
kesulitan belajar.
4. Penyediaan fasilitas belajar
Fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik
maupun material, tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat
peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan
praktikum laboraturium dan segala sesuatu yang menunjang terlaksananya
proses belajar mengajar.
Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan
yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan,
melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar disekolah. Supaya lebih
efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan
maksimal dan hasil belajar yang memusakan.
Fasilitas atau alat belajar akan sangat penting dan dominan bagi anak yang
sedang menekuni belajarnya. Keadaan peralatan seperti pensil, tinta,
penggaris, buku tulis, buku pelajaran, jangka dan lain-lain akan membantu
kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat tersebut akan menghambat
proses belajar anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian orang
tua dapat diberikan dalam bentuk penyediaan dan mengatur waktu belajar anak,
memberikan peringatan, memberikan teguran, membantu anak menyelesaikan
masalah belajar, pengawasan belajar anak serta penyediaan fasilitas belajar.
7
Suryabrata (2007) menggolong-golongkan perhatian orang tua sebagai
berikut :
1. Atas dasar intensitasnya dibedakan menjadi :
a) Perhatian intensif
b) Perhatian tidak intensif
2. Atas dasar cara timbulnya perhatian dibedakan menjadi :
a) Perhatian spontan (perhatian tak-kesendak, perhatian yang tidak
disengaja)
b) Perhatian sekendak (perhatian disengaja, perhatian reflektif)
3. Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian menjadi :
a) Perhatian terpancar (distributif)
b) Perhatian terpusat (konsentratif)
Menurut Walgito (2002) macam atau jenis perhatian orang tua adalah
sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi timbulnya perhatian dibedakan menjadi :
a) Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan dirinya timbul
secara spontan dan erat hubungannya dengan minat individu.
b) Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan
sengaja karena harus ada kemampuan untuk menimbulkannya.
2. Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada
suatu waktu dibedakan menjadi :
a) Perhatian yang sempit, yaitu perhatian dimana individu pada suatu
waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
8
b) Perhatian yang luas, yaitu perhatian dimana individu pada suatu waktu
dapat memperhatikan banyak hal atau obyek sekaligus.
3. Ditinjau dari segi fluktuasinya, perhatian dapat dibedakan menjadi :
a) Perhatian yang statis, yaitu perhatian dimana individu dalam waktu
tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada obyek
tertentu
b) Perhatian yang dinamis, yaitu perhatian dimana individu dapat
memindahkan perhatian secara lincah dari satu obyek ke obyek lain.
Dengan melihat pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka bentuk
perhatian orang tua dalam belajar dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan intensitasnya dibedakan menjadi :
a) Perhatian intensif, yaitu perhatian orang tua dalam anak secara terus
menerus yang diperkuat oleh banyaknya rangsangan atau keadaan
yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin.
b) Perhatian tidak intensif, yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak
yang tidak terus menerus (sementara) dan kurang diperkuat oleh
rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau
pengalaman kerja.
2. Berdasarkan timbulnya perhatian dibedakan menjadi :
a) Perhatian spontan (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak
sengaja), yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang tidak
diusahakan secara sadar untuk memperhatikan tetapi tidak disengaja
untuk memberikan perhatian terhadap anak.
9
b) Perhatian tidak spontan (perhatian sekendak, (perhatian disengaja),
yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang diusahakan secara
sadar dan disengaja untuk dipusatkan pada belajar anak di rumah.
3. Berdasarkan luas objek yang dikenai perhatian dibedakan menjadi:
a) Perhatian terpencar (perhatian distributif, perhatian yang terbagi-bagi,
perhatian yang luas), yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak
yang terpencar-pencar.
b) Perhatian terpusat (perhatian konsentratif, perhatian yang sempit),
yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang betul-betul
berkonsentrasi atau terpusat pada setiap saat.
4. Berdasarkan flaktuasinya, perhatian dibedakan menjadi :
a) Perhatian statis, yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang
tetap. Artinya perhatian tersebut terus bertalian setiap saat, anak perlu
diperhatikan dalam belajarnya.
b) Perhatian yang dinamis, yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak
yang tidak menentu, dalam arti kadang-kadang sama sekali tidak ada
perhatian.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua
Perhatian tidak selamanya dapat diarahkan dengan baik. Hal ini
dikarenakan bahwa perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor
penyebab yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya adalah orang
tua khawatir kalau anaknya nakal, kurang pandai, minder serta agar anak-anaknya
tidak terjerumus dalam perilaku menyimpang, seperti pendapat Jokie (2009)
10
menunjuk pada perilaku yang secara statistik berbeda dari kebanyakan orang.
Perhatian juga diberikan orang tua agar anaknya mendapatkan prestasi
disekolahnya dan kelak dapat tercapai cita-cita anaknya selain itu anaknya agar
mampu menjadi pribadi yang mandiri.
Bimbingan dan perhatian dari orang tua sangat diperlukan oleh anaknya
dalam proses pencapaian prestasi belajarnya, Jadi dengan kata lain, perhatian
orang tua merupakan faktor utama dalam membimbing, mengarahkan, dan
mendidik anaknya dikalangan keluarga sehingga anaknya menjadi generasi
penerus yang lebih baik. Perhatian dan teladan orang tua akan dicontoh anak-
anaknya dalam pembentukan karakter anaknya. Orang tua sebagai pengasuh dan
bertanggung jawab penuh kepada anaknya baik di lingkungan keluarga maupun di
lingkungan sekolah.
Semua orang tua sudah tentu agar anak-anaknya mendapatkan prestasi dan
pandai baik di sekolah maupun di luar sekolah, semua itu tidak lepas dari
perhatian dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing, mengarahkan dan
memotivasi anaknya.
Pendidikan dikalangan keluarga merupakan pendidikan yang dialami anak
sejak ia dilahirkan dan biasanya dilakukan oleh orang tua. Jadi perhatian orang tua
merupakan penentu sukses tidaknya anaknya dalam pencapaian prestasi di sekolah
atau pun di luar sekolah. Sudah saatnya orang tua untuk menyadari akan
kewajibannya dalam mendidik anak-anaknya agar kelak bisa menjadi generasi
penerus.
11
Perhatian orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Dirgagunarso (1996) faktor-faktor itu dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Faktor dari luar yaitu timbulnya perhatian orang tua terhadap anak karena
adanya faktor dari luar.
2. Faktor dari dalam yaitu perhatian orang tua terhadap anak karena adanya
motif, adanya kesediaan dan harapan orang tua terhadap anak.
Menurut Ahmadi (2003) faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua
adalah sebagai berikut :
1. Pembawaan
Hal ini berhubungan dengan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap
orang tua. Tipe-tipe ini kepribadian yang berbeda pada orang tua akan
berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak.
2. Latihan dan kebiasaan
Walaupun orang tua mengalami hambatan dalam memberikan perhatian,
namun dengan adanya latihan sebagai usaha mencurahkan perhatian, maka
lambat laun akan menjadi suatu kebiasaan.
3. Kebutuhan
Kemungkinan timbulnya perhatian karena adanya suatu kebutuhan-
kebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan
itu mempunyai suatu tujuan yang harus dicurahkan. Orang tua
memberikan perhatian kepada anak disebabkan karena tujuan yang hendak
dicapai misalnya mengharapkan anaknya mengetahui suatu nilai yang
berlaku
12
4. Kewajiban
Perhatian dipandang sebagai kewajiban orang tua sedangkan kewajiban
memandang unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua.
5. Keadaan jasmani
Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis yang ikut
mempegaruhi perhatian orang tua terhadap anak. Kondisi fisiologis yang
tidak sehat akan berpengaruh pada usaha orang tua dalam mencurahkan
perhatiannya.
6. Suasana jiwa
Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung dapat
mempengaruhi orang tua. Pengaruh tersebut bisa bersifat membantu atau
malah menghambat usaha orang tua dalam memberikan perhatian.
7. Suasana sekitar
Suasana dalam keluarga misalnya adanya ketegangan diantara anggota
keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua.
8. Kuat tidaknya perangsang
Dari obyek dalam hal ini yang dimaksud adalah anak. Anak yang kurang
mendapat perhatian orang tua akan berusaha menarik perhatian orang tua,
sehingga orang tua terdorong untuk lebih perhatian pada anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor perhatian orang tua
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, yaitu
meliputi pembawaan, latihan, dan kebiasaan, kebutuhan, kewajiban, keadaan
13
jasmani, suasana jiwa, suasana sekitar, kuat tidaknya perangsang sehingga dengan
faktor-faktor tersebut siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Dakir (1993) mengemukakan faktor yang mempengaruhi perhatian orang
tua :
1. Ditinjau dari hal-hal yang bersifat objektif, yaitu rangsangan yang kuat
mendapatkan perhatian, kualitas rangsangan mempengaruhi perhatian, objek
yang besar menarik perhatian, begitu pula rangsangan dapat menarik
perhatian
2. Ditinjau dari hal-hal yang secara subjektif, yaitu hal-hal yang bersangkut
paut dengan pribadi subjek, misalnya : beberapa rangsangan yang sesuai
dengan bakatnya lebih menarik perhatian daripada hal yang lain.
Baharuddin (2009), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian
menjadi dua yaitu faktor obyektif dan subyektif. Faktor obyektif yang dapat
menarik perhatian seseorang adalah :
1. Adanya rangsangan yang kuat
2. Kualitas rangsangan
3. Adanya objek yang besar/luas
4. Adanya stimulus yang baru
Sedangkan faktor subyektif yang dapat menarik perhatian adalah :
1. Adanya stimulus yang membawanya mengandung daya tarik
2. Adanya arti atau maksud pada sesuatu dapat menimbulkan daya tarik
3. Ketidakpastian menimbulkan daya tarik
4. Emosi yang tetap (terbiasa) dapat menentukan daya tarik.
14
Berdasarkan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perhatian orang tua, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua dapat
dipengaruhi dua faktor yaitu faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif
cenderung timbul karena dorongan dari dalam diri individu, sedangkan faktor
subjektif cenderung timbul dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut bagi
orang tua dapat muncul dengan sendiri ataupun bersama-sama tergantung pada
objek yang sedang dihadapi. Perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak khususnya pada minat belajar
dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap anak.
2.2. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi
belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
2.2.1. Pengertian prestasi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Sedangkan menurut Djamarah (1994) dalam bukunya bahwa prestasi adalah apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap,
berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan
15
dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
kepada siswa.
Menurut Suryabrata (2007) mengemukakan bahwa prestasi adalah nilai
yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai
kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Syah (2005)
berpendapat bahwa prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dan menurut Tohirin (2006)
Prestasi adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan. Gagne (1985) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi
lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Arikunto (1990) bahwa hasil
belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulan bahwa prestasi adalah
hasil akhir yang dicapai oleh siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan
proses pembelajaran di sekolah. Prestasi yang diperoleh dapat dikatakan baik
apabila telah memenuhi standar nilai yang ditetapkan, sebaliknya dikatakan belum
optimal apabila belum bisa memenuhi standar nilai yang telah ditentukan.
2.2.2. Pengertian belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
16
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010)
Fontana seperti yang dikutip oleh Winataputra (1995) dikemukakan
bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative
tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Selaras dengan
pendapat Hakim (2000) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila
seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar
atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Cronbach dan Geoch dalam Sardiman (2005) menyatakan belajar sebagai
berikut :
1. Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil
dari pengalaman”.
2. Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to
listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,
mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3. Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
17
Syah (2000) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut Whitaker yang
dikutip oleh Soemanto (1990), belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan
individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim
kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang
dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu
dan lingkungan.
2.2.3. Pengertian prestasi belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang
dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung. Ahmadi dan Supriyono (1990) menyatakan prestasi belajar
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari
dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu.
18
Menurut Djamarah (2008), “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam individu sebagai
hasil dari aktivitas dalam belajar”. Sedangkan menurut Sukmadinata (2007),
prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecapakan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Menurut Hetika (2008), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan
yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Selanjutnya
menurut Asmara (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang
dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru.
Harjati (2008), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang
dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol
untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu
tertentu. Menurut Winkel melalui Sunarto (1996) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Sedangkan menurut Gunarso (1993) mengemukakan bahwa prestasi
belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar.
Selanjutnya Asmara (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan
dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh
19
guru. Begitu pula Harjati (2008), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil
usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk
simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam
waktu tertentu.
Menurut Anwar (2005) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila
dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar.
Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara
terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai
bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal
tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif,
bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Pengertian prestasi
belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk
mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan
belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Dengan prestasi yang diraih oleh seseorang dapat dilihat seberapa besar kuantitas
pengetahuan yang dimilikinya. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator
keberhasilan siswa dalam belajarnya.
20
2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum
menurut Slameto (2003) pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor
ekstern yaitu:
1. Faktor intern
Dalam faktor ini dibahas 2 faktor yaitu:
a. Faktor jasmaniah mencakup:
1) Faktor kesehatan
2) Cacat tubuh
b. Faktor psikologis mencakup:
1) Intelegensi
2) Perhatian
3) Minat
4) Bakat
5) Motivasi
6) Kematangan
7) Kesiapan
c. Faktor kelelahan
2. Faktor ekstern
Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:
a. Faktor keluarga mencakup:
1) cara orang tua mendidik
2) relasi antar anggota keluarga
21
3) suasana rumah
4) keadaan ekonomi keluarga
5) pengertian orang tua
6) latar belakang kebudayaan
b. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
1) guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
2) sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
3) atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah
c. Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media,
teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya Suryabrata (2002) mengklasifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri
a. Faktor non-sosial dalam belajar
Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-
alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, alat peraga)
b. Faktor sosial dalam belajar
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
a. Faktor fisiologi dalam belajar
Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan
fungsi jasmani tertentu.
22
b. Faktor psikologi dalam belajar
Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena
aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa
ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (2002) yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor jasmaniah baik bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk
faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya.
b. Faktor psikologi, baik bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri
atas :
1) Faktor intelektif yang meliputi:
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor sosial, yang terdiri atas :
1) Lingkungan kerja
2) Lingkungan sosial
23
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Faktor intern
Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri siswa itu
sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap,
perasaan dan faktor pribadi lainnya.
2. Faktor ekstern
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri
individu berupa sarana dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru,
metode pembelajaran, kondisi sosial, ekonomi, dan lain sebagaianya.
2.3. Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasbullah (1994) menyatakan, keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga
bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak pendidikan dasar bagi pendidikan
akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
24
Oleh karena itu, hendaknya orang tua hendaknya selalu berusaha
menciptakan keluarga yang rukun karena pendidikan anak dimulai dalam
keluarga. Sedangkan sekolah dalam hal ini merupakan pendidikan lanjutan.
Peralihan pendidikan non formal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara keluarga dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2007) yang berjudul
pengaruh perhatian orang tua dan kontinuitas belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas XI MAN 1 Wates tahun ajaran 2007/2008, menyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi
belajar.
Dalam penelitian Ningrum (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh
perhatian orang tua dan disiplin belajar siswa terhadap prestasi belajar standar
kompetensi melakukan prosedur administrasi siswa kelas XI kompetensi keahlian
administrasi perkantoran SMK Kristen 2 Klaten. Menyimpulkan adanya pengaruh
yang positif perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
Berbeda dengan penelitian dari Azizah (2009) tentang studi tidak adanya
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas
VIII SMPN 2 Temon Kulon Progo Tahun Pelajaran 2008/ 2009. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak adanya perhatian yang diberikan orang tua dalam
bentuk memberikan dorongan belajar di rumah, kurangnya memberi sarana dan
fasilitas belajar, tidak membantu memecahkan masalah, tidak membantu
memberikan petunjuk dan arahan kepada anak, serta tidak mengontrol kegiatan
25
anak di lingkungan bermain, yang mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi
rendah.
Berdasarkan apa yang telah diungkapkan di atas penulis menyimpulkan
bahwa adanya komparasi atau perbandingan atau perbedaan antara perhatian
orang tua dan tidak perhatian orang tua yang diberikan kepada anak terhadap
prestasi belajarnya. Jadi tinggi rendahnya prestasi belajar anak dipengaruhi oleh
ada dan tidaknya perhatian yang diberikan oleh orang tua.
2.4. Hipotesa
Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata 2003).
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah : ada perbedaan yang
signifikan prestasi belajar siswa berdasarkan perhatian orang tua dalam kegiatan
belajar siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
Top Related