BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Perhatian Orang...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Perhatian Orang...
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Sumadi Suryabrata (2000) mengatakan bahwa perhatian merupakan
pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek, juga banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.
Suasana emosional di dalam rumah, sangat merangsang perkembangan otak
anak yang sedang tumbuh dan mengembangkan kemampuan mentalnya.
Sebaliknya, suasana tersebut bisa memperlambat perkembangan otak.
Menurut Martin (2000), “memberi perhatian belajar pada anak
dipahami sebagai tanggung jawab orang tua untuk memperhatikan dan
membentuk anak dalam mengatasi masalah-masalah yang menghambat
belajarnya. Tanggung jawab tersebut meliputi: bersedia menjadi pendengar
aktif, membantu anak menyusun jadwal dan pelaksanaannya,
memperhatikan kondisi fisik, memperhatikan kondisi psikis, mengenali dan
mengembangkan gaya belajar anak”.
Kartini Kartono (1996) menyatakan bahwa “perhatian itu merupakan
reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan
bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran
terhadap satu obyek”.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati kepada seluruh anggota
keluarga yang merupakan dasar pokok hubungan yang baik di antara
12
anggota keluarga. Menaruh hati pada kejadian dan peristiwa yang terjadi di
dalam keluarga berarti mengikuti dan memperhatikan perkembangan
seluruh keluarga, lebih jauh lagi, mengarahkan seluruh perhatian untuk
mencari lebih mendalam sebab dan sumber permasalahan yang terjadi di
dalam keluarga juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap
anggota keluarga.
2.2. Faktor-faktor Pengaruh Perhatian Orang Tua
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua, di
antaranya adalah faktor kondisi individu yang bersangkutan, faktor tersebut
dapat sangat mempengaruhi perhatian. Adapun faktor-faktor tersebut pada
umumnya menurut Sayekti Pujo Suwarno (1994) adalah sebagai berikut:
a. Jasmani, keadaan jasmani orang tua yang terganggu, misalnya:
sakit, lemah, lapar. b. Rohani, keadaan rohani orang tua yang terganggu misalnya:
terlalu banyak berpikir, kecewa, bingung, cemas dan sebagainya.
c. Kesibukan orang tua, kesibukan orang tua di luar rumah menyebabkan kurangnya perhatian terhadap anak sehingga anak
kurang mendapat kasih sayang, kurang pengawasan dalam
pergaulan.
d. Ekonomi, masalah ekonomi keluarga sangat penting, keluarga dengan keadaan ekonomi yang cukup, sangat mempengaruhi
orang tua dalam menarik perhatian anaknya, misalnya:
memberikan sarana dan prasarana pendidikan, kebutuhan kesehatan, rekreasi dan sebagainya. Sebaliknya keluarga dengan
keadaan ekonomi yang lemah, akan kurang memberikan
perhatian dalam hal memberikan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, rekreasi.
e. Keutuhan keluarga, keluarga yang pecah atau berantakan akan
mengakibatkan anak mengalami kebingungan serta tekanan
psikis. f. Lingkungan pendidikan, keluarga yang bertempat tinggal di
lingkungan yang sebagian besar berlatarbelakang pendidikan
tinggi, akan mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya agar kelak anak-anaknya dapat bersekolah sampai di perguruan
tinggi, namun sebaliknya keluarga yang berada di lingkungan
13
yang tidak mengenal pendidikan akan mempengaruhi orang tua
untuk tidak menyekolahkan anaknya.
g. Kesadaran orang tua, kesadaran orang tua akan sangat
mempengaruhi perhatian terhadap anaknya. Orang tua yang ekonominya mampu, sehat jasmani dan rohaninya, serta keadaan
keluarga yang tentram, tetapi karena tidak ada kesadaran dari
orang tua untuk memperhatikan anaknya, maka anak akan berkembang seadanya. Sebaliknya walaupun ekonominya kurang
dan sebagainya, namun memiliki kesadaran yang tinggi dalam
memperhatikan anaknya, maka anak akan terkontrol dan mudah
diarahkan apabila terjadi penyimpangan. h. Lingkungan sosial, keluarga yang jauh dari lingkungan pabrik
industri akan berbeda perhatiannya terhadap anak dibanding
dengan keluarga yang dekat dengan lingkungan pabrik atau industri. Perhatian orang tua terhadap anaknya yang jauh dari
pabrik atau industri biasanya kurang. Orang tua yang tinggal di
kota cenderung lebih memperhatikan perkembangan anak dibandingkan orang tua yang tinggal di pedesaan.
Dengan demikian, besar kecilnya perhatian orang tua terhadap
anaknya dipengaruhi hal-hal yang saling berkaitan dengan pribadi,
kesehatan jasmani dan rohani, kesibukan, faktor ekonomi, keutuhan
keluarga, lingkungan pendidikan, kesadaran orang tua dan lingkungan
sosial.
2.3. Macam-macam Perhatian Orang Tua
Perhatian orang tua dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian
menurut Sumadi Suryabrata (2000), yaitu sebagai berikut:
a. Atas dasar intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin, dapat dibedakan
menjadi: 1. Perhatian intensif. 2. Perhatian tidak intensif.
14
b. Atas dasar timbulnya, perhatian dibedakan menjadi :
1. Perhatian spontan.
Merupakan perhatian yang timbul begitu saja, seakan-akan tanpa
usaha atau tanpa sengaja.
2. Perhatian sekehendak.
Merupakan perhatian yang timbul karena ada usaha disertai dengan
kehendak yang kuat.
c. Atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian, perhatian dibedakan
menjadi:
1. Perhatian terpencar (deskriptif).
Adalah perhatian yang pada satu saat dapat tertuju pada
bermacam-macam obyek.
2. Perhatian terpusat (konsentratif).
Adalah perhatian yang pada satu saat hanya dapat tertuju pada
obyek yang sangat terbatas.
Ciri-ciri orang tua yang memberikan perhatian kepada anak yaitu
memberikan kasih sayang, baik berupa materi maupun spiritual, memenuhi
kebutuhan pendidikan yang meliputi sarana dan prasarana, memenuhi
kebutuhan kesehatan, baik berupa fisik maupun mental anak.
2.4. Bentuk Perhatian Orang Tua terhadap Belajar Anak
Perhatian orang tua, terutama dalam pendidikan anak sangatlah
diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua
terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam
15
kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan
kelak sebagai pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap
belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan
terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta
pemenuhan kebutuhan belajar anak.
1. Pemberian bimbingan dan nasihat
a. Pemberian bimbingan Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2002) dengan mengutip pendapat Stikes
& Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses untuk
menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalahnya.” Di dalam
belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh
sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat
memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah
belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil,
untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia
belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin
termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
Dalam upaya orang tua memberikan bimbingan kepada anak yang
sedang belajar dapat dilakukan dengan menciptakan suasana diskusi di
rumah. Banyak keuntungan yang dapat diambil dari terciptanya situasi
diskusi di rumah antara lain; memperluas wawasan anak, melatih
menyampaikan gagasan dengan baik, terciptanya saling menghayati
16
antara orang tua dan anak, orang tua lebih memahami sikap pandang
anak terhadap berbagai persoalan hidup, cita-cita masa depan,
kemauan anak, yang pada gilirannya akan berdampak sangat efektif
bagi daya dukung terhadap kesuksesan belajar anak.
b. Memberikan nasihat
Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat
kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk
memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman
dan pikiran sehat. Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak
belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui
kesulitan-kesulitan anaknya dalam belajar. Karena dengan mengenai
kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi
kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
2. Pengawasan Terhadap belajar
Orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam
masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan
apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa
saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan
lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala
sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang
maksimal.
17
Pengawasan atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya
ketika anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga
terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang
pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih
dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi
masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas
sekolah.
3. Pemberian motivasi dan penghargaan
Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua
hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas
memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi
orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar.
Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua
menasihati kepada anaknya untuk meningkatkan aktivitas belajarnya.
Dan untuk mendorong semangat belajar anak hendaknya orang tua
mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat belajar
bagi anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau
kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan
motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.
Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau
kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan
dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan
menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua
18
baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari
berbagai jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur
waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu
tidak memberatkan anak.
Stephanie Daisy Imelda R. (2008) Mengemukakan beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh orang tua pada anak yang prestasinya kurang,
yaitu :
1. Kenali kemampuan anak. Jangan menuntut anak melebihi
kemampuannya. Anak yang sering mendapat tuntutan yang
terlalu tinggi, akan mudah menjadi frustrasi dan akhirnya
menjadi mogok belajar. 2. Jangan membanding-bandingkan. Orang tua sebaiknya
jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak atau
adiknya mengingat setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Anak yang sering dibanding-bandingkan dapat
kehilangan kepercayaan diri. Bangkitkanlah rasa percaya diri
anak dengan menghargai setiap usaha yang telah dilakukan. 3. Menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
4. Membantu anak mengatasi masalahnya. Bila anak memang
membutuhkan guru les, jangan dipaksakan anak dengan
kemampuannya sendiri hanya karena ayah dan ibunya dahulu tidak pernah les.
5. Tingkatkan semangat belajar anak. Kita dapat melakukan hal
ini dengan, misalnya memberi pujian, pelukan, belaian maupun ciuman.
6. Jangan mencela anak dengan kata-kata yang menyakitkan.
Orang tua harusmenghindari mencela anak dengan kata-kata,
"bodoh", "tolol", "otak udang", dan sebagainya. Anak yang sering mendapat label atau cap seperti itu pada akhirnya akan
mempunyai pandangan bahwa dirinya memang bodoh dan
tolol. 7. Mendidik adalah tanggung jawab bersama. Ayah dan Ibu
mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik
anak. 8. Jangan lupa berdoa agar anak kita mendapat hasil yang
terbaik.
19
4. Pemenuhan kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan
untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa
ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan
lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak,
karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik.
Dalam hal ini Bimo Walgito (1990) menyatakan bahwa “semakin
lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan
sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini
merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan
mengalami gangguan.”
Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan
berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak
terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat
belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka
anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Hal itu
dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti
anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Kebutuhan belajar, seperti
buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar. Dengan dicukupinya buku yang merupakan salah satu
sumber belajar, akan memperlancar proses belajar mengajar di dalam
kelas dan mempermudah dalam belajar di rumah. Dan juga akan dapat
20
meningkatkan semangat belajar bagi anak. Dengan demikian sudah
sepatutnya bagi para orang tua untuk memperhatikan dan berusaha
memenuhi kebutuhan belajar anak.
2.5. Belajar dan Prestasi Belajar
2.5.1. Belajar
Menurut Morgan dalam Sagala (2003), belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Gagne dalam Sagala
(2003), belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Garret dalam
Sagala (2003) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang
berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan cara bereaksi
terhadap perangsang tertentu. Kemudian Crow dalam Sagala (2003)
mengemukakan bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Kemudian Athur J.
Getes yang dikutip oleh Ki RBS. Fudyartanto (2002), menyatakan
bahwa “Belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan
latihan.”
Dalam kaitan dengan hal tersebut, Slameto (2003) yakni belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
21
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut
mengenai belajar, walaupun ada perbedaan pengertian, namun secara
eksplisit maupun implisit di antara mereka mempunyai kesamaan yaitu
definisi manapun, belajar itu selalu merujuk pada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu.
2.5.2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar juga merupakan suatu hasil yang dapat dicapai
setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu proses
pembelajaran terhadap pengetahuan tertentu dan dinyatakan dengan
nilai serta dapat dilihat pada akhir setiap proses belajar. Prestasi belajar
berfungsi sebagai alat ukur dalam pencapaian tujuan suatu bidang studi.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli tentang prestasi belajar :
Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000) berpendapat
bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh
mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang
diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan
sesuatu dengan baik.
Abu Abdullah (2008) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
merupakan bahan informasi dan inovasi pendidikan. Prestasi belajar ini
dapat menjadi pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan minat
belajar.
22
Suwarno (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.
Syah (2008) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari suatu mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes atau ujian, ulangan
mengenai sejumlah mata pelajaran.
Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan
belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer Adi Satrio,
(2005) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.
Ngalim Purwanto (1998) menyatakan bahwa “Prestasi belajar
adalah tingkat kemampuan berpikir”. Pusat Pengujian Balitbang
Depdikbud menyatakan bahwa “Prestasi belajar tidak hanya meliput
aspek pengetahuan dan ketrampilan, namun meliputi pula aspek
pembentukan watak seorang siswa”.
Berdasarkan keenam definisi penulis menyimpulkan prestasi
belajar dapat diartikan dengan penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan oleh seorang siswa yang dikembangkan melalui mata
pelajaran dan indikatornya ditunjukkan dengan nilai hasil tes yang
diberikan oleh guru.
23
2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Djaali H (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pretasi
belajar yaitu :
1. Faktor Dari Dalam Diri
a. Kesehatan, apabila kesehatan anak terganggu dengan sering
sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat
membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara
psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik
juga dapat mempengaruhi proses belajar.
b. Intelegensi, faktor intelegensi dan bakat besar sekali
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut
Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki
tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik,
matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial
interpersonal dan intrapersonal.
c. Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu terutama
dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah
dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau
melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak
ataupun dari luar lingkungan.
24
d. Cara belajar, perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar,
bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar,
tempat serta fasilitas belajar.
e. Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu terutama
dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah
dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau
melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak
ataupun dari luar lingkungan.
f. Cara belajar, perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar,
bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar,
tempat serta fasilitas belajar.
2. Faktor Dari Lingkungan
a. Keluarga, situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan
anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan
dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan
orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
b. Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas,
relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga
mempengaruhi anak dalam proses belajar.
c. Masyarakat, apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang
berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka.
Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.
25
d. Lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan
lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan belajar.
Sedangkan menurut Purwanto (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Faktor psikis (jasmani), kondisi umum jasmani dan tegangan otot
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
mengikuti pelajaran, begitu pula sebaliknya.
b. Faktor psikologis (kejiwaan), faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar murid :
Intelegensi, Sikap, Bakat, Minat, Motivasi.
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan sosial, lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang anak.
b. Lingkungan non-sosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya rumah tempat tinggal
keluarga dan anak dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan anak.
26
3. Faktor Pendekatan Belajar,
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal anak sebagaimana
yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran anak
tersebut. Cara guru dan orang tua dalam mendidik anak juga berpengaruh
besar terhadap minat dan perhatian anak terhadap materi yang sedang
dipelajari.
Menurut Muhibbin Syah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah :
a. Faktor internal ( Faktor dari dalm siswa ) yaitu keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor ekternal ( faktor dari luar siswa ) yaitu lingkungan siswa.
c. Faktor Pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiataan
pembelajaran materi pelajaran.
Menurut Sumadi Suryabrata (2000), secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi
dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :
1. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
27
a. Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dan panca indera :
1. Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan
fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara
kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan
pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.
Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang
teratur.
2. Panca Indera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar
itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa
ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan
dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena
sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari
melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,
seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental
akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran,
28
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya
di sekolah.
b. Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, antara lain adalah :
1. Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle, 1997) hakikat inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri
secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa
yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih
besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah
diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah.
Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan
taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,
juga sebaliknya.
29
2. Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan
prestasi belajarnya.
3. Motivasi
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau
semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di
luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain adalah :
1. Faktor lingkungan keluarga
a. Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,
mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.
b. Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
30
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga.
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak
langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2. Faktor lingkungan sekolah
a. Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP,
LCD akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan
sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar.
b. Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja
yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila
seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan
baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas
dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa
ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya
31
berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim
belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong
untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c. Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih
interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran
serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Faktor lingkungan masyarakat
a. Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan
mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung
memandang rendah pekerjaan guru atau pengajar
b. Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan
anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan
lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
32
4. Pengukuran prestasi belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu
kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah
satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai
prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam
sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat
diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa
tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung
oleh pendapat Sumadi Suryabrata, bahwa rapor merupakan
perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan
atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.
2.6. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
Dari serangkaian penelitian yang dilakukan oleh Tata Eliestiana
Dyah Armunanto (2004) menyimpulkan bahwa peranan orang tua dalam
lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberikan pengalaman
pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor
penting dalam perkembangan pribadi anak. Disimpulkan pula bahwa siswa
yang mendapat perhatian baik dari orang tuanya mendapat prestasi belajar
lebih baik dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua.
Perhatian orang tua memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar
anak di sekolah. Nila F. Moeloek (2007) menyatakan bahwa “kajian empiris
membuktikan bahwa peran keluarga dan orang tua berkaitan erat dan positif
33
dengan prestasi belajar anak.” Dalam sebuah artikel berjudul Agenda
Reformasi Pendidikan, dinyatakan bahwa:
Faktor orang tua dalam keberhasilan belajar anak sangat
dominan. Banyak penelitian baik di dalam maupun di luar negeri
menemukan kesimpulan tersebut. Faktor orang tua bisa
dikategorikan ke dalam dua variabel: variabel struktural dan variabel proses. Yang dapat dikategorikan variabel struktural antara lain latar
belakang status sosial ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan orang tua. Sedangkan variabel proses adalah berupa perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada
anaknya dalam belajar. Untuk bisa mewujudkan variabel kedua
tersebut tidak harus tergantung pada variabel pertama. Artinya, tidak
hanya keluarga "kaya" atau berpendidikan tinggi bisa menciptakan variabel proses. Contoh variabel proses antara lain: orang tua
menyediakan tempat belajar untuk anaknya; orang tua mengetahui
kemampuan anaknya di mana anak mempunyai nilai paling bagus; pelajaran apa anak paling tidak bisa; apa kegiatan anak yang paling
banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah; orang tua
sering menanyakan tentang apa yang dipelajari anaknya; orang tua membantu anaknya dalam belajar.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Oji Kurniadi (2003), yang
dikutip surat kabar Pikiran Rakyat, menyatakan bahwa :
“Frekuensi komunikasi antara ayah dan anak akan berpengaruh positif dan dapat meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya.
Artinya, semakin tinggi frekuensi komunikasi yang dilakukan, maka
prestasi belajar anak akan meningkat. Bahkan, dengan komunikasi akan mengurangi perpecahan atau pertentangan yang diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar anak.”
Menurut hasil-hasil penelitian selama 30 tahun terakhir oleh National
Parent Teacher Asosiation, yang juga dikutif oleh Slameto (2003),
menyimpulkan tentang manfaat perhatian orang tua, terutama ayah,
hubungannya dengan pendidikan anak, adalah:
“...makin baiknya tumbuh kembang anak secara fisik, sosio-emosional, keterampilan kognitif, pengetahuan dan bagaimana anak
belajar sehingga prestasi belajarnya lebih tinggi sering mendapat
nilai A (9-10), kehadiran sekolah lebih tertib/disiplin serta aktif dalam ekstrakurikuler, menyelesaikan dengan tepat dan benar PR,
bersikap lebih positif terhadap sekolah, masuk ranking yang lebih
tinggi dan setamat SMTA memasuki Perguruan Tinggi favorit.
34
Kemudian Slameto mengutip pendapat Blokir, bahwa Ayah dapat
berperan penting bagi perkembangan pribadi anak, baik sosial,
emosional maupun itelektualnya. Pada diri anak akan tumbuh
motivasi, kesadaran dirinya, dan identitas skill serta kekuatan/ kemampuan-kemampuannya sehingga memberi peluang untuk
sukses belajarnya, identitas gender yang sehat, perkembangan moral
dengan nilainya dan sukses lebih primer dalam keluarga dan kerja/kariernya kelak. Terhadap semua itu pengaruh peran ayah yang
paling kuat adalah terhadap prestasi belajar anak dan hubungan
sosial yang harmonis”.
Dikemukakan pula hasil penelitian US Departement Of Education
yang mengacu Wood Elementary Dad's Club (2002) diperoleh bahwa:
Siswa-siswa yang mendapat nilai A (Setara 9-10) ternyata 51%
ayah dan ibu yang berperan pada aras tinggi, atau 48% hanya ayah
saja yang berperan tinggi, atau 44% hanya ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 27% baik ayah maupun ibu yang berperan pada aras
yang rendah. Sedangkan di kalangan siswa yang tinggal klas, 6%
saja yang baik ayah maupun ibu berperan tinggi, atau 9% hanya ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 21% baik ayah maupun ibu yang
berperan rendah.
Perhatian orang tua pada aktivitas belajar anak dengan segala yang
berhubungan dengannya, dapat memberikan motivasi berprestasi yang
tinggi dan memunculkan simpati anak kepada orang tua yang pada akhirnya
dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri anak. Perhatian orang tua
sesungguhnya merupakan investasi kepada anak dalam meningkatkan
aktivitas belajar, dan membantu memaksimalkan perkembangan kepribadian
serta prestasi belajar. Senada dengan hal tersebut, Pramuji Wibowo (2007)
menyatakan sebagai berikut:
Motivasi ekstrinsik yang paling utama adalah dari orang tua
atau keluarga. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak
bersosialisasi, menerima pendidikan (pendidikan informal) pertama
kalinya adalah di dalam keluarga, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau
utama terhadap perkembangan pribadi anak. Belajar sebagai proses
interaksi untuk mencapai tujuan akan lebih efektif, bila ditunjang dengan motivasi yang tinggi, baik yang berupa intrinsik maupun
35
ekstrinsik, dan orang tua adalah hal yang signifikan dalam
membangkitkan motivasi seseorang.
Perhatian yang cukup dan perlakukan orang tua yang bijaksana
terhadap anak, akan berdampak pada kemampuan pengembangan potensi
diri anak yang melahirkan motivasi belajar yang tinggi dan kemampuan
berkonsentrasi dalam aktivitas belajarnya yang akhirnya berpengaruh
kepada pencapaian prestasi yang maksimal.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
perhatian orang tua sangat dominan terhadap keberhasilan belajar anak.
Dengan kata lain bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak,
terutama dalam hal pendidikan dan belajarnya, memiliki hubungan dan
pengaruh positif terhadap prestasi belajar yang dicapai anak di sekolah.
Dengan demikian, rasa bangga akan melingkupi perasaan anak, sehingga
anak semakin bersemangat dalam menjalankan kewajibannya sebagai
pelajar. Perhatian orang tua dalam pendidikan anaknya sangat diperlukan,
sebab dengan memberi perhatian, orang tua dapat menolong anak untuk
mengenali diri, mengembangkan potensi diri serta mampu mengatasi
masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan pribadinya sehingga
kegiatan belajar anak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian
diasumsikan bahwa prestasi belajarnya pun akan meningkat.
36
2.7. Hasil Penelitian yang Relevan
Pudji Ratnawati, 2006. Dalam penelitian momen antara perhatian
orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tulusrejo III
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,659 dengan N=20 Sedangkan dari tabel " r " product moment
dengan taraf signifikan 5% N=20, diperoleh angka sebesar 0,444. angka ini
menunjukkan batas signifikan, sedangkan " r " hitung diperoleh 0,659
berada di atas taraf signifikan 5 %. Berdasarkan hasil analisis data tersebut
maka hipotesis kerja diterima dan hipotesa nihil ditolak. Dengan demikian
ada hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar.
Siti Nur Ãzâ‚ 2004, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak
terdapat hubungan positif yang signifikan antara perhatian orang tua
dengan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 2 Temon Kulon Progo,
sebab ro < rt (0.037 < 0.202).
Apriyati, 2005, Hasil penelitiannya menunjukkan sebagai berikut :
tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara perhatian orang tua
dengan prestasi belajar IPA siswa kelas VI SD Waingapu 5.
Dengan adanya perbedaan penelitian tentang perhatian orang tua
dalam kegiatan belajar dengan prestasi belajar siswa maka peneliti
berkenan mengkaji ulang penelitian tersebut.
37
2.8. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Ada hubungan yang positif signifikan antara perhatian
orang tua dalam kegiatan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa kelas
VII C SMP Negeri 7 Salatiga.”