6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tanggung Jawab
1) Pengertian Tanggung Jawab
Menurut Fitri (2012: 112) tanggung jawab merupakan
nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung
jawab adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang siswa
harus bertanggung jawab kepada guru, orang tua, dan diri
sendiri.
Menurut Zuriah (2008: 69) tanggung jawab adalah
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tanggung
jawab merupakan sikap pertanggungan perbuatan sendiri akan
tingkah laku sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
6
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
7
2) Indikator Tanggung Jawab
Menurut Fitri (2012: 43) indiktaor keberhasilan
tanggung jawab sebagai berikut:
(1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik.
(2) Bertanggung jawab terhadap semua perbuatan.
(3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
(4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
3) Macam-macam tanggung jawab
Macam-macam tanggung jawab menurut Mustari
(2011: 22) sebagai berikut:
a) Tanggung jawab terhadap Tuhan yang telah memberikan
kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur dan
memohon petunjuk.
b) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman,
siksaan, penindasan, dan perilaku kejam dari manapun
datangnya.
c) Tanggung jawab diri dari kerusakan ekonomi yang
berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari
bersifat kekurangan ekonomi.
d) Tanggung jawab terhadap anak, suami/ istri dan keluarga.
e) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
8
f) Tanggung jawab berfikir, tidak perlu mesti meniru orang
lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara
membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala
informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana
yang merugikan kita.
g) Tanggung jawab dalam memilihara hidup dan kehidupan,
termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai
bentuk pencemaran.
4) Ciri-ciri seseorang yang bertanggung jawab
Menurut Mustari (2011: 24) ciri-ciri seseorang
bertanggung jawab sebagai berikut:
a) Memilih jalan lurus.
b) Selalu menunjukan diri sendiri.
c) Menjaga kehormatan diri.
d) Selalu waspada.
e) Memiliki komitmen pada tugas.
f) Melakukan tugas dengan standar yang terbaik.
g) Mengakui semua perbuatannya.
h) Menempati janji.
i) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
9
5) Penanaman rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta
didik
Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak
hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu
ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah
maupun sekolah. Peserta didik yang terlatih atau dalam dirinya
sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan
tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam
menjalankan berbagai aktivitasnya. Kesungguhan dan
tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya
dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan
khususnya disekolah, nilai-nilai tanggung jawab merupakan
hal yang perlu ditananmkan oleh guru. Gurulah yang bertugas
mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung
jawab. Oleh karena itu menurut Aunnilah (2011: 84), beberapa
hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan rasa
tanggung jawab yang tinggi pada diri peserta didik.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Memulai dari tugas-tugas sederhana
Di sekolah, tentu saja sudah ada peraturan-peraturan
yang ditetapkan, seperti tata tertib di dalam kelas, jadwal
kebersihan, serta beberapa ketentuan lainnya. Meskipun
peraturan-peraturan tersebut bagi peserta didik merupakan
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
10
hal yang mungkin dinilai sederhana, tetapi guru harus
mendorongnya agar menaatinya dengan penuh tanggung
jawab.
Sebagai contoh, jika ada peserta didik yang tidak
mengikuti jadwal piket kebersihan, guru harus
memeberikan teguran dan menjelaskan bahwa sikap
tersebut merupakan sikap tidak tanggung jawab yang harus
dihilangkan. Guru juga mesti mengatakan kepadanya bahwa
tugas sederhana apa pun harus dikerjakan olehnya sebagai
suatu bentuk tanggung jawab.
Dalam hal ini, guru juga perlu melibatkan semua
peserta didik untuk berperan aktif dalam menyelesaikan
tugas dan kewajiban-kewajiban mereka sehingga tanggung
jawab itu akan menjadi tugas bersama, bukan semata bagi
peserta didik yang melanggar.
Guru juga harus memberikan teladan yang baik
mengenai cara bertanggung jawab. Disiplin waktu dan
mengapresiasi peserta didik merupakan sebagian cara guru
dalam menunjukan rasa tanggung jawabnya sebagai
pendidik.
b) Menembus kesalahan saat berbuat salah
Cara lain untuk menumbuhkan sikap tanggung
jawab dalam diri peserta didik adalah mengajarkan
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
11
kepadanya agar siap menembus kesalahan ketika ia berbuat
salah. Hal ini akan mendorongya untuk meminta maaf atas
kesalahan yang dibuatnya sekaligus mengajarkan mengenai
nilai keadilan, yaitu bila ia melakukan kesalahan terhadap
seseorang, berarti ia telah merugikan orang tersebut
sehingga ia harus mampu bersikap adil dengan menembus
dan memperbaiki keslahannya.
c) Segala sesuatu mempunyai konsekuensi
Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa
segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki kosekuensi,
dan ia harus siap dengan segala konsekuensinya yang
ditimbulkan dari semua tindakannya. Dengan begitu, guru
juga mengenalkan dan mengajarkan bahwa peserta didik
harus bisa lebih bertanggung jawab dalam segala
tindakannya.
d) Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab
Hendaknya guru sering kali berdiskusi mengenai
pentingnya tanggung jawab dalam kehidupan. Tentu saja
dalam hal ini, guru harus mencontohkan secara nyata
kepada peserta didik, sehingga ia dapat belajar secara
langsung dari sesuatu yang ia lihat pada gurunya.
Meskipun demikian, guru mesti mengajarkan
peserta didik tentang tanggung jawab secara perlahan sesuai
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
12
dengan perkembangannya. Guru juga perlu memberikan
penghargaan yang sewajarnya kepada peserta didik apabila
ia berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya dengan penuh tanggung jawab.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari, manusia
melakukan banyak kegiatan yang merupakan gejala belajar.
Belajar dilakukan manusia sejak lahir sampai lanjut usia. Menurut
Hamalik (2007: 36), belajar adalah merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan.
Menurut Hamalik (2011: 27), belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanyamengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan. Proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang,
tidak dapat dilihat, namun dapat ditentukan dengan cara
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
13
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung.
Menurut Syah (2010: 87), belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang berwujud pribadi,
fakta, konsep, atau teori melalui pengalaman yang didapatkan
individu secara pribadi, yang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku atau penampilan pada diri seseorang. Perubahan
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pengetahuan,
sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan,
dan aspek lain yang ada pada individu terhadap pembelajaran
Bahasa Indonesia.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
14
b. Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat prenial dalam sejarah kehidupan manusia,
karena sepanjang rentang kehidupannya selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi belajar adalah hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
Syah (2010: 148) prestasi belajar adalah mengungkapkan
hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis
Dalam penelitian prestasi belajar merupakan hasil usaha
belajar yang dicapai seseorang siswa berupa suatu kecakapan dari
kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu
yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar mempunyai
beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
15
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “ tendesi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong bagi peserta didik dalam meningfkatkan ilmu
pengetahuan dan psikologi, dan berperan sebagai umpan balik
(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intrn dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan releven pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta
didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena
peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
16
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Mulyasa (2006: 90) faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar sebagai berikut:
1) Pengaruh Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial
dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar
manusia yang terjadi dalam berbagai situasi social. Ke dalam
faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan
masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial
adalah faktor- faktor lingkungan yang bukan sosial seperti
lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah,
lingkungan belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan
sebagainya.
2) Pengaruh Faktor Internal
Brata dalam Mulyasa (2010: 193) mengklasifikasikan
faktor internal mencakup:
a) faktor- faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani
atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan
fungsi- fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, dan
b) faktor- faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti
intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
17
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap tinggi rendah prestasi belajar.
Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil
belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung
pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak
akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi
tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat
hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensi rendah,
maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah.
Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf
prestasi belajar di sekolah kurang , pastilah taraf
intelegensinya kurang, karena banyak faktor lain yang
mempengaruhinya.
e. Usaha Peningkatan Prestasi Belajar
Menurut Mulyasa (2010: 195) terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar, antara
lain sebagai berikut:
1) Keadaan jasmani
2) Keadaan sosial emosional
3) Lingkungan
4) Memulai pelajaran
5) Membagi pekerjaan
6) Kontrol
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
18
7) Sikap yang optimis
8) Menggunakan waktu
9) Cara mempelajari buku
10) Mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.
3. Bahasa Indonesia
a. Pengertian Bahasa
Menurut Keraf dalam sastra (wismasastra.wordpress.com),
memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan
bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa
adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal
(bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
b. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya
sehari setelah proklamasi, bersamaan dengan pemberlakuan konstitusi.
Dilihat dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia
adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu Riau. Dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia mengalami perubahan akibat penggunanya sebagai bahasa
kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
19
pembakuan sejak awal abad XX. Sejak dicanangkan Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928, nama bahasa Indonesia telah mufakat dipilih
untuk menghindari kesan imperialisme bahasa, apabila nama bahasa
Melayu tetap digunakan. Proses ini kemudian menyebabkan
perbedaan bahasa Indonesia saat ini dengan varian bahasa Melayu
yang digunakan di Riau maupun semenanjung Malaya. Sampai saat
ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih 90% warga
Indonesia, bahasa Indonesia tidak menjadi bahasa ibu bagi
kebanyakan warga Indonesia. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah saru dari 748 bahasa daerah yang ada. Penutur
bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari atau
mencampurpadukkan dengan dialek Melayu atau bahasa ibu daerah
masing-masing. Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan
sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat
lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik, sehingga
dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga
Indonesia (id.wikipedia.org).
c. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Menurut KTSP
Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan semua jenjang
pendidikan formal. Dengan demikian, diperlukan standar kompetensi
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
20
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memadai dan efektif sebagai
alat komunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan
alat pemersatu bangsa (Muslich, 2011: 115).
Di sekolah dasar, mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
diberikan kepada siswa, harus memiliki pendekatan dan
pengorganisasian materi yang jelas. Guna menentukan pendekatan
yang dipakai dan pengorganisasian materi pembelajaran, harus dilihat
dari fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi, kecenderungan
siswa sekolah dasar, perkembangan bahasa siswa sekolah dasar, dan
posisi Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang strategis.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar secara
umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi
mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut harus mendapat porsi
yang seimbang dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu
(Muslich, 2011: 115).
d. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 1
Adapun silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
Menulis Teks Percakapan dengan Memperhatikan Penggunaan Tanda
Baca adalah sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
21
Tabel 2.1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI
Semester I SD Negeri 1 Rawalo
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
b. Menulis
(Mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi
secara tertulis dalam bentuk
formulir, ringkasan, dan
dialog.)
4.3 Menyusun percakapan
tentang berbagai topik dengan
memperhatikan penggunaan
ejaan.
4. Menulis
a. Pengertian Menulis
Menurut Muchlisoh (1993: 261), menulis ialah suatu kegiatan atau
aktivitas dari seorang penulis untuk menyampaikan suatu gagasan secara
tidak langsung kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan
lambang grafik yang dapat dipahami oleh penulis dan pembaca. Sehingga
terjadilah komunikasi tidak langsung di antara penulis dan pembaca.
Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3), menulis adalah suatu
kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
22
Menurut Tarigan (2008: 3), menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini,
penulis harus lah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,
tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur.
Menurut Hamer, J (2004: 4) how people write, because writing is used for a wide variety of purpose it is produced in many different forms. The shopping list below, for example, written over a couple of day as shortages in the kitchen were noticed, is a type of writing that many people (who might not think of themselves as writers) do, as a matter of course. In all of these cases it is sugegested that the process has four main elements: planning, drafting, editing (reflecting and revising), final version. Maknanya kurang lebih bagaimana orang menulis, karena menulis digunakan untuk berbagai macam tujuan di dalam pebedaan bentuk. Menulis terdiri dari beberapa komponen yaitu, perencanaan untuk menulis, konsep, memperbaiki naskah tulisan dan yang terakhir adalah terjemahan terakhir atau konsep terakhir.
b. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa
Nurgiyantoro (2001: 296) berpandangan, aktivitas menulis
merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan yang
paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan menyimak,
berbicara, dan membaca. Dibandingkan tiga kemampuan berbahasa lain,
kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa
yang bersangkutan sekaligus. Hal itu disebabkan karena kemampuan
menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur
di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Unsur bahasa
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
23
maupun unsur isi harus terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan
tulisan yang runtut dan padu.
Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis mutlak
dibutuhkan. Tidak terlalu berlebihan, bila dikatakan bahwa keterampilan
menulis merupakan ciri dari orang atau bangsa yang terpelajar.
Segubungan dengan hal ini, seorang penulis mengatakan:
Menulis dipergunakan orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan, atau memberitahukan, dan mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti ini, hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas; kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. (Morsey dalam Tarigan, 2008: 4).
c. Hubungan Keterampilan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang
Lain
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek bahasa tersebut saling
berkaitan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
hubungann antarkeempat keterampilan berbahasa tersebut, dapat dilihat
dari tabel berikut:
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
24
Tabel 2.2 Hubungan Empat Keterampilan Berbahasa
Keterampilan
Berbahasa
Lisan dan
Langsung
Tertulis dan
Tidak Langsung
Aktif reseptif
(menerima pesan)
Menyimak Membaca
Aktif produktif
(menyampaikan pesan)
Berbicara Menulis
Berdasarkan tabel di atas, hubungan antaraspek keterampilan
berbahasa menjadi jelas. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.7-1.8),
hubungan menulis dengan keterampilan berbahasa yang lain, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Hubungan Menulis dengan Membaca
Menulis dan membaca adalah kegiatan kegiatan berbahasa
tulis. Pesan yang disampaikan oleh penulis diterima oleh pambaca,
dijembatani oleh lambang bahasa yang dituliskan. Kegiatan
membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan
penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis. Penulis
sebagai pembaca, artinya ketika aktivitas menulis berlangsung,
maka penulis membaca tulisannya sendiri, sambil membayangkan
dirinya sebagai pembaca yang melihat dan menilai apakah tulisan
tersebut telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada bagian
yang tidak layak saji, serta apakah tulisan tersebut menarik dan
enak dibaca? Selain itu, penulis juga membaca karya penulis lain
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
25
untuk memperoleh ide dan informasi, menemukan, memperjelas,
dan memecahkan masalah, juga mempelajari cara penuli lain dalam
menyajikan dan mengemas tulisannya. Sementara pembaca sebagai
penulis, artinya ketika berlangsung aktivitas membaca, maka
pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh penulis.
Pembaca menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan
antargagasan, kejelasan uraian, mengorganisasikan bacaan,
memecahkan masalah, dan memperbaiki kesimpulan bacaannya.
2. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Sewaktu menulis, seorang penulis membutuhkan inspirasi,
ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal itu dapat diperoleh dari
berbagai sumber tercetak, seperti buku, jurnal, majalah, laporan,
dan surat kabar, atau juga dari sumbet tak tercetak, seperti, televisi,
radio, wawancara, pidato, obrolan, dan ceramah. Jika dari sumber
tercetak, informasi itu diperoleh dengan cara membaca, sedangkan
dari sumber tak tercetak, informasi itu diperoleh dengan cara
menyimak. Melalui menyimak, penulis tidak hanya memperoleh
ide atau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata
saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hati, yang akan
berguna untuk aktivitas menulis.
3. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Menulis dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa
yang bersifat aktif-produktif. Artinya, penulis dan pembicara
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
26
berperan sebagai penyampai atau pengirim pesan kepada pihak
lain. Keduanya harus mengambil sejumlah keputusan berkaitan
dengan topik, tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan, serta
cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi sasaran (pembaca atau
pendengar) dan corak teksnya (eksposisi, deskripsi, narasi,
argumentasi, dan persuasi).
d. Model Penilaian Pembelajaran Menulis
Menurut Machmoed dalam Nurgiyantoro (2001: 305), penilaian
hasil pembelajaran menulis secara holistis memang diperlukan. Akan
tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat
memperoleh informasi yang lebih terperinci tentang kemampuan siswa
untuk keperluan diagnostik edukatif, penilaian hendaknya sekaligus
disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan
pendekatan analitis akan merinci ke karangan yang satu dengan yang
lain. Hal tersebut terjadi, karena kategori penilaian disesuaikan dengan
jenis karangan. Meski begitu, hendaknya kategori-kategori yang pokok
meliputi (i) kualitas dan ruang lingkup, (ii) organisasi dan penyajian isi,
(iii) gaya dan bentuk bahasa, (iv) mekanik (tata bahasa, ejaan, tanda
baca), dan (v) respons afektif guru terhadap karya tulis. Penerapan model
penilaian analisis dengan kelima kategori tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan skala, misalnya skala 1 sampai 10.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
27
5. Percakapan
a. Pengertian Percakapan
Menurut Nur’aini (2008: 36-37), percakapan adalah pembicaraan
antara dua orang atau lebih mengenai suatu hal. Percakapan mempunyai
banyak tujuan. Ada orang bercakap-cakap untuk urusan bisnis, sekolah,
bermain, dan hiburan. Percakapan itu dapat dilakukan saat belajar di
sekolah, bermain, saat nonton televisi bersama keluarga, saat wawancara,
atau saat bermain drama.
Saat menyusun percakapan, harus menentukan masalahnya
terlebih dahulu. Kemudian menentukan pihak-pihak yang melakukan
percakapan. Dalam penyusunan percakapan, harus menentukan susunan
kalimat serta pilihan kata yang sesuai. Selain hal-hal di atas, yang
perhatikan adalah penggunaan ejaan.
Percakapan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanya
jawab. Sebagai contoh, para siswa mengadakan dialog atau percakapan
dengan para pelajar dari Malaysia. Parcakapan juga dapat dipakai dalam
pembelajaran drama yang disebut dengan naskah.
Selain itu teks percakapan sebaiknya menggunakan kalimat-kalimat
pendek dan dialog itu sendiri tidak terlalu panjang. Dengan demikian
anak-anak akan mudah mengingat teks percakapan tersebut sewaktu
mereka akan mengekspresikan percakapan tersebut.
b. Hal –hal yang Berkaitan dengan Ejaan yang Harus Diperhatikan pada saat
Menyusun Percakapan
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
28
Menurut Nur’ani (2008: 37), hal-hal yang berkaitan dengan ejaan
yang harus diperhatikan pada saat menyusun percakapan sebagai berikut:
1) Judul di bagian tengah dengan huruf kapital.
2) Nama penulis di bawah judul.
3) Penulisan nama tokoh diawali huruf besar.
4) Terdapat tanda titik dua setelah nama tokoh.
5) Terdapat kata dengan huruf kapital pada awal kalimat.
c. Fungsi Penggunaan Tanda Baca Titik Dua
Menurut Nur’aini (2008: 37), fungsi penggunaan tanda titik dua
adalah sebagai berikut:
1) Tanda titik dua dipakai di akhir pernyataan lengkap jika diikuti
penjelasan.
Contoh: Ibu membeli bahan makanan: beras, gandum, sayur, dan
buah.
2) Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan penjelasan.
Contoh: Ketua : Iwan Setyawan
Sekretaris : Rika Damayanti
Bendahara : Ela Lusiana
3) Dipakai dalam teks sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ”Bawa kopor ini, Mir!”
Mira : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk).
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
29
Ibu : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar).
Mira : “Ya, Bu.”
Ibu : “Terima kasih, Mira.”
6. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode
Menurut Suyatno (2009: 26), metode pembelajaran merupakan
jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam
berbagai metode pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran
yang difokuskan pada pencapaian tujuan. Dari metode, teknik
pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung. Satu metode dapat diaplikasikan melalui
berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara konkret yang dipakai
saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik
meskipun dalm koridor metode yang sama. Bungkus dari penerapan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model
pembelajaran.
b. Metode Partisipatori
Menurut Suyatno (2009: 44-45), metode pembelajaran
partisipatori adalah metode yang menekankan keterlibatan siswa secara
penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa
didudukan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa
dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
30
atau fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, menurut
Suyatno (2009: 44-45) partisipatori beranggapan bahwa:
a. Setiap siswa adalah unik. Setiap siswa mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan
penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus
diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang.
b. Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak
terlalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus
dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak.
c. Dunia anak adalah dunia bermain.
d. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku
sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga
aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan
dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh
dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks
siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Suyatno (2009: 44-45), metode pendidikan partisipatori
mempunyai ciri-ciri pokok: (i) belajar dari realitas atau pengalaman, (ii)
tidak menggurui, dan (iii) dialogis.
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam
kegiatan belajar mengajar. Prinsip utama adalah siswa atau peserta didik
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
31
memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik-teknik belajar, dan
berperilaku belajar. Dari sisi guru, ia harus menguasai metode dan teknik
pembelajaran, memahami materi, berperilaku membelajarkan anak didik.
Menurut Sudjana dalam Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui
Pembelajaran Partisipatif (ppsuika.ac.id), memaparkan enam tahapan
kegiatan yang berurutan dalam pelaksanaan pembelajaran partisipatif,
yaitu pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan dan sumber serta
kemungkinan hambatan, perumusan tujuan belajar, penyusunan program
kegiatan belajar; pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
a. Tahap pembinaan keakraban
Tahap ini bertujuan membangun sebuah kondisi agar peserta
didik siap melakukan kegiatan pembelajaran. Terciptanya suasana
yang akrab di antara peserta didik memungkinkan dikembangkan
sikap terbuka, saling mempercayai, dan saling menghargai. Dalam
kegiatan belajar (diskusi), siswa diberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan sehingga
ia merasa kehadirannya dihargai. Apabila langkah ini berjalan dengan
baik, siswa akan merasa bahwa keberadaan dirinya tidak sia-sia.
Penulis yakin dalam diri siswa akan tertanam konsep diri positif.
Dengan demikian ia siap untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
32
b. Tahap Identifikasi Kebutuhan, Sumber dan Hambatan
Tahap ini pendidik melibatkan siswa mengenali, menyatakan,
dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan
hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan belajar. Tujuan
adalah memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar itu dirasakan
menjadi miliknya. Siswa harus didorong untuk menyatakan kebutuhan
belajar, pengalaman belajar seperti apa yang mereka inginkan. Jika
langkah ini berjalan dengan baik, siswa akan merasa bahwa apa yang
menjadi kebutuhannya bisa terpenuhi. Dengan demikian dalam siswa
ada sense of belonging terhadap apa yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran. Rasa memiliki merupakan salah satu indikator bahwa
seseorang mempunyai konsep diri positif.
c. Tahap Perumusan Tujuan Belajar
Kegiatan dalam tahap ini ditandai oleh keikutsertaan peserta
didik dalam menentukan tujuan belajar yang akan dicapai. Perumusan
tujuan belajar atau hasil belajar untuk memotivasi peserta didik.
Tujuan belajar berfungsi pula sebagai pengarah kegiatan belajar dan
sebagai tolok ukur efektivitas pembelajaran. Dalam kurikulum 2004
dinamakan dengan kompetensi, sedangkan menurut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dinamakan dengan indikator. Melalui
tujuan belajar yang jelas dan terarah, apalagi siswa juga dilibatkan
dalam merumuskan tujuan itu, maka siswa merasa bahwa semua
aktifitas yang akan dilaksanakan adalah dalam rangka mencapai
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
33
tujuan yang telah ditentukan sendiri. Dalam tataran yang lebih luas,
siswa akan mampu menentukan tujuan hidup yang akan dicapai.
d. Tahap Penyusunan Program Kegiatan Belajar
Tujuan yang terkandung dalam tahap kegitan ini adalah supaya
peserta didik dapat memiliki pengalaman bersama dalam menyatakan,
memilih, menyusun, dan menetapkan program kegiatan belajar yang
akan mereka tempuh. Penyusunan program kegiatan belajar dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran seperti
diskusi kelompok, analisis tugas, simulasi, presentasi. Konsep diri
yang terbentuk dalam tahap ini adalah, siswa bertanggung jawab atas
pilihan berbagai program dan kegiatan yang telah ditentukan bersama.
e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditandai oleh
keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan kagiatan pembelajaran.
Keiikutsertaannya diindikasikan melalui tugas dan tanggung jawab.
Tugas peserta didik adalah belajar, sedangkan tanggung jawabnya
melibatkan diri secara intens dalam proses pembelajaran sesuai
kesepakatan bersama pada saat penyusunan program. Teknik-teknik
pembelajaran yang dapat digunakan dalam tahap ini misalnya dengan
tanya jawab, diskusi, analisis masalah, studi kasus, kunjungan studi,
simulasi, bermain peran. Konsep diri yang terbentuk melalui tahap ini
adalah, siswa mengerti dan menginternalisasikan dalam dirinya apa
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
34
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Siswa tahu apa yang
harus diperbuat.
f. Tahap Evaluasi
Kegiatan pembelajaran pada tahap ini ditandai dengan
keterlibatan peserta didik dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya
mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data atau informasi
mengenai kegiatan pembelajaran sebagai masukan untuk mengambil
keputusan. Aspek kegiatan yang dinilai meliputi proses, hasil, dan
pengaruh kegiatan pembelajaran. Penilaian terhadap proses bertujuan
untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan rencana yang telah ditetapkan. Penilaian hasil
mencakup perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai yang telah diperoleh perserta didik. Penilaian
pengaruh untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar mempunyai
dampak terhadap kehidupan peserta didik.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam jurnal Solehaty (2009), mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Pendidikan Indonesia dalam penelitian yang berjudul Upaya
Meningkatkan Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama dengan
Menggunakan Teknik Partisipatif pada Siswa Kelas XI IPA 2 MAN Cililin
Tahun Ajaran 2009/2010, membuktikan bahwa dengan teknik partisipatif
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
35
siswa kelas XI IPA 2 MAN Cililin mencapai peningkatan kemampuan siswa
dalam pembelajaran menulis kreatif drama dapat tercapai sebanyak 80%.
C. Kerangka Berpikir
Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor
yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan
mengorganisir peserta didik. Guru sebagai pemegang kendali di kelas,
mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
mencari model atau metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh
besar pada pola pikir siswa dalam peningkatan rasa tanggung jawab dan
prestasi belajar siswa, yaitu dengan menggunakan variasi metode
pembelajaran, diantaranya dengan metode partisipatori.
Penggunaan metode partisipatori menarik untuk digunakan jika
materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Dengan strategi ini
diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.
Berdasar uraian di atas peneliti berpendapat bahwa keterkaitan
siswa akan sebuah materi yang dipelajari merupakan modal awal mencapai
keberhasilan. Keterkaitan tersebut akan menjadikan sebuah pemicu
munculnya hasil yang baik, yaitu dengan mengarahkan siswa pada sesuatu
yang baru, praktis, sesuai pada pengalaman yang nyata. Apabila dalam diri
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
36
Kondisi Awal Siswa
siswa sudah tertanam motivasi yang besar, maka dengan sendirinya siswa
tersebut akan mudah dan penuh sadar melakukan sesuatu guna mencapai hasil
yang diharapkan.
Untuk mendapatkan hasil memuaskan, guru dituntut menyajikan
materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan
tidak membosankan dengan model pembelajran yang variatif. Penggunaan
metode partisipatori akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM
yang diinginkan. Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan
dibawah ini:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Tanggung jawab dan Prestasi belajar
rendah PTK (2 siklus, 4 pertemuan)
Metode Partisipatori
Kondisi setelah melaksanakan PTK
Tanggung jawab dan Prestasi belajar
meningkat
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
37
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka dalam
penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Peningkatan rasa tanggung jawab siswa kelas VI SD Negeri 1 Rawalo
Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2012/2013
pokok bahasan menulis teks percakapan dapat ditingkatkan melalui
metode partisipatori.
2. Prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Rawalo Kecamatan Rawalo
Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2012/2013 pokok bahasan menulis
teks percakapan dapat ditingkatkan melalui metode partisipatori.
Upaya Meningkatkan Tanggung..., Deni Pramitasari, FKIP UMP, 2013
Top Related