BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ISPA
Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai
dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga otitis
edia), dan radang tenggorokan (faringitis).
Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi
penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan
tidak segera ditangani.
2.2. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan
golongannya umur yaitu :
a. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya :
1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paruparu (alveoli).
2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold),
radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga
(otitis media).
3
b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan
golongan umur yaitu:
1) Untuk anak usia 2-59 bulan :
a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali
permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit
untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan
frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk
usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast breathing)
dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere
hest indrawing).
2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :
a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali
permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60
kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada
tanpa nafas cepat.
4
2.3. Etiologi ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
2.4. Cara penularan
ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air
conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi
virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi
sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan
mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga
dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga
sinus (WHO, 2008).
2.5. Pertolongan pertama penderita ISPA
Menurut Benih (2008), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa
hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA yaitu :
5
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari empat
kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain
dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain
itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
6
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan hidung pada saat
pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan di rumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan
setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
2.6. Pencegahan ISPA
Menurut Benih (2008), pencegahan ISPA ada empat yaitu :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
b. Melakukan immunisasi
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
2.7. Tanda dan Gejala ISPA
Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala
seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
7
2.7.1. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C
2.7.2. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan
kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih
untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan – <5 tahun.
b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
2.7.3. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
8
d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah
2.8. Epidemiologi Penyakit ISPA
2.8.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit ISPA
Epidemiologi penyakit ISPA yaitu mempelajari frekuensi, distribusi
penyakit ISPA serta Faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhinya.
Dalam distribusi penyakit ISPA ada 3 ciri variabel yang dapat dilihat yaitu
variabel orang (person), variabel tempat (place), dan variabel waktu (time).
a. Menurut Orang (person) ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Daya
ahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem
pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila di dalam satu rumah ada anggota
keluarga terkena pilek, anak-anak akan lebih mudah tertular. Dengan
kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih
cepat. ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita di
Indonesia. Menurut para ahli hampir semua kematian ISPA pada bayi dan
balita umumya disebabkan oleh ISPA bawah. Infeksi Saluran Pernafasan
atas Akut (ISPaA) mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil,
tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media yang merupakan
penyebab ketulian sehingga dapat mengganggu aktifitas belajar pada anak.
Berdasarkan data SKRT 2001, menunjukkan bahwa proporsi ISPA sebagai
penyebab kematian bayi < 1 tahun adalah 27,6% sedangkan proporsi ISPA
sebagai penyebab kematian anak balita 22,68%.
Hasil survei program P2ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara
Barat) selama kurun waktu 2000-2002 prevalensi ISPA terlihat
9
berfluktuasi, tahun 2000 prevalensi sebesar 30,1% (479.283 kasus), tahun
2001 prevalensi sebesar 22,6% (620.147 kasus) dan tahun 2002 pervalensi
menjadi 22,1% (532.742 kasus)
b. Menurut Tempat (place)
ISPA masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju
maupun negara berkembang. Dalam satu tahun rata-rata seorang anak di
pedesaan dapat terserang ISPA tiga kali, sedangkan daerah perkotaan
sampai enam kali.
Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan
ISPA di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin
disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran
lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa.
c. Menurut Waktu (time)
Berdasarkan Data SKRT (1986-2001), bahwa proporsi kematian
karena ISPA di Indonesia pada bayi dan balita menunjukkan penurunan
dan peningkatan yaitu pada bayi pada tahun 1986 dengan PMR 18,85%,
tahun 1992 PMR 36,40%, tahun 1995 PMR 32,10% dan tahun 2001 PMR
27,60%. Sementara pada balita pada tahun 1986 PMR 22,80%, tahun 1992
PMR 18,20%, tahun 1995 PMR 38,80% dan tahun 2001 PMR 22,80%.
10
Top Related