BAB II ispa

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ISPA Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga otitis edia), dan radang tenggorokan (faringitis). Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan tidak segera ditangani. 2.2. Klasifikasi ISPA Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur yaitu : a. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya : 3

Transcript of BAB II ispa

Page 1: BAB II ispa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ISPA

Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi saluran

pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai

dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga otitis

edia), dan radang tenggorokan (faringitis).

Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan

sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi

penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan

tidak segera ditangani.

2.2. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan

golongannya umur yaitu :

a. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan

paruparu (alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold),

radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga

(otitis media).

3

Page 2: BAB II ispa

b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan

golongan umur yaitu:

1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali

permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit

untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan

sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan

frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk

usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast breathing)

dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere

hest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali

permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60

kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada

tanpa nafas cepat.

4

Page 3: BAB II ispa

2.3. Etiologi ISPA

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus,

Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus

penyebabnya antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus,

Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain (Depkes RI, 2000).

2.4. Cara penularan

ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air

conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi

virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi

lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi

sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit

polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan

mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga

dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga

sinus (WHO, 2008).

2.5. Pertolongan pertama penderita ISPA

Menurut Benih (2008), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa

hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang

menderita ISPA yaitu :

5

Page 4: BAB II ispa

a. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari empat

kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya, tablet

dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.

Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain

dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es).

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan

tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap

atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan

Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi

muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d. Pemberian minuman

Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain

itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

6

Page 5: BAB II ispa

e. Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan hidung pada saat

pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari

komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama

perawatan di rumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang

mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan

setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk

pemeriksaan ulang.

2.6. Pencegahan ISPA

Menurut Benih (2008), pencegahan ISPA ada empat yaitu :

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik

b. Melakukan immunisasi

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

2.7. Tanda dan Gejala ISPA

Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala

seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.

7

Page 6: BAB II ispa

2.7.1. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau

lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a. Batuk

b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)

c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C

2.7.2. Gejala dari ISPA Sedang

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari

ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur

kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan

kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih

untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12

bulan – <5 tahun.

b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)

c. Tenggorokan berwarna merah

d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

2.7.3. Gejala dari ISPA Berat

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala

ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai

berikut :

a. Bibir atau kulit membiru

b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

8

Page 7: BAB II ispa

d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas

e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

f. Tenggorokan berwarna merah

2.8. Epidemiologi Penyakit ISPA

2.8.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit ISPA

Epidemiologi penyakit ISPA yaitu mempelajari frekuensi, distribusi

penyakit ISPA serta Faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhinya.

Dalam distribusi penyakit ISPA ada 3 ciri variabel yang dapat dilihat yaitu

variabel orang (person), variabel tempat (place), dan variabel waktu (time).

a. Menurut Orang (person) ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Daya

ahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem

pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila di dalam satu rumah ada anggota

keluarga terkena pilek, anak-anak akan lebih mudah tertular. Dengan

kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih

cepat. ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita di

Indonesia. Menurut para ahli hampir semua kematian ISPA pada bayi dan

balita umumya disebabkan oleh ISPA bawah. Infeksi Saluran Pernafasan

atas Akut (ISPaA) mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil,

tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media yang merupakan

penyebab ketulian sehingga dapat mengganggu aktifitas belajar pada anak.

Berdasarkan data SKRT 2001, menunjukkan bahwa proporsi ISPA sebagai

penyebab kematian bayi < 1 tahun adalah 27,6% sedangkan proporsi ISPA

sebagai penyebab kematian anak balita 22,68%.

Hasil survei program P2ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara

Barat) selama kurun waktu 2000-2002 prevalensi ISPA terlihat

9

Page 8: BAB II ispa

berfluktuasi, tahun 2000 prevalensi sebesar 30,1% (479.283 kasus), tahun

2001 prevalensi sebesar 22,6% (620.147 kasus) dan tahun 2002 pervalensi

menjadi 22,1% (532.742 kasus)

b. Menurut Tempat (place)

ISPA masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju

maupun negara berkembang. Dalam satu tahun rata-rata seorang anak di

pedesaan dapat terserang ISPA tiga kali, sedangkan daerah perkotaan

sampai enam kali.

Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan

ISPA di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin

disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran

lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa.

c. Menurut Waktu (time)

Berdasarkan Data SKRT (1986-2001), bahwa proporsi kematian

karena ISPA di Indonesia pada bayi dan balita menunjukkan penurunan

dan peningkatan yaitu pada bayi pada tahun 1986 dengan PMR 18,85%,

tahun 1992 PMR 36,40%, tahun 1995 PMR 32,10% dan tahun 2001 PMR

27,60%. Sementara pada balita pada tahun 1986 PMR 22,80%, tahun 1992

PMR 18,20%, tahun 1995 PMR 38,80% dan tahun 2001 PMR 22,80%.

10