8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
1/11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi prioritas
mempertahankan homeostasis dalam tubuh sehingga terciptanya keseimbangan
yang optimal untuk kelangsungan hidup dan berfungsinya sel sel. Ginjal
mempertahankan homeostasis dengan cara mengatur konsentrasi banyaknya
konstituen plasma, terutama air dan elektrolit, serta mengeleminasi zat zat yang
tidak diperlukan atau berlebihan dalam urin. Gagal ginjal dinyatakan terjadi jika
fungsi dari kedua ginjal tersebut mengalami gangguan sehingga ginjal tidak
mampu menjalankan fungsi regulatorik dan ekskretorik untuk mempertahankan
homeostasis (Sherwood, 2011: 591).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit renal tahap akhir (End Stage Renal
Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progesif dan irreversibledimana
kemampuan tubuh tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit
dan menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Smeltzer & Bare, 2002: 1448). Ginjal yang sehat berfungsi untuk mengeluarkan
zatzat toksik dan limbah hasil dari metabolisme tubuh. Kasus GGK tidak dapat
membuang toksik dan limbah metabolisme yang beredar dalam darah sehingga
perlu dilakukan dialisis (Smeltzer & Bare, 2002: 1449).
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
2/11
Komplikasi gagal ginjal kronik disebabkan oleh akumulasi berbagai zat yang
normalnya diekskresi oleh ginjal, serta produksi vitamin D dan eritropietin yang
tidak adekuat oleh ginjal. Sindrom uremikmengacu pada komplikasi gagal ginjal
kronik seperti anemia, kebingungan (confusion), koma, asteriksis, kejang, efusi
pericardium, gatal, dan penyakit tulang. Terapi dialisis atau penggantian fungsi
ginjal dapat memperbaiki masalah masalah ini, namun pasien dengan penyakit
ginjal stadium akhir memiliki prevalensi morbiditas dan mortalitas yang lebih
tinggi daripada populasi lainnya (OCallagaghan, 2007: 92)
Penderita GGK semakin meningkat secara signifikan prevalensinya dalam 10
tahun terakhir. WHO (World Health Organization) menaksirkan di Indonesia akan
terjadi peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 19952025 sebesar 41,4%.
Menurut United State Renal Data System(USRDS) cit. Sudoyo dkk (2009: 1035)
di Amerika Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal kronis mengalami peningkatan
sebesar 2025% setiap tahunnya. Peningkatan serupa terjadi di Kanada, menurut
Canadian Institute for Helath Information(CIHI) cit. Prodjosudji dan Suhardjono
(2009) insidensi penyakit gagal ginjal tahap akhir meningkat rata rata 6,5%
setiap tahunnya dengan peningkatan prevalensi 69,7% sejak tahun 1997. Tahun
2011 di Indonesia terdapat 15.353 pasien baru yang menjalani hemodialisa dan
pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani HD dintaranya
sebanyak 4.268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19.621 pasien yang
baru menjalani HD sampai akhir tahun 2012 pada 244 unit hemodialisa di
Indonesia (Indonesian Renal Registry (IRR), 2013). Secara pasti, prevalensi
penderita gagal ginjal hingga kini belum sepenuhnya akurat dikarenakan belum
ada data yang lengkap mengenai jumlah penderita gagal ginjal kronis di Indonesia.
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
3/11
Tetapi diperkirakan, bahwa jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia semakin
meningkat.
Pasien yang menjalani hemodialisa terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, berdasarkan
kunjungan pasien tahun 2009 tercatat 2.511 kunjungan, pada tahun 2010 tercatat
3.897 kunjungan, artinya terjadi peningkatan sebanyak 1.386 kunjungan. Tahun
2013 sampai bulan Desember tercatat 5.421 kunjungan. Terdapat data pasien rutin
yang menjalani hemodialisa 126 pasien. Rata rata jumlah pasien yang
menjalani hemodialisa 40 orang setiap harinya, jadi terdapat sekitar 120 orang
yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta. Pasien menjalani hemodialisa sebanyak 2 kali dalam seminggu
selama 34 jam (Medical Record unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati
Bantul, 2013).
Hemodialisis (HD) merupakan terapi untuk menggantikan sebagian fungsi dari
ginjal. Hemodialisis merupakan salah satu terapi preventif untuk membersihkan
darah dari toksik dan limbah nitrogen. Bagi penderita gagal ginjal kronis,
hemodialisis dapat meminimalkan terjadinya kematian. Namun seyogyanya
hemodialisis tidak menyembuhkan, memulihkan fungsi ginjal dan belum mampu
mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang difungsikan oleh
renal, melainkan terapi ini hanya mampu mengganti fungsi renal yang rusak
(Smeltzer & Bare, 2002: 1398).
Tujuan terapi hemodialisis ialah membuang zat zat nitrogen yang sifatnya
merusak yang ada pada darah dan mengeluarkan elektrolit berlebih. Melalui proses
hemodialisis, aliran darah dan keping keping eritrosit yang penuh dengan zat
toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser (tempat darah
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
4/11
dibersihkan) dan setelahnya akan dikembalikan lagi ke tubuh. Hampir seluruh
komponen dialiser merupakan lempengan lempengan rata atau yang berisikan
ribuan tubulus selofan yang lembut yang bekerja sebagai membran
semipermeable. Peran tenaga kesehatan terutama perawat di unit dialisis memiliki
peranan yang penting dalam memberikan dukungan, pendidikan kesehatan,
pemantauan pola makan, diet dan tentunya asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien (Smeltzer & Bare, 2002: 1398).
Menurut Peckenpaylit cit. Situmorang (2009), meningkatnya angka obesitas,
diabetes dan hipertensi sangat mempengaruhi peningkatan resiko gagal ginjal.
Penanganan gagal ginjal tersebut seperti sebuah tindakan dalam fungsi, umumnya
hanya satu, tetapi banyak komponen nutrisi yang perlu dikontrol. Salah satunya
adalah pengaturan pola makan atau diet pada penderita gagal ginjal. Pengobatan
ini merupakan anjuran yang harus dipenuhi oleh setiap penderita gagal ginjal
selain terapi dialisis atau transplantasi ginjal. Pentingnya pengaturan pola
konsumsi pangan penderita gagal ginjal dilakukan untuk membantu mengurangi
kerja ginjal. Apabila pengaturan ini yang tidak dipatuhi maka dapat meningkatkan
angka mortalitas penderita gagal ginjal (Lumenta cit. Situmorang, 2009).
Hal tersebut diatas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan
pasien dalam menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit. Seperti hasil penelitian
yang dilakukan oleh Neliya (2012) tentang Hubungan Pengetahuan dengan
Asupan Cairan dan Cara Pengendalian Asupan Cairan Terhadap Penambahan
Berat Badan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. Sampel yang dijadikan subyek penelitian sebanyak 40
responden. Berdasarkan uji statistik Chi Square didapatkan hasil, ada hubungan
bermakna antara cara pengendalian asupan cairan terhadap penambahan berat
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
5/11
badan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dalam pengendalian asupan
cairan penting dalam menunjang kepatuhan klien dalam menjalani program terapi.
Kepatuhan pada penderita gagal ginjal kronik dalam menjalani program
dialisis menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Karena jika pasien tidak
patuh dalam menjalani program tersebut diatas, maka akan terjadi penumpukan zat
zat yang membahayakan tubuh, terutama metabolisme dalam darah. Jika hal ini
dibiarkan maka kemungkinan terburuk yang terjadi adalah kematian. Kepatuhan
adalah ketaatan pasien dalam melaksanakan tindakan terapi atau pengobatan.
Kepatuhan pasien berarti pasien harus meluangkan waktu dalam menjalani
pengobatan yang dibutuhkan. Ketidakpatuhan sebagai masalah medis yang berat,
dan oleh karena itu sejak tahun 1960 an penelitian terkait dengan kepatuhan
sudah dilakukan di negara negara industri. Ketidakpatuhan mengikuti dan
menjalankan rekomendasi pengobatan atau perawatan yang dianjurkan oleh dokter
merupakan masalah yang terbilang penting (Potter & Perry, 2006).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 15
Januari 2014 di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta. Tercatat 120 pasien yang menjalani hemodialisis secara rutin, rata
rata mereka menjalani terapi 2 3 kali seminggu selama 3 4 jam. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan pada 10 pasien yang menjalani hemodialisis bahwa
pasien mengerti tentang asupan dan pola makan, akan tetapi 6 pasien diantaranya
mengakui terkadang tidak mematuhi anjuran tersebut walaupun keluarga sudah
mengingatkan dan melarang. Rata rata pasien sulit untuk mengatur pola makan
karena ingin makan makanan yang lebih beragam seperti anggota keluarga dan
orang lain yang bebas makanan tanpa pantangan yang menyertai. Hal ini
menyebabkan pasien sering merasa sesak. Kelebihan protein dan cairan membuat
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
6/11
fungsi ginjal semakin menurun sehingga frekuensi menjalani terapi hemodialisa
semakin meningkat. Peningkatan frekuensi dalam menjalani hemodialisa tentunya
akan menambah biaya dan waktu serta dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam
menjalani terapi.
Berdasarkan penguraian latar belakang dan data yang diperoleh pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisa serta sejumlah penelitian terkait, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pola makan dengan
kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dalam menjalani hemodialisa di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
7/11
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah Adakah hubungan pola makan dengan kepatuhan pasien Gagal
Ginjal Kronik (GGK) dalam menjalani hemodialisa di RSUD Panembahan
Senopati Bantul? .
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan
kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dalam menjalani hemodialisa di
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendiskripsikan karakteristik pasien yang meliputi: umur, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, lama menjalani hemodialisa,
hemodialisa yang dilaksanakan tiap minggu, penghasilan yang menjalani
hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
b. Untuk mengetahui gambaran pola makan pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) dalam menjalani hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
c. Untuk mengetahui gambaran tentang kepatuhan pasien Gagal Ginjal
Kronik (GGK) dalam menjalani hemodialisa di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
d. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara pola makan dengan
kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dalam menjalani
hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
8/11
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
pada bidang ilmu kesehatan khususnya keperawatan medikal bedah mengenai
hubungan pola makan dan kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)
dalam menjalani hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit atau Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi satu masukan dalam meningkatkan mutu,
kualitas dan asuhan keperawatan pada pasien GGK dalam menjalani
hemodialisa.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah pustaka dan bahan kajian ilmiah, sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya mahasiswa Perguruan
Tinggi dan institusi lainnya terkait dengan hubungan pola makan dengan
kepatuhan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisa.
c. Bagi Pasien dan Keluarga
Sebagai upaya promotif, preventif dan antisipasi untuk menghindari
terjadinya komplikasi pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK).
d. Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman praktik keperawatan
khususnya keperawatan medikal bedah dan kedepannya dapat
diaplikasikan sesuai dengan prosedur dan ketentuan mengenai hubungan
pola makan dengan kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dalam
menjalani hemodialisa.
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
9/11
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan telaah lebih lanjut dan
merupakan kesempatan bagi peneliti dalam mempraktekkan teori yang
telah diberikan dalam kuliah untuk kemudian diterapkan langsung pada
pasien GGK dan masyarakat pada umumnya.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang masih ada keterkaitannya dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, antara lain :
1. Situmorang (2009), Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian
ini bersifat deskriptif dengan design sekat silang (cross sectional) dengan
menggunakan sample yaitu pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebanyak 55 orang yang diambil
secara purposif sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh melalui wawancara, formulir food frekuensi, dan food recall 2 x 24
jam, selain data primer data sekunder didapatkan dari kantor bagan
pengembangan ilmiah di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa karakteristik berdasarkan umur 45 62 tahun
menunjukkan jumlah tertinggi. Pola makan, jenis, jumlah dan frekuensi belum
baik sehingga asupan energi, protein secara umum berada dalam kategoti tidak
baik, sedangkan asupan kalium dan natrium umumnya berada dalam kategori
tidak baik. Asupan air pada umumnya berada pada kategori lebih. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada
variabel penelitian, tempat penelitian, populasi dan sample penelitian.
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
10/11
Sedangkan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada
subjek penelitian.
2.
Sapri (2004), Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam
Mengurangi Asupan Cairan pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian non eksperimen dengan metode
deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data selain
menggunakan instrumen kuesioner yang dibagikan langsung kepada
responden, peneliti juga menggunakan angket untuk menganalisa kepatuhan
dalam mengurangi asupan cairan selama 3 hari berturut turut. Subjek
penelitian adalah penderita GGK yang menjalani hemodialisa. Total responden
sebanyak 52 orang dari jumlah populasi 61 orang dengan memakai
perhitungan sampel dengan jenis aksidental. Hasil penelitian ini memberikan
hasil bahwa dari 52 responden, didapatkan 67,3% penderita yang patuh dan
32,7% penderita yang tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel penelitian, tempat
penelitian, populasi dan sample penelitian. Sedangkan persamaannya dengan
penelitian yang akan dilakukan terletak pada subjek penelitian.
3. Rini (2012), Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
dalam Pembatasan Asupan Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dengan Hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional
dengan menggunakan sampel yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebanyak 82 orang
8/10/2019 BAB I Proposal Penelitian.docx
11/11
responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 41 orang responden
memiliki dukungan keluarga tinggi, sebanyak 29 responden patuh terhadap
pembatasan asupan cairan dan sisanya 12 orang responden tidak patuh
terhadap pembatasan asupan cairan. Hasil uji Chi Squere untuk kepatuhan
dalam pembatasan asupan cairan diperoleh nilai p = 0,832 > 0,05, berarti tidak
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan
asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak
pada variabel penelitian, tempat penelitian, populasi dan sample penelitian.
Sedangkan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada
subjek penelitian.
.