i Nengah Artana Proposal
-
Upload
filton-abraham-1117 -
Category
Documents
-
view
513 -
download
0
Transcript of i Nengah Artana Proposal
ANALISA PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU
TERHADAP KUALITAS BATAKO
( STUDI KASUS DI DUSUN GELIANG, DESA PEMPATAN,
KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM )
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
I NENGAH ARTANA
07.0123.0.03.009
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA (D/H MARHAEN)
DENPASAR 2010
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat beliaulah proposal skripsi yang berjudul ” Analisa Pengaruh
Kualitas Bahan Baku Terhadap Kualitas Batako ( Studi Kasus Di Dusun
Waringin, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ) “ ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Mengingat berbagai proses dalam penyusunan Proposal skripsi ini, penulis
menyadari bahwa proposal skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak mengenai
penyusunan proposal skripsi ini sehingga di lain kesempatan dapat lebih baik lagi
baik dalam materi dan penggunaan tata bahasa.
Melalui kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
Bapak Freddy Hendrawan selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian
Denpasar, 2010
Hormat Saya
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.4 Pembatasan Masalah ................................................................................... 3
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 3
1.6 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Proses Produksi ................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Produksi ................................................................................. 6
2.1.2 Jenis – Jenis Proses Produksi.................................................................... 6
2.1.3 Pengertian Proses Produksi ...................................................................... 6
2.1.4 Tujuan Produksi ....................................................................................... 12
2.2 Teori Sistem Produksi ................................................................................. 12
2.2.1 Pengertian Sistem Produksi ...................................................................... 12
2.3 Teori Persediaan ......................................................................................... 13
2.3.1 Pengertian Persediaan .............................................................................. 14
2.3.2 Fungsi – Fungsi Persediaan ...................................................................... 15
2.4 Teori Bahan Baku ....................................................................................... 16
2.4.1 Pengertian Bahan Baku ............................................................................ 17
2.5 Teori Kualitas ............................................................................................. 17
2.5.1 Pengertian Kualitas .................................................................................. 19
2.5.2 Standar Kualitas Batako ........................................................................... 19
2.5.3 Dimensi Kualitas ...................................................................................... 21
2.5.3.1 Dimensi Kualitas Untuk Industri Manufaktur ........................................ 23
2.6 Agregat Pasir .............................................................................................. 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ........................................................................ 27
3.2 Waktu Penelitian ......................................................................................... 27
3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 27
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 27
Daftar Gambar
Gambar Standar Kualitas Batako .................................................. 19
Daftar Tabel a. Tabel 2.5.2 Syarat Fisis Batako ...........................................................20
b. Tabel 2.5.2 Ukuran Standard an Toleransi ...........................................21
c. Tabel 2.5.3 Dua Persepektif Kualitas ...................................................23
d. Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir ...................................................26
ABSTRAK
Bangunan atau rumah sebagai tempat untuk berteduh dan melindungi diri
memerlukan suatu struktur yang kokoh dan kuat untuk menjamin kenyamanan,
keamanan, keselamatan, dll. Di dalam sebuah bangunan selain pondasi, dinding juga
memiliki peranan yamg sangat penting untuk menjamin kekuatan sebuah bangunan,
dimana bangunan – bangunan sekarang memakai bahan batako sebagai pasangan
dinding untuk menyempurnakan bangunan tersebut.
Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu – batuan yang
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,
semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambahan lainnya (
aditif ). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok – balok
dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran
yang digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batako merupakan
komponen non struktural yang disusun dari semen, pasir dan air. Bahan baku inilah
yang akan menentukan kekuatan dari batako yang dihasilkan. Untuk itu sangat
diperlukan adanya bahan baku yang berkualitas untuk memenuhi atau mencapai
batako yang berkualitas.
Berdasarkan pengamatan bahwa kualitas bahan baku akan sangat
mempengaruhi dari kualitas batako yang dihasilkan. Maka untuk itu, perencanaan dan
penyediaan bahan baku yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
dari proses produksi yang berkualitas.
Kata Kunci : Batako, Persediaan Bahan Baku, Kualitas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu kegiatan industri bisa di definisikan sebagai sebuah kegiatan dimana
kegiatan produksi akan berlangsung, dimana didalamnya terdapat berbagai aktivitas
untuk mengubah suatu masukan ( sumber daya manusia, material, energi, informasi,
dll ) menjadi sebuah produk keluaran ( produk jadi atau layanan ) yang memiliki
suatu nilai tambah.
Di dalam sebuah kegiatan industri akan ada namanya dengan Proses Produksi.
Proses Produksi adalah cara atau metode untuk menciptakan atau menambah guna
suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber yang ada. Dimana didalam
proses produksi ini akan terjadi sebuah proses perubahan bentuk ( transformasi )
dari input yang dimasukan baik secara fisik maupun non fisik. Dalam proses ini akan
terjadi apa yang disebut dengan pemberian nilai tambah ( value added ) dari input
material yang telah diolah. Penambahan nilai tersebut bisa ditinjau dari aspek
penambahan nilai fungsional maupun nilai ekonomisnya.
Proses Produksi atau bisa juga dikatakan sebagai sebuah proses transformasi
input menjadi output tidaklah bisa berlangsung dengan sendirian, karena akan
mengakibatkan proses produksi akan menjadi tidak terarah dan tidak terkendali.
Agar suatu kegiatan proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka
dalam hal ini perlu adanya sebuah sistem yang mampu memberi arah, mengevaluasi,
dll. Sistem ini disebut dengan Sistem Produksi. Dengan adanya suatu sistem
produksi yang terarah maka kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Produksi sebagai sebuah usaha untuk menghasilkan suatu barang ataupun jasa
tentunya membuat sebuah permasalahan baru yaitu tentang bagaimana bahan baku
mempengaruhi kualitas hasil produksi tersebut. Tentunya bahan baku yang
berkualitas menjadi permasalahan utama untuk mendapatkan hasil produksi yang
berkualitas. Salah satunya yaitu bahan batako yang digunakan dalam dalam
pembangunan memerlukan bahan baku yang berkualitas. Batako adalah salah satu
bahan bangunan yang berupa batu – batuan yang pengerasannya tidak dibakar
dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam
pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambahan lainnya ( aditif ). Kemudian
dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok – balok dengan ukuran
tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran yang
digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batako merupakan komponen
non struktural yang disusun dari semen, pasir dan air.
Melihat hal tersebut maka diperlukan adanya sebuah penelitian untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari bahan baku terhadap kualitas batako yang
dihasilkaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan wawancara
langsung ketempat objek penelitian yang beralamat di Dusun Geliang, Desa
Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya dalam pembuatan batakon yang
memiliki kualitas yang baik.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalahnya adalah sebagi
berikut :
a. Bahan baku pasir yang berkualitas sulit didapatkan.
b. Pembangunan pada saat ini saangat berkembang pesat sehingga dibutuhkan bahan
baku bangunan yang berkualitas.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalaah, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah : “ Bagaimana pengaruh kualitas bahan baku
terhadap kualitas batako yang dihasilkan?”.
1.4 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, bahwa batako memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembuatan sebuah bangunan, sehingga pada penelitian ini batasan
masalah yang di teliti yaitu : pengaruh dari kualitas bahan baku terhadap kualitas
batako yang dihasilkan. Dimana hal tersebut dilakukan hanya untuk sebagai acuan
dalam pembuatan batako agar memiliki kualitas yang baik. Tinjaun dari kualitas dari
bahan baku merupakan tolak ukur dari permasalahan yang diambil agar tidak keluar
dari apa yang dipermasalahkan dalam penelitian ini.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui pengaruh kualitas bahan baku terhadap kualitas batako yang
dihasilkan.
2. Ingin memberikan gambaran kepada pengusaha batako dalam proses produksi
batako agar menggunakan bahan yang berkualitas agar menghasilkan batako yang
berkualitas.
3. Sebagai bahan untuk proses penulisan yang nantinya dapat diteruskan menjadi
penulisan skripsi.
b. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap mahasiswa,
pengusaha, dan juga perguruan tinggi Universitas Mahendradatta secara umum.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat disampaikan sebagai
berikut :
1. Bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapakan dapat melatih cara berpikir yang logis, struktural,
dan dapat berpikir lebih obyektif terhadap masalah yang dihadapi. Memberikan
kesempatan untuk melatih dan menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dalam
bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
2. Bagi Pengusaha
Bagi pengusaha batako penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan masukan
dalam proses produksi batako agar menggunakan bahan baku yang berkualitas
sehingga nantinya menghasilkan batako yang berkualitas.
3. Bagi Universitas Mahendradatta
Penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan ilmiah dan tambahan ilmu
pengetahuan untuk Fakultas Teknik khususnya Fakultas Teknik Industri dan Fakultas
lainnya pada umunya untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam melakukan
penelitian nantinya.
4. Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pengaruh
dari kualitas bahan baku terhadap kualitas batako yang dihasilkan. Sehingga
masyarakat lebih memahami kualitas batako yang akan dijadikan alat atau bahan
dalam pembangunan atau pembuatan rumah.
Kerangka Berpikir
Produksi
Judul
Air
Kualitas A
Manusia Mesin Waktu Modal Material
Permasalahan
Latar Belakang
Kualitas III Kualitas II Kualitas I
Semen Pasir
Penutup
Kualitas Terbaik
Kualitas I dan III Kualitas II dan III Kualitas I dan II
Uji Coba
Kualitas B Kualitas A Kualitas B
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Proses Produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah
untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses
produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu
barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
2.1.1 Pengertian Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah
sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.
2.1.2 Pengertian Proses Produksi
Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti
tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan
manusia.
2.1.3 Jenis – Jenis Proses Produksi
Proses produksi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Proses produksi yang terus - menerus ( continuous process )
Produksi kontinu adalah suatu metode proses produksi di mana proses
berlangsung secara terus menerus tanpa terhenti. Proses produksi kontinu adalah
kebalikan dari proses produksi partaian.
Proses produksi secara kontinu dilakukan pada industri dengan skala produksi
besar. Contoh industri yang melakukan produksi secara kontinu adalah industri gelas.
Gelas dipanaskan sehingga berbentuk lunak dan kemudian dialirkan ke mesin
pencetak untuk dibentuk. Proses pencairan dan pencetakan berlangsung secara terus
menerus tanpa terhenti. Proses produksi pada umumnya dihentikan berdasarkan
keperluan perawatan dan perbaikan. Secara rutin (bisa sebulan sekali, enam bulan
sekali, atau setahun sekali) proses produksi dihentikan dan dilakukan perawatan dan
pemeriksaan menyeluruh (overhaul) terhadap alat-alat proses.
Pada proses produksi secara kontinu umum digunakan sistem yang
terotomatisasi. Dengan bantuan PLC (Programmable Logic Controller) atau
pengontrol otomatis lain, kesalahan proses produksi akibat kecerobohan manusia
dapat dikurangi sehingga proses produksi dapat berlangsung terus menerus dengan
kondisi yang stabil atau bahkan mendekati tunak (semua keadaan konstan dan tidak
berubah).
Adapun sifat – sifat atau ciri – ciri dari proses produksi terus menerus ( continuous
process) ialah :
1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar ( produk massa )
dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandarisasi.
2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan
berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan, yang disebut product
lay out atau departmentation by product.
3) Mesin – mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin –
mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal
dengan nama Special Purpose Machines.
4) Oleh karena mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis, maka
pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali,
sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk
pengerjaan produk tersebut.
5) Apabila terjadi salah satu mesin atau peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh
proses produksi akan terhenti.
6) Oleh karena mesin – mesinya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil
maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dari
intermittent process atau manufacturing.
8) Oleh karena mesin – mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti ini
membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang banyak.
9) Biasanya bahan – bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed (
Fixed Path Equipment ) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (
conveyor ).
Kebaikan dan kekurangan proses produksi terus menerus ( continuous process ), yaitu
:
a) Kebaikan atau kelebihan proses produksi terus menerus, yaitu :
Dapat diprolehnya tingkat biaya produksi per unit ( unit production cost ) yang
rendah, apabila :
1) Dapat dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar.
2) Produk yang dihasilkan distandardisir.
3) Dapat dikuranginya pemborosan – pemborosan dari pemakain tenaga menusia,
terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin atau
listrik.
4) Biaya tenaga kerja ( labor cost )nya adalah rendah, karena jumlah tenaga kerjanya
yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli ( cukup yang setengah ahli )
dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.
5) Biaya pemindahan bahan didalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara
mesin yang satu dengan yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut
digerakkan dengan tenaga mesin ( mekanisasi ).
b) Keburukan atau kekurangan proses produksi terus menerus, yaitu :
1) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh
konsumen atau langganan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk
menghasilkan produk – produk yang :
a. Permintaan ( demand )nya besar dan stabil.
b. Style produknya tidak mudah berubah.
2) Proses produksi yang mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan disuatu
tempat atau tingkat proses ( diawal, ditengah atau dibelakang ), maka
kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebakan adanya saling
hubungan dan urut – urutan antara masing – masing tingkat proses.
3) Terdapatnya kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena
biasanya tingkat produksi ( rate of production )nya telah tertentu, sehingga sangat
kaku ( rigid ).
b. Proses produksi yang terputus – putus ( intermittent prcesses )
Proses Produksi terputus ( Intermettient Production ) adalah suatu metode
proses produksi yang dilakukan secara terputus atau tidak berlangsung secara
berlanjut. Proses produksi ini adalah kebalikan dari proses produksi terus – menerus.
Proses produksi ini pada umunya dilakukan oleh sebuah industri yang memproduksi
barang berdasarkan pesanan atau permintaan dari pasar. Contoh dari industri yang
menggunakan metode proses produksi ini adalah Industri Pembuatan Parcel atau
bingkisan, dimana industri ini berproduksi pada saat tertentu saja yaitu pada saat Hari
Raya Keagaamaan.
Sifat – sifat atau ciri – ciri dari proses produksi yang terputus – putus ( intermittent
process ), yaitu :
1. Biasanya jumlah produk yang dihasilkan sangat kecil dengan variasi yang sangat
besar ( berbeda ) dan didasarkan atas pesanan.
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan
berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama
dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process lay out atau
departmentationby equipment.
3. Mesin – mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin mesin
yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam –
macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin mana dikenal dengan
nama General Purpose Machines.
4. Oleh karena mesin – mesin yang bersifat umum dan biasanya kurang otomatis,
maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar,
sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi dalam
pengerjaan produk tersebut.
5. Proses produksi tidak mudah atau akan terhenti walaupun terjadi kerusakan atau
terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
6. Oleh karena mesin – mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya besar,
maka terhadap pekerjaan ( job ) yang bermacam – macam sehingga pengawasan (
control )nya lebih sukar.
7. Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan
apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses
lebih tinggi dari continuous process, karena prosesnya terputus – putus atau
terhenti – henti.
8. Biasanya bahan – bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat
flexible ( Varied Path Equipment ) yang menggunakan tenaga manusia seperti
kereta dorong atau forklift.
9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan
yang bolak - balik sehingga perlu adanya ruangan gerak ( aisle ) yang besar dan
ruangan tempat bahan – bahan dalam proses ( work in process ) yang besar.
Kelebihan dan kekurangan dari proses produksi terputus – putus ( intermittent
process ), yaitu :
1) Kelebihan atau kebaikan proses produksi terputus – putus ( intermittent process )
adalah :
a) Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan
variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diproleh terutama dari :
1. System penyusunan peralatan ( lay out )nya yang berbentuk process lay
out.
2. Jenis atau type mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum (
general purpose machines ).
3. Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi
tenaga manusia.
b) Oleh karena mesin – mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (
generale purpose machines ), maka biasanya dapat diproleh penghematan uang
dalam investasi mesin – mesinnya, sebab harga mesin – mesin ini lebih murah
dari mesin – mesin yang khusus ( special purpose machines ).
c) Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan
disuatu tempat atau tingkat proses.
Kekurangan atau kerugian dari proses produksi yang terputus – putus ( intermittent
process ) adalah :
1) Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat
sukar dilakukan karena kombinasi urut – urutan pekerjaan yang banyak sekali
didalam memproduksi satu macam produk, dan disamping itu dibutuhkan
scheduling dan routing yang banyak sekali karena produknya yang berbeda
tergantung dari pemesannya.
2) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan,
maka pengawasan produksi ( production control ) dalam proses produksi seperti
ini sangat sukar dilakukan.
3) Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan
bahan – bahan dalam proses, karena prosesnya terputus – putus dan produk yang
dihasilkan tergantung dari pesanan.
4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena karena
banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah
tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.
Perbedaan yang paling utama dari kedua metode proses produksi diatas adalah
pada lamanya waktu untuk pengaturan peralatan produksi dimana proses produksi
Kontinue tidak membutuhkan waktu yang lama karena proses ini sudah melakukan
kegiatan produksi secara terus – menerus. Sedangkan proses produksi yang terputus
memerlukan waktu total pengaturan peralatan yang lebih lama karena proses ini
memproduksi barang sesuai dengan pesanan saja.
2.1.4 Tujuan Produksi
Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai
kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah
yang mencukupi.
2.2 Teori Sistem Produksi
2.1.2 Pengertian Sistem Produksi
Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem – sub sistem yang
saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input ( masukan ) produksi
menjadi output ( keluaran ) produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku,
mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi merupakan
produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi, dan
sebagainya. Secara skematis sistem produksi dapat digambarkan sbb:
Gambar 1.: Skema Sistem Produksi
Sub sistem – sub sistem dari sistem produksi tersebut dapat dibagi menjadi
beberapa bagian antara lain adalah :
a. Perencanaan dan pengendalian produksi.
b. Pengendalian kualitas.
c. Penentuan standar operasi ( SOP ).
d. Penentuan fasilitas produksi.
e. Penentuan harga pokok produksi.
Sub sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi.
Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang
dibuat serta bagaimana cara membuatnya atau proses produksinya.
2.3 Teori Persediaan
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian persediaan, yaitu :
a. Menurut Przwirosentono ( 2001), persediaan adalah kekayaan lancar yang
terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaarr bahan mentah (bahan baku /
material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.
b. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada
setiap saat mengalami perubahan ( Gitosudarmo, 2002).
c. Soemarso (1999), Mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang barang
yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan.
d. Yuliana (2001), Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum
digunakan, persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa yang akan datang pada
saat aktif.
e. Riyanto (2001:69), Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari
modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara
terus-menerus mengalami perubahan.
f. Sedangkan menurut PSAK No.14 Paragraf 3, menyatakan pengertian persediaan
adalah aktiva :
a. Tersedia untuk dijual dalam usaha kegiatan normal.
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies).
2.3.1 Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses
selanjutnya dijual. Terdapat 3 jenis persediaan, yaitu :
1. Bahan baku (direct material).
2. Barang dalam proses ( Work in proses).
3. Barang jadi (Finished goods).
1. Bahan baku
Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses
produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan
kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan
produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat
efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi.
2. Barang dalam proses
Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi
barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh
lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk
keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran
persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam
rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan
menyempurnakan teknik - teknik rekayasa, sehingga dengan demikian proses
pengolahan bisa dipercepat. Cara lain adalah dengan membeli bahan-bahan dan
bukan membuatnya sendiri.
3. Barang Jadi
Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera
dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya
merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.
2.3.2 Fungsi-Fungsi Persediaan
Fungsi-fungsi persediaan penting artinya dalam upaya meningkatkan operasi
perusahaan, baik yang berupa operasi internal maupun operasi eksternal sehingga
perusahaan seolah-olah dalam posisi bebas.
Fungsi persediaan pada dasarnya terdiri dari tiga fungsi, yaitu :
a. Fungsi Decoupling.
Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi
kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier barang.
Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut :
1. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak
sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan
pengiriman.
2. Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat
lebih leluasa dalam berbuat.
3. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan
yang bersifat tidak pasti dari langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing.
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat
berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang
cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk. Pertimbangan
yang dilakukan dalam persediaan ini adalah penghematan yang dapat terjadi
pembelian dalam jumlah banyak yang dapat memberikan potongan harga, serta biaya
pengangkutan yang lebih murah dibandingkan dengan biaya-biaya yang akan terjadi,
karena banyaknya persediaan yang dimiliki.
4. Fungsi Antisipasi.
Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastian dalam jangka waktu
pengiriman barang dari perusahaan lain, sehingga memerlukan persediaan
pengamanan (safety stock), atau perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan sebeumnya yang didasarkan pengalaman masa lalu akibat
pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan
seaseonal inventory (persediaan musiman) (Asdjudiredja,1999:114).
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam
fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan
perusahaan antara lain :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(quantity discount).
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang
diperlukan.
2.4 Teori Bahan Baku
a. Menurut mulyadi ( 1986 : 118 ) bahan baku adalah bahan yang membentuk
bagian intergral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import atau dari
pengolahan sendiri.
b. Pengertian bahan baku menurut Suadi (2000:64) adalah bahan yang menjadi
bagian produk jadi dan dapat diidentifikasikan ke produk jadi.
c. Bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses
menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari
perusahaan (Syamsuddin,2001:281).
d. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo (1997:153) bahan baku adalah bahan
mentah, komponen, sub-perakitan serta pasokan (supplies) yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.
e. Bahan baku adalah barang yang dibuat menjadi barang lain (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia,1997:47).
2.4.1 Pengertian Bahan Baku
Suatu perusahaan yang memproduksi suatu barang atau produk akan selalu
membutuhkan bahan baku dalam pelaksanaan proses produksinya. Bahan baku
merupakan hal yang penting dalam berbagai proses produksi. kekurangan bahan baku
dapat mempengaruhi proses produksi karena habisnya bahan baku yang akan diproses
sehingga kemungkinan untuk memproduksi barang atau produk akan terganggu.
berdasarkan teori – teori yang ada seperti tercantum diatas, bahwa bahan baku dalam
penelitian ini dapat diartikan yaitu bahan yang digunakan dalam proses produksi pada
perusahaan.
2.5 Teori Kualitas
Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai macam definisi. Berikut ini
adalah definisi yang dikemukan oleh para ahli ( Suardi, 2003:pp. 2- 3 ) :
1. Philip B. Crosby
Crosby berpendapat bahwa mutu ( kualitas ) berarti kesesuain terhadap
persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter yang ahli. Crosby
juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang pada proses dalam
organisasi. Pendekatan Crosby adalah proses top down.
2. W. Edward Deming
Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk
mencapai penyempurnaan terus – menerus, seperti penerapan kaizen di Toyota dan
gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatan Deming merupakan bottom up.
3. Joseph M. Juran
Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan,
seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit dirancang untuk ke
kantor atau ke pesta. Pendekatan Juran merupakan orientasi pada upaya pemenuhan
harapan pelanggan.
4. K. Ishikawa
Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan. Dengan
demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan
pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
5. Scherkenbach (1991)
Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa
yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang
menunjukkan nilai produk tersebut.
6. Elliot (1993)
Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan
tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan.
7. Goetch dan Davis (1995)
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk,
pelayanan, orang, proses yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.
8. Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI
19-8402-1991)
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas
maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum
dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.
2.5.1 Pengertian Kualitas
2.5.2 Standar Kualitas Batako
Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu – batuan yang
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,
semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambahan lainnya (
aditif ). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok – balok
dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran
yang digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batako merupakan
komponen non struktural yang disusun dari semen, pasir dan air.
Menurut persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia ( 1982 ) pasal 6 “
batako adalah bata yang dibuat dengan men cetak dan memelihara dalam kondisi
lembab”. Batako terdiri dari dua jenis, yaitu : batako jenis berlubang (hallow) dan
batako yang padat (solid). Dari hasil pengetasan terlihat bahwa batako yang jenis
solid lebih padat dan mempunyai kekuatan yang lebih baik. Batako berlubang
mempunyai luas penampang lubang dan isi lubang masing-masing tidak melebihi 5
% dari seluruh luas permukaannya.
( a ) ( b )
Gambar 2.5.2 ( a ) batako berlubang ( hallow ) dan ( b ) batako tidak
berlubang atau padat ( solid ). ( Sumber : Universitas Sumatera Utara ).
Kekuatan dari batako dipengarui oleh komposisi penyusunan yaitu jenis
semen dan pasir yang dipakai, dan perbandingan jumlah semen terhadap agregat dan
air. Batako yang baik yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak lurus
serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Berdasarkan PUBI (1982), disebutkan tentang syarat dan mutu batako serta
klasifikasinya sebagai bahan bangunan. Dalam penggunaan batako harus memenuhi
syarat fisik maupun syarat ukuran standard dan toleransi sebagai berikut :
a. Syarat Fisis
Secara fisis batako harus memenuhi syarat sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
Kekuatan Tekan Bruto Minimum*)
(Kgf/cm²)
Batako Penyerapan
Maksimum
Mutu Rata – rata dari
benda uji
Masing – masing
benda uji
(% Berat)
A1 20 17 -
A2 35 30 -
A3 50 45 35
A4 70 65 25
Sumber : Departemen Pekerjaan umum, 1982 : 27
Table 2.5.2 Syarat Fisis Batako
Kuat tekan brutto adalah beban keseluruhan pada waktu benda uji pecah
dibagi dengan luas ukuran nominal batako, termasuk luas lubang serta cekung tepi.
Syarat untuk pandangan luar dan kesikuan rusuk, meliputi :
a. bidang permukaannya harus tidak cacat.
b. bentuk permukaan lain yang didesain diperbolehkan.
c. rusuk-rusuknya siku satu sama lain.
d. sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.
Syarat Ukuran Standard dan Toleransi
Ukuran batako sebagaimana yang disyarakatkan dalam Standard Industri
Indonesia yaitu sebagai berikut:
Ukuran Nominal*)
(mm)
Tebal Kelopak ( Dinding Rongga )
Minimum (mm)
Jenis Panjang Lebar Tebal Luar Dalam
Tipis 400±3 200±3 100±2 20 25
Sedang 400±3 200±3 150±2 20 15
Tebal 400±3 200±3 200±2 25 20
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1982 : 28
Tabel 2.5.2 Ukuran Standard dan Toleransi
Ukuran nominal sama dengan ukuran batako sesungguhnya ditambah 10 mm, tebal
siar/adukan.
Persyaratan batako menurut PUBI (1982) Pasal 6 antara lain adalah
”Permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu
pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ± 400 mm, lebar ± 200 mm, dan
tebal 100 – 200 mm, kadar air 25 – 35 % dari berat, dengan kuat tekan antara 2 – 7
N/mm2” (Wijarnako W., 2008). Batako juga merupakan bentukan dari montar
ataupun beton, umumnya montar merupakan campuran dari semen, pasir dan air yang
dapat merekatkan dalam campuran beton. Sedangkan untuk pandangan luar dan
kesikuan rusuk meliputi :
1. bidang permukaannya halus dan tidak cacat.
2. bentuk permukaan lain yang didesain diperbolehkan.
3. rusuk-rusuknya siku satu sama lain.
4. sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.
2.5.3 Dimensi Kualitas
Bagian dari kualitas produk yaitu tentang kualitas suatu produk. Kualitas
suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-
dimensinya. Dimensi kualitas yaitu :
a. Kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus (continuous
improvement process) yang dapat diukur dengan dukungan manajemen,
karyawan, dan pemerintah.
b. Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya.
c. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi.
d. Kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
produksi perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa atau pelayanan bagi
perusahaan jasa.
Hal – hal yang perlu diperhatikan mengenai kualitas pada industri manufaktur, seperti
:
a. Orientasi dari kualitas adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan
perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada kualitas. Dari beberapa definisi
terdahulu secara garis besar, kualitas adalah keseluruhan ciri atau karateristik
produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Dengan demikian produk yang kualitas mempunyai nilai subjektivitas
yang tinggi antara satu konsumen dengan konsumen lain sehingga dimensi
kualitas berbeda satu dari yang lain. Kualitas produk atau jasa akan dapat
diwujudkan bila seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi berorientasi pada
kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction).
b. Kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif
konsumen, di mana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan dapat tercapai
kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk
digunakan oleh konsumen (Fitness for Consumer Use), (Russel, 1996).
Dua Perseptif Kualitas
Tabel 2.5.3 dua persepektif Kualitas
Sumber : Russel, 1996
2.5.3.1 Dimensi Kualitas Untuk Industri Manufaktur
Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz, untuk menentukan
dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan
berikut ini, yaitu :
a. Performance
Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
b. Features
Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
Fitness for
costumer use
Pemasaran Kualitas Desain
1. Karakteristik
Kualitas
2. Harga
Kualitas Kesesuaian
1. Sesuai Standar
2. Sesuai Biaya
Produksi
Pandangan produsen Pandangan Konsumen
Arti Kualitas
c. Realibility
Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang
berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu
dan dalam kondisi tertentu pula.
d. Conformance
Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan
derajat ketepatan antara karakteritik desain produk dengan karakteristik kualitas
standar yang telah ditetapkan.
e. Durability
Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa
pakai barang.
f. Service ability
Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi,
kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.
g. Aesthetics
Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika
yang berkaitan dengan pertimbangan pribadidan refleksi dari preferensi individual.
h. Fit and finish
Sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan
produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.
2.6 Agregat Pasir
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Pada konstruksi bahan
bangunan pasir digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi
perekat pasangan bata maupun keramik, pasir urug, screed lantai dll.
Menurut standar nasional indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28)
disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan
bangunan adalah sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks
kekerasan < 2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
b. jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandung
lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
d. Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans–Harder dengan larutan jenuh
NaOH 3%.
e. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai
3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali
harus negatif.
g. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan
yang diakui.
h. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus
memenuhi persyaratan pasir pasangan.
Tabel 2.6 syarat batas gradasi pasir.
Keterangan :
Zone 1 = Pasir Kasar
Zone 2 = Pasir Agak Kasar
Zone 3 = Pasir Halus
Zone 4 = Pasir Agak
Lubang
ayakan
(mm)
Berat Tembus Komulatif
(%)
Zone 1 Zone 2
Zone 3 Zone 4
Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas
10 100 100 100 100 100 100 100 100
4.8 90 100 90 100 90 100 95 100
2.4 60 95 75 100 80 100 95 100
1.2 30 70 55 100 75 100 90 100
0.6 15 34 35 59 60 79 80 100
0.3 5 20 8 30 12 40 15 50
0.15 0 10 0 10 0 10 0 15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Objek Penelitian
Penelitian tentang pengaruh kualitas bahan baku terhadap kualitas batako ini
dilaksanakan di Dusun Geliang, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang bagaimana membuat batako yang berkualitas dari penyediaan/ pemilihan
bahan baku yang berkualitas, cara memproduksi dalam hal ini pencampuran bahan
yang dipakai membuat batako, dan mampu bersaing dengan dengan perusahaan –
perusahaan lainya yang memproduksi batako juga.
3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Nopember 2010.
3.3 Rancangan Penelitian
Kualitas merupakan modal utama perusahaan dalam menarik konsumen atau
memuaskan konsumen, inilah yang menjadi acuan pengusaha batako dalam
mensejajarkan usaha yang dimilikinya dengan pengusaha lainnya yang sejenis.
Dengan adanya kualitas yang baik akan membawa dampak yang baik pula pada
perusahaan, yaitu perusahaan akan terus berkembang dan mencapai kesuksesan.
Bahan baku dan proses produksi yang baik akan menopang jalannya produksi
menuju kearah produksi yang berkualitas yang sesuai dengan harapan konsumen /
masyarakat. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas pengusaha harus memilki
bahan baku yang berkualitas hal ini dapat dilakukan dengan memilih bahan baku
yang baik dan juga mampu melakukan persediaan bahan baku agar nantinya tidak
kesulitan dalam memenuhi bahan baku yang merupakan motor penggerak utama
dalam proses produksi batako.
3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Dalam proses produksi batako, bahan baku sangat berperan penting sekali
untuk kelancaran dari sebuah proses produksi. Namun proses produksi ini tidak hanya
berhenti sampai disana saja, tetapi harus juga memikirkan bagaimana kualitas dari
bahan baku dan hasil dari proses produki tersebut. Kajian mengenai pengaruh kualitas
bahan baku terhadap hasil proses produksi itu sangat penting sekali karena nantinya
pengusaha tidak bingung tentang kualitas hasil produksinya. Penelitian ini dilakukan
dengan metode deskriptif. Secara khusus perlu diketahui beberapa pengertian
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena – fenomena yang ada, baik fenomena
ilmiah atau fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang
satu dengan fenomena yang lainnya ( sukmadinata, 2006 : 72 ). Penelitain deskriptif
merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,
proses yang sedang berlangsung, akibat efek atau akibat yang terjadi, atau
kecendrungan yang tengah berlangsung. Furchan ( 2004:447 ) menjelaskan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memproleh informasi
tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam
penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak
ada uji hipotesis seperti pada penelitian eksperiman.
Penelitian deskriptif seperti yang dikemukan oleh furchan (2004) mempunyai
karakteristik – karakteristik seperti :
a. Penelitin deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan
cara menelaah secara teratur – ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan
secara cermat.
b. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.
c. Tidak adanya uji hipotesis.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu
data yang tidak dapat diukur dengan angka – angka. Dimana data kualitatif yang
dipakai adalah data kualitatif primer diantaranya adalah dengan metode wawancara
adalah suatu cara dalam pengumpulan data dengan secara langsung mengadakan
dialog dengan orang yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti. Makdudnya
bahwa pengumpulan informasi tentang batako langsung kepada pekerja atau pemilik
usaha batako. Dimana pemilik usaha batako ini adalah Bapak I Nengah Murka
sehingga informasi yang dibutuhkan atau diperlukan tentang batako langsung kepada
beliau. Sedangakan metode kuantitatif adalah suatu data yang dapat dihitung. Metode
kuantitatif ini dapat berupa diagram, tabel. Data – data tersebut dapat diperoleh dari
uji coba. Uji coba adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan eksperimen langsung dari objek yang diteliti. Uji coba yang dilakukan
disini adalah uji coba terhadap batako. Dimana hal ini dilakukan untuk mengetahui
kekuatan atau kualitas yang dimiliki batako yang diteliti.
Berdasarka uraian diatas, penelitian memperhatikan metode yang benar dan
sesuai agar menghasilkan data yang akurat sehingga nantinya berguna bagi
perusahaan guna memenuhi produk yang berkualitas.