i Nengah Artana Proposal

36
ANALISA PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS BATAKO ( STUDI KASUS DI DUSUN GELIANG, DESA PEMPATAN, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM ) PROPOSAL SKRIPSI OLEH : I NENGAH ARTANA 07.0123.0.03.009 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAHENDRADATTA (D/H MARHAEN) DENPASAR 2010

Transcript of i Nengah Artana Proposal

Page 1: i Nengah Artana Proposal

ANALISA PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU

TERHADAP KUALITAS BATAKO

( STUDI KASUS DI DUSUN GELIANG, DESA PEMPATAN,

KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM )

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

I NENGAH ARTANA

07.0123.0.03.009

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MAHENDRADATTA (D/H MARHAEN)

DENPASAR 2010

Page 2: i Nengah Artana Proposal

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat beliaulah proposal skripsi yang berjudul ” Analisa Pengaruh

Kualitas Bahan Baku Terhadap Kualitas Batako ( Studi Kasus Di Dusun

Waringin, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ) “ ini

dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Mengingat berbagai proses dalam penyusunan Proposal skripsi ini, penulis

menyadari bahwa proposal skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak mengenai

penyusunan proposal skripsi ini sehingga di lain kesempatan dapat lebih baik lagi

baik dalam materi dan penggunaan tata bahasa.

Melalui kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada :

Bapak Freddy Hendrawan selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian

Denpasar, 2010

Hormat Saya

Penulis

Page 3: i Nengah Artana Proposal

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.4 Pembatasan Masalah ................................................................................... 3

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 3

1.6 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Proses Produksi ................................................................................. 6

2.1.1 Pengertian Produksi ................................................................................. 6

2.1.2 Jenis – Jenis Proses Produksi.................................................................... 6

2.1.3 Pengertian Proses Produksi ...................................................................... 6

2.1.4 Tujuan Produksi ....................................................................................... 12

2.2 Teori Sistem Produksi ................................................................................. 12

Page 4: i Nengah Artana Proposal

2.2.1 Pengertian Sistem Produksi ...................................................................... 12

2.3 Teori Persediaan ......................................................................................... 13

2.3.1 Pengertian Persediaan .............................................................................. 14

2.3.2 Fungsi – Fungsi Persediaan ...................................................................... 15

2.4 Teori Bahan Baku ....................................................................................... 16

2.4.1 Pengertian Bahan Baku ............................................................................ 17

2.5 Teori Kualitas ............................................................................................. 17

2.5.1 Pengertian Kualitas .................................................................................. 19

2.5.2 Standar Kualitas Batako ........................................................................... 19

2.5.3 Dimensi Kualitas ...................................................................................... 21

2.5.3.1 Dimensi Kualitas Untuk Industri Manufaktur ........................................ 23

2.6 Agregat Pasir .............................................................................................. 24

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ........................................................................ 27

3.2 Waktu Penelitian ......................................................................................... 27

3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 27

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 27

Page 5: i Nengah Artana Proposal

Daftar Gambar

Gambar Standar Kualitas Batako .................................................. 19

Page 6: i Nengah Artana Proposal

Daftar Tabel a. Tabel 2.5.2 Syarat Fisis Batako ...........................................................20

b. Tabel 2.5.2 Ukuran Standard an Toleransi ...........................................21

c. Tabel 2.5.3 Dua Persepektif Kualitas ...................................................23

d. Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir ...................................................26

Page 7: i Nengah Artana Proposal

ABSTRAK

Bangunan atau rumah sebagai tempat untuk berteduh dan melindungi diri

memerlukan suatu struktur yang kokoh dan kuat untuk menjamin kenyamanan,

keamanan, keselamatan, dll. Di dalam sebuah bangunan selain pondasi, dinding juga

memiliki peranan yamg sangat penting untuk menjamin kekuatan sebuah bangunan,

dimana bangunan – bangunan sekarang memakai bahan batako sebagai pasangan

dinding untuk menyempurnakan bangunan tersebut.

Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu – batuan yang

pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,

semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambahan lainnya (

aditif ). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok – balok

dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran

yang digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batako merupakan

komponen non struktural yang disusun dari semen, pasir dan air. Bahan baku inilah

yang akan menentukan kekuatan dari batako yang dihasilkan. Untuk itu sangat

diperlukan adanya bahan baku yang berkualitas untuk memenuhi atau mencapai

batako yang berkualitas.

Berdasarkan pengamatan bahwa kualitas bahan baku akan sangat

mempengaruhi dari kualitas batako yang dihasilkan. Maka untuk itu, perencanaan dan

penyediaan bahan baku yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil

dari proses produksi yang berkualitas.

Kata Kunci : Batako, Persediaan Bahan Baku, Kualitas

Page 8: i Nengah Artana Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu kegiatan industri bisa di definisikan sebagai sebuah kegiatan dimana

kegiatan produksi akan berlangsung, dimana didalamnya terdapat berbagai aktivitas

untuk mengubah suatu masukan ( sumber daya manusia, material, energi, informasi,

dll ) menjadi sebuah produk keluaran ( produk jadi atau layanan ) yang memiliki

suatu nilai tambah.

Di dalam sebuah kegiatan industri akan ada namanya dengan Proses Produksi.

Proses Produksi adalah cara atau metode untuk menciptakan atau menambah guna

suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber yang ada. Dimana didalam

proses produksi ini akan terjadi sebuah proses perubahan bentuk ( transformasi )

dari input yang dimasukan baik secara fisik maupun non fisik. Dalam proses ini akan

terjadi apa yang disebut dengan pemberian nilai tambah ( value added ) dari input

material yang telah diolah. Penambahan nilai tersebut bisa ditinjau dari aspek

penambahan nilai fungsional maupun nilai ekonomisnya.

Proses Produksi atau bisa juga dikatakan sebagai sebuah proses transformasi

input menjadi output tidaklah bisa berlangsung dengan sendirian, karena akan

mengakibatkan proses produksi akan menjadi tidak terarah dan tidak terkendali.

Agar suatu kegiatan proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka

dalam hal ini perlu adanya sebuah sistem yang mampu memberi arah, mengevaluasi,

dll. Sistem ini disebut dengan Sistem Produksi. Dengan adanya suatu sistem

produksi yang terarah maka kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Produksi sebagai sebuah usaha untuk menghasilkan suatu barang ataupun jasa

tentunya membuat sebuah permasalahan baru yaitu tentang bagaimana bahan baku

mempengaruhi kualitas hasil produksi tersebut. Tentunya bahan baku yang

berkualitas menjadi permasalahan utama untuk mendapatkan hasil produksi yang

berkualitas. Salah satunya yaitu bahan batako yang digunakan dalam dalam

pembangunan memerlukan bahan baku yang berkualitas. Batako adalah salah satu

Page 9: i Nengah Artana Proposal

bahan bangunan yang berupa batu – batuan yang pengerasannya tidak dibakar

dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam

pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambahan lainnya ( aditif ). Kemudian

dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok – balok dengan ukuran

tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran yang

digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batako merupakan komponen

non struktural yang disusun dari semen, pasir dan air.

Melihat hal tersebut maka diperlukan adanya sebuah penelitian untuk

mengetahui bagaimana pengaruh dari bahan baku terhadap kualitas batako yang

dihasilkaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan wawancara

langsung ketempat objek penelitian yang beralamat di Dusun Geliang, Desa

Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini. Hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya dalam pembuatan batakon yang

memiliki kualitas yang baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalahnya adalah sebagi

berikut :

a. Bahan baku pasir yang berkualitas sulit didapatkan.

b. Pembangunan pada saat ini saangat berkembang pesat sehingga dibutuhkan bahan

baku bangunan yang berkualitas.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalaah, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah : “ Bagaimana pengaruh kualitas bahan baku

terhadap kualitas batako yang dihasilkan?”.

Page 10: i Nengah Artana Proposal

1.4 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, bahwa batako memiliki peranan yang sangat

penting dalam pembuatan sebuah bangunan, sehingga pada penelitian ini batasan

masalah yang di teliti yaitu : pengaruh dari kualitas bahan baku terhadap kualitas

batako yang dihasilkan. Dimana hal tersebut dilakukan hanya untuk sebagai acuan

dalam pembuatan batako agar memiliki kualitas yang baik. Tinjaun dari kualitas dari

bahan baku merupakan tolak ukur dari permasalahan yang diambil agar tidak keluar

dari apa yang dipermasalahkan dalam penelitian ini.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui pengaruh kualitas bahan baku terhadap kualitas batako yang

dihasilkan.

2. Ingin memberikan gambaran kepada pengusaha batako dalam proses produksi

batako agar menggunakan bahan yang berkualitas agar menghasilkan batako yang

berkualitas.

3. Sebagai bahan untuk proses penulisan yang nantinya dapat diteruskan menjadi

penulisan skripsi.

b. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap mahasiswa,

pengusaha, dan juga perguruan tinggi Universitas Mahendradatta secara umum.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat disampaikan sebagai

berikut :

Page 11: i Nengah Artana Proposal

1. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapakan dapat melatih cara berpikir yang logis, struktural,

dan dapat berpikir lebih obyektif terhadap masalah yang dihadapi. Memberikan

kesempatan untuk melatih dan menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dalam

bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.

2. Bagi Pengusaha

Bagi pengusaha batako penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan masukan

dalam proses produksi batako agar menggunakan bahan baku yang berkualitas

sehingga nantinya menghasilkan batako yang berkualitas.

3. Bagi Universitas Mahendradatta

Penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan ilmiah dan tambahan ilmu

pengetahuan untuk Fakultas Teknik khususnya Fakultas Teknik Industri dan Fakultas

lainnya pada umunya untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam melakukan

penelitian nantinya.

4. Masyarakat Umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pengaruh

dari kualitas bahan baku terhadap kualitas batako yang dihasilkan. Sehingga

masyarakat lebih memahami kualitas batako yang akan dijadikan alat atau bahan

dalam pembangunan atau pembuatan rumah.

Page 12: i Nengah Artana Proposal

Kerangka Berpikir

Produksi

Judul

Air

Kualitas A

Manusia Mesin Waktu Modal Material

Permasalahan

Latar Belakang

Kualitas III Kualitas II Kualitas I

Semen Pasir

Penutup

Kualitas Terbaik

Kualitas I dan III Kualitas II dan III Kualitas I dan II

Uji Coba

Kualitas B Kualitas A Kualitas B

Page 13: i Nengah Artana Proposal

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Proses Produksi

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana

sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah

untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau

menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana

produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan

menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses

produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu

barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

2.1.1 Pengertian Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai

guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam

memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah

sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.

2.1.2 Pengertian Proses Produksi

Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah

kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti

tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan

manusia.

Page 14: i Nengah Artana Proposal

2.1.3 Jenis – Jenis Proses Produksi

Proses produksi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

a. Proses produksi yang terus - menerus ( continuous process )

Produksi kontinu adalah suatu metode proses produksi di mana proses

berlangsung secara terus menerus tanpa terhenti. Proses produksi kontinu adalah

kebalikan dari proses produksi partaian.

Proses produksi secara kontinu dilakukan pada industri dengan skala produksi

besar. Contoh industri yang melakukan produksi secara kontinu adalah industri gelas.

Gelas dipanaskan sehingga berbentuk lunak dan kemudian dialirkan ke mesin

pencetak untuk dibentuk. Proses pencairan dan pencetakan berlangsung secara terus

menerus tanpa terhenti. Proses produksi pada umumnya dihentikan berdasarkan

keperluan perawatan dan perbaikan. Secara rutin (bisa sebulan sekali, enam bulan

sekali, atau setahun sekali) proses produksi dihentikan dan dilakukan perawatan dan

pemeriksaan menyeluruh (overhaul) terhadap alat-alat proses.

Pada proses produksi secara kontinu umum digunakan sistem yang

terotomatisasi. Dengan bantuan PLC (Programmable Logic Controller) atau

pengontrol otomatis lain, kesalahan proses produksi akibat kecerobohan manusia

dapat dikurangi sehingga proses produksi dapat berlangsung terus menerus dengan

kondisi yang stabil atau bahkan mendekati tunak (semua keadaan konstan dan tidak

berubah).

Adapun sifat – sifat atau ciri – ciri dari proses produksi terus menerus ( continuous

process) ialah :

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar ( produk massa )

dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandarisasi.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan

berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan, yang disebut product

lay out atau departmentation by product.

Page 15: i Nengah Artana Proposal

3) Mesin – mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin –

mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal

dengan nama Special Purpose Machines.

4) Oleh karena mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis, maka

pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali,

sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk

pengerjaan produk tersebut.

5) Apabila terjadi salah satu mesin atau peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh

proses produksi akan terhenti.

6) Oleh karena mesin – mesinya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil

maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.

7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dari

intermittent process atau manufacturing.

8) Oleh karena mesin – mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti ini

membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan dan

pengalaman yang banyak.

9) Biasanya bahan – bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed (

Fixed Path Equipment ) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (

conveyor ).

Kebaikan dan kekurangan proses produksi terus menerus ( continuous process ), yaitu

:

a) Kebaikan atau kelebihan proses produksi terus menerus, yaitu :

Dapat diprolehnya tingkat biaya produksi per unit ( unit production cost ) yang

rendah, apabila :

1) Dapat dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar.

2) Produk yang dihasilkan distandardisir.

3) Dapat dikuranginya pemborosan – pemborosan dari pemakain tenaga menusia,

terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin atau

listrik.

Page 16: i Nengah Artana Proposal

4) Biaya tenaga kerja ( labor cost )nya adalah rendah, karena jumlah tenaga kerjanya

yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli ( cukup yang setengah ahli )

dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.

5) Biaya pemindahan bahan didalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara

mesin yang satu dengan yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut

digerakkan dengan tenaga mesin ( mekanisasi ).

b) Keburukan atau kekurangan proses produksi terus menerus, yaitu :

1) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh

konsumen atau langganan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk

menghasilkan produk – produk yang :

a. Permintaan ( demand )nya besar dan stabil.

b. Style produknya tidak mudah berubah.

2) Proses produksi yang mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan disuatu

tempat atau tingkat proses ( diawal, ditengah atau dibelakang ), maka

kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebakan adanya saling

hubungan dan urut – urutan antara masing – masing tingkat proses.

3) Terdapatnya kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena

biasanya tingkat produksi ( rate of production )nya telah tertentu, sehingga sangat

kaku ( rigid ).

b. Proses produksi yang terputus – putus ( intermittent prcesses )

Proses Produksi terputus ( Intermettient Production ) adalah suatu metode

proses produksi yang dilakukan secara terputus atau tidak berlangsung secara

berlanjut. Proses produksi ini adalah kebalikan dari proses produksi terus – menerus.

Proses produksi ini pada umunya dilakukan oleh sebuah industri yang memproduksi

barang berdasarkan pesanan atau permintaan dari pasar. Contoh dari industri yang

menggunakan metode proses produksi ini adalah Industri Pembuatan Parcel atau

bingkisan, dimana industri ini berproduksi pada saat tertentu saja yaitu pada saat Hari

Raya Keagaamaan.

Page 17: i Nengah Artana Proposal

Sifat – sifat atau ciri – ciri dari proses produksi yang terputus – putus ( intermittent

process ), yaitu :

1. Biasanya jumlah produk yang dihasilkan sangat kecil dengan variasi yang sangat

besar ( berbeda ) dan didasarkan atas pesanan.

2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan

berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama

dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process lay out atau

departmentationby equipment.

3. Mesin – mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin mesin

yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam –

macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin mana dikenal dengan

nama General Purpose Machines.

4. Oleh karena mesin – mesin yang bersifat umum dan biasanya kurang otomatis,

maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar,

sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi dalam

pengerjaan produk tersebut.

5. Proses produksi tidak mudah atau akan terhenti walaupun terjadi kerusakan atau

terhentinya salah satu mesin atau peralatan.

6. Oleh karena mesin – mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya besar,

maka terhadap pekerjaan ( job ) yang bermacam – macam sehingga pengawasan (

control )nya lebih sukar.

7. Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan

apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses

lebih tinggi dari continuous process, karena prosesnya terputus – putus atau

terhenti – henti.

8. Biasanya bahan – bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat

flexible ( Varied Path Equipment ) yang menggunakan tenaga manusia seperti

kereta dorong atau forklift.

Page 18: i Nengah Artana Proposal

9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan

yang bolak - balik sehingga perlu adanya ruangan gerak ( aisle ) yang besar dan

ruangan tempat bahan – bahan dalam proses ( work in process ) yang besar.

Kelebihan dan kekurangan dari proses produksi terputus – putus ( intermittent

process ), yaitu :

1) Kelebihan atau kebaikan proses produksi terputus – putus ( intermittent process )

adalah :

a) Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan

variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diproleh terutama dari :

1. System penyusunan peralatan ( lay out )nya yang berbentuk process lay

out.

2. Jenis atau type mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum (

general purpose machines ).

3. Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi

tenaga manusia.

b) Oleh karena mesin – mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (

generale purpose machines ), maka biasanya dapat diproleh penghematan uang

dalam investasi mesin – mesinnya, sebab harga mesin – mesin ini lebih murah

dari mesin – mesin yang khusus ( special purpose machines ).

c) Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan

disuatu tempat atau tingkat proses.

Kekurangan atau kerugian dari proses produksi yang terputus – putus ( intermittent

process ) adalah :

1) Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat

sukar dilakukan karena kombinasi urut – urutan pekerjaan yang banyak sekali

didalam memproduksi satu macam produk, dan disamping itu dibutuhkan

scheduling dan routing yang banyak sekali karena produknya yang berbeda

tergantung dari pemesannya.

Page 19: i Nengah Artana Proposal

2) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan,

maka pengawasan produksi ( production control ) dalam proses produksi seperti

ini sangat sukar dilakukan.

3) Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan

bahan – bahan dalam proses, karena prosesnya terputus – putus dan produk yang

dihasilkan tergantung dari pesanan.

4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena karena

banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah

tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Perbedaan yang paling utama dari kedua metode proses produksi diatas adalah

pada lamanya waktu untuk pengaturan peralatan produksi dimana proses produksi

Kontinue tidak membutuhkan waktu yang lama karena proses ini sudah melakukan

kegiatan produksi secara terus – menerus. Sedangkan proses produksi yang terputus

memerlukan waktu total pengaturan peralatan yang lebih lama karena proses ini

memproduksi barang sesuai dengan pesanan saja.

2.1.4 Tujuan Produksi

Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai

kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah

yang mencukupi.

2.2 Teori Sistem Produksi

2.1.2 Pengertian Sistem Produksi

Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem – sub sistem yang

saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input ( masukan ) produksi

menjadi output ( keluaran ) produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku,

mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi merupakan

produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi, dan

sebagainya. Secara skematis sistem produksi dapat digambarkan sbb:

Page 20: i Nengah Artana Proposal

Gambar 1.: Skema Sistem Produksi

Sub sistem – sub sistem dari sistem produksi tersebut dapat dibagi menjadi

beberapa bagian antara lain adalah :

a. Perencanaan dan pengendalian produksi.

b. Pengendalian kualitas.

c. Penentuan standar operasi ( SOP ).

d. Penentuan fasilitas produksi.

e. Penentuan harga pokok produksi.

Sub sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi.

Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang

dibuat serta bagaimana cara membuatnya atau proses produksinya.

2.3 Teori Persediaan

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian persediaan, yaitu :

a. Menurut Przwirosentono ( 2001), persediaan adalah kekayaan lancar yang

terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaarr bahan mentah (bahan baku /

material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.

b. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada

setiap saat mengalami perubahan ( Gitosudarmo, 2002).

c. Soemarso (1999), Mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang barang

yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan

operasional perusahaan.

d. Yuliana (2001), Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum

digunakan, persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa yang akan datang pada

saat aktif.

Page 21: i Nengah Artana Proposal

e. Riyanto (2001:69), Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari

modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara

terus-menerus mengalami perubahan.

f. Sedangkan menurut PSAK No.14 Paragraf 3, menyatakan pengertian persediaan

adalah aktiva :

a. Tersedia untuk dijual dalam usaha kegiatan normal.

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies).

2.3.1 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses

selanjutnya dijual. Terdapat 3 jenis persediaan, yaitu :

1. Bahan baku (direct material).

2. Barang dalam proses ( Work in proses).

3. Barang jadi (Finished goods).

1. Bahan baku

Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses

produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan

kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan

produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat

efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi.

2. Barang dalam proses

Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi

barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh

lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk

keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran

persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam

rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan

menyempurnakan teknik - teknik rekayasa, sehingga dengan demikian proses

Page 22: i Nengah Artana Proposal

pengolahan bisa dipercepat. Cara lain adalah dengan membeli bahan-bahan dan

bukan membuatnya sendiri.

3. Barang Jadi

Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera

dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya

merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.

2.3.2 Fungsi-Fungsi Persediaan

Fungsi-fungsi persediaan penting artinya dalam upaya meningkatkan operasi

perusahaan, baik yang berupa operasi internal maupun operasi eksternal sehingga

perusahaan seolah-olah dalam posisi bebas.

Fungsi persediaan pada dasarnya terdiri dari tiga fungsi, yaitu :

a. Fungsi Decoupling.

Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi

kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier barang.

Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut :

1. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak

sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan

pengiriman.

2. Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat

lebih leluasa dalam berbuat.

3. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan

yang bersifat tidak pasti dari langganan.

b. Fungsi Economic Lot Sizing.

Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat

berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang

cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk. Pertimbangan

yang dilakukan dalam persediaan ini adalah penghematan yang dapat terjadi

pembelian dalam jumlah banyak yang dapat memberikan potongan harga, serta biaya

Page 23: i Nengah Artana Proposal

pengangkutan yang lebih murah dibandingkan dengan biaya-biaya yang akan terjadi,

karena banyaknya persediaan yang dimiliki.

4. Fungsi Antisipasi.

Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastian dalam jangka waktu

pengiriman barang dari perusahaan lain, sehingga memerlukan persediaan

pengamanan (safety stock), atau perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang

dapat diperkirakan sebeumnya yang didasarkan pengalaman masa lalu akibat

pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan

seaseonal inventory (persediaan musiman) (Asdjudiredja,1999:114).

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam

fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan

perusahaan antara lain :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang

dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus

dikembalikan.

3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga

perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas

(quantity discount).

6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang

diperlukan.

2.4 Teori Bahan Baku

a. Menurut mulyadi ( 1986 : 118 ) bahan baku adalah bahan yang membentuk

bagian intergral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan

manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import atau dari

pengolahan sendiri.

b. Pengertian bahan baku menurut Suadi (2000:64) adalah bahan yang menjadi

bagian produk jadi dan dapat diidentifikasikan ke produk jadi.

Page 24: i Nengah Artana Proposal

c. Bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses

menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari

perusahaan (Syamsuddin,2001:281).

d. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo (1997:153) bahan baku adalah bahan

mentah, komponen, sub-perakitan serta pasokan (supplies) yang dipergunakan

untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.

e. Bahan baku adalah barang yang dibuat menjadi barang lain (Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia,1997:47).

2.4.1 Pengertian Bahan Baku

Suatu perusahaan yang memproduksi suatu barang atau produk akan selalu

membutuhkan bahan baku dalam pelaksanaan proses produksinya. Bahan baku

merupakan hal yang penting dalam berbagai proses produksi. kekurangan bahan baku

dapat mempengaruhi proses produksi karena habisnya bahan baku yang akan diproses

sehingga kemungkinan untuk memproduksi barang atau produk akan terganggu.

berdasarkan teori – teori yang ada seperti tercantum diatas, bahwa bahan baku dalam

penelitian ini dapat diartikan yaitu bahan yang digunakan dalam proses produksi pada

perusahaan.

2.5 Teori Kualitas

Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai macam definisi. Berikut ini

adalah definisi yang dikemukan oleh para ahli ( Suardi, 2003:pp. 2- 3 ) :

1. Philip B. Crosby

Crosby berpendapat bahwa mutu ( kualitas ) berarti kesesuain terhadap

persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter yang ahli. Crosby

juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang pada proses dalam

organisasi. Pendekatan Crosby adalah proses top down.

Page 25: i Nengah Artana Proposal

2. W. Edward Deming

Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk

mencapai penyempurnaan terus – menerus, seperti penerapan kaizen di Toyota dan

gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatan Deming merupakan bottom up.

3. Joseph M. Juran

Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan,

seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit dirancang untuk ke

kantor atau ke pesta. Pendekatan Juran merupakan orientasi pada upaya pemenuhan

harapan pelanggan.

4. K. Ishikawa

Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan. Dengan

demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan

pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.

5. Scherkenbach (1991)

Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa

yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang

menunjukkan nilai produk tersebut.

6. Elliot (1993)

Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan

tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan.

7. Goetch dan Davis (1995)

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk,

pelayanan, orang, proses yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.

8. Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI

19-8402-1991)

Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang

kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas

maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum

dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.

Page 26: i Nengah Artana Proposal

2.5.1 Pengertian Kualitas

2.5.2 Standar Kualitas Batako

Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu – batuan yang

pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,

semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambahan lainnya (

aditif ). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok – balok

dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran

yang digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batako merupakan

komponen non struktural yang disusun dari semen, pasir dan air.

Menurut persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia ( 1982 ) pasal 6 “

batako adalah bata yang dibuat dengan men cetak dan memelihara dalam kondisi

lembab”. Batako terdiri dari dua jenis, yaitu : batako jenis berlubang (hallow) dan

batako yang padat (solid). Dari hasil pengetasan terlihat bahwa batako yang jenis

solid lebih padat dan mempunyai kekuatan yang lebih baik. Batako berlubang

mempunyai luas penampang lubang dan isi lubang masing-masing tidak melebihi 5

% dari seluruh luas permukaannya.

( a ) ( b )

Gambar 2.5.2 ( a ) batako berlubang ( hallow ) dan ( b ) batako tidak

berlubang atau padat ( solid ). ( Sumber : Universitas Sumatera Utara ).

Kekuatan dari batako dipengarui oleh komposisi penyusunan yaitu jenis

semen dan pasir yang dipakai, dan perbandingan jumlah semen terhadap agregat dan

air. Batako yang baik yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak lurus

serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.

Page 27: i Nengah Artana Proposal

Berdasarkan PUBI (1982), disebutkan tentang syarat dan mutu batako serta

klasifikasinya sebagai bahan bangunan. Dalam penggunaan batako harus memenuhi

syarat fisik maupun syarat ukuran standard dan toleransi sebagai berikut :

a. Syarat Fisis

Secara fisis batako harus memenuhi syarat sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

Kekuatan Tekan Bruto Minimum*)

(Kgf/cm²)

Batako Penyerapan

Maksimum

Mutu Rata – rata dari

benda uji

Masing – masing

benda uji

(% Berat)

A1 20 17 -

A2 35 30 -

A3 50 45 35

A4 70 65 25

Sumber : Departemen Pekerjaan umum, 1982 : 27

Table 2.5.2 Syarat Fisis Batako

Kuat tekan brutto adalah beban keseluruhan pada waktu benda uji pecah

dibagi dengan luas ukuran nominal batako, termasuk luas lubang serta cekung tepi.

Syarat untuk pandangan luar dan kesikuan rusuk, meliputi :

a. bidang permukaannya harus tidak cacat.

b. bentuk permukaan lain yang didesain diperbolehkan.

c. rusuk-rusuknya siku satu sama lain.

d. sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.

Syarat Ukuran Standard dan Toleransi

Ukuran batako sebagaimana yang disyarakatkan dalam Standard Industri

Indonesia yaitu sebagai berikut:

Page 28: i Nengah Artana Proposal

Ukuran Nominal*)

(mm)

Tebal Kelopak ( Dinding Rongga )

Minimum (mm)

Jenis Panjang Lebar Tebal Luar Dalam

Tipis 400±3 200±3 100±2 20 25

Sedang 400±3 200±3 150±2 20 15

Tebal 400±3 200±3 200±2 25 20

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1982 : 28

Tabel 2.5.2 Ukuran Standard dan Toleransi

Ukuran nominal sama dengan ukuran batako sesungguhnya ditambah 10 mm, tebal

siar/adukan.

Persyaratan batako menurut PUBI (1982) Pasal 6 antara lain adalah

”Permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu

pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ± 400 mm, lebar ± 200 mm, dan

tebal 100 – 200 mm, kadar air 25 – 35 % dari berat, dengan kuat tekan antara 2 – 7

N/mm2” (Wijarnako W., 2008). Batako juga merupakan bentukan dari montar

ataupun beton, umumnya montar merupakan campuran dari semen, pasir dan air yang

dapat merekatkan dalam campuran beton. Sedangkan untuk pandangan luar dan

kesikuan rusuk meliputi :

1. bidang permukaannya halus dan tidak cacat.

2. bentuk permukaan lain yang didesain diperbolehkan.

3. rusuk-rusuknya siku satu sama lain.

4. sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.

2.5.3 Dimensi Kualitas

Bagian dari kualitas produk yaitu tentang kualitas suatu produk. Kualitas

suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-

dimensinya. Dimensi kualitas yaitu :

Page 29: i Nengah Artana Proposal

a. Kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus (continuous

improvement process) yang dapat diukur dengan dukungan manajemen,

karyawan, dan pemerintah.

b. Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya.

c. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi.

d. Kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

produksi perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa atau pelayanan bagi

perusahaan jasa.

Hal – hal yang perlu diperhatikan mengenai kualitas pada industri manufaktur, seperti

:

a. Orientasi dari kualitas adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan

perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada kualitas. Dari beberapa definisi

terdahulu secara garis besar, kualitas adalah keseluruhan ciri atau karateristik

produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan

pelanggan. Dengan demikian produk yang kualitas mempunyai nilai subjektivitas

yang tinggi antara satu konsumen dengan konsumen lain sehingga dimensi

kualitas berbeda satu dari yang lain. Kualitas produk atau jasa akan dapat

diwujudkan bila seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi berorientasi pada

kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction).

b. Kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif

konsumen, di mana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan dapat tercapai

kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk

digunakan oleh konsumen (Fitness for Consumer Use), (Russel, 1996).

Page 30: i Nengah Artana Proposal

Dua Perseptif Kualitas

Tabel 2.5.3 dua persepektif Kualitas

Sumber : Russel, 1996

2.5.3.1 Dimensi Kualitas Untuk Industri Manufaktur

Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz, untuk menentukan

dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan

berikut ini, yaitu :

a. Performance

Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan

karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

b. Features

Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar,

berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

Fitness for

costumer use

Pemasaran Kualitas Desain

1. Karakteristik

Kualitas

2. Harga

Kualitas Kesesuaian

1. Sesuai Standar

2. Sesuai Biaya

Produksi

Pandangan produsen Pandangan Konsumen

Arti Kualitas

Page 31: i Nengah Artana Proposal

c. Realibility

Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang

berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu

dan dalam kondisi tertentu pula.

d. Conformance

Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah

ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan

derajat ketepatan antara karakteritik desain produk dengan karakteristik kualitas

standar yang telah ditetapkan.

e. Durability

Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa

pakai barang.

f. Service ability

Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi,

kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.

g. Aesthetics

Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika

yang berkaitan dengan pertimbangan pribadidan refleksi dari preferensi individual.

h. Fit and finish

Sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan

produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

2.6 Agregat Pasir

Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,

sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga

macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Pada konstruksi bahan

bangunan pasir digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi

perekat pasangan bata maupun keramik, pasir urug, screed lantai dll.

Page 32: i Nengah Artana Proposal

Menurut standar nasional indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28)

disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan

bangunan adalah sebagai berikut :

1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks

kekerasan < 2,2.

2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :

a. jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.

b. jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.

c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandung

lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.

d. Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus

dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans–Harder dengan larutan jenuh

NaOH 3%.

e. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai

3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.

f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali

harus negatif.

g. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu

beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan

yang diakui.

h. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus

memenuhi persyaratan pasir pasangan.

Page 33: i Nengah Artana Proposal

Tabel 2.6 syarat batas gradasi pasir.

Keterangan :

Zone 1 = Pasir Kasar

Zone 2 = Pasir Agak Kasar

Zone 3 = Pasir Halus

Zone 4 = Pasir Agak

Lubang

ayakan

(mm)

Berat Tembus Komulatif

(%)

Zone 1 Zone 2

Zone 3 Zone 4

Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas

10 100 100 100 100 100 100 100 100

4.8 90 100 90 100 90 100 95 100

2.4 60 95 75 100 80 100 95 100

1.2 30 70 55 100 75 100 90 100

0.6 15 34 35 59 60 79 80 100

0.3 5 20 8 30 12 40 15 50

0.15 0 10 0 10 0 10 0 15

Page 34: i Nengah Artana Proposal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Objek Penelitian

Penelitian tentang pengaruh kualitas bahan baku terhadap kualitas batako ini

dilaksanakan di Dusun Geliang, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten

Karangasem, dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan

tentang bagaimana membuat batako yang berkualitas dari penyediaan/ pemilihan

bahan baku yang berkualitas, cara memproduksi dalam hal ini pencampuran bahan

yang dipakai membuat batako, dan mampu bersaing dengan dengan perusahaan –

perusahaan lainya yang memproduksi batako juga.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Nopember 2010.

3.3 Rancangan Penelitian

Kualitas merupakan modal utama perusahaan dalam menarik konsumen atau

memuaskan konsumen, inilah yang menjadi acuan pengusaha batako dalam

mensejajarkan usaha yang dimilikinya dengan pengusaha lainnya yang sejenis.

Dengan adanya kualitas yang baik akan membawa dampak yang baik pula pada

perusahaan, yaitu perusahaan akan terus berkembang dan mencapai kesuksesan.

Bahan baku dan proses produksi yang baik akan menopang jalannya produksi

menuju kearah produksi yang berkualitas yang sesuai dengan harapan konsumen /

masyarakat. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas pengusaha harus memilki

bahan baku yang berkualitas hal ini dapat dilakukan dengan memilih bahan baku

yang baik dan juga mampu melakukan persediaan bahan baku agar nantinya tidak

kesulitan dalam memenuhi bahan baku yang merupakan motor penggerak utama

dalam proses produksi batako.

3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Dalam proses produksi batako, bahan baku sangat berperan penting sekali

untuk kelancaran dari sebuah proses produksi. Namun proses produksi ini tidak hanya

berhenti sampai disana saja, tetapi harus juga memikirkan bagaimana kualitas dari

Page 35: i Nengah Artana Proposal

bahan baku dan hasil dari proses produki tersebut. Kajian mengenai pengaruh kualitas

bahan baku terhadap hasil proses produksi itu sangat penting sekali karena nantinya

pengusaha tidak bingung tentang kualitas hasil produksinya. Penelitian ini dilakukan

dengan metode deskriptif. Secara khusus perlu diketahui beberapa pengertian

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena – fenomena yang ada, baik fenomena

ilmiah atau fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang

satu dengan fenomena yang lainnya ( sukmadinata, 2006 : 72 ). Penelitain deskriptif

merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan

sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat efek atau akibat yang terjadi, atau

kecendrungan yang tengah berlangsung. Furchan ( 2004:447 ) menjelaskan bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memproleh informasi

tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam

penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak

ada uji hipotesis seperti pada penelitian eksperiman.

Penelitian deskriptif seperti yang dikemukan oleh furchan (2004) mempunyai

karakteristik – karakteristik seperti :

a. Penelitin deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan

cara menelaah secara teratur – ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan

secara cermat.

b. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.

c. Tidak adanya uji hipotesis.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif

kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu

data yang tidak dapat diukur dengan angka – angka. Dimana data kualitatif yang

dipakai adalah data kualitatif primer diantaranya adalah dengan metode wawancara

adalah suatu cara dalam pengumpulan data dengan secara langsung mengadakan

dialog dengan orang yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti. Makdudnya

Page 36: i Nengah Artana Proposal

bahwa pengumpulan informasi tentang batako langsung kepada pekerja atau pemilik

usaha batako. Dimana pemilik usaha batako ini adalah Bapak I Nengah Murka

sehingga informasi yang dibutuhkan atau diperlukan tentang batako langsung kepada

beliau. Sedangakan metode kuantitatif adalah suatu data yang dapat dihitung. Metode

kuantitatif ini dapat berupa diagram, tabel. Data – data tersebut dapat diperoleh dari

uji coba. Uji coba adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara

melakukan eksperimen langsung dari objek yang diteliti. Uji coba yang dilakukan

disini adalah uji coba terhadap batako. Dimana hal ini dilakukan untuk mengetahui

kekuatan atau kualitas yang dimiliki batako yang diteliti.

Berdasarka uraian diatas, penelitian memperhatikan metode yang benar dan

sesuai agar menghasilkan data yang akurat sehingga nantinya berguna bagi

perusahaan guna memenuhi produk yang berkualitas.