1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa
setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami
asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia
dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal.
Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%),
asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan
kongenital (JNPK-KR, 2008).
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu
34/1.000 kelahiran hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat
dini yaitu masa neonatal. Target MDGs tahun 2015 untuk menurunkan
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup
memerlukan rangkaian upaya dan strategi khususnya peningkatan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan pada masa neonatal (Depkes RI, 2011).
2
Di Indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam
program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy
safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan
angka kematian neonatal dari 25/1000 kelahiran hidup menjadi 15/1000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2011).
Penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah asfiksia bayi
baru lahir,prematurita/bayi berat lahir rendah dan infeksi. Data SDKI
2007 menunjukkan 52,7% persalinan terjadi di rumah, dan bidan sebagai
penolong persalinan di lini terdepan akan sering menjumpai kasus
asfiksia atau masalah bayi baru lahir lainnya. Sehingga bidan harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang resusitasi bayi baru
lahir dan penanganan neonates sakit, yang sangat penting dalam upaya
penurunan Angka Kematian Bayi (Deples RI,2011)
Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38 % meninggal
pada masa BBL (IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama
disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%),
kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO, 2007).
Menurut data Depkes tahun 2010, penyebab langsung kematian bayi
(28%) disebabkan BBLR, asfiksia (12%), tetanus (10%), masalah pemberian
makanan (10%), infeksi (6%), gangguan hematologik (5%) dan lain-lain
(27%).
3
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika
dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN (Association of Southeast
Asian Nations). Berdasarkan HDR (Human Development Report) 2010, AKB
(Angka Kematian Bayi) di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran.
Berdasarkan SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) , pada tahun 1990
angka kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, walaupun angka ini
telah turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target MDGs
(Millenium Development Goals) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Yeni, 2011).
Sebagian besar penyebab kematian bayi adalah asfiksia (kesulitan bernafas
saat lahir). Menurut WHO (World Health Organization), diperkirakan 23%
seluruh angka kematian neonatus diseluruh dunia disebabkan oleh asfiksia
neonatorum, dengan proporsi lahir mati lebih besar, laporan WHO menyebutkan
bahwa asfiksia menepati urutan ke-6 yaitu sebanyak 8% sebagai penyebab
kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum,
dan kelahiran premature. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah
mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang
seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar (Ernila, 2009).
Insiden asfiksia neonatorum dinegara berkembang lebih tinggi dari pada
negara maju. Asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20% diantaranya
meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000
4
kelahiran hidup. Secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun
karena asfiksia (Hary, 2008).
Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2009 jumlah
kematian sebanyak 819 orang, diantaranya dengan kasus Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus neonatorum, infeksi dan penyakit lainnya dan
jumlah kematian akibat asfiksia pada bayi baru lahir sebanyak 278 orang (34%),
sedangkan jumlah kematian bayi baru lahir di Aceh Utara sebanyak 43 orang dan
pada kasus asfiksia neonatorum sebanyak 17 orang (39%) (Data Dinkes Aceh
Utara, 2011).
5
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Asuhan
Kenidanan Pada By. Ny.S dengan Asfiksia Neonatorum.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Asfiksia Neonatorum.
b. Untuk mengetahui penyebab Asfiksia Neonatorum.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala Asfiksia Neonatorum.
d. Untuk mengetahui komplikasi Asfiksia Neonatorum.
e. Untuk mengatahui penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.
B. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Agar dapat lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan klien dan
dapat mengkaji sedalam dalamnya sehingga dapat menemukan masalah
dan menentukan tindakan asuhan kebidanan.
2. Bagi Institusi
Kepada lembaga pendidikan ,khususnya Akademi Kebidanan
Darussalam agar dapat lebih memahami penyakit pasien khususnya
dengan diagnose Asfiksia Neonatorum.
6
3. Bagi mahasiswa
Agar lebih memahami tentang masalah Asfiksia Neonatorum. karena
masalah ini merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan syok
yang dapat mengakibatkan kematian.
4. Bagi Ibu
Agar ibu mengetahui tentang penyakit Asfiksia Neonatorum penyebab
maupun gejalanya sehingga dengan mengertinya ibu dan keluarga
penyakit ini dapat dihindari dan juga di cegah.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan gawat bayi berupa
kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Konsekuensi
fisiologis yang terutama terjadi pada asfiksia adalah depresi susunan saraf
pusat dengan kriteria menurut World Health Organization (WHO) tahun
2008 didapatkan adanya gangguan neurologis berupa hypoxic ischaemic
enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan
segera (WHO, 2010)
Keadaan asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai
akibat langsung dari hipoksia mer upakan penyebab utama kegagalan
adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini juga berakibat pada terganggunya
fungsi dari masing- masing jaringan dan organ yang akan menjadi masalah
pada hari-hari pertama perawatan setelah lahir (Yeni, 2005).
8
Menurut Yeni (2009) klasifikasi Asfiksia neonatorum yaitu:
1. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
detak jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan
henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah,2005).
9
B. Etiologi
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan
asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan
persalinan memegang peranan penting untuk keselamatan bayi. 2,17 Gomella
(2009) yang dikutip dari AHA dan American Academy of Pediatrics (AAP)
mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang
terdiri dari :
1. Faktor ibu :
a. Hipoksia ibu : hal ini berakibat pada hipoksia janin. Hipoksia ibu
dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesia lain.
b. Ganggguan aliran darah uterus : berkurangnya aliran darah pada uterus
akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan
lain-lain.
10
3. Faktor janin
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher dan lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat ter jadi karena
beberapa hal, yaitu :
a. pemakaian obat anestesi dan analgesia yang berlebihan
b. trauma persalinan
c. kelainan kongenital bayi seperti hernia diafragmatika, atresia saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
11
C. Tanda dan Gejala
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
mengalami gangguan.
Gejala yang ditimbulkan adalah Bayi yang mengalami kekurangan
O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga
menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur
dan memasuki periode apnue primer.
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat. Gejala lanjut
pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-magap dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
12
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
D. Komplikasi
Menurut Sarwono (2005) Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus
antara lain :
1. Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun
akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak
yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan
lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
13
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan otak.
E. Patofisiologi
Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara, proses ini dianggap perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian berlanjut
dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh
buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan
pernafasan mengakibatkan gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida sehingga menimbulkan berkurangnya oksigen dan
14
meningkatnya karbondioksida, diikuti dengan asidosis respiratorik
(Sarwono, 2004)
Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel akan berlangsung
dalam suasana anaerobik yang berupa glikolisis glikogen sehingga
sumber utama glikogen terutama pada jantung dan hati akan berkurang
dan asam organik yang terjadi akan menyebabkan asidosis metabolik.
F. Penatalaksanaan
Menururt ElizaBeth (2006) Tindakan untuk mengatasi asfiksia
neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang
mungkin muncul. Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan:
1. Faktor waktu sangat penting.
2. Kerusakan yang timbul pada bayi anoksia/ hipoksia antenatal tidak
dapat diperbaiki.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas
tentang faktor penyebab terjadinya depsesi penafasan pada bayi baru
lahir.
4. Penilaian bayi baru lahir per lu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan
dapat dipilih dan ditentukan secara tepat dan adekuat.
15
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi:
1. Memastikan saluran terbuka
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trakea.
c. Bila perlu masukkan pipa endotracheal (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
b. Memakai ventilasi tekanan positif (VTP) bila perlu seperti:
sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada.
b. Pengobatan
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal : 25 Desember 2013 Pukul : 02.45 wib
Ruang : BPS
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS
Nama bayi : Bayi Ny. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 25 Desember 2013
Jam : .02.45 Wib
Anak ke : pertama
Alamat : Pirak timu
Nama Ibu : Ny. N Nama Ayah : Tn. T
Umur : 26 tahun Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pirak Timu Alamat : Pirak Timu
17
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
Pada tanggal : 25 Desember 2013
Pukul : 02.45 wib
1. Riwayat pendidikan kehamilan
Pendarahan : Tidak Ada
Pre-eklampsia : Tidak Ada
Eklampsia : Tidak Ada
Penyakit kelamin : Tidak Ada
Dll : Tidak Ada
2. Kebiasaan waktu hamil
Makanan : Nasi, sayur-sayuran dan ikan
Obat-obatan/jamu : Ada
Merokok : Tidak Ada
Dll : Tidak Ada
3. Riwayat Kehamilan
Keadaan kesehatan selama hamil : Baik
ANC selama hamil : Teratur (4x selama hamil)
TT selama hamil : 2x selama hamil
Dapat tablet besi selama hamil : 90 Tablet
Penyakit menyertai ibu hamil : Tidak Ada
Gizi ibu selama hamil : Baik
18
Foto rotgen selama hamil : Tidak Ada
Tempat pemeriksaan hamil : Bidan dan Puskesmas
Riwayat persalinan dahulu : Normal/Spontan
4. Riwayat Persalinan Sekarang
Jenis Persalinan : Normal/Spontan
Ditolong Oleh : Bidan
Lama Persalinan
Kala I : ± 240 Menit
Kala II : ± 120 Menit
Ketuban Pecah : Jernih Lamanya : 30 Menit
Warna : Putih Jumlah : 800 Ml
Komplikasi Persalinan Ibu : Tidak
Anak : Hipoksia
5. Keadaan bayi baru lahir
Nilai Apgar : 1-5
5-10
Parasitasi : Tidak Ada
Pengisapan Lendir : Ada
Ambu : Tidak Ada
Massage jantung : Ada
Intubasi Endotraheal : Ada
√
19
Oksigen : Ada (2 Liter)
Terapi : Ada
Keterangan : Tidak segera bernafas dengan spontan
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
Keadaan Umum : Baik
Suhu : 37.5
Pernafasan : 78 x/menit
Polse :134 x/menit
Berat Badan BBL :3600 gr
Pemeriksaan fisik secara sistematis
Kepala : Bentuk kepala mesosephal, tidak ada cepalhematum
Ubun-ubun : Tidak ada pembengkakan
Muka : Tidak oedema
Telinga : Tidak ada serumen
Hidung : Tidak ada folip atau bersih
Mulut : Bersih
Leher : Tidak ada pembengkakan
Dada : Simetris dan areola menonjol
Tali pusat :Tidak ada Infeksi
Punggung : Simetris
20
Ekstermitas : tidak ada polidipsi
Genetalia : normal, satu skrotum dan satu penis dan lubang uretra
Anus : Tidak ada Atresia Ani
Reflek
Reflek Morro : Ada
Reflek Rooting : Tidak ada
Reflek Walking : Tidak ada
Reflek Graphs/Planter : Tidak ada
Reflek Sucking : Tidak ada
Reflek Tonik Neek : Melemah
Antopometri
Lingkar Kepala : 30 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas : 10 cm
Eliminasi
Miksi : Ada Warna : putih Tgl : 22-11-2013 Jumlah: 50 cc
Mekonium: Ada Warna: hitam Tgl : 22-11-2013 Jumlah :
1x ganti popok
21
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa
Bayi Baru lahir, bayi Ny. N usia 0 dengan asfiksia ringan
Data Dasar
DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 25 Desember 2013 pukul
15.00 WIB dengan umur kehamilan 39 minggu secara normal dan
lahir tidak segera menangis
DO :
KU : baik
BB : 3600 gram
PB : 47 cm
LK : 30 cm
LD : 33 cm
S : 38.3 ᴼC
R : 78x/menit
APGAR SCORE : 6
Masalah
Sesak Nafas
Kebutuhan
O2
22
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Antisipasi terhadap tejadinya kejang
IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Tidak Ada
V. RENCANA MANAJEMEN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Tanda vital : Temp 38.3 BB : 3600 gr
b. Menjaga kehangatan bayi
c. Lakukan pengukuran Antropometri
d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
e. Dokumentasi semua tindakan
VI. PELAKSANAAN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mengalami asfiksia
ringan atau sesak nafas.
b. Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain kering
dan bersih dan menyalakan lampu penghangat.
c. Lakukan pengukuran Antropometri
1. Berat Badan : 3600 gram
23
2. Panjang Badan : 47 cm
3. LILA : 10 cm
4. Lingkar Dada : 33 cm
5. Lingkar Kepala : 30 cm
d. Persiapan bayi : bayi tidur terlentan
e. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan tetap menjaga
kehangatan bayi.
f. Mendokumentasikan semua tindakan.
24
VII. EVALUASIA
a. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan
b. Bayi sudah terjaga kehangatannya
c. Sudah dilakukan Antropometri
Berat Badan : 3600 gram
Panjang Badan : 47 cm
LILA : 10 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Kepala : 30 cm
d. Injeksi Vit K telah diberikan
e. Bayi sudah disusui ibunya
f. Melakukan intervensi lanjutan ke ruang NICU
g. Dokumentasi sudah dilakukan
25
CATATAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA By. Ny. N DENGAN SOAP
S = Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 25 Desember 2013 pukul 15.00
WIB dengan umur kehamilan 39 minggu secara normal dan kemarin
sesak nafas.
O = KU : baik
BB : 3600 gram
PB : 47 cm
LK : 30 cm
LD : 33 cm
S : 38.3 ᴼC
R : 78x/menit
A = -Ibu mengatakan GI P0 A0, hamil 39 minggu dengan inpartu kala I
persalinan fase aktif, ketuban utuh dan DJJ 140 x/menit
-Bayi Baru lahir, bayi Ny. N usia 0 dengan asfiksia ringan
P = - Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mengalami asfiksia
ringan atau sesak nafas.
- Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain kering
dan bersih dan menyalakan lampu penghangat.
26
-Lakukan pengukuran Antropometri
1. Berat Badan : 3900 gram
2. Panjang Badan : 47 cm
3. LILA : 10 cm
4. Lingkar Dada : 33 cm
5. Lingkar Kepala : 30 cm
- Injeksi Vitamin K berguna untuk mencegah perdarahan.
- Persiapan bayi : bayi tidur terlentan
- Melakukan pemeriksaan laboratorium
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan tetap menjaga
kehangatan bayi.
- Mendokumentasikan semua tindakan.
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan kriteria
didapatkan adanya gangguan neurologis berupa hypoxic ischaemic
enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan
segera.
Keadaan asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya
sebagai akibat langsung dari hipoksia mer upakan penyebab utama
kegagalan adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini juga berakibat pada
terganggunya fungsi dari masing- masing jaringan dan organ yang akan
menjadi masalah pada hari-hari pertama perawatan setelah lahir.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Agar dapat lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan klien dan
dapat mengkaji sedalam dalamnya sehingga dapat menemukan masalah dan
menentukan tindakan asuhan kebidanan.
28
2. Bagi Institusi
Kepada lembaga pendidikan ,khususnya Akademi Kebidanan
Darussalam agar dapat lebih memahami penyakit pasien khususnya Asfiksia
neonatorum ringan sedang maupun Berat
3. Bagi mahasiswa
Agar lebih memahami tentang penyakit Asfiksia Neonatorum karena
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang mematikan jika tidak
ditangani dengan benar.
2. Bagi Ibu
Agar ibu mengetahui tentang penyakit asfiksia ,penyebab maupun
gejalanya sehingga dengan mengertinya ibu, penyakit ini dapat dihindari dan
juga di cegah.
Top Related