BAB I

40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 kelahiran hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa

setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami

asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari

seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia

dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal.

Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%),

asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan

kongenital (JNPK-KR, 2008).

Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu

34/1.000 kelahiran hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat

dini yaitu masa neonatal. Target MDGs tahun 2015 untuk menurunkan

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup

memerlukan rangkaian upaya dan strategi khususnya peningkatan akses

dan kualitas pelayanan kesehatan pada masa neonatal (Depkes RI, 2011).

Page 2: BAB I

2

Di Indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam

program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy

safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan

angka kematian neonatal dari 25/1000 kelahiran hidup menjadi 15/1000

kelahiran hidup (Depkes RI, 2011).

Penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah asfiksia bayi

baru lahir,prematurita/bayi berat lahir rendah dan infeksi. Data SDKI

2007 menunjukkan 52,7% persalinan terjadi di rumah, dan bidan sebagai

penolong persalinan di lini terdepan akan sering menjumpai kasus

asfiksia atau masalah bayi baru lahir lainnya. Sehingga bidan harus memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang resusitasi bayi baru

lahir dan penanganan neonates sakit, yang sangat penting dalam upaya

penurunan Angka Kematian Bayi (Deples RI,2011)

Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38 % meninggal

pada masa BBL (IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama

disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%),

kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO, 2007).

Menurut data Depkes tahun 2010, penyebab langsung kematian bayi

(28%) disebabkan BBLR, asfiksia (12%), tetanus (10%), masalah pemberian

makanan (10%), infeksi (6%), gangguan hematologik (5%) dan lain-lain

(27%).

Page 3: BAB I

3

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika

dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN (Association of Southeast

Asian Nations). Berdasarkan HDR (Human Development Report) 2010, AKB

(Angka Kematian Bayi) di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran.

Berdasarkan SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) , pada tahun 1990

angka kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, walaupun angka ini

telah turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target MDGs

(Millenium Development Goals) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun

menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Yeni, 2011).

Sebagian besar penyebab kematian bayi adalah asfiksia (kesulitan bernafas

saat lahir). Menurut WHO (World Health Organization), diperkirakan 23%

seluruh angka kematian neonatus diseluruh dunia disebabkan oleh asfiksia

neonatorum, dengan proporsi lahir mati lebih besar, laporan WHO menyebutkan

bahwa asfiksia menepati urutan ke-6 yaitu sebanyak 8% sebagai penyebab

kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum,

dan kelahiran premature. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah

mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang

seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar (Ernila, 2009).

Insiden asfiksia neonatorum dinegara berkembang lebih tinggi dari pada

negara maju. Asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20% diantaranya

meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000

Page 4: BAB I

4

kelahiran hidup. Secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun

karena asfiksia (Hary, 2008).

Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2009 jumlah

kematian sebanyak 819 orang, diantaranya dengan kasus Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus neonatorum, infeksi dan penyakit lainnya dan

jumlah kematian akibat asfiksia pada bayi baru lahir sebanyak 278 orang (34%),

sedangkan jumlah kematian bayi baru lahir di Aceh Utara sebanyak 43 orang dan

pada kasus asfiksia neonatorum sebanyak 17 orang (39%) (Data Dinkes Aceh

Utara, 2011).

Page 5: BAB I

5

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Asuhan

Kenidanan Pada By. Ny.S dengan Asfiksia Neonatorum.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian Asfiksia Neonatorum.

b. Untuk mengetahui penyebab Asfiksia Neonatorum.

c. Untuk mengetahui tanda dan gejala Asfiksia Neonatorum.

d. Untuk mengetahui komplikasi Asfiksia Neonatorum.

e. Untuk mengatahui penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.

B. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Agar dapat lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan klien dan

dapat mengkaji sedalam dalamnya sehingga dapat menemukan masalah

dan menentukan tindakan asuhan kebidanan.

2. Bagi Institusi

Kepada lembaga pendidikan ,khususnya Akademi Kebidanan

Darussalam agar dapat lebih memahami penyakit pasien khususnya

dengan diagnose Asfiksia Neonatorum.

Page 6: BAB I

6

3. Bagi mahasiswa

Agar lebih memahami tentang masalah Asfiksia Neonatorum. karena

masalah ini merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan syok

yang dapat mengakibatkan kematian.

4. Bagi Ibu

Agar ibu mengetahui tentang penyakit Asfiksia Neonatorum penyebab

maupun gejalanya sehingga dengan mengertinya ibu dan keluarga

penyakit ini dapat dihindari dan juga di cegah.

Page 7: BAB I

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan gawat bayi berupa

kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini

disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Konsekuensi

fisiologis yang terutama terjadi pada asfiksia adalah depresi susunan saraf

pusat dengan kriteria menurut World Health Organization (WHO) tahun

2008 didapatkan adanya gangguan neurologis berupa hypoxic ischaemic

enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan

segera (WHO, 2010)

Keadaan asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai

akibat langsung dari hipoksia mer upakan penyebab utama kegagalan

adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini juga berakibat pada terganggunya

fungsi dari masing- masing jaringan dan organ yang akan menjadi masalah

pada hari-hari pertama perawatan setelah lahir (Yeni, 2005).

Page 8: BAB I

8

Menurut Yeni (2009) klasifikasi Asfiksia neonatorum yaitu:

1. Asfiksia Ringan

Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan

tindakan istimewa.

2. Asfiksia Sedang

Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi

detak jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi

jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan

kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan

henti jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10

menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 

pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah,2005).

Page 9: BAB I

9

B. Etiologi

Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan

asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan

persalinan memegang peranan penting untuk keselamatan bayi. 2,17 Gomella

(2009) yang dikutip dari AHA dan American Academy of Pediatrics (AAP)

mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang

terdiri dari :

1. Faktor ibu :

a. Hipoksia ibu : hal ini berakibat pada hipoksia janin. Hipoksia ibu

dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau

anestesia lain.

b. Ganggguan aliran darah uterus : berkurangnya aliran darah pada uterus

akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan

kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan

mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan

lain-lain.

Page 10: BAB I

10

3. Faktor janin

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah

dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara

ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

menumbung, tali pusat melilit leher dan lain-lain.

4. Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat ter jadi karena

beberapa hal, yaitu :

a. pemakaian obat anestesi dan analgesia yang berlebihan

b. trauma persalinan

c. kelainan kongenital bayi seperti hernia diafragmatika, atresia saluran

pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

Page 11: BAB I

11

C. Tanda dan Gejala

Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang

disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel

jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah

mengalami gangguan.

Gejala yang ditimbulkan adalah Bayi yang mengalami kekurangan

O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila

asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga

menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur

dan memasuki periode apnue primer.

Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi

pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat. Gejala lanjut

pada asfiksia :

1. Pernafasan megap-magap dalam

2. Denyut jantung terus menurun

3. Tekanan darah mulai menurun

Page 12: BAB I

12

4. Bayi terlihat lemas (flaccid)

5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)

6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)

7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)

8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob

9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular

D. Komplikasi

Menurut Sarwono (2005) Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus

antara lain :

1. Edema otak dan Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah

berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun

akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak

yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan

perdarahan otak.

2. Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,

keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang

disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan

lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang

Page 13: BAB I

13

menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan

ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

3. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran

gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan

kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak

tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.

4. Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan

menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan

perdarahan otak.

E. Patofisiologi

Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat

sementara, proses ini dianggap perlu untuk merangsang kemoreseptor

pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian berlanjut

dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh

buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan

pernafasan mengakibatkan gangguan pertukaran oksigen dan

karbondioksida sehingga menimbulkan berkurangnya oksigen dan

Page 14: BAB I

14

meningkatnya karbondioksida, diikuti dengan asidosis respiratorik

(Sarwono, 2004)

Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel akan berlangsung

dalam suasana anaerobik yang berupa glikolisis glikogen sehingga

sumber utama glikogen terutama pada jantung dan hati akan berkurang

dan asam organik yang terjadi akan menyebabkan asidosis metabolik.

F. Penatalaksanaan

Menururt ElizaBeth (2006) Tindakan untuk mengatasi asfiksia

neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang

mungkin muncul. Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan:

1. Faktor waktu sangat penting.

2. Kerusakan yang timbul pada bayi anoksia/ hipoksia antenatal tidak

dapat diperbaiki.

3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas

tentang faktor penyebab terjadinya depsesi penafasan pada bayi baru

lahir.

4. Penilaian bayi baru lahir per lu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan

dapat dipilih dan ditentukan secara tepat dan adekuat.

Page 15: BAB I

15

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan

yang dikenal dengan ABC resusitasi:

1. Memastikan saluran terbuka

a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3cm.

b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trakea.

c. Bila perlu masukkan pipa endotracheal (pipa ET) untuk

memastikan saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

a. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.

b. Memakai ventilasi tekanan positif (VTP) bila perlu seperti:

sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut

(hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

kompresi dada.

b. Pengobatan

Page 16: BAB I

16

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 25 Desember 2013 Pukul : 02.45 wib

Ruang : BPS

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS

Nama bayi : Bayi Ny. N

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : 25 Desember 2013

Jam : .02.45 Wib

Anak ke : pertama

Alamat : Pirak timu

Nama Ibu : Ny. N Nama Ayah : Tn. T

Umur : 26 tahun Umur : 32 Tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pirak Timu Alamat : Pirak Timu

Page 17: BAB I

17

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Pada tanggal : 25 Desember 2013

Pukul : 02.45 wib

1. Riwayat pendidikan kehamilan

Pendarahan : Tidak Ada

Pre-eklampsia : Tidak Ada

Eklampsia : Tidak Ada

Penyakit kelamin : Tidak Ada

Dll : Tidak Ada

2. Kebiasaan waktu hamil

Makanan : Nasi, sayur-sayuran dan ikan

Obat-obatan/jamu : Ada

Merokok : Tidak Ada

Dll : Tidak Ada

3. Riwayat Kehamilan

Keadaan kesehatan selama hamil : Baik

ANC selama hamil : Teratur (4x selama hamil)

TT selama hamil : 2x selama hamil

Dapat tablet besi selama hamil : 90 Tablet

Penyakit menyertai ibu hamil : Tidak Ada

Gizi ibu selama hamil : Baik

Page 18: BAB I

18

Foto rotgen selama hamil : Tidak Ada

Tempat pemeriksaan hamil : Bidan dan Puskesmas

Riwayat persalinan dahulu : Normal/Spontan

4. Riwayat Persalinan Sekarang

Jenis Persalinan : Normal/Spontan

Ditolong Oleh : Bidan

Lama Persalinan

Kala I : ± 240 Menit

Kala II : ± 120 Menit

Ketuban Pecah : Jernih Lamanya : 30 Menit

Warna : Putih Jumlah : 800 Ml

Komplikasi Persalinan Ibu : Tidak

Anak : Hipoksia

5. Keadaan bayi baru lahir

Nilai Apgar : 1-5

5-10

Parasitasi : Tidak Ada

Pengisapan Lendir : Ada

Ambu : Tidak Ada

Massage jantung : Ada

Intubasi Endotraheal : Ada

Page 19: BAB I

19

Oksigen : Ada (2 Liter)

Terapi : Ada

Keterangan : Tidak segera bernafas dengan spontan

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

Keadaan Umum : Baik

Suhu : 37.5

Pernafasan : 78 x/menit

Polse :134 x/menit

Berat Badan BBL :3600 gr

Pemeriksaan fisik secara sistematis

Kepala : Bentuk kepala mesosephal, tidak ada cepalhematum

Ubun-ubun : Tidak ada pembengkakan

Muka : Tidak oedema

Telinga : Tidak ada serumen

Hidung : Tidak ada folip atau bersih

Mulut : Bersih

Leher : Tidak ada pembengkakan

Dada : Simetris dan areola menonjol

Tali pusat :Tidak ada Infeksi

Punggung : Simetris

Page 20: BAB I

20

Ekstermitas : tidak ada polidipsi

Genetalia : normal, satu skrotum dan satu penis dan lubang uretra

Anus : Tidak ada Atresia Ani

Reflek

Reflek Morro : Ada

Reflek Rooting : Tidak ada

Reflek Walking : Tidak ada

Reflek Graphs/Planter : Tidak ada

Reflek Sucking : Tidak ada

Reflek Tonik Neek : Melemah

Antopometri

Lingkar Kepala : 30 cm

Lingkar Dada : 33 cm

Lingkar Lengan Atas : 10 cm

Eliminasi

Miksi : Ada Warna : putih Tgl : 22-11-2013 Jumlah: 50 cc

Mekonium: Ada Warna: hitam Tgl : 22-11-2013 Jumlah :

1x ganti popok

Page 21: BAB I

21

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa

Bayi Baru lahir, bayi Ny. N usia 0 dengan asfiksia ringan

Data Dasar

DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 25 Desember 2013 pukul

15.00 WIB dengan umur kehamilan 39 minggu secara normal dan

lahir tidak segera menangis

DO :

KU     : baik

BB      : 3600 gram

PB      : 47 cm

LK      : 30 cm

LD      : 33 cm

S         : 38.3 ᴼC

R        : 78x/menit

APGAR SCORE : 6

Masalah

Sesak Nafas

Kebutuhan

O2

Page 22: BAB I

22

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Antisipasi terhadap tejadinya kejang

IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI

Tidak Ada

V. RENCANA MANAJEMEN

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Tanda vital : Temp 38.3 BB : 3600 gr

b. Menjaga kehangatan bayi

c.  Lakukan pengukuran Antropometri

d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

e. Dokumentasi semua tindakan

VI. PELAKSANAAN

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mengalami asfiksia

ringan atau sesak nafas.

b. Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain kering

dan bersih dan menyalakan lampu penghangat.

c. Lakukan pengukuran Antropometri

1.  Berat Badan                     : 3600 gram

Page 23: BAB I

23

2. Panjang Badan                 : 47 cm

3.  LILA                                : 10 cm

4. Lingkar Dada                   : 33 cm

5. Lingkar Kepala                : 30 cm

d. Persiapan bayi : bayi tidur terlentan

e. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan tetap menjaga

kehangatan bayi.

f. Mendokumentasikan semua tindakan.

Page 24: BAB I

24

VII. EVALUASIA

a. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan

b. Bayi sudah terjaga kehangatannya

c. Sudah dilakukan Antropometri

 Berat Badan                     : 3600 gram

Panjang Badan                 : 47 cm

 LILA                                : 10 cm

Lingkar Dada                   : 33 cm

Lingkar Kepala                : 30 cm

d. Injeksi Vit K telah diberikan

e. Bayi sudah disusui ibunya

f. Melakukan intervensi lanjutan ke ruang NICU

g. Dokumentasi sudah dilakukan

Page 25: BAB I

25

CATATAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA By. Ny. N DENGAN SOAP

S = Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 25 Desember 2013 pukul 15.00

WIB dengan umur kehamilan 39 minggu secara normal dan kemarin

sesak nafas.

O = KU     : baik

BB      : 3600 gram

PB      : 47 cm

LK      : 30 cm

LD      : 33 cm

S         : 38.3 ᴼC

R        : 78x/menit

A = -Ibu mengatakan GI P0 A0, hamil 39 minggu dengan inpartu kala I

persalinan fase aktif, ketuban utuh dan DJJ 140 x/menit

-Bayi Baru lahir, bayi Ny. N usia 0 dengan asfiksia ringan

P = - Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mengalami asfiksia

ringan atau sesak nafas.

- Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain kering

dan bersih dan menyalakan lampu penghangat.

Page 26: BAB I

26

-Lakukan pengukuran Antropometri

1.  Berat Badan                     : 3900 gram

2. Panjang Badan                 : 47 cm

3.  LILA                                : 10 cm

4. Lingkar Dada                   : 33 cm

5. Lingkar Kepala                : 30 cm

- Injeksi Vitamin K berguna untuk mencegah perdarahan.

- Persiapan bayi : bayi tidur terlentan

- Melakukan pemeriksaan laboratorium

- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan tetap menjaga

kehangatan bayi.

- Mendokumentasikan semua tindakan.

Page 27: BAB I

27

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan kriteria

didapatkan adanya gangguan neurologis berupa hypoxic ischaemic

enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan

segera.

Keadaan asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya

sebagai akibat langsung dari hipoksia mer upakan penyebab utama

kegagalan adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini juga berakibat pada

terganggunya fungsi dari masing- masing jaringan dan organ yang akan

menjadi masalah pada hari-hari pertama perawatan setelah lahir.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Agar dapat lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan klien dan

dapat mengkaji sedalam dalamnya sehingga dapat menemukan masalah dan

menentukan tindakan asuhan kebidanan.

Page 28: BAB I

28

2. Bagi Institusi

Kepada lembaga pendidikan ,khususnya Akademi Kebidanan

Darussalam agar dapat lebih memahami penyakit pasien khususnya Asfiksia

neonatorum ringan sedang maupun Berat

3. Bagi mahasiswa

Agar lebih memahami tentang penyakit Asfiksia Neonatorum karena

penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang mematikan jika tidak

ditangani dengan benar.

2. Bagi Ibu

Agar ibu mengetahui tentang penyakit asfiksia ,penyebab maupun

gejalanya sehingga dengan mengertinya ibu, penyakit ini dapat dihindari dan

juga di cegah.