7
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 TINJAUAN TPA
2.1.1 Pengertian
Tempat Penitipan Anak (TPA) dikenal juga dengan sebutan Daycare Centre
(DCC). Ada beberapa pengertian TPA dari para ahli yaitu sebagai berikut.
a. TPA adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat
jam kerja. TPA merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar
rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang
dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini, pengertian TPA hanya sebagai
pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua
(Perserikatan Bangsa-bangsa, 1990),
b. TPA sebagai suatu wahana yang merupakan lembaga sosial melaksanakan usaha
kesejahteraan anak melalui kegiatan sosialisasi, rawatan, asuhan dan pendidikan anak
khususnya balita, sebagai upaya yang menunjang keluarga dalam melaksanakan
sebagian fungsinya untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anaknya,
(Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 1995 : 4-5)
c. Panti Sosial Tempat Penitipan Anak (PSTPA) adalah wahana kesejahteraan sosial yang
berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya
berhalangan (bekerja, mencari nafkah atau halangan lain) sehingga tidak berkesempatan
memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya melalui penyelenggaraan sosialisasi
dan pendidikan prasekolah bagi anak usia 3 bulan sampai memasuki pendidikan dasar.
(Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial – RI. 1998:3)
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
TPA adalah suatu wadah pembinaan kesejahteraan anak yang memberikan
pelayanan kepada para ibu-ibu bekerja atau orang tua bekerja, yang memiliki anak dalam
8
usia balita sampai usia prasekolah yang mencakup pertumbuhan dan kesejahteraan anak
baik jasmani maupun rohani dan sosialnya.
Dari hasil rapat koordinasi "usaha kesejahteraan anak" departemen sosial Republik
Indonesia, dikemukakan pengertian TPA yaitu: lembaga sosial yang memberikan pelayanan
kepada anak-anak balita yang dikhawatirkan akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya, karena ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan ini
diberikan dalam bentuk peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial.
Sarana TPA ini biasanya dirancang secara khusus baik program, pelayanan staf,
maupun penyediaan alat-alatnya. Semula sarana TPA diperuntukkan bagi ibu dari kalangan
keluarga kurang beruntung, sedangkan sekarang sarana ini lebih banyak diminati oleh
keluarga tingkat menengah dan atas yang umumnya disebabkan kedua orang tuanya
bekerja.
Pada kenyataannya di lapangan ada beberapa alasan dari para ibu yang
menyerahkan anaknya kepada TPA, antara lain:
� Kebutuhan untuk melepaskan diri sejenak dari tanggung jawab dalam hal mengasuh
anak secara rutin,
� Keinginan untuk menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan teman
seusianya dan tokoh pengasuh lain,
� Agar anak mendapat stimulasi kognitif secara baik,
� Agar anak mendapat pengasuhan pengganti sementara ibu bekerja.
2.1.2 SEJARAH
TPA pertama kali terbentuk karena adanya desakan ekonomi yang terjadi pada saat
revolusi industri dan perang berkepanjangan yang melanda dunia barat (Eropa dan
Amerika), sehingga terjadi kemiskinan, pengangguran dan kelaparan dimana-mana. Oleh
karena itu ibu-ibu yang baru melahirkan terpaksa meninggalkan bayinya untuk ikut
membantu suami dalam mencari nafkah.
9
Pada mulanya penitipan anak diselenggarakan secara sosial dan tidak ada wadah
khusus yang tetap, hanya berupa persetujuan antara ibu-ibu di satu lingkungan tempat
tinggal untuk secara bergiliran menjaga anak-anak mereka selagi yang lain sibuk bekerja.
Menjamurnya TPA sejenis di Amerika menarik perhatian pemerintahnya, sehingga
dimulai suatu wadah resmi pemerintah untuk TPA yang diberi nama Head Start Project
pada tahun 1965 dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan fisik,
spontanitas, keingintahuan, disiplin diri, mempertinggi kemampuan untuk mengerti dan
mengkomunikasikan konsep dengan orang lain, kepercayaan diri, hubungan personal yang
lebih baik, serta mempertinggi perasaan harga diri dan nilai diri. Proyek ini menekankan
diri pada pendidikan, kesehatan, keterlibatan orang tua, serta pelayanan sosial. Dengan
program ini, diharapkan keuntungan jangka panjang berupa semakin sedikitnya anak putus
sekolah, pengangguran dan menuntun individu dalam hidup yang lebih berguna dan positif
(Pepalia, 1989).
Dengan suksesnya, Head Start Project maka makin berkembang proyek-proyek
serupa dengan berbagai macam nama dan tujuan, misalnya Village Children’s Centre
Seattle, Sand Point Child Development Center Seattle, Vincent Massey Child Care Centre
Ontario, dll.
Secara umum alasan menitipkan anak di luar rumah adalah salah satu dari sebab-
sebab berikut.
� Peningkatan jumlah ibu yang bekerja dengan anak usia sekolah,
� Adanya penyakit di dalam keluarga,
� Rumah yang kumuh,
� Terlalu sempitnya ruang gerak dalam rumah,
� Orang tua tunggal (Gordon, 1956).
Di Indonesia berdirinya TPA disebabkan karena banyak karyawati yang bekerja di
lembaga Pemerintahan maupun Swasta yang mempunyai masalah tentang pengasuhan anak
makin mendorong segera dibentuknya Lembaga Kesejahteraan Anak. Sehingga pada tahun
1963 Departemen Sosial mulai mengembangkan TPA sebagai Lembaga Kesejahteraan
10
Sosial Anak. Dengan terbitnya peraturan pemerintah No.27 tahun 1990 tentang pendidikan
prasekolah serta peraturan pemerintah No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah.
Memperkuat fungsi TPA sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (Daycare
Centre) yang melaksanakan usaha kesejahteraan sosial khususnya kesejahteraan anak
dibawah lima tahun. TPA akhirnya berkembang sampai sekarang dengan berbagai nama
yang berbeda-beda. (Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia,
1995)
2.1.3 FUNGSI TPA
TPA sebagai lembaga kesejahterahan untuk anak, mempunyai peranan sebagai
berikut.
a. Pelayanan Kesejahterahan Anak
Sebagai tempat pelayanan kesejahterahan anak, TPA berfungsi dalam keempat strategi
pembinaan anak, yaitu:
� Survival : pemenuhan kebutuhan kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak,
� Development : pengembangan potensi, daya cipta, kreatifitas dan inisiatif serta
pembentukan kepribadian anak,
� Protection : perlindungan anak dari keterlantaran dan perlakuan kasar,
� Preventif : mencegah tumbuh kembang yang menyimpang dan kesalahan dalam
pembentukan pribadi anak (Henrietta, 1956).
b. Tempat konsultasi orang tua dalam melaksanakan usaha kesejahterahan anak di
keluarganya dan membantu memantapkan orang tua untuk melaksanakan ke delapan fungsi
keluarga, yaitu:
� Fungsi Keagamaan
Keluarga mempunyai fungsi untuk mendorong anggotanya menjadi unsur beragama
dengan penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
11
� Fungsi Sosial Budaya
Keluarga merupakan transformator nilai-nilai budaya antar generasi sehingga mampu
melestarikan nilai-nilai sosial budaya yang bermutu,
� Fungsi Cinta Kasih
Keluarga merupakan landasan untuk mengikat batin anggota-anggotanya sehingga
saling mencintai, menghargai baik dengan penciptaannya, sesama maupun dengan
lingkungan,
� Fungsi Reproduksi
Keluarga merupakan wadah untuk melanjutkan kehidupan manusia dari generasi ke
generasi dan merawatnya menjadi manusia yang berkualitas,
� Fungsi Pendidikan dan Sosialisasi
Keluarga merupakan tempat untuk mendidik anak keturunannya agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan social dan alam sekitar dan mengembangkan
potensinya secara optimal,
� Fungsi Ekonomi
Keluarga menjadi sumber pendukung dan pemenuhan kebutuhan anggota-anggotanya
untuk dapat mandiri dan mengarahkan kehidupannya,
� Fungsi Melindungi
Keluarga merupakan tempat perlindungan/unit sosial yang dapat mengayomi, memberi
rasa damai, aman dan bahagia,
� Fungsi Pembina Lingkungan
Keluarga merupakan tempat mendidik anggota-anggotanya untuk memelihara keserasian
lingkungan dengan factor penyangga kehidupan (Henrietta, 1956).
2.1.4 JENIS-JENIS TPA
Memilih pengaturan perawatan anak adalah keputusan yang sangat pribadi bagi
orang tua. Ini adalah salah satu keputusan yang paling penting orang tua dapat membuat
sejak perawatan anak-anak menerima mempengaruhi perkembangan masa depan mereka.
12
Secara keseluruhan, TPA dapat dibagi beberapa jenis berdasarkan beberapa
kategori. Adapun pembagiannya sebagai berikut.
a. Berdasarkan tujuan dan maksud pendirian.
Berdasarkan tujuan dan maksud pendiriannya, TPA dibagi menjadi nursery centre
(temporer) dan daycare centre (sehari penuh). Keduanya sama-sama melayani anak
prasekolah dan mempunyai program-program aktivitas yang sama. Perbedaannya
adalah:
� Tujuan nursery adalah meningkatkan perkembangan sosial anak prasekolah.
Nursery ditujukan untuk anak yang siap secara emosional untuk aktivitas-aktivitas
sosial tersebut selama beberapa jam dengan anak-anak seumurnya. Kurikulumnya
didesain untuk membantu mereka belajar bekerja dan bermain bersama dalam
jangka waktu kurang lebih 3 (tiga) jam,
� Tujuan utama daycare adalah menyediakan pengasuhan bagi anak-anak
sewaktu orang tua mereka bekerja dengan menyediakan wadah khusus, atau untuk
anak yang tidak diawasi dalam waktu yang cukup lama. Daycare menyediakan
penggantian pengasuhan orang tua (Henrietta, 1956).
b. Berdasarkan tempat/wadah
Berdasarkan tempat/wadahnya, TPA terdiri dari dua tipe yaitu dalam rumah
(home/family) daycare atau di tempat tertentu (group). Perbedaannya adalah:
� Home/family daycare adalah program dalam menempatkan anak dalam
pengasuhan keluarga lain (tetangga/kenalan) dalam waktu sehari penuh. Program ini
paling baik untuk anak berusia di bawah 3 tahun karena anak-anak tersebut masih
harus mendapat perhatian dan kasih sayang penuh oleh seseorang yang merupakan
pengganti ibunya sementara waktu, walaupun sebaiknya anak berusia di bawah 2
tahun belum boleh dititipkan karena kasih sayang emosional ibu-anak sangat
penting dan sebaiknya rasa aman anak tidak terganggu,
� Group daycare diperuntukkan bagi anak-anak berusia di atas 3 tahun untuk
meningkatkan kemampuan mereka dan mengurangi beban akibat perpisahan dengan
13
orang tua mereka selama bekerja. Mereka juga dapat menikmati aktivitas kelompok
yang sesuai dengan umur mereka, seperti klub, perjalanan pendidikan khusus (ke
museum, dll) dan program rekreasi (Henrietta L, 1956).
c. Berdasarkan penyandang dana/pendiri
Berdasarkan siapa penyandang dana atau pendiri, TPA dibagi berdasarkan hal-hal
berikut.
� TPA yang dibiayai oleh dana dan sumbangan dari komunitas (masyarakat).
Jumlah uang sekolah didasari oleh ukuran keluarga, pendapatan, dan kemampuan
membayar. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan lingkungan yang
menyenangkan dan sehat. Ditujukan pada masyarakat berpenghasilan rendah,
� TPA yang dibantu oleh negara (2/3) dan uang sekolah (1/3). Tujuannya untuk
masyarakat berpenghasilan rendah,
� TPA swasta, privat dan bergabung dengan Taman Kanak-kanak. Ditujukan
pada keluarga menengah ke atas, dibiayai sepenuhnya oleh individu.
Memungkinkan ibu untuk mempunyai pekerjaan, mengikuti klub dan aktivitas
sosial,
� Kelompok yang disponsori oleh tempat ibadah. Non profit, biasanya setengah
hari, selama 2-3 kali seminggu. Membantu anak untuk berkembang secara rohani,
� TPA yang diafiliasi oleh sekolah. Didesain untuk mempersiapkan keluarga
yang setia pada yayasan pendidikan tersebut,
� Kelompok kerjasama orang tua. Setiap ibu bergiliran menjaga anak-anak
kelompoknya bersama beberapa guru sementara yang lain bekerja,
� Penitipan anak setempat (Back yard group), menitipkan anak secara bersama-
sama pada seorang tetangga untuk bermain secara reguler (Todd & Heffernan,
1964).
d. Berdasarkan lokasi TPA dibedakan menjadi:
� TPA kantor yaitu TPA yang berlokasi di perkantoran ataupun sekitar
lingkungan kantor untuk melayani orang tua/ibu-ibu yang bekerja di kantor,
14
� TPA pasar yaitu TPA yang berlokasi di pasar,
� TPA lingkungan yaitu TPA yang berlokasi di daerah pemukiman penduduk,
apartemen atau tempat lainnya.
e. Berdasarkan status kepemilikan, jenis TPA dibagi atas:
� Sistem pelayanan terbuka, dimana TPA yang dimaksud memberikan pelayanan
untuk masyarakat luas,
� Sistem pelayanan tertutup, dimana TPA yang hanya memberikan pelayanan
untuk kalangan terbatas, misalnya TPA kantor yang hanya melayani karyawan
perusahaan saja.
2.1.5 FASILITAS
TPA mempunyai standart kelengkapan ruangan yang diperlukan di TPA (Direktorat
Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial RI, 1998:31-33), yaitu:
1. Ruang pengasuhan anak
� Ruang makan anak
� Ruang pemeriksaan kesehatan
� Ruang tidur anak
� Ruang isolasi/sementara (bagi anak yang mendadak sakit)
� Ruangan orang tua untuk memberi ASI
2. Ruang bimbingan belajar/pendidikan prasekolah
� Ruangan belajar membaca, menulis dan berhitung
� Ruangan bermain musik, melukis, kreatifitas
� Ruangan perpustakaan anak dan orang tua
� Ruangan pendidikan agama/bimbingan rohani
15
3. Ruangan bermain/sosiodramatik (bermain sesuatu peran dengan cara berpura-
pura/sandiwara) terdiri dari:
� Ruangan bermain dilantai
� Ruangan bermain “pura-pura” (sosiodramatik/panggung sandiwara)
� Ruangan tempat penyimpanan peralatan bermain
4. Halaman/tempat bermain diluar ruangan (outdoor)
5. Ruangan administrasi perkantoran terdiri dari:
� Ruangan pimpinan
� Ruangan untuk pembahasan
� Ruangan konsultasi
� Ruangan tamu/ruangan tunggu orang tua
� Ruangan tata usaha
� Ruangan data dan informasi
� Ruangan serbaguna
6. Ruangan penunjang lainnya
� Ruangan dapur
� Ruangan cuci/setrika
� WC/kamar mandi petugas
� WC/kamar mandi/toilet anak
� Ruangan penjaga/satpam
2.1.6 PRO KONTRA TPA
Ada beberapa keuntungan yang bisa dirasakan orang tua dengan menitipkan anak di
TPA. Kebanyakan TPA memiliki program yang mengajarkan berbagai pendidikan dan
keterampilan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar anak, bukan hanya
16
bermain sepanjang hari. Selain itu, dengan berkumpul bersama teman-teman sebayanya di
tempat tersebut, anak-anak juga menjadi terbiasa dan terpacu untuk bisa bersosialisasi.
Meskipun demikian, menitipkan anak di TPA juga memiliki beberapa kelemahan.
Anak biasanya tidak mendapatkan perhatian penuh, seperti yang biasa anak dapatkan dari
orangtuanya, karena petugas di tempat tersebut harus memperhatikan anak-anak lainnya.
Selain itu, anak juga lebih mudah terserang sakit karena tertular oleh anak lain yang sedang
sakit.
Belum lagi jika bicara masalah peraturan yang terlalu ketat atau biaya yang cukup mahal
dan memberatkan orangtua.
Menurut Newman (1975) keuntungan TPA, adalah:
� Lingkungan lebih memberikan rangsangan terhadap panca indera,
� Anak-anak akan memiliki ruang bermain (baik di dalam maupun diluar ruang) yang
relatif lebih luas bila dibandingkan ruang mereka sendiri,
� Anak-anak lebih memiliki kesempatan berinteraksi atau berhubungan dengan teman
sebaya yang akan membantu perkembangan kerja sama dan ketrampilan berbahasa,
� Para orang tua dari anak-anak mempunyai kesempatan saling berinteraksi dengan staf
TPA yang memungkinkan terjadi peningkatan ketrampilan dan pengetahuan dan tata
cara pengasuhan anak,
� Anak akan mendapat pengawasan dari pengasuh yang bertugas,
� Pengasuh adalah orang dewasa yang sudah terlatih,
� Tersedianya beragam peralatan rumah tangga, alat permainan, program pendidikan dan
pengasuh serta kegiatan yang terencana,
� Tersedianya komponen pendidikan seperti anak belajar mandiri, berteman dan
mendapat kesempatan mempelajari berbagai ketrampilan.
17
Adapun Papousek (1970) dan Newman (1975) mengemukakan bahwa kelemahan
TPA adalah sebagai berikut.
� Pengasuhan yang rutin di TPA kurang bervariasi dan sifatnya kurang memperhatikan
pemenuhan kebutuhan masing-masing anak secara pribadi karena pengasuh kurang
memiliki waktu yang cukup,
� Anak-anak ternyata seringkali kurang memperoleh kesempatan untuk mandiri atau
berpisah dari kelompok,
� Sosialisasi lebih mengarah pada kepatuhan daripada otonom,
� Para orang tua cenderung melepaskan tanggung jawab mereka sebagai pengasuh
kepada TPA,
� Kurang diperhatikan kebutuhan anak secara individual,
� Berganti-gantinya pengasuh yang seringkali menimbulkan kesulitan pada anak untuk
menyesuaikan diri dengan pengasuh,
� Anak mudah tertular penyakit dari orang lain.
Bagi orang tua, pemilihan TPA juga harus menjadi bahan pertimbangan penting
karena harus melihat kualitas dari pengasuhan dan fasilitas yang tersedia. Oleh karena itu,
banyak ahli berpandangan memasukkan anak dalam TPA akan banyak menghabiskan
biaya, namun tidak seimbang dengan kualitasnya. Selain itu, sulit menemukan TPA yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan setiap anak yang punya problem berbeda-beda pada
masanya dan yang menuntut penanganan yang spesifik pula.
Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan juga perlu menjadi bahan
pertimbangan, karena di situ berkumpul banyak anak-anak yang mungkin saja mempunyai
penyakit tertentu yang mudah menular pada anak lain, seperti flu, hepatitis, diare, distentri,
dll. Kemungkinan besar, tidak semua pengasuh ataupun pekerja di TPA tersebut dibekali
dengan latihan dan pengetahuan yang memadai tentang kesehatan, kebersihan, penyakit dan
penanganannya. Kondisi tersebut masih ditambah lagi dengan pola perilaku anak yang
masih tidak karuan dan masih belum bisa diatur. Jadi, dalam TPA, akan besar
kemungkinannya bagi setiap anak untuk terkena atau tertular penyakit.
18
Penelitian yang dilakukan oleh Laurence D. Steinberg dan Jay Belsky pada tahun
1984, menemukan bahwa ternyata pengalaman ataupun bimbingan yang diberikan selama
berlangsungnya TPA, tidak menghambat ataupun mendorong perkembangan intelektual
anak. Namun, memang TPA terbukti dapat menolong anak-anak dari golongan ekonomi
lemah ataupun lingkungan yang beresiko tinggi dari penurunan IQ akibat dari
penanganan/pendidikan yang tidak memadai. Lebih lanjut penemuan mereka juga
membawa fakta, bahwa anak-anak yang ikut serta dalam program TPA, akan
memperlihatkan peningkatan interaksi, baik dalam bentuk positif maupun negatif dengan
teman-teman mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Belsky di tahun 1984 menemukan bahwa bayi yang
menghabiskan rata-rata sebanyak 20 jam seminggunya dalam program pengasuhan non-
maternal (seperti halnya daycare) selama tahun pertama kehidupannya, beresiko tinggi
mengalami insecure attachment terhadap sang ibu dan peningkatan agresivitas,
ketidaktaatan, atau bahkan kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial pada saat
mereka memasuki tahap preschool dan sekolah dasar. Namun perlu ditekankan, bahwa
situasi demikian tidak berlaku bagi anak yang usianya 1 tahun ke atas. Belsky
berpandangan, bagaimana pun juga, preschool yang benar-benar berkualitas memang
memberikan kontribusi secara positif pada perkembangan anak.
Salah satu penelitian yang dilakukan di Amerika menampilkan salah satu faktanya,
bahwa anak-anak yang diikutsertakan dalam program TPA dalam rentang waktu yang
cukup lama menunjukkan peningkatan agresivitas terhadap sesama dan terhadap orang
dewasa, dan menunjukkan penurunan sikap kooperatif terhadap orang dewasa.
Dari berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan peneliti
masih berpendapat bahwa TPA yang benar-benar berkualitas memang dapat menjadi
alternatif program pengasuhan terhadap anak-anak. Adapun pengaruh dari TPA tergantung
dari kualitas, lamanya waktu keikutsertaan, serta kualitas yang sebenarnya terjalin antara
anak dengan orang tua di luar waktu TPA.
19
2.1.7 KETENTUAN / SYARAT
Di Indonesia, pendirian TPA merupakan salah satu perwujudan dari UU RI no 4
tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, dimana yang dimaksud dengan kesejahteraan anak
menurut pasal 1 ayat 1a adalah suatu kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan
dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
Selain itu, di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1993 dan buku Repelita
VI serta Surat Keputusan Menteri Sosial RI nomor 14 tahun 1993, TPA disebut juga
sebagai Sasana Bina Balita, dimana tempat ini tidak hanya sekedar sarana yang disediakan
untuk menitipkan anak, tetapi juga sebagai sarana untuk membina anak dalam
mempersiapkan diri memasuki dunia pendidikan dan mengembangkan seluruh kemampuan
untuk membentuk manusia yang berkualitas.
Salah satu dasar TPA adalah karena anak sebagai bagian dari generasi muda dan
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa serta sumber daya manusia dalam
pembangunan nasional. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangannya harus dilakukan
secara terarah, menyeluruh dan terpadu, karena pada hakekatnya pembinaan dan
pengembangan generasi muda adalah tanggungjawab semua pihak. Generasi muda
diharapkan dapat tumbuh menjadi manusia pembangunan yang mampu mandiri dan
mengembangkan serta mewujudkan kreativitas mereka secara bebas, konstruktif dan
bertanggungjawab (Citra Anak Indonesia, 1987).
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembinaan anak usia 0-6 tahun melalui TPA
yang belum memadai ini mungkin didasari pada anggapan bahwa:
� Sebelum usia 7 tahun, anak dipandang belum siap ikut pendidikan formal,
� Pendidikan formal yang diberikan sebelum usia 7 tahun tidak ada pengaruhnya
terhadap pendidikan selanjutnya,
� Biaya terlalu mahal untuk menyelenggarakan pendidikan sebelum 7 tahun ditinjau dari
cost benefit, karena dipandang kurang menguntungkan (Citra Anak Indonesia, 1987).
20
Peraturan dan perundangan mengenai pelaksanaan TPA tidak boleh menyimpang
dari Deklarasi Hak-Hak Anak telah ditetapkan secara internasional oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1959, yang juga mengatur tentang
kesejahteraan anak, antara lain yang berkaitan dengan pendirian TPA:
� Anak berhak memperoleh perlindungan khusus, dan diberi kesempatan dan kemudahan
melalui hukum dan cara-cara lain yang memungkinkannya berkembang – fisik, mental,
moral, spiritual dan sosial – secara sehat dan wajar serta dalam kondisi kebebasan dan
diakui martabatnya,
� Anak berhak memperoleh jaminan sosial: ia harus dimungkinkan tumbuh kembang
dengan sehat. Untuk tujuan ini perawatan dan perlindungan khusus perlu diberikan
baik terhadap dirinya maupun terhadap ibunya, termasuk perawatan yang sesuai
sebelum dan sesudah bayi lahir. Begitu pula anak berhak mendapat pelayanan gizi,
kesehatan, perumahan dan rekreasi,
� Demi perkembangan secara utuh dan serasi dari kepribadiannya, seorang anak
memerlukan cinta dan pengertian. Sedapat mungkin ia tumbuh dalam asuhan dan
tanggungjawab orang tuanya, dan dalam suasana afeksi dan keamanan moral dan
material (psikis dan fisik): anak dalam usia rawan seharusnya tidak, kecuali dalam
keadaan luar biasa, dipisahkan dari ibunya. Perhatian khusus perlu diberikan kepada
anak-anak tanpa keluarga dan kepada mereka yang tidak mempunyai jaminan
tunjangan yang cukup. Bantuan perlu diberikan pula bagi pemeliharaan anak-anak dari
keluarga besar.
� Anak berhak mendapat pendidikan, yang pada tingkat dasar seharusnya bebas dan
wajib (wajib belajar Bahasa Indonesia). Anak perlu diberi pendidikan yang akan
mengembangkan kebudayaannya, dan memungkinkan atas dasar kesempatan yang
sama untuk mengembangkan kemampuan, pertimbangan pribadi, serta rasa
tanggungjawab moral dan sosial, dan menjadi anggota masyarakat yang berguna,
� Dalam asas ini ditekankan pentingnya untuk mendapat kesempatan penuh untuk
bermain dan rekreasi yang harus diarahkan kepada tujuan yang sama seperti
pendidikan. Hak-Hak Psikologis Anak (yang ditetapkan di York 1979) menambahkan
21
bahwa seorang perlu diberi kesempatan untuk berkhayal (menggunakan daya
imajinasinya), karena bermain dan berkhayal adalah kebutuhan inheren dari anak, dan
melalui bermain dan berkhayal kreativitasnya dipupuk,
� Anak berhak dilindungi dari praktek-praktek yang dapat memupuk diskriminasi rasial,
agama atau setiap bentuk diskriminasi lainnya. Ia harus diasuh dan dibesarkan dalam
jiwa/semangat saling pengertian, tenggang rasa dan persahabatan antar manusia,
perdamaian dan persaudaraan universal dan dalam kesadaran penuh bahwa tenaga dan
bakat-bakatnya harus diabdikan untuk pelayanan sesama manusia (UNICEF/6601)
2.2 TINJAUAN KELOMPOK BERMAIN (KB)
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan
sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan
dasar-dasar perkembangan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan
nilai-nilai agama, sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus
dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Salah satu bentuk program pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal yang ada di masyarakat adalah Kelompok Bermain atau biasa disebut dengan
Play Group. Kelompok Bermain/Play Group adalah salah satu bentuk program pendidikan
prasekolah pada jalur pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk meletakkan dasar
kearah perkembangan, sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan
oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan
serta perkembangan selanjutnya.
Pada umunya usia anak Kelompok Bermain/Play Group adalah 3-5 tahun atau
sebelum anak memasuki masa pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK). Bahkan ada
tempat pendidikan yang menerima usia Kelompok Bermain/Play Group jauh lebih muda
yaitu 2 tahun. Ini tergantung dari kebijakan dan tujuan pendidikan yang ditawarkan. Karena
22
sifatnya adalah preschool, jadi Kelompok Bermain/Play Group ini bertujuan hanya untuk
mengarahkan anak-anak dalam bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Pada usia Kelompok Bermain/Play Group pada umumnya tidak diberi materi yang
terlalu memberatkan seperti membaca atau menulis selayaknya pada umur anak di Taman
Kanak-kanak (TK). Pengenalan dasar seperti angka dan huruf dapat diberikan lewat
bermain sambil belajar yang menyenangkan. Selain itu waktu sekolah yang baik untuk usia
Kelompok Bermain/Play Group ini juga tidak terlalu padat misalnya hanya hanya sekitar 1
- 1,5 jam/hari.
Biasanya jenis Kelompok Bermain/Play Group ini tidak hanya menawarkan
pendidikan dan bermain saja, tetapi lebih kepada kebutuhan penitipan anak. Banyak tempat
yang menyediakan Kelompok Bermain/Play Group sekaligus tempat penitipan dan
pengasuhan anak selagi kedua orangtuanya bekerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kelompok Bermain mempunyai pengertian wadah
anak-anak usia dini atau prasekolah melakukan kegiatan bermain dengan tujuan
mengarahkan, membimbing dan mengembangkan kepribadian, kecerdasan, bakat,
kemampuan, prestasi, dan minat serta ketrampilan mereka bersama pembimbing belajarnya
dengan tujuan untuk diarahkan pada pemahaman terhadap sesuatu yang ingin dimengerti
oleh anak.
2.3 PERBEDAAN TPA DAN KB
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal (Pasal 28 ayat 2). Pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Tempat
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Bentuk lain yang sederajad yang
selanjutnya dikategorikan sebagai satuan PAUD sejenis dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan layanan PAUD lainnya.
23
1. Tempat Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan
non formal (PAUD Non Formal dan Informal). TPA selain sebagai wahana
kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu
bagi anak yang orangtuanya bekerja, juga sekaligus menyelenggarakan program
pendidikan (termasuk pengasuhan) terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun (dengan prioritas anak usia empat tahun ke bawah)
2. Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal
(PAUD non formal) yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program
kesejahteraan bagi anak usia dua tahun sampai dengan usia enam tahun (dengan prioritas
anak usia dua tahun sampai usia empat tahun).
2.4 TINJAUAN ANAK
2.4.1 Psikologi Perkembangan Anak
Psikologi perkembangan anak adalah psikologi yang diterapkan dalam proses
perkembangan anak. Tiap pendidik bertugas untuk membimbing dan mengarahkan
perkembangan pribadi, perkembangan mental dan perkembangan moral anak didiknya.
Agar dapat melakukan tugas dengan baik, tiap pendidik diharuskan memahami psikologi
anak dalam fase-fase perkembangannya (Eksiklopedia, 1989:427).
Pendidik tidak hanya perlu mengetahui prinsip-prinsip yang berguna untuk
mencapai tujuan akhir pendidikan, tetapi juga harus mengetahui prinsip-prinsip yang
diperlukan pada tiap tahap perkembangan anak didik. Seorang anak didik yang akhir proses
pendidikan tidak menyadari kalau dirinya sedang mengalami proses perkembangan menuju
kedewasaan, padahal setiap aktifitasnya mempunyai arti tersendiri dan sangat
mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya. Pendidik yang berada diluarnya
mempunyai tugas sedapat mungkin mengarahkan perkembangan itu, jadi selama masih
berhadapan dengan anak didik, pendidik selalu memperhatikan psikologi perkembangan.
24
2.4.2 Pembagian Usia Anak dan Karakteristik
Menurut buku seperti G. Kaluger dan M.F. Kaluger tahun 1974 membagi usia anak
dalam beberapa tahap sesuai perkembangannya yaitu:
a. Usia 0-1 tahun disebut sebagai bayi (Infancy)
b. Usia 1-3 tahun disebut batita
c. Usia 3-5 tahun disebut sebagai masa kanak dini (Early Chilhood) atau balita
d. Usia 6-8 tahun disebut masa anak-anak pertengahan
e. Usia 9-11 tahun disebut masa menjelang remaja
f. Usia 12-15 tahun disebut masa remaja permulaaan
g. Usia 16-18 tahun disebut remaja
h. Usia 19 tahun disebut dewasa
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan
perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu
usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase
kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai
berikut :
a. Usia 0 – 1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat
dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak
pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri
dan berjalan.
2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati,
meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke
mulutnya.
25
3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak
sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan
mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi
anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa
sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa
karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki
kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang
dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses
belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati
grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh,
kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar
dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan
isi hati dan pikiran.
3. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan
pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh
bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
b.1. Perkembangan Fisik
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Keseimbangan ke depan Jika jatuh mengenai dahi
Pengendalian otot sesuai
kemauan sendiri
Belajar memakai kamar mandi,
menyayangi permainan air
Berlari, menyeret Mendorong, membawa barang-barang
26
Mendorong, menarik Senang mencocokkan bagian-bagian
Memutar pergelangan tangan Dapat membuka pintu, mengisi dan
mengosongkan
Mengelus, menepuk Senang bermain boneka
Dapat menendang sesuatu Menendang bola besar
Menginjak di tempat
seharusnya Mendaki dengan menginjak kembali
Sumber : Tood & Herffernan, 1964
b.2. Perkembangan Sosial
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Rasa memiliki kuat Memegang, menimbun dan tidak
mau membagi kepunyaannya
Tidak cepat akrab dengan
orang dewasa yang baru
ditemui
Menginginkan orang dewasa
yang dikenal
Tidak dapat bekerja sama
dalam bermain
Memilih bermain sendiri, melihat
orang lain
Sumber : Tood & Heffernan, 1964
Tabel 2.1 Perkembangan Fisik Anak 2-3 tahun
Tabel 2.2 Perkembangan Sosial Anak 2-3 tahun
27
b.3. Perkembangan Emosional
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Senang menyentuh Senang berpindah ke tempat yang
masih asing
Menyenangi orang-orang
Menonton orang lain, meniru,
mengerti bahwa orang lain
memerlukan sesuatu
Bergantung pada ibu Bermain dengan boneka bayi,
rumah-rumahan
Sumber : Tood & Heffernan, 1964
b.4. Perkembangan Intelektual
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Peningkatan pengendalian
bahasa
Belajar kata-kata dengan mudah,
mengobrol sebagai bagian
bermain
Mempunyai konsentrasin
perhatian yang singkat
Menggunakan kesempatan yang
singkat untuk bermain
Memperhatikan beberapa kata
dalam satu kalimat panjang
Bereaksi terhadap perintah
singkat
Sumber : Tood & Heffernan, 1964
Tabel 2.3 Perkembangan Emosional Anak 2-3 tahun
Tabel 2.4 Perkembangan Intelektual Anak 2-3 tahun
28
b.5. Perkembangan bermain pada umur 2-3 tahun : dunia pura-pura
Perubahan tekanan dari permainan sensorimotor menjadi permainan simbolis
karena perkembangan imajinasi. Permainan pura-pura berkembang dari pura-pura
yang sederhana sampai pada memainkan peranan utuh dan permainan
sosiodramatis.
Mulai terlihat permainan pararel, kemudian permainan sosial. Senang bermain
berdampingan, saling memperhatikan, tetapi masih kurangnya kemampuan untuk
mengkoordinasikan permainan mereka (Alexandria, 1987).
b.6. Perkembangan dan karakteristik permainan
� Berbicara lebih jelas, menggunakan banyak variasi kata, dan menggunakan
struktur kalimat yang lebih rumit,
� Lebih banyak berbicara pada diri sendiri sewaktu bermain atau menjelang tidur,
� Peningkatan kemampuan aktifitas fisik (mengangkat, membawa, mendaki,
melompat, berlari, bersepeda roti tiga),
� Mengorganisasikan permainan pura-pura sekitar aktifitas yang sering dilihat
(membersihkan rumah, mengendarai mobil, menyiapkan makanan,
menyampaikan surat),
� Memulai permainan sosiodramatik dengan meniru: bermain berbagai peran lebih
terorganisir dan diperpanjang,
� Dapat mengulang susunan kejadian sesuai waktunya, memberi makan, membuka
baju, meletakkan bayi ke dalam tempat tidurnya (Alexandria, 1987).
b.7 Permainan dengan alat
� Lebih memilih mainan yang mempunyai penampilan realistis untuk permainan
pura-pura,
� Menyenangi mainan yang dapat dirakit dan dilepaskan,
29
� Dapat membangun menara dari balok-balok. Dapat meletakkan lingkaran
berwarna ke dalam tempatnya sesuai dengan susunannya,
� Menyenangi permainan puzzle sederhana,
� Memimpin fantasi dimana mainan dapat bereaksi satu sama lain,
� Mulai mengapresiasi mainan edukasi/mendidik (Alexandria, 1987).
b.8 Permainan social dan game
� Permainan paralel mendominasi (dimana setiap anak tidak berinteraksi satu sama
lain),
� Ingin menjadi pengendali permainan,
� Enggan berganti peran dari yang bersembunyi menjadi yang mencari (Alexandria,
1987).
b.9 Permainan ekspresif
� Menyenangi permainan menggunakan crayon,
� Menggambar freehand lingkaran berulang, menggunakan garis untuk menciptakan
bentuk, dapat memberi nama bentuk tersebut,
� Melukis seluruh area kertas,
� Dapat membentuk tanah liat menjadi bola, ular, pancake, kereta,
� Belajar menempelkan benda-benda ke dalam tanah liat sebagai detail (mata,
kancing),
� Suka mendengarkan lagu dan rekaman,
� Bersenandung, tetapi mungkin tidak dapat mengikuti nada yang tepat,
� Bernyanyi beberapa frasa dari satu lagu tanpa pengiring, mengenali beberapa
melodi,
� Mengikuti deklamasi dari sajak kanak-kanak,
� Senang dibacakan dan mendengarkan cerita,
� Senang menampilkan tarian dan berjungkir balik (Alexandria, 1987).
30
b.10 Mainan untuk anak umur 2-3 tahun
Puzzle kayu 24 bagian, gunting tumpul, bola yang berbeda ukuran, lebih banyak
balok, truk yang dapat diisi, kereta mainan sederhana, rekaman musik rakyat dan anak
klasik, paku payung mainan beserta papannya, sepatu kayu, pemukul bola, alat lukis
tangan, sajak kanak-kanak, buku cerita bergambar dengan tema yang dikenal, boneka
yang dapat berbicara dengan cara menarik tali, baju-baju peran dengan topik, mainan
yang meniru kegiatan orang dewasa (alat rumah tangga, alat makan, alat minum teh,
kereta boneka, mobil-mobilan), perahu plastik kecil, kereta yang dapat diisi dan ditarik,
mainan pemotong rumput (Alexandria, 1987).
c. Usia 3-4 tahun
Perkembangan kehidupan khayalan, ketakutan yang tidak realistik, tertarik dengan
peranan orang dewasa, keras kepala, negatif, tetapi lebih baik dalam memperlakukan
saudara. Tanda awal orientasi produk dalam bermain. Imajinatif, takut kegelapan,
monster, suara keras. Menyukai permainan drama. Lebih baik dalam membagi dengan
orang lain, menunggu giliran, bekerja sama dengan orang dewasa dan saudara. Membuat
sesuatu untuk diperlihatkan pada orang lain (Hughes, 1979).
c.1 Perkembangan Fisik
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Keseimbangan lurus Jika jatuh dapat mematahkan gigi
Berganti kaki, berdiri dengan
satu kaki Dapat naik tangga, belajar melompat
Mengembangkan koordinasi
Melompat, berjalan dan berlari diiringi
musik, membuka dan mengancingkan,
menggelindingkan bola, melempar dengan
31
Tabel 2.5 Perkembangan Fisik Anak 3-4 tahun
tangan dari bawah, merasa ingin ke toilet
sewaktu makan, bermain dan berbicara
c.2 Perkembangan Sosial
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Belajar membagi
Membagi mainan, tetapi tidak mau
membagi ruang bermain. Membawa
mainan untuk dibagi bersama
Lebih sensitif dengan
orang lain
Mencoba untuk membuat senang dan
mentaati. Merasa simpati, menyenangi
menebak-nebak, senang berdandan
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
c.3 Perkembangan Emosional
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Memperlihatkan
pengendalian diri
Istirahat selama 10 menit, menunggu
giliran, menunggu waktu
Mengembangkan
kemandirian
Meninggalkan ibunya untuk pergi ke
sekolah bermain, bermain sendiri
Bangga dengan apa yang
telah dibuat
Senang untuk membawanya ke rumah
tetapi kadang kala melupakannya
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
Tabel 2.6 Perkembangan Sosial Anak 3-4 tahun
Tabel 2.7 Perkembangan Emosional Anak 3-4 tahun
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
32
c.4 Perkembangan Intelektual
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Memulai perhatian terhadap
kata-kata
Bereaksi terhadap pertanyaan dan
saran orang dewasa, senang
berbicara dengan orang dewasa,
mendengarkan cerita lebih lama,
senang humor sederhana
Membandingkan dua objek
Membangun 3 balok jembatan
Penggunaan banyak kata-
kata, partisipasi dalam
merencanakan
Berbicara tentang perjalanan studi
mendatang, mencoba kata-kata
secara dramatis
Dapat menghitung sampai
tiga
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
c.5 Perkembangan Bermain Umur 3-4 Tahun : Perkembangan Wawasan.
Sosialisasi yang cepat, perpindahan yang cepat ke tahap bermain yang asosiatif
atau kolaboratif dua orang atau lebih terlibat aktifitas yang sama tetapi melanjutkan
waktu senggang mereka dengan lebih atau kurang mandiri. Setiap orang
mengasumsikan peran mereka dan membentuk agenda tersendiri. Dapat pinjam
meminjam dengan bebas, tetapi mempunyai keinginan kecil untuk
mengkoordinasikan permainan mereka. Permainan asosiatif berkembang menjadi
simbolis dan lebih imajinatif (Alexandria, 1987).
Tabel 2.8 Perkembangan Intelektual Anak 3-4 tahun
33
c.6 Perkembangan dan Karakteristik Permainan
� Memainkan kembali pengalaman mereka (baik dan buruk) dan mengganti hasilnya
sesuai dengan tujuan sendiri,
� Menyenangi aktifitas luar dan permainan konstruktif,
� Senang berdandan dan bermain pura-pura, memperlihatkan perasaan dan emosi
lebih banyak,
� Pura-pura sebagai pahlawan dan karakter TV,
� Mengorganisasikan permainan dalam tema umum (bermain rumah-rumahan,
penjaga toko),
� Dapat menirukan bermacam-macam karakter (orang tua, anak),
� Terlibat dalam percakapan telepon pura-pura,
� Menggunakan lebih banyak kata-kata dan komunikasi dengan gerakan isyarat serta
ekspresi muka untuk membantu penghayatan kata-kata,
� Jangka waktu konsentrasi yang lebih lama,
� Lebih tertarik dengan gerak fisik,
� Sangat ingin tahu tentang bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi (Alexandria,
1987).
c.7. Permainan dengan Alat
� Penggunaan mainan realistis dalam permainan pura-pura,
� Berpura-pura boneka sebagai orang biasa dengan keinginan masing-masing,
� Menyenangi permainan air,
� Menggunakan waktu lebih lama di tempat bermain fisik (gymnasium, luncuran,
ayunan, dan jungkat-jangkit),
� Menyenangi mainan konstruksi.
c.8. Permainan Sosial dan Game
� Kemampuan sosial dengan cepat dan mengembangkan lingkaran persahabatan,
34
� Peningkatan permainan asosiatif mendominasi sewaktu anak-anak bermain
bersama, membagi mainan tetapi menempuh tujuan individu,
� Memperoleh simpati terhadap orang lain dan mampu mengendalikan emosinya
dengan lebih baik,
� Permainan partisipan (mengikuti pemimpin) dimana satu orang anak suatu saat
mendominasi aktifitas,
� Menyenangi memilih dan mencocokkan sesuatu (kancing dan koin) (Alexandria,
1987).
c.9 Permainan Ekspresif
� Lebih tertarik dengan lukisan sendiri sebagai karya yang selesai daripada hanya
menikmati proses penciptaan,
� Membangun cerita tentang serangkaian gambar dan mengikutsertakan bentuk
kasar orang dalam hasil karyanya,
� Melukis dengan konsentrasi dan ketepatan yang lebih baik, warna menjadi
penting,
� Menyenangi mewarnai buku dengan krayon dan mungkin mewarnai di dinding
dan furniture,
� Membentuk tanah liat ke dalam desain yang rata, kur dan garis,
� Mulai mengenal nada tetapi kadang tidak tepat, tidak malu-malu dalam menyanyi
bersama. Mengenali beberapa melodi dan mempunyai beberapa yang favorit,
� Bereksperimen dengan instrumen musik tetapi tidak dapat memproduksi melodi,
� Dapat naik kuda, berlari, melompat, berjalan dengan iringan musik,
� Mulai menggunakan gunting dan senang membuat bentuk hasil menggunting
(Alexandria, 1987).
c.10 Mainan untuk Anak 3-4 Tahun
Permainan imajinatif (pakaian emas), mainan miniature asli, teka-teki, papan
permainan sederhana, alat-alat seni (cat air, kuda-kuda kanvas, masker pen, krayon),
35
kacamata plastik, seperangkat alat pencukur dari kayu atau plastik, permainan alat
dokter, make up, truk mainan, pom bensin, boneka, rumah boneka, kapal ruang
angkasa, balok structural (bangunan, jalan, terowongan) (Hughes, 1979).
Mainan kayu atau balik plastik yang dapat berkait, alat menjahit, buku
mewarnai dank rayon, manic-manik dan benang, kertas, gunting, lem, kanvas dan
cat air, boneka tangan, radio kaset dan rekaman, sepeda roti tiga, boneka dengan
baju yang dapat ditukar, simbal, tongkat ritme, bel, marakas (Alexandria, 1987).
d. Usia 4-5 tahun
Merasa aman, percaya diri, butuh perhatian orang tua dan izin dalam membesar-
besarkan diri, mengambil resiko, dan membuat diri sendiri lucu. Pengendalian motorik
halus yang sempurna dalam menggunting, melukis dan menjahit. Lebih imajinatif dalam
membangun balok-balok yang lebih kecil.
Keseimbangan yang lebih baik : berdiri dengan satu kaki, bersepatu roda,
mengendarai sepeda roda tiga. Kemampuan untuk mengancingkan baju dan tali sepatu,
menggambar, menggunting, melukis, mewarnai, menaruh perhatian pada perbedaan
maskulin dan feminism (panjang rambut, tipe berpakaian), mampu menyemangati orang
lain (Hugnes, 1979).
d.1 Perkembangan Fisik
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Memanjat dengan mudah Belajar menggunakan tangga pemadam
kebakaran
Melompat dan berlari secara
aktif Mampu berjalan lebih jauh
Mampu berjalan lebih jauh Belajar untuk melompat, menggergaji,
menggunting garis, melempar dari atas kepala
36
Mempunyai koordinasi lebih
baik
Berbicara sambil makan, berbicara sambil
bermain
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
d.2 Perkembangan Sosial
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Sensitivitas berkelanjutan
pada orang lain
Menganggap orang tua sebagai penguasa, tidak
menyenangi isolasi dari kelompok, belajar
mengekspresikan simpati, suka untuk
berdandan dan bermain drama. Berbicara
tentang mengundang atau tidak seseorang
untuk melakukan sesuatu
Bekerja sama lebih baik
Bermain dalam kelompok kecil dan mungkin
tidak akan mengajak orang lain dalam
kelompoknya
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
d.3 Perkembangan Emosional
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Keluar dari ikatan tertentu Senang menyombongkan diri, dapat
menggambar bebas
Belajar tentang batas-batas Senang pergi keluar, berlari mendahului lalu
Tabel 2.9 Perkembangan Fisik Anak 4-5 tahun
Tabel 2.10 Perkembangan Sosial Anak 4-5 tahun
37
menunggu di sudut, tertarik dengan peraturan,
merencanakan sesuatu dengan orang dewasa,
berkelakuan konyol hingga lelah
Sumber : Tood & Heffernan, 1964
d.4 Perkembangan Intelektual
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Bereksperimen dengan kata-
kata
Membentuk kata-kata dan pantun, menyenangi
kata-kata baru, mendengarkan cerita lebih lama
Bertanya tentang
“Mengapa”, “Bagaimana”
Berbicara tentang satu topik tertentu,
menyenangi penjelasan
Senang berkhayal Melakukan banyak permainan dramatik,
belajar membedakan fakta dan khayalan
Mempunyai cara pikir yang
bertahap
Tertarik dengan kematian, perubahan tema
dalam menggambar
Sumber : Tood & Heffernan, 1964
d.5 Perkembangan bermain pada usia 4-5 tahun, permainan pertama
Permainan sosial menjadi permainan kooperatif untuk tujuan umum. Dapat
mengikuti aturan, menunggu giliran, bergantung pada aktifitas, mengasumsikan
peranannya dan berbagi mainan, atmosfir yang terjadi adalah harmoni dan sebagai aksen
adalah kesenangan (Alexandria, 1987).
Tabel 2.11 Perkembangan Emosional Anak 4-5 tahun
Tabel 2.12 Perkembangan Intelektual Anak 4-5 tahun
38
d.6 Perkembangan dan Karakteristik Permainan
� Terlibat dalam permainan rough and tumble (permainan berkelahi dengan maksud
bercanda/tidak serius), berpura-pura menjadi monster atau hantu,
� Memakai pakaian orang dewasa,
� Menemukan jalan imajinatif untuk mempertahankan permainan imajinatif. Berperan
secara utuh dalam permainan dramatik,
� Menetapkan peranan sebelum bermain. Menyenangi permainan dengan peran nyata
(astronot, koboi),
� Menyenangi permainan diluar ruangan secara aktif (berenang, bermain sepatu roda),
� Mengantisipasi kejadian akan datang (ulang tahun, liburan),
� Mengarang cerita (Alexandria, 1987).
d.7 Bermain dengan alat
� Penggunaan mainan dengan cara lebih rumit, menciptakan bagian cerita dengan
boneka
� Peningkatan ketertarikan terhadap TV, kadang-kadang bermain di depan TV
� Menyenangi mainan yang bervariasi (boneka, luncuran, domino, puzzle, permainan
kartu sederhana dan buku)
� Membangun struktur yang rumit dengan mainan konstruksi
� Senang menyembunyikan dan mengubur sesuatu di dalam pasir (Virginia, 1987).
d.8 Permainan Sosial dan Game
� Tampilnya permainan kooperatif dalam aktifitas kelompok
� Mengkategorikan yang mana teman dan yang mana tidak
� Peningkatan rasa kasihan dan tanggungjawab. Kadang-kadang mau menolong orang
lain tetapi juga bersaing
� Memperlihatkan keperdulian terhadap perbedaan peranan jenis kelamin
� Senang memilah-milah dan menyamakan warna, bentuk dan gambar
39
� Mempunyai rahasia dan senang kejutan
� Mengganti peranan dengan sukarela
� Mulai bermain permainan papan sederhana dan aktifitas kooperatif lain
� Dapat memanggil nama atau mengancam secara fisik tanpa membahayakan
(Alexandria, 1987).
d.9. Permainan Ekspresif
� Perkembangan keakuratan dalam karya seni, menggambarkan figure garis-garis
� Membanggakan karya sendiri dan mencari kekaguman dari orang lain
� Lebih memilih menggambar bebas dalam bekerja di buku mewarnai
� Dapat memegang kuas seperti orang dewasa dan bekerja dalam waktu yang lebih
lama dalam menyelesaikan karyanya
� Bernyanyi keseluruhan lagu dengan benar dan dengan nada yang benar
� Menunggu giliran dalam bernyanyi secara kelompok
� Menyukai eksperimen kombinasi not di piano
� Terlibat dalam permainan kata-kata dan membuat kata-kata konyol sendiri
� Membuat objek umum dari tanah liat dan memberikannya pada orang lain sebagai
hadiah
� Menyenangi menari (Alexandria, 1987).
d.10 Mainan untuk anak usia 4-5 tahun
Figur dan pemandangan plastik atau kayu dengan skala kecil, truk dan mobil
kecil yang realistik, boneka tangan dan wayang, puzzle 20 bagian, balok nosaik plastik,
lego, rumah boneka dan mebelnya, permainan papan sederhana, domino, buku dengan
cerita yang lebih mendetail, cat air dan kuas, papan sketsa magnetic. Membuat
material, papan tulis, dapur mainan, peralatan dokter mainan, baju drama yang lebih
rumit, ayunan, jungkat-jangkit, papan keseimbangan, skuter, bola sepak, sepatu roda
(Alexandria, 1987).
40
e. Usia 5 – 6 tahun
Anak usia 5 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas
tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu
anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak
menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun
aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
e.1 Perkembangan Fisik
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Pengendalian motorik lebih
baik Mampu duduk tenang lebih lama
Dapat menyeberang jalan
dengan aman
Mulai mengeksplorasi lingkungan rumah,
melakukan acara bepergian sederhana
Memiliki pengendalian mata-
tangan lebih baik
Belajar untuk menalikan sepatu,
menggunakan tangga panjat, kiri dan kanan
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
Tabel 2.13 Perkembangan Fisik Anak 5-6 tahun
41
e.2 Perkembangan Sosial
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Lebih sosial
Bermain bersama lebih sering, menyenangi
permainan rumah-rumahan dengan boneka
bayi, dapat bersama-sama lebih baik dalam
kelompok kecil, mengerti ide-ide orang
dewasa, meminta pertolongan jika
dibutuhkan
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
e.3 Perkembangan Emosional
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Pengendalian diri, bangga
dengan apa yang dilakukan
dan tidak, menyukai
peraturan
Belajar berpikir apa yang baik untuk
dilakukan dan mengatakannya
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
Tabel 2.14 Perkembangan Sosial Anak 5-6 tahun
Tabel 2.15 Perkembangan Emosional Anak 5-6 tahun
42
e.4 Perkembangan Intelektual
KEMAMPUAN IMPLIKASI
Ketertarikan bertambah
besar
Mengenali beberapa angka dan huruf, tertarik
dengan jam dan waktu
Berpikir dengan konsentrasi Bertanya “apa” dan “bagaimana”, belajar
tentang alamat dan telepon rumah
Mempunyai tujuan Menggambar ide dalam pikirannya pada saat
itu
Fleksibel Tidak mengkhawatirkan dengan inkonsistensi
Sumber : Todd & Heffernan, 1964
e.5 Perkembangan bermain pada usia 5-6 tahun : Permulaan Aturan
Pelajaran secara kumulatif dalam bermain membuat anak mempunyai
pengetahuan dan pengalaman, peralihan menjadi pemain yang imajinatif dan sosial
dengan tubuh yang terkoordinasi dengan baik. Senang bersama-sama dengan teman
bermain. Lebih mudah mengikuti peraturan dan senang dengan permainan dan tantangan
fisik, termasuk tujuan tujuan yang khusus. Secara keseluruhan menggambarkan
kesukarelaan bermain dengan orang lain dalam tingkah laku yang berstruktur
(Alexandria, 1987).
Tabel 2.16 Perkembangan Intelektual Anak 5-6 tahun
43
e.6 Perkembangan dan Karakteristik Permainan
� Merencanakan aktifitas permainan peran yang melibatkan orang lain
� Terlibat dalam permainan dramatik nyata yang rumit (pemadam kebakaran, guru,
suster) dan tertarik pada karakter yang penuh khayalan (penjelajah angkasa, raja, ratu)
� Bergantung pada imajinasi untuk menciptakan suasana dan bagian cerita, tidak lagi
berdasarkan pendukung realistis
� Penggunaan bahasa secara efektif untuk mengatur permainan dan teman bermain
� Mempertahankan ketertarikan dalam bermain dalam waktu yang lebih lama.
Mengulangi aktifitas yang sama untuk beberapa hari
� Melanjutkan aktifitas luar ruang (bersepatu roda, berayun, melompat, berenang)
� Memerankan perasaan berkuasa atau takut dalam permainan dramatik
� Membedakan kanan dan kiri
� Memilih bermain dengan yang berjenis kelamin sama, tertarik dengan jenis kelamin
lain (Alexandria, 1987).
e.7. Bermain dengan alat
� Bermain dengan baju, rumah, benteng, puri, pertanian boneka
� Melakukan anyaman dan jahitan sederhana
� Terpesona dengan mainan ilmu pengetahuan (magnet, kompas)
� Siap untuk belajar bersepeda (Alexandria, 1987).
e.8. Permainan Sosial dan Game
� Permainan kooperatif meningkat
� Memainkan permainan yang mempunyai serangkaian peraturan
� Berlatih peran terkoordinasi dalam bermain pura-pura (guru-murid, dokter-pasien,
suami-istri)
� Mengatasi sesuatu dengan permainan yang melibatkan penerimaan dan penolakan
44
� Menikmati permainan kejar-kejaran dan permainan lain yang bersifat perburuan
(polisi-penjahat, koboi-indian) dan permainan yang melibatkan penyerangan dan
ketergantungan
� Lebih sabar dan terorganisir dalam permainan papan (Alexandria, 1987).
e.9. Permainan Ekspresif
� Penggunaan alat sederhana untuk model tanah liat
� Peningkatan orientasi detail dalam karya seni. Menggambar tangan dengan lima jari,
serta lutut
� Menyukai menjiplak gambar
� Memulai gambar dengan ide terlebih dahulu. Tema seni : orang, rumah, perahu,
kereta api, mobil, dan lain-lain
� Dapat bertepuk tangan dan melompat sesuai dengan musik, melompat dengan satu
kaki dan menari sesuai irama
� Bernyanyi melodi pendek dengna nada yang tepat
� Menikmati lagu dan tarian yang didasari peraturan
� Senang membuat sesuatu dan menyukai kerajinan tangan (Alexandria, 1987).
e.10 Mainan untuk anak usia 5-6 tahun
Puzzle 100 bagian, tongkat untuk mengambil sesuatu, prajurit mainan beserta
bentengnya, magnet, kompas, mikroskop, stepler, pelubang kertas, perlengkapan
kantor, mesin kasir dan mesin tik (mainan atau asli), kapur berwarna, buku dengan
bagian-bagian, resep anak, permainan papan yang rumit, instrument musik udara
(harmonika, rekorder), walkie-talkie, kamera, computer, permainan panahan dengan
ujung karet, tali untuk melompat, tenda untuk kemping, layangan, sepatu roda, sepeda
(Alexandria, 1987).
45
f. Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
1. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi
kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya
anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
2. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal
ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah
bergaul dengan teman sebaya.
3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak
orang dengan saling berinteraksi.
4. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari
kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun
pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.
2.4.3 Anak sebagai Kolektor
Anak-anak mempunyai karakteristik khusus sebagai kolektor, dimana mereka
mempunyai ketertarikan dasar terhadap objek yang menjadi koleksinya, antara lain : kartu
permen karet, buku, komik, stiker, perangko, batu, uang logam, boneka, daun, dll.
Koleksinya mungkin digunakan juga dalam bermain.
Manfaat menjadi kolektor sangat penting untuk perkembangan sosial, intelektual dan
kepribadian anak, yaitu:
� Nilai sosialnya dapat meningkatkan popularitas anak dalam Kelompok Bermainnya.
Selain itu anak seringkali membagi atau menukar miliknya. Pinjam-meminjam
mengajarkan anak untuk lebih bertanggungjawab dan menghargai milik orang lain.
46
Tukar-menukar mengajarkan keahlian bernegosiasi sebagai konsep kesamaan dan
keadilan
� Nilai intelektual : belajar tentang material dalam koleksi mereka. Sebagai permulaan
koleksi, anak memerlukan pengetahuan dan informasi yang terus bertambah seiring
dengan koleksinya. Selain itu menambah kemampuan mereka untuk menghitung, konsep
yang matang tentang klarifikasi yang logis, serta pengertian bahwa koleksi mereka dapat
dipisah-pisahkan dalam kelompok dalam berbagai sudut pandang
� Nilai kepribadian : koleksi dapat menyempurnakan kepribadian dalam keyakinan diri
dengan memberikan mereka perasaan dapat mengolah (Fergus Hughes, 1979)
2.4.4 Pendidikan Anak Usia Dini
Penelitian mutakhir tentang otak memberikan informasi yang semakin akurat dan
kaya, juga pemahaman yang mendalam terkait dengan perkembangan otak manusia dan
cara-cara yang tepat untuk menumbuhkembangkannya. Informasi tersebut diperoleh berkat
pemanfaatan teknologi canggih pemindai otak yang dapat meneliti dengan cermat otak
manusia sejak dari dalam kandungan ibu dan perkembangan selanjutnya dengan kerincian
dan akurasi yang luar biasa.
Pemanfaatan teknologi cangih inilah yang membedakan pelelitian otak mutahir
dengan penelitian otak tempo dulu. Berkat teknologi cangih itu kini diketahui dengan rinci
perkembangan otak sekaligus mengoreksi berbagai pendapat yaitu sebagai berikut. Tempo
dulu, di rumah sakit bersalin kamar bayi biasanya diberi warna serba putih dan dijaga agar
tetap tenang, sedapat mungkin bebas dari suara. Kini keadaannya sama sekali berbeda.
Kamar-kamar bayi di rumah sakit bersalin atau rumah sakit ibu dan anak dihiasi dengan
warna warni cerah ceria dan diramaikan dengan musik, kebanyakan musik klasik.
Perubahan yang sangat ekstrem ini terjadi berkat temuan baru tentang tumbuh
kembang otak bayi. Otak bayi akan tumbuh kembang dengan baik jika dirangsang dengan
warna dan suara, terutama suara ibunya dan musik. Musik ternyata mempengaruhi
47
pekembangan otak secara positif (Paul & Oliver, 2010: 78-80; 84-87; Sweeney, 2009: 112-
115; Djohan, 2009: 64 & 157; Musbikin, 2009: 6-8).
Banyak orang tua yang percaya bahwa “baby walker” (kereta yang digunakan
untuk berjalan) dapat membantu mempercepat bayi belajar berjalan. Penelitian terkini
tentang otak menunjukan bahwa pengunaan “baby walker” itu sangat buruk pengaruhnya
bagi pertumbuhan otak bayi. Bayi harus dibiarkan, bahkan mesti dirangsang untuk
merangkak.
Merangkak secara fisik terbukti memperkuat otot besar dan otot kecil, menguatkan
tangan dan leher, merangsang sensifitas sentuhan. Namun, yang lebih penting adalah
merangkak melatih dua belahan otak, merangsang dan mengingkatkan sambungan jaringan
saraf, dan meningkatkan peroduksi myelin. Anak yang tidak atau kurang merangkak
potensial mengalami gangguan keseimbangan, konsentrasi dan kesulitan belajar.
Ahli Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Ibuka, 2009) menulis, studi psikologi
serebral pada satu sisi dan psikologi anak pada sisi yang lain menunjukan dengan jelas
bahwa kunci perkembangan intelegensia tergantung pengalaman saat anak berusia 3 tahun,
yakni selama masa perkembangan masa otak. Tidak ada seorang anak jenius atau bodoh
sesudah lahir. Semua tergantung pada rangsangan sel-sel otak selama masa krusial.
Otak anak usia dini secara structural dan fungsional berbeda. Seperti yang
disebutkan peneliti otak, Marian Diamond (Diamond & Hopson, 1998) bahwa energy yang
digunakan oleh otak kanan usia dua tahun setara dengan orang dewasa. Selanjutnya, hal ini
akan terus meningkat sampai usia 3 tahun, otak anak dua kali lebih aktif dari pada orang
dewasa. Kritik, kerja, dan nyala sel otak ini akan terus berkembang dengan kecepatan dua
kali orang dewasa sampai usia 9 atau 10 tahun; disaat itu, metabolism mulai turun dan
mencapai tahap dewasa di usai 18 tahun. Disaat bersamaan, anak usia dini memiliki banyak
dendrit (hubungan antar – neuron) yang mengalami proses pemangkasan bagian yang tidak
berguna, yakni hubungan neuron diperkuat atau di buang bergantung pada jenis rangsang
yang diterima anak atau tidak diterima dari lingkungannya (Chugani, 1998). Faktor social
dan emosional disekitar anak sangat penting bagi pekembangan otak (Siagel, 2001).
48
Termasuk dalam kategori pengalaman dan perlakuan adalah pengasuhan, asupan
nutrisi, stimulus aktif dan penataan lingkungan. Di Baylor College of Medicine Houston
US, Para peneliti membuktikan anak yang kurang di stimulasi otaknya lebih kecil 30%
dibanding anak yang mendapat stimulasi maksimal.
Dalam konteks pentingnya menata lingkungan dan memberikan pendidikan pada
anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan sinapsis yang super cepat ini, Ibuka
menegaskan masa krusial adalah masa sejak anak lahir hingga berusia 3 tahun. Maka,
pendidikan TK sudah dinyatakan kadaluarsa untuk pendidikan anak usia dini (Ibuka, 2009).
Secara substansial ditekankan bahwa anak pada usia 0-5 tahun jika tidak
mendapatkan pengasuhan, perangsangan, intervensi, perhatian, dan aktivitas yang tepat dan
bermakna, maka akan terjadi banyak masalah pada tahap perkembangan selanjutnya.
Karena kemungkinan bagi tumbuh kembangnya berbagai keterampilan-keterampilan dasar
sebagai manusia normal seperti berbicara, berpikir, bersosialisasi, bahkan keterampilan
elementer yang sangat penting seperti melihat, mendengar dan merasa tidak dapat
berkembang maksimal jika tidak diasah pada usia tersebut.
2.4.5 Tujuan Pendidikan Anak
Tujuan pendidikan anak secara khusus adalah untuk mengembangkan hal hal
berikut.
� Perkembangan intelektual : meningkatkan penggunaan bahasa, membantu
mempelajari bagaimana cara belajar, menstimulasi keingintahuan dan meningkatkan
perkembangan kemampuan menggunakan konsep,
� Perkembangan sosial dan emosional : membantu membentuk hubungan antar
manusia yang stabil, meningkatkan rasa tanggungjawab, mempertimbangkan orang lain,
percaya diri, mandiri, dan mampu mengendalikan diri,
49
� Perkembangan estetis: kesempatan untuk bereksperimen dengan bermacam-macam
material dalam seni dan musik, meningkatkan kreatifitas, dan menumbuhkan kesadaran
dan apreasiasi tentang keindahan
� Perkembangan fisik : membantu penggunaan tubuh secara efektif dengan
memberikan udara segar, tempat bermain dan tidur, makanan yang bergizi.
2.4.6 Kebutuhan Dasar Anak
Di luar negeri sendiri pada umumnya orang tua memasukkan anak mereka dalam
program Tempat Penitipan Anak dari usia 4 bulan ke atas, karena tuntutan bahwa ibunya
harus mulai bekerja setelah melahirkan. Namun di Indonesia kebanyakan anak-anak yang
mengikuti progam tersebut sudah pada usia yang cukup besar, sekitar 1 tahun ke atas.
Menurut salah seorang ahli psikologi perkembangan anak yaitu Erik Erikson,
kebutuhan dasar anak pada masa bayi (baru lahir) sampai dengan kurang lebih 1 tahun
adalah kebutuhan yang bersifat biologis dan psikologis. Kebutuhan biologis, seperti makan,
minum, pakaian, dan segala urusan pencernaan. Kebutuhan psikologis seperti kebutuhan
akan rasa aman, merasa diri dicintai dan diperhatikan, dan kebutuhan untuk dilindungi.
Untuk itu lanjut Erikson, diperlukan figur orang tua dan pola pengasuhan yang
konstan dan stabil sehingga sang anak bisa mempercayai dan meyakini bahwa orang tuanya
selalu siap menanggapi kebutuhannya. Jika ternyata dalam prosesnya terjadi hambatan
yang menyebabkan hubungan antara keduanya terganggu, misalnya karena orang tua
meninggal, terlalu sibuk, sakit, atau situasi yang menyebabkan terpisahnya hubungan antara
anak dengan orang tuanya, maka sang anak akan berpikir bahwa dirinya tidak lagi dicintai.
Anak berpikir begitu karena pola pikir mereka yang masih egosentris.
Masalahnya, anak yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang
konstan di tahun pertama kehidupannya, dalam diri anak tersebut akan tumbuh basic
mistrust. Ia akan merasa kurang percaya diri (karena dia menghadapi kenyataan
berdasarkan persepsinya bahwa dirinya ditolak atau pun diabaikan) dan kurang dicintai
50
oleh orang tuanya. Anak tersebut juga akan tumbuh menjadi orang yang sulit mempercayai
orang lain karena semasa kecilnya ia tidak menerima kehadiran orang tua yang konstan,
stabil dan predictable. Ketidakmampuan untuk mempercayai baik diri sendiri maupun
orang lain berpotensi menjadi masalah di kemudian hari jika persoalan ini tidak
diselesaikan sejak dini.
Sebagai contoh tanda-tanda anak yang tidak mengalami kedekatan yang stabil
dengan orang tua sehingga dalam dirinya tidak tumbuh basic trust seperti :
� Takut atau tidak mau ditinggal sendirian, harus selalu nempel orang tua,
� Lebih suka menyendiri dari pada bermain bersama teman-teman yang lain,
� Kurang percaya diri/minder,
� Tidak berani keluar rumah,
� Takut terhadap orang asing, jika didekati langsung menangis atau menarik diri,
� Bisa jadi tidak menunjukkan ekspresi apa-apa waktu ditinggal orang tua karena sudah
biasa ditinggal, atau bahkan tidak ingin dipeluk atau didekati ibunya sendiri,
� Terlalu sering menangis / cengeng, mudah ketakutan, mudah cemas,
� Dalam perkembangan usia selanjutnya, berpotensi mengalami masalah dalam pelajaran /
sekolah, entah karena kesulitan belajar, hambatan intelektual, atau pun hambatan
interaksi sosial dengan teman-temannya.
Top Related