KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan paper tentang Good Governance ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
Bapak I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA selaku Dosen mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan Udayana yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai pemerintahan yang seharusnya ada di Indonesia untuk menuju
Indonesia yang lebih baik. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam paper ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan paper yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
paper yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Denpasar, 9 Desember 2015
( I GEDE INDRA RUDYARTA )
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3. Tujuan.............................................................................................................................2
1.4. Batasan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1. Landasan Teoritis...........................................................................................................3
2.2. Pengertian Good Governance.........................................................................................4
2.3. Prinsip Prinsip Good Governance..................................................................................5
2.4. Konsep Good Governance.............................................................................................7
2.5. Penerapan Good Governance.........................................................................................8
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................10
3.1. Simpulan.......................................................................................................................10
3.2. Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12
LAMPIRAN...............................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini menyentuh berbagai bidang kehidupan di pemerintahan ini ,dan
salah satu efek dari arus globalisasi ini yaitu terjadinya krisis ekonomi di Indonesia akibat
adanya penyelenggaraan pemerintah yang pengelolaan dan pengaturannya kurangbaik.
Adanya Korupsi ,Kolusi , dan Nepotisme ( KKN ) yang marak terjadi belakangan ini
merupakan salah satu akibat dari pemerintahan yang kurang baik. Selain itu ada juga masalah
penegakan hukum yang tidak berjalan lancar ,serta kualitas pelayanan masyarakat yang
mengalami penurunan.
Hal hal itu pun menyebabkan penghambatan dalam meningkatkan kualitas ekonomi
Indonesia yang cenderung menurun contohnya saja baru baru ini harga rupiah kembali
mengalami penurunan terhadap dollar amerika hingga mencapai angka 14.000 rupiah. Dan
itupun menyebabkan harga produksi barang naik ,hingga ada beberapa perusahaan yang
beberapa pegawainya dirumahkan atau diberhentikan sementara untuk menutupi biaya
produksi tersebut. Dengan itu bertambahnya pengangguran yang juga menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Selain itu penghambatan itu juga
menyebabkan kualitas kesehatan menurun dan bahkan telah menyebabkan munculnya
konflik konflik di berbagai daerah yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan Negara
Republik Indonesia.
Penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan penerapan
kebijakan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena
demokrasi ditandai dengan menguatnya control masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan saling ketergantungan antar
bangsa, terutama dalam pengelolaan sumber – sumber ekonomi dan aktivitas dunia usaha
( bisnis ).
1
Oleh karena itu ,penyelenggaraan pemerintah yang baik perlu dilakukan segera agar
masalah masalah yang timbul dalam Negara ini dapat segera berkurang dan juga proses
peningkatan kualitas ekonomi Indonesia dapatdilanjutkan dengan baik dan dibutuhkan juga
kerjasama tiga pilar penting berbangsa dan bernegara yaitu aparatur negara , pihak swasta ,
dan masyarakat madani untuk membentuk tatanan pemerintah yang baik dengan tujuan
membangun Indonesia yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
i. Apa pengertian Good Governance ?
ii. Apa saja prinsip prinsip dari Good Governance ?
iii. Bagaimana konsep dari Good Governance ?
iv. Bagaimana penerapan Good Governance ?
1.3 Tujuan
Tujuan daripada pembuatan paper ini adalah mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan
pentingnya prinsip prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan dan dapat
menerapkannya kelak untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
1.4 Batasan Masalah
Batasan permasalahan yang dibahas di paper ini meliputi tentang pengertian Good
Governance , Prinsip – prinsip dari Good Governance , konsep dari Good Governance sendiri
serta penerapannya untuk menuju pemerintahan yang lebih baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teoritis
Istilah “Governance” menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur
ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya dipergunakan
untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, bahwa kemampuan suatu negara mencapai tujuan
negara sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahan di mana pemerintah melakukan
interaksi dengan sektor swasta dan masyarakat (Thoha; 2000, 12).
Sedangkan United Nations Development Programme (UNDP) mendefinisikan
governance sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to
manage a nation’s affair at all levels”. Menurut definisi ini, governance mempunyai tiga
kaki (three legs), yaitueconomic, political, dan administrative. Economics
governance meliputi proses-proses pembuatan keputusan (decision-making processes) yang
memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara
ekonomi. Economic governancemempunyai implikasi terhadap equity, poverty dan quality of
life. Political governance adalah proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi
kebijakan, sedangkan administrative governance adalah sistem implementasi proses
kebijakan. Oleh karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (negara
atau pemerintahan), private sector(sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat),
yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing (LAN, 2000 : 5).
Konsep good governance sejak tahun 1991 dipromosikan oleh beberapa agensi
multilateral dan bilateral seperti JICA, OECD, GTZ (Keban ; 2000, 52). Mereka memberikan
tekanan pada beberapa indikator, antara lain : (1) demokrasi, desentralisasi dan peningkatan
kemampuan pemerintah; (2) hormat terhadap hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap
hukum yang berlaku; (3) partisipasi rakyat; (4) efisiensi, akuntabilitas, transparansi dalam
pemerintah dan administrasi publik; (5) pengurangan anggaran militer; dan (6) tata ekonomi
3
yang berorientasi pasar. OECD dan World Bank (LAN; 2000, 6) mensinonimkan good
governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggungjawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks
bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.
2.2 Pengertian Good Governance
Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor
swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance
merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan
tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini,
penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan
kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama
Good Governance.
4
2.3 Prinsip Prinsip Good Governance
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan
hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Berikut sembilan aspek fundamental ( asas )
dalam perwujudan good governance, yaitu :
1. Partisipasi ( participation )
Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan,baik langsung maupun melalui
lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Paradigma sebagai
center for public harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga proses sebuah usaha
dapat dilakukan dengan baik dan efisien. Selain itu, pemerintah juga harus menjadi public
server dengan memberikan pelayanan yang baik, efektive, efisien, tepat waktu serta
dengan biaya yang murah, sehingga mereka memiliki kepercayaan partisipasi dari
masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat berperan besar dalam pembangunan, salah
satunya diwujudkan dengan pajak.
2. Penegakan hukum ( rule of law )
Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional dan harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Penegakan hukum sangat berguna
untuk menjaga stabilitas nasional. Karena suatu hukum bersifat tegas dan mengikat.
3. Transparasi ( transparency )
Akibat tidak ada prinsip transparasi ini bangsa indonesia terjebak dalam kubangan
korupsi yang sangat parah. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak
kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak baik.dalam pengelolaan
negara, bahwa terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu :
Penetapan posisi dan jabatan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait denganpencerahan kehidupan
Kesehatan
5
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4. Responsif ( responsiveness )
Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan
masyarakat secara umum. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya, bukan
menunggu masyarakat menyampaikan aspirasinya, tetapi pemerintah harus proaktif
dalam mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
5. Asas Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa setiap keputusan apapun harus dilakukan melalui
proses musyawarah. Cara pengambilan keputusan secara konsensus akan mengikat
sebagian yang bermusyawarah dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan
keputusan. Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan maka
akan semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-
kebijakan umum maka akan semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya dan akuntabilitas
pelaksanaannya dapat di pertanggungjawabkan.
6. Keadilan dan kesetaraan ( equity )
Asas keadilan dan kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan
publik. Pemerintah harus bersikap dan berprilaku adil dalam memberikan pelayanan
terhadap publik tanpa mengenal perbedaan kedudukan, keyakinan, suku, dan kelas sosial.
7. Efektivitas ( effectifeness ) dan efiensi ( effiency )
Yaitu pemerintah harus berdaya guna dan behasil guna. Kriteria efektivitas biasanya
diukur engan prameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelopak dan lapisan sosial. Sedangkan asas efisiensi umumnya
diukur dengan rasionalita biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Semakin kecil biaya yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sarana maka pemerintah
dalam kategori efisien.
6
8. Akuntabilitas ( accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
Dituntut untuk memepertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral,
maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas
akuntabilitas dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
9. Visi srategis ( strategic vision )
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi asa yang akan
datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good governance. Dengan
kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya
pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekedar memiliki agenda strategis
untuk masa yang akan datang, seorang yang menempati jabatan publik atau lembaga
profesional lainnya harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalandan tantangan
yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinanya.
2.4 Konsep Good Governance
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah faktor terkuat yang
saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta
pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa
setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau
kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap
kepentingan tersebut selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang
namanya “good governance” benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan
melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata
“sepakat”.
Konsep Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh semua pihak yaitu
Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, namun demikian masih banyak yang rancu memahami
7
konsep Governance. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan governance sebagai
Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan
manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah
satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain
adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani). Karenanya
memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah
(birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama.
Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya,
hukum dan keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan
kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan, sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai
macam aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol
terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut. Dalam konsep ini, Negara berperan memberikan
pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem
pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di
dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu
pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan
semua unsur prinsip-prinsip good governance.
2.5 Penerapan Good Governance
Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis
untuk menerapkan good governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan
publik. Ada beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis untuk
memulai menerapkan good governance.
Secara garis besar, permasalahan penerapan Good Governance meliputi :
1. Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat;
2. Tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi perbaikan;
8
3. Masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek KKN, dan masih
lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur;
4. Makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik;
5. Meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik antara
lain transparansi, akuntabilitas dan kualitas kinerja publik serta taat pada hukum;
6. Meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab, kewenangan dan pengambilan
keputusan dalam era desentralisasi;
7. Rendahnya kinerja sumberdaya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan
(organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan daerah yang belum memadai.
9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Good Governance berasal dari bahasa Inggris yaitu governing yang berarti mengarhkan
atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam suatu negara. Good
governance dapat juga diartikan sebagai tindakan atau atau tingkah laku yang didasarkan
pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan mengendalikan atau mempengaruhi masalah
public untuk mewujudkan nilai-nilai itu di dalam tindakan dan keseharian. Dari berbagai
hasil kajiannya, Lembaga Administrasi negara (LAN) telah mengumpulkan Sembilan aspek
fundamental dalam perwujudan good governance. Yaitu:
1. Partisipasi (participation)
2. Penegakan hukum (rule of law)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsive (responsiveness)
5. Orientasi kesepakatan
6. Keadilan (equity)
7. Efektifitas (effectiveness) dan efesiensi (efficiency)
8. Akuntabiilitas (accountability)
9. Visi strategis (strategic vision)
3.2 Saran
Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya good governance.
Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu pemerintah,
korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga, support dan berpatisipasi aktif dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan. Terutama antara pemerintah dan
masyarakat menjadi bagian penting tercapainya good governance. Tanpa good governance
sulit bagi masing-masing pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Good
governance tidak akan bisa tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan
pemerintah tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan menjadi bumerang yang bisa balik
menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih buruk apabila tidak dipakai sebagaimana
10
mestinya. Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus terjamin sebagai wujud peran
masing-masing dalam pemerintah. Setiap pihak harus bergerak dan menjalankan tugasnya
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Gadjah
Mada University Press. 2005.
Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri
Negara PAN 22 September 2005.
Lase, Rhius , Pengertian dan Konsep Good Governance.
http://celotehlestarius.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-konsep-good-
governance.html. Diakses pada tangal 9 Desember 2015.
12
LAMPIRAN
KASUS FREEPORT JUGA MEMBUKTIKAN MANAJEMEN ISU DI PEMERINTAHAN
BURUK
SELASA, 24 NOVEMBER 2015 , 06:14:00 WIB
RMOL. Kasus rekaman dan pencatutan nama Presiden dan
Wakil Presiden terkait dengan Freeport membuktikan bahwa
manajemen isu di tataran pemerintah tidak tertata dengan
baik, atau dengan kata lain buruk.
Lebih-lebih setelah Menko Polhukam Luhut Pandjaitan
membantah laporan Menteri ESDM Sudirman Said.
Demikian disampaikan pengamat politik dari Pusat Studi
Keamanan dan Politik Universitas Padjadjaran (Unpad)
Bandung, Muradi, Senin malam (23/11).
"Karena itu Jokowi harus membenahi tata kelola isu. Ini sebenarnya lebih pada tugasnya Kantor
Staf Presiden, Setneg, dan Setkab agar isu tidak liar. Kecuali memang by design, karena tidak
mungkin semua dilimpahkan ke Presiden," kata Muradi.
Muradi menilai ada tiga faktor yang diduga melatarbelakangi sikap Luhut yang terkesan
meninggikan diri, dan menunjukkan adanya pergesekan kekuatan yang belum selesai di internal
kabinet.
"Pertama karena merasa punya power, Kedua karena direkaman itu ada nama dia sehingga
merasa bersalah dan ketiga mungkin minder politik. Presiden harus mampu mengendalikan
Luhut. Apa motif dia? Luhut ini memperkeruh. Dia mestinya banyak menahan diri," tegas
Muradi. [ysa]
13
JOKOWI/NET