ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DAN Ny. S YANG
MENGALAMI POST PARTUM SPONTAN DENGAN
NYERI AKUT DI RUANG FLAMBOYAN 1
RSUD SALATIGA
DI SUSUN OLEH:
NOFITA INDRASWURI
NIM. P.14094
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DAN Ny. S YANG
MENGALAMI POST PARTUM SPONTAN DENGAN
NYERI AKUT DI RUANG FLAMBOYAN 1
RSUD SALATIGA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
NOFITA INDRASWURI
NIM. P.14094
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nofita Indraswuri
NIM : P14094
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DAN
Ny.S YANG MENGALAMI POST PARTUM
SPONTAN DENGAN NYERI AKUT DI RUANG
FLAMBOYAN 1 RSUD SALATIGA”.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Juli 2017
Yang Membuat Pernyataan
NOFITA INDRASWURI
NIM. P14094
iii
MOTTO
“Semua urusan manusia melibatkan usaha dan hasil. Kegigihan dalam
berusaha adalah ukuran untuk menuai hasil itu.”
(James Allen)
“Kegagalan bukanlah sesuatu yang penting. Perlu keberanian untuk
melakukan kebodohan pada diri sendiri.”
(Charlie Chaplin)
“Di masa dewasa, SUCCES IS THE REAL ATTRACTIVENESS. Keberhasilan
adalah daya tarik yang sesungguhnya. Maka janganlah terlalu sibuk
merasa minder karena kurang tampan”
(Mario Teguh)
Keberhasilan tak akan bias diperoleh begitu saja. Diperlukan usaha, doa,
dan restu dari orang tua.”
(Penulis)
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DAN
Ny.S YANG MENGALAMI POST PARTUM SPONTAN DENGAN NYERI
AKUT DI RUANG FLAMBOYAN 1 RSUD SALATIGA
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd. Kep.)
Oleh:
NOFITA INDRASWURI
P14094
Surakarta, 05 Agustus 2017
Menyetujui,
Pembimbing
Nurul Devi Ardiani, S.Kep.Ns.,M.Kep.
NIK. 201186080
v
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI
Telah di uji pada tanggal: 05 Agustus 2017
Dewan Penguji:
Penguji I :
Alfyana Nadya R, S.Kep.Ns.,M.Kep. ( )
NIK. 201086057
Penguji II :
Nurul Devi Ardiani, S.Kep.Ns.,M.Kep. ( )
NIK. 201186080
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Nofita Indraswuri
NIM : P14094
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DAN
Ny.S YANG MENGALAMI POST PARTUM
SPONTAN DENGAN NYERI AKUT DI RUANG
FLAMBOYAN 1 RSUD SALATIGA”.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan
Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
Penguji I :
Alfyana Nadya R, S.Kep.Ns.,M.Kep. ( )
NIK. 201086057
Penguji II :
Nurul Devi Ardiani,S.Kep.,Ns., M.Kep. ( )
NIK. 201186080
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Meri Oktariani,S.Kep.Ns., M.Kep
NIK. 200981037
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Post
Partum Spontan Dengan Nyeri Akut Diruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku sekretaris Program Studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk
dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
4. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
viii
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku (Mitro Hartono & Suyatni) yang menjadi inspirasi dan
memberikan semangat serta doa untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Kedua kakak ku (Istanto & Harti) yang telah memberikan semanggat serta
memberikan dukungan untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Kepada Akbar Putra Wardhana S.Kep, yang telah sabar menemani dan
sesantiasa memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
menyelesaikan pendidikan.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
10. Klien Ny. Y dan Ny. S yang telah bersedia memberi informasi dan mau
dirawat oleh saya selama dirumah sakit untuk menyelesaikan karya tulis
ilmiah saya
11. RSUD Salatiga yang sudah memberikan ijin dan memperkenankan saya
untuk mengambil studi kasus dirumah sakit
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Juli 2017
Nofita Indraswuri
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
MOTTO .......................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ............................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.4 Tujuan Penulisan ........................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum.................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................... 4
1.5 Manfaat.......................................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 5
1.5.2 Manfaat Praktis.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 7
2.1 Konsep Dasar Post Partum/ Nifas ................................................. 7
2.1.1 Pengertian.......................................................................... 7
2.1.2 Komplikasi dan Penyakit Dalam Masa Nifas ................... 10
2.2 Asuhan Keperawatan Post Partum ................................................ 12
2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan ...................................... 12
2.2.2 Pengkajian ......................................................................... 12
2.2.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................... 15
x
2.2.4 Intervensi Keperawatan .................................................... 16
2.2.5 Implementasi Keperawatan ............................................... 23
2.2.6 Evaluasi ............................................................................. 24
2.3 Nyeri ............................................................................................. 25
2.3.1 Pengertian ......................................................................... 25
2.3.2 Klasifikasi Nyeri ............................................................... 26
2.3.3 Respon Terhadap Nyeri .................................................... 28
2.3.4 Alat Ukur Nyeri ................................................................ 30
2.3.5 Penatalaksanaan Nyeri ...................................................... 31
2.4 Teknik Relaksasi Nafas Dalam ..................................................... 32
2.4.1 Pengertian ......................................................................... 32
2.4.2 Tujuan Relaksasi Nafas Dalam ......................................... 33
2.4.3 Patofisiologi Relaksasi Nafas Dalam ................................ 33
2.4.4 Penatalaksanaan Relaksasi Nafas Dalam .......................... 34
2.4.5 Prosedur Relaksasi Nafas Dalam ...................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 37
3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 37
3.2 Batasan Ilmiah ............................................................................... 37
3.3 Partisipan ....................................................................................... 38
3.4 Lokasi Waktu Penelitian ............................................................... 38
3.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 38
3.6 Uji Keabsahan Data ....................................................................... 41
3.7 Analisis Data ................................................................................. 42
BAB IV HASIL ............................................................................................... 44
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ............................................ 44
4.2 Pengkajian ..................................................................................... 44
4.3 Analisa Data .................................................................................. 49
4.4 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 51
4.5 Intervensi Keperawatan ................................................................. 52
4.6 Implementasi Keperawatan ........................................................... 54
4.7 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 60
xi
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 65
5.1 Pengkajian ..................................................................................... 65
5.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 67
5.3 Intervensi Keperawatan ................................................................. 68
5.4 Implementasi Keperawatan ........................................................... 69
5.5 Evaluasi ......................................................................................... 73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 76
6.1 Kesimpulan.................................................................................... 76
6.1.1 Pengkajian ............................................................................ 76
6.1.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 77
6.1.3 Intervensi Keperawatan ........................................................ 77
6.1.4 Implementasi Keperawatan .................................................. 77
6.1.5 Evaluasi ................................................................................ 78
6.2 Saran .............................................................................................. 78
6.2.1 Bagi Rumah Sakit................................................................. 78
6.2.2 Bagi Pasien ........................................................................... 78
6.2.3 Bagi Perawat ........................................................................ 78
6.2.4 Bagi Penulis Selanjutnya ...................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas Klien .................................................................................. 44
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ............................................................................. 45
Tabel 4.3 Pola Kesehatan ................................................................................. 46
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 47
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 49
Tabel 4.6 Analisa Data ..................................................................................... 49
Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan.................................................................... 52
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan .............................................................. 54
Tabel 4.9 Evaluasi ............................................................................................ 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala nyeri deskripsi .................................................................... 29
Gambar 2.2 Skala nyeri numeric ...................................................................... 30
Gambar 2.3 Skala nyeri VAS ........................................................................... 30
xiv
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Asuhan Keperawatan
Lampiran 3. Lebar Audience
Lampiran 4. Lembar Konsultasi
Lampiran 5. Jurnal
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Sukarni & wahyu, 2013).
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar
6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana,
2015).
Angka kematian ibu(AKI) di Indonesia pada tahun 2014, berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Lama penyebab kematian ibu terbesar dalah perdarahan, hipertensi,
dalam kehamilan (HDK), infeksi, parts lama atau macet dan abortus. Pada
tahun 2014, angka kematian ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah sebesar 116,01
per 100.000 kelahiran hidup dan mengalami peningkatan pada tahun 2015
sebesar 116,34 per100.000 kelahiran hidup. Sebesar 57,93% kematian
2
maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74% dan
pada waktu persalinan sebesar 17,33%. Berdasarkan kelompok umur,
kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34
tahun) sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar
26,67% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 6,37% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2 015).
Dalam proses pengeluaran buah kehamilan, sering kali mengakibatkan
perlukaan jalan lahir atau robekan perineum. Robekan perineum terjadi pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlalu kuat dan
lama (Sumarah, 2009).
Perlukaan pada jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena memang
sengaja seperti pada tindakan episiotomi. Tindakan untuk mencegah
terjadinya robekan perineum yang luas dan dalam disertai pinggir yang tidak
rata, dimana penyembuhan luka akan lambat atau terganggu. Luka insisi
yang lurus (rata) lebih mudah diperbaiki dan lebih cepat sembuh dibanding
luka laserasi yang tidak merata serta tidak terkendali. Seperti halnya insisi
pada bagian tubuh laiinya, luka jahitan robekan (episiotomi) mungkin tidak
mau merapat. Faktor predisposisi keadaan ini mencakup daya kesembuhan
yang buruk seperti defisiensi gizi dan adanya infeksi. Tingkat robekan juga
dapat mempengaruhi penyembuhan (Rejeki dan Ernawati, 2010)
3
Nyeri perineum bisa menjadi persoalan bagi ibu post partum karena
akan menimbulkan gangguan ketidaknyamanan dan kecemasan untuk
melakukan mobilisasi dini. Nyeri perineum timbul karena adanya kejadian
robekan /laserasi perineum saat proses melahirkan. Nyeri perineum akan
dirasakan secara berbeda pada setiap ibu post partum karena setiap ibu post
partum memiliki kemampuan yang berbeda dalam beradaptasi dengan rasa
nyeri (Triwik,2017).
Berdasarkan studi kasus yang penulis lakukan pada tanggal 29-31 Mei
2017 pada ibu post partum spontan didapatkan data subyektif klien
mengatakan terdapat luka jahitan setelah melahirkan dan dari observasi
terdapat luka jahitan perineum terlihat kemerahan dan basah. Bagi ibu post
partum dengan luka perineum sangat membutuhkan tindakan keperawatan
untuk mengurangi rasa nyeri akibat luka perineum yang terkadang diabaikan
oleh ibu post partum.
Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis mengambil kasus Karya
Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan klien post partum spontan dengan
nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan klien post
partum spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
4
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Klien Post Partum spontan
dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Klien Post Partum spontan
dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien post partum
spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD
Salatiga.
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
post partum spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1
RSUD Salatiga.
3. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
klien post partum spontan dengan nyeri akut di Ruang
Flamboyan 1 RSUD Salatiga
4. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien
post partum spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1
RSUD Salatiga
5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien post partum
spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD
Salatiga
5
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan disusunnya Karya Tulis Ilmiah ini penulis
memperoleh pengetahuan mengenai cara memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan post partum spontan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan berkait dengan post partum spontan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi
institusi keperawatan khususnya pemberian asuhan keperawatan
pada klien post partum spontan.
3. Bagi Praktisi keperawatan
Diharapkan hasil dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi parktisi perawat
khususnya bagi perawat yang melakukan pemberian Asuhan
Keperawatan pada post partum spontan.
4. Bagi Klien
Diharapkan dengan Asuhan keperawatan yang diberikan dapat
mengetahui cara merawat klien dengan post partum spontan.
6
5. Bagi Penulis
Diharapkan dengan dibuatnya Karya Tulis Imiah ini penulis
memperoleh pengetahuan mengenai post partum spontan dan
pengalaman dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Post Partum/ Nifas
2.1.1 Pengertian
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah
partus selesai dan berakhir kira- kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam
waktu 3 bulan. Batasan waktu nifas yang paling singkat tidak ada
batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relative pendek darah
sudah keluar sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari
(Anggraini, 2010)
Menurut Waryana (2010) nifas adalah masa setelah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan sampai kepada
keadaan sebelum hamil. Pada ibu nifas terjadi perubahan fisiologis
reproduksi dan sehabis melahirkan tentu memproduksinya air susu
dan untuk itu diperlukan gizi yang cukup untuk penyembuhan dan
masa nifas itu sendiri.
a) Perubahan Sistem Reproduksi menurut Waryana (2010)
(1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
(2) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000gr.
8
8
(3) Akhir kala III persalinan setinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat simpisis dengan berat uterus 750 gr.
(4) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengah
pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr.
(5) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.
(6) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gr
b) Perubahan lokhea
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari vacuum uteri
dan vagina dalam masa nifas (Waryana, 2010). Macam-macam
lokhea yaitu:
(1) Lokhea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconium,
selama 2 hari post partum
(2) Lokhea Sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan
lender, hari 3-7 post partum
(3) Lokhea Serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 post partum
(4) Lokha alba: cairan putih, setelah 2 minggu
(5) Lokhea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
(6) Lokhea stasis: lokhea tidak lancar keluarnya.
9
9
c) Perubahan serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. Segera
setalah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke 5, perineum sudah mendapatlan kembali sebagian
besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
d) Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar tepaka
tanggan. Dengan cepat luka ini mengecil, ada akhir minggu kedua
hanya sekitar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan
luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus (Marmi, 2010).
e) Perubahan ligament
Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali sperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrpflexi (Marmi, 2012).
10
10
f) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol (Marmi, 2012).
2.1.2 Komplikasi dan penyakit dalam masa nifas
a) Infeksi masa nifas menurut Rukiyah dan Yulianti (2010).
(1) Konsep Dasar
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat genetal
pada waktu persalinan dan nifas. Dahulu infeksi ini merupakan
sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi
berkat kemajuan ilmu kebidanan, khususnya pengetahuan
tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya, dan
penemuan obat-obat baru seperti sukfa dan antibiotik lainnya.
(2) Pencegahan terjadinya infeksi
Pencegahan infeksi nifas dikelompokkan menjadi:
(a) Selama kehamilan, anemia merupakan predisposisi untuk
infeksi nifas, oleh sebab itu anemia harus diusahakan
memperbaikinya.
11
11
(b) Selama persalinan dengan membatasi sebanyak mungkin
masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga
supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan
persalinan dengan trauma sedikit munkin, mencegah
terjadinya perdarahan banyak.
(c) Selama nifas, sesudah partus terdapat beberapa luka dijalan
lahir, hari-hari pertama jika ada luka harus agar luka tidak
terkena infeksi.
b) Endometritis
Endometritis adalah radang pada endometrium, kuman-
kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insert
plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan sesidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping
nekrotis serta cairan.
c) Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di
dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan
peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua lembar
ligamentum lalu menyebabkan parametriris. Peritonitis adalah
peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus visera
dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau
12
12
supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi
atau infasi bakteri. Sedangkan peritoneum adalah mesodrn lamina
laterlis yang tetap bersifat epithelial pada permulaan mesoderm
merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelon.
2.2 Asuhan Keperawatan Post Partum
2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan
Menurut Carpenito (2009), asuhan keperawatan adalah kegiatan
professional perawat yang dinamis, membutuhkan kreatifitas, dan
berlaku pada berbagai keadaan dan rentang kehidupan manusia. Tahap
dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
2.2.2 Pengkajian
Menurut Wong (2008), pengkajian adalah suatu proses continue
yang dilakukan semua fase pemecahan masalah dan menjadi dasar
untuk pengambilan keputusan. Pengkajian menggunakan banyak
keterampilan keperawatan dan terdiri atas pengumpulan, klasifikasi
dan analisis data dari berbagai sumber. Untuk memberikan pengkajian
yang akurat dan komperehensif, perawat harus mempertimbangkan
informasi mengenai latar belakang biofisik, psikologis, sosiokultural
dan spiritual pasien.
a) Aktifitas/ istirahat menurut Ujiningtyas (2009)
Aktifitas/ istirahat: bisa tampak berenergi, kelelahan, atau
mengantuk.
13
13
b) Sirkulasi
Sirkulasi: nadi biasanya melambat menjadi sekitar 50-70 kali
permenit karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariaso,
dapat lbih rendah sebagai respons terhadap analgesik atau
menigkat pada respons pemberian oksitosin atau hipertensi karena
kehamilan. Terdapat edema pada ekstremitas atas, wajah atau
umum karena kehamilan. Kehilangan darah 400-500 ml pada
persalinan vaginal 600-800 ml pada persalinan seksio caesarea.
c) Integritas ego
Integritas ego: reaksi emosional bervariasi, dapat berubah-ubah.
Ekspresi dapat terlihat takut terhadap kondisi bayi atau ungkapan
minta maaf karena perilaku intrapartum.
d) Eliminasi
Eliminasi: sering terdapat hemoroid yang menonjol. Kandung
kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis. Diuresis dapat terjadi
bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urine.
e) Makanan/ cairan
Makanan/ cairan: dapat mengeluh haus, lapar, atau mual
f) Nyeri dan ketidaknyamanan
Nyeri dan ketidaknyamanan: ketidaknyamanan dari berbagai
sumber, nyeri, kandung kemih penuh, trauma jaringan, dam tremor
atau menggigil (Ujiningtyas, 2009).
14
14
g) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus: baik/ tidak, yang dapat diketahui dengan palpasi.
Lakukan masase dan berikan uterinika: methergin, ermetrin, dan
pitosin.
h) Perdarahan
Perdarahan: ada/ tidak, banyak/ biasa
i) Luka
Luka: jahitannya baik/ tidak, ada perdarahan/ tidak
j) Keamanan
Keamanan: awalnya suhu meningkat sedikit karena dehidrasi atau
pengerahan tenaga, seiring dengan adanya perbaikan episiotomy
yang utuh dengan tepi jaringan merapat suhu juga akan
berlangsung normal kembali (Erawati, 2010).
k) Pemeriksaan Fisik
(1) Tanda-tanda vital
(a) Ukur suhu untuk mendeteksi pola kenaikan suhu
(b) Ukur tekanan darah untuk mendeteksi kenaikan
(2) Inspeksi
(a) Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak dan
karakteristik episiotomy
(b) Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
(c) Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
(d) Inspeksi payudara apakah ada area kemerahan
15
15
(e) Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, melepuh dan
perdarahan
(3) Palpasi
(a) Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
(b) Palpasi apakah ada nyeri tekan, hangat, benjolan dan nyeri
pada kaki
(c) Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan
nyeri tekan
l) Uji laboratorium dan pemeriksaan diagnostik
(1) Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine)
digunakan untuk mendiagnosis infeksi
(2) Venografi adalah metode yang paling akurat untuk
mendiagnosis thrombosis vena profunda
(3) Ultrasonografi Doppler real-team dan ultrasonografi Doppler
berwarna adalah metode diagnostik yang tidak infasif untuk
mendiagnosis tromboflebitis dan thrombosis
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa
keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu respon, faktor
berhubungan, tanda dan gejala (Setiadi, 2012).
16
16
Menurut Herman dan Komitsuru (2014), diagnosa keperawatan
yang dapat muncul pada klien dengan post partum normal adalah:
a) Nyeri akut Berhubungan agen cedera fisik
b) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan edema jaringan
c) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
d) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan
e) Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan kegagalan
miometrium dan mekanisme homeostatik
f) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
g) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
2.2.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan
tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses
perencanaan keperawatan mekiputi penetapan tujuan perawatan,
penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat dan rasional
dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawat (Hidayat,
2008).
Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indikator
keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapakan. Dalam menentukan
kriteria hasil berorientasi pada SMART yaitu Spesifik, berfokus pada
17
17
pasien, singkat dan jelas, M: Measurable, dapat diukur, A:
Achieveble, realistis, R: Reasonable, ditentukan oleh perawat dank
lien, Time: kontrak waktu (Darmawan, 2012).
Menurut Herman dan Komitsuru (2014), intervensi keperawatan
sesuai dengan diagnosa diatas yaitu:
a) Nyeri fisik berhubungan dengan agen cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil berdasarkan
Nursing Outcome Classification (NOC):
(1) Mampu mengontrol nyeri
(2) Melaporkan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
(3) Mampu mengenali nyeri
(4) Tanda-tanda vital dalam batas normal Tekanan darah 110/70 –
120/80 mmHg, nadi 60-100 kali permenit, pernapasan 16-2-
kali permenit, suhu 36,5-37,5oC
Intervensi NIC:
(1) Kaji skala nyeri (PQRST) pasien
(2) Pantau tanda-tanda vital
(3) Berikan posisi nyaman
(4) Ciptakan lingkungan nyaman
(5) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
(6) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
18
18
b) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan edema jaringan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil berdasarkan
Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu:
(1) Kandung kemih kosong
(2) Intake cairan dalam rentang normal 1-2 liter/hari
(3) Bebas infeksi saluran kemih
(4) Berkemih > 150cc setiap kali
(5) Klien mampu berkemih secara mandiri
Intervensi NIC:
(1) Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau,
volume dan warna urine.
(2) Palpasi kandung kemih
(3) Bantu pasien untuk berkemih secara berkala 6-8 jam post
partum
(4) Ajarkan pasien untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
(5) Anjurkan klien minum 6-8 gelas perhari
(6) Kolaborasi dengan dokter pemasangan kateter
c) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas saluran
gastrointestinal
19
19
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah konstipasi dapat teratasi dengan kriteria hasil
berdasarkan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu:
(1) Pola eliminasi dalam rentang normal, feses lembut dan
berbentuk
(2) Klien mampu mengeluarkan feses tanpa bantuan
(3) Tidak terjadi penyalahgunaan alat bantu
(4) Bising usus dalam batas normal 5-35x/menit
(5) Mengintesti cairan dan serat dengan adekuat
Intervensi NIC:
(1) Kaji warna, konsistensi dan frekuensi feses pasca post partum
(2) Auskultasi adanya bising usus
(3) Berikan informasi diet yang tepat tentang peningkatan makan
dan cairan, uoaya untuk membuat pola pengosongan normal
(4) Anjurkan klien untuk meningkatkan aktivitas dan ambulansi
(5) Kolaborasi dengan dokter pemberian laktasif
d) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatanslama 3x24 jam
diharapkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI teratasi
dengan kriteria hasil:
(1) Ibu dan bayi mengalami pemberian ASI yang efektif yang
ditunjukkan dengan pengetahuan menyusui, mempertahankan
menyusui dan penyapihan menyusui
20
20
(2) Bayi menunjukkan kemantapan menyusui ditandai dengan
sikap dan penempelan sesuai, menghisap dan menempatkan
lidah yang benar, mencengkram aerola dengan tepat, menelan
dapat didengar, minimal menyusui 8 kali sehari.
(3) Mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera
(4) Mengindikasikan kepuasan terhadap meyusui
(5) Tidak mengalami nyeri tekan pada payudara
Intervensi NIC:
(1) Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada
putting
(2) Pantau integritas kulit putting
(3) Demonstrasikan perawatan payudara sesuai dengan kebutuhan
(4) Instruksikan kepada ibu tentang teknik memompa payudara
(5) Ajarkan teknik menyusui yang meningkatkan keterampilan
dalam menyusui bayinya
e) Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan kegagalan
miometrium dan mekanisme homeostatik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah resiko tinggi perdarahan dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
(1) Kehilangan darah selama post partum kurang 500cc
(2) Kandung kemih kosong
(3) Kontrasksi uterus baik
(4) Klien tidak pucat
21
21
(5) Kadar hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal
(6) TTV dalam batas normal tekanan darah 110/70 – 120/80
mmHg, nadi 60-100 kali permenit, pernapasan 16-20 kali
permenit, suhu 36,5-37,5oC
Intervensi:
(1) Kaji jumlah lokea pasca persalinan
(2) Kaji kepenuhan kandung kemih dan kebersihan perineum
(3) Pantau TTV pasien
(4) Kaji kadar hemoglobin dan hematokrit klien
(5) Catat tinggi fundus uterus dan kontraksi uterus
(6) Lakukan masase uterus
(7) Berikan cairan intravena jenis isotonic
(8) Kolaborasi dengan dokter mengganti kehilangan darah
f) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma mekanis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah resiko tinggi infeksi dapat teratasi dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC:
(1) Tidak ada tanda-tanda infkesi
(2) Leokosit dalam batas normal (3,6-11 10^3/uL)
(3) Tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan darah 110/70 –
120/80 mmHg, nadi 60-100 kali permenit, pernapasan 16-20
kali permenit, suhu 36,5 – 37,5oC
(4) Pasien mampu mengetahui tanda-tanda infeksi
22
22
Intervensi NIC:
(1) Kaji tanda infeksi
(2) Kaji leukosit pasien
(3) Pantau tanda-tanda vital
(4) Lakukan perawatan luka dalam vulva hygiene
(5) Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi
(6) Ajarkan pasien untuk mencegah infeksi
(7) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
(8) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet
g) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah resiko tinggi perdarahan dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
(1) Aktivitas fisik meningkat
(2) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dan kemampuan
dlam gerak
Intervensi:
(1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi
(2) Berikan terapi ambulasi (tukar posisi)
(3) Bantu klien dalam melakukan aktifitas
(4) Ajarkan ROM
23
23
2.2.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,
2008).
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010), komponen tahap
implementasi terdiri dari:
a) Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan tanpa instruksi dari
dokter.
b) Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar
praktik American nurses association: undang-undang praktik
keperawatan Negara bagian dan kebijakan institusi perawatan
kesehatan.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif dilakukan apabila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membantu keputusan bersama yang bersetujuan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
e) Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapu
yang diberikan.
24
24
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses
keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh
intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan hasil
yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Hidayat, 2008).
Pada evaluasi klien dengan post partum normal kriteria evaluasi
adalah sebagai berikut:
a) Mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang dengan
manejemen nyeri, mampu mengenali nyeri, tanda-tanda vital
dalam batas normal TD 110-70 – 120/80 mmHg, nadi 60-100 kali
permenit, pernapasan 16-20 kali permenit, suhu 36,5-37,5oC.
b) Kandung kemih kosong, intake cairan dalam rentang normal 1-2
liter/hari, bebas infkesi saluran kemih, bcalance cairan seimbang.
c) Bising usus dalam batas normal 5-35 kali permenit, tidak ada
hemoroid, klien mampu defekasi.
d) Kehilangan darah selama post partum kurang dari 500cc, kandung
kemih kosong, kontraksi uterus baik, klien tidak pucat, kadar
hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal, tanda-tanda vital
dalam batas normal TD 110-70 – 120/80 mmHg, nadi 60-100 kali
permenit, pernapasan 16-20 kali permenit, suhu 36,5-37,5oC.
e) Tidak ada tanda-tanda infeksi, leukosit dalam batas normal, tanda-
tanda vital dalam batas normal TD 110-70 – 120/80 mmHg, nadi
60-100 kali permenit, pernapasan 16-20 kali permenit, suhu 36,5-
25
25
37,5oC, pasien mampu mengetahui tanda-tanda infeksi, pasien
mampu melaporkan rasa nyaman.
f) Ibu dan bayi mengalami pemberian ASI yang efektif yang
ditunjukkan dengan pengetahuan menyusui, mempertahankan
menyusui dan penyapihan menyusui. Bayi menunjukkan
kemantapan menyusui ditandai dengan sikap dan penempelan
sesuai, menghisap dan menempatkan lidah yang benar,
mencengkram aerola dengan tepat, menelan dapat didengar,
minimal menyusui 8 kali sehari.
g) Aktivitas fisik meningkat dan melaporkan perasaan peningkatan
kekuatan dan kemampuan dlam gerak.
2.3 Nyeri
2.3.1 Pengertian
Pengertian dari nyeri itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat
subjektif. Secara klinis nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh
pasien mengenai sesuatu yang dirasakan sebagai suatu hal yang tidak
menyenangkan atau sangat mengganggu (Andarmoyo, 2013).
Menurut The International Assosiation for the study of pain
(IASP), nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan
(Setiyohadi, 2010).
26
26
2.3.2 Klasifikasi Nyeri
Menurut Andarmoyo (2013), klasifikasi nyeri dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Berdasarkan durasi
Berdasarkan durasinya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri
akut dan nyeri kronik. Nyeri akut yang terjadi setelah cedera akut,
penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat
dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan
berlangsung untuk waktu singkat. Nyeri akut berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung
lama, intensitas yang bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih
dari 6 bulan. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan
yang diarahkan pada penyebabnya.
b) Berdasarkan asal
Nyeri diklasifikasikan berdasarkan asalnya dibedakan
menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptik
merupakan nyeri yang dapat terjadi karena adanya stimulus yang
mengenai kulit, tulang, sendi, otot dan jaringan akut.Hal ini dapat
terjadi pada nyeri post operatif dan kanker.
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau
abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer maupun
27
27
sentral. Nyeri ini bertahan lebih lama dan akan sulit diobati. Pasien
akan mengalami nyeri seperti rasa terbakar.
c) Berdasarkan lokasi
Klasifikasi berdasarkan lokasi dibedakan menjadi sebagai berikut:
(1) Superficial atau kutaneus
Nyeri superficial merupakan nyeri yang disebabkan stimulus
kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan
terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam.
Contohnya tertusuk jarum dan luka potong kecil dan laserasi.
(2) Visceral dalam
Nyeri visual merupakan nyeri yang terjadi akibat stimulasi
organ-organ internal. Karakteristik nyeri bersifat difus dan
dapat menyebar ke beberapa arah. Pada nyeri ini menimbulkan
rasa tidak menyenangkan, dan berkaitan dengan mual atau
gejala-gejala otonom. Nyeri terasa tajam, tumpul, atau unik
tergantung organ yang terlibat. Contohnya sensasi pukul
seperti angina pictoris dan sensasi terbakar pada ulkus
lambung.
(3) Nyeri alih
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visceral
karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.
Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah
dari sumber nyeri dan dapat dengan berbagai karakteristik.
28
28
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang
menyebabkan nyeri alih ke rahang dan lengan kiri.
(4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat
awal cedera ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian
tubuh. Contohnya nyeri punggung bagian bawah akibat dikus
intravertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
2.3.3 Respon Terhadap Nyeri
Menurut Tamsuri (2007), respon nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Respon fisik
Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri
ditransmisikan oleh medula spinalis menuju batang otak dan
talamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehngga menimbulkan
respon tubuh terhadap stress.
Pada skala nyeri ringan sampai moderat serta pada nyeri
superfisial, tubuh bereaksi membangkitkan “General Adaption
Syndrom” (Reaksi Fight or Flight), dengan merangsang system
simpatis. Sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat
ditoleransi serta nyeri yang berasal dari organ visceral, akan
mengakibatkan stimulasi terhadap saraf parasimpatis.
29
29
b) Respon psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
terhadap sebagai sesuatu yang “negatif” yang memiliki suasana hati
sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat terbalik menjadi rasa
marah dan frustasi. Sebaliknya pada klien yang memiliki persepsi
nyeri sebagai pengalaman yang “postif” akan menerima nyeri yang
dialaminya. Pemahaman dan pemberian arti bagi nyeri sangat
dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu,
dan juga faktor socsal budaya.
c) Respon perilaku
Respon perilaku yang timbul pada klien yang mengalami
nyeri yang bermacam-macam. Perilaku terhadap nyeri
menggambarkan 3 fase yaitu:
(1) Fase antisipasi merupakan fase yang palin penting karena pada
fase merupakan penentuan untuk fase selanjutnya. Pada fase
ini, merupakan penentuan untuk fase selanjutnya. Pada fase ini,
merupakan fase yang memungkinkan individu yang memahami
nyeri, untuk belajar dan mendapatkan gambaran tentang nyeru
itu sendiri.
(2) Fase terjadinya nyeri, banyak perilaku yang dapat diungkapkan
oleh seseorang klien yang mengalami nyeri seperti menangis,
menjerit dan bahkan mungkin berlari-lari. Perilaku klien yang
merespon nyeri ini dapat mempengaruhi oleh kemampuan
30
30
tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh berat ringannya
sensasi nyeri itu sendiri.
(3) Fase pasca nyeri, klien mungkin mengalami trauma psikologis,
takut, depresi, serta dapat menjadi menggigil.
2.3.4 Alat Ukur Nyeri
Menurut Andarmoyo (2013), dalam penilaian intensitas nyeri
dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:
a) Deskriptif
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal
(Verbal Descriptor Scala, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan
jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskrispi ini diringking dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan” dengan
cara perawat menunjukkan kepada pasien skala tersebut dan
meminta pasien untuk memilih nyeri terbaru yang ia rasakan.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak
Nyeri Nyeri ringan Nyeri Sedang Nyeri berat Nyeri berat
Terkontrol tidak terkontrol
Gambar 2.1
Skala nyeri deskripsi
b) Numerik
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales) NRS
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam
31
31
hal ini pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10, skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi terapeutik.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak Nyeri Nyeri
Nyeri sedang hebat
Gambar 2.2
Skala nyeri numerik
c) Visual Analaog Scale (VAS)
Skala analog visual (visual analog scale) VAS adalah suatu
garis lurus atau horizontal sepanjang 10cm, yang mewakili
intensitas nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya, dengan cara pasien diminta untuk menunjuk titik
pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi pada sepanjang
garis tersebut. Pada ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada”
atau “tidak nyeri”, sebabkan ujung kanan biasanya menandakan
“berat” atau “nyeri yang paling buruk”
0 10
Tidak ada nyeri Nyeri berat
Gambar 2.3
Skala nyeri VAS
2.3.5 Penatalaksanaan Nyeri
Strategi penatalaksanaan nyeri adalah suatu tindakan untuk
mengurangi nyeri yang terdiri dari farmakologi dan nonfarmakologi.
Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan menurunkan
32
32
respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi (Sulistyo, 2013.
Salah satu penyembuhan nonfarmakologis atau fase rehabilitasi untuk
menurunkan nyeri pada post operasi adalah dengan teknik relaksasi
nafas dalam.
2.4 Teknik Relaksasi Nafas Dalam
2.4.1 Pengertian
Menurut Smeltzer (2002) dalam Trullyen (2013), teknik
relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk
menurunkan intensitas nyeri, meninkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya
dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang
menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa
relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan latihan nafas
dalam adalah bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan bafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.
33
33
2.4.2 Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, merilekskan teangan otot, meningkatkan efisiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri (mengontrol atau mengurangi nyeri) dan
menurunkan kecemasan (Smeltzer dalam Trullyen, 2013).
Tujuan relaksasi nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi
yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja
bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkn
relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktivitas
otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi,
melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang
terperangkap serta mengurangi kerja bernafas.
2.4.3 Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap nyeri
Menurut Bruner & Suddarth dalam Trullyen (2013) teknik
relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom.
Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat
lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.
Prinsip yang mendasari penurunan oleh teknik relaksasi terletak pada
fisiologi system saraf otonom yang merupakan bagian dari system
saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal
34
34
individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti
bradikinin, prostaglandin dan substansi p yang akan merangsang saraf
simpatis sehingga menyebabkan saraf simpatis mengalami
vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang
menimbulkan berbagai efek spasme otot yang akhirnya menekan
pembuluh darah. Mengurangi aliran darah dan meningkatkan
kecepatan metabolism otot yang menimbulkan pengiriman impuls
nyeri dari medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
2.4.4 Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan
menurut Smeltze & Bare dalam Trullyen (2013), yaitu:
a) Posisi relaksasi dengan terlentang
Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak
meregang lurus kea rah luar, letakkan pada lengan pada sisi tanpa
menyentuh sisi tubuh, pertahankan kepala sejajar dengan tulang
belakang dan gunakan bantal yang tipis dan kecil di bawah kepala.
b) Posisi relaksasi dengan berbaring miring
Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, di bawah kepala diberi
bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut
tidak menggantung.
c) Posisi relaksasi nafas dalam keadaan berbaring terlentang
Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk,
kedua lengan disamping telinga.
35
35
d) Posisi relaksasi dengan duduk
Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan
kaki datar pada lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain,
gantungkan lengan pada sisi atau letakkan pada lengan kursi dan
pertahankan sejajar dengan tulang belakang.
2.4.5 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut Priharjo dalam
Trullyen (2013) yakni dengan bentuk pernafasan yang digunakan pada
prosedur ini adalah pernafasan diafragma yang mengacu pada
pendataran kubah diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan
pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desaan udara masuk
selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas
dalam adalah sebagai berikut:
a) Ciptakan lingkungan yang tenang
b) Usahakan tetap rileks dan tenang
c) Menarik nafas dalam dari hidun dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan1,2,3
d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
e) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut
36
36
g) Anjurkan untuk mengalangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
h) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat 5 kali.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah laporan studi
kasus. Laporan studi kasus yaitu cara atau teknik dalam pembuatan
proposal yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui
suatu kasus yang terdiri dari unit yang tunggal. Laporan studi kasus ini
menggunakan metode deskriptif. Menurut Arikunto (2010).
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien post partum spontan dengan nyeri akut di ruang
Flamboyan 1 RSUD Salatiga. Studi kasus ini dilakukan pada 2 klien dengan
diagnosa medis post partum spontan dengan nyeri akut.
3.2 Batasan Istiliah
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar
6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana,
2015).
38
38
3.3 Partisipan
Partisipan dalam studi kasus ini adalah Ny. Y dan Ny. S dengan post
partum spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 di RSUD Salatiga.
3.4 Lokasi Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk
melakukan penelitian pada suatu kasus tertentu (Notoadmojo, 2010). Lokasi
studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga pada
Ny. Y tanggal 24 Mei – 26 Mei 2017 dan Ny.S tanggal 28 Mei – 30 Mei
2017.
3.5 Pengumpulan Data
1. Data primer dengan cara:
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses pengamatan atau analisa
dengan menggunakan mata, biasanya dilakukan untuk
memeriksa tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik. Pada kasus post partum metode inspeksi digunakan untuk
memeriksa:
a) Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak dan
karakteristik episiotomy
b) Kaji karakter lokhea, yakni warna, bau dan jumlah
c) Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
39
39
d) Inspeksi payudara apakah ada area kemerahan
e) Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, melepuh dan
perdarahan
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau merasakan dengan tangan
pada permukaan maupun dalam rongga tubuh terutama pada
bagian abdomen. Pemeriksaan tersebut akan memberikan
informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan
gerakan komponenan atomi yang normal maupun tidak normal
(Jones, 2009). Pemeriksaan palpasi pada pasien post partum
digunakan untuk memeriksa:
a) Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
b) Palpasi apakah ada nyeri tekan, hangat, benjolan dan nyeri
pada kaki
c) Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan
nyeri tekan
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan fisik dengan cara
mengetuk pada bagian permukaan suatu tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
4) Auskultasi
Menurut Jones (2009), auskultasi adalah pemeriksaan fisik
yang bertujuan untuk mendengarkan suara yang terdapat dalam
40
40
organ tubuh seperti pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan
bagian dalam abdomen.
Penulis melakukan pemeriksaan fisik saat mengkaji klien
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi sesuai dengan
teori diatas.
b. Wawancara
Menurut Yusuf (2014), wawancara merupakan salah satu
teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
yang mana suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai
melalui komunikasi langsung. Wawancara pada kasus ini dilakukan
pada klien post partum spontan di Ruang Flamboyan 1 RSUD
Salatiga, tenaga kesehatan, dan keluarga.
c. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat
dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Dalam metode ini
instrumen yang digunakan antara lain lembar observasi, panduan
pengamatan observasi atau lembar checklist (Sukandar rumidi,
2012). Observasi disini adalah mengamati keadaan umum klien,
mengkaji karakteristik nyeri klien, mengamati keadaan luka klien.
41
41
2. Data Sekunder
a. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013), dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data oleh peneliti dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang
narasumber, dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumentasi pada pasien post
partum spontan yang diperoleh penulis dari rekam medis pasien dan
hasil laboratorium di RSUD Salatiga.
b. Studi Kepustakaan
Menurut Hidayat (2014), studi kepustakaan adalah kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dalam rangka
mencari sumber-sumber teoritis dari permasalah peneliti. Pada kasus
ini, studi kepustakaan diperoleh dari buku-buku dan jurnal yang
membahas tentang post partum spontan dari tahun 2007 sampai
tahun 2017.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang dimaksud adalah untuk menguji kualitas data
yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas yang tinggi.
Uji keabsahan mempunyai dua fungsi yaitu melaksanakan pemeriksaan
sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan hasil penemuan dapat
dipercaya, dan memperlihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan
42
42
dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti
(Mulyadi, 2016).
Uji keabsahan dilakukan dengan memperpanjang waktu observasi dan
sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data
yaitu klien, perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan pasien post
partum spontan dengan nyeri akut di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
3.7 Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data yang
didapatkan secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
yang ditemukan dilapangan, dan bahan-bahan lainnya sehingga mudah
dimengerti dantemuannya sehingga hasil tersebut dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2013). Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data
Penulis mengumpulkan data dengan cara wawancara dengan klien,
keluarga dan perawat dengan menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan pada pasien post partum. Kemudian ditulis dalam bentuk
asuhan keperawatan.
2. Mereduksi data
Hasil pengkajian yang sudah ditulis di asuhan keperawatan
dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisa
berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai
normal. Setelah pengkajian ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai
dengan hasil pengkajian.
43
43
3. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan teks naratif dengan tetap
menjaga kerahasiaan dari klien dengan cara menggunakan inisial dalam
menulis identitas klien.
4. Kesimpulan
Data klien dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian
terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan sesuai dengan tujuan khusus yang telah
dirumuskan. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,
diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
44
BAB IV
HASIL
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Lokasi pengambilan data Ny. Y dan Ny. S dengan Post Partum
Spontan dilakukan di ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
4.2 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada Ny. Y pada hari Rabu tangal 24 Mei
2017 dan pada Ny. S pada hari Minggu tanggal 28 Mei 2017 di RSUD
Salatiga. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian
dilakukan dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa, mengadakan
pengamatan dan observasi secara langsung, pemeriksaan fisik, catatan
medis dan catatan keperawatan. Hasil pengkajian yang didapat dari kedua
klien tersebut tertera dalam tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN
IDENTITAS KLIEN 1 KLIEN 2
a. Nama
b. Umur
c. Agama
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Status Perkawinan
g. Alamat
h. Suku Bangsa
i. No Registrasi
j. Diagnosa Medis
Ny. Y
21 th
Islam
SMK
IRT
Menikah
Getasan, Salatiga
Indonesia/ Jawa
1718364638
G0 P1 A0
Ny. S
35 th
Islam
SMP
IRT
Menikah
Salatiga
Indonesia/ Jawa
1718364649
G0P1A0
45
45
Tabel 4.2
Riwayat Penyakit
RIWAYAT
PENYAKIT
KLIEN 1 KLIEN 2
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit
Sekarang
c. Riwayat
Kesehatan
Dahulu
d. Riwayat
Kesehatan
Keluarga
e. Riwayat
Kesehatan
Obstetric
Pasien mengatakan nyeri
pada luka jahitan post
partum spontan.
P: Nyeri karena luka jahit pada perineum
derajat 2
Q: Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri dirasakan saat
bergerak
Pasien datang ke IGD
hari Rabu, 24 Mei 2017,
diantar suami dan ibunya
dengan G1P0A0 hamil
38 minggu dan
merasakan kenceng-
kenceng.
Pasien mengatakan
sebelumnya belum
pernah mondok atau
dirawat di rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak
ada keluarga yang
mempunyai penyakit
keturunan.
- Menarche : 13 tahun
- Sklus haid : 30 hari
- Lama haid : 7 hari
- HPHT: 17 Agustus
2016
- HPL : 24 Mei 2017
- Riwayat KB: pasien
belum pernah
menggunakan KB
Pasien mengatakan nyeri
pada luka jahitan post
partum spontan.
P: Nyeri karena luka jahit pada perineum
derajat 3
Q: Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri hilang timbul,
nyeri timbul disaat
beraktivitas
Pasien datang ke IGD
hari Minggu 28 Mei
2017 diantar suami
dengan G1P0A0 hamil
39 minggu dan
merasakan kenceng-
kenceng
Pasien mengatakan
sebelumnya pernah
mondok karena sakit
diare
Pasien mengatakan tidak
ada keluarga yang
menderita penyakit
keturunan.
- Menarche : 14 tahun
- Sklus haid : 30 hari
- Lama haid : 6 hari
- HPHT: 21 Agustus
2016
- HPL : 28 Mei 2017
- Riwayat KB: pasien
belum pernah
menggunakan KB
46
46
Tabel 4.3
Pola Kesehatan
POLA KESEHATAN KLIEN 1 KLIEN 2
a. Pola Eliminasi:
- BAK
- BAB b. Pola Istirahat Tidur:
- Sebelum sakit
- Selama sakit
c. Mobilisasi dan
latihan
d. Pola nutrisi dan
cairan:
- Asupan nutrisi
- Asupan cairan
Frekuensi BAK +
1000cc. Tidak ada
keluhan
Belum BAB
Pasien mengatakan
jumlahjam tidur 7-8
jam, tidak ada keluhan
Pasien mengatakan
jumlah jam tidur 6-7
jam, terbangun karena
anaknya menangis dan
karena nyeri npada luka
jahitan perineum
Pasien sudah bisa
miring kanan-kiri,
duduk dan berdiri
secara mandiri, tetapi
klien masih merasa
nyeri pada jahitan
perineum derajat 2
Pasien mengatakan
tidak ada masalah
dalam kebutuhan
makan,tidak mual dan
muntah, pasien makan
diit dari rumah sakit
dengan jenis makan
nasi, lauk dan sayur,
habis 1 porsi
Pasien mengatakan
tidak ada keluhan,
pasien minum sehari +
6-8 gelas dengan air
putih dan yang
diberikan dari rumah
sakit
+ 500cc, lancar tidak
ada keluhan
Belum BAB
Klien mengatakan tidur
sehari 7-8 jam, tidak
ada keluhan
KLien mengatakan
jumlah jam tidur 5-6
jam, sering terbangun
karena jahitan di
perineum dan
terkadang bayinya
menangis.
Klien belum bisa
miring dan duduk
sendiri dan klien masih
belum berani berjalan,
klien masih merasakan
nyeri pada perineum
karena tindakan
episiotomy derajat 3
Klien mengatakan tidak
ada masalah dalam
kebutuhan makan,tidak
mual dan muntah, klien
makan diit dari rumah
sakit dengan jenis
makanan nasi, lauk dan
sayur, habis 1 porsi
Klien mengatakan tidak
ada keluhan, klien
minum sehari + 5-8
gelas dengan air putih
dan yang diberikan dari
rumah sakit
47
47
Tabel 4.4
Pemeriksaan Fisik (Pendekatan Head to Toe)
OBSERVASI KLIEN 1 KLIEN 2
a. Keadaann
Umum:
Kesadaran
b. Tanda-tanda
Vital: - Tekanan
Darah
- Respirasi
- Nadi
- Suhu
- BB
- TB
c. Head to toe:
- Kepala
- Muka
- Mata
- Hidung
-
- Telinga
-
- Mulut
- Leher
- Dada:
• Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
• Paru-paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Composmentis
110/80 mmHg
22x/ menit
80x/ menit
36oC
66 kg
156 cm
Mesocephal
Pucat
Konjungtiva merah, tidak
anemis, sklera tidak
ikterik
Bersih, tidak ada secret
dan polip
Tidak ada gangguan
pendengaran
Bersih
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Ictus cordis tidak tampak
Teraba ictus cordis di
ICS ke 5
Pekak
Bunyi irama vesikuler
Dada simetris
Pengembengan paru
kanan dan kiri sama
Sonor
Tidak ada suara
tambahan
Composmentis
110/70 mmHg
22x/menit
82x/menit
36,2oC
60 kg
155 cm
Mesochepal
Pucat
Konjungtiva merah,
tidak anemin, sclera
tidak ikterik
Bersih tidak ada secret
Tidak ada gangguan
pendengaran
Bersih
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Ictus cordis tidak tampak
Teraba ictus cordis di
ICS ke 5
Pekak
Bunyi irama vesikuler
Dada simetris
Pengembangan paru
kanan dan kiri sama
Sonor
Tidak ada suara
tambahan
48
48
• Payudara
- Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
- Genetalia:
Vagina
Perineum
Tanda
REEDA: R(kemerahan)
E(Bengkak)
E(Echimosis)
D(Discharge)
A(Approximate)
Kebersihan
Lochea
- Ekstremitas:
Atas
Bawah
Bentuk simetris, tidak
ada benjolan, putting
susu menonjol. ASI
sudah keluar, bayi belum
mau menyusu.
Tidak ada benjolan di
sekitar perut
Bunyi usus normal 12x/
menit
Tympani
TFU 2 jari di bawah
pusat
Tidak ada edema
Terdapat luka episiotomy
luka jatitan derajat 2
Terdapat kemerahan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
+ 300 cc berisi darah
segar (rubra), dengan
sedikit stosel
Tangan kanan terpasang
infus RL 20 tpm,
kapilery refill normal < 2
detik.
(+) dan Tidak ada edema
Putting susu ibu
menonjol, ASI sudah
mau keluar, bayi sudah
mau minum ASI
Tidak ada jejas
Peristaltik 8x/ menit
Tympani
TFU 2 jari di bawah
pusat
Tidak ada edema
Terdapat luka bekas
jahitan derajat 3
Terdapat kemerahan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
+ 350 cc berisi darah
segar (rubra), dengan
sedikit stosel
Tangan kanan terpasang
infus RL 20 tpm,
kapilery refill normal < 2
detik.
(+) dan Tidak ada edema
49
49
Tabel 4.5
Pemeriksaan Diagnostik
PEMERIKSAAN KLIEN 1
(24 Mei 2014)
KLIEN 2
(28 mei 2014)
Harga
Normal
Hematologi
- Leukosit
- Eritrosit
- Hemoglobin
- MCV
- MCH
- MCHC
- Trombosit
- Golongan Darah
- PPT
- APTT
Hitung Jenis
- Erotrosit (%)
- Basofil (%)
- Limfosit (%)
- Monosit (%)
- Neutrofil (%)
9,16 rb/uL
4,13 jt/uL
12,5 g/dl
90,1 H
30,3 Pg
33,6 g/dl
261rb/dl
O
11,9
28,7
2,4%
0,5%
21,0%
13,1%
63,0%
9,35 rb/uL
3,36 jt/uL
10,8 g/dl
95,8
32,1 Pg
33,5 g/dl
287 rb/dl
4800-10800
4,7-6,1
14-18
80-100
27-32
32-36
150-450
1-3
0-1
20-40
2-8
5-70
4.3 Analisa Data
Tabel 4.6
Analisa Data
No Hari/
Tgl
Data Fokus Problem Etiologi Ttd
KLIEN 1
1 Rabu/
24
Mei’17
DS:
Pasien mengatakan
nyeri pada luka
jahitan di
perineum
P: Nyeri pada luka
jahitan perineum
derajat 2
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: Nyeri
diperineum
S: Skala nyeri 4
Nyeri akut
(00132)
Agen cedera fisik
50
50
T: Nyeri saat
bergerak dan luka
belum kering
DO:
Klien tampak
menahan nyeri saat
beraktivitas
TD: 110/80mmHg
N: 80x/menit
Rr: 22x/ menit
2. DS:
Klien mengatakan
belum menyusui
anaknya, ASI klien
sudah keluar,
tetapi bayi belum
mau menyusu
DO:
Klien tampak
belum menyusui
bayinya
Ketidakefektifa
n pemberian
ASI
(00104)
Kurang
pengetahuan
3 DS:
Klien mengatakan
luka jahitan di
perineum terasa
panas dan sakit
DO:
Luka jahitan di
perineum tampak
kemerahan, luka
basah.
S: 36oC
Resiko Infeksi
(00004)
Trauma jaringan
KLIEN 2
1 Minggu,
28
Mei’17
DS:
Klien mengatakan
nyeri pada jahitan
di perineum
P: Nyeri karena
luka jahit pada
perineum derajat 3
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: Di daerah
perineum
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri hilang
Nyeri akut
(00132)
Agen cedera fisik
51
51
timbul
DO:
Klien tampak
kesakitan, pucat
dan kurang
nyaman
TTV : TD: 110/70
mmHg
HR: 82x/menit
RR: 22x/menit
2 DS:
Klien mengatakan
luka di bagian
perineum terasa
panas dan sakit
DO:
Luka jahitan di
perineum derajat 3
tampak bersih,
masih keluar
lokhea
Suhu : 36,2oC
Resiko infeksi
(00004)
Trauma jaringan
3 DS:
Klien mengatakan
belum berani
miring kanan kiri,
duduk dan berdiri,
karena masih
merasakan nyeri
DO:
Klien tampak
menahan nyeri,
mukosa bibir
kering dan pucat
Hambatan
mobilitas fisik
(00085)
Ketidaknyamanan
4.4 Diagnosa Keperawatan
a) KLIEN 1
(1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik
(2) Ketidakefektifan pemberian ASI (00104) berhubungan dengan
kurang pengetahuan
(3) Resiko infeksi (00004) berhubungan dengan trauma jaringan
52
52
b) KLIEN 2
(1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik
(2) Resiko infeksi (0004) berhubungan dengan trauma jaringan
(3) Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan
ketidaknyamanan
4.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.7
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan (Tujuan,
KH)
Intervensi
(NIC)
KLIEN 1
Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri
dapat teratasi dengan KH:
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan nyeri berkurang
dengan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- TTV normal
- Skala nyeri 1-3
- Kaji skala nyeri (PQRST)
- Pantau TTV
- Berikan posisi nyaman
- Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
- Kolaborasi Pemberian analgetik
Ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan kurang
pengetahuan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam ASI
eksklusif dapat diberikan kepada
bayi, dengan KH:
- Ibu dan bayi mengalami
pemberian ASI yang efektif yang
ditunjukkan dengan pengetahuan
menyusui, mempertahankan
menyusui
- Bayi menunjukkan kemantapan
menyusui ditandai dengan sikap
dan penampilan sesuai
- Pantau ketrampilan ibu dalam
menempelkan bayi pada putting
- Berikan pendidikan kesehatan
tentang menyusui yang benar
- Memberikan pendidikan
kesehatan tentang ASI eksklusif
Resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Setelah dilakukan
- Kaji tanda infeksi
- Pantau tanda-tanda vital
53
53
tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan masalah resiko infeksi
dapat teratasi, dengan KH:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal
- Pasien mampu mengetahui tanda-
tanda infeksi
- Lakukan perawatan luka dengan
vulva hygiene
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotik
KLIEN 2
Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam nyeri dapat
teratasi, dengan KH:
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan nyeri berkurang
dengan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- Tanda-tanda vital normal
- Skala nyeri 1-3
- Kaji skala nyeri (PQRST)
- Pantau TTV
- Berikan posisi nyaman
- Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik
Resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam
masalah resiko infeksi dapat
teratasi, dengan KH:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- TTV dalam batas normal
- Pasien mampu mengetahui tanda-
tanda infeksi
- Kaji tanda infeksi
- Pantau TTV
- Lakukan perawatan luka dengan
vulva hygiene
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotik
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
ketidaknyamanan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam masalah
hambatan mobilitas fisik teratasi,
dengan KH:
- Aktivitas fisik meningkat
- Melaporkan perasaan peningkatan
kekuatan dan kemampuan dalam
gerak
- Kaji kemampuan klien dalam
melakukan mobilisasi
- Berikan terapi ambulasi (tukar
posisi)
- Ajarkan teknik relaksasi: otot
progresif
54
54
4.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.8
Implementasi Keperawatan
Tgl/
Jam
No.
Dx
Implementasi Respon Ttd
KLIEN 1
24 Mei
14.00
14.30
15.00
16.00
1
1
1
2
Mengkaji skala
nyeri (PQRST)
Mengobservasi
TTV
Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
Memantau
ketrampilan ibu
dalam
menempelkan
S:
Klien mengatakan nyeri pada
jahitan luka di perineum
P: Nyeri pada luka jahitan
perineum
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri di perineum
S: Skala nyeri 4
T: nyeri ketika bergerak
O:
Klien tampak menahan nyeri
saat beraktivitas, klien merasa
tidak nyaman, mukosa bibir
kering
S:
Klien mengatakan bersedia
dilakukan TTV
O:
TD: 110/80 mmHg
HR: 80x/menit
RR: 22x/menit
S: 36oC
S:
Klien mengatakan bersedia
untuk diajarkan relaksasi
untuk menurunkan nyeri
O:
Klien tampak kooperatif
setelah diajarkan teknik
relaksasi
S:
Klien mengatakan bersedia
diajarkan dalam menyusui
O:
55
55
bayi pada
putting susu
Klien tampak menempelkan
bayi pada putting susu
KLIEN 2
28
Mei’17
08.00
08.30
09.00
09.15
09.30
1
1
1
2
3
Mengkaji skala
nyeri pasien
(PQRST)
Mengajarkan
relaksasi nafas
dalam
Mengobservasi
TTV
Memonitor
tanda dan gejala
infeksi
Mengkaji
kemampuan
klien dalam
melakukan
mobilisasi
S: klien mengatakan nyeri
pada jahitan di perineum
P: Nyeri karena luka jahit
pada perineum derajat 3
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri hilang timbul
O:
Klien tampak kesakitan, pucat
dan kurang nyaman
S: klien mengatakan bersedia
diajarkan relaksasi untuk
mengurangi nyeri
O: klien tampak kooperatif
setelah diajarkan teknik
relaksasi
S: Klien mengatakan bersedia
di TTV
O:
TD: 110/70 mmHg
HR: 82x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,2oC
S: klien mengatakan luka
diperineum panas dan sakit
O: Luka jahitan di perineum
derajat 3 tampak bersih, dan
,masih keluar lokhea
S: klien mengatakan belum
bisa miring kanan kiri, duduk
dan berdiri karena masih nyeri
O: klien tampak menahan
nyeri saat diajarkan miring
kanan dan kiri
56
56
10.00 1 Memberikan
obat analgetik
Asam
mefenamat 500
mg tablet
S: klien mengatakan bersedia
minum obat
O: klien tampak tenang
KLIEN 1
25 Mei
08.15
08.30
09.30
09.40
1
1
1
2
Mengkaji skala
nyeri (PQRST)
Mengobservasi
TTV
Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
Memberikan
pendidikan
kesehatan
pemberian ASI
eksklusif
S:
Klien mengatakan nyeri pada
jahitan diperineum
P: Nyeri pada luka jahitan
perineum
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri di perineum
S: Skala nyeri 3
T: Nyeri hilang timbul
O:
Klien tampak menahan nyeri,
klien merasa tidak nyaman,
mukosa bibir kering
S:
Klien mengatakan bersedia di
TTV
O:
TD: 120/80 mmHg
HR: 80x/ menit
RR: 20x/ menit
S: 36,2oC
S:
Klien bersedia diajarkan
teknik relaksasi nafas dalam
O:
Klien tampak kooperatif
diajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
S:
Klien mengatakan bersedia
diberikan pendidikan
kesehatan
O:
Klien mengerti apa yang
sudah perawat berikan tentang
57
57
10.15
10.40
11.00
2
3
3
Memantau
keterampilan
ibu dalam
menempelkan
bayi pada
putting susu
Memonitor
tanda dan gejala
infeksi
Melakukan
perawatan luka
vulva hygiene
pendidikan kesehatan ASI
eksklusif
S:
Klien bersedia diajarkan
menyusui yang benar
O:
Klien tampak menempelkan
bayi pada putting susu, dan
bayi pun sudah mulai mau
menghisap putting susu
ibunya
S:
Klien mengatakan luka jahitan
diperineum terasa panas dan
sakit
O:
Luka jahitan di perineum
tampak bersih, tampak masih
keluar lokhea
S:
Klien mengatakan bersedia
untuk dilakukan vulva hygiene
O:
Vulva hygiene sudah
dilakukan, jahitan di perineum
tampak bersih
KLIEN 2
29
Mei’17
08.30
1
Mengkaji skala
nyeri
S:
Klien mengatakan masih
merasa nyeri pada bekas
jahitan luka perineum
P: Nyeri karena luka jahit
pada perineum derajat 3
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 3
T: Nyeri hilang timbul
O:
Klien tampak merasa tidak
nyaman dan tampak menahan
58
58
09.00
09.15
10.00
10.15
10.30
1
2
2
1
3
Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
Memonitor
tanda dan gejala
infeksi
Melakukan
perawatan luka
vulva hygiene
Mengobersvasi
TTV
Mengajarkan
mobilisasi dini
rasa nyeri
S: klien mengatakan bersedia
diajarkan teknik relaksasi
O: klien tampak rileks
S: klien mengatakan luka
jahitan di perineum masih
nyeri
O: luka pada perineum bersih
dan tidak ada nanah
S: klien bersedia dibersihkan
daerah bekas jahitan di
perineum
O: luka bersih dan tidak ada
nanah
S: klien bersedia di TTV
O:
TD: 120/90 mmHg
HR: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,5oC
S: Klien mengatakan bersedia
diajarkan mobilisasi
O: klien tampak kooperatif,
klien mampu miring kanan
kiri dan duduk
KLIEN 1
26 Mei
08.30
09.00
1
1
Mengobservasi
nyeri
Mengobservasi
TTV
S:
Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang
O:
P: Nyeri pada jahitan
perineum
Q: Nyeri sudah berkurang
R: Nyeri pada perineum
S: Skala nyeri 1
T: Nyeri hilang timbul
S:
Klien bersedia di TTV
O:
59
59
09.30
09.40
2
3
Memantau
keterampilan
bayi dalam
menghisap
putting susu/
ASI
Melakukan
perawatan luka
(vulva hygiene)
TD: 110/90 mmHg
HR: 82x/ menit
RR: 18x/ menit
S: 36oC
S: -
O:
Bayi tampak sudah bisa
menghisap putting susu
ibunya
S:
Klien mengatakan bersedia
dilakukan vulva hygiene
O:
Vulva hygiene sudah
dilakukan jahitan perineum
tampak bersih, jahitan mulai
kering
KLIEN 2
30
Mei’17
09.00
09.15
09.30
1
1
1
Mengkaji skala
nyeri (PQRST)
Mengevaluasi
teknik relaksasi
nafas dalam
yang sudah
diajarkan
Mengobservasi
TTV
S:
Klien mengatakan sudah
berkurang
P: Nyeri karena luka jahit
pada perineum derajat 3
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 2
T: Nyeri hilang timbul
O: Klien tampak tenang
S: klien mampu melakukan
relaksasi nafas dalam sendiri.
O: klien tampak lebih rileks
setelah diajarkan
S: klien mengatakan bersedia
di TTV
60
60
10.00
10.05
10.50
2
2
3
Memonitor
tanda dan gejala
infeksi
Melakukan
perawatan luka
dengan vulva
hygiene
Memantau
kemampuan
klien dalam
mobilisasi
O:
TD: 120/80 mmHg
HR: 80x/menit
RR: 18x/menit
S: 36,5oC
S: klien mengatakan bekas
jahitan masih sakit
O: jahitan tampak sudah
bagus, bersih dan tidak ada
nanah
S: klien mengatakan mau
dibersihkan pada bagian
jahitan di perineum
O: klien tampak rileks, tidak
merasa sakit, dan luka bersih
S: klien mengatakan sudah
mampu berjalan sendiri ke
kamar mandi
O: klien tampak sudah bisa
berjalan ke kamar mandi tanpa
bantuan orang lain
4.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.9
Evaluasi Keperawatan
Dx Tanggal/Jam Evaluasi Ttd
KLIEN 1
1
24 Mei 2017
S:
Klien mengatakan nyeri pada jahitan luka di
perineum
P: Nyeri pada luka jahitan perineum
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri di perineum
S: Skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul
O: Klien tampak menahan nyeri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
- Kaji karakteristik nyeri
61
61
2
3
- Observasi TTV
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
S:
Klien mengatakan belum menyusui anaknya,
ASI klien sudah keluar dan anaknya belum
mau menghisap putting susu ibunya
O: Klien tampak belum menyusui, ASI sudah
keluar
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Memantau keterampilan ibu dalam
menempelkan bayi pada putting susu
- Memberikan pendidikan kesehatan
pemberian ASI eksklusif
S:
Klien mengatakan luka pada jahitan perineum
terasa panas dan terasa sakit
O: Luka pada jahitan perineum tampak bersih
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Melakukan perawatan luka dengan
vulva hygiene
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
1
2
25 Mei 2017 S:
Klien mengatakan nyeri pada jahitan luka di
perineum
P: Nyeri pada luka jahitan perineum
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri di perineum
S: Skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul
O: Klien tampak menahan nyeri, klien merasa
tidak nyaman, mukosa bibir kering
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut:
- Kaji karakteristik nyeri
- Mengobersvasi TTV
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
S:
Klien mengatakan anaknya sudah mau minum
ASI
O: Klien tampak menempelkan bayi pada
62
62
3
putting susu, bayi sudah mulai mau menghisap
putting susu
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi lanjut:
- Memantau keterampilan ibu
memberikan ASI
- Memberikan pendidikan kesehatan ASI
eksklusif
S:
Klien mengatakan luka jahitan bersih dan
masih keluar lokhea
O: Luka jahitan di perineum bersih dan masih
keluar lokhea
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Melakukan vulva hygiene
1
2
3
26 Mei 2017 S:
Klien mengatakan nyeri pada jahitan luka di
perineum sudah berkurang
P: Nyeri pada luka jahitan perineum
Q: Nyeri sudah berkurang
R: Nyeri di perineum
S: Skala nyeri 1
T: nyeri hilang timbul
O: klien tampak lebih rileks
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi:
- Menerapkan relaksasi nafas dalam
apabila timbul nyeri
S: Klien mengatakan bayinya sudah mau
minum ASI
O: Bayi tampak menghisap putting susu ibunya
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi:
- Menerapkan isi pendidikan kesehatan
tentang ASI eksklusif di rumah
S: Klien mengatakan luka masih terasa sakit
O: Luka jahitan perineum bersih
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Melakukan vulva hygiene
63
63
KLIEN 2
1
2
3
28 Mei 2017 S:
Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan
perineum derajat 3
P: Nyeri karena luka jahit pada perineum
derajat 3
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 5 T: Nyeri hilang timbul
O: klien tampak pucat, mukosa bibir kering,
klien tampak menahan nyeri
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Memantau nyeri
- Mengajarkan relaksasi nafas dalam
- Mengobservasi TTV
- Berkolaborasi pemberian analgetik
S: klien mengatakan luka jahitan terasa nyeri
dan panas
O: luka jahitan di perineum tampak bersih
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Melakukan perawatan luka dengan
vulva hygiene
S: klien mengatakan belum berani miring
kanan kiri, duduk, dan berdiri
O: klien tampak masih berbaring di atas tempat
tidur
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Memantau mobilisasi klien
- Mengajarkan mobilisasi dini
1
29 Mei 2017 S:
Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
P: Nyeri karena luka jahit pada perineum
derajat 3
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 3
T: Nyeri hilang timbul
O: klien tampak menahan nyeri
A: masalah belum teratasi
64
64
2
3
P: lanjutkan intervensi:
- Kaji karakteristik nyeri
- Mengobservasi TTV
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
S: klien mengatakan bekas jahitan di perineum
masih terasa sakit dan panas
O: luka pada jahitan perineum tampak bersih
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi:
- Melakukan perawatan luka dengan
vulva hygiene
S: klien mengatakan sudah bisa duduk
O: pasien tampak sudah bisa duduk tetapi
belum berani berjalan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi:
- Ajarkan mobilisasi dini
1
2
3
30 Mei 2017 S:
Klien mengatakan nyeri pada bagian perineum
berkurang
P: Nyeri karena luka jahit pada perineum
derajat 3
Q: Nyeri berkurang
R: Di daerah perineum
S: Skala nyeri 2
T: Nyeri hilang timbul
O: klien tampak lebih rileks
A: masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi:
- Menganjurkan klien untuk relaksasi
nafas dalam bila terasa nyeri
S: klien mengatakan luka jahitan perineum
berkurang nyerinya dan tidak panas
O: klien tampak lebih rileks
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
S: pasien mengatakan sudah bisa duduk,
berjalan tanpa bantuan orang lain
O: klien tampak sudah beraktivitas secara
mandiri
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
65
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Ny. Y dan Ny. S pada kasus post
partum spontan di ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga. Asuhan keperawatan
yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
5.1 Pengkajian
Menurut Wong (2008), pengkajian adalah suatu proses continue yang
dilakukan semua fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk
pengambilan keputusan. Pengkajian menggunakan banyak keterampilan
keperawatan dan terdiri atas pengumpulan, klasifikasi dan analisis data dari
berbagai sumber. Untuk memberikan pengkajian yang akurat dan
komperehensif, perawat harus mempertimbangkan informasi mengenai latar
belakang biofisik, psikologis, sosiokultural dan spiritual pasien.
Penulis melakukan pengkajian terhadap dua klien yang berbeda dengan
kasus yang sama. Berdasarkan data yang didapatkan oleh penulis pada saat
pengkajian terhadap klien yang pertama yaitu Ny. Y pada tanggal 24 Mei
2017 yaitu didapatkan data bahwa klien mengatakan nyeri pada luka jahitan
post partum pada daerah perineum, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 4, nyeri hilang timbul dan dirasakan ketika bergerak.
66
66
Pada pengkajian yang dilakukan terhadap klien kedua yaitu Ny. S pada
tanggal 28 Mei 2017 didapatkan data subyektif dengan klien mengatakan
nyeri pada luka jahitan post partum pada perineum derajat 3. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5. Nyeri dirasakan ketika
beraktivitas, nyeri hilang timbul.
Nyeri perineum bisa menjadi persoalan bagi ibu post partum karena
akan menimbulkan gangguan ketidaknyamanan dan kecemasan untuk
melakukan mobilisasi dini. Nyeri perineum timbul karena adanya kejadian
robekan /laserasi perineum saat proses melahirkan. Nyeri perineum akan
dirasakan secara berbeda pada setiap ibu post partum karena setiap ibu post
partum memiliki kemampuan yang berbeda dalam beradaptasi dengan rasa
nyeri (Triwik,2017). Teori ini sesuai apa yang dialami oleh kedua klien
tersebut, bahwa kedua klien mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum
pasca persalinan yang dialami kedua klien tersebut.
Setiap ibu yang telah menjalani proses persalinan dengan mendapatkan
luka perineum akan merasakan nyeri, nyeri yang dirasakan pada setiap ibu
dengan luka perineum menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan
seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak sehingga banyak ibu dengan
luka perineum jarang mau bergerak pasca persalinan sehingga dapat
mengakibatkan banyak masalah seperti pengeluaran lochea tidak lancar dan
perdarahan pascapartum. Ibu bersalin dengan luka perineum akan mengalami
nyeri seperti ditusuk-tusuk akibat dari luka jahit perineum dan merasakan
ketidaknyamanan (Rahmawati, 2013). Hal ini sesuai dengan yang dialami
67
67
oleh kedua klien tersebut, bahwa kedua klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk- tusuk akibat dari luka jahitan perineum.
5.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat. Diagnosa keperawatan terdiri dari 3 komponen
yaitu respon, faktor berhubungan, tanda dan gejala (Setiadi, 2012).
Berdasarkan data yang didapatkan penulis dari kedua klien tersebut, penulis
merumuskan diagnosa keperawatan prioritas dari data tersebut, yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup data
subyektif dan data obyektif. Data subyektif klien Ny. Y mengatakan nyeri (P)
nyeri pada luka jahitan perineum derajat 2 (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk (R)
nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 4 (T) nyeri ketika bergerak dan luka
belum kering. Data obyektif klien tampak menahan nyeri saat bergerak, TD :
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, dan suhu 36oC.
Selanjutnya data subyektif yang didapatkan dari Ny. S mengatakan nyeri (P)
nyeri pada luka jahitan perineum derajat 3 (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk (R)
nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 5 (T) nyeri ketika beraktivitas dan
nyeri hilang timbul. Data obyektif TD : 110/70 mmHg, nadi 82x/menit,
pernafasan 22x/menit, dan suhu 36,2oC.
68
68
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit, atau
interval bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung waktu singkat dari beberapa
detik hingga kurang dari enam bulan (Andarmoyo, 2013).
Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh klien sangat
beragam. Salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu meringis,
menggelutkan gigi, mengerutkan dahi, mengiit bibir, menutup mata dan
mulut dan mulut dengan rapat, serta membuka mata dan mulut dengan lebar
(Andarmoyo, 2013).
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik sebagai diagnosa yang prioritas dan aktual karena nyeri
merupakan faktor utama, secara verbal klien mengatakan mengalami nyeri
akan melaporkan ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang
dirasakannya. Hal ini sesuai dengan teori Hierarki maslow yang menyebutkan
bahwa nyeri termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis
merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan
harus dipenuhi dahulu daru pada kebutuhan yang lain (Mubarak, 2008).
5.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses perencanaan keperawatan
mekiputi penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan
69
69
intervensi yang tepat dan rasional dari intervensi dan mendokumentasikan
rencana perawat (Hidayat, 2008).
Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indikator keberhasilan
dari tujuan yang telah ditetapakan. Dalam menentukan kriteria hasil
berorientasi pada SMART yaitu Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan
jelas, M: Measurable, dapat diukur, A: Achieveble, realistis, R: Reasonable,
ditentukan oleh perawat dan klien, Time: kontrak waktu (Dermawan, 2012).
Perencanaan tindakan pada kasus ini didasarkan pada tujuan intervensi
pada masalah keperawatan dengan prioritas masalah kasus nyeri yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri, melaporkan nyeri bahwa nyeri berkurang, skala nyeri
ringan (1-3), tanda – tanda vital normal.
Berdasarkan tujuan tersebut, penulis membuat rencana tindakan, yaitu
kaji ulang karakterisitik nyeri dan skala nyeri untuk mengetahui respon klien
terhadap terapi yang diberikan. Pantau tanda-tanda vital karena merupakan
indikator penting terhadap adanya peningkatan intensitas nyeri. Berikan
posisi nyaman agar pasien dapat rileks. Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri (Herman dan Komitsuru, 2014).
5.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
70
70
tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).
Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah
disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang
normal yang diharapkan. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis
selama 3 hari kelolaan pada asuhan keperawatan Ny. Y dan Ny. S dengan
post partum spontan pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik.
Implementasi terhadap klien Ny. Y dilakukan pada tanggal 24-26 Mei
2017. Tanggal 24 Mei 2017 pasien mengkaji skala nyeri (PQRST), respon
subyektif pasien mengatakan nyeri (P) nyeri di luka perineum (Q) nyeri
seperti ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 4 (T) nyeri
ketika bergerak dan luka belum kering, data obyektif klien tampak menahan
nyeri saat bergerak. Memantau tanda-tanda vital dan respon pasien
mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD : 110/80 mmHg, nadi
80x/menit, pernafasan 22x/menit, dan suhu 36oC. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk
diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, data obyektif
klien tampak kooperatif.
Tanggal 25 Mei 2017 penulis mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) ,
respon subyektif pasien mengatakan nyeri (P) nyeri di luka perineum (Q)
nyeri seperti ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 3 (T)
nyeri hilang timbul, data obyektif klien tampak menahan nyeri saat bergerak.
Memantau tanda-tanda vital dan respon pasien mengatakan bersedia
71
71
diperiksa, data obyektif TD : 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan
20x/menit, dan suhu 36,2oC. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk diajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi nyeri, data obyektif klien tampak kooperatif.
Tanggal 26 Mei 2017 penulis mengkaji karakteristik nyeri, respon
subyektif pasien mengatakan nyeri pada perineum sudah berkurang dengan
skala nyeri 1, data obyektif klien tampa rileks. Memantau tanda-tanda vital
dan respon klien bersedia diperiksa, data obyektif TD : 110/90 mmHg, nadi
82x/menit, pernafasan 18x/menit, dan suhu 36oC.
Implementasi pada klien Ny. S dilakukan pada tanggal 28-30 Mei 2017.
Tanggal 28 Mei 2017 penulis mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), respon
subyektif klien mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan perineum derajat
3 (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri
5 (T) nyeri ketika beraktivitas dan nyeri hilang timbul, data obyektif klien
tampak menahan rasa sakit. Memantau tanda=-tanda vital dan respon
subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD : 110/70
mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit, dan suhu 36,2oC. Mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam dan respon subyektif klien mengatakan bersedia
diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak kooperatif.
Memberikan obat analgetik Asam mefenamat tablet 500mg untuk
mengurangi nyeri dan respon subyektif klien mengatakan minum obat secara
teratur, data obyektif klien tampak tenang
Tanggal 29 Mei 2017 penulis mengkaji karakteristik nyeri (PQRST)
dengan respon subyektif klien mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan
72
72
perineum derajat 3 (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah
perineum (S) skala nyeri 4 (T) nyeri ketika beraktivitas dan nyeri hilang
timbul, data obyektif klien tampak menahan rasa sakit. Memantau tanda-
tanda vital dan respon subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data
obyektif TD : 120/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, dan
suhu 36,5oC. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan respon subyektif
klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data
obyektif klien tampak kooperatif.
Tanggal 30 Mei 2017 penulis mengkaji karakteristik nyeri dengan
respon subyektif klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri
2, data obyektif klien tampak tenang. Memantau tanda-tanda vital dan respon
subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD : 120/80
mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 18x/menit, dan suhu 36,5oC. Melakukan
evaluasi teknik relaksasi nafas dalam dan respon subyektif klien mengatakan
bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien mampu
melakukan relaksasi nafas dalam sendiri.
Penulis menggunakan teknik farmakologi dan non farmakologi untuk
menurunkan intensitas nyeri untuk mencapai hasil sesuai dengan intervensi
yang penulis susun. Teknik yang diberikan terhadap Ny. Y dan Ny. S adalah
teknik nonfarmakologi dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk
menurunkan intensitas nyeri. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol
diri ketika terjadi rasa nyeri serta dapat digunakan pada saat seseorang sehat
ataupun sakit (Syamsiah dan Muslihat, 2015).
73
73
Teknik relaksasi nafas dalam mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Relaksasi
melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga
mudah dilakukan kapan saja dan sewaktu-waktu (Trullyen, 2013).
Teknik farmakologi diberikan terhadap Ny. S yaitu dengan memberikan
obat analgetik yaitu asam mefenamat tablet 500mg. Obat analgetik berfungsi
untuk memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang (Muttaqin,
2008).
5.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses keperawatan
yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2008).
Evaluasi yang diterapkan dalam proses asuhan keperawatan yang
diberikan pada Ny. Y dan Ny. S ini dilakukan untuk penentuan masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Evaluasi yang digunakan menggunakan metode SOAP (Subyektif,
Obyektif, Analisa, Planning) (Dermawan, 2012).
Evaluasi hari pertama pada pasien Ny. Y dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik masalah belum teratasi pasien
mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan perineum (Q) nyeri seperti
ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 4 (T) nyeri ketika
74
74
bergerak dan luka belum kering. Intervensi keperawatan dilanjutkan kaji
karakteristik nyeri, observasi TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Sedangkan evaluasi hari pertama pada Ny. S dengan diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik masalah belum teratasi pasien
mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan perineum (Q) nyeri seperti
ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 5 (T) nyeri ketika
beraktivitas dan nyeri hilang timbul. Intervensi keperawatan dilanjutkan, kaji
karakteristik nyeri, observasi TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
berkolaborasi dalam pemberian analgetik.
Evaluasi hari kedua pada Ny. Y dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik masalah belum teratasi pasien
mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan perineum (Q) nyeri seperti
ditusuk-tusuk (R) nyeri di daerah perineum (S) skala nyeri 3 (T) nyeri ketika
bergerak. Intervensi dilanjutkan dengan kaji karakteristik nyeri, obersvasi
TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Sedangkan evaluasi hari kedua pada Ny. S dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik masalah belum
teratasi pasien mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan perineum (Q)
nyeri seperti ditusuk-tusuk (R) skala nyeri 4 (T) nyeri ketika beraktifitas dan
hilang timbul. Intervensi keperawatan dilanjutkan dengan kaji karakteristik
nyeri, observasi TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
berkolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi hari ketiga pada Ny. Y dengan diagnosa keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik masalah teratasi pasien
75
75
mengatakan sudah tidak nyeri, skala nyeri 1. Obyektif pasien terlihat nyaman,
TD : 110/90 mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 18x/menit, dan suhu 36oC.
Sedangkan evaluasi hari ketiga pada Ny. S dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik masalah
teratasi pasien mengatakan sudah tidak nyeri, skala nyeri 2. Obyektif pasien
terlihat nyaman, TD: 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 18x/menit,
dan suhu 36,5oC.
Hasil evaluasi akhir diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan
nyeri pada klien Ny. Y, dari skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 1, dan pada
klien Ny. S, dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 2. Hal ini sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
76
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari
pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan pada Ny. Y dan Ny. S dengan post partum
spontan di ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga dengan mengaplikasikan
hasil penelitian dengan terapi relaksasi nafas dalam sebagai upaya dalam
menurunkan intensitas nyeri pada klien post partum spontan.
6.1.1 Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. Y diperoleh
data subyektif mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan
perineum derajat 2 (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk (R) nyeri di
daerah perineum (S) skala nyeri 4 (T) nyeri ketika bergerak dan luka
belum kering. Data obyektif klien tampak menahan nyeri saat
bergerak, TD : 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan
22x/menit, dan suhu 36oC. Hasil pengkajian pada Ny. S diperoleh
data subyektif mengatakan nyeri (P) nyeri pada luka jahitan
perineum derajat 3 (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk (R) nyeri di
daerah perineum (S) skala nyeri 5 (T) nyeri ketika beraktivitas dan
nyeri hilang timbul. Data obyektif TD : 110/70 mmHg, nadi
82x/menit, pernafasan 22x/menit, dan suhu 36,2oC.
77
77
6.1.2 Diagnosa Keperawatan
Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian
keperawatan dan sesuai dengan hirarki kebutuhan dasar menurut
maslow yaitu prioritas diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik.
6.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik adalah kaji karakteristik nyeri
pasien, observasi tanda-tanda vital, berikan posisi nyaman, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi untuk pemberian
analgetik.
6.1.4 Implementasi Keperawatan
Asuhan keperawatan yang diberikan terhadap Ny. Y dan Ny. S
di ruang Flamboyan RSUD Salatiga sesuai dengan intervensi yang
telah ditegakkan yaitu : mengkaji karakteristik nyeri, mengobservasi
TTV, mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi
pemberian analgetik asam nefenamat tablet 500mg. penulis
menggunakan teknik nonfarmakologi dalam menurunkan intensitas
nyeri yaitu dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
78
78
6.1.5 Evaluasi
Hasil evaluasi akhir diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
terjadi penurunan nyeri pada klien Ny. Y, dari skala nyeri 4 menjadi
skala nyeri 1, dan pada klien Ny. S, dari skala nyeri 5 menjadi skala
nyeri 2. Hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Salatiga dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama
baik antar tim kesehatan khususnya dokter dan perawat maupun
dengan pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat
mendukung kesembuhan pasien
6.2.2 Bagi Pasien
Diharapkan dapat membantu menurunkan nyeri pada jalan lahir
akibat luka jahit di perineum setelah proses melahirkan dan
memberikan pemilihan dalam penanganan nyerinya dengan
menerapkan relaksasi nafas dalam dan mengkonsumsi obat
analgetik.
6.2.3 Bagi Perawat
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan yang
lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat
79
79
yang terampil, inovatif, dan profesional yang mampu memberikan
asuhan keperawatan.
6.2.4 Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada pasien dengan post partum spontan dalam menurunkan
intensitas nyeri dengan tehnik yang lain.
80
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S,. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media
Anggraini, Y., (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Carpenitoo (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:
EGC
Dermawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publising
Dinkes Jawa Tengah (2015). Profil Kesehatan Jawa Tengah.
www.dinkesjateng.go.id. Diakses tanggal 31 Mei 2017.
Erawati, Ambar D., (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal.
Jakarta: EGC
Ed. Herman T.Hdan Komitsuru, S. (2014). Nanda Internasional Nursing
Diagnosis, Definition and Classification 2015-2017..Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul, A., (2008). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Buku
Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Hidayat, A.A., (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Jones, R.M., (2009). Prinsip dan Metode Pemeriksaan Fisik Dasar
Jitowiyono, S. dan Kristiyanasari, W., (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus
Dan Anak. Jakarta: Nuha Medika
Kirana, Yuke (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan
Kejadian Post Partum Blues di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vo. 3. No. 1, April 2015
Marmi (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperineum Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mubarak, Wahid L,. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
81
Mulati, T., S., (2017). Nyeri Perineum Berdasarkan Karakteristik Pada Ibu Post
Partum. Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 13, Januari 2017
Mulyadi, M., (2016). Metode Penelitian Praktis, Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Publica Press
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Musculoskeletal. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S., (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jilid I. Jakarta: Salemba Medika
Rahmawati, E., S., (2013). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan
Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking
Kabupaten Tuban. Jurnal Saind Med, Vol. 5. No. 2 desember 2013
Rejeki, Sri dan Ernawati (2010). Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada
Penyenbuhan Luka Perineum Ibu Pasca Persalinan Di Puskesmas
Brangsong Dan Kaliwungu Kabupaten Kendal, (online),
(http://www.Vol.1.No1(2010).Rejeki)
Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti (2010). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan.
Jakarta: TIM
Setiadi (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukandarrumidi (2012). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sukarni, I., & Wahyu (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta
Sumarah, dkk. (2009). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya
Syafirudin dan Hamida (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Syamsiah, N., & Muslihat, E., (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Antogenik
Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain di IGD RSUD
Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1 April
Tamsuri, A., (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
82
Trullyen, V.L., (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Cesaria.
http://kim.ung.ac.id./index.php/KIMFIKK/article/view/2859/2835
Ujiningtyas, Sri Hari (2009). Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Jakarta:
Salemba Medika
Waryana (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Wong, Donna L, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Yusuf, A.M., (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana
83
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nofita Indraswuri
Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 29 April 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Sidorejo rt 18 Blimbing, kec.Sambirejo, Sragen
Riwayat pendidikan :
1. TK Pertiwi 3 Blimbing Lulus Tahun 2002
2. SD N 1 Blimbing Lulus Tahun 2008
3. SMP N 1 Sambirejo Lulus Tahun 2011
4. SMA Muhammadiyah 1 Sragen Lulus Tahun
2014
Riwayat pekerjaan : Belum pernah bekerja
Riwayat organisasi : -
Publikasi : -
84
LAMPIRAN 3
85
LAMPIRAN 4
86
87
88
89
90
LAMPIRAN 5
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Top Related