ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN
PENDENGARAN BAGIAN DALAM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen pengampu : Sukarno, S.Kep.,Ns
Disusun oleh :
Arif Budi Setiawan
Erni Eka Setyaningsih
Fatmawati
Hadi Rosyadi
Husniawati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawtan Klien dengan Gangguan
Telinga Bagian Dalam” ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III dan telah disejutui oleh Dosen Pembimbing Mata
Kuliah tersebut untuk diseminarkan pada tanggal 25 Mei 2009.
Ungaran, 25 Mei 2009
Dosen Pembimbing
Sukarno, S.Kep.,Ns
BAB I
PENDAHULUAN
A. Trand isu
Telinga adalah organ pengderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera
pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis
akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu
diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,
pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.
Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat
raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala
(CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).
Biasanya telinga tidak memerlukan banyak perawatan. Kotoran telinga yang
menumpuk pada telinga bagian luar mengandung zat yang dapat membunuh
bakteria dan mencegah infeksi. Ingat, jangan memasukkan benda tajam ke dalam
telinga karena dapat merusak gendang telinga dan menyebabkan ketulian. Untuk
membersihkan kotoran telinga yang menumpuk, gunakan sediaan yang dapat
dibeli di apotek. Jika telinga terasa tersumbat, periksakan ke dokter untuk
mendapatkan perawatan yang cukup. Jika kita sedang bepergian dengan kapal
terbang, telinga kadang-kadang merasa tidak enak. Hal ini disebabkan karena
bagian dalam tidak sama dengan tekanan pada telinga bagian luar. Keadaan ini
menyebabkan telinga terasa tidak enak dan sakit sampai telinga mengeluarkan
bunyi “pop” dan tekanan menjadi seimbang. Untuk mencegah tekanan yang
berlainan, coba hisap permen atau menelan pada waktu kapal terbang meninggi
atau turun. Cara lain, anda dapat menekan hidung dari ke dua lubang hidung dan
hembuskan sampai telinga berbunyi. Hindari bepergian dengan kapal terbang jika
anda sedang flu atau sakit tenggorokan karena akan meningkatkan
ketidakseimbangan tekanan pada telinga. Jika anda harus bepergian dengan kapal
terbang dalam keadaan flu atau sakit tenggorokan, gunakan semprot hidung yang
bekerja sebagai pelebar jalan nafas (decongestant) untuk mengurangi rasa tidak
enak pada telinga.
Pencegahan Gangguan Pendengaran/Kehilangan Pendengaran Pendengaran
setiap orang makin menurun dengan bertambahnya usia. Salah satu faktor
penyebab adalah seringnya terpapar suara keras dari lingkungan/sekeliling. Suara
diukur dengan desibel. Lebih keras suara, lebih tinggi desibelnya. Kehilangan
pendengaran yang disebabkan oleh suara keras yang menyerang telinga bagian
dalam akan sulit diperbaiki. Lebih keras suara, lebih cepat menyebabkan
kerusakan telinga yang tidak dapat diperbaiki. Hindari sedapat mungkin berada di
lingkungan dengan suara sangat keras. Jika anda bekerja di lingkungan yang
selalu ada suara keras, kenakan sumbatan telinga atau alat pembantu bicara (ear
phone) untuk menjaga kesehatan telinga anda. Diperkirakan paparan yang terus
menerus terhadap suara yang keras (diatas 90 desibel) dapat merusak
pendengaran. Suara yang terus menerus terdengar di telinga merupakan tanda
kerusakan pada telinga bagian dalam. Kondisi ini disebut Tinitus.
B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pendengaran bagian dalam.
2. Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menyebutkan anatomi dan fisiologi telinga dalam
b. Menjelaskan beberapa penyakit telinga dalam
c. Menjelasakan penatalaksanaan gangguan telinga dalam
d. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan gangguan telinga bagian
dalam
e. Menyusun diagnosa keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara
& juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga pada
hewan vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan sampai manusia, dengan
beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.Setiap vertebrata memiliki
satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang
berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.Suara
adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya,
dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi
pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat.
Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan
telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).Telinga terbagi atas :
1. Telinga bagian luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri
dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar.Telinga bagian
luar terdir dari aurikula (pinna) dan kanalis audiorius eksternus. Dipisahkan
dari tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membran timpani
( gendang telinga ).Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara
dan perjalanannya dalam kanalisauditorius eksternus. Bagian daun telinga
berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan
akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada
telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah
liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang
dilapisi kulit tipis.Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang
menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga.
Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki
rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan
suara ke telinga dalam.
2. Telinga bagian dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian petrous tulang
temporal.Organ untuk pendengaran dan (koklea),dan keseimbangan kanalis
sermisirkularis ) dan VIII ( nerves kokleovensi buler ) Di depan labirin
terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras
tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani . Bagian
dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui
jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau
membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di
atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah
getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel
penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari
gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian
otak dengan saraf vestibulokoklearis.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak
sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan
yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat
antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan
telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular
menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan
merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear
merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas
elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam
kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari
koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis
auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis
auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang
otak
3. Telinga bagian tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah
terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis
aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah
bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid
tulang temporal.Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu
malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian,
otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil
(jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela
oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan
ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan
dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami
robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,
namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai
drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.
4. Keseimbangan dan Pusing
Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari
30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan
lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh
(sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler).
Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem
serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja,
mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan
pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan
penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan. Aparatus
vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan
posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama
gerakan cepat gerakan kepala.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan
melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi
udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga
dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan
jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau
terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan
mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran
konduktif.
B. Definisi
Gangguan pendengaran bagian dalam adalah suatu keadaan dimana
terjadinya gangguan pada organ vital pendengaran.Jika diobati, penderita dapat
kembali menikmati suara yang berasal dari luar
Gangguan pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah
satu ataupun kedua telinga. Atau dengan kata lain cacat fisik paling umum yang
terjadi pada manusia. “30 dari 1.000
Ada dua jenis kehilangan pendengaran diantaranya adalah :
1. Kehilangan konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau
kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan
seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam
terputus.
2. Kehilangan sensorineoral
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain
kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan
pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional.
Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik
konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun
konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat
inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme
pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan
emosional
C. Etiologi dan Faktor Resiko
1. Etiologi
a) Genetik, Ada satu mutasi husus (A1555G dalam mitokondria GEN
12SrRNA) diketahui sebagai pembawa predisposisi ketulian yang
diinduksi antibiotik aminoglikosida. Gen tunggal, GJB2, yang mengkode
molekol connexin 26, telah diketahui berperan utama dalam tuli genetik
dibanyak populasi barat connextin 26 yang sering dikaitkan dalam tuli
non sindromik, merupakan komponen gap junction antar sel yang terlibat
dalam pendauran kalium setelah depolarisasi sel rabut
b) Non genetik, seperti gangguan pada masa kehamilan (infeksi bakteri
ataufirus TORCHS,campak, parotis), kelainan setruktur anatomic
(misalnya akibat obat obat ototoksik, atresia liang telinga, aplasia koklea),
dan kekurangan zat gizi.
2. Fakto resiko
Prematuritas, berat badan lahir rendah < 2500 gr), tindakan dengan alat
pada proses kelahiran, ekstrasi vakum, forsep), hiperbilirubinemia (>
20mg/100ml ), asfiksia, dan anoksia otak merupakan factor resiko terjadinya
gangguan pendengaran.
( Kapita selekta kedokteran, 1999,edisi 3,Jakarta)
1. Gangguan pendengaran akibat proses penuaan
Gangguan pendengaran ini sering terjadi pada usia usia lansia yang
disebabkan oleh degenarasi yang perlahan dari sel sel rambut di telinga
dalam, yang merupakan suatu umum dalam proses penuaan.
2. Trauma aukustik
Suara yang sangat keras dan cepat seperti suara tembakan atau ledakan,
dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Eksposure yang terus-
menerus terhadap kebisingan atau suara keras dapat juga menyebabkan
gangguan pendengaran permanen.
D. Patofisiologi dan Pathway
1. Patofisiologi
Normalnya Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke liang
telinga dan mengenai membrane timpani, sehingga membrane timpani
bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang – tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe
dalam skala vestibule kemudian getaran diteruskan melalui membrane
reissner yang mendorong endolimfe dan membrane basal ke arah bawah,
perilimfe pada skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum
terdorong kearah luar. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya ion kalium
dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang – cabang nervers
VIII yang kemudian meneruskan rangsangan kepusat sensori pendengaran
diotak melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis. Fisiologi fungsional
jendela oval dan bulat Jendela oval dibatasi oleh anulare fieksibel dari stapes
dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan
berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari
membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus
koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh,
jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang
suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela
oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela
bulat.
Namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran
timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang
kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda
dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan
rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi
penurunan kemampuan pendengaran.Gelombang bunyi dihantarkan oleh
membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan dipindahkan ke
koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam.
Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang)
dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada
gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan
merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti
gelombang .Gerakan membran akan menimbulkan arus listrik yang akan
merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf
yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam
otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
2. Pathway
Non genetik Genetik Penuaan
(infeksi )
Perforasi membran timpani
Gelombang bunyi merangsang sel-sel syaraf pendengaran
Ke 2 jendela ovale
Hilangnya jeda
Menghambat gerakan maksimal
Motilitas cairan
Gangguan Pendengaran
Inflamasi/peradangan Tidak bisa mendengar suara
normal
Perubahan status
kesehatan
Nyeri
Gangguan body image
Perubahan presepsi sensori
Ansietas
E. Manifestasi Klinis dan Komplikasi
1. Manifestasi klinis
Kesulitan mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya
berisik, terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus), dan
tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang
normal. Lalu kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk
bisa mendengar serta pusing atau gangguan keseimbangan.
2. Komplikasi
Kehilangan pendengaran progressif yang akan berakibat menjadi tuli
Meningitis, abses otak dan kematian
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic disesuaikan dengan penyebab gangguan pendengaran itu
sendiri
CT and MRI biasanya diperlukan bila ditemukan adanya tanda komplikasi
serius (meningitis or brain abscess)
G. Penatalaksanaan
1. Rehabilitasi aural
Bila kehilangan pendengaran bersifat permanen dan tak memabaik
terhadap intervensi medis maupun bedah atau bila pesien memilih untuk tidak
menjalani pembedahan, maka maka rehabilitasi aural akan bermanfaat.
Tujuan rehabilitasi aural adalah untuk memaksimalkan keterampilan
komunikasi seseorang dengan gangguan pendengaran.
Penting mengidentifikasi jennies gangguan pendengaran sehingga usaha
rehabilitasi dapt langsung di tujukan untuk memenuhi kebutuhan kusus.
Koreksi bedah mungkin satu satunya yang dibutuhkan untuk menangani dan
meningkatkan kehilangan pendengaran konduksi
2. Alat bantu dengar
Alat bentu dengar adalah suatu instrument dimana suara,baik wicara
maupun suara lingkungan, diterima oleh mikrofon, kemudian dikonfersi
kembali menjadi sinyal akustik.ada berbagai alat bantu yang tersedia untuk
gengguan pendengaran sensori neural yang dapat mendepresi frekkuensi atau
nada rendah dan mendepreso terbaik untu frekkuensi tinggi.suatu panduan
dan sangat berguna namun tidak terlalu kritis adalah bahwa alat bantu dengar
akan sangat membanu bagi pasien kehilangn pendenganran lebih dari 30 dB
dengan kisaran 500 – 2000 Hz ditelingan yang pendengarannya lebih baik.
Lat bantu dengar membuat suara lebih keras, tapi tidak secara meyakinkan
memproduksi suara dan tidak memperbaiki kemampuan pasien
mendiskriminasi kata dan memahami percakapan. Alat bantu dengar
mengamplivikasi semua suara termasuk kebisingan.
a. Hentikan pemakaian obat ototoksik
Apabila ketulian sudah terjadi lakukan rehabilitasi
Penggunaan alat bantu dengar
Psikoterapi
Auditori training
Komunikasi total, belajar membaca isyara
Pencegahan
b. Berhubung tidak ada pengobatan untuk tuli akibat ototoksik maka
pencegahan menjadi penting :
mempertimbangkan pemakaian obat ototoksik
Memonitor efek samping secara dini dengan cara memperhatikan
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
1) Identitas klien
a) Nama klien
b) Tempat tanggal lahir
c) Alamat klien
d) Usia klien
e) Jenis kelamin
2) Riwayat keluarga
Apakah didalam keluarga pernah mengalami gangguan pendengaran
atau bahkan ketulian
3) Riwayat infeksi
Apakah klien pernah mengalami infeksi seperti ,infeksi
influensa,ISPA atau infeksi lainnya.
4) Kelainan anatomi telinga
Apakah klien pada saat dilahirkan mengalami kelainan anatomi
telinga atau tidak.
b. Pemeriksaan penunjang
Tes penala
Pada tes penala ini idealnya dipakaikan garpu tala 512, 1024, dan
2048 Hz. Bila tidak mungkin, cukup dipakai 512 Hz karena tidak terlalu
dipengaruhi suara bising sekitar.
Tes rinne
Tes rinne ini mempunyai tujuan ujntuk membandingkan hantaran
melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa. Caranya dengan
penala tersebut digetarkan dan tangkainya diletakkan dimastoideus,
setelah tidak terdengar, penala dipegang di depan telinga 2 ½ cm.
apabila masish terdengar juga disebut Rinne positif, bila sudah tidak
terdengar disebut Rinne negative. Dalam keadaan normal hantaran
udara lebih panjang daripada hantaran tulang.
Tes weber
Pada tes weber mempunyai tujuan untuk membandingkan hantaran
tulang telinga kiri dan kanan. Tes weber ini dapat dilakukan dengan
cara penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di tengah dahi
kepala. Bila bunnyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama keras atau tudak
terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit
(lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada
telinga tersebut, bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat)
berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.
Tes schwabach
Sedangkan pada tes schwabach mempunyai tujuan untuk
membandingkan hantaran tulang orang uang diperiksa dengan
pemerikasa yang pendengarannya dianggap normal. Tes schwabach ini
dapat dilakukan dengan cara penala digetarkan, tangkai penala
diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi
kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar, disebut
memendek atau tuli saraf, bila pemiriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksa diulang dengan cara sebaliknya. Tapi bila pasien masih dapat
mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif, jika kira –
kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.
Audiometri
Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan
pemeriksaan audiometric. Dari audiogram dapat dilihat apakah
pendengaran normal / tuli, kemudian jenis dan derajat ketuliannya.
Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher, yaitu rata – rata
ambang pada frekwensi 500, 1000, 2000 Hz. Pada interpretasi
audiogram harus ditulis telinga yang mana, apakah jenis ketuliannya,
bagaimana derajat ketuliannya.
Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retro koklea diperlukan
pemeriksaan audiologi khusus yang terdiri dari audiometric khusus (tes
tune decay, tes short, increment, sensitivity, index(SISI), tes alternate
binaural loudness balance (ABLB), audiometri tutur, audiometric
bekessy), dll.
Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran
melalui hantaran tulang normal, dikatakan tuli konduktif,” terangnya.
Namun jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun,
maka terjadi tuli sensorineural. Terkadang pada seorang penderita, tuli
konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan. Dalam kondisi
seperti ini bisa menggunakan alat bantu dengar.
Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses infeksi)
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
Kaji status nutrisi dan keadekuatan asupan cairan berkalori
Kaji kemungkinan tuli
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Posisi anatomi telinga
Warna
Ukuran
Bentuk, hygiene, adanya lesi, masa dan kesimterisan
2) Palpasi
Dengan memegang telinga dengan jari telunjuk dan jempol
Palpasi kartilago telinga luar secara sistemis yaitu dari jaruingan
lunak, kemudian jaringan keras dan catatbila ada nyeri.
Lakukan penekanan pada area teragus kedalam dan tekan pula
trelinga dibawah daun telinga.
Periksa adanya pedarahan,peradangan pada daun telinga.
2. Diagnosa
a) Nyeri berhubungan dengan Inflamasi pada jaringan telinga tengah
b) Perubahan Sensori – Persepsi ; Auditorius berhubungan dengan
Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran
c) Gangguan Body Image berhubungan dengan paralysis nervus fasialis ;
facial palsy
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah
Tujuan : Penurunan rasa nyeri
Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien
2) Berikan analgetik sesuai indikasi
3) Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik – teknik
relaksasi(distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll)
b) Perubahan sensori – persepsi ; audiotorius berhubungan dengan Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
Tujuan : memperbaiki komunikasi
Intervensi :
1) Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
2) Memandang klien ketika sedang berbicara
3) Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
4) Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada
gerak bibir
5) Menggunakan tanda – tanda nonverbal ( mis. Ekspresi wajah,
menunjuk, atau gerakan tubuh ) dan bentuk komunikasi lainnya.
Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang
bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat
saling berinteraksi dengan klien
6) Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran
c) Gangguan Body Image berhubungan dengan paralysis nervus fasialis
1) Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu
2) Beritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat
tindak lanjut dari penyakit tersebut
3) Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat sementara
dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi :
1) Kaji tingkat ansietas
Rasional :
Dapat memandu intervensi terapeutik
2) mengenai vertigo dan penanganannya
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan, dapat menurunkan ansietas
3) Hindari aktivitas yang menyebabkan stress
Rasional :
Situasi penuh stress dapat meningkatkan gejala
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah
satu ataupun kedua telinga. Atau dengan kata lain cacat fisik paling umum yang
terjadi pada manusia. “30 dari 1.00. yang dapat disebabkan oleh proses penuaan,
genetic, maupun nongenetik misalnya akibat proses inflamasi bakteri maupun
virus, yang apabila di biarkan akan mengakibatkan ketulian.Ada dua jenis
kehilangan pendengaran diantaranya adalah :
1. Kehilangan konduktif yaitu Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar,
seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau
otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui
udara ke telinga dalam terputus.
2. Kehilangan sensorineoral yaitu Melibatkan kerusakan koklea atau saraf
vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga
terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan
pendengaran fungsional
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
penulis.jika ada kesalahan dalam ketikan mohon di maafkan
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L., 2002,
Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, Jakarta, EGC,
Dudley, H.A.F., 1992,Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press,.
Ludman, Harold, MB, FRCS, 1996, Petunjuk Penting pada Penyakit THT,
Jakarta, Hipokrates,
Smeltzer, Suzanne C. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, Jakarta, EGC,.