7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
1/34
ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS
PENGERTIAN MENINGITIS
Suatu peradangan akut pada selaput otak yang diakibatkan oleh :
1. Bakteri >MeningitisBakteri > 90 % kasus terjadi pada anak umur 1 bln - 5 th2. Virus > Meningitis non bakteri (Aseptic)
MENINGITIS BAKTERI
1. Etiologi :1. H. influenza (type B)2. Streptokokus pneumonie3. Neisseria meningitides (meningococus)4. b. Hemolytic streptococcus5. Stapilococus aureus6. Escherecia coli
2. Faktok Predisposisi:1. Laki-laki > perempuan2. Faktor maternal
1. Ketuban pecah dini2. Infeksi maternal pada akhir kehamilan terjadi meningitis pada
neonatus3. Penurunan mekanisme immun dan penurunan leukosit terjadi meningitis
pada BBL4. Anak dengan kekurangan imunoglobulin dan anak yang minum obat
immunosupresant
PATHWAY MENINGITIS
1. Download Pathway Meningitis Via Ziddu2. Download Pathway Meningitis Via Mediafire
MANIFESTASI KLINIS MENINGITIS
Manifestasi klinis dariMeningitis:
1. Tergantung pada luasnya penyebaran dan umur anak2. Dipengaruhi oleh type dari organisme dan keefektifan dari terapi3. CHILDREN AND ADOLESCENT
1. Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah,kejang-kejang
http://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.ziddu.com/download/8353937/PATHWAYMENINGITIS.docx.htmlhttp://www.ziddu.com/download/8353937/PATHWAYMENINGITIS.docx.htmlhttp://www.mediafire.com/?a8z19pixydneto4http://www.mediafire.com/?a8z19pixydneto4http://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.htmlhttp://www.mediafire.com/?a8z19pixydneto4http://www.ziddu.com/download/8353937/PATHWAYMENINGITIS.docx.htmlhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.html7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
2/34
2. Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia,delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dankoma
3. Gejala pada respiratory atau gastrointestinal4. Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan5. Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)6. Tanda kernig dan brudzinki (+)7. Kulit dingin dan sianosis8. Peteki/adannya purpura pada kulit infeksi meningococcus (meningo
cocsemia)9. Keluarnya cairan dari telinga meningitis peneumococal10.Congenital dermal sinus --> infeksi E. Colli
4. INFANT AND CHILDREN1. Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2
tahun
2. Adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, iritabel, mudah lelahdan kejang-kejang, dan menangis meraung-raung.
3. Fontanel menonjol4. Nuchal Rigidity tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun
lambat5. NEONATUS
Sukar untuk diketahui --> manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik > adakemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti:
1. Menolak untuk makan2. Kemampuan menelan buruk3. Muntah dan kadang-kadang ada diare4. Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis
melemah5. Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang, RR
yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.6. Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak7. Leher fleksibel8. Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak
diobati/ditangani
KOMPLIKASI MENINGITIS
1. Dapat dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapiantimikrobial dengan cepat.
2. Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya penekatanpada bagian yang sempit --> obstruksi cairan cerebrospinal --> hydrocephalus
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
3/34
3. Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya abses otak infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah.
4. Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-ototyang lain pada kepala dan leher --> penyebaran infeksi pada daerah syarafcranial
5. Kompl;ikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal sepsisatau meningococcemia
6. Syndrom water haouse-Friderichsen1. Overwhelming septic shock2. DI3. Perdarahan4. Purpura
7. SIADH, subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi danhydrocephalus.
8. Komplikasi post meningitis pada neonatus:1. Ventriculitis (yang menghasilkan kista, daerah yang dibatasi oleh
akumulasi cairan dan tekanan pada otak)2. Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan
nervus yang lain3. Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian,
gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang.4. Hemiparesis dan quadriparesis --> arthritis/thrombosis
EVALUASI DIAGNOSTIK
LUMBAL PUNKSI
1. Cairannya diukur dan diambil sample untuk mendapatkan culture, gram stain,jumlah sel darah merah dan untuk mengetahui adanya glukosa dan protein
2. Culture dan stain --> mengidentifikasi organisme penyebab3. Jumlah sel darah merah meningkat4. Glukosa menurun5. Kensentrasi protein meningkat6. Culture darah7. Culture hidung dan tenggorokan
TERAPEUTIC MANAGEMENT
1. Isolation precautions2. Pemberian terapi antimikroba3. Mempertahankan hidrasi yang optimum4. Mempertahankan ventilasi
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
4/34
5. Mengurangi peningkatan TIK6. Management dari shock7. Mengontrol kejang8. Mengontrol temperatur pada ekstrimitas9. Koreksi anemia10.Perawatan dari komplikasi
PERHATIAN PERAWAT
1. Melakukan precautions untuk melindungi anak dan orang laindari kemungkinaninfeksi .
2. Menjaga ruangan agar tidak bising dan menimpalkan stimulus lingkungan.3. Mencegah aktifitas yang menyebabkan nyeri/ meningkatkan ketidaknyamanan,
seperti mengangkat kepala anak.4. Memberi dukungan pada keluarga
1. Berdiskusi dengan keluarga2. Memberikan informasi tentang perkembang anak dan semua prosedur
yang akan dilakukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENINGITIS
1. GANGGUAN RASA NYAMAN: NYERI BERHUBUNGAN DENGAN IRITASIMENINGEAL, BEDREST.
1. TUJUAN. 1: Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda nyeri/iritasimeningeal.
1. Kriteria Hasil :1. Sakit kepala (-)2. Fotophobia (-)3. Tidak ada iritabilitas yang berlebihan4. HR dan RR normal5. tanda kernigs dan brudzinki (-)
2. INTERVENSI :1. Kaji tingkat nyeri2. Evaluasi indikator dari nyeri (ekspresi wajah, menangis,
gerakan), lokasi, lamanya.
3. Lakukan tindakan untuk memberikan kenyamanan (sepertimemberikan posisi yang nyaman, distraksi dan massage)
4. Kolaborasi pemberian analgetik5. Ajarkan anak (bila sudah besar) untuk mencegah gerakkan
yang meningkatkan TIK (mis : Batuk, mengedan dll)6. Batasi pengunjung
2. TUJUAN 2. : Menunjukkan tidak ada peningkatan TIK
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
5/34
1. Kriteria hasil :1. Tanda Tanda Vital dalam batas normal2. Tidak ada iritabilitas3. Tidak ada keluha
2. INTERVENSI :1. Kaji tanda-tanda peningkatan TIK tiap 1 2 jam
1. Penurunan HR & RR, peningkatan TD2. Penurunan tingkat pada bayi3. Peningkatan LK pada bayi4. Fontanel menonjol5. Cengeng, perubahan pupil, simetris, bengkak &
meleba6. Sakit kepala & muntah
2. Elevasikan kepala 30 - 45 3. Posisi kepala tegak & stabil4. Menurunkan stimulasi lingkungan5. Tawarkan kegiatan untuk meningkatkan kenyamanan6. Batasi cairan
2. RISIKO TINGGI INJURI BERHUBUNGAN DENGAN ADANYA SERANGAN1. TUJUAN: Injuri tidak terjadi
1. Kriteria Hasil :1. Tidak ada luka selama dan sesudah serangan2. Mengetahui dan mengatasi serangan sesegera mungki
2. Intervensi:1. Monitor frekuensi serangan2. Pasang penghalang TT3. Berikan mainan yang lembut4. Sediakan suction & O 2 disamping tempat tidur5. Jaga dan tetap tenang dalam serangan6. Miringkan anak7. Hindari barang barang berbahaya
DAFTAR PUSTAKA
1. Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
2. Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.3. Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium,
Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.4. Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.5. Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
6/34
Read
more:http://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.html#ixzz1sGRMes2F
MeningitisFiled under: PATOFISLeave a comment
2010/12/01
DEFINISI
Meningitis adalah peradangan pada membran (meninges) disekitar otak dan tulang
belakang, biasanya infeksi penyakit ini menyebar. Pembengkakan yang terkait dengan
meningitis sering memicu tanda dan gejala dari kondisi ini, antara lain sakit kepala,
demam dan leher kaku pada siapapun yang berusia 2 tahun ke atas.
Banyak kasus meningitis disebabkan oleh infeksi virus, tetapi infeksi bakteri dan jamur
juga dapat menyebabkan meningitis. Berdasarkan penyebab infeksi, meningitis dapat
hilang dengan sendirinya dalam dua minggu ataupun dapat menjadi kondisi darurat yang
mengancam jiwa.
Jika anda mencurigai diri anda atau seseorang di keluarga anda mengalami meningitis,
segera cari pertolongan medis. Pengobatan secara dini dapat mencegah komplikasi.
GEJALA
Mudah menyalahartikan tanda dan gejala meningitis sebagai flu. Tanda dan gejala
meningitis dapat terjadi dalam beberaoa jam atau bahkan lebih dari satu atau dua hari.
Pada mereka yang berusia 2 tahun keatas tanda dan gejala antara lain:
Demam tinggi
Sakit kepala parah
Kaku pada leher
Muntah atau mual dengan sakit kepala
Kebingungan atau sulit berkonsentrasi pada mereka yang masih muda dapat terlihat
dengan ketidakmampuan mengatur kontak mata
Kejang
Mengantuk atau sulit bangun
Sensitif terhadap cahaya
Kurang nafsu makan atau minum
Ruam kulit pada beberapa kasus, seperti viral atau meningococcal meningitis
Tanda dan gejala pada bayi yang baru lahir antara lain:
Demam tinggi
Terus menerus menangis
Terlalu banyak tidur atau mudah marah
Tidak aktif
Tidak nafsu makan
http://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.html#ixzz1sGRMes2Fhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.html#ixzz1sGRMes2Fhttp://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.html#ixzz1sGRMes2Fhttp://patofisiologi.wordpress.com/category/patofis/http://patofisiologi.wordpress.com/category/patofis/http://patofisiologi.wordpress.com/category/patofis/http://patofisiologi.wordpress.com/2010/12/01/meningitis/#respondhttp://patofisiologi.wordpress.com/2010/12/01/meningitis/#respondhttp://patofisiologi.wordpress.com/2010/12/01/meningitis/#respondhttp://patofisiologi.wordpress.com/2010/12/01/meningitis/#respondhttp://patofisiologi.wordpress.com/category/patofis/http://www.kapukonline.com/2010/02/askepmeningitis.html#ixzz1sGRMes2F7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
7/34
Tonjolan pada bagian lunak di atas kepala bayi
Kaki pada tubuh dan leher bayi
Kejang
Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab
Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus, tetapi juga dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri. Jamur juga dapat menyebabkan meningitis. Dikarenakan infeksi bakteri
adalah yang paling serius dan dapat mengancam jiwa, identifikasi sumber infeksi adalah
bagian penting dari perencanaan pengobatan.
Bacterial meningitis (meningitis karena bakteri)
Acute bacterial meningitis biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran darah dan
berpindah ke otak dan tulang belakang. Tetapi juga dapat terjadi ketika bakteri secara
langsung menyerang membran, akibat dari infeksi telinga atau sinus atau kerusakan
tengkorak.
Beberapa bakteri yang dapat menyeabbkan acute bacterial meningitis secara umum antara
lain:
Streptococcus pneumonia (pneumococcus). Bakteri ini paling umum menyebabkan
meningitis pada bayi, anak-anak dan orang dewasa. Secara umum disebabkan oleh
pneumonia atau infeksi telinga atau sinus.
Neisseria meningitis (meningococcus). Bakteri ini adalah penyebab lain meningitis.
Meningitis ini umumnya terjadi ketika bakteri dari infeksi saluran pernapasan atas masuk
ke dalam aliran darah. Infeksi ini sangat menular.
Haemophilus influenzae (haemophilus). Sebelum tahun 1990an, bakteri haemophilus
influenzae tipe b (Hib) menjadi penyebab utama meningitis akibat bakteri pada anak-anak.
Tetapi vaksin Hib baru mengurangi secara drastis jumlah kasus meningitis jenis ini.
Meningitis jenis ini terjadi cenderung berasal dari infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
telinga atau sinusitis.
Listeria monocytogenes (listeria). Bakteri ini dapat ditemukan hampir di manapun
tanah, debu atau makanan yang terkontaminasi. Banyak hewan liar dan ternak juga
membawa bakteri ini.
Viral meningitis (meningitis akibat virus)
Setiap tahun virus menyebabkan meningitis lebih besar dari bakteri. Viral meningitis
biasanya ringan dan sering hilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Enterovirus
diketahui menyebabkan 30 persen viral meningitis. Tanda dan gejala umum infeksi
enterovirus adalah ruam, radang tenggorokan, diare, nyeri sendi dan sakit kepala. Virus
lain seperti herpes simplex, La Crosse, West Nile dan lainnya juga dapat menyebabkan viral
meningitis.
Chronic meningitis
Bentuk meningitis kronis terjadi ketika organism menyerang membran dan cairan disekitar
otak. Meskipun meningitis akut menyerang secara tiba-tiba, meningitis kronis berkembang
dalam dua minggu atau lebih. Tanda dan gejala meningitis kronis serupa dengan
meningitis akut. Meningitis jenis ini langka.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
8/34
Fungal meningitis (meningitis akibat jamur)
Meningitis jenis ini relatif tidak biasa dan menyebabkan meningitis kronis. Dapat
menyerupai acute bacterial meningitis. Cryptococcal meningitis adalah bentuk umum dari
jamur yang menyerang mereka yang mengalami penurunan sistem imun, seperti AIDS.
Dapat mengancam jiwa jika tidak segera diobati.
Penyebab lain meningitis
Meningitis juga dapat disebabkan oleh noninfeksi, seperti alergi obat, beberapa jenis
kanker dan peradangan seperti lupus.
Faktor risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko meningitis, antara lain:
Usia. Banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Berada pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung sehingga
mempermudah penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya sekolah, kamp militer,
kampus, dsb.
Kehamilan. Jika anda sedang hamil maka anda mengalami peningkatan listeriosis
infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga menyebabkan meningitis. Jika anda
memiliki listeriosis, janin dalam kandungan anda juga memiliki risiko yang sama.
Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang juga
dapat menyebabkan meningitis.
Memiliki sistem imun yang lemah.
Pencegahan
Langkah dalam mencegah meningitis antara lain:
Cuci tangan anda secara benar untuk menghindari terkena penyebab infeksi.
Tetap sehat. Jaga sistem imun anda berfungsi dengan baik dengan cukup istirahat,
olahraga teratur dan makan makanan sehat dan bergizi.
Tutup mulut dan hidung anda ketika bersin atau batuk.
Jika anda sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang anda konsumsi.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
9/34
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir.
Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan
jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter).
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter
melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan
terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan
sistem saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan
dari sistem saraf pusat.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari
lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut
tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam
mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks.
Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang
atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya
akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls
diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis
adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot
jantung dan kelenjar sebasea.
Secara garis besar sistem saraf mempunyai empat fungsi yaitu :
Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori
(Afferent Sensory Pathway).
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
10/34
Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak untuk
selanjutnya menentukan jawaban (respon).
Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. (Depkes : 1995)
2. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan pengertian sampai pada
penatalaksanaan sistem persyarafan khususnya pada penyakit Meningitis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu
mungkin terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang
tonsil. Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkinmengakibatkan radang selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak
dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
Bakteri, sepertipneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
11/34
Virus, sepertiHemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)
Meningitis/ Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan
dengan cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis
terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)
2. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung
menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung
(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput
otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi
kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke 2 sel-sel plasma. Eksudat
terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi
obstruksi, selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk
melalui sel darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau
kelainan sistem saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema
jaringan otak, eksudasi.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
12/34
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta
organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen menyebabkan kelainan nervi kraniales
(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat
menghambat aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
(Harsono : 1996)
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan
berbagai cara antara lain :
Hematogen atau limpatik
Perkontuinitatum
Retograd melalui saraf perifer
Langsung masuk cairan serebrospinal
Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang
berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini
disebut meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :
Hyperemia Meningens
Edema jaringan otak
Eksudasi
Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan
tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila
eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal
juga eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes :
1995)
3. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
13/34
otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap
kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan,
kejang, nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai
septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab
hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata.
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan
fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa
hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.
Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada
penderita. Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat
bila kepala digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah.
Meningeal, tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai
fotofobi dan hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar
(chills). (Harsono : 1996)
TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema serebral / penyumbatan
aliran darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
14/34
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
4. Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.
Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan
gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi,
foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
PENYEBAB
Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;
streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /
pembedahan atau injuri pada sistem persarafan. (Arief Mansjoer : 2000)
(Marilym E. Donges : 1999)
4. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalahMycobacterium
Tuberculosa, Penyebab lain sepertiLues, Virus,Toxoplasma gondhii,Ricketsia.
Meningitis Purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :Diplococcus
pneumoniae (pneumokok),Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus,Haemophilus influenzae,Escherichia Coli, Klebsiella
pneumoniae,Pseudomonas aeruginosa.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Manifestasi Klinis
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
15/34
Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada
pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu
badan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering
dijumpai nadi yang lambat, abdomen nampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini.
Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.
Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-
refleks tendo yang lemah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa
diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto data
- Foto kepala
- Bila mungkin CTScan.
Penatalaksanaan
a. Medis
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
16/34
1. Rejimen terapi : 2 HRZE7RH.
2 Bulan Pertama :
INH : 1 x 400 mg / hari, oral
sin : 1 x 600 mg / hari, oral
mid : 15-30 mg / kg / hari, oral
misin a/ : 15 mg / kg / hari, oral
ol : 15-20 mg / kg / hari, oral.
diberikan untuk
mbat reaksi inflamasi
ah komplikasi infeksi
nkan edema serebri
ah perlekatan
ah arteritis / infark otak.
i
an menurun
neurologis fokal.
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3
minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan
deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara
araknoid dan otak.
Meningitis Purulenta
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan
kesadaran menurun.
Pemeriksaan Penunjang
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
17/34
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan
peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
2. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur
Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang
keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan
mati, jaringan yang mati dan bakteri.
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi
- Foto dada.
Penatalaksanaan
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif
untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan
terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut :
Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x / hari.
Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena.
Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer : 2000)
5. DIAGNOSIS PENUNJANG
Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan
sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan
meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada
setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau
dengan gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak
diketahui sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal
pertama tidak didapatkan derita yang sebelumnya telah mendapat pengobatan
antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
18/34
faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini mutlak
dilakukan.
Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan
descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini
untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila
cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol
0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi
otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan
CSS 200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.
Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah
sel berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3, dapat
disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3, maka kemungkinannya adalah
abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.
- Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)
- Tekanan meningkat
- Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat
- Protein meningkat
- Glukosa menurun
- None (+)
- Pandi (+).
b. Pemeriksaan Tambahan
- Darah lengkap, LED
- Kultur darah
- Foto kepala, thorax, vertebra
- Kultur Swab hidung dan tenggorokan
- EEG, CTScan Otak. (Depkes : 1995)
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
19/34
6. PENATALAKSANAAN
Infeksi Intrakranial Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis
(Meningitis). Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan
neurologis dan juga sampai terjadi kematian.
MEDIS
1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan
dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan
antibiotic dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 14 hari atau sekurang-
kurangnya 7 hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.
Kadang kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu
meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian
cairan parental atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh
pemberian antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi
subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan
meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya
diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam
intravena. Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama
kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela,
proteus, dan kuman-kuman gram negatif.
2. MANAJEMEN TERAPI
1). Isolasi
2). Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
3). Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema serebral)
4). Mencegah dan mengobati komplikasi
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
20/34
5). Mengontrol kejang
6). Mempertahankan ventrilasi
7). Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
8). Penatalaksanaan syok septik
9). Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996)
RIKSAAN DIAGNOSTIK
SS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
LDH serum :Meningkat (pada meningitis bakteri).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Elektrolit darah : Abnormal.
ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
rok / urine :Dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab
infeksi.
CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel; hematom daerah
serebral, hemoragik atau tumor.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
21/34
EEG :Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau voltasenya
meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Testing Cerebral Function
Status mental
a. Pemeriksaan orientasi
Tanya klien tentang :
Nama Negara kita
Nama Ibukota Negara kita
Tempat tinggal
Tempat lahir
Alamat sekolah
Tanya klien tentang :
Hari apa
Tanggal berapa
Jam berapa
Bulan berapa
Tahun berapa
2. Pemeriksaan daya ingat
Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik
Minta klien untuk menyebutkan nama benda.
3. Perhatian dan perhitungan
Tanya klien tentang perhitungan :
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
22/34
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7 :
4. Fungsi bahasa
Perlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebut
Minta orang coba untuk mengatakan jika tidak atau andai tetapi
Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke
temannya
Perlihatkan kertas perintah pada orang coba.
Tingkat kesadaran
1. Alert
Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual
Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.
2. Lethargi
Sering tidur/ngantuk
Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara
Respon tepat.
3. Obtuned
Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya
Klien akan tidur lagi setelah bangun
Respon tepat.
4. Stuport
Ada respon terhadap nyeri
Klien tidak sadar penuh selama stimulasi
Withdrawl refleks.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
23/34
5. Comatase
Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus
Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki.
Cara mengkaji kesadaran dengan menggunakan GCS
1. Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan urutan :
Dekati klien buka mata
Bila tidak buka mata, beri rangsangan suara/taltil
Bila tetap tidak buka mata beri cubitan
Bila dengan nyeri klien tidak buka mata.
2. Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk mengangkat tangan
dengan urutan :
Bila langsung mengangkat tangan sesuai perintah
Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan tersebut menghindar
mengenali nyeri lokal
Bila dengan cubitan seluruh tangan menghindar hanya mengenali nyeri
Bila tetap tidak berespon cubit bagian dada dekortikasai
Dengan cubitan decerebbrasi
Dengan nyeri tidak berespon.
3. Respon Bicara, Tanya orang coba melalui tahapan :
Beri pertanyaan komprehensif
Dengan pertanyaan sederhana orang coba bingung
Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak sesuai
Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,dll
Tidak berespon suara.
Pengkajian bicara
1. Pengkajian bicaraProses Resiptive
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
24/34
Kaji cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang
memerlukan jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.
2. Pengkajian bicaraProses Expressive
Kemudian untuk mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien
lancar,spontan,jelas. Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi Efendi : 2005
MASALAH DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan
saraf pusat (meningitis, encephalitis, abses otak) serta intervensinya :
1. Potensial penyebaran infeksi
Kemungkinan penyebab :
- Proses peradangan
- Cairan tubuh yang statis
- Daya tahan tubuh yang kurang.
Tujuan dan kriteria evaluasi
Sampai terjadi penyembuhan, infeksi sekunder tidak terjadi.
Intervensi Keperawatan
1. Isolasi klien
2. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik
itu pengunjung maupun petugas
3. Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung
4. Observasi secara teratur tiap 4-6 jam suhu tubuh klien
5. Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang
menetap.
6. Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya
7. Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam
8. Observasi urine out put : warna, bau, jumlah.
Tindakan Kolaboratif
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
25/34
a. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun Intra
thecal
b. Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan.
2. Gangguan perfusi serebral
Kemungkinan penyebab :
- Hypovolemia
- Udema serebral
- Sirkulasi darah ke otak yang kurang
Tujuan / kriteria hasil
- Kesadaran baik
- Fungsi motorik dan sensorik baik
- Tanda-tanda vital stabil
- Nyeri kepala berkurang atau hilang
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi Keperawatan
- Klien bed rest dengan posisi terlentang atau posisi elevasi 15450 sesuai indikasi.
- Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik,
tekanan nadi yang meningkat, nadi, pernapasan yang tidak teratur
- Monitor status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnya
- Kaji adanya kaku kuduk, Twitching, iritabilitas dan kejang-kejang
- Cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut dan bila
panas berikan kompres
- Monitor intake dan out put, catat karakteristik urine, turgor kulit dan kondisi membran
mukosa
- Bantu klien menghindari batuk, muntah dan obstipasi. Anjurkan klien untuk merubah-rubah
posisinya
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
26/34
- Ciptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung, lingkungan yang hangat,
sentuhan yang lembut dan hindarkan suara-suara yang keras
- Berikan waktu untuk istirahat diantara aktivitas-aktivitas dan hindarkan prosedur yang terlalu
lama.
Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan hipertonis.
b. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah
c. Kolaborasi pemberian oksigen
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti steroid, chlorpromazine, acetaminophen.
3. Potensial terjadinya trauma
Kemingkinan penyebab :
- Kelelahan, paralise, parasthesia, ataxia, vertigo
- Rangsangan kejang
Tujuan / kriteria hasil : tidak terjadi trauma.
Intervensi
- Beri papan pengaman di sisi tempat tidur
- Siapkan mesin penghisap lendir di sisi tempat tidur
- Awasi klien selama terjadi kejang
- Hindarkan penekanan pada tubuh selama terjadi kejang
- Mempertahankan bed rest selama fase akut
- Bantu klien dalam mobilisasi
Tindakan Kolaboratif
Kolaborasi pemberian terapi seperti dilantin dan luminal.
4. Perubahan rasa nyaman : Nyeri
Kemungkinan penyebab :
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
27/34
- Proses peradangan / infeksi
- Sirkulasi toxin
Tujuan / kriteria hasil
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak relak
- Klien dapat tidur dan istirahat dengan baik.
Intervensi
- Ciptakan lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti kebisingan,
cahaya yang berlebih / silau
- Pertahankan tetap bed rest dan Bantu aktifitas sehari-hari
- Berikan kompres dingin pada kepala dan dahi
- Pertahankan posisi yang nyaman bagi klien
- Lakukan massage pada daerah leher, otot bahu dan punggung
- Gunakan penghangat di daerah leher dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang
dihangatkan.
Tindakan Kolaboratif
Kolaborasi pemberian analgesik seperti codein.
5. Perubahan / gangguan mobilitas fisik
Kemungkinan penyebab :
- Kerusakan neuromuskular
- Perubahan kognitifperceptual
- Nyeri / discomfort
- Bed rest
Tujuan / kriteria hasil
- Tidak terjadi kontraktur, drop foot
- Integritas kulit baik
- Fungsi eliminasi baik
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
28/34
- Kekuatan dan fungsi otot baik.
Intervensi
- Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
- Rubah posisi klien setiap dua jam
- Letakkan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila pasien kooperatif
- Latih pasien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas
- Gunakan penahan / foot board selama terjadi paralise kaki / tungkai
- Jaga agar posisi kepala tetap seimbang dalam posisi terlentang
- Evaluasi penggunaan alat-alat bantu selama paralise misalnya posisi foot board
- Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta
gunakan alat untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjol
- Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema
dan tanda-tanda lainnya
- Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah
- Bila pasien mulai duduk lakukan segera pengukuran tanda-tanda vital
- Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif
- Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya
dengan baik.
Tindakan Kolaboratif
a. Konsultasi dengan Fisioterapi bila pasien menolak untuk melakukan aktifitas
b. Kaji kemungkinan pemasangan alat elektrik untuk stimulasi sesuai dengan indikasi
c. Beri obat-obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program
pengobatan. (Depkes : 1995)
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
29/34
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
Hipotonia.
ASI
Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
Penyakit jantung kongenital (abses otak).
Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor).
Takikardia, disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis).
ASI
Adanya inkontinensia dan / atau retensi.
AN / CAIRAN
Kehilangan nafsu makan.
Kesulitan menelan (pada periode akut).
Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
E
Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut).
ENSORI
Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya
berat).
Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan
pada saraf kranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri (mengitis). Timbul
kejang
(meningitis bakteri atau abses otak).
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
30/34
Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi).
Fotofobia (pada meningitis).
Ketulian (pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.
Status mental / tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang
berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik (ensefalitis).
Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala
berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).
Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan
TIK), nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus).
Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi
motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).
Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami
hipotonia / flaksid paralisis (pada fase akut meningitis), spastik (ensefalitis).
Hemiparese atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis).
Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi
meningeal (fase akut).
Rigiditas nukal (iritasi meningeal).
Refleks tendon dalam: terganggu, Babinski positif.
Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki
(meningitis).
KENYAMANAN
Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan
diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada gerakan okular,
fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri.
Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis /
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
31/34
mengaduh / mengeluh.
ASAN
Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).
Peningkatan kerja pernapasan (episode awal).
Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
NAN
Adanya riwayat infeksi saluran napas atas / infeksi lain, meliputi:
mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.
Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
Gangguan penglihatan / pendengaran.
Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.
Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.
Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis.
Gangguan sensasi.
UHAN / PEMBELAJARAN
Adanya riwayat menggunakan obat (abses otak).
Hipersensitif terhadap obat (meningitis non-bakteri).
Masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkololisme, diabetes
melitus, splenektomi, implantasi pirau ventrikel.
ngan DRG menunjukkan rerata lama perawatan : 8,4 hari.
pemulangan :
Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan
mempertahankan tugas / pekerjaan rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP,
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
32/34
(PENYEBARAN)
Diseminata hematogen dari patogen.
Stasis cairan tubuh.
Penekanan respons inflamasi (akibat-obat).
Pemajanan orang lain terhadap patogen.
(tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
/ Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN :
SEREBRAL, RISIKO TERHADAP
Faktor risiko meliputi : Edema serebral yang mengubah/menghentikan
aliran darah arteri / vena.
Hipovolemia.
Masalah pertukaran pada tingkat seluler (asidosis).
Kemungkinan dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
/ Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya /
membaik dan fungsi motorik / sensorik.
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
Melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala.
Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
: TRAUMA, RISIKO TINGGI TERHADAP
Iritasi korteks serebral mempredisposisikan
muatan neural dan aktivitas kejang umum.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
33/34
Keterlibatan area lokal (kejang lokal).
Kelemahan umum, paralisis parestesia.
Ataksia, vertigo.
(TIdak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
/ Tidak mengalami kejang / penyerta atau
cedera lain.
: NYERI, (AKUT)
Agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi / inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Melaporkan sakit kepala, fotofobia, nyeri otot/
sakit punggung.
Perilaku distraksi : menangis, meringis, gelisah.
Perilaku berlindung, memilih posisi yang khas.
Tegangan muskuler; wajah menahan nyeri, pucat.
Perubahan tanda-tanda vital.
/ Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur /
istirahat dengan tepat.
: MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN
Kerusakan neuromuskuler, penurunan ke
kuatan / ketahanan.
Kerusakan persepsi / kognitif.
Nyeri / ketidaknyamanan.
7/31/2019 Askep Dengan Meningitis
34/34
Terapi pembatasan (tirah baring).
Enggan mengusahakan gerakan.