1. Widya Sistha
2. Desiyanti
3. Rezky Novia
4. Km Syarif Azhar
5. Rafenia Nayani
6. Sangeethaa
7. Fakhri
8. Timotius Wira
9. Kirubhashini
10. Ratri Shintya Dewi
11. Avyandara
12. Shulaksana
Deadline dimulai dari SELASA JAM 5 SORE – JAM 6 MALAM !
Yang JADI PRESENTAN dan NGEPRINT LAPORAN adalah :
1. 3 TERAKHIR
2. TIDAK LENGKAP
3. TANPA SUMBER
4. TIDAK RAPI
( harus rapi dan jangan langsung di copas, gunakan font 12, Times
New roman, spacing 1,5 )
5. LI dan TEMPLATE harus lengkap
JAWABAN HARUS WAJIB DIKIRIM KE :
Skenario B
Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan
tangannya teraba dingin seperti es. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus,
tidak mengigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek,
buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas,
namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi. Satu hari yang lalu panas mulai turun
dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas,disertai mimisan. Sejak 6 jam yang
lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.
Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filiformis, RR: 36 x/menit, T:
36,2oC, BB: 15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test (+)
Keadaan spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)
Thoraks: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama
derap (-). Paru: suara nafas vesikuler, kiri=kanan, wheezing (-).
Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+)
normal
Extremitas: akral dingin, “capillary refill time 4”.
Pemeriksaan Penunjang:
Hb: 12 g/dL, Ht: 45vol%, Leukosit: 2.800/mm3, Trombosit 45.000/mm3
Klarifikasi istilah
1. akral dingin :terjadi karena jaringan jaringan perifer kekurangan oksigen.
2. demam tinggi terus menerus : peningkatan temperature tubuh diatas normal biasanya 39,4oc
sampai 41,1c
3.sesak napas : (dyspnea) adalah kesulitan bernapas yang disebabkan karena suplai oksigen yang
masuk ke dalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.
4.mimisan :pendarahan hidung biasanya diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kecil
yang terletak di bagian anterior septum nasal cartilaginosa.
5.filliformis :perabaan halus pada nadi seperti benang.
6.delirium gangguan kesadaran yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan
menfokuskan,mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
7.rumple leede test :suatu permeriksaan yang digunakan untuk mengetahui permeabilitas
pembuluh darah yang ditandai dengan timbunya ptekie.Pemeriksaanni bertujuan untuk
menentukan seorang menderita demam berdarah atau tidak.
8.irama derap :bunyi jantung rangkap tiga (gallop) yang disebabkan adanya satu atau lebih bunyi
ekstra.
9. capillary refill time : waktu pengisian pembuluh kapiler yang digunakan untuk memonitor
dehidrasi dan untuk menilai aliran darah ke jaringan
Identifikasi masalah
1. Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan
tangannya teraba dingin seperti es.
2. . Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak mengigil, disertai sakit kepala,
pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti
biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik
lagi.
3. .Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak
napas,disertai mimisan.
4. .Sejak 6 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin
seperti es. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
5. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filiformis, RR: 36 x/menit, T: 36,2oC,
BB: 15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test (+)
Keadaan spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)
Thoraks: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama
derap (-). Paru: suara nafas vesikuler, kiri=kanan, wheezing (-).
Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal
Extremitas: akral dingin, “capillary refill time 4”.
6.Pemeriksaan Penunjang:
Hb: 12 g/dL, Ht: 45vol%, Leukosit: 2.800/mm3, Trombosit 45.000/mm3
Analisis masalah
2. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak mengigil, disertai sakit kepala,
pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti
biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik
lagi
b.etiologi dan mekanisme dari gejala :
-pegal-pegal dan sakit perut
Setiap kenaikan 1 derajat terjadi peningkatan 13% konsumsi O2, peningkatan
kebutuhan kalori, dan katabolisme otot menjadi cepat. Pada kasus ini, karena terjadi
peningkatan permeabilitas dan perembesan plasma yang terus berlangsung, perfusi ke
jaringan menurun, menyebabkan hipoksia jaringan sehingga timbul manifestasi klinis
berupa tidak menggigil, sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut.
c. mengapa panas tinggi tetapi tidak menggigil ? 9,8,7
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu
tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan
aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan
merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu
yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase
penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan
berwarna kemerahan (Dalal& Zhukovsky, 2006). Pada fase kemerahan ini terjadi
vasodilatasi sehingga menjadi faktor predisposisi mimisan.
6. pem.penunjang
a. intepretasi dan mekanisme abnormal 7,6,5
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme
Hemoglobin 12 g/dl 11-14 g/dl Normal
Hematokrit 45% 31-40% Meningkat Terjadi
hemokonsentrasi
akibat
kebocoran
plasma sehingga
kadar Ht seolah-
olah meningkat
didalam plasma.
Leukosit 2800/mm3 > 5000/mm3 Leukopenia Infeksi virus
dengue
menyebabkan
banyak leukosit
mati
Trombosit 45000/mm3 Trombositopenia
berat
Trombositopenia
terjadi akibat
pemendekan
umur trombosit
akibat destruksi
berlebihan oleh
virus dengue dan
sistem
komplemen
(pengikatan
fragmen C3g);
depresi fungsi
megakariosit,
serta supresi
sumsum tulang.
Jawab: Pada dasarnya pengobatan penderita DBD/SSD bersifat simptomatik dan
supportif.
Template
a. How To Diagnose 8,7,6
Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997).
Terdiri dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut:
1) Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan
melena.
c. Pembesaran hati
d. Shock ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
2) Laboratorium
a. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
b. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu:
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi
menurun (< 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang lembab dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mendeteksi perubahan hematologis,
antara lain:
a. Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45%
dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total
leukosit) yang pada fase syok meningkat.
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl) pada hari ke 3-
8.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥20%
dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (aPTT),
thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah
e. Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal albumin adalah
3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl (Price, 2003).
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase adalah 0-40 IU/l. Menurut
Kalayanarooj (1997) anak dengan level enzim hati yang meningkat sepertinya lebih
rentan mengalami dengue yang parah dibandingkan dengan yang memiliki level
enzim hati yang normal saat didiagnosis.
g. Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium normal serum
adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145 mEq/l.
h. Golongan darah dan cross match
Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.
i. Imunoserologi
Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke
3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi
primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi
pada hari ke-2.
2. Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
b. Working Diagnosis 9,8,7
Budi 3 tahun dengan keluhan utama kaki dan tangan teraba dingin menderita
demam berdarah dengue.
Hipotesis
Anto, anak laki-laki berusia 5 tahun mengalami akral dingin karena menderita dengue shock
syndrome.
Learning issue
1. DBD 1-12
DBD
1. IDENTIFIKASI PENYAKIT DEMAM BERDARAH
Demam dengue / Dengue fever / DF dan demam berdarah dengue / DBD / dengue
haemorrhagic fever / DHF, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan
dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan di kulit, pembesaran kelenjar getah bening,
penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh
jaringan tubuh.
Pemeriksaan rutin dapat dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan : haemoglobin, haematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan antibodi
yang lebih spesifik adalah IgG dan IgM dengue.
a. Trombosit : umumnya terdapat penurunan pada hari ke 3 – 8. Angka trombosit
kurang dari 100.000 merupakan indikasi untuk perawatan.
b. Hematokrit : kebocoran plasma menyebabkan pengentalan dari darah, ditentukan
dengan peningkatan kadar hematokrit yaitu > 20% yang biasanya terjadi pada hari
ke c. Faktor pembekuan darah (PT, aPTT) : akan meningkat apabila di curigai
sudah terjadi fase perdarahan.
c. Ureum/kreatinin : merupakan pemeriksaan fungsi ginjal, dapat terjadi peningkatan
akibat perdarahan yang hebat tanpa terapi yang adekuat.
d. Elektrolit : melihat kekurangan cairan dalam tubuh akibat demam yang
berkepanjangan dan asupan cairan yang kurang.
e. Golongan darah : apabila diperlukan tambahan darah akibat pendarahan yang cukup
banyak.
f. IgM : terdeteik setelah hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke-3 dan
menghilang setelah hari ke 60-90.
g. IgG : pada infeksi primer terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan infeksi sekunder
terdeteksi pada hari ke 2.
Agent penyakit DBD Ciri – ciri nyamuk penyebar penyakit yaitu:
a. Warna hitam dan bercak putih pada badan dan kaki
b. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan,
drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air dll).
c. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan
lembab
d. Menggigit disiang hari
e. Kemamapuan terbang kira – kira 100 meter
2. ETIOLOGI DAN SIFAT PENYAKIT DBD
DBD disebabkan oleh Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue
(sejenis arbovirus), yang merupakan virus dari genus Flavivirus, yang memiliki
beberapa jenis yaitu DEN-1 sampai DEN-4, dan di Indonesia palng banyak adalah virus
DEN-3. Infeksi virus dengue ini dapat terjadi reaksi silang dengan virus lain seperti
virus yellow fever, japanese enchepalitis dan west nile virus, yang akan memperberat
gejala dari infeksi virus ini sendiri.
Etiologi Penyakit DBD :
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana
– bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di
luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun
dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari.
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
3. MASA INKUBASI /MASA PENULARAN
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut:
Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
Pada pemeriksaan uji tomiquet, tampak adanya jentik (pupura) perdarah.
Adanya perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan
(Epitaksis), buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lender bercampur
darah (melena) dan lain – lainnya.
Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000/mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (Anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
Mengalami pendarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Rasa sakit pada persendian.
b. Masa Penularan ke Manusia
Orang yang terinfeksi DBD, yang masih dalam periode 3-7 hari setelah demam,
kemudian digigit oleh nyamuk Aedes betina, lalu nyamuk itu menyebarkan virus DBD
di dalam tubuhnya.
4. FASE PENYAKIT DBD
a. Fase Demam Tinggi.
Terjadi pada hari 1 - 3. Ditandai dengan demam yang mendadak tinggi disertai sakit
kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali disertai dengan bintik merah di
kulit yang tidak hilang saat kulit diregangkan. Tanda ini adalah tanda umum yang
mudah diketahui oleh orang-orang yang awam dalam bisang kesehatan.
b. Fase Kritis.
Fase ini terjadi pada hari ke 4-5. Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun
disertai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali
mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya sembuh. namun
inilah yang disebut fase kritis dan kemungkinan terjadinya "dengue Shock Sindrome".
Pada fase ini dapat terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta
terjadi penurunan kesadaran.
c. Fase Penyembuhan.
Fase ini terjadi pada hari ke 6-7. Dalam fase ini keadaan umum dari penderita mulai
membaik. Pada fase ini sebaiknya penderita diberikan gizi yang baik untuk
meningkatkan keadaannya serta juga meningkat kadar daripada trombositnya
5. DISTRIBUSI KEJADIAN PENYAKIT
a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan
proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas
yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga
memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya
infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang
sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah
penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%).
Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia
dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak
berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat
sejak tahun 1984.
b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan
suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun
waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968
angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000
penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah
ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena
semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan
terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe
virus yang menyebar sepanjang tahun.
c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara.
Pada suhu yang panas (28-32 ) derajad celcius , dengan kelembaban yang tinggi,
nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di
Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola
terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya
infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus
terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.
6. RESERVOIR
Penyakit DBD ditularkan oleh vektor (inang penular) nyamuk aedes aegypti. Untuk
mematangkan telur-telurnya nyamuk betina akan menghisap darah manusia secara
berulang-ulang atau berganti ke manusia lain sampai yang dibutuhkannya tercukupi.
7. CARA PENULARAN
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia.
Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui
nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne
diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan
berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu
manusia, virus, dan vektor perantara.
a. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia.
b. Kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.
c. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan
sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2
hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik).
d. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva.
e. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi
ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini
akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu
nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya.
f. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya
(probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang.
Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam
16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-
pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini
disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah
utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap
darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang
menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
8. KERENTANAN DAN KEKEBALAN
Kerentanan :
Tingkat kerawanan wilayah terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus didapatkan dari hasil analisis data yang merupakan variabel penentu,
seperti pola permukiman, kepadatan permukiman, vegetasi, curah hujan, saluran air
hujan, tempat pembuangan sampah, dan kepadatan penduduk. Daerah dengan kondisi
agak rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
merupakan daerah yang kualitas lingkungannya relatif sedang. Pemutusan rantai
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan cara fogging
atau pengasapan dan program 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) merupakan
tindakan prefentif untuk menangkal terjadinya wabah DBD. Daerah yang rentan dan
sangat rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus merupakan daerah yang menjadi prioritas utama untuk pencegahan wabah
penyakit DBD. Daerah yang rentan dan sangat rentan tersebut biasanya mempunyai
kualitas lingkungan yang kurang baik, bahkan minim. Lingkungan yang kurang baik
dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab mudah
tersebar dan menularnya penyakit DBD. Oleh karena itu, perbaikan kualitas
permukiman merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan.
Kekebalan :
Pembentukan antibodi pada infeksi pertama oleh salah satu dari keempat jenis virus
dengue di atas akan menghasilkan kekebalan humoral silang (cross protection) yang
berlaku untuk keempat jenis virus dengue, sehingga infeksi kedua oleh jenis virus
dengue lainnya akan lebih ringan. Infeksi kedua oleh virus dengue dengan tipe yang
sama bahkan dapat menimbulkan kekebalan seluler (sel mediated immunity) yang dapat
bertahan seumur hidup. Sel darah putih menjadi sel pertahanan tubuh pertama untuk
menghadang infeksi. Jumlahnya bertambah jika infeksinya cukup berat. Namun, pada
demam berdarah, sel darah putih justru berkurang. Apalagi anak-anak cenderung
mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergizi dan mengandung banyak gula,
sehingga mereka kekurangan vitamin A, C, B 12, asam folat, kalsium, fosfor, dan zat
besi. Padahal, zat-zat gizi itu berperan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel
darah, terutama sel darah putih dan trombosit, dan pembekuan darah.
Pada anak berumur di bawah 12 tahun yang masih didominasi antibodi humoral,
serangan virus dengue merupakan Beban berat. Itu sebabnya, pertahanan badan harus
prima agar hal-hal yang mengganggu proses pertahanan badan, terutama pola makan
dan minum, jangan sampai menghambat pertumbuhan sel-sel darah.
9. CARA PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN
Pencegahan:
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling
efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan
dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat, yaitu:
a. Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara
lain:
- menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
- mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
- menutup dengan rapat tempat penampungan air,
- mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan
- perbaikan desain rumah.
b. Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Pencegahan yang dilakukan
- Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup, mengubur
barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
- Fogging atau pengasapan
- Abatisasi
c. Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk.
Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
- Menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau
minyak lemon eucalyptus.
- Gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila
sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-
gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah
- Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan memelihara ikan
cupang atau ikan pemakan jentik dapat menggunakan serbuk ABATE, dengan
komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter air.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3 M PLUS” yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus lainnya yang
sesuai dengan kondisi setempat.
Pengawasan :
Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik dilaksanakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu sekali, dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus pada tatanan
masyarakat dan mencatat di kartu jentik.
b. Memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat.
c. Melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada lurah.