BAB IV
ANALISA KASUS
Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri
dada yang dirasakan dari dada kiri hingga keleher dan menjalar sampai ke
punggung belakang, dada terasa sesak, panas dan berat seperti ada desakan dan
dada mau pecah. Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria angina tak stabil yaitu
angina yang makin bertambah berat, sebelumnya didahului oleh angina tipikal,
lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat nyeri yang dirasakan,
nyeri bisa berupa seperti tertusuk-tusuk, tertindih beban berat ataupun rasa seperti
terbakar desakan dan dada mau pecah.
Dari anamnesis pasien berusia 65 tahun, kebiasaan merokok, hingga 1
bungkus perhari, penggunaan aspirin dalam 7 hari terakir, mengalami 3 episode nyeri
saat istirahat dalam 24 jam terakir. Hal ini menunjukan stratifikasi resiko TIMI
(Thrombolysis In Myocardial Infarction) mempunyai skor 4 poin dari 7 variabel
TIMI yang didapatkan pada pasien. Dimana poin tersebut bermakna pasien memiliki
risiko menengah untuk kejadian kedua yaitu <19,9%.
Skor TIMI untuk UAP dan NSTEMI
Stratifikasi risiko berdasarkan skor TIMI
Selain itu kebiasaan merokok pasien juga merupakan faktor resiko yang dapat
menyebabkan terbentuknya plak di arteri coroner, menyebabkan kerusakan pada sel
endotel dinding pembuluh darah, kandungan karbon monoksida pada rokok juga
menggantikan oksigen pada hemoglobin.
Dari pemeriksaan marker jantung hasil CK-MB dan Troponin I didapatkan
hasil yang normal. Hal ini menunjukan kesesuaian dengan terjadinya angina pectoris
tak stabil tidak dijumpai peningkatan pada CK-MB dan Troponin.
Algoritma strasifikasi resiko pasien dengan UAP berdasarkan EKG dan Penilaian
Troponin
Hasil pemeriksaan EKG pada pasien irama sinus dengan HR 80x/i,
nomoaxis, Iskemik lateral (V5-6, lead I, AVL), Hal ini juga sesuai teori pada
angina pectoris tak stabil. Yang memberikan gambaran EKG paling mungkin
dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:
1. Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai dengan
elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
2. Gelombang Q yang menetap dan bisa juga EKG nya normal.
Pemeriksaan Foto Thorak menujukan hasil CTR 52% dan Boot Shape
Appearance. Hal ini menunjukan bahwa pasien memiliki kardiomegali
ringan dengan LVH. Pada saat anamnesis pasien mengaku memiliki
riwayat hipertensi yang terdeteksi sejak berusia 50 tahun. Pada pasien
dengan hipertensi yang tidak terdeteksi hampir 50% pasien akan
mengalami LVH. Hal ini merupakan kompensasi akibat beban tekanan
(pressure over load) atau beban volume (volume overload) yang
mengakibatkan peningkatan tegangan dinding otot jantung. Tambahan
beban hemodinamik pada jantung akan mengalami kompensasi melalui
proses mekanisme kompensasi Frank Starling, dimana makin besar otot
jantung diregangkan selama pengisian, makin besar kekuatan kontraksi
dan makin besar pula jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta atau
arteri pulmonalis. Peningkatan volume ini akan meningkatkan pula daya
kontraksi ventrikel sehingga dapat menghasilkan curah jantung yang lebih
besar.
Selama perawatan di ruangan pasien mendapatkan medikamentosa;
drip Nitroglycerin 5cc/jam, Nitrokaf Retard, Arixtra 2,5mg, Concor
(Bisoprolol nemifumarate) 1 x 2,5mg, Aspilet (Aspirin), Atorvastatin. Hal
ini sesuai terapi yang bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan
serangan angina yaitu β-blocker : Concor (Bisoprolol Nemifumarate),
Nitrat : Nitroglycerin (intravena), Nitrokaf Retard (oral), Antikoagulan :
Arixtra (Fondaparinuks), Antiplatelet : Aspilet, Statin : Atorvastatin.
Top Related