i
Afifatun Nisa | Muhammad Chusnul Khitam
PENINGKATAN POTENSI DESA KEDUNGWANGI
MELALUI SISTEM PERTANIAN TERPADU
ii
PENINGKATAN POTENSI DESA KEDUNGWANGI
MELALUI SISTEM PERTANIAN TERPADU
PENULIS:
Afifatun Nisa | Muhammad Chusnul Khitam
PENYUNTING:
LAYOUT DAN DESAIN SAMPUL:
Cetak Pertama, Agustus 2020
vii + 66 halaman 15.5 cm x 23 cm
ISBN: ...................................
PENERBIT:
Litbang Pemas UNISLA
Veteran 53 A Lamongan Jawa Timur
Email: [email protected]
(0322)324706
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga program Kuliah Kerja Nyata semester ini tahun 2020 di
Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ini
dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
Laporan KKN ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban
tertulis selama pelaksanaan KKN-DR di Desa Kedungwangi
Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, dari tanggal 27 Juli
sampai dengan 20 Agustus 2020.
Saya menyadari bahwa keberhasilan dan terlaksananya
program-program yang telah di laksanakan bukanlah keberhasilan
individu maupun kelompok. Untuk itu, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral dan
material.
2. Bapak H. Bambang Eko Muljono, SH, M. Hum, MM selaku
Rektor UNISLA.
3. Bapak M. Chusnul Khitam, M.Ap selaku Dosen Pembimbing
Lapangan.
4. Bapak Musyafa‟ selaku Kepala Desa Kedungwangi Kecamatan
Sambeng dan beserta jajaran stafnya.
5. Tokoh-tokoh masyarakat dan warga masyarakat Desa
Kedungwangi yang telah menerima dan membantu selama
melaksanakan kegiatan KKN.
6. Dan tidak lupa juga teman-teman kelompok KKN-DR Desa
Kedungwangi Kecamatan Sambeng yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Semoga itikad dan amal baik yang telah sepenuh hati kami
berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Tidak lupa kami
ucapkan mohon maaf kepada semua pihak atas segala kesalahan dan
iv
kekurangan dalam melaksanakan program-program kami
melaksanakan KKN-DR di Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan.
Dengan selesainya kegiatan KKN-DR UNISLA 2020 ini,
penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan para pembaca pada
umumnya. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik .
Terima kasih.
Lamongan, 14 Agustus 2020
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................... i
Halaman ISBN .................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................... v
BAB I PROFIL DESA KEDUNGWANGI
1.1 Asal Usul Desa ................................................................... 1
1.2 Sejarah Pemerintahan ....................................................... 4
1.3 Geografis Desa ................................................................... 6
1.4 Perekonomian Desa ........................................................... 8
1.5 Sosial Budaya Desa ........................................................... 9
1.6 Produk Kreatifitas Masyarakat ......................................... 10
1.7 Sarana Prasarana ................................................................ 12
1.8 Mata Pencaharian ............................................................... 13
1.9 Agama................................................................................. 14
1.10 Kondisi Kesehatan Masyarakat ...................................... 14
1.11 Pendidikan ........................................................................ 15
BAB II POTENSI DESA KEDUNGWANGI
2.1 Lingkup Data Potensi Desa ................................................ 17
2.2 Analisis Potensi Desa ........................................................ 19
2.3 Analisis Penilaian Pengembangan Desa .......................... 22
BAB III PEREKONOMIAN DESA
3.1 Pengertian Perekonomian .................................................. 30
3.2 Fungsi Perekonomian ........................................................ 30
3.3 Kondisi Perekonomian Desa ............................................. 30
BAB IV PERKEMBANGAN DESA
vi
4.1 Tingkat Perkembangan Desa ............................................ 32
4.2 Tingkat Perkembangan Desa Tahunan ............................. 32
4.3 Tujuan Perkembangan Desa ............................................. 33
BAB V SEKTOR PERTANIAN
5.1 Potensi Pertanian ................................................................ 34
5.2 Sistem Pertanian Terpadu .................................................. 39
5.3 Perkembangan Sektor Pertanian ....................................... 42
BAB VI PENGINTEGRASIAN BEBERAPA KOMPONEN
DALAM SISTEM PERTANIAN TERPADU
6.1 Prinsip Keterpaduan Sistem Pertanian Terpadu ................ 44
6.2 Ciri-ciri Pertanian Terpadu ................................................. 44
6.3 Komponen Sistem Pertanian Terpadu ................................ 45
6.4 Manfaat Sistem Pertanian Terpadu .................................... 46
6.5 Macam-macam Integrasi Tanaman dengan Komponen
dari Sistem Pertanian Terpadu ............................................. 47
6.6 Kendala Sistem Pertanian Terpadu ..................................... 52
BAB VII MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN
TERPADU
7.1 Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah .................. 54
7.2 Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring.................. 55
7.3 Model Pengembangan SPT pada Lahan Rawan Erosi ........ 56
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan ............................................................................ 57
8.2 Saran ....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................ 62
vii
1
BAB I
PROFIL DESA
1.1 Asal Usul Desa
Ada sekelompok kehidupan di sebuah daerah yang
kejawen dan berdekatan dan berdekatan dengan pusat
pemerintah kerajaan Mojopahit. Daerah ini juga memiliki
jalur strategis yang menghubungkan ke berbagai arah
penjuru yang sering digunakan dalam kepentingan
komunikasi pemerintah kerajaan Mojopahit “khususnya
patih legendaris Gajah mada”. Secara otomatis daerah ini
menyimpan sejarah penting agar tidak lepas dengan cerita
“BABAT TANAH JOWO” yang sangat terkenal dalam
kurun masa tepatnya pada zaman pemerintah sunan Giri.
Dalam tempo tertentu kanjeng Sunan Giri pernah
mengeluarkan titah kewenangan dengan mengutus seorang
santri untuk melakukan perjalanan ke suatu daerah dalam
misi pengembangan agama Islam. Hal ini sesuai dengan
kebebasan yang pernah diberikan oleh kerajaan Mojopahit
untuk melakukan dakwah dan penyebaran keinginan
Kanjeng Sunan Giri. Kesempatan ini tidak di sia-siakan
untuk menitikberatkan dengan melakukan terobosan yang
direncanakan sampai ke daerah mistis, konon di kuasai oleh
makhluk halus atau yang lain. Abdul Basyar sebagai santri
yang sudah di kenal ketangguhannya sudah siap menerima
dan melaksanakan titah resmi dari Sunan Giri. Dengan
bekal wejangan dan kepatuhan sebagai modal dasar
keberhasilan, alat transportasi yang di gunakan atas
pemberian Sunan berupa hewan sapi yang sesuai dengan
kondisi medan perjalanan yang bakal dilalui dalam
kemampuan kecepatan dan kebutuhan yang tepat guna.
2
Abdul Basyar mulai membuka perjalanan dalam
menapaktilasi garis garis yang dibentangkan oleh Kanjeng
Sunan Giri dengan ketentuan sepenuhnya yang tidak dapat
dilanggar. Disetiap perjalanan seringkali harus menyikap
tabir belantara yang minim penghuninya dan masih
primitif. Tujuan perjalanan panjang yang banyak
waktu,tentunya membutuhkan tempat persinggahan
sementara, persinggahan tersebut lebih banyak
dimanfaatkan untuk menyampaikan pada warga yang
dijumpai perihal amanah utama dalam misi penyebaran dan
pengembangan agama Islam.
Di separuh perjalanan yang sudah dilalui oleh Abdul
Basyar, saat itu bertepatan pada saat sholat Dzuhur. Timbul
niatan untuk menhentikan perjalanan sementara sekaligus
melaksanakan sholat.
Kehadiran Abdul Basyar diterima dan disambut oleh
warga dengan salam Ta‟dzim yang penuh hormat, layaknya
menerima kehadiran seorang tamu agung yang belum
dikenal, tetap memancarkan kepercayaan yang dapat
dijadikan panutan, setelah warga mengetahui akan
keperluan Abdul Basyar untuk istirahat sejenak guna
melaksanakan ketentuan syariat dan membutuhkan air
untuk berwudhu. Masyarakat setempat dengan senang hati
membantu guna pengadaan air sebagai kebutuhan disetiap
hajat. Salah satu warga yang bernama Warso sebagai
pandega pertama di daerah ini, mempelopori kesatuan dan
kebersamaan warga untuk mengawali penggalian
seperlunya atas petunjuk Abdul Basyar guna perolehan air
untuk kebutuhan. Tak lama kemudian mengalir sumber
kesejukan atas jerih payah pengabdian Warso yang tulus
ikhlas. Warso semakin simpatik dan tertarik atas tutur kata
yang di dengar dari hasil pertemuan sekilas yang sangat
3
memberikan hikmah dan manfaat yang Rahmatan lil
„alamin. Persinggahan sementara di daerah ini dimulai
dengan peletakkan batu pertama untuk menbangun jalinan
ukuwah yang berkelanjutan. Abdul Basyar harus
melanjutkan perjalanan bersamaan dengan langkah sucinya
ke daerah lain, beliau menitipkan dan meninggalkan wanti-
wanti yang kemudian harus dilaksanakan dan
ditindaklanjuti dengan sikap pro aktif yaitu dengan
mengikuti pendalaman ilmu agama yang disampaikan oleh
Abdul Basyar yaitu daerah sebelah barat atau sebuah
daerah yang menjadi titik tujuan yang dikehendaki oleh
kanjeng Sunan Giri. Dari mulai pendekatan sampai dengan
banyak ilmu yang diperoleh Warso, maka semakin timbul
semangat dan tanggung jawab untuk berkeinginan
melakukan perbaikan dann pembangunan yang meliputi
perubahan sosial budaya, alam lingkungan dalam tataran
warna ilahiyah. Pengaruh dari penerapan ilmu yang
diamalkan Warso, warga di daerah ini merasa bahwa
peradaban dan kiprahnya sudah jauh melampaui dan
mendahului daerah sekitarnya. Dari potensi yang di
temukan dan digali, semangat warga yang tinggi menandai
sikap luhur dalam peristiwa penggalian lahan atau dalam
istilah bahasa Jawa adalah Keduk. Maka secara naluri
adanya pengabdian daerah ini di kenal sebagai Desa
Keduk.
Dua mitos kebesaran yang dimiliki warga adalah
sumber kesejukan dan gondo arum yang berasal dari
bunga-bunga yang disebar d sela-sela semilir angin
sehingga harus terjadi proses patah tubuh hilang berganti
bersamaan decade yang tersimpan di dasaran abah warso
yang sampai saat ini tidak terbendung terus mengalir ke
setiap sosok dan jiwa. Begitu juga dengan keberadaan
4
sendang di depan masjid sebagai prasasti saksi sejarah
kesejukan yang meng-gambarkan kedamaian hati yang
bersahaja bagi mereka yang beribadah.
Dengan berbagai keterkaitan yang terjadi dapat
memberikan kejelasan bahwa Dusun Keduk merupakan
cikal bakal dan petua di daerah sekitarnya. Karena disini
sudah berdiri pemerintahan resmi dan baru seperempat
abad untuk pemerintahan desa pada perkembangan
berikutnya terjadi penggabungan dua pemerintahan yang
berdekatan yaitu Desa Keduk dan Desa Lawan menjadi
satu pemerintahan pada tahun 1928. Melalui pendekatan
kesejarahan yang di dominasi peristiwa mugemi titah dari
kanjeng Sunan Giri melalui Abdul Basyaryang diterima
langsung oleh kiyai Warso sebagai figure asli daerah dan
pelaku penyulutan obor penerang untuk menciptakan
suasana kesatuan dan kebersamaan kemudian disepakati
pengambilan nama daerah dengan sebutan Desa
Kedungwangi dalam bahasa pengertian umum adalah
sumber mata air baru.
1.2 Sejarah Pemerintahan
Pejabat Kepala Desa Kedungwangi semenjak
berdirinya Desa Kedungwangi adalah sebagai berikut:
Daftar Nama Kepala Desa Kedungwangi
NO. N A M A MASA
JABATAN KETERANGAN
1 Garyo 1900
2 Surogundi 1917
3 Vakum satu tahun
4 Kromo Tole 1918 - 1919
5
5 Dinar 1919
6 Taruno Karso 1920 - 1928
Penggabungan
Keduk dan
Kedungpucang
menjadi Desa
Kedungwangi
7 Sularso 1924 - 1928
Penggabungan
Nglawan dan
Resik. Peleburan
dua
pemerintahan
desa Keduk dan
Nglawan
8 Mbah Kamar 1928 – 1932
9 Djoyo Karso 1932 - 1989 Pj. 1989-1990
10 Bambang
Asmujiyono 1990 – 1998
11 Kusdiono, SE 1999 – 2007
12 Kusdiono, SE 2007 – 2013
13 Musyafa‟ 2013 – 2019
14 Musyafa‟ 2019- 2025
Nama Pejabat Pemerintah Desa Kedungwangi
No Nama Jabatan
1 Musyafa‟ Kepala Desa
2 Wiwiet Rastioningrum Sekretaris Desa
3 Yadi Kasi Pemerintahan
4 M.Suladi Kasi Kesejahteraan
5 Rasdo Kasi Pelayanan
6 Suyatno Kaur Tata Usaha dan Umum
7 Nuryadi Kaur Keuangan
8 Mei Indriani Kaur Perencanaan
9 Sugeng Premono Kasun Lawan
6
10 Sumairi Kasun Keduk
11 Kirman Kasun Kedungpucang
12 Bambang Sudiono Kasun Resik
Nama Badan Permusyawaratan Desa Kedungwangi
No Nama Jabatan
1 Nariyadi Ketua
2 Supriadi Wakil Ketua
3 Agus Sulistyo Budi H Sekretaris
4 Rinda Anggota
5 Seger Mulyono Anggota
6 Abdul Hadi Anggota
7 Mustakim Anggota
Jumlah 7 Orang
Nama-nama LPMD Desa Kedungwangi
No Nama Jabatan
1 Iwan Sunardi Ketua
2 Badi Romli Wakil Ketua
3 Heru Sulistyawan Sekretaris
4 Gatot Ilham Buwono Bendahara
5 Taqim Anggota
6 Abu Sofyan Anggota
7 M. Najibuddin Anggota
8 Kiyat Anggota
9 Depit Anggota
1.3 Geografis Desa
Pentingnya memahami kondisi Desa untuk
mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan
pendukung dan permasalahan yang ada, memberikan arti
penting keputusan pembangunan sebagai langkah
mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.
7
Desa Kedungwangi merupakan salah satu dari 22
desa di wilayah Kecamatan Sambeng, yang terletak 1
kilometer ke arah Selatan dari Kecamatan Sambeng. Desa
Kedungwangi mempunyai luas wilayah seluas 57.369 km².
Adapun batas-batas wilayah desa Kedungwangi:
BATAS DESA
Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Ardirejo
Kecamatan Sambeng
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Garung
Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Candisari
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Tenggiring
Iklim Desa Kedungwangi, sebagaimana desa-desa
lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan
penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung
terhadap pola tanam yang ada di Desa Kedungwangi
Kecamatan Sambeng.
Desa Kedungwangi terdiri dari 4 dusun diantaranya
Dusun Lawan; Dusun Keduk; Dusun Kedungpucang; dan
Dusun Resik; dengan jumlah penduduk 3.670 Jiwa atau
1.153 KK, dengan perincian sebagaimana tabel berikut;
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki – Laki 1.814
2. Perempuan 1.856
3. Kepala Keluarga 1.153
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Data ini bermanfaat untuk mengetahui laju
pertumbuhan penduduk dan mengetahui jumlah angkatan
kerja yang ada. Data penduduk menurut golongan umur
8
di Desa Kedungwangi dapat dilihat pada Tabel berikut
dibawah ini:
No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)
1. 0 Bln – 12 Bln 100
2. 12 Bln – 5 Thn 76
3. 5 Thn – 10 Thn 336
4. 10 Thn – 25 Thn 1.099
5. 25 Thn – 60 Thn 1.859
6. 60 Thn tahun keatas 200
Jumlah
Sumber Data: Data Potensi Sosial Ekonomi Desa Tahun 2019
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Proses pembangunan desa akan berjalan dengan
lancar apabila masyarakat memiliki tingkat pendidikan
yang cukup tinggi dan kreatif. Akses untuk mendapatkan
pendidikan SMA cukup dekat dari pemukiman warga,
sehinggah pemecahkan terutama dalam membangun
kesadaran masyarakat akan arti pentingya pendidikan,
data penduduk menurut tingkat pendidikannya dapat
dilihat pada Tabel berikut:
No. Tingkat Pendidikan Jumlah ( orang )
1. Tidak Sekolah / Buta Huruf 289
3. Tidak Tamat SD/Sederajat 367
4. Tamat SD / sederajat 2.248
5. Tamat SLTP / sederajat 401
6. Tamat SLTA / sederajat 272
7. Tamat D1, D2, D3 50
8. Sarjana / S-1 43
Sumber Data: Data Potensi Sosial Ekonomi Desa
/Kelurahan Tahun 2019
9
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Kedungwangi
sebagian besar masih berada di sektor pertanian. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan
penting dalam bidang ekonomi masyarakat. Data menurut
mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel
berikut ini:
Tani Dagang Buruh
Tani
PNS/TNI/
Polri
Swasta Lain-lain
45 126 821 39 50 72
1.4 Perekonomian Desa
Mayoritas mata pencarian penduduk Desa
Kedungwangi bergerak dibidang pertanian, perkebunan,
peternakan dan perdagangan. Permasalahan yang sering
muncul berkaitan dengan mata pencaharian penduduk
adalah tersedianya lapangan pekerjaan yang kurang
memadai dengan perkembangan penduduk sebagaimana
tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah
Kabupaten Lamongan. Hal lain yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan desa adalah melakukan usaha
perluasan kesempatan kerja dengan melakukan penguatan
usaha kecil pemberian kredit sebagai modal untuk
pengembangan usaha khususnya di sector pertanian dan
perdangan.
Tingkat angka kemiskinan yang masih tinggi
menjadikan maka harus mencari peluang lain yang bisa
menunjang peningkatan taraf ekonomi bagi masyarakat.
10
Kekayaan Sumber Daya Alam yang ada mendukung baik
dari segi pengembangan ekonomi maupun sosial budaya.
1.5 Sosoal Budaya Desa
Di Desa Kedungwangi ini setiap tahunya ada adat
yang tidak bisa di tinggalkan dari yang dulu sampai
sekarang yaitu sedekah bumi. Tetapi di desa ini adat atau
memperingati yang dilakukan tidak hanya itu masih banyak
lagi antaranya:
1. Maulid Nabi Muhammad : setiap memasuki bulan
maulid masyarakat disini membuat acara untuk
memperingati kanjeng Nabi Muhammad SAW, dengan
membawa nasi atau jajan unttuk mempersiapakan acara
pengajian
2. Slamatan orang meninggal : slamatan atau tahlilan ini
dilakukan setelah orang meninggal dari hari pertama
sampai 7 hari, setelah itu diperingatan lagi 40 hari, 100
hari, dan 1000 hari.
3. Buang awu/cuplak: yaitu acara slamatan sebagai rasa
syukura pada Allah SWT atas karunia anak sekaligus
acara pemberian nama.
4. Wiwit/slametan padi: yaitu acara yang dilakuksan
masyarakat petani sebagai rasa syukur karena sebentar
lagi panen dan hasil paginya baik.
5. Megengan: yaitu adat istiadat yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Kedungwangi sebelum melaksanakan
ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Tujuanya untuk
meminta keselamatan kepada Allah SWT agar dalam
menjalankan ibadah puasa, diberi kekuatan dan
kesehatan. Megengan ini biasanya di lakukan warga
secara serempak dan di lakukan dari rumah ke rumah.
11
6. Tingkepan: yaitu upacara tujuh bulanan yang dilakukan
oleh masyarakat desa Kedungwangi lantaran pada usia
ini umumnya janin yang ada di dalam kandungan sudah
hampir berbentuk sempurna.
1.6 Produk Kreatifitas Masyarakat
Sebagian masyarakat Desa Kedungwangi bekerja sebagai
pedagang atau pengusaha kecil. Pemberdayaan kreatifitas
masyarakat Desa Kedungwangi salah satunya adalah :
Tempe
Tempe merupakan makanan asli Indonesia yang
mengandung protein nabati tinggi. Meskipun sering
dianggap makanan “murah” di negeri sendiri, namun
kini tempe justru telah mendunia. Kandungan protein
pada tempe hampir setara dengan daging ayam. Tempe
seberat 3 ons tempe mengandung sekitar 16 gram
protein, sedangkan ayam panggang dengan porsi sama
punya kandungan 26 gram protein. Maka, tempe
menjadi pilihan yang tepat bagi Anda yang tidak mau
makan daging, atau sedang diet. Dengan mengkonsumsi
tempe, kebutuhan protein Anda akan tetap terpenuhi.
Tempe sudah menjadi makanan orang Indonesia sejak
sangat lama. Bahan dasarnya adalah kedelai yang sudah
matang lalu diproses dalam inkubator pada suhu tropis.
Tempe berbentuk padat dan berwarna putih, ini
disebabkan oleh jaringan miselium yang mengikat butir-
butir kacang kedelai. Banyak orang Indonesia yang
membuat tempe secara tradisional, terkadang dijadikan
sebagai industri rumahan meskipun ada pula pabrik
tempe dalam skala yang lebih besar. Tempe tradisional
memiliki aroma khas dengan tekstur kedelai yang
menonjol. Sedikit berbeda dengan tempe pabrikan yang
lebih halus.
12
Bahan-bahan:
5 porsi
1. 200 gram Kedelai kering
2. 1/2 sendok teh Cuka makan
3. secukupnya Ragi tempe
Cara Pembuatan :
1. Rendam 200 g kedelai kering hingga mengembang.
Rebus kedelai hingga mendidih, biarkan mendidih
beberapa menit. Dinginkan. Remas-remas kedelai
dengan tangan lalu buang kulit arinya
2. Rebus kembali kedelai hingga mendidih. Tambahkan
1/2 sdt cuka makan. Matikan api. Tiriskan kedelai kalau
perlu menggunakan serbet makan hingga kering benar
3. Tambahkan ragi (sesuai petunjuk kemasan) ke dalam
kedelai masukkan dalam kantung plastik yang sudah
ditusuk-tusuk dengan jarum atau disobek kecil-kecil
dengan pisau.
13
4. Simpan tempe. Tutup dengan kertas. Jika tempe sudah
berkeringat, buka kertas. Biarkan miselium candawan
tempe tumbuh sempurna. Waktu sekitar 1 hari (tempe
dibuat pagi, tempe jadi pagi hari dihari berikutnya)
1.7 Sarana dan Prasarana
Pembangunan masyarakat desa diharapkan
bersumber pada diri sendiri dan perkembangan
pembangunan harus berdampak pada sosial, ekonomi dan
budaya yang seimbang agar dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat desa menjadi lebih baik.
1. Prasarana kesehatan
Posyandu : 4 unit
Bidan Desa : 1 orang
2. Prasarana Pendidikan
Taman Kanak – kanak / TK : 4 unit
SD / MI : 4 unit
SLTP / MTs : 2 unit
SLTA/ Aliyah : 1 unit
14
TPA / TPQ : 5 unit
3. Prasarana Umum Lainnya
Tempat ibadah : 13 unit
Lapangan Olahraga : 1 unit
Pengelolaan sarana dan prasana merupakan tahap
keberlanjutan dimulai dengan proses penyiapan masyarakat
agar mampu melanjutkan pengelolaan program
pembangunan. Proses penyiapan ini membutuhkan
keterlibatan masyarakat, agar masyarakat mampu
menghasilkan keputusan pembangunan yang rasional dan
adil serta semakin sadar akan hak dan kewajibannya dalam
pembangunan, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri,
dan mampu mengelola berbagai potensi sumber daya yang
ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai
kesuksesan dalam tahapan ini adalah:
1. Swadaya masyarakat merupakan faktor utama
penggerak proses pembangunan,
2. Perencanaan secara partisipatif, terbuka dan demokratis
sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat,
3. Kapasitas pemerintahan daerah meningkat sehingga
lebih tanggap dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, antara lain dengan menyediakan dana dan
pendampingan.
1.8 Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Kedungwangi
sebagian besar masih berada di sektor pertanian. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan
penting dalam bidang ekonomi masyarakat. Hal ini juga
ditunjukkan dari terbentang luasnya persawahan yang
dimiliki oleh masyarakat desa Kedungwangi.
15
Selain bermata pencaharian sebagai petani atau buruh
tani, sebagian dari masyarakat desa Kedungwangi juga
bekerja sebagai pedagang, Pegawai Negeri Sipil, ataupun
sebagai wiraswasta. Jadi, tidak semua masyarakat desa
Kedungwangi bermata pencaharian sebagai petani.
Dari berbagai macam mata pencaharian yang dimiliki
oleh masyarakat desa Kedungwangi ini dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Hal ini
terbukti dengan tidak adanya masyarakat desa
Kedungwangi hingga kelaparan karena tidak dapat
memenuhi kebutuhan panggannya.
Data mata pencaharian penduduk desa Kedungwangi
dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tani Dagang Buruh
Tani
PNS/TNI/
Polri
Swasta Lain-lain
45 126 821 39 50 72
1.9 Agama
Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari
berbagai macam agama, hal ini terbukti bahwa agama yang
ada di negara Indonesia ada 6 yaitu: Islam, katholik,
Kristen, Khongwuchu, Hindu, dan Budha. Dan dengan
keberagaman agama yang dimiliki oleh berbagai daerah di
Indonesia, menjadikan Indonesia menjadi negara yang
memiliki rasa toleransi yang tinggi.
Di desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng
kabupaten Lamongan hanya ada satu agama, yaitu Islam.
Mayoritas dan hampir seluruh dari masyarakat desa
Kedungwangi menganut agama Islam.
16
Ditinjau dari segi agama dan kepercayaan
masyarakat Desa Kedungwangi mayoritas beragama Islam,
dengan rincian data sebagai berikut :
Islam : 3.670 orang
Kristen : 0 orang
Katholik : 0 orang
Hindu : 0 orang
Budha : 0 orang
Khongwuchu : 0 orang
1.10 Kondisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat memiliki peran penting
dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi.
Indeks pembangunan manusia melekatkan kesehatan
adalah salah satu komponen utama pengukuran sekalian
Pendidikan dan pendapatan.
Kondisi kesehatan masyarakat desa Kedungwangi
di pengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan
terdiri dari beberapa komponen antara lain ketersediaan
dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
pembekalan kesehatan, tenaga kerja, pembiayaan, dan
manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
dasar, yaitu puskesmas yang diperkuat dengan
puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan posyandu.
Pelayanan ksehatan tersebut dapat di akses oleh
seluruh masyarakat di desa Kedungwangi maupun
masyarakat yang ada diluar wilayah desa kedungwangi
yang ingin mendapatkan layanan kesehatan.
17
1.11 Pendidikan
Tingkat pendidikan di Desa Kedungwangi
Kecamatan Sambeng ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
Tamatan Sekolah Masyarakat
No Keterangan Jumlah Prosentase
1. Tamat Sekolah SD 2.904
2. Tamat Sekolah SMP 401
3. Tamat Sekolah SMA 233
1. Tamat Sekolah PT/
Akademi
93
Jumlah Total 3.631
Prasarana Pendidikan di desa Kedungwangi
No Jenjang Jumlah
1 TK 4 unit
2 SD/MI 4 unit
3 SLTP/MTs 2 unit
4 SLTA/Aliyah 1 unit
5 TPA/TPQ 5 unit
Dari di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk
Desa Kedungwangi hanya mampu menyelesaikan sekolah
di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan
SMP). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM)
18
yang memadahi dan mumpuni, keadaan ini merupakan
tantangan tersendiri.
Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Desa
Kedungwangi tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan
prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah
ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana
pendidikan di Desa Kedungwangi baru tersedia di tingkat
pendidikan dasar 6 tahun (SD), sementara untuk
pendidikan tingkat menengah ke atas berada di tempat lain
yang relatif jauh.
Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif
bagi persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di
Desa Kedungwangi yaitu melalui pelatihan dan kursus.
Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum
tersedia dengan baik di Desa Kedungwangi Adanya
pendidikan keagamaan juga belum bisa berkembang
dengan baik dan masih diperlukan support dari pemerintah
diatasnya.
19
BAB II
POTENSI DESA
2.1 LINGKUP DATA POTENSI DESA
Lingkungan data potensi desa terdiri dari 4 komponen
yaitu :
1. Potensi sumber daya alam
2. Potensi sumber daya manusia
3. Potensi kelembagaan
4. Potensi sarana dan prasarana
Lingkup potensi desa
Potensi desa kedungwangi mencakup sumber daya
alam, potensi sumber daya manusia, dan potensi
kelembagaan, serta potensi sarana dan prasarana.
Tabel 1 : Lingkup Data Potensi Desa
No Potensi No Jenis data
A SUMBER DAYA
ALAM
1 Potensi umum
2 Pertanian
3 Kehutanan
20
4 Peternakan
5 Bahan galian
6 Sumber daya air
7 Perikanan
8 Wisata
B SUMBER DAYA
MANUSIA
1 Jumlah
2 Kepadatan
3 Umur
4 Ketergantugan
5 Pendidikan
6 Mata pencarian
7 Tenaga kerja
8 Agama
9 Etnis
10 Cacat
C KELEMBAGAAN
1 Lembaga pemerintah
2 Lembaga
kemasyarakatan
3 Lembaga politik
4 Lembaga ekonomi
5 Lembaga pendidikan
6 Lembaga adat
7 Lembaga keamanan
D SARANA DAN
PRASARANA
1 Transportasi
2 Komunikasi
3 Air bersih
4 Irigasi
5 Pemerintah
6 Peribadatan
7 Olahraga
8 Kesehatan
9 Pendidikan
10 Penerangan
21
2.2 ANALISIS POTENSI DESA
a. Komponen potensi desa
Tujuan potensi analisis desa adalah untuk mengetahui
potensi sumber daya alam, potensi sumber daya
manusia, potensi kelembagaan, potensi sarana dan
prasarana yang dimiliki desa. Dari potensi-potensi
tersebut, dapat di ketahui potensi pengembangannya
pada pada masa mendatang, selain itu pengembangan
yang di hadapi desa juga untuk mengetahui faktor-faktor
penghambat pengembangan yang di hadapi desam,
faktor penghambat kelembagaan, maupun faktor
penghambat prasaranan dan saranan.
b. Analisis potensi umum
Analisis potensi sumber daya alam di dasarkan pada
potensi pertania tanaman pangan, potensi kehutanan
potensi peternakan, potensi perkebunan, potensi bahan
galian, potensi air, potensi perikanan, dan potensi wisata
religious. Analisis sumber daya manusia di dasarkan
pada potesni jumlah penduduk, potrdnsi umur, potensi
pendidikan, potensi agamapotensi keragaman etnis,
tenaga kerja dan penduduk cacat. Analisis potensi
kelembagaan di dasarkan pada potensi lembaga
pemerintah, potensi lembaga kemmasyarakatan, potensi
lembaga politik, potensi lembaga ekonomi, potensi
lembaga pendidikan, dan potensi lembaga keamanan,
sedangkan potensi sarana dan prasarana di dasarkan
pada potensi sarana dan prasarana transportasi, potensi
sarana dan prasarana komunikasi, potensi sarana dan
prasarana pemerintah, bpotensi prasarana peribadatan,
22
potensi irigasi, potensi sarana dan prasarana pendifikan,
potensi prasarana olahraga, dan potensi penetrangan.
Dari nilai skor potensi yang dimiliki, maka dapat
diketahui apakah desa memiliki tingkat potensi tinggi,
sedang, dan rendah. Total skore untuk potensi desa
adalah 1415. Desa di katakana memiliki potensi tinggi
apabila nilai skorenya lebih dari 1132 (>80% dari nilai
skore maksimal)< potesi sedang apabila memiliki skore
dari 849 s/d 1132 (60%-80% dari nilai skore maksimal)
dan potensi rendah apabila memiliki skore kurang dari
849 (kurang dari 60% nilai skore maksimal).
kurang dari 60% nilai skore maksimal).
Tabel 2: Skoring Analisis Potensi Desa
No Komponen Skore
Terendah Tertinggi
C POTENSI 10 230
Sedang, apabila 849-1132
Rendah, apabila
<849
Analisis Potensi
Umum
Sedang, apabila
>1132
23
KELEMBAGAAN
1. Lembaga pemerintahan 2 20
2. Lembaga
kemasyarakatan
0 60
3. Lembaga politik 0 10
4. Lembaga ekonomi 4 95
5. Lembaga Pendidikan 2 25
6. Lembaga keamanan 2 20
D POTENSI SARANA DAN
PRASARANA
32 360
1. Transportasi 5 75
2. Komunikasi 1 20
3. Air bersih 4 55
4. Irigasi 7 40
5. Pemerintahan 5 25
6. Ibadah 4 40
7. Olahraga 0 10
8. Kesehatan 0 40
9. Pendidikan 3 45
10. Penerangan 3 10
TOTAL SELURUHNYA 64 1415
24
2.3 Analisis Penilaian Pengembangan
Analisis penilaian tingkat Potensi Tanaman Pangan
didasarkan pada nilai skore dan sub komponen potensi tanaman
pangan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi
Perkebunan didasarkan pada skore dan sub komponen potensi
perkebunan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi
Peternakan didasarkan pada nilai skore dan sub komponen
potensi peternakan dan pendukungnya. Penilaian tingkat
Potensi Perikanan didasarkan pada nilai skore dari sub potensi
perikanan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi
Pertambangan didasarkan pada nilai skore dari sub komponen
potensi pertambangan dan pendukungnya. Penilaian tingkat
Potensi Perdagangan didasarkan pada nilai skore dari sub
komponen potensi-potensi perdagangan dan pendukungnya.
Penilaian tingkat Potensi Industri didasarkan pada nilai skore
dari sub komponenpotensi industry dan pendukungnya.
Penilaian tingkat Potensi Wisata didasarkan pada nilai skore
sub komponen potensi wisata beserta pendukungnya.
Indikator yang digunakan untuk menentukan potensial
desa itu dikembangkan pertanian tanaman pangannya,
perkebunannya, peternakannya, pariwisatanya,
pertambangannya, perdagangannya, industrinya, wisatanya,
atau perikanannya, dapat diperiksa pada tabel berikut :
Tabel 3
Indikator Dan Nilai Skore Penilaian potensi
Pengembangan
No Jenis Potensi Indikator Skore
1 Tabaman obat per
komoditi
(1) Luas tanaman
obat
0-10
Potensi irigasi 3-20
25
Iklim 2-10
Luas pemilikan lahan 1-10
6-50
2 Perkebunan per komoditi Luas lahan per
komoditi perkebunan
0-10
Potensi irigasi 3-20
Iklim 2-10
Luas pemilikan lahan 1-10
Usaha perkebunan 0-5
6-55
3 Tanaman pangan per
komoditi
Luas lahan per
komoditi
0-10
Potensi irigasi 3-20
Iklim 2-10
Luas pemilikan lahan 1-10
6-50
4 Perikanan Usaha perikanan 0-5
Budidaya ikan air
laut
0-10
Budidaya ikan air
tawar
0-10
Pemilikan danau 0-5
Pemilikan sungai 0-5
26
0-35
5 Peternakan per jenis
ternak
Pemilikan lahan
gembalaan
1-5
Tanaman hijauan
makanan ternak
1-5
Jumlah usaha
peternakan
0-5
Iklim 2-10
Populasi ternak 0-10
4-35
6 Wisata Wisata laut 0-15
Wisata gunung 0-5
Wisata agro 0-5
Restoran 0-5
Prasarana transportasi 1-5
Prasarana penerangan 3-10
Prasarana komunikasi 1-5
5-50
7 Pertambangan Jenis bahan galian 0-10
Prasarana transportasi 1-5
1-15
8 Perdagangan Orbitasi 1-10
Prasarana transportasi 1-5
27
Prasarana penerangan 3-10
Prasarana komunikasi 1-5
Jumlah usaha
perdagangan
0-5
Pedagang pengumpul 0-5
6-40
9 Industri Orbitasi 1-10
Prasarana transportasi 1-5
Prasarana penerangan 2-10
Prasarana komunikasi 1-5
Jumlah industry 0-5
5-35
Perumusan potensi pengembangan suatu sektor ekonomi
didasarkan pada capain nilai skor dari indikator sektor yang
bersangkutan. Suatu sektor sangat potensial dikembangkan,
apabila capaian nilai skore indikatornya lebih dari 80% nilai
skore maksimal yang dapat dicapai ; potensial dikembangkan
apabila capaian nilai skorenya antara 70-80% dari nilai skore
maksimal yang dapat dicapai ; cukup potensial dikembangkan
apabila nilai skorenya antara 60-69% dari skore maksimal yang
dapat dicapai ; dan suatu sector dikatakan kurang potensial
dikembangkan apabila nilai skorenya kurang dari 60% dari nilai
maksimal yang dapat dicapai.
Tabel 4
Penilaian Potensi Pengembangan Desa
No Potensi pengembangan Skore Potensi
28
1 Tanaman obat >40 Sangat potensial
35-40 Potensial
30-34 Cukup potensial
<30 Kurang potensial
2 Tanaman pangan
perkomoditi
>40 Sangat potensial
35-40 Potensial
30-34 Cukup potensial
<44 Kurang potensial
3 Perkebunan perkomoditi >44 Sangat potensial
39-44 Potensial
33-38 Cukup potensial
<33 Kurang potensial
4 Perdagangan >32 Sangat potensial
28-32 Potensial
24-27 Cukup potensial
<24 Kurang potensial
5 Peternakan menurut
kategori
>28 Sangat potensial
25-28 Potensial
21-24 Cukup potensial
<21 Kurang potensial
6 Pertambangan >12 Sangat potensial
11-12 Potensial
9-10 Cukup potensial
<9 Kurang potensial
7 Perikanan >28 Sangat potensial
25-28 Potensial
21-24 Cukup potensial
<21 Kurang potensial
8 Industri >28 Sangat potensial
25-28 Potensial
21-24 Cukup potensial
<21 Kurang potensial
9 Wisata >40 Sangat potensial
35-40 Potensial
30-34 Cukup potensial
<30 Kurang potensial
29
Sedangkan perumusan faktor pembatas pengembangan
dirumuskan dari indikator potensi pengembangan suatu sektor
yang nilainya 0. Artinya, kalau suatu indikator pada suatu sektor
nilai skorenya 0, maka indikator yang bersangkutan akan
menjadi faktor pembatas pengembangan pada pengembangan
sektor yang bersangkuta
BAB III PEREKONOMIAN
3.1 Pengertian Perekonomian Perekonomian desa adalah ekonomi yang di hasilkan
berdasarkan hasil produksi dari daerah perdesaan, biasanya
bersifat tradisional. Pendapatan rumah tangga pertanian
ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor
produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan
dari penguasaan asset produkif lahan pertanian. Dengan
demikian tingkat pendapatanrumah tangga pedesaan sangat
di pengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.
(Arifsona, 2019).
3.2 Fungsi Perekonomian Fungsi sistem ekonomi secara umum adalah:
Sebagai penyediaan dorongan untuk bewrproduksi
Mengoordinasikan kegiataan individu dalam suatu
perekonomian
Sebagai pengatur dalam pembagian hasil produksi di
seluruh anggota masyarakat agar dapat terlaksanakan
seperti yang dihadapi
Menciptakan mekanisme tertentu agar distribusi barang
30
dan jasa berjalan dengan baik. (Finance, 2020).
3.3 Kondisi Perekonomian Desa Sumber Daya Alam
Faktor sumber daya alam yang ada sangat
mempengaruhi ekonomi masyarakat. Desa yang kaya
akan sumber daya alam perekonomiannya akan lebih
maju. Sumber daya alam ini bisa berupa kondisi tanah
yang subur.
Regulasi Dari Pemerintah
Regulasi atau kebijakan dari pemerintah juga
sangat berpengaruh pada ekonomi desa. Tentu saja
masyarakat desa mengharapkan sebuah kebijakan yang
menguntungkan masyarakat desa. Kebijakan yang
dianggap menguntungkan seperti subsidi pupuk dan
penurunan pajak untuk petani.
Jumlah Penduduk Desa
Sadar atau tidak, jumlah penduduk desa juga
mempengaruhi kesejahteraan. Masyarakat di desa
umumnya lebih menyukai memiliki banyak anak
dibandingkan masyarakat di kota. Jumlah anggota
keluarga yang banyak ini secara tidak langsung
mempengaruhi ekonomi di desa.
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa
Untuk urusan kualitas pendidikan, masyarakat
desa masih jauh tertinggal dengan masyarakat
perkotaan. Padahal jelas jika tingkat pendidikan
masyarakat desa mempengaruhi kondisi ekonomi pada
masyarakat tersebut. Desa yang pendidikannya sudah
31
maju, perekonomiannya akan mudah berkembang.
Sebaliknya, desa yang pendidikannya kurang akan lesu
dalam perekonomian.
Adat Dan Tradisi Setempat
Harus diakui jika adat dan tradisi setempat akan
mempengaruhi bagaimana penduduk desa akan
memenuhi kebutuhan ekonominya. Masyarakat desa
yang memiliki adat dan tradisi yang mendukung kerja
keras akan lebih mudah berkembang. Setiap desa
tentunya memiliki adat dan tradisi masing-masing
seperti contohnya : Sedekah Bumi dan Wiwitan.
32
BAB IV
TINGKAT PERKEMBANGAN DESA
4.1 Tingkat Perkembangan Desa
Tingkat perkembangan desa adalah tingkat keberhasilan
kegiatan pembangunan desa yang dilakukan selama satu tahun
dan atau selama lima tahun. Penilaian hasil kegiatan
pembangunan tahunan dimaksudkan untuk mengetahui laju
perubahan ekonomi penduduk, pendidikan penduduk, kesehatan
penduduk, keamanan dan ketertiban, kepribadian kebangsaan
masyarakat, dan kedaulatan politik.
Dari hasil evaluasi keberhasilan kegiatan pembangunan
setiap tahun akan diperoleh status perkembangan desa, yaitu
Desa Cepat Berkembang, Desa Berkembang, Desa Lamban
Berkembang, dan Desa kurang berkembang. Sedangkan dari
hasil evaluasi keberhasilan kegiatan pembangunan selama 5
tahun akan diperoleh status kemajuan suatu desa, yaitu Desa
Swasembada, Desa Swakarya, dan Desa Swadaya.
Desa Cepat Berkembang adalah desa yang dari indicator-
indikator perkembangan desanya mengalami kemajuan atau
pertumbuhan rata-rata lebih dari 7% dari tahun sebelumnya.
Desa Berkembang adalah desa yang indicator-indikator
perkembangan desanya mengalami kemajuan atau pertumbuhan
rata-rata sebesar lebih besar 5-7 % apabila dibandingkan tahun
33
sebelumnya. Desa Lamban Berkembang, adalah desa yang dari
indicator-indikator perkembangan desanya mengalami
kemajuan antara 2-4% dari tahun sebelumnya. Desa Kurang
Berkembang adalah desa yang laju perkembangannya kurang
dari 2% dari tahun sebelumnya.
4.2 Tingkat Perkembangan Desa Tahunan
Tujuan utama dari analisis tingkat perkembangan desa
adalah untuk merumuskan masalah-masalah yang dihadapi desa
yang akan dijadikan prioritas kegiatan pembangunan pada tahun
kemudian atau tahun berikutnya. Dari hasil analisis tingkat
perkembangan desa, akan dapat diperoleh :
1. Laju kemajuan masyarakat, baik dibidang ekonomi, bidang
pendidikan, bidang kesehatan, bidang pembangunan karakter
bangsa, bidang keamanan dan ketertiban, maupun bidang
pemantapan demokrasi.
2. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi desa dan prioritas
kegiatan pembangunan pada tahun berikutnya.
4.3 Tujuan Perkembangan Desa
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi local serta
pemanfaatan sumber.
34
BAB V
SEKTOR PERTANIAN
5.1 Potensi Sumber Pertanian
Desa Kedungwangi memiliki potensi berupa potensi di
sektor pertanian, peternakan, dan pengrajin yang bisa
dikembangkan menjadi sektor yang potensial bagi desa dalam
membangun desa dan mensejahterakan masyarakat untuk
menuju desa yang sejahtera mandiri.
Pertanian
Desa Kedungwangi memiliki potensi sumber daya
alam salah satunya yaitu pertanian. Di Desa Kedungwangi
sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
Pertanian Desa Kedungwangi memiliki peranan dan potensi
yang penting dalam andil perekonomian masyarakatnya.
Komoditas yang ditanam oleh masyarakat di Desa
Kedungwangi yaitu padi, jagung, tembakau, dan kangkung.
a. Tanaman padi
Mata pencaharian utama masya-
rakat Desa Kedungwangi adalah
sebagai petani salah satunya yaitu
sebagai petani padi. Kondisi ini
menempatkan komoditas padi
sebagai salah satu sumber pendapatan utama bagi
35
masyarakat Desa Kedungwangi dimana luas lahan padi
di Desa Kedungwangi sebesar 200,17 Ha. Lahan
pertanian yang ada di wilayah Desa Kedungwangi
adalah lahan yang dimiliki oleh penduduk Desa
Kedungwangi itu sendiri di samping sebagian kecil yang
dimiliki oleh warga desa sekitar. Pengolahan lahan
menggunakan bantuan hewan seperti kerbau atau sapi
dan traktor. Penanaman padi dilakukan 2 kali selama
setahun. Pemasaran untuk hasil padi dilakukan kepada
tengkulak atau ada yang mengambil barangnya dan hasil
panen untuk padi yaitu 7 kw. Kendala dalam
penanaman padi yaitu terserang hama. Solusi para
petani yaitu mengatasi hal tersebut dengan menanam
kembali benih.
b. Tanaman jagung
Jagung di Desa Kedungwangi
merupakan komoditas tanaman
yang ditanam dengan jumlah
kadar air sedikit atau ditanam
pada saat musim kemarau. Luas
lahan tanaman jagung di Desa Kedungwangi yaitu 89,76
Ha dengan produksi jagung sebesar 6,5 ton secara
keseluruhan dan untuk rata-rata perkepemilikan
menghasilkan jagung sebesar 9 kw. Kendala yang dialami
petani jagung sama seperti petani padi yaitu terserang
hama. Solusinya dengan penanaman kembali.
c. Tembakau
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus,
batang, dan daun diliputi oleh zat perekat. Tingginya
mencapai mencapai 250 cm sampai 4 m. Umur tanaman
36
ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Proses pengolahan
tembakau sebelumnya diawali dengan melakukan
pemetikan daun tembakau. Pemetikan dilakukan setelah
berumur 65-70 hari setelah tanam. Pemetikan dilakukan
dengan benar dan tepat baik tepat waktu, cara dan kriteria
kematangan daun yang dipanaen. Kematangan daun di
pohon sesuai dengan posisi daun pada tanaman, yaitu:
Daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-
hijauan, gagang daun keputih-putihan.
Daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang,
kuning kenanga.
Daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.
Daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar
matang.
Letak daun mempengaruhi kualitas daun. Semakin
ke atas maka daun tembakau semakin tebal dan beratnya
akan semakin bertambah sesuai dengan letak daun yang
bertambah tinggi. Dalam pengolahan daun tembakau,
terdapat dua jenis pengolahan, yaitu perajangan dan
pengkrosokan. Pada perajangan, daun tembakau digulung
dan diiris tipis, kemudian dijemur dengan matahari. Pada
pengkrosokan, daun tembakau disujen dan digantung
37
pada bambu atau kayu, kemudian dilakukan
pengomprongan. Penjemuran pada intensitas sinar
matahari mengakibatkan warna kuning tidak dapat
dipertahankan dan berubah menjadi coklat, tembakau
menjadi kurang elastic dan terasa kasar dipegang dengan
kenampakan tidak cerah, bercak-bercak ditumbuhi jamur,
aroma tidak harum. jumlah daun diusahakan tidak terlalu
berdekatan karena menyebabkan aerasi udara akan
terhambat dan daun muda menjadi busuk.
Mutu tembakau merupakan total sifat dari
tembakau yang diinginkan oleh perusahaan, pedagang,
perokok untuk mencapai tujuan tertentu sampai batas
ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima. Beberapa
sifat fisik yang diuji terdiri atas elastisitas, kadar air, daya
mekar, kecarahan, dan lain-lain. Sifat kimia antara lain
gula, pati, nikotin, khlor, nitrogen total, dan lain-lain. Jadi
mutu tembakau yang dikehendaki sangat subyektif.
Tembakau biasanya dijadikan sebagai bahan baku rokok,
biopestisida atau pestisida organik yang ampuh
membasmi hama namun tidak menimbulkan residu yang
berbahaya. (frida, 2015)
d. Kangkung
Dilihat dari habitatnya,
terdapat dua jenis kangkung
yaitu kangkung darat dan
kangkung air. Kangkung darat
mempunyai habitat di darat
dan menggunakan tanah sebagai media tanam.
Namun kangkung darat bisa juga ditanam tanpa tanah,
yaitu menggunakan metode hidroponik. Sementara
itu, kangkung air secara alami hidup di permukaan air
38
dan tidak bisa ditanam di tanah. Kangkung darat bisa
ditemukan dengan mudah di perkebunan, sedangkan
kangkung air bisa tumbuh sangat subuh di area
persawahan. Hal ini dikarenakan kangkung memang
jenis tanaman yang mudah hidup dan tahan segala
kondisi sehingga tidak mudah mati. Oleh karena itu,
kangkung juga sangat mungkin untuk dibudidayakan
demi nilai praktis dan ekonomis.
Karena mempunyai habitat yang berbeda,
kangkung darat dan air juga memerlukan cara
penanaman yang berbeda pula. Langkah penanaman
kangkung darat dimulai dari pemilihan biji
berkualitas, penyemaian, persiapan lahan, pe-
mindahan bibit, penyulaman, perawatan, hingga masa
panen. Lain halnya dengan kangkung air, sayuran
yang satu ini mempunyai langkah penanaman yang
sedikit berbeda jika dibandingkan dengan kangkung
darat. Untuk mendapatkan bibit kangkung air, Anda
tidak bisa menggunakan biji. Biasanya pembibitan
dilakukan dengan cara stek batang. Anda bisa
mendapatkan bibit berukuran 20 hingga 30 cm di toko
pertanian.
Untuk kangkung air, Anda harus memastikan
lahan yang digunakan mempunyai banyak air.
Genangan air yang dibutuhkan minimal 6 cm sebelum
dilakukan penanaman. Untuk perawatan, Anda perlu
membersihkan rumput-rumput di sekitar tanaman
kangkung.Berbeda dengan kangkung darat, kangkung
air lebih cepat memasuki masa panen, yaitu sekitar 11
hari saja sejak masa penanaman.
39
Ketika memanen, Anda perlu menyisakan
batang pohon sekitar 2 atau 3 cm agar tanaman bisa
tumbuh kembali. Dengan demikian, Anda hanya perlu
melakukan satu kali tanam untuk beberapa kali masa
panen. Saat memanen, pasti kan Anda membersihkan
tanaman dengan baik agar kotoran atau hewan yang
menempel bisa hilang.
5.2 Sistem Pertanian Terpadu
Sistem Pertanian Terpadu adalah sistem gabungan antara
kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu
lain yang berkaitan dengan pertanian dalam satu lahan. Tujuan
dari sistem ini adalah untuk mencukupi kebutuhan jangka
pendek, menengah dan panjang para petani, yaitu berupa
pangan, sandang dan papan. Target tersebut dapat terpenuhi
dengan cara meningkatkan produktivitas lahan, program
pembangunan dan konservasi lingkungan, serta men-
gembangkan desa secara terpadu. Agar manfaat sistem ini
dapat diperoleh secara efektif dan efisien, maka kegiatan
pertanian yang dilakukan secara terpadu dapat dibuat di suatu
kawasan secara kolektif. Pada kawasan tersebut dapat dibuat
beberapa sektor, seperti sektor produksi tanaman, pertanian
serta perikanan.
Sektor-sektor ini akan menjadikan suatu kawasan
memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen
produksinya tidak akan menghasilkan limbah, karena dapat
dimanfaatkan oleh komponen-komponen lainnya. Selain itu,
peningkatan hasil produksi dan penghematan biaya produksi
juga dapat tercapai.
Keunggulan lain dari Sistem Pertanian Terpadu adalah
petani dapat memiliki berbagai sumber penghasilan. Kegiatan
pertanian ini juga memberikan perhatian terhadap diversifikasi
40
tanaman dan polikultur. Polikultur adalah sistem budidaya
pertanaman campuran yang dilakukan pada lahan yang sama.
Melalui sistem ini, petani dapat memperoleh sumber
penghasilan dari menanam padi, beternak kambing, serta
menanam sayuran. Kotoran dari hewan ternak dapat digunakan
untuk pupuk, serta hasil ternak dapat dikonsumsi atau dijual
sehingga memperoleh penghasilan tambahan.
Latar Belakang Sistem Pertanian
Sebagai negara agraris dengan kekayaan alam dan
tanah yang subur, masyarakat Indonesia telah dikenal
sebagai petani secara turun temurun.
Namun sayangnya, profesi petani saat ini dianggap
sebelah mata dibanding pekerjaan lain. Padahal tanpa kerja
keras petani, maka bahan makanan kita sehari-hari akan sulit
diperoleh.
Oleh sebab itu, setidaknya ada 3 alasan mengapa
pertanian terpadu perlu dilakukan, yaitu:
Panen Tidak Setiap Hari – Adanya sistem pertanian
terpadu akan menjadikan petani memiliki alternatif
pendapat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Menekan Harga Produksi – Pertanian terpadu merupakan
kombinasi sektor pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan lainnya dalam satu wilayah tani. Adanya
sistem ini akan menekan harga pokok produks dengan
penerapan sistem zero waste.
Meningkatkan Harga Jual – Melalui pembinaan yang
berkelanjutan, hasil panen memiliki keunggulan
dibanding pertanian konvensional. Manfaat positifnya
adalah harga jual produk pertanian yang meningkat yang
memengaruhi kesejahteraan petani menjadi lebih baik.
41
Tujuan Pertanian Terpadu (4F)
Pertanian dengan sistem terpadu diharapkan mampu
menghasilkan kesejahteraan meliputi 4F, yaitu food, feed,
fuel, dan fertilizer.
Food – Pertanian terpadu diharapkan dapat menghasilkan
pangan lebih beragam, seperti beras, sayuran, daging, dan
ikan.
Feed – Limbah dari pengolahan produk pertanian seperti
dedak dan bungkil jagung dapat diolah kembali menjadi
konsentrat untuk pakan ternak dan perikanan.
Fuel – Bahan bakar biogas dapat diperoleh dari
pengolahan kotoran ternak, sehingga dapat mencukupi
kebutuhan energi rumah tangga, seperti memasak.
Fertilizer – Limbah dari kotoran hewan serta pembusukan
bahan organik lain dapat dimanfaatkan untuk pupuk cair
dan padat.
Sistem pertanian secara terpadu adalah solusi dari
permasalahan ketersediaan lahan yang semakin sempit,
sehingga pertanian intensif dapat dilakukan. Sistem ini juga
dapat menjadi solusi kemandirian dan swasembada pangan
produk-produk hasil pertanian.
Kendala Pertanian Terpadu
Terdapat beberapa kendala dalam menciptakan sistem
bertani yang efektif ini, yaitu membutuhkan keahlian
dalam pengelolaannya. Pengetahuan mengenai manajemen
pertanian dan pengetahuan tentang ilmu pertanian,
peternakan, dan perikanan juga sangatlah diperlukan.
Oleh karena itu, pemerintah (Kementerian Pertanian)
bersama pihak-pihak terkait yang ingin mengembangkan
pertanian dengan sistem terpadu ini harus melakukan
penerapan langsung ke lapangan.
42
Kendala lain yang juga sering menjadi faktor
penghambat adalah sulitnya untuk menerapkan sistem
pertanian ini. Padahal, jika sistem ini diterapkan sepanjang
waktu secara berkelanjutan, maka kendala-kendala yang
telah disebutkan diatas akan teratasi dengan sendirinya.
(Sistem Pertanian Terpadu – Pengertian, Tujuan & Kendala,
n.d.).
5.3 Strategi Perkembangan Sistem Pertanian
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Fakultas
Peternakan UGM, muncul usulan mengenai tips bertani dengan
berlandaskan pada kepentingan ekologis, ekonomis, dan
berkesinambungan atau sistem pertanian terpadu (integrated
farming system) sebagai upaya mengatasi keterbatasan lahan.
Sekitar 60% penduduk Indonesia merupakan masyarakat
yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan
bekerja seagai petani, buruh tani, pekebun, peternak dan
nelayan. Rata-rata petani di Indonesia memiliki lahan yang
sempit, yakni sekitar 0,3 hektar terutama di Pulau Jawa.
Jika sistem pertanian masih mengandalkan sistem lama,
tentunya petani akan berada dalam lingkaran pertanian secara
terus-menerus.
Hadirna sistem pertanian terpadu dimaksudkan untuk
memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sisi lain pertanian dan peternakan. Setiap mata
rantai siklus diupayakan menghasilkan produk baru yang
memiliki nilai ekonomis.
Berikut adalah 4 strategi sistem pertanian terpadu, yaitu:
Meningkatkan variasi sumber pendapatan petani
Menurunkan biaya produksi dengan penggunaan bahan
organik dari ternak maupun limbah sisa pertanian untuk
menyuburkan lahan
43
Mengoptimalkan pemanfaatan secara bijak dengan
mempertimbangkan aspek konservasi lahan dan tanah
Membangun kelembagaan terpadu yang memberikan
penyuluhan akan hal teknis serta peningkatan sumber daya
manusia. (Susanto, 2009)
BAB VI
PENGINTEGRASIAN BEBERAPA
KOMPONEN DALAM SISTEM PERTANIAN
TERPADU YANG BERKELANJUTAN
6.1. Prinsip Keterpaduan Sistem Pertanian Terpadu
Prinsip yang harus diperhatikan terhadap keterpaduan
sistem pertanian terpadu adalah:
1. Agroekosistem yang beranekaragaman tinggi yang
memberi jaminan yang lebih tinggi bagi petani secara
berkelanjutan.
2. Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai
dengan mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan
yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan
dalam interaksi sinergik dan positif dan bukan hanya
kesetabilan yang dapat diperbaiki, namun juga
produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih
rendah.
3. Menentukan kombinasi tanaman, hewan daqn input yang
mengarah pada produktivitas yang tinggi, keamanan
produksi serta konservasi sumber daya yang relatif sesuai
dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.
44
6.2. Ciri-ciri Pertanian terpadu
Ciri-ciri yang bisa dilihat dalam sistem pertanian
terpadu adalah:
1. Pengelolaan pertanian secara luas dan konperehensip.
2. Berorientasi pada produktivitas, efisiensi, keberlanjutan
dan diterima secara sosial dan me3nguntungkan secara
ekonomi.
3. Suatu sistem yang mandiri dengan sistem LEISA (Low
External Input Sustainable Agriculture). Sistem mampu
berjalan dengan baik tanpa ketergantungan asupan dari
luar sistem.
4. Sistem dapat diukur dan dievaluasi pada setiap tahapan.
6.3. Komponen Sistem Pertanian Terpadu
Komponen yang berintegrasi dalam Sistem Pertanian
Terpadu adalah:
a. Manusia
Manusia sebagai mahluk hidup memerlukan
energi sebagai motor kehidupannya. Dengan integrasi
Farming Sistem manusia tidak hanya mendapatkan
keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai
kebutuhan primer dan energi panas serta listrik..
b. Peternakan
Peternakan memainkan peran sebagai sumber
energi dan penggerak ekonomi dalam Integrated
Farming Sistem. Sumber energi berasal dari daging,
susu, telur serta organ tubuh lainnya, bahkan kotoran
hewan. Sangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari
hasil penjualan ternak , telur, susu dan hasil sampingan
ternak (bulu dan kotoran).
c. Tanamam
45
Syarat tanaman yang dapat diusahakan adalah
bernilai ekonomi dan dapat menyediakan pakan untuk
peternakan.
d. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk Integrated Farming
Sistem adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan
perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang
ada dan memiliki nilai ekonomi.
6.4. Manfaat Sistem Pertanian Terpadu.
Manfaat yang dapat dilihat dari Pengembangan Sistem
Pertanian Terpadu adalah:
a) Pertanian yang mampu menjaga keseimbangan
ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi dan energi
berimbang.
b) Keseimbangan energi tersebut yang dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi
terjaga.
c) Input dari luar minimal bahkan tidak diperlukan karena
adanya daur limbah diantara organisme penyusunnya
d) Biodiversitas meningkat apalagi dengan penggunaan
sumber daya lokal.
e) Peningkatan fiksasi nitrogen, resistensi tanaman
terhadap jasad pengganggu lebih tinggi, dan hasil
samping bahan bakar biogas untuk rumah tangga.
Athirah (2009) menyatakan pertanian terpadu secara
deduktif akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
produksi berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan
biaya produksi. Peningkatan hasil produksi karena semakin
banyak hasil produksi yang diperoleh. Hasil-hasil dari
sistem pertanian terpadu adalah hasil harian yaitu susu,
46
telur dan biogas; hasil mingguan yaitu kompos, bio urine,
pakan ternak; hasil bulanan yaitu padi, daging; hasil
tahunan yaitu anak sapi, anak kambing dll.
6.5. Macam-macam Integrasi Tanaman dengan Komponen
dari Sistem Pertanian Terpadu.
Tanaman yang diintegrasikan dengan ternak sapi
mampu memanfaatkan produk ikutan dan produk samping
tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk pakan ternak dan
sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku
pupuk organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan
tanaman. Keuntungan langsung integrasi ternak sapi-
tanaman pangan adalah peningkatan pendapatan petani
ternak dari hasil penjualan sapi dan jagung. Keuntungan
tidak langsung adalah membaiknya kualitas tanah akibat
pemberian pupuk kandang (Bamualin, et.al. 2004).
Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik
pada sistem komplememtasi tanaman-ternak terbukti telah
mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
serta mengurangi biaya produksi. Di sisi lain produk
pertanian organik mempunyai prsfek yang lebih cerah
dibanding dengan produk pertanian yang sarat dengan
bahan anrganik. Oleh karena itu, sebaiknya petani
menerapkan sistem komplementasi tanaman-ternak.
Menurut Tomas (2014) macam-macam integrasi
tanaman dengan ternak sapi antara lain adalah:
a. Integrasi Tanaman Padi dengan Ternak
Usaha pemeliharaan ternak sapi dalam suatu
kawasan persawahan dapat memanfaatkan secara
oftimal sumber daya lokal dan produk samping tanaman
padi. Pola pengembangan ini dikenal dengan integrasi
padi ternak. Program SIPT merupakan salah satu
47
alternatif dalam meningkatkan produksi padi, daging,
susu dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.
Pelaksanaan SIPT dilaksanakan melalui penerapan
teknologi pengolahan hasil samping tanaman padi
seperti jerami padi dan hasil ikutan berupa dedak padi
yang dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi sebagai pakan
sapi. Sedangkan kotoran ternak sapi dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku pupuk organik yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah di
areal pesawahan. Produk samping tanaman padi berupa
jerami mempunyai potensi yang cukup besar dalam
menunjang kesediaaqn pakan ternak.. Produksi jerami
padi dapat tersedia dalam jumlah yang cukup besar rata-
rata 4 ton/ha dan setelah melewati proses fermentas
dapat menyediakan bahan pakan untuk sapi sebanyak 2
ekor/tahun. Untuk dapat dimanfaatkan secara oftimal
agar disukai ternak maka sebelum diberikan pada ternak
dilakukan pencacahan, fermentasi atau amoniasi.
Jerami padi yang telah difermentasi siap digunakan
sebagai bahan dasar untuk pakan sapi namun dapat
ditambahkan dengan pakan lainnya secara bersama-
sama seperti hijauan legum (lamtoro, kaliandra, turi)
yang dibudidayakan di pematang atau pagar kebun.
Pemberian jerami disesuaikan dengan ukuran tubuh
sapi. Sapi dewasa umumnya diberikan sejumlah 20-30
kg jerami per hari dan dipercikkan air garam untuk
menambah napsu makan. Penambahan bahan pakan
lain seperti dedak padi atau hijauan legum dapat
disesuaikan dengan ketersedian pakan di kebun.
Kotoran sapi berupa feses, urine dan sisa pakan dapat
diolah menjadi pupuk organik padat dan cair untuk
dimanfaatkan di areal pesawahan, sedangkan sisanya
48
dapat dijual untuk menambah pendapatan petani.
Seekor sapi dapat dapat menghasilkan kotoran sebanyak
8-10 kg setiap hari, urine 7-8 liter setiap hari dan bila
diproses menjadi pupuk organik (padat dan cair) dapat
menghasilkan 4-5 kg pupuk. Dengan demikian untuk
satu ekor sapi dapat menghasilkan sekitar 7,3-11 ton
pupuk organik per tahun, sementara penggunaan pupuk
organik pada lahan persawahan adalah 2 ton/ha untuk
setiap kali tanam sehingga potensi pupuk organik yang
ada dapat menunjang kebutuhan pupuk organik untuk
1,8-2,7 hektar dengan dua kali tanam dalam setahun
(Hayanto B, et al., 2002).
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk
organik disamping mampu menghemat penggunaan
pupuk anorganik juga sekaligs mampu memperbaiki
struktur dan ketersediaan unsur hara tanah. Dampak ini
terlihat dengan meningkatnya produktivitas lahan. Hasil
kajian Adnyana et.al (2003) menunjukkan bahwa model
CLS (Crops Livestock System) yang di kembangkan
petani di Jawa Timur dan Jawa Tengah mampu
mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar 25-
35% dan menngkatkan produktivitas padi sebesar 20-
29%.
Hasil penelitian di atas diperkuat leh model CLS
yang diterapkan petani di Bali, terbukti juga mampu
menghemat pengeluaran biaya pupuk sekitar 25,2 % dan
meningkatkan pendapatan petani sebesar 41,40 %
(Sudaratmaja et.al., 2004).
Propinsi (Jawa Tengah, Bali dan NTB)
menunjukkan bahwa usaha tani padi yang dikelola tanpa
dipadukan dengan ternak mampu berproduksi sekitar
4,4-5,7 ton ha-1, sementara usaha tani padi yang
49
pengelolaannya dipadukan dengan ternak mampu
berproduksi sekitar 4,7-6,2 ton-1. Artinya usaha tani
padi yang pengelolaannya dipadukan dengan ternak atau
dengan menggunakan pupuk kandang mampu
berproduksi sekitar 6,9-8,8 % lebih tinggi dibanding
usahatani padi yang dikelola secara parsial tanpa
menggunakan pupuk kandang (Kariyasa, 2005).
b. Integrasi Tanaman Jagung dengan Ternak.
Tanaman jagung setelah produk utamanya
dipanen, hasil ikutannya berupa daun, batang dan
tongkol sebelum atau sesudah melalui proses
pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan
pakan ternak alternatif. Jumlah produk ikutan jagung
dapat dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-3,4 ton
bahan kering per hektar yang mampu menyediakan
bahan baku sumber serat/pengganti hijauan untuk satu
satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan
konsumsi pakan kering 3% bobot hidup) dalam setahun.
Produk ikutan tanaman jagung sebelum digunakan
sebagai bahan baku pakan dapat diolah menjadi silase
baik dengan atau tanpa proses fermentasi dan amoniasi.
Pemberian dalam bentuk segar atau sudah diolah
disarankan sebaiknya dipotong-potong atau dicacah
terlebih daulu agar lebih memudahkan ternak untuk
mengkonsumsi. Agar ternak lebih menyukai dapat
ditambahkan molases atau air garam. Kotoran ternak
yang telah diproses daqpat digunakan sebagai sumber
energi(biogas) dan pupuk organik yang dapat digunakan
untuk memperbaiki bstruktur tanah pada lahan tanaman
jagung (Bagas, A, dkk, 2004).
50
c. Integrasi Tanaman Sayuran dengan Ternak
Keterpaduan usaha ternak sapi dengan tanaman
sayur-sayuran merupakan salah satu upaya pemanfaatan
produk samping/ikutan yang dipelihara di kawasan
sayur-sayuran atau peimanfaatan sisa-sisa sayuran yang
sudah afkir dan tidak layak dipasarkan yang dapat
digunakan sebagai pakan ternak sapi. Namun
pemanfaatan limbah sayuran potensinya sangat
sedikit. Oleh karena itu pola keterpaduan antara
ternak sapi dengan areal tanaman sayur-sayuran dapat
dilakukan secara terpisah antara ternak dan areal
tanaman sayuran atau merupakan satu kesatuan. Agar
tidak menggangu tanaman sayuran maka ternak sapi
harus dikandangkan. Untuk memanfaatkan sisas-sisa
rumput dari pembersihan tanaman, sisa sayuran dan
kotoran ternak sapi dibuat kompos dan pupuk organik.
Hasil pembuatan pupuk kompos maupun pupuk
kandang diperlukan untuk tanaman sayuran dalam
rangka peningkatan produksi maupun mengurangi
ketergantungan pupuk buatan. Manfaat yang diperoleh
bagi ternak sapi lebih ditujukan pada pemanfaatan
hijauan yang ditanam pada areal tanaman sayuran
sebagai tanaman penguat teras dan sebagai tanaman
pelindung. Dalam rangka penyediaan pakan hijauan
ternak dilakukan dengan pola tiga strata yaitu tanaman
sayuran, rerumputan dan tanaman legum (Bagas, A, dkk,
2004).
d. Integrasi Tanaman Buah dengan Ternak
Pengembangan ternak sapi pada areal tanaman
buah-buahan yaitu pemanfaatan lahan yang ada di antara
tanaman buah-buahan sebagai areal penanaman rumput
51
untuk pakan ternak. Sementara ternaknya dikandangkan
di areal tanaman buah-buahan dan rumput yang
dihasilkan di areal tanaman buah-buahan dipotong dan
di bawa ke kandang sebagai pakan ternak. Selain itu di
areal tanaman buah-buahan yang cukup luas dapat
dikembangkan sebagai ladang pengembalaan ternak
(ternak di ikat pada kawasan tertentu). Namun harus di
awasi agar ternak tidak merusak tanaman buah-buahan
yang ada. Keuntungan dari keterpaduan ini adalah
tanaman buah-buahan dapat terawat, dihasilkan beragam
produk, tersedia pakan ternak dan pupuk organiki untuk
kesuburan serta konservasi sumber daya alam.
Tanaman buah-buahan yang dapat di integrasikan
dengan ternak sapi di antaranya nanas dan pisang
(Bagas, A, dkk, 2004).
Menurut Moningka dkk. (1993) sistem
tumpangsari tumbuhan dan ternak pada umumnya
banyak dipraktekkan dengan tanaman perkebunan.
Tujuan sistem ini adalah untuk memanfaatkan lahan
secara optimal. Di dalam sistem tumpangsari ini
tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan
tanaman rumput dan ternak yang merumput di atasnya
merupakan komponen kedua. Selanjutnya dinyatakan
bahwan keuntungan-keuntungan dari sistem ini adalah :
(1). Tersedianya tanaman peneduh bagi ternak sehingga
dapat mengurangi stres karena panas.
(2). Meningkatnya kesuburan tanah melalui proses
kembalinya air seni dan feses ke dalam tanah,
(3). Meningkatkan kualitas pakan ternak, membatasi
pertumbuhan gulma.
(4). Mengurangi penggunaan herbisida.
(5). Meningkatkan hasil tanaan perkebunan dan
52
(6). Meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil
ternaknya.
6.6. Kendala Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu
(SPT)
Bagas, A, dkk, (2004) beberapa kendala yang
mungkin akan terjadi dalam pengembangan Sistem
Pertanian Terpadu adalah:
1. Belum dipahami SPT secara benar oleh berbagai pihak
(petani dan pasilitator).
2. Tingkat hasil dan produktivitas SPT belum meyakinkan
petani pada umumnya.
3. Model SPT yang dikembangkan belum sesuai dengan
ekosistemnya.
4. Keberadaan Integrator dalam SPT belum diperhatikan.
5. Belum ada Kajian secara komprehensip dan integralistik
berkaitan dengan SPT.
6. Kebijakan pembangunan pertanian belum mendukung
secara jelas pengembanganSPT.
Menurut Yusuf (2001) beberapa kendala atau
permasalahan dalam pengembangan pertanian terpadu
berkelanjutan adalah:
a) Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia
Tingkat pendidikan petani masih sangat rendah
hal ini dapat dilihat dari persentase masyarakat yang
mengecam pendidikan, dimana petani yang mengelola
tanaman pangan sebanyak 81,72 % petani, dimana SDM
nya 88,14 % tidak lulus SMA, 14 % petani tidak pernah
sekolah dan 73 % hanya lulusa SD atau bahkan tidak
tamat SD. Tingkat pendidikan masyarakat petani yang
rendah akan berpengaruh terhadap pola pikirnya.
53
b) Lahan Pertanian yang Dimiliki Relatif Rendah
Hasil Penelitian Patanas tahun 2000 menyatakan
di pulau Jawa, sekitar 88 % rumah tangga petani
menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 Ha dan 76 %
menguasai lahan kurang dari 0,25 Ha.
c) Kebiasaan petani Dalam Menggunakan Pestisida dan
Pupuk Kimia
Kebiasaan petani dalam mengelola usaha taninya
sering sangat tergantung kepada pupuk dan pestisida
kimia. Keadaan seperti ini sangat sulit dirubah dan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
d) Belum Ada Jaminan Pasar atau Harga Khusus Untuk
Produk Organik
Produk organik masih terasa sangat berat untuk di
konsumsi oleh konsumen. Konsumen tidak mengetahui
berapa harga produk tersebut. Disamping juga adanya
suatu pemikiran konsumen apakah berbahaya bila
mengkonsumsi produk organik tersebut. (Arimbawa,
2015)
54
BAB VII
MODEL PENGEMBANGAN SISTEM
PERTANIAN TERPADU
7.1 Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah
Gambar 7.1 Model Pengembangan SPT pada Lahan
Sawah
Kolam
Padi
Jagung Pupuk
Organik
Limbah Ternak
55
7.2. Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring
Gambar 7.2 Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring
7.3. Model Pengembangan SPT pada Lahan Rawan Erosi
Rumput
Ternak
Ruminansia
Tutupan Lahan
Tanaman Buah -
Rumput Tanaman Tahunan
Biogas Ternak Sapi
Hutan
Pemanfaatan Seresah
Pupuk Organik
Pengepakan Kotoran Ternak
Pemasaran
56
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Desa Kedungwangi merupakan salah satu dari 22
desa di wilayah Kecamatan Sambeng, yang terletak 1
kilometer ke arah Selatan dari Kecamatan Sambeng. Desa
Kedungwangi mempunyai luas wilayah seluas 57.369 km².
Adapun batas-batas wilayah desa Kedungwangi:
BATAS DESA
Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Ardirejo
Kecamatan Sambeng
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Garung
Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Candisari
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Tenggiring
Iklim Desa Kedungwangi, sebagaimana desa-desa
lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan
penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung
terhadap pola tanam yang ada di Desa Kedungwangi
Kecamatan Sambeng.
Desa Kedungwangi adalah desa yang berada di
kecamatan sambeng kabupaten lamongan. Desa Kedung-
wangi terdiri dari 4 dusun yaitu:
1. Dusun Keduk
2. Dusun Lawan
57
3. Dusun Kedungpucang
4. Dusun Resik
Mayoritas mata pencarian penduduk Desa
Kedungwangi bergerak dibidang pertanian, perkebunan,
peternakan dan perdagangan Potensi desa kedungwangi
mencakup sumber daya alam, potensi sumber daya
manusia, dan potensi kelembagaan, serta potensi sarana dan
prasarana.
Sistem Pertanian Terpadu adalah sistem gabungan
antara kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan
dan ilmu lain yang berkaitan dengan pertanian dalam satu
lahan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk mencukupi
kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang para
petani, yaitu berupa pangan, sandang dan papan. Target
tersebut dapat terpenuhi dengan cara meningkatkan
produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi
lingkungan, serta mengembangkan desa secara terpadu.
8.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa Peserta KKN
a. Mempergunakan waktu observasi seminggu untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul di
masyarakat.
b. Meningkatkan kekerabatan dan sosialisasi kepada
masyarakat desa.
c. Meningkatkan hubungan dengan perangkat desa.
d. Lebih meningkatkan disiplin diri dalam kegiatan
KKN.
e. Menjalin kerjasama yang baik antar mahasiswa
KKN.
2. Bagi Masyarakat
58
Masyarakat hendaknya mengerti bahwa kegiatan
KKN bukan hanya untuk kepentingan mahasiswa saja
tetapi kepentingan masyarakat desa setempat,
mahasiswa hanya sebagai motivator yang membantu
memecahkan masalah sehingga diharapkan partisipasi
masyarakat dalam setiap program kerja KKN dapat
lebih tinggi.
3. Bagi UNISLA
a. Pembekalan KKN sebaiknya dilaksanakan dan
dipersiapkan dengan matang.
b. Program dari Universitas sebaiknya disesuaikan
dengan keadaan di Desa tempat KKN.
c. Hendaknya Satgas melihat satupersatu posko KKN,
tidak hanya secara sample sehingga kondisi tiap desa
dapat dipantau lebih jauh.
d. Lebih baik pemilihan desa untuk KKN
dipertimbangkan apakah desa tersebut layak untuk
dijadikan tempat untuk membawa perubahan atau
tidak
e. Kurangnya pendampingan dari dpl saat kerja
dilapangan
59
DAFTAR PUSTAKA
Arifsona, M. (2019, april 11). EKONOMI DESA: UNTUK
PENINGKATAN KUALITAS EKONOMI NEGERI.
Retrieved from yayasanhadjikalla.co.id:
https://www.yayasanhadjikalla.co.id/umum/ekonomi-
desa-untuk-peningkatan-kualitas-ekonomi-negeri/
Arimbawa, I. W. (2015). Beberapa Model Pengembangan
Sistem Pertanian Terpadu yang Berkelanjutan.
Retrieved from unud.ac.id:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/3
cc0d5639fa32b4f803e5b1043dae1e0.pdf
Finance. (2020, januari 9). Sistem Ekonomi: Pengertian, Fungsi
dan Jenisnya. Retrieved from harmony.co.id:
https://www.harmony.co.id/blog/sistem-ekonomi-
pengertian-fungsi-dan-jenisnya
frida. (2015, desember 13). Tanaman Tembakau dan
Pengolahannya. Retrieved from blogspot.com:
http://materi-kuliah-13.blogspot.com/2015/12/tanaman-
tembakau-dan-pengolahannya.html
Sistem Pertanian Terpadu – Pengertian, Tujuan & Kendala.
(n.d.). Retrieved from rimbakita.com:
https://rimbakita.com/sistem-pertanian-terpadu/
Susanto, I. (2009). Strategi pengembangan sektor pertanian di
kabupaten Pacitan dengan menggunakan pendekatan
60
analisis tipologi klassen. Retrieved from uns.ac.id:
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/10401/Strategi-
pengembangan-sektor-pertanian-di-kabupaten-Pacitan-
dengan-menggunakan-pendekatan-analisis-tipologi-
klassen
https://www.academia.edu/34571601/Sistem_Pertanian_Terpad
u_Model_Pertanian_Terpadu_dalam_Satu_Siklus_Biolo
gi_Integrated_Bio_Cycle_Farming, diakses pada 27 juli
2020 pukul 16.35.
Adnyana. 2003. Pengkajian dan Sintesis Kebijakan
Pengembangan Peningkatan Produktivitas Padi dan
Ternak (P3T). Laporan Teknis Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Litbang Pertanian
Bogor. www.balitbang.go.id. Akses 27 Juli 2020.
Athira. 2015. Sistem Pertanian
Terpadu.https//athira09.wordpress.com/2011/10/15.
Diakses tanggal 15 Oktober 2015.
Bagas,A; Tarmisi; Uthruva,T. 2015. Sistem Pertanian Terpadu.
www academia.edu /8621874/Sistem pertanian terpadu.
Hamdani. 2008. Sistem Pertanian Terpadu untuk
Meningkatkan Produktivitas Lahan dan Kesejahtraan
Petani. Makalah Workshop Teknologi untuk
Masyarakat
Thomas S. 2014. Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan
INTEGRATED PLANT.
Http://www.ilmuternak.com/2014/03/sistem pertanian –
terpadu-berkelanjutan.
61
Waton, S. 2016. Penerapan Sistem Pertanian
Terpadu.www.watonsinau.work /2016/02/penerapan
sitem-pertanian –terpdu-html.
62
SAMBUTAN KEPALA DESA KEDUNGWANGI
BAPAK MUSYAFA’
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakaatuh….
Yang saya hormati para Alim Ulama dan tokoh masyarakat
desa
Yang saya hormati Bapak Muhammad Chusnul Chitam selaku
Dosen Pendamping Lapangan Mahasiswa KKN dari kampus
tidak lupa yang saya hormati jajaran aparat desa.
Yang saya muliakan para mahasiswa KKN-DR 2020
Pertama-tama marilah kita semua mengucap syukur kepada
Allah SWT karena berkat dan anugerah-Nya kita dapat
berkumpul disini dalam rangka acara penerimaan Mahasiswa
KKN-DR tahun 2020 di Desa Kedungwangi Kec. Sambeng
Kab. Lamongan yang tercinta ini dan karena nikmat-Nya lah
kita semua bisa melakukan aktifitas ini. Sholawat dan salam tak
lupa kita sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
yang mana belia telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Saya selaku Kepala Desa sangat berterima kasih dengan
kedatangan para mahasiswa KKN-DR dari Universitas Islam
Lamongan di desa kami ini karena saya telah mendapatkan
kenalan baru mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
desa baik administrasi maupun pelaporan lainnya silahkan
datang ke kantor kami karena kami siap membantu dan bisa di
koordinasikan dengan aparat desa lainnya karena mahasiswa
adalah tanggung jawab desa meskipun hanya 21 hari kami harap
semua informasi yang ada dari segala pelayanan mohon di
maklumi.
63
Sekian sambutan dari saya selaku Kepala Desa Kedungwangi
Kec. Sambeng terima kasih atas perhatiannya akhir kata saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warrohmatullahi Wabaraakatuh….
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kantor Balai Desa Kedungwangi
Masjid Dsn. Resik Ds. Kedungwangi
65
Mi Muhammadiyah Resik Kedungwangi
MTs Muhammadiyah
RA Perwanida II
64
MA Ma’arif Nu Darul Ihsan
Foto Bersama Bapak Kades Kedungwangi
Kegiatan wawancara
65
Kegiatan Bagi-bagi Masker
Kegiatan Penempelan Poster di Kantor Balai Desa
66
Pemasangan Banner KKN-DR UNISLA
67