37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel – Variabel dalam Penelitian
Dibawah ini merupakan statistik deskriptif persamaan dalam penelitian :
Tabel IV-1 Statistik Deskriptif Variabel-Varibel dalam Penelitian
Mean Maksimum Minimum Standar
Deviasi
Tingkat Pengangguran 8.978 9.384 8.364 0.231
Inflasi 9.122 57.883 -0.595 10.252
Tingkat Kesenjangan Output 0.099 14.297 -7.921 3.324
Pertumbuhan Investasi 5.017 30.656 -53.706 12.960
Pertumbuhan Jumlah Uang
Beredar 14.348 59.252 4.613 9.384
PDB tanpa sektor minyak 4.592 25.768 -19.358 5.511
Pertumbuhan sub sektor
industri pengolahan 4.772 28.812 -18.596 6.859
Pertumbuhan jumlah uang
beredar riil 5.225 19.320 -18.490 6.641
Pertumbuhan Ekonomi 4.591 25.764 -19.357 5.511
Variabel tingkat pengangguran dalam penelitian ini memiliki nilai rata –
rata sebesar 8.978 dan nilai maksimum sebesar 9.384, sementara nilai minimum
dan standar deviasi nya 8.364 dan 0.231. Variabel inflasi memiliki nilai rata – rata
sebesar 9.122 dan nilai standar deviasi sebesar 10.252 sementara nilai maksimum
dan minimum sebesar 57.883 dan -0.595. Variabel tingkat kesenjangan output
memiliki nilai rata – rata sebesar 0.099 dan nilai standar deviasi sebesar 3.324
38
sementara nilai maksimum dan minimum sebesar 14.297 dan -7.921. Variabel
pertumbuhan investasi memiliki nilai rata – rata sebesar 5.017 dan standar deviasi
sebesar 12.960 sementara nilai maksimum dan minimumnya sebesar 30.656 dan -
53.706. Variabel pertumbuhan jumlah uang beredar memiliki nilai rata – rata
sebesar 14.348 dan standar deviasi sebesar 9.384 sementara nilai maksimum dan
minimum sebesar 0.59.252 dan 4.613. Variabel PDB tanpa sektor minyak memiliki
nilai rata – rata sebesar 4.592 dan standar deviasi sebesar 5.511 sementara nilai
maksimum dan minimumnya sebesar 25.767 dan -19.357. Variabel pertumbuhan
sub sektor industri pengolahan memiliki nilai rata – rata sebesar 4.772 dan standar
deviasi sebesar 6.859 sementara nilai maksimum dan minimumnya sebesar 28.812
dan -18.596. Variabel pertumbuhan jumlah uang beredar riil memiliki nilai rata –
rata sebesar 5.225 dan standar deviasi sebesar 6.641 sementara nilai maksimum dan
minimumnya sebesar 19.320 dan -18.490. Variabel pertumbuhan ekonomi
memiliki nilai rata – rata sebesar 4.591 dan standar deviasi sebesar 5.511 sementara
nilai maksimum dan minimumnya sebesar 25.764 dan -19.357.
4.2 Uji Masalah Endogenitas
Uji Endogenitas dilakukan untuk menguji bilamana satu atau lebih variabel
penjelas di satu atau lebih persamaan dijelaskan oleh variabel lain dalam persamaan
yang sama atau dalam persamaan lainnya. Di dalam persamaan (1) variabel-
variabel yang diduga bersifat endogen adalah variabel investasi dan inflasi
sementara di dalam persamaan (3) variabel yang diduga bersifat endogen adalah
variabel investasi dan untuk persamaan (4) variabel yang diduga bersifat endogen
39
adalah variabel pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dilakukan estimasi reduced
form variabel tingkat pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan investasi
terhadap seluruh variabel eksogen dalam penelitian. Di bawah ini merupakan
persamaan reduced form dalam penelitian :
Reduced Form :
ln(𝑈𝑡) = Π0 + Π1 [ln(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡𝑃)] + Π2 ln(𝑈𝑡−1) + Π3𝑅𝐾𝑃06 + Π4∆ ln(𝑀2𝑡) +
Π5 ∆ln(𝑌𝑡 − 𝑂𝑉𝑡)+ Π6 ∆ ln(𝑀𝑡) + Π7 ∆ln(𝑀2𝑡/ 𝑃𝑡) + Π8∆ ln(𝑃𝑡−1) + Π9∆ ln(𝑌𝑡−1) +
𝑢1𝑡 (1)
∆ ln(𝑃𝑡) = Π0 +Π1 [ln(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡𝑃)] + Π2 ln(𝑈𝑡−1) + Π3𝑅𝐾𝑃06 + Π4∆ ln(𝑀2𝑡) +
Π5 ∆ln(𝑌𝑡 − 𝑂𝑉𝑡) + Π6∆ ln(𝑀𝑡) + Π7 ∆ln(𝑀2𝑡/ 𝑃𝑡) + Π8∆ ln(𝑃𝑡−1) + Π9∆ ln(𝑌𝑡−1) +
𝑢2𝑡 (2)
∆ ln(𝐼𝑡) = Π0 +Π1 [ln(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡𝑃)] + Π2 ln(𝑈𝑡−1) + Π3𝑅𝐾𝑃06 + Π4∆ ln(𝑀2𝑡) +
Π5 ∆ln(𝑌𝑡 − 𝑂𝑉𝑡) + Π6∆ ln(𝑀𝑡) + Π7 ∆ln(𝑀2𝑡/ 𝑃𝑡) + Π8∆ ln(𝑃𝑡−1) + Π9∆ ln(𝑌𝑡−1) +
𝑢3𝑡 (3)
∆ ln(𝑌𝑡) = Π0 +Π1 [ln(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡𝑃)] + Π2 ln(𝑈𝑡−1) + Π3𝑅𝐾𝑃06 + Π4∆ ln(𝑀2𝑡) +
Π5 ∆ln(𝑌𝑡 − 𝑂𝑉𝑡) + Π6∆ ln(𝑀𝑡) + Π7 ∆ln(𝑀2𝑡/ 𝑃𝑡) + Π8∆ ln(𝑃𝑡−1) + Π9∆ ln(𝑌𝑡−1) +
𝑢4𝑡 (4)
Setelah melakukan estimasi reduced form, maka akan didapatkan hasil
estimasi untuk fitted dan residual dari tiap variabel dependen. Setelah itu model
persamaan 1 sampai 4 di-regress kembali dengan mengganti variabel dependen
menjadi nilai fitted tiap variabel dan menambahkan residual di persamaan yang
diduga memiliki masalah simultanitas. Hasil dari estimasi tersebut digunakan untuk
membuktikan adanya masalah endogenitas atau tidak di dalam model. Masalah
40
endogenitas dalam penelitian ini akan diuji melalui uji masalah simultan dan uji
eksogenitas.
Uji Masalah Simultan :
l n(𝑈𝑡) = 𝛽10 + 𝛽11∆l n(𝑃𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) + 𝛽12 [l n(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡𝑃) +
𝛽13∆l n(𝐼𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) + 𝛽14l n(𝑈𝑡−1) + 𝛽15 𝑅𝐾𝑃06 + �̂�2𝑡 + �̂�3𝑡 (5)
Uji Masalah Eksogenitas :
l n(𝑈𝑡) = 𝛽10 + 𝛽11∆l n(𝑃𝑡) + 𝛽12 [l n(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡𝑃) + 𝛽13∆l n(𝐼𝑡) + 𝛽14l n(𝑈𝑡−1) +
𝛽15 𝑅𝐾𝑃06 + 𝛽16∆l n(𝑃𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) + 𝛽17∆l n(𝐼𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) (6)
41
Uji Simultanitas dan Eksogenitas dalam Persamaan Pengangguran
(Persamaan 1)
Tingkat Pengangguran Uji Masalah
Simultan
Uji Masalah
Eksogenitas
c 1.348 0.846**
(0.433) (0.336)
Inflasi - 0.000
(0.002)
Tingkat Kesenjangan Output -0.003 -0.002
(0.002) (0.002)
Pertumbuhan Investasi - -0.000
(0.000)
Pengangguran periode sebelumnya 0.854*** 0.908***
(0.048) (0.039)
Kebijakan RKP 2006 -0.104*** -0.113***
(0.014) (0.014)
Fitted Inflasi 0.003*** 0.004
(0.001) (0.001)
Fitted Investasi 0.000 0.003
(0.001) (0.002)
�̂�2𝑡 Inflasi 1.36*
- (7.70)
�̂�3𝑡 Investasi -0.00**
- (0.001)
F stat uji Wald:
0.007
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi
1%,5%,10%; ( ) standard error
Dalam menguji masalah endogenitas di persamaan pertama, penelitian ini
menggunakan uji masalah simultan dan eksogenitas, dari hasil estimasi 2 (dua)
persamaan di atas untuk menguji masalah simultanitas dan eksogenitas dapat
diketahui bahwa inflasi dan investasi memiliki masalah simultan di dalam
persamaan tingkat pengangguran (Persamaan 1). Hal ini dapat dilihat dari residual
inflasi (�̂�2𝑡) dan pertumbuhan investasi (�̂�3𝑡) yang signifikan dalam kolom masalah
simultan karena jika nilai probabilitas koefisien residual variabel endogen lebih
42
kecil dibandingkan tingkat signifikansi 1% maka terdapat masalah simultan namun
jika probabilitas lebih besar dibandingkan tingkat signifikansinya maka tidak
terdapat masalah simultan. Sementara dengan menggunakan uji masalah
eksogenitas (uji wald) diketahui bahwa nilai probabilitas F-statistik uji wald pada
persamaan tingkat pengangguran sebesar 0.007% yang berarti signifikan sehingga
Ho ditolak yang artinya tidak terdapat masalah eksogenitas dalam model.
Uji Masalah Simultan :
∆ln(𝑌𝑡) = 𝛽30 + 𝛽31∆(𝑀) + 𝛽32 ∆ln(𝐼𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) + 𝛽33 ∆ln(𝑀2𝑡/
𝑃𝑡) + 𝛽34∆ ln(𝑃𝑡−1) + �̂�3𝑡 (7)
Uji Masalah Eksogenitas :
∆ln(𝑌𝑡) = 𝛽30 + 𝛽31∆(𝑀) + 𝛽32 ∆ln(𝐼𝑡) + 𝛽33 ∆ln(𝑀2𝑡/ 𝑃𝑡) + 𝛽34∆ ln(𝑃𝑡−1)
+ 𝛽32 ∆ln(𝐼𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) (8)
43
Uji Simultanitas dan Eksogenitas dalam Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
(Persamaan 3)
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi 1%,
5%,10%; ( ) standard error
Berdasarkan hasil estimasi uji simultanitas di atas, diketahui bahwa
pertumbuhan investasi tidak memiliki masalah simultan di dalam persamaan
pertumbuhan ekonomi (Persamaan 3). Hal ini dapat i dilihati dari residual
pertumbuhan investasi (�̂�3𝑡) yang tidaki signifikan dalam kolom masalah simultan
sementara dengan menggunakan uji masalah eksogenitas (uji wald) diketahui
bahwa nilai probabilitas F-statistik Uji wald pada persamaan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.000% yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikan 1% sehingga Ho
ditolak yang artinya tidak terdapat masalah eksogenitas dalam model.
Pertumbuhan Ekonomi Uji Masalah
Simultan
Uji Masalah
Eksogenitas
c 1.686*** 1.650***
(0.573) (0.570)
Pertumbuhan Sub Sektor Industri
Pengolahan
0.150** 0.146**
(0.061) (0.061)
Pertumbuhan Investasi - 0.056
(0.053)
Pertumbuhan jumlah uang
beredar riil
0.144*** 0.118**
(0.053) (0.058)
Inflasi periode sebelumnya -0.008 0.004
(0.033) (0.034)
Fitted investasi 0.320*** 0.274***
(0.038) (0.058)
�̂�3𝑡 Investasi 0.005
(0.06)
Wald Statistik: 0.000
44
Uji Masalah Simultan :
∆ ln(𝐼𝑡) = 𝛽40 + 𝛽41 ∑ + ∆ ln(𝑌𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) + ∆ ln(𝑌𝑡−1) + �̂�4𝑡 1𝑖=0 (9)
Uji Masalah Eksogenitas :
∆ ln(𝐼𝑡) = 𝛽40 + 𝛽41 ∑ + ∆ ln(𝑌𝑡) + ∆ ln(𝑌𝑡−1) + ∆ ln(𝑌𝑡(𝑓𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑)) 1𝑖=0 (10)
Uji Simultanitas dan Eksogenitas dalam Persamaan Investasi
(Persamaan 4)
Investasi Uji Masalah
Simultan Uji Masalah Eksogenitas
c -8.410*** -8.599***
(1.884) (1.532)
Pertumbuhan Ekonomi - 1.831***
(0.286)
Pertumbuhan Ekonomi periode sebelumnya
0.954*** 0.848***
(0.196) (0.160)
Fitted Pertumbuhan Ekonomi 2.172*** 0.382
(0.233) (0.339)
�̂�4𝑡 Pertumbuhan Ekonomi 2681.07
(4752.9)
Wald Statistik: 0.263
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi 1%,
5%,10%; ( ) standard error
Dalam persamaan ke-4 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
memiliki masalah simultan terhadap investasi, hal ini dapat dilihat dari residual
pertumbuhan ekonomi (�̂�4𝑡) yang tidaki signifikan dalam kolom masalah simultan
sementara dengan menggunakan uji masalah eksogenitas (uji wald) diketahui
bahwa nilai probabilitas F-statistik uji wald pada persamaan pertumbuhan ekonomi
memiliki nilai probabilitas 0.263% yang berarti lebih besar dari tingkat signifikan
45
10% sehingga Ho tidak dapat ditolak yang artinya terdapat masalah eksogenitas
dalam model.
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Valadkhani, 2003)
terdapat hubungan endogenitas untuk variabel pertumbuhan ekonomi dan variabel
pertumbuhan ekonomi tidak mungkin memiliki hubungan eksogenitas karena
banyak faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pernyataan ini juga
di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Li and Liu, 2005) yang menyatakan
bahwa terdapat masalah endogenitas pada variabel pertumbuhan ekonomi.
4.3 Rank and Order
Sebelum menganalisis persamaan menggunakan metode simultan, maka
perlu di lakukan identifikasi terhadap persamaan. Dengan menggunakan metode
rank and order dengan cara menghitung seluruh variabel predeterminant dengan
cara menghitung selisih antar variabel eksogen dalam model dengan eksogen dalam
persamaan. Jika hasil dari perhitungan tersebut lebih besar di bandingkan jumlah
variabel endogen dikurangi 1 dalam suatu persamaan maka persamaan tersebut
diidentifikasi overidentified. Tabel di bawah ini merupakan daftar variabel endogen
dan eksogen dalam masing – masing persamaan
46
Tabel IV-2 Variabel Endogen dan Eksogen di Persamaan
Tabel IV-3 Identifikasi Kondisi Order
Eq. No. JumlahnVariabel
Predeterminan yang
Dikeluarkan (K- k)
Jumlahi Variabel Endogeni yang
Masuk Persamaan Dikurangi
Satu (m – 1)
Identified ?
1 6 1 Overidentified
2 7 -1 Overidentified
3 6 0 Overidentified
4 8 -1 Overidentified
Dari tabel order di atas dapat diketahui bahwa :
Persamaan 1: K-k = 6, m-1 = 1, 6 > 1 = Overidentified
Persamaan 2 : K-k = 7, m-1 = -1, 7 > 1 = Overidentified
Persamaan 3 : K-k = 6, m-1 = 0, 6 > 1 = Overidentified
Persamaan 4 : K-k = 8, m-1 = -1, 8 > 1 = Overidentified
Berdasarkan identifikasi kondisi order di atas dapat dilihat bahwa seluruh
persamaan teridentifikasi overidentified yang berarti seluruh persamaan harus di
indentifikasi menggunakan metode simultan.
Koefisien Variabel
Eq.No 1 ln(𝑈𝑡) ∆ ln(𝑃𝑡) ln(𝑌𝑡) ∆ ln(𝐼𝑡) ln(𝑌𝑡) − ln(𝑌𝑡
𝑃) ln(𝑈𝑡−1) 𝑅𝐾𝑃06
1 ln(𝑈𝑡) - β10 1 - β11 0 - β14 - β12 - β15 - β16
2 ∆ ln(𝑃𝑡)
- β20 0 1 0 0 0 0 0
3 ∆ ln(𝑌𝑡)
- β30 0 0 1 - β32 0 0 0
4 ∆ ln(𝐼𝑡)
- β40 0 0 0 1 0 0 0
Koefisien Variabel
Eq.No ∆ ln(𝑀2𝑡) ∆ln(𝑌𝑡 − 𝑂𝑉𝑡) ln(𝑂𝑉𝑡) ∆ln(𝑀2𝑡/ 𝑃𝑡) ln(𝑃𝑡−1) ∆ ln(𝑌𝑡−𝑖)
1 ln(𝑈𝑡) 0 0 0 0 0 0
2 ∆ ln(𝑃𝑡) - β21 - β22 0 0 0 0
3 ∆ ln(𝑌𝑡) 0 0 - β31 - β33 - β34 0
4 ∆ ln(𝐼𝑡) 0 0 0 0 0 - β41
47
4.4 Hasil Estimasi Model Penelitian dengan Menggunakan Metode Two Stage
Least Square
Setelah menentukan bawah penelitian ini memiliki masalah simultan, maka
metode Two Stage Least Square merupakan metode tarbaik untuk melakukan
estimasi. Berikut merupakan hasil estimasi dari metode Two Stage Least Square.
Hail Estimasi Persamaan (1) :
Persamaan 1
Inflasi 0.001*
(0.000)
Tingkat Kesenjangan Output -0.000
(0.001)
Pertumbuhan Investasi 0.001**
(0.000)
Tingkat Pengangguran periode
sebelumnya
0.944***
(0.013)
Kebijakan RKP 2006 -0.039***
(0.005)
Constanta 0.500***
(0.121)
Observasi 83
𝑅2 0.99
F-statistik 1590.747***
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi 1%,
5%,10%; ( ) standard error
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa inflasi, pertumbuhan investasi,
tingkat pengangguran periode sebelumnya dan Kebijakan RKP 2006 berpengaruh
signifikan terhadap pengangguran sementara tingkat kesenjangan output tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran. Dari hasil estimasi
48
yang dilakukan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dan otokorelasi dalam
persamaan. Dari hasil estimasi di atas juga dapat menunjukan bahwa variabel
inflasi, kesenjangan output, investasi, pengangguran periode sebelumnya dan
Kebijakan RKP 2006 memiliki kemampuan menjelaskan perilaku pengangguran
sebesar sebesar 99% sedangkan sisanya sebesar 1% dipengaruhi oleh variabel lain
di luar di luar persamaan. Dengan menggunakan uji F juga diperoleh hasil bahwa
variabel independen memengaruhi variabel dependen dalam persamaan.
Persamaan (2) :
Persamaan 2 Persamaan 2’ Persamaan 2”
Jumlah Uang
Beredar
0.500***
(0.071)
0.311***
(0.048)
0.500***
(0.116)
PDB tanpa
sektor minyak
-0.981***
(0.121)
-0.442***
(0.112)
-0.981***
(0.218)
Constanta 6.456***
(1.527)
1.052
(1.248)
6.456***
(2.327)
Inflasit-1 0.611***
(0.048)
-
Observasi 84 83 84
𝑅2 0.778 0.925 0.778
F-statistik 142.313*** 334.852*** 142.325***
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi 1%,
5%,10%; ( ) standard error
Berdasarkan tabel persamaan ke-2 diketahui bahwa variabel PDB tanpa
sektor minyak berpengaruh negatif signifikan sementara variabel jumlah i uang
beredar berpengaruh positifi signifikani terhadap inflasi. Dari hasil estimasi yang
dilakukan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada persamaan namun
terdapat masalah otokorelasi sehingga perlu dilakukan koreksi dengan cara
menambahkan lag 1 periode dari inflasi sebagai regressor, namun hasil estimasinya
masih terdapat masalah otokorelasi sehingga diestimasi kembali dengan
49
menggunakan metode white consistent standar error sehingga konsekuensi
membesarnya varians standard error akiibat adanya masalah otokorelasi dapat
diminimalisasi. Hasil estimasi di atas juga menunjukkan bahwa pertumbuhan
jumlah uang beredar dan PDB tanpa sektor minyak memiliki kemampuan
menjelaskan perilaku inflasi sebesar sebesar 77.8% sedangkan i sisanya sebesar
22.2% dipengaruhi olehi variabel lain di luar persamaan. Dengan menggunakan uji
F juga diperoleh hasil bahwa variabel independen memengaruhi variabel dependen
dalam persamaan.
Persamaan (3):
Persamaan 3 Persamaan 3’
Pertumbuhan Sub Sektor
Industri Pengolahan
0.178**
(0.069)
0.178**
(0.072)
Pertumbuhan Investasi 0.391***
(0.085)
0.391***
(0.088)
Pertumbuhan jumlah uang
beredar riil
-0.015
(0.081)
-0.015
(0.113)
Inflasi periode sebelumnya 0.085
(0.109)
0.085
(0.119)
Constanta 0.947
(1.71)
0.947
(1.836)
Observasi 83 83
𝑅2 0.568 0.568
F-statistik 34.131*** 34.13***
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi 1%,
5%,10%; ( ) standard error
Berdasarkan tabel persamaan ke-3 diketahui bahwa pertumbuhan sub sektor
industri pengolahan dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi sedangkan pertumbuhan jumlah uangi beredar riil dan inflasi
periode sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap i pertumbuhani ekonomi.
Dari hasil estimasi yang dilakukan terdapat masalah heteroskedastisitas dan
50
otokorelasi dalam model oleh karena itu dilakukan koreksi dengan mengestimasi
ulang model dengan menggunakan metode white consistent standar error sehingga
masalah heteroskedastisitas dan otokorelasi dapat diminimalisir. Dari hasil estimasi
di atas juga dapat menunjukkan bahwa sub sektor industri pengolahan,
pertumbuhan investasi, pertumbuhan jumlah uang beredar riil dan inflasi periode
sebelumnya memiliki kemampuan menjelaskan perilaku pertumbuhan ekonomi
sebesar sebesar 56.8% sedangkan sisanya sebesar 43.2% dipengaruhi oleh variabel
lain di luar persamaan. Dengan menggunakan uji F juga diperoleh hasil bahwa
variabel independen memengaruhi variabel dependen dalam persamaan.
Persamaan (4)
Persamaan 4 Persamaan 4”
Pertumbuhan Ekonomi 2.098***
(0.159)
0.999***
(0.279)
Pertumbuhan ekonomi
periode sebelumnya
0.780***
0.147
0.068
(0.191)
Constanta -7.891***
(1.387)
-2.822**
(1.589)
Investasi t-1 0.578***
(0.120)
Observasi 84 83
𝑅2 0.680 0.764
F-statistik 86.233*** 82.465***
Keterangan: ***,**,* berturut-turut signifikan pada derajat signifikansi 1%,
5%,10%; ( ) standard error
Berdasarkan tabel persamaan ke-4 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi
dan pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap variabel investasi. Dari hasil estimasi yang dilakukan tidak i
terdapat masalah heteroskedastisitas namun terdapat masalah otokorelasi dalam
model sehingga masalah otokorelasi dapat diatasi dengan cara mengestimasi lag 1
dari variabel investasi sehingga masalah otokorelasi dapat dihilangkan. Dari hasil
51
estimasi di atas juga dapat menunjukkan bahwa variabel i pertumbuhani ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya memiliki kemampuan menjelaskan
perilaku pertumbuhan ekonomi sebesar sebesar 68% sedangkan i sisanya sebesar
32% dipengaruhii oleh variabel lain di luar persamaan. Dengan menggunakan uji F
juga diperoleh hasil bahwa variabel independen memengaruhi variabel dependen
dalam persamaan.
4.5 Analisis Ekonomi
4.5.1 Relasi Antara Tingkat Pengangguran dengan Inflasi
Hasil estimasi model penelitian ini menujukan bahwa inflasi memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Nilai
koefisien dalam persamaan 1 atau persamaan tingkat pengangguran menunjukkan
bahwa setiap peningkatan 1% inflasi akan meningkatkan tingkat pengangguran
sebesar 0.001%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Stephen et al. (2017)
dan Orji dan Joan (2015). Hal ini menunjukkan bahwa kurva Philips jangka pendek
tidak dapat menjelaskan fenomena ini. Hal ini dikarenakan masih berlakunya
kekakuan harga, sementara dalam jangka panjang berlaku harga yang fleksibel
(Mankiw, 2009). Friedman (2011) juga menyatakan bahwa tidak terdapat trade off
dalam jangka panjang antara inflasi dan tingkat pengangguran karena ketika inflasi
meningkat, maka akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun hal ini akan
mengakibatkan pekerja menuntut penyesuaian tingkat upah sesuai dengan
ekspektasi inflasi dimasa yang akan datang. Pada tingkat upah nominal yang lebih
tinggi, yang menyesuaikan kenaikan tingkat harga, perusahaan akan mengurangi
52
penggunaan faktor produksi, salah satunya dengan cara melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang akan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat.
Pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran juga dipengaruhi oleh
jumlah uang beredar dan PDB tanpa sektor minyak. Hasil estimasi penelitian ini
menujukan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap inflasi, sedangkan PDB tanpa sektor minyak memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap inflasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Valadkhani (2003) yang menyatakan terdapat pengaruh positif antara jumlah uang
beredar terhadap inflasi dan negatif antara PDB tanpa sektor minyak terhadap
inflasi. Nilai koefisien dari pertumbuhan jumlah uang beredar terhadap inflasi yang
sebesar 0,5 dalam persamaan ke-2 menunjukkan bahwa bila jumlah uang beredar
tumbuh 1%, inflasi akan meningkat sebesar 0.5%, sedangkan setiap peningkatan
1% PDB tanpa sektor minyak akan menurunkan inflasi sebesar 0.98%.
4.5.2 Relasi Antara Tingkat Pengangguran dengan Investasi
Pertumbuhan investasi terhadap tingkat pengangguran yang positif
signifikan menunjukkan bahwa setiap 1% pertumbuhan investasi akan
meningkatkan tingkat pengangguran sebesar 0.001%. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Johnny et al. (2018) yang menyatakan bahwa hal ini terjadi karena
kurangnya alokasi dana investasi secara efektif terhadap modal yang tersedia.
Sudikreta (2011) menjelaskan fenomena ini sebagai akibat persebaran modal di
Indonesia yang belum merata dalam memenuhi kebutuhan masing-masing daerah,
sehingga penyerapan tenaga kerja kurang maksimal.
53
Pengaruh investasi terhadap pengangguran ini juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya. Hasil
estimasi persamaan ke-4 (persamaan investasi) menujukan bahwa pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap investasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Valadkhani (2003) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya terhadap
investasi. Nilai koefisien regresi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
periode sebelumnya yang masing-masing sebesar 2.098 dan 0.78 menunjukkan
bahwa setiap 1% peningkatan variabel-variabel tersebut akan meningkatkan
pertumbuhan investasi masing-masing sebesar 2.098% dan 0.78%.
Menurut Daraba dan Subianto (2018), peningkatan tingkat pengangguran
dapat diakibatkan karena kualitas angkatan kerja yang masih rendah sehingga
walaupun tingkat investasi meningkat, tenaga kerja yang berkualitas rendah
tersebut tidak dapat ditampung di lapangan kerja yang membutuhkan kualifikasi
yang lebih baik sehingga menyebabkan tingkat pengangguran meningkat.
4.5.3 Relasi Antara Tingkat Pengangguran dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran juga
dipengaruhi oleh nilai tambah sektor pengolahan, jumlah uang beredar riil,
investasi dan inflasi periode sebelumnya Hasil estimasi penelitian ini menujukan
bahwa nilai tambah sektor pengolahan dan investasi berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedangkan pertumbuhan jumlah uang
beredar riil dan inflasi periode sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap
54
pertumbuhan ekonomi. Terdapatnya pengaruh positif signifikan dalam nilai tambah
sektor pengolahan dan investasi mengindikasikan bahwa setiap peningkatan 1%
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.178 % dan 0.391%.
Hubungan positif antara nilai tambah sektor pengolahan dengan
pertumbuhan ekonomi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maratus,
2017) yang menyatakan bahwa peningkatan dalam industri pengolahan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Sektor
pengolahan juga memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran di Indonesia
karena menurut (Yovanda, 2018) kementrian perindustrian menyatakan bahwa
sektor industri pengolahan memiliki peranan dalam penyerapan tenaga kerja
sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran dan menciptakan ekonomi
berbasis sumber daya alam (SDA).
4.5.4 Relasi Antara Tingkat Pengangguran dengan Kesenjangan Output
dan Kebijakan RKP 2006
Hasil estimasi model penelitian ini menujukan bahwa kesenjangan output
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hal ini
menunjukan bahwa bila output aktual lebih kecil dari output potensialnya dalam
jangka pendek tidak akan memengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Titan and Georgescu,
2012) yang mendapatkan hasil bahwa di Bulgaria, Poland dan Romania
kesenjangan output tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengangguran.
Temuan ini menunjukkan bahwa pengaruh kesenjangan output terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia pada periode observasi (1997 s.d. 2017) sesuai
55
dengan Hukum Okun namun tidak signifikan. Pernyataan ini sesuai dengan
penelitian (Titan & Georgescu, 2012) dan (Darman, 2013) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif tidak signifikan antara kesenjangan output dan tingkat
pengangguran.
Di lain pihak, dibuatnya kebijakan RKP 2006 sebagai akibat naiknya harga
minyak dunia memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa saat diterapkannya
kebijakan RKP 2006 maka tingkat pengangguran Indonesia mengalami penurunan
sebesar 0.039%. Menurut (Statistik, 2007) hal ini terjadi karena semua sektor
ekonomi pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang menyebabkan lapangan
kerja yang tercipta lebih besar daripada tambahan angkatan kerjanya sedangkan
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2006 pemerintah membuat beberapa
kebijakan baru salah satunya ialah menciptakan kebijakan pasar kerja yang lebih
luwes yang memiliki beberapa program yang bertujuan untuk mengurangi tingkat
pengangguran di Indonesia dan menciptakan pasar kerja yang fleksibel, dengan
kebijakan ini diharapkan jika terjadi goncangan dalam perekonomian di Indonesia
maka dapat dilakukan penyesuaian dalam upah riil bukan dengan cara pemutusan
hubungan kerja (PHK).
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa walaupun terdapat hubungan
negatif antara tingkat pengangguran dan kesenjangan output, pemerintah tidak
dapat menurunkan tingkat pengangguran dengan cara meningkatkan kesenjangan
output melalui kebijakan fiskal dan atau moneter yang ekspansif. Hal ini karena
ketika kesenjangan output meningkat, tingkat inflasi juga akan meningkat.
56
Peningkatan tingkat inflasi kemudian akan menyebabkan tingkat pengangguran
meningkat karena pekerja akan menuntut penyesuaian tingkat upah nominal,
menyesuaikan dengan ekspektasi inflasi di masa yang akan dating. Oleh karena itu
jika pemerintah menentukan kebijakan untuk mengurangi pengangguran dengan
cara meningkatkan kesenjangan output maka kebijakan ini tidak akan efektif.
Menurut Zulhanafi, Aimon, & Syofyan (2013) kebijakan yang lebih efektif untuk
dilakukan pemerintah ialah mengupayakan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan formal mau pun non-
formal di Indonesia. Hal ini akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang
berdampak pada peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output
sehingga permintaan pekerja akan meningkat, diiringi dengan kenaikan tingkat
upah riil.
Top Related