BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep...

18
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan-pendekatan terhadap kajian pustaka yang relevan dengan tema penelitian ini dilakukan sebelum membahas tentang hubungan kebahagiaan dan jam kerja. Tinjauan pustaka tersebut terdiri dari Kajian teoritis yang merupakan landasan teori digunakan untuk menunjang penelitian ini, serta Kajian empiris yang merupakan kajian dari hasil penelitian sebelumnya. Dalam bab ini juga dibahas hipotesis yang mendasari penelitian ini 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Utilitas dan Kebahagiaan Setiap pelaku ekonomi akan berperilaku untuk mencapai suatu tujuan. Nicholson & Snyder (2012) memberikan pandangan dimana perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan (Profit) serta meminimalisir biaya (Cost), Pemerintah akan mencoba untuk memaksimalkan kesejahteraan masyarakat, dan bagi tingkat individu akan memaksimalkan kesejahteraan individu atau dapat dikatakan utilitas (Utility). Utilitas merupakan tingkat kebahagiaan atau kepuasan didapatkan oleh individu dari keadaan yang di alami oleh individu tersebut (Mankiw, 2012). Ekonomi selalu dihadapkan pada pilihan, konsep utilitas tidak berbeda jauh dari hal tersebut, dimana utilitas menunjukan tingkat kepuasan pelaku ekonomi atas pilihan konsumsi untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu. Utilitas dari individu didapatkan dari pengambilan keputusan yang dilakukan untuk konsumsi seberapa

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan-pendekatan terhadap kajian pustaka yang relevan dengan tema

penelitian ini dilakukan sebelum membahas tentang hubungan kebahagiaan dan jam

kerja. Tinjauan pustaka tersebut terdiri dari Kajian teoritis yang merupakan

landasan teori digunakan untuk menunjang penelitian ini, serta Kajian empiris yang

merupakan kajian dari hasil penelitian sebelumnya. Dalam bab ini juga dibahas

hipotesis yang mendasari penelitian ini

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Utilitas dan Kebahagiaan

Setiap pelaku ekonomi akan berperilaku untuk mencapai suatu tujuan.

Nicholson & Snyder (2012) memberikan pandangan dimana perusahaan akan

berusaha untuk memaksimalkan keuntungan (Profit) serta meminimalisir biaya

(Cost), Pemerintah akan mencoba untuk memaksimalkan kesejahteraan

masyarakat, dan bagi tingkat individu akan memaksimalkan kesejahteraan individu

atau dapat dikatakan utilitas (Utility). Utilitas merupakan tingkat kebahagiaan atau

kepuasan didapatkan oleh individu dari keadaan yang di alami oleh individu

tersebut (Mankiw, 2012).

Ekonomi selalu dihadapkan pada pilihan, konsep utilitas tidak berbeda jauh

dari hal tersebut, dimana utilitas menunjukan tingkat kepuasan pelaku ekonomi atas

pilihan konsumsi untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu. Utilitas dari individu

didapatkan dari pengambilan keputusan yang dilakukan untuk konsumsi seberapa

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

11

banyak barang yang dibutuhkan. Nicholson & Snyder (2012) menjelaskan fungsi

utilitas dari individu dapat di tuliskan sebagai:

Utility = U(x1 , x2 , … , xn) (2.1)

Seperti yang dijelaskan pada persamaan 2.1 bahwa utilitas merupakan fungsi

dari banyaknya jumlah barang dan juga jenis barang yang di konsumsi. Pada

persamaan tersebut barang digambarkan dengan x1 , x2 , hingga xn atau barang ke n.

Jika disederhanakan menjadi dua barang fungsi utilitas menjadi:

Utility = U(x, y) (2.2)

Untuk mempermudah mempelajari, maka fungsi tersebut di sederhakan

menjadi hanya dua barang seperti pada persamaan 2.2 dimana barang hanya

dibatasi barang x dan barang y. Persamaan tersebut menjelaskan pilihan dari

individu akan mengorbankan atau mengalami pertukaran dari pilihan yang lainnya,

dimana pertukaran tersebut dapat dijelaskan oleh Marginal Rate of Substitution

(MRS) yaitu:

𝑴𝑹𝑺 = −𝒅𝒚

𝒅𝒙 =

𝑼𝒙

𝑼𝒚 (2.3)

Marginal Rate of Substition menggambarkan bagaimana Marginal Utility

dari satu barang berpengaruh satu sama lain. Pada persamaan 2.3 dapat dilihat

bahwa Marginal Utility antara barang x dengan barang y memiliki hubungan

negatif. Hal tersebut menjelaskan MRS akan membentuk slope negatif dari

Indifference Curve. yaitu kombinasi kepuasan dari konsumsi yang dapat

membentuk kurva utilitas dengan asumsi individu akan mendapat kepuasan yang

sama dari mengkonsumsi kombinasi barang tersebut.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

12

Pada Grafik 2.1 dijelaskan bagaimana slope dari MRS akan membentuk

Indifference Curve dari Utilitas. Kurva U1 merupakan kombinasi dari konsumsi

barang x dan y, Slope dari kurva tersebut menggambarkan bagaimana kemauan

individu untuk menukar konsumsi x dan y (willing to trade) atau bisa disebut bahwa

barang x dan y merupakan subsitusi satu sama lain.

Selain itu permasalahan perekonomian dapat berpengaruh pada kesejahteraan

masyarakat, Seperti distribusi pendapatan yang tidak merata dan juga ketimpangan.

Pengambil kebijakan memiliki cara yang berbeda untuk menghadapi permasalahan

tersebut. Mankiw (2012) menjelaskan bahwa ada beberapa filosofi yang

berpengaruh pengambil kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,

salah satu dari filosofi tersebut ialah filosofi Utilitarianism.

Lebih jauh Mankiw (2012) menjelaskan Utilitarianism merupakan ukuran

dari gabungan seluruh utilitas atau kebahagiaan dan kesejahteraan dari tiap

individu. Dengan kata lain kebahagiaan dari tiap individu secara tidak lansung akan

Grafik 2.1 Kurva Kombinasi Konsumsi Barang Pada Indifference Curve

Sumber: (Nicholson & Snyder 2012)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

13

mempengaruhi kesejahteraan dari seluruh masyarakat. Filosofi ini menjelaskan

bahwa pemerintah akan memaksimalkan kesejahteraan dari seluruh masyarakat,

dengan asumsi diminishing marginal utility, maka dianggap bahwa penambahan

pendapatan yang sama pada individu dengan pendapatan lebih sedikit akan lebih

menambahkan kebahagiaan daripada individu dengan pendapatan yang lebih

tinggi. Maka kebahagiaan dari setiap individu sangat berpengaruh pada

kesejahateraan seluruh masyarakat.

Teori tradisional ekonomi menjelaskan bahwa adanya konsep disutilitas dari

bekerja, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa bekerja diasumsikan

merupakan beban yang dapat mengurangi utilitas. Individu akan masuk ke pasar

tenaga kerja saat dirinya merasa upah dari hasil bekerja menutupi aspek

pengurangan utilitas dalam bekerja dimana hal tersebut akan membantu individu

dalam mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk konsumsi barang/jasa

pada masa yang akan datang (Smith, 2003).

2.1.2 Pasar Tenaga Kerja

Pasar Tenaga Kerja (Labour Market) sama seperti pasar lainnya, dimana ada

pembeli dan juga penjual, maka terdapat pula penawaran dan juga permintaan

tenaga kerja. Pembeli dalam pasar tenaga kerja ialah perusahaan yang

membutuhkan jasa tenaga kerja, dan penjual dalam pasar tenaga kerja ialah tenaga

kerja. Permintaan dari tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dapat

dipekerjakan oleh perusahaan dengan kemungkinan upah dalam jangka waktu

tertentu. Sedangkan penawaran tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

14

disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada kemungkinan upah dalam jangka waktu

tertentu. Keseimbangan yang terjadi ialah saat jumlah orang yang menawarkan

tenaganya sama banyak dengan jumlah permintaan tenaga kerja dari yang

membutuhkan tenaga kerja. (Smith, 2003)

Aktifitas dari setiap pasar dipengaruhi oleh harga, termasuk pasar tenaga

kerja. Harga dalam pasar tenaga kerja dihasilkan dari banyaknya alokasi perusahaan

untuk upah bagi pekerja. Harga akan menjadi sinyal bagaimana insentif yang

diberikan perusahaan di respon oleh para pekerja dimana hal tersebut akan sangat

berpengaruh pada pendapatan pekerja.

Pada Grafik 2.2 dijelaskan Populasi dalam Pasar Tenaga Kerja dapat di

klasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Dimana Populasi dibagi menjadi

Angkatan Kerja (Labour Force) dan Bukan angkatan kerja (Non-Labour Force).

Angkatan Kerja merupakan seluruh Populasi yang berusia 16 tahun atau lebih.

Angkatan Kerja dibagi kembali menjadi Pekerja (Employed) dan Pengangguran

(Unemploymed). Seluruh individu yang masuk kedalam kriteria Angkatan Kerja

Grafik 2.2 Status dalam Pasar Tenaga Kerja

Sumber: (Ehrenberg & Smith 2012)

Populasi

Angkatan Kerja

Pekerja

Pengangguran

Bukan Angkatan Kerja

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

15

yang tidak bekerja dan juga sedang mencari kerja, ataupun sedang menunggu

panggilan kerja dikategorikan sebagai Pengangguran. (Ehrenberg & Smith 2012).

Badan Pusat Statistik (2019b) menklasifikasikan Penduduk Usia Kerja

merupakan penduduk berumur 15 tahun dan lebih, serta membagi Penduduk Usia

Kerja menjadi Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja yaitu penduduk usia kerja

(15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak

bekerja dan penggangguran, dan Penduduk yang Termasuk Bukan Angkatan Kerja

yaitu penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih bersekolah, mengurus

rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. (Badan

Pusat Statistik 2019b).

2.1.3 Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja terbentuk dari tenaga kerja yang bersedia untuk

bekerja dan juga tingkat upah yang di tawarkan pada pasar tenaga kerja. (Ehrenberg

& Smith 2012). Selain itu teori ekonomi neoklasik menjelaskan bahwa penawaran

tenaga kerja (Labour Supply) dapat dianalsis dari dua tingkat, yaitu tingkat mikro

atau rumah tangga, dan tingkat makro atau agregat. Analisis awal tetap dimulai dari

tingkat mikro yaitu keputusan individu untuk masuk ke pasar tenaga kerja.

Pada tingkat tersebut keputusan untuk mengalokasikan waktu bekerja di

asumsikan bahwa individu akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu untuk bekerja

(Work) atau menggunakan waktu luang (Leisure) untuk mendapatkan pendapatan.

Bekerja di asumsikan sebagai kegiatan pertukaran yang dapat mengurangi utilitas

(Disutility) bagi individu seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

16

“Utility is the benefit or satisfaction an individual presumably derives from

the activity of consuming goods/services. Work is assumed to confer a certain

amount of disutility. Wages help to offset that negative aspect and enable the

individual to generate income, which can be used to consume goods and

services in future time periods.” (Smith 2003, halaman 7)

Dari penjelasan Smith (2003, halaman 7) dapat dilihat bahwa bekerja dapat

menurukan utilitas, dan individu akan memutuskan untuk bekerja apabila upah

yang di dapat menutupi pengurangan utilitas tersebut.

Keputusan individu untuk bekerja dan meninggalkan waktu luang didasari

dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dari upah yang dihasilkan. Maka dari

itu dapat dikatakan bahwa Opportunity Cost dari konsumsi waktu luang ialah upah

yang dapat dihasilkan saat individu bekerja maka saat pendapatan dari bekerja lebih

banyak, dengan asumsi akumulatif harta yang dimiliki konstan, penawaran untuk

alokasi jam kerja akan semakin banyak, hal tersebut disebut sebagai Efek Substitusi

(Substitution Effect). Selain efek tersebut, kondisi yang dapat terjadi dalam

penawaran tenaga kerja ialah efek pendapatan (Income Effect), dimana di

asumsikan saat pendapatan telah mencapai titik tertentu maka permintaan dari

individu untuk menggunakan waktu luang dan juga konsumsi akan semakin

banyak. Maka kurva penawaran dari tenaga kerja dapat berbentuk Backward Bend

(Smith 2003).

Pada Grafik 2.3 dijelaskan bahwa banyaknya upah (Wages) berpengaruh pada

keputusan individu dalam alokasi jam kerja. Saat upah lebih sedikit, maka efek

substitusi akan lebih dominan, dimana penambahan upah akan membuat individu

lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk bekerja. Sedangkan pada titik

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

17

puncak tertentu, saat efek pendapatan lebih dominan, maka penambahan upah akan

membuat individu mengurangi waktu untuk bekerja dan lebih menikmati waktu

luang.

2.1.4 Jam Kerja dan Kebahagiaan

Jam Kerja merupakan alokasi seseorang untuk melakukan pekerjaan. Badan

Pusat Statistik (2019b) mengklasifikan pekerja menjadi beberapa bagian. Dimana

orang dikategorikan bekerja jika melakukan kegiatan ekonomi yang ditujukan

untuk memperoleh atau mendapat keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)

dalam seminggu yang lalu. (Badan Pusat Statistik 2019b). Lebih jauh lagi, Badan

Pusat Statistik menyebut bahwa pekerja dibagi menjadi Pekerja Penuh dan Pekerja

Tidak Penuh. Pekerja dikatakan Pekerja penuh apabila bekerja dalam jam kerja

normal yaitu 35 jam seminggu. Semenara Pekerja Tidak Penuh dibagi menjadi

Setengah Penganggur yaitu Pekerja Tidak Penuh yang masih bersedia menerima

Grafik 2.3 Kurva Penawaran Tenaga kerja individu berbentuk Backward Bend

Sumber: (Smith 2003)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

18

pekerjaan dan Pekerja Paruh waktu yaitu Pekerja Tidak Penuh tetapi tidak mencari

pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.

Individu akan bersikap rasional dalam memaksimalkan utilitas atau

kebahagiaan dengan cara mengkonsumsi barang/jasa. Maka individu akan

mengalokasikan waktu yang optimal untuk bekerja agar mendapatkan pendapatan

untuk meningkatkan utilitas dengan mengkonsumsi barang/jasa.

Dengan asumsi tersebut maka didapat bahwa konsumsi barang/jasa dan juga

waktu luang, keduanya akan menambah utilitas. Maka keduanya merupakan

substitusi dari masing-masing, hal tersebut membuat Konsumsi barang/jasa dan

waktu luang dapat membentuk kurva indifference dari utilitas. Konsumsi

barang/jasa dapat di gambarkan dari penghasilan yang di dapat (income), sedangkan

waktu luang dapat di gambarkan lewat jam yang tidak digunakan untuk bekerja

(hours of leisure). Hal tersebut dapat digambarkan dalam Grafik 2.4 seperti yang di

gambarkan oleh Ehrenberg & Smith (2012).

Grafik 2.4 Indifference Curves Utilitas dilihat dari penghasilan dan waktu luang

Sumber: (Ehrenberg & Smith 2012)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

19

Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan

konsep ordinal, atau secara cardinal (Nicholson & Snyder 2012). Konsep ordinal

menyajikan fungsi yang didapat dari kombinasi barang konsumsi. Dimana hal

tersebut membuat konsep ordinal dapat terukur dari angka yang sudah ada.

Sedangkan konsep cardinal menyajikan fungsi yang diasumsikan bahwa ada angka

yang mewakili dari suatu utilitas. Frey & Stutzer (2002) menjelaskan bahwa tidak

perlu ukuran pasti untuk menganalisa respon individu terhadap sesuatu yang relatif.

Dimana hal tersebut memperkuat konsep cardinal dalam perhitungan utilitas atau

kebahagiaan.

2.1.5 Linear Probability Model

Model Regresi Sederhana ekonometrik menggunakan variabel terikat yang

tidak dibatasi atau biasanya bersifat kuantitatif (seperti persentase, jumlah uang,

dll). Saat variabel terikat merupakan angka biner, model regresi sederhana sulit

untuk menjelaskan hasil regresi dengan baik.

Saat variabel terikat merupakan angka biner, regresi lebih mudah dijelaskan

dengan kemungkinan (Probability), maka Regresi Linear Berganda dengan

variabel terikat biner disebut sebagai Linear Probability Model (LPM).

“… The key point is that when y is a binary variable taking on the values zero

and one, it is always true that P(y=1|x) = E(y|x): the probability of

“success”—that is, the probability that y =1—is the same as the expected

value of y …” (Wooldridge 2002, halaman 233).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

20

Dari kutipan tersebut maka didapatkan persamaan dari Linear Probability

Model sebagai berikut:

P (y = 1 | x )= β0 + β1X1 + β1X1 + … + βkXk (2.4)

Dalam persamaan 2.4 secara tidak langsung menjelaskan p(x) = P(y=1|x)

merupakan fungsi linear dari xj. Pada LPM, βj mengukur perubahan dalam

probabilitas keberhasilan ketika xj berubah, dengan mempertahankan faktor lain,

dimana dijelaskan pada persamaan 2.5

ΔP (y = 1 | x )= βj Δxj (2.5)

2.1.6 Logit & Probit Model

Logit Model dan Probit Model merupakan model yang termasuk dalam

Limited Dependent Variable (LDV). Secara luas dijelaskan LDV merupakan model

dimana rentang nilai dari variabel terikat (dependent) dibatasi nilainya secara

substansi. Model LDV diperlukan saat nilai dari variabel ekonomi tidak terlalu

besar. (Wooldridge, 2002).

Pada sub bab sebelumnya, angka variabel terikat biner dapat dijelaskan

dengan menggunakan LPM. Wooldridge (2002) menjelaskan Model tersebut dinilai

memiliki kekurangan untuk menjelaskan angka biner, yaitu sulit untuk interpretasi,

dimana probabilitas hasil bisa kurang dari nol dan juga lebih dari satu, dan efek

parsial dari seluruh variabel independent konstan. Maka komponen pada model

ditambahkan:

P (y = 1 | x ) = G(β0 + β1X1 + β1X1 + … + βkXk) = G(β0 + X β) (2.6)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

21

Pada persamaan 2.6 komponen G merupakan nilai yang membatasi angka biner nol

dan satu, atau 0 < G(z) < 1, untuk seluruh angka pada z. Pada Logit model, G ialah

fungsi logistik antara nol dan satu dari seluruh angka pada z seperti dijelaskan pada

persamaan 2.7

G(z) = exp(z)/[1 + exp(z)] =Λ (z) (2.7)

Pada Probit Model, G merupakan distribusi normal kumulatif, dimana dapat

dijelaskan dengan integral pada persamaan 2.8

G(z) = Ф(z) = ∫ Ф(𝒗)𝒅𝒗𝒛

−∞ (2.8)

2.2 Kajian Empiris

Meskipun belum menjadi perhatian saat ini, beberapa penelitian telah

membahas hubungan dari variabel kebahagiaan dan variabel jam kerja. Penelitian

yang ada telah dibidang ekonomi melihat bagaimana pola jam kerja terhadap

kebahagiaan dalam beberapa pandangan. Dalam teori klasik melihat bahwa jam

kerja dapat menyebabkan disutilitas dalam bekerja, tetapi penelitian terbaru

memiliki pandangan yang berbeda.

Pouwels et al. (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh income

terhadap kebahagiaan dengan regresi ordered probit menggunakan data German

Socio-Economic Panel (GSOEP) tahun 1999 dari 1349 pasangan dengan rentang

umur 18 hingga 65 tahun. Penelitian ini menjelaskan bahwa kenaikan income

berpengaruh positif terhadap kebahagiaan. Pada variabel jam kerja,

memperlihatkan bahwa adanya pengaruh negatif dari jam kerja terhadap

kebahagiaan, tetapi hanya signifikan pada Pria.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

22

Selain itu Knabe & Rätzel (2010) melakukan penelitian lanjutan dari paper

Pouwels et al. (2008) dimana Knabe & Rätzel mengubah metode dengan

menambah tahun menjadi 1999 hingga 2006, dan menggunakan dua model yaitu

model regresi ordered probit tanpa fixed effect dan model OLS dengan fixed effect.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya bias pada hubungan jam kerja dengan

kebahagiaan yang di teliti oleh Pouwels et al., dimana penambahan variabel yang

dinamis membuat temuan baru pada hubungan jam kerja dan kebahagiaan. Dimana

jam kerja bersifat inverse U-shaped.

Temuan yang sama dari penelitian lain, dimana Steffen (2012) meneliti

tentang hubungan jumlah jam kerja terhadap kebahagiaan rata-rata dimana asumsi

awal melihat adanya dis-utility dari kegiatan bekerja. Menggunakan regresi panel

data GSOEP periode 1984 hingga 2006 menggunakan model fixed effect OLS dan

Conditional Logit, model tersebut dipilih karena dilihat bahwa hasil dari model

OLS, probit, dan logit memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Penelitian ini

menemukan bahwa hubungan dari jam kerja dengan kebahagiaan positif dengan

fungsi kuadrat yang negatif. Hal tersebut berarti adanya hubungan Inverse U-

Shaped dimana penambahan jam kerja akan menyebabkan penambahan

kebahagiaan hingga titik tertentuk (titik puncak), dan akan menurunkan

kebahagiaan setelahnya. Maka studi ini menjelaskan bahwa jam kerja dapat

menambah kebahagiaan jika tidak berlebihan.

Selain dari sisi jam kerja, kebahagiaan juga banyak dikaitkan dengan variabel

lain, seperti umur. Tidak sedikit penelitian yang telah dibahas menggunakan alat

ukur dan acuan dari penelitian tersebut. Penelitian lain menyebutkan bahwa banyak

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

23

literatur ekonomi yang melihat adanya hubungan U-shaped antara umur dan

kebahagiaan (Frijters & Beatton 2012).

Pada penelitian lain dijelaskan bahwa hubungan kebahagiaan membentuk

pola dalam lingkaran kehidupan (Life Cycle). Penelitian ini menggunakan panel

data Random Sampling dari delapan negara besar di eropa tahun 1973-2006.

Penelitian ini menjelaskan bahwa bahwa dengan data acakpun, pola U-shaped dari

umur dan kebahagiaan masih terlihat, seperti penelitian penelitian sebelumnya

dimana seiring bertambahnya umur kebahagiaan akan menurun, serta fungsi

kuadratik yang positif menjelaskan bahwa adanya pola U-shaped (Blanchflower &

Oswald 2009).

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, variabel jam kerja berpengaruh

terhadap kebahagiaan. Penelitian ini ditujukan untuk melihat bagaimana pengaruh

jam kerja terhadap kebahagiaan, dengan acuan dari penelitian yang telah dikaji

tersebut.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

24

Tabel 2.1 Ringkasan Kajian Penelitian Sebelumnya

No. Nama Peneliti &

Tahun Penelitian

Judul

Penelitian

Variabel

Ekonomi

Model

Penelitian

Hasil Kesimpulan

1. Pouwels et. al

(2008)

Income,

working

hours,and

happiness

- Income

- Working

Hours

- Ordered

Probit

- Kenaikan income

menyebabkan pengaruh

positif terhadap

kebahagiaan

- Jam Kerja

menyebabkan penurunan

terhadap kebahagiaan

2. Knabe & Rätzel

(2010)

Income ,

happiness, and

the disutility of

labour

- Income

- Working

Hours

- Ordinary

Least Square

- Ordered

Probit

- Temuan baru dimana

jam kerja bersifat

inversed U-shaped

3. Steffen (2012) Labour Supply ,

Life Satisfaction

, and the (Dis)

Utility of Work

- Working

Hours

- Income

- Remaining

HH income

- Ordinary

Least Square

- Conditional

Logit

- Hasil dari metode

OLS, Logit, dan Probit

dalam kebahagiaan

memiliki hasil sama

- Adanya hubungan

inversed U-shaped

antara jam kerja dengan

kebahagiaan

4. Frijters & Beatton

(2012)

How Important

is Methodology

for the

Estimates of the

Determinants of

Happiness?

- HH Income - Ordinary

Least Square

- Ordered

Probit

- Ordered

Logit

-Asumpsi Cardinality

dan Ordinality dalam

variabel kebahagiaan

tidak berpengaruh

banyak

5. Blanchflower &

Oswald (2009)

The U-shape

without

controls: A

response to

Glenn

- Income - Ordinary

Least Square

- Pola U-Shaped pada

kebahagiaan masih

ditemukan walaupun

data tanpa tanpa acuan

pasti dan masih mentah

6. Golden & Wiens-

tuers (2006)

To your

happiness ?

Extra hours of

labor supply and

worker well-

being

- Income

- Satisfaction

- Ordered

Logit

- Pendapatan dari kerja

lembur tidak akan

langsung mempengaruhi

kebahagiaan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

25

2.3 Kerangka Pemikiran

Kebahagiaan merupakan hal penting bagi setiap manusia, dimana

kebahagiaan dianggap sebagai salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam

kehidupan manusia. Konsep kebahagiaan tidak berbeda jauh dari konsep utilitas,

dimana kebahagiaan dapat diperoleh dari pilihan konsumsi. Salah satu cara untuk

memenuhi kebahagiaan ialah dengan bekerja, dimana bekerja dianggap dapat

memenuhi kebutuhan melalui upah yang didapatkan. Dalam teori ekonomi, adanya

disutilitas dari bekerja, dimana bekerja dianggap sebagai substitusi dari waktu

luang, dimana waktu luang dianggap menambah kebahagiaan.

Jam kerja di Indonesia menunjukan bahwa sebagian besar penduduk

Indonesia bekerja di atas 35 jam per minggu yaitu mencapai 67,7% dimana masih

banyak yang bekerja lebih dari 49 jam dalam seminggu (dikategorikan tidak layak)

sebesar 29,49%. Dengan peningkatan jam kerja tersebut, peringkat kebahagiaan di

Indonesia selalu menurun dari negara lain, dimana dalam World Happiness Report

publikasi dari rata-rata tahun 2013-2015 Indonesia berada pada posisi 79, pada

publikasi 2017 Indonesia turun ke peringkat 81. Dan publikasi tahun 2018 turun ke

peringkat 92.

Perlu diketahui pola jam kerja dari keseluruhan untuk memaksimalkan

kebahagiaan dari sisi jam kerja, dimana indikator yang dapat diperhatikan selain

pendapatan juga faktor sosio-demografi. Pada penelitian ini kebahagiaan akan

diestimasi menggunakan model ekonometrika yang akan dijelaskan pada bab

selanjutnya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

26

Tabel 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Indeks Kebahagiaan di Indonesia menurun (2013-2018)

Bekerja menyebabkan disutilitas (penurunan kebahagiaan)

Tenaga Kerja di Indonesia bekerja dalam jam kerja penuh bahkan

berlebih

Kebahagiaan dipengaruhi oleh

jam kerja

Ekonomi:

Jam Kerja

Pendapatan

Sosial Demografi:

Umur

Tahun Bersekolah

Jumlah ART

Kepemilikan Rumah

Status Pernikahan

KRT

Jenis Kelamin KRT

Daerah Tinggal

Ordered Logit Model

Pola Jumlah jam kerja dan

pendapatan mempengaruhi

kebahagiaan

Faktor Sosial Demografi

mempengaruhi kebahagiaan

Data Indonesian Family Life Survey 2014

Saran dan implikasi kebijakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150041_2_7734.pdf · Dalam konsep utilitas digambarkan bahwa utilitas dapat dijelaskan dengan konsep ordinal, atau

27

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan literatur dapat disusun hipotesis penelitian yaitu

kebahagiaan di Indonesia dipengaruhi oleh variabel jam kerja, pendapatan, serta

faktor lainnya.