25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana
bernama M. Ng. Dwidjosewojo, Sekretaris Persatuan Guru-guru
Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar
Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan
asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap
nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya
pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian
terealisasi menjadi badan usaha, sebagai salah satu keputusan
Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912.
Sebagai pengurus, selain M. Ng. Dwidjosewojo yang
bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H.
Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara.
Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai "tiga
serangkai" pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama
industri asuransi nasional Indonesia.
Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu, sejak awal
pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan
kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau
"usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik
perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan
Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan.
Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme
dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama
Bumiputera hingga hari ini.
Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge
Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini
26
mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu, tentu saja, tidak lepas dari
pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan
Bangsa Indonesia. Termasuk misalnya, peristiwa sanering mata
uang rupiah di tahun 1965 yang memangkas aset perusahaan ini,
dan bencana paling hangat multikrisis di penghujung millenium
kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh,
berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak
sanggup menghadapi ujian zaman mungkin karena persaingan atau
badai krisis. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan
yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya
mempertahankan keberlangsungan.
Sekarang, memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang
mengkaryakan sekitar 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9.7
juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 576 di
seluruh pelosok Indonesia, tengah berada di tengah capaian baru
industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu
dan masuk menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan
sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama
membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 91
tahun lampau.
Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat
baru karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras,
dan profesionalisme. Namun berbekal pengalaman panjang
melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad, menjadikan
Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri
sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia sebagaimana visi awal
pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di
hati rakyat Indonesia.
27
4.1.2 Falsafah, Visi dan Misi Perusahaan
a. Falsafah
1. Idealisme
Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam
mengangkat kemartabatan anak bangsa sesuai sejarah pendirian
Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan.
2. Mutualisme (kebersamaan)
Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan
perusahaan dengan memberdayakan potensi komunitas
Bumiputera dari, oleh dan untuk komunitas Bumiputera
sebagai manifestasi perusahaan rakyat.
3. Profesionalisme
Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan
mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik dan
senantiasa berusaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan
perubahan lingkungan.
b. Visi
Bumiputera ingin menjadi asuransinya Bangsa Indonesia
c. Misi
Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati
masyarakat Indonesia, dengan :
1. Memelihara keberadaan Bumiputera sebagai perusahaan
perjuangan Bangsa Indonesia.
2. Mengembangkan korporasi dan kooperasi yang menerapkan
prinsip dasar gotong-royong.
3. Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan
manfaat optimal bagi komunitas Bumiputera
4. Mewujudkan perusahaan yang berhasil secara ekonomi dan
sosial.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Posisi tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan adalah
Badan Perwakilan Anggota (BPA). BPA merupakan wakil-wakil
28
para pemilik polis perusahaan untuk mengawasi jalannya
perusahaan. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan
dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.1.4 Produk-Produk Perusahaan
Produk dan layanan asuransi perorangan pada Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah berupa :
1. Ekawaktu Ideal (Rp.) : Asuransi jiwa yang benefitnya
dirancang untuk menanggulangi risiko keuangan sebagai akibat
meninggalnya tertanggung dan untuk penyediaan dana
tabungan masa depan berupa pengembalian akumulasi premi
selama kontrak asuransi berjalan.
2. Mitra Beasiswa (Rp.) : Asuransi jiwa yang benefitnya
dirancang untuk membantu menyediakan dana kelangsungan
belajar pada setiap tahapan jenjang pendidikan anak, dari
Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi, baik pemegang
polis masih hidup maupun meninggal dunia.
3. Mitra Oetama (Rp.) : Asuransi jiwa yang merupakan
gabungan antara perlindungan jiwa dan tabungan, termasuk
menyediakan biaya rawat inap di rumah sakit. Dirancang
dengan menggunakan system pembayaran premi tunggal yang
fleksibel.
4. Mitra Poesaka (Rp.) : Asuransi jiwa yang merupakan
gabungan antara perlindungan jiwa dan tabungan. Program ini
menjanjikan fleksibilitas dalam hal pembayaran premi,
penarikan nilai tabungan, dan penambahan uang
pertanggungan.
5. Mitra Abadi (Rp.) : Asuransi jiwa yang memberikan
perlindungan jiwa seumur hidup, dengan premi relatif jauh
lebih kecil dibanding manfaat asuransi. Program ini juga
menjamin tersedianya dana di hari tua jika pemegang polis
mencapai usia 99 tahun.
29
6. Mitra Prima (Rp.) : Asuransi jiwa yang memberikan
perlindungan jiwa selama program berlangsung. Dirancang
dengan benefit ganda : menyediakan tabungan pada masa
asuransi berakhir dan menyiapkan warisan jika pemegang polis
meninggal dalam masa asuransi.
7. Mitra Sejati (Rp.) : Asuransi jiwa murni yang khusus
memberikan perlindungan selama masa asuransi. Program ini
tidak memiliki unsur tabungan, semata menyiapkan warisan.
Karena itu, premi relatif jauh lebih rendah dibanding manfaat
asuransi yang akan diterima ahli waris jika pemegang polis
meninggal dunia.
8. Mitra Permata (US$) : Asuransi jiwa yang menggabungkan
perlindungan jiwa dan tabungan, dengan fleksibilitas dalam hal
penentuan besaran warisan, besaran jumlah premi tunggal,
frekuensi penambahan premi tunggal, peningkatan nilai
proteksi, hingga pengambilan manfaat asuransi.
Produk dan layanan lainnya adalah berupa asuransi
kumpulan (askum). Program askum secara ekonomis memberikan
jaminan berupa perlindungan bagi tertanggung terhadap kerugian
finansial yang disebabkan oleh risiko yang mungkin menimpa
berupa kematian, cacat karena kecelakaan, kehilangan pekerjaan
karena PHK atau pensiun. Askum adalah asuransi yang
diperuntukkan bagi karyawan / pekerja suatu perusahaan/ instansi,
anggota suatu organisasi / lembaga, debitur atau peserta suatu
kegiatan/ event tertentu yang pelaksanaannya diatur secara
kumpulan atau grup.
Pemegang polis askum adalah pimpinan instansi /
perusahaan, pimpinan organisasi / lembaga, kreditur / penanggung
jawab kegiatan / event tertentu. Tertanggung (disebut juga peserta)
dalam polis Askum adalah karyawan / pekerja suatu perusahaan /
instansi, anggota suatu organisasi / lembaga, debitur atau peserta
suatu kegiatan/ event tertentu. Yang ditunjuk untuk menerima
30
manfaat Askum adalah pemegang polis Askum untuk diteruskan
kepada peserta atau ahli waris peserta.
Bentuk asuransi dari asuransi kumpulan tersebut adalah :
1. Kredit : Asuransi kredit kumpulan adalah asuransi kumpulan
untuk para debitur dari suatu lembaga keuangan (kreditur),
terdiri dari :
a) Asuransi Kredit Ekawaktu
b) Asuransi Kredit Cicilan / Tahunan
c) Asuransi Kredit Annuitas
2. Ekawaktu : Program asuransi Ekawaktu mempunyai benefit
sama dengan benefit asuransi Ekawarsa hanya masa
asuransinya / jangka waktunya tertentu (bisa lebih / kurang dari
1 tahun). Jenis asuransi ini bersifat non saving.
3. Kecelakaan : Program asuransi kecelakaan adalah asuransi
kumpulan yang memberikan benefit atau manfaat kepada
peserta melalui pemegang polis akibat dari terjadinya risiko
kecelakaan pada diri peserta dalam masa asuransi.
4. Rawat Inap dan Pembedahan
Asuransi ini ialah asuransi kumpulan yang memberikan benefit
/ manfaat kepada peserta berupa penggantian biaya rawat inap
dan / atau pembedahan, di rumah sakit dalam masa asuransi
karena suatu penyakit atau kecelakaan.
Jangka waktu asuransi ini berlaku 1 tahun dan dapat
diperpanjang. Macam penggantian rawat inap dan pembedahan
dalam program ini disajikan dalam 2 paket yaitu, paket basic
dan paket lengkap.
5. Program Kesejahteraan Karyawan
Program asuransi jiwa ini dirancang dengan memberikan
benefit / manfaat bagi peserta / karyawan berusia 55 tahun, atau
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memberikan
proteksi jika peserta / karyawan mengalami cacat total / tidak
31
mampu bekerja sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya /
tugasnya lagi atau peserta / karyawan meninggal dunia.
6. Iuran Dana Mantap (Idaman) : Program asuransi jiwa ini
memberikan benefit / manfaat berupa proteksi jika terjadi
resiko sebesar Uang Pertanggungan dan Nilai Tunai. Dan jika
peserta berhenti dari kepesertaannya akan dibayarkan sebesar
nilai tunai.
7. Asuransi Rakyat Indonesia (ASRI) : Program asuransi jiwa
ini dirancang untuk seluruh anggota keluarga dengan
memberikan santunan sebesar uang pertanggungan jika ada
anggota keluarga yang menjadi peserta / tertanggung
meninggal dunia atau mengalami cacat tetap karena
kecelakaan.
4.2. Perbedaan Perusahaan Mutual dengan PT
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, didirikan di Magelang
12 Februari 1912. Merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang
berbentuk “Usaha Bersama” atau “Mutual” (non Perseroan Terbatas),
dimana pemegang polis merupakan pemilik perusahaan. Bentuk badan
“Usaha Bersama (Mutual)” ini diatur dalam UU No.2/1992, pasal 7 (1).
Dalam usaha bersama, risiko dipikul oleh para peserta sendiri sebagai
pemilik perusahaan.
Berbeda dari perusahaan mutual, Perseroan Terbatas (PT) adalah
suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri
dari saham-saham, dan pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang
dimilikinya. Oleh karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat
diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan
tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan Terbatas
merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam
anggaran dasar. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas,
yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila perusahaan mendapat
keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan
32
yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar kecilnya
keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
Perusahaan mutual tidak mengeluarkan modal sehingga tidak
mempunyai pemegang saham. Meski demikian masing-masing pemegang
polis dalam perusahaan mutual memiliki hak memilih perwakilan dari
sesama peserta Asuransi Bumiputera untuk duduk di jajaran direksi
dengan mengabaikan jumlah uang asuransi atau jumlah polis yang dimiliki
pemegang polis.
Azas-azas umum yang dianut secara universal dalam
penyelenggaraan usaha bersama asuransi jiwa, yaitu :
1. Peranan pemegang polis (disebut anggota) sangat penting bahkan
dianggap sebagai pemilik perusahaan.
2. Sebagai pemilik perusahaan , pemegang polis memegang kekuasaan
tertinggi, yang menentukan garis besar kebijakan penyelenggaraan
usaha asuransi jiwa.
3. Kekuasaan tetinggi dari pemegang polis dituangkan dalam Rapat
Pemegang Polis atau melalui Perwakilan Pemegang Polis.
Dalam Asuransi Bumiputera, para wakil pemegang polis terhimpun
dalam BPA (Badan Perwakilan Anggota). Lembaga tertinggi di
Bumiputera ini beranggotakan 11 pemegang polis, yang diambil dari 11
wilayah pemilihan di Indonesia berdasarkan suara terbanyak. Tugas BPA,
antara lain, menentukan pokok-pokok kebijakan perusahaan dan
mengadakan pengawasan umum. Tiap anggota Asuransi Bumiputera
mempunyai hak memilih dan dipilih menjadi anggota BPA sesuai dengan
tempat tinggalnya. Namun, terdapat persyaratan bahwa menjadi anggota
BPA adalah anggota Asuransi Bumiputera yang polisnya masih aktif dan
berlaku, serta sudah berjalan sekurang-kurangnya dua tahun sebelum
pemilihan dilaksanakan, dan kontrak asuransinya belum akan berakhir
dalam masa lima tahun berikutnya. Sidang BPA dilaksanakan sedikitnya
dua kali setahun. Adapun tugasnya adalah menetapkan anggaran
pendapatan dan biaya perusahaan dalam tahun berjalan, serta
mengevaluasi kinerja perusahaan.
33
4.3. Perkembangan Premi Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera merupakan asuransi pelopor di Indonesia.
Berdiri pada tahun 1912 dan telah mampu melewati berbagai kondisi
perekonomian dan masa yang telah terjadi di Indonesia seperti zaman
kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Asuransi
Bumiputera pun tidak goyah saat krisis 1998 melanda maupun saat krisis
ekonomi global pada kuartal terakhir tahun 2008.
Perkembangan suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai
indikator yang mendasarinya. Indikator tersebut dapat berupa jumlah
pemegang polis, kekayaan, pendapatan, laba, maupun premi untuk
perusahaan asuransi. Jumlah pendapatan Asuransi meningkat dari tahun ke
tahun. Hingga tahun 2008, pendapatan perusahaan mencapai Rp 4,8
triliun. Selain pendapatan secara keseluruhan, penerimaan dari premi juga
menentukan perkembangan dari sebuah perusahaan asuransi. Premi
merupakan penerimaan dari nasabah atau pemegang polis karena
pemegang polis telah menggunakan produk asuransi yang telah ditawarkan
perusahaan. Asuransi Bumiputera terus mengalami pertumbuhan premi
dari tahun ke tahunnya. Pada periode 2008, premi bersih yang diperoleh
mencapai Rp 4 triliun atau sekitar 85,70 persen dari total pendapatan
keseluruhan. Berikut perkembangan pendapatan premi bersih Asuransi
Bumiputera dari tahun 2004-2008 :
Tabel 4. Perkembangan pendapatan premi bersih AsuransiBumiputera tahun 2004-2008 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Pendapatan Premi Pertumbuhan (%)
2004 3.028.369
2005 2.956.262 -2,38
2006 3.281.211 10,99
2007 3.946.944 20,29
2008 4.087.954 3,57
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun 2004-2008
Terlihat dari tabel di atas, pendapatan premi bersih Asuransi
Bumiputera mengalami peningkatan per tahunnya, meskipun pada tahun
34
2005 pendapatan premi bersih perusahaan sempat mengalami penurunan.
Rata-rata peningkatan premi setiap tahunnya mencapai 8,12 persen.
Pendapatan premi yang semakin meningkat, berakibat pada
semakin tersedianya dana bagi perusahaan untuk berinvestasi ke berbagai
jenis investasi. Pada periode 2008, premi bersih yang diperoleh
perusahaan mencapai 85,70 persen dari total pendapatan keseluruhan.
Adapun pendapatan lainnya yang cukup berkontribusi pada peningkatan
pendapatan secara keseluruhan adalah pendapatan investasi. Pendapatan
investasi pada tahun 2008 mencapai 13,52 persen dari total pendapatan
keseluruhan.
4.4. Indikator Kesehatan Perusahaan Asuransi
Ada dua indikator yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan asuransi, yaitu rasio risk based capital (RBC) dan rasio
investasi terhadap cadangan teknis. Sebuah perusahaan asuransi
dinyatakan baik secara keuangan apabila perusahaan tersebut memiliki
rasio RBC 100% untuk perusahaan mutual seperti Asuransi Bumiputera
dan 100% pula untuk rasio investasi terhadap cadangan teknis. Selain
RBC dan rasio investasi terhadap cadangan teknis, rasio keuangan berupa
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas merupakan
kekuatan manajemen sebuah perusahaan sehingga akan dibahas pula
dalam skripsi ini.
4.4.1 Risk Based Capital (RBC)
RBC digunakan sebagai metoda penghitungan batas
minimum solvabilitas dengan mempertimbangkan berbagai macam
risiko yang dihadapi perusahaan asuransi yang dikaitkan dengan
tinggi rendahnya risiko yang melekat pada kekayaan yang dimiliki
perusahaan asuransi dan berbasis pada kemampuan manajerial
terutama dalam hal mengelola kekayaan dan kewajiban. Batas
Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum
tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan
untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai
35
akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
BTSM terdiri dari enam komponen yaitu (a) Kegagalan
pengelolaan kekayaan; (b) Ketidakseimbangan antara proyeksi arus
kekayaan dan kewajiban; (c) Ketidakseimbangan antara nilai
kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing; (d)
Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan; (e) Ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil
investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil
investasi yang diperoleh; dan (f) Ketidakmampuan pihak
reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim.
Perhitungan BTSM ini diatur dalam SK nomor PER-02/BL/2009
tentang Pedoman Perhitungan Batas Solvabilitas Minimum bagi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Asuransi Bumiputera merupakan satu-satunya perusahaan
asuransi di Indonesia yang berbentuk non PT. Asuransi
Bumiputera berbentuk mutual atau usaha bersama. Pemiliknya
adalah semua pemegang polis, yang mempercayakan wakil-wakil
mereka di BPA (Badan Perwakilan Anggota). Terdapat pengaturan
khusus bagi perusahaan asuransi Non PT yang membedakannya
dengan perusahaan asuransi dan reasuransi lain dalam perhitungan
tingkat kesehatan perusahaan. KMK 504/2004 mengatur tentang
Kesehatan Keuangan bagi Perusahaan Asuransi yang Berbentuk
Badan Hukum bukan Perseroan Terbatas. KMK 504/2004
mengatur adanya perimbangan kekayaan dan kewajiban Asuransi
Bumiputera hingga 100% pada akhir tahun 2010.
Asuransi Bumiputera mengalami kesulitan dalam
memenuhi point kewajiban perimbangan kekayaan dan kewajiban
perusahaan mutual, sehingga belum mencapai 100 persen seperti
yang ditargetkan KMK 504/2004 pada akhir 2010. Perusahaan
hingga saat ini baru mampu mencapai 86 persen. Kesulitan ini
dikarenakan perusahaan dalam membiayai kewajibannya hanya
bersumber dari aktiva yang dimilikinya. Dalam neraca perusahaan,
36
pada akun ekuitas, modal dasar perusahaan adalah nol. Di
perusahaan mutual tidak dikenal adanya pemegang saham dan
modal karena modal didapatkan dari premi yang dibayarkan
pemegang polis. Tidak seperti perusahaan asuransi lain yang
kepemilikannya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendiriannya
Asuransi Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan
kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau
"usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik
perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan
Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan pada setiap periodenya
akan diberikan kepada para pemegang polis dengan cara
menambahkan bonus pada polis-polis mereka.
Terkait dari kewajiban perimbangan kekayaan dan
kewajiban, pihak perusahaan meminta pemberlakuan KMK
504/2004 mengenai perimbangan kekayaan dan kewajiban
perusahaan mutual di tunda hingga lima tahun mendatang.
Perusahaan telah melakukan usaha dengan membentuk tim inti
gabungan Badan Perwakilan Anggota (BPA) dan manajemen
perusahaan untuk membuat simulasi penerapan KMK 504/2004
tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi yang
Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas. Dari hasil
simulasi, perusahaan dapat memenuhi amanat aturan tersebut lima
tahun kemudian.
Dalam hal tingkat solvabilitas perusahaan, Asuransi
Bumiputera merujuk pada Keputusan DJLK Nomor : KEP-
390/LK/2005, tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan
Keuangan serta Bentuk dan Susunan Laporan dan Pengumuman
Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dan
kemudian diubah terakhir menjadi Peraturan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-
37
09/BL/2008 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan Nomor Kep-390/LK/2005.
Adapun besarnya faktor risiko untuk setiap jenis kekayaan
yang diperkenankan ditetapkan sesuai daftar risiko yang telah
ditetapkan dalam SK Ketua Bapepam-LK, dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran 7.
4.4.2 Rasio Investasi terhadap Cadangan Teknis
Dalam Neraca perusahaan pada Lampiran 2, dapat dilihat
bahwa total investasi perusahaan meningkat dari tahun ke tahunnya
dengan jumlah cadangan teknis yang juga mengalami peningkatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4
dibawah :
Tabel 5. Rasio Investasi terhadap Cadangan Teknis (dalamjutaan rupiah)
Tahun Investasi Cadangan Teknis Rasio (%)2004 3.274.718 8.854.049 36,982005 4.135.792 9.489.627 43,582006 5.433.138 10.308.994 52,702007 6.973.663 11.592.401 60,162008 7.127.276 12.395.868 57,50
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun 2004-2008 (diolah)
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Rasio Investasi terhadap Cadangan Teknis
38
4.4.3 Rasio Keuangan Asuransi Bumiputera
Rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis laporan
keuangan dan sangat bermanfaat dalam menafsirkan kondisi
keuangan perusahaan.
1. Likuiditas
Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat likuid atau alat
pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu
saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan
yang bersangkutan. Namun suatu perusahaan yang mempunyai
kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, atau
dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai
kemampuan membayar.
Tiga ukuran dasar dari rasio likuiditas, yaitu :
a) Modal Kerja Bersih, merupakan alat ukur likuiditas yang
diperoleh dari aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Aktiva
lancar perusahaan terdiri dari antara lain berupa kas &
bank, piutang. Piutang dalam perusahaan yaitu berupa
piutang premi, piutang reasuransi, piutang hasil investasi.
Tabel 6. Modal kerja bersih perusahaan (dalam jutaanrupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun2004-2008 (diolah)
Tahun Aktiva lancar Hutang lancarModal Kerja
Bersih
2004 3.148.120 90.086 3.058.034
2005 4.292.449 129.012 4.163.437
2006 5.235.644 128.738 5.106.906
2007 6.948.141 174.366 6.773.774
2008 6.981.581 235.709 6.745.872
39
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik Modal Kerja Bersih Perusahaan
b) Rasio lancar, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya. Rasio lancar diperoleh
dengan membagi antara aktiva lancar dengan hutang
lancarnya. Hutang lancar perusahaan yaitu berupa hutang
klaim, hutang reasuransi, hutang pajak, hutang komisi,
titipan premi, biaya yang masih harus dibayar, premi yang
belum merupakan pendapatan, dan pendapatan diterima
dimuka.
Tabel 7. Rasio lancar perusahaan (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun2004-2008 (diolah)
Tahun Aktiva lancar Hutang lancarRasio
lancar (%)
2004 3.148.120 90.086 34,95
2005 4.292.449 129.012 33,27
2006 5.235.644 128.738 40,67
2007 6.948.141 174.366 39,85
2008 6.981.581 235.709 29,62
40
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik Rasio Lancar Perusahaan
c) Rasio cepat, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang
paling likuid (cepat). Rasio cepat diperoleh dengan aktiva
lancar dikurangi persediaan, dibagi dengan hutang lancar.
Asuransi Bumiputera tidak memiliki akun persediaan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, atau akun persediaan
sama dengan nol, maka rasio cepat adalah sama dengan
rasio lancar.
Tabel 8. Rasio cepat perusahaan (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun2004-2008 (diolah)
Tahun Aktiva lancar Hutang lancar Rasio cepat
2004 3.148.120 90.086 34,95
2005 4.292.449 129.012 33,27
2006 5.235.644 128.738 40,67
2007 6.948.141 174.366 39,85
2008 6.981.581 235.709 29,62
41
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 7. Grafik Rasio Cepat Perusahaan
2. Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari
pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan
utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain rasio utang
atas aktiva. Rasio utang atas aktiva dihitung dengan membagi
total utang dengan total aktiva.
Tabel 9. Rasio Utang atas Aktiva (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun 2004-2008 (diolah)
Tahun Total aktiva Total utangRasio Utangatas Aktiva
2004 9.020.538 8.978.428 1,00
2005 9.659.444 9.635.086 1,00
2006 10.574.403 10.455.069 0,99
2007 12.040.843 11.881.997 0,99
2008 11.899.079 12.631.577 1,06
42
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 8. Grafik Rasio Utang atas Aktiva Perusahaan
3) Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal.
a) Marjin Laba Operasi, merupakan laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Marjin laba operasi
dihitung dari laba operasi dibagi dengan penjualan.
Tabel 10. Margin Laba Operasi (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun2004-2008 (diolah)
Tahun Laba Operasi PenjualanMarjin LabaOperasi (%)
2004 12.058 3.028.369 0,40
2005 17.082 2.956.262 0,58
2006 34.775 3.281.211 1,06
2007 20.547 3.946.944 0,52
2008 25.131 4.087.954 0,61
43
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 9. Grafik Margin Laba Operasi Perusahaan
b) Marjin Laba Bersih, ukuran persentase dari setiap hasil sisa
penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran,
termasuk bunga dan pajak. Marjin laba bersih dihitung dari
Laba bersih setelah pajak dibagi dengan penjualan.
Penjualan bersih perusahaan berasal dari penerimaan premi
yang diterima perusahaan dari para pemegang polisnya.
Penerimaan premi tersebut dihitung setelah dikurangi beban
premi dan merupakan penjualan bersih perusahaan.
Tabel 11. Margin Laba Bersih (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun2004-2008 (diolah)
Tahun Laba Bersih PenjualanMarjin Laba Bersih
(%)
2004 12.874 3.028.369 0,43
2005 17.082 2.956.262 0,58
2006 27.809 3.281.211 0,85
2007 21.600 3.946.944 0,55
2008 25.131 4.087.954 0,61
44
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 10. Grafik Margin Laba Bersih Perusahaan
c) Hasil Atas Total Aset (HAA), ukuran keseluruhan
keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan
aktiva yang tersedia. HAA dihitung dengan membagi laba
bersih dengan total aktiva. Total aktiva merupakan
kumulatif atau jumlah keseluruhan dari aktiva lancar dan
aktiva non lancar perusahaan sedangkan laba bersih
perusahaan atau laba setelah pajak dihitung dari laba
sebelum pajak perusahaan dikurangi dengan pendapatan
(beban) pajak tangguhan perusahaan.
Tabel 12. Hasil Atas Total Aset (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun2004-2008 (diolah)
Tahun Laba Bersih Total aktivaHasil Atas Total
Aset (%)
2004 12.874 9.020.538 0,14
2005 17.082 9.659.443 0,18
2006 27.809 10.574.402 0,26
2007 21.601 12.040.843 0,18
2008 25.131 11.899.079 0,21
45
Data di atas disajikan dapat secara grafik sebagai berikut :
Gambar 11. Grafik Hasil Atas Total Aset Perusahaan
Rasio investasi terhadap cadangan teknis perusahaan
meningkat dari tahun ke tahunnya. Namun peningkatan tersebut
masih berada dibawah 100 % seperti yang telah ditetapkan
pemerintah. Nilai rasio tersebut untuk Asuransi Bumiputera berada
pada kisaran 40% - 60%. Hal ini dikarenakan cadangan teknis
perusahaan lebih besar dari investasinya. Selain rasio investasi
terhadap cadangan teknis, Asuransi Bumiputera memiliki rasio
likuiditas yang cukup baik. Tiga ukuran dasar likuiditas dalam
Asuransi Bumiputera, yaitu modal kerja bersih, rasio lancar, dan
rasio cepat, memperlihatkan bahwa perusahaan ini memiliki
kemampuan dalam menutup hutang atau kewajiban jangka
pendeknya dalam jangka yang relatif cepat. Modal kerja bersih
Asuransi Bumiputera adalah positif dan meningkat setiap
tahunnya. Modal kerja bersih diperoleh dari aktiva lancar dikurangi
dengan hutang lancarnya. Selama tahun penelitian, 2004-2008
komponen-komponen aktiva lancar dan hutang lancar dari
Asuransi Bumiputera terus mengalami kenaikan. Namun kenaikan
pada aktiva lancar lebih besar dari kenaikan hutang lancarnya
sehingga modal kerja bersih perusahaan pun bernilai positif. Selain
modal kerja bersih, rasio lancar dan rasio cepat digunakan dalam
46
menilai likuiditas perusahaan. Dalam hal ini, nilai rasio cepat sama
dengan rasio lancarnya. Rasio cepat tidak meliputi persediaan,
yang diasumsikan merupakan bagian aktiva lancar yang paling
tidak likuid. Namun karena, obyek penelitian ini adalah perusahaan
asuransi yang tidak memiliki akun persediaan dalam kegiatan
operasionalnya, maka nilai rasio cepatnya sama dengan rasio
lancarnya. Nilai tersebut sayangnya menurun selama dua tahun
terakhir. Penurunan ini disebabkan karena adanya peningkatan
hutang lancar yaitu pada akun titipan premi sehingga hutang lancar
meningkat sebesar 35,44 persen pada tahun 2007, dan 35,18 persen
pada tahun 2008. Peningkatan hutang lancar tersebut diikuti oleh
peningkatan aktiva lancar perusahaan sebesar 32,70 persen pada
tahun 2007, dan hanya 0,48 persen pada tahun 2008. Dari data
tersebut terlihat bahwa peningkatan hutang lancar jauh lebih tinggi
dari peningkatan aktiva lancarnya, sehingga rasio lancar dan rasio
cepat perusahaan menurun selama dua tahun terakhir.
Nilai rasio utang atas aktiva perusahaan konstan berkisar
antara 0,99 hingga 1,00 selama tahun 2004 hingga 2007. Dalam
empat tahun tersebut nilai utang perusahaan jauh lebih kecil dari
nilai aktivanya. Namun nilai tersebut meningkat pada tahun 2008.
Peningkatan rasio utang terhadap aktiva hingga 1,06 terjadi karena
total kewajiban tahun 2008 meningkat sedangkan total asset
perusahaan justru menurun dan menandakan bahwa tahun 2008,
utang perusahaan kurang dapat ditutupi oleh aktivanya.
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal. Nilai dari
margin laba operasi perusahaan adalah fluktuatif setiap tahunnya.
Nilai tersebut merupakan laba bersih yang dihasilkan dari setiap
rupiah penjualan dan murni dari operasi perusahaan tanpa melihat
beban keuangan dan beban pajak. Adapun nilai marjin laba bersih
perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2006 hal ini
47
dikarenakan laba bersih perusahaan pada tahun 2006 meningkat.
Namun nilai tersebut menurun pada tahun-tahun berikutnya karena
laba bersih perusahaan kembali menurun. Ukuran lain dalam rasio
profitabilitas adalah Hasil Atas Total Aset (HAA). HAA
merupakan ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi
HAA, semakin baik. HAA perusahaan bernilai fluktuatif sama
halnya dengan nilai marjin laba operasi perusahaan. Pada tahun
2006, beban perusahaan lebih rendah dari tahun 2007 sehingga
laba sebelum pajak pun bernilai lebih tinggi. Secara keseluruhan
rasio profitabilitas perusahaan adalah baik karena dengan
kemampuan dan sumber daya yang ada perusahaan mampu
menghasilkan laba yang terus meningkat.
Dari hasil perhitungan rasio investasi terhadap cadangan
teknis, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas
terlihat bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang
baik.
4.5. Kebijakan Investasi Asuransi Bumiputera
Selama periode penelitian 1995-2008, perusahaan berinvestasi
pada Pasar Modal dan Pasar Uang. Investasi tersebut dilakukan dalam
bentuk aset finansial dan aset riil serta penyertaan. Sumber investasi
perusahaan adalah berasal dari surplus premi dan hasil investasi yang
diinvestasikan kembali. Laba keseluruhan perusahaan baik berasal dari
pendapatan investasi maupun pendapatan lainnya akan dibagikan pada
polis reversionary bonus. Adapun besarnya pengalokasian dana untuk
investasi tersebut berpedoman pada strategi investasi tahunan perusahaan
yang mengacu pada Business Plan perusahaan.
4.5.1 Ketetapan-ketetapan Investasi Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera melakukan kegiatan investasinya
berpedoman pada beberapa peraturan berikut:
48
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor "KMK
No.422/KMK/2003" tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan Nomor: PER-09/BL/2008 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep-
390/LK/2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat
Kesehatan Keuangan Serta Bentuk Dan Susunan Laporan Dan
Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi
Non PT.
3. Program Kerja Tiap Bagian
Dibawah ini contoh program kerja tiap bagian Asuransi
Bumiputera untuk tahun 2008
a. Bagian pasar uang dan pasar modal
Investasi pada Pasar Uang
1. Deposito
- Kebijakan investasi pada deposito lebih ditekankan
untuk penjagaan likuiditas dan pemenuhan regulasi,
sehingga diupayakan masih tetap terjaga dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kewajiban / klaim yang
dananya ditempatkan pada Deposito berdurasi pendek
(1-3 bulan) khusunya pada bank yang memberikan
fasilitas breakable.
- Dengan tidak berlakunya blanket guarantee dari Bank
melalui LPS untuk jumlah diatas Rp. 100 juta,
pemilihan Bank penempatan dilakukan secara selektif
tentunya dengan mempertimbangkan kinerja.kesehatan
bank.
- Terus berupaya mendapat izin dari Regulator untuk
mengoptimalkan yield melalui switching Deposito
Wajib ke instrument Obligasi Pemerintah.
49
Investasi pada Pasar Modal
1. Saham
- Kenaikan harga saham dengan volatilitas yang cukup
tinggi di BEJ merupakan “peluang” jangka pendek
untuk lebih meningkatkan intensitas trading dengan
sasaran pada saham-saham Blue Chip/LQ 45
berkapitalisasi besar, likuid, fundamental dan sektor
serta valuasi yang menarik.
- Melakukan pelepasan saham Bank Niaga yang berasal
dari saham pendiri secara bertahap pada harga terbaik
dengan konsekwensi realized loss. Penjualan saham
Bank Niaga akan dialihkan ke saham unggulan yang
berpotensi memberikan gain maksimal sehingga dapat
menutup kerugian.
- Untuk jangka menengah – panjang lebih difokuskan
pada saham-saham dengan prospek pertumbuhan usaha
yang baik seperti sektor pertambangan dan perkebunan.
- IHSG tahun 2008 yang diprediksi kenaikannya tidak
sebesar tahun 2007, strategi yang digunakan untuk
memaksimalkan capital gain adalah :
- Minimize portofolio / realisasi keuntungan pada saat
indeks naik
- Akumulasi portofolio/hold pada saat indeks turun
- Untuk mengoptimalkan pengelolaan portofolio saham,
jenis / sektor pada portofolio yang dikelola sendiri
maksimal 20 saham dari LQ 45
2. Obligasi
- Untuk tahun 2008 investasi pada instrumen obligasi
masih memiliki porsi yang cukup besar, mengingat
hasil yang diberikan masih cukup baik ditengah trend
penurunan suku bunga perbankan.
50
- Volatilitas yang cukup tinggi di pasar keuangan karena
tingginya likuiditas akibat masuknya dana asing ke
pasar keuangan Indonesia dapat merupakan peluang
trading pasar obligasi.
- Memanfaatkan kondisi tersebut trading obligasi akan
ditingkatkan dengan batasan obligasi dengan likuiditas
tinggi serta meminimalkan risiko seperti obligasi
Negara dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
BUMN (seperti Telkom, Indosat, Astra, dll).
- Untuk matching dengan liability akan diupayakan untuk
mencari durasi obligasi yang paling sesuai dengan
kewajiban. Hal ini tercakup dalam Business Plan
terutama dalam kaitannya dengan Aset Liability
Management (ALM).
- Memberdayakan obligasi yang belum akan dilepas
dalam waktu dekat (minimal 1 s/d 2 tahun) bekerja
sama dengan perusahaan sekuritas untuk melakukan
transaksi pengalihan obligasi ke reksadana yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil investasi dari
insentif pajak.
3. Reksadana
- Perkembangan industri reksadana masih akan berlanjut
selama tahun 2008 disebabkan oleh beberapa hal seperti
membaiknya sejumlah indikator ekonomi makro serta
trend suku bunga yang masih menurun. Selain hal itu
kesadaran investor akan investasi dapat mendorong
perkembangan reksadana dari sisi demand.
- Alokasi investasi reksadana tahun 2008 lebih
dititikberatkan pada reksadana campuran atau pun
reksadana saham yang masih memiliki potensi kenaikan
mengikuti kenaikan di bursa saham dengan batasan
pada MI yang memiliki track record yang baik.
51
4.5.2 Kajian Investasi Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera memiliki tujuan investasi yang
terdapat pada program kerja tahunan divisi manajemen dana sesuai
dengan anggaran investasi yang ditetapkan dengan memperhatikan
kondisi mikro dan makro ekonomi yang terjadi. Anggaran investasi
tersebut merujuk pada Business Plan perusahaan.
Dalam berinvestasi, selain mengacu pada ketetapan-
ketetapan yang telah ditetapkan, perusahaan juga berpedoman pada
kebijakan internal yang telah ditetapkan perusahaan dengan pula
memperhatikan isu-isu eksternal yang terjadi.
1. Kebijakan Reversionary Bonus
Kegiatan investasi perusahaan berasal dari surplus premi dan
hasil investasi yang diinvestasikan kembali. Keuntungan yang
diperoleh perusahaan pada setiap periodenya akan diberikan
kepada para pemegang polis dengan cara menambahkan bonus
pada polis-polis mereka yang diterimanya pertama kali pada
akhir tahun kedua. Pemberian laba ini hanya untuk polis
dengan manfaat tambahan yang dinamakan reversionary bonus.
Laba yang telah disahkan dalam sidang tahunan BPA dibagi-
bagikan dengan perincian: 60% untuk pemegang polis dengan
hak pembagian laba, 20% untuk biaya pengembangan
perusahaan, dan 20% untuk dana cadangan.
2. Strategi Investasi Tahunan
Asuransi Bumiputera memiliki Program Kerja Tahunan yang
dipersiapkan oleh Divisi Manajemen Dana. Program kerja ini
berpegang pada Business Plan Perusahaan dan diupayakan
untuk mewujudkan sasaran dari Business Plan tersebut.
Program kerja tersebut menjadi pertimbangan khusus
perusahaan untuk penentuan kebijakan dan strategi investasi
finansial selain juga harus mempertimbangkan kondisi
perekonomian dan investasi makro. Misalnya, ketika tingkat
52
suku bunga turun, perusahaan akan menanamkan sebagian
dananya pada Pasar Modal.
3. Dana yang tersedia
Perusahaan melakukan investasi dengan dana yang bersumber
pada surplus premi perusahaan (premi netto) dan dari hasil
investasi yang diinvestasikan kembali. Adapun besarnya
proporsi dana untuk masing-masing instrumen merujuk pada
anggaran investasi dalam Business Plan perusahaan.
4. Kebijakan investasi dalam perusahaan
Asuransi Bumiputera memiliki kebijakan investasi yang telah
ditetapkan untuk periode lima tahun ke depan, dan yang
ditetapkan secara tahunan sesuai dengan kondisi makro
ekonomi. Kebijakan investasi selama lima tahun ke depan,
dirancang sesuai keputusan direksi, mengacu pada Bapenas, BI
dan Mankeu. Untuk kebijakan tahunan, perusahaan mengacu
pada rencana kerja tahunan Divisi Manajemen Dana dengan
memperhatikan kondisi perekonomian yang sedang terjadi.
5. Pertimbangan Eksternal
Dalam berinvestasi, perusahaan juga memperhatikan faktor-
faktor eksternal yang sedang misalnya (1) indikator makro
ekonomi seperti suku bunga, kurs, inflasi dan pertumbuhan
ekonomi (2) indikator pasar modal seperti ekpektasi yield
obligasi, ekpektasi IHSG dan indeks bursa lainnya (3) strategi
investasi pesaing di industri asuransi.
4.5.3 Batasan investasi Perusahaan Asuransi Non PT
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan Nomor: PER-09/BL/2008 Tentang Perubahan
Atas Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor
Kep-390/LK/2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat
Kesehatan Keuangan Serta Bentuk Dan Susunan Laporan Dan
Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non
PT, dalam BAB I bagian pertama pasal 2 dan pasal 4 menjelaskan
53
tentang jenis investasi dan pembatasan atas kekayaan investasi
untuk Perusahaan Asuransi Non PT, dapat dirangkum sebagai
berikut :
(1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2)
huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT terdiri dari:
a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk
deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari
atau sama dengan 1 (satu) bulan; investasi dalam bentuk
deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap Bank,
tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah
investasi;
b. saham yang tercatat di bursa efek; investasi dalam bentuk
saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk
setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh
per seratus) dari jumlah investasi;
c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling
rendah A- atau yang setara pada saat penempatan; investasi
dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang
penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap
penerbit masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per
seratus) dari jumlah investasi;
d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah
atau Bank Indonesia;
e. unit penyertaan reksadana; investasi dalam bentuk unit
penyertaan reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi
20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi;
f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);
investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak
tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% (sepuluh
per seratus) dari jumlah investasi;
g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan
bangunan, untuk investasi; investasi yang ditempatkan dalam
54
bentuk bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah
dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 40% (empat puluh
per seratus) dari jumlah investasi;
h. pinjaman hipotik; investasi yang ditempatkan dalam bentuk
pinjaman hipotik, seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh
per seratus) dari jumlah investasi dan memenuhi persyaratan
bahwa pinjaman tersebut:
1) diberikan hanya kepada perorangan;
2) dijamin dengan hipotik pertama;
3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; dan
4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh
lima per seratus) dari nilai jaminan yang terkecil di antara
nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar
pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP);
i. pinjaman polis. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya
tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari nilai tunai
polis yang bersangkutan.
(2) Jenis kekayaan yang bukan investasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non
PT, terdiri dari :
a. kas dan bank;
b. tagihan premi penutupan langsung; tagihan premi penutupan
langsung, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung
sejak:
1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran
premi tunggal; atau
2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan
pembayaran premi cicilan;
55
c. tagihan reasuransi; tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari
2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran;
d. tagihan hasil investasi; tagihan hasil investasi, umurnya tidak
lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak jatuh tempo
pembayaran;
e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan
bangunan, untuk dipakai sendiri; bangunan dengan hak strata
(strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai sendiri,
seluruhnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari
jumlah bukan investasi;
f. perangkat keras komputer. perangkat keras komputer
seluruhnya tidak melebihi 1% (satu per seratus) dari jumlah
bukan investasi.
Jumlah bukan investasi yang digunakan sebagai dasar
perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah
nilai seluruh jenis bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan
pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
(3) Peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, Pasal
6 ayat (1) huruf c, dan Pasal 12 huruf b, adalah peringkat yang
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar pada
instansi yang berwenang atau yang telah memperoleh
pengakuan internasional.
(4) Dalam hal peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
diterbitkan oleh lebih dari satu lembaga pemeringkat, maka
peringkat yang digunakan adalah peringkat yang paling rendah.
4.6. Analisis Investasi Asuransi Bumiputera
4.6.1 Rasio Dana Investasi terhadap Total Aktiva
Investasi merupakan bentuk penanaman modal, dengan
harapan pada waktunya pemilik modal akan mendapat sejumlah
keuntungan yang diharapkan dari hasil penanaman modal tersebut.
56
Asuransi Bumiputera memperoleh pendapatan investasi
yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Pendapatan
tersebut didominasi oleh pendapatan premi serta didukung oleh
pendapatan investasi. Seperti halnya pendapatan premi, pendapatan
investasi perusahaan pun cenderung meningkat meskipun pada
tahun 2008 terjadi penurunan. Kegiatan investasi perusahaan,
berasal dari kekayaan atau aset yang perusahaan miliki. Kekayaan
tersebut di alokasikan untuk kegiatan investasi maupun kegiatan
non investasi. Asuransi Bumiputera melakukan investasi pada
pasar uang, pasar modal, maupun pada unit penyertaan. Total
kekayaan perusahaan pada tahun 2008 mencapai Rp 11,9 triliun,
menurun dibandingkan pada tahun 2007, sedangkan total investasi
perusahaan mencapai Rp 5,2 triliun.
Jumlah alokasi untuk berinvestasi dari keseluruhan total
aktiva yang dimilki perusahaan, periode 2004-2008 diperlihatkan
pada tabel berikut :
Tabel 13. Rasio antara total investasi terhadap total aktiva(dalam jutaan rupiah)
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun 2004-2008 (diolah)
Dari tabel, terlihat bahwa jumlah aktiva yang di alokasikan
untuk investasi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Artinya
proporsi dana untuk berinvestasi selalu bertambah sehingga
pendapatan investasi pun cenderung mengalami kenaikan. Hingga
TahunTotal investasi
(a)
Total aktiva
(b)
Rasio (a/b)
(%)
2004 3.274.719 9.020.538 36,30
2005 4.135.793 9.659.444 42,82
2006 5.433.138 10.574.402 51,38
2007 6.973.663 12.040.843 57,92
2008 7.127.275 11.899.079 59,90
57
tahun 2008, alokasi untuk investasi mencapai hampir 60 persen
dari total aktiva perusahaan.
4.6.2 Analisis Alokasi Investasi Tahun 1995-2008
Asuransi Bumiputera mengalokasikan sebagian
pendapatannya untuk berinvestasi pada pasar uang dan pasar
modal. Investasi tersebut dilakukan terhadap tujuh instrumen
investasi berupa deposito, obligasi, saham, reksadana, penyertaan,
properti dan pinjaman hipotik. Alokasi investasi tersebut selama
periode 1995-2008 yaitu sebagai berikut :
1. Deposito
Tabel 14. Alokasi investasi deposito Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
TAHUN DEPOSITO TAHUN DEPOSITO1995 235.060 2002 1.008.7331996 245.191 2003 872.5051997 363.434 2004 1.501.7911998 477.402 2005 1.658.2561999 642.899 2006 1.579.7732000 717.270 2007 1.609.6752001 878.072 2008 1.580.165
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada
instrumen deposito. Pengalokasian terhadap deposito ini setiap
tahunnya cukup mendominasi instrumen-instrumen lainnya.
Hal ini karena instrumen deposito relatif lebih aman
dibandingkan dengan instrumen lainnya, seperti saham.
Penempatan alokasi deposito ini dilakukan pada beberapa bank
dalam bentuk rupiah maupun dollar seperti pada Bank Mandiri,
Bank Mega, BRI.
58
2. Obligasi
Tabel 15. Alokasi investasi obligasi Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada
instrumen obligasi. Pengalokasian terhadap instrumen obligasi
selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang tajam.
3. Saham
Tabel 16. Alokasi investasi saham Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber :Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Selain pada deposito dan obligasi, Asuransi Bumiputera
menginvestasikan sebagian dananya pada instrumen saham.
Pengalokasian terhadap instrumen saham berfluktuasi selama
periode 1995-2008.
TAHUN OBLIGASI TAHUN OBLIGASI
1995 18.530 2002 78.605
1996 21.650 2003 219.872
1997 20.242 2004 95.108
1998 15.223 2005 1.236.799
1999 31.700 2006 1.630.802
2000 37.792 2007 1.881.795
2001 23.153 2008 1.738.420
TAHUN SAHAM TAHUN SAHAM
1995 34.615 2002 28.650
1996 109.305 2003 42.200
1997 32.489 2004 41.605
1998 23.113 2005 155.553
1999 27.016 2006 347.117
2000 42.799 2007 246.982
2001 35.888 2008 256.949
59
4. Reksadana
Tabel 17. Alokasi investasi reksadana Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera berinvestasi pada reksadana meskipun
kegiatan investasi tersebut tidak dilakukan setiap tahun seperti
berinvestasi pada tiga instrumen lainnya.
5. Penyertaan
Tabel 18. Alokasi investasi penyertaan AsuransiBumiputera periode 1995-2008 (dalamjutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
TAHUN REKSADANA TAHUN REKSADANA
1995 2002 10.903
1996 9.038 2003 73.681
1997 23.398 2004 540.689
1998 2005 78.585
1999 2006 280.944
2000 3.442 2007 1.306.000
2001 3.956 2008 1.633.728
TAHUN PENYERTAAN TAHUN PENYERTAAN
1995 119.515 2002 143.594
1996 116.910 2003 360.972
1997 133.320 2004 373.828
1998 112.502 2005 344.198
1999 116.413 2006 361.360
2000 212.581 2007 415.365
2001 124.103 2008 386.283
60
6. Properti
Tabel 19. Alokasi investasi properti Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera berinvestasi pada aset properti yaitu
berupa tanah dan bangunan dengan nilai maksimum 40 persen
dari total investasi.
7. Pinjaman Hipotik
Tabel 20. Alokasi investasi pinjaman hipotik AsuransiBumiputera periode 1995-2008 (dalam jutaanrupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Pinjaman hipotik dari perusahaan dijamin dengan nilai tunai
dari polis yang dimiliki tertanggung.
4.6.3 Analisis Hasil Investasi Tahun 1995-2008
Hasil investasi Asuransi Bumiputera yang diperoleh dari
pengalokasian tujuh instrumen investasi yang dimilikinya, berupa
deposito, obligasi, saham, reksadana, penyertaan, properti dan
pinjaman hipotik selama periode 1995-2008 yaitu sebagai berikut :
TAHUN PROPERTI TAHUN PROPERTI
1995 176.742 2002 692.1141996 210.773 2003 698.5171997 229.904 2004 716.7351998 237.250 2005 657.9381999 246.605 2006 1.229.6682000 647.442 2007 1.510.4772001 682.761 2008 1.525.244
TAHUN PINJ. HIPOTIK TAHUN PINJ. HIPOTIK
1995 72.835 2002 10.904
1996 118.533 2003 8.944
1997 245.098 2004 4.963
1998 425.822 2005 4.464
1999 444.901 2006 3.474
2000 46.436 2007 3.3692001 14.923 2008 6.486
61
1. Deposito
Tabel 21. Hasil investasi deposito Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Hasil investasi instrumen deposito cenderung meningkat
selama periode 1995-2008. Hal ini karena alokasi dana
investasi yang dilakukan pada instrumen deposito juga terus
meningkat bahkan cenderung mendominasi instrumen lainnya.
Pengalokasian dana investasi pada deposito ini cukup
mendominasi instrumen lainnya karena aset deposito
merupakan asset yang cukup aman, dalam artian risiko yang
tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan instrumen lainnya
misalnya saham. Risiko yang tidak terlalu besar mengandung
pengertian bahwa return yang akan diterima akan lebih kecil
dibandingkan instrumen lainnya yang lebih berisiko. Hal
tersebut justru mendorong perusahaan untuk berinvestasi pada
deposito. Namun selama tiga tahun terakhir, terjadi penurunan
hasil investasi. Penurunan ini disebabkan dari penurunan
pengalokasian aset tersebut, dan juga penurunan suku bunga
deposito. Penurunan porsi penempatan pada deposito
disebabkan oleh rendahnya suku bunga deposito dibandingkan
dengan imbal hasil obligasi Negara dan SBI, khususnya selama
semester I-2008.
TAHUN DEPOSITO TAHUN DEPOSITO
1995 17.449 2002 61.729
1996 22.030 2003 67.412
1997 30.954 2004 79.617
1998 74.047 2005 70.539
1999 65.456 2006 98.334
2000 42.957 2007 88.654
2001 60.782 2008 73.641
62
2. Obligasi
Tabel 22. Hasil investasi obligasi Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Berbeda dari deposito, instrumen obligasi terus mengalami
peningkatan hasil investasi dari tahun ke tahun meskipun
sempat mengalami penurunan pada tahun 1998. Namun
penurunan tersebut kemudian kembali meningkat hingga tahun
2008. Perkembangan pasar obligasi korporasi sampai dengan
triwulan II-2008 cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan
masih maraknya intense perusahaan untuk melakukan
pembiayaan melalui penerbitan obligasi korporasi sehingga
hasil penerimaan dari alokasi obligasi pun turut meningkat.
3. Saham
Tabel 23. Hasil investasi saham Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
TAHUN OBLIGASI TAHUN OBLIGASI
1995 2.386 2002 4.753
1996 3.351 2003 15.905
1997 5.471 2004 20.966
1998 2.786 2005 86.649
1999 8.547 2006 127.221
2000 4.707 2007 143.133
2001 4.689 2008 189.072
TAHUN SAHAM TAHUN SAHAM
1995 17.348 2002 8.110
1996 3.112 2003 17.189
1997 33.192 2004 22.807
1998 -9.054 2005 38.797
1999 1.021 2006 113.896
2000 10.023 2007 180.180
2001 7.414 2008 30.229
63
Instrumen saham memberikan hasil yang berfluktuasi selama
periode 1995-2008. Jumlah hasil investasi ini meningkat
selama empat tahun dari tahun 2004 hingga 2007. Namun
kenaikan ini kemudian menurun drastis pada tahun 2008.
Penurunan ini tidak sesuai dengan pengalokasian dana yang
cenderung meningkat yang dilakukan perusahaan. Adanya
penurunan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan IHSG
yang sangat tajam sehingga menurunkan nilai hasil instrumen
saham.
4. Reksadana
Tabel 24. Hasil investasi reksadana Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Dari tabel diatas selama tahun 1995-2008, tahun 1995, 1998
dan 1999 adalah nol atau tidak ada hasil investasi. Hal ini
karena perusahaan memang tidak menempatkan dananya pada
reksadana. Namun hasil investasi tersebut meningkat tahun
2000 hingga 2008. Keadaan ini dipengaruhi dari jumlah
pengalokasian dana investasi reksadana yang meningkat.
TAHUN REKSADANA TAHUN REKSADANA
1995 2002 911
1996 424 2003 2.415
1997 1123 2004 4.296
1998 2005 2.166
1999 2006 5.913
2000 147 2007 110.619
2001 229 2008 131.623
64
5. Penyertaan
Tabel 25. Hasil investasi penyertaan Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Hasil investasi pada penyertaan berfluktuasi setiap tahunnya.
Hasil tersebut terjadi penurunan hingga setengahnya pada
tahun 2008.
6. Properti
Tabel 26. Hasil investasi properti Asuransi Bumiputeraperiode 1995-2008 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Investasi pada properti yaitu pada tanah dan bangunan baru
memiliki pengembalian atu hasil investasi pada tahun 2001.
Hasil investasi ini mengalami kenaikan pada tahun 2005 dan
menurun drastis pada tahun 2008.
TAHUN PENYERTAAN TAHUN PENYERTAAN
1995 1.553 2002 16.779
1996 3.164 2003 24.339
1997 4.534 2004 43.916
1998 4.306 2005 43.072
1999 8.834 2006 23.393
2000 10.040 2007 33.810
2001 13.422 2008 15.944
TAHUN PROPERTI TAHUN PROPERTI
1995 2002 3.188
1996 2003 67.578
1997 2004 8.310
1998 2005 182.983
1999 2006 131.238
2000 2007 128.439
2001 2.746 2008 4.849
65
7. Pinjaman Hipotik
Tabel 27. Hasil investasi pinjaman hipotik AsuransiBumiputera periode 1995-2008 (dalam jutaanrupiah)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera
Hasil pinjaman hipotik perusahaan terus menurun hingga tahun
2008 meskipun alokasi pada aset ini mengalami kenaikan.
4.6.4 Analisis Rasio Hasil Investasi terhadap Dana Investasi Tahun1995-2008
Tabel 28. Perbandingan hasil investasi dengan dana investasiAsuransi Bumiputera periode 1995-2008 (dalamJutaan Rupiah)
TAHUN ALOKASI HASIL RASIO (%)
1995 657.297 43.807 6,661996 831.400 42.529 5,121997 1.047.885 100.154 9,561998 1.291.372 81.925 6,341999 1.509.534 89.233 5,912000 1.707.762 71.128 4,162001 1.762.856 91.670 5,202002 1.973.503 97.647 4,952003 2.276.691 197.545 8,682004 3.274.719 182.079 5,562005 4.135.793 425.348 10,282006 5.433.138 500.719 9,222007 6.973.663 685.762 9,832008 7.127.275 445.778 6,25
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera (diolah)
Hasil investasi dari suatu perusahaan yang melakukan
investasi pada pasar uang maupun pasar modal, merupakan salah
TAHUN PINJ. HIPOTIK TAHUN PINJ. HIPOTIK
1995 5.071 2002 2.177
1996 10.448 2003 2.707
1997 24.880 2004 2.167
1998 9.840 2005 1.142
1999 5.375 2006 724
2000 3.254 2007 927
2001 2.388 2008 420
66
satu indikator untuk mengetahui ketepatan perusahaan tersebut
dalam berinvestasi. Indikator lain adalah dengan membandingkan
hasil investasi yang diperoleh dengan dana investasinya.
Perbandingan tersebut diperlukan untuk mengetahui kinerja dari
portofolio yang sudah dibentuk oleh perusahaan.
Asuransi Bumiputera mengalokasikan sebagian kekayaan
yang dimilikinya untuk berinvestasi. Dalam Tabel 21 diatas,
jumlah dana yang ditempatkan untuk berinvestasi selalu meningkat
dari tahun ke tahunnya, sehingga hasil investasi yang diperoleh pun
cenderung mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2008
menurun dibandingkan tahun 2007. Dalam tabel di atas, rasio
antara hasil investasi dengan dana investasinya berfluktuasi selama
periode 1995 hingga 2008. Hingga pada tahun 2008 rasio tersebut
menurun dibandingkan alokasi investasinya.
4.6.5 Perkembangan Alokasi Dana Investasi dan Hasil Investasi
Tahun 1995-2008
Pada tabel dibawah, terlihat bahwa alokasi dana investasi
perusahaan terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan
antara 3 persen hingga 43 persen. Namun peningkatan ini tidak
selalu disertai dengan peningkatan hasil investasi. Terdapat tahun-
tahun tertentu ketika alokasi dana investasi meningkat, hasil yang
diperoleh justru menurun, misalnya pada tahun 2008 ketika alokasi
investasi meningkat, hasil investasi justru menurun tajam.
Pada tahun 2005 hingga 2007 penghasilan investasi
meningkat melebihi peningkatan dana investasinya. Namun
kondisi ini tidak berlanjut hingga tahun 2008. Pada tahun 2008,
dana investasi tetap meningkat 2,20 persen dari tahun 2007
meskipun tidak setajam peningkatan tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan ini namun tidak diikuti oleh hasil investasinya. Hasil
investasi justru menurun tajam hingga negatif 35 persen.
67
Tabel 29. Perkembangan Dana Investasi Asuransi Bumiputera(dalam jutaan rupiah)
TAHUN JUMLAH Perkembangan (%)1995 657.2971996 831.400 26,491997 1.047.885 26,041998 1.291.372 23,241999 1.509.534 16,902000 1.707.762 13,132001 1.762.856 3,232002 1.973.503 11,952003 2.276.691 15,362004 3.274.719 43,842005 4.135.793 26,302006 5.433.138 31,372007 6.973.663 28,352008 7.127.275 2,20
Sumber : Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera tahun 1995-2008 (diolah)
Tabel 30. Perkembangan Hasil Investasi Asuransi Bumiputera(dalam jutaan rupiah)
TAHUN JUMLAH Perkembangan (%)
1995 43.807
1996 42.529 --2,92
1997 100.154 135,50
1998 81.925 -18,20
1999 89.233 8,92
2000 71.128 -20,29
2001 91.670 28,88
2002 97.647 6,52
2003 197.545 102,30
2004 182.079 -7,83
2005 425.348 133,61
2006 500.719 17,72
2007 685.762 36,962008 445.778 -35,00
Sumber : Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera tahun 2004-
2008 (diolah)
68
4.7. Evaluasi Proporsi Portofolio Investasi Tahun 1995-2008
Pada praktiknya, investor sering melakukan diversifikasi dalam
berinvestasi, yaitu mengombinasikan berbagai instrumen dalam kegiatan
investasinya atau membentuk portofolio.
Perusahaan asuransi dapat membentuk portofolio untuk kegiatan
investasinya. Asuransi Bumiputera melakukan kegiatan investasinya pada
aset finansial, aset riil dan penyertaan.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah :
1. Instrumen investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset
berisiko, artinya instrumen tersebut memiliki varians dan standar
deviasi.
2. Dalam analisa portofolio, digunakan program Microsoft Excel for
Windows dan software Modern Portofolio Theory and Invesment
Analysis berdasarkan Model Markowitz untuk mengevaluasi portofolio
yang telah dilakukan perusahaan periode tahun 1995-2008 secara
gabungan. Analisis portofolio tersebut dilakukan terhadap kumpulan
aset berisiko yaitu deposito, obligasi, saham reksadana, penyertaan,
properti, dan pinjaman hipotik.
Input data yang digunakan dalam menganalisis portofolio investasi
adalah data mengenai :
1. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari semua aset yang diteliti
2. Varians atau standar deviasi dari aset-aset tersebut
3. Kovarians dan korelasi antar pengembalian aset-aset dalam portofolio
Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada
instrumen deposito, obligasi, saham, reksadana, penyertaan, properti, dan
pinjaman hipotik. Alokasi untuk deposito lebih mendominasi setiap
tahunnya dan relatif tetap dibandingkan dengan instrumen lain (Lampiran
3). Deposito memberikan kepastian pendapatan meskipun lebih rendah
jika dibandingkan dengan instrumen lainnya, dan memilki risiko yang
rendah pula. Alokasi untuk obligasi awalnya relatif tetap pada tahun 1995
hingga tahun 2002. Namun alokasi tersebut kemudian meningkat pada
69
tahun 2004 hingga 2008, sedangkan alokasi untuk saham relatif
berfluktuasi pada rentang tahun 1995 hingga 2004, kemudian meningkat
hingga tahun 2008. Untuk alokasi reksadana, pada tahun 1995, 1998 dan
1999 tidak dilakukan investasi. Adapaun pada tahun-tahun selanjutnya
alokasi rutin dilaksanakan hingga periode 2008. Pada instrumen
penyertaan, dana yang diinvestasikan berfluktuatif sedangkan untuk
properti pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup
pesat. Berbeda dari properti, pada pinjaman hipotik dana yang
diinvestasikan mengalami penurunan pada tahun-tahun tertentu yaitu pada
tahun 2000 hingga tahun 2007.
Langkah pertama dalam menganalisis suatu portofolio yang telah
dilakukan perusahaan adalah mengetahui tingkat pengembalian yang
diharapkan dari masing-masing instrumen dan risikonya. Rincian tingkat
pengembalian yang diharapkan dan risikonya terdapat pada tabel berikut :
Tabel 31. Tingkat pengembalian yang diharapkan dan risikoinstrumen investasi (dalam persentase)
Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera (diolah)
InstrumenInvestasi
Depo-sito
Obli-gasi
SahamReksa-dana
Penyerta-an
PropertiPinjamanHipotik
1995 7,42 12,88 50,12 0,00 1,30 0,00 6,96
1996 8,98 15,48 2,85 4,69 2,71 0,00 8,81
1997 8,52 27,03 102,16 4,80 3,40 0,00 10,15
1998 15,51 18,30 -39,17 0,00 3,83 0,00 2,31
1999 10,18 26,96 3,78 0,00 7,59 0,00 1,21
2000 5,99 12,46 23,42 4,27 4,72 0,00 7,01
2001 6,92 20,25 20,66 5,79 10,82 0,40 16,00
2002 6,12 6,05 28,31 8,36 11,69 0,46 19,97
2003 7,73 7,23 40,73 3,28 6,74 9,67 30,27
2004 5,30 22,04 54,82 0,79 11,75 1,16 43,66
2005 4,25 7,01 24,94 2,76 12,51 27,81 25,58
2006 6,22 7,80 32,81 2,10 6,47 10,67 20,84
2007 5,51 7,61 72,95 8,47 8,14 8,50 27,52
2008 4,66 10,88 11,76 8,06 4,13 0,32 6,48
∑ R 103,32 201,97 430,14 53,37 95,79 59,00 226,76
E (Ri) 7,38 14,43 30,72 3,81 6,84 4,21 16,20
Sta. Dev 2,78 7,12 32,61 2,97 3,57 7,59 11,88
Koef. Var 0,38 0,49 1,06 0,78 0,52 1,80 0,73
70
Data lengkap mengenai perhitungan tingkat pengembalian yang
diharapkan, risiko masing-masing instrumen investasi serta koefisien
variasinya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa instrumen saham
memberikan return tertinggi yaitu 30,72 persen, namun memiliki standar
deviasi paling tinggi pula sebesar 32,61 persen. Jika diurutkan, setelah
saham, instrumen yang memberikan return tinggi adalah pinjaman hipotik
sebesar 16,20 dengan standar deviasi sebesar 11,88, obligasi sebesar 14,43
persen dengan standar deviasi 7,12 persen. Return deposito adalah 7,38
persen dengan standar deviasi 2,78 persen, penyertaan sebesar 6,84 persen
dengan standar deviasi 3,57 persen, properti sebesar 4,21 persen dengan
standar deviasi 7,59 dan terakhir return reksadana adalah 3,81 persen
dengan standar deviasi 2,97 persen.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa instrumen saham
merupakan instrumen yang memberikan return tertinggi dan standar
deviasi yang tinggi pula. Namun, jika di analisis lebih jauh lagi, saham
memiliki return atau tingkat pengembalian yang berfluktuatif dan
menurun tajam pada tahun 2008. Penurunan ini tidak sebanding dengan
jumlah dana alokasi yang ditempatkan pada saham yang semakin
meningkat dari tahun ke tahunnya. Dalam Lampiran 2, terlihat bahwa
rupiah yang ditempatkan untuk investasi meningkat dari tahun 2004
sebesar Rp 41 triliun menjadi Rp 256 triliun pada tahun 2008. Sayangnya
peningkatan ini tidak berlangsung sama pada hasil investasinya. Hasil
investasi saham sempat meningkat pada tahun 2007, kemudian menurun
drastis pada tahun 2008. Hal inilah kemudian yang berpengaruh pada
tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham. Return atau tingkat
pengembalian yang diharapkan saham menurun hingga mencapai 11,77
persen pada tahun 2008. Namun, secara keseluruhan return rata-rata dari
saham adalah yang terbesar dibandingkan dengan instrumen lainnya.
Adanya return yang semakin menurun ini disebabkan karena
kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun 2008. Krisis global yang
menghantam pada kuartal terakhir tahun 2008 mempengaruhi industri
71
perasuransian Indonesia. Dalam setahun terakhir 2008, secara keseluruhan
perusahaan asuransi jiwa mengalami penurunan jumlah aset dan kekayaan
dalam bentuk investasi. Hal ini dikarenakan perusahaan jiwa pada
umumnya menginvestasikan kekayaannya dalam investasi jangka panjang
yaitu saham.
Diketahui bahwa pasar modal di akhir tahun 2008 mengalami
penurunan IHSG yang sangat tajam, sehingga mempengaruhi nilai
kekayaan perusahaan asuransi jiwa. Di pasar saham, tekanan terhadap
pasar keuangan global yang masih berlanjut berdampak pada menurunnya
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Agustus 2008.
Penurunan kinerja IHSG terutama disebabkan oleh gejolak eksternal yang
bersumber dari permasalahan utama di bursa global. Hal ini kemudian
berpengaruh kepada Asuransi Bumiputera yang juga menempatkan
sebagian dananya pada saham. Karena salah satu hal tersebut, maka
terjadilah penurunan pendapatan investasi perusahaan pada tahun 2008.
Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan deposito pada bank.
Ketika perusahaan membeli obligasi, perusahaan akan memperoleh bunga
/ kupon yang tetap secara berkala, sampai waktu jatuh tempo. Ketika
obligasi tersebut jatuh tempo, maka penerbit harus membayar kepada
investor sesuai dengan nilai pari dari obligasi tersebut beserta bunga /
kupon terakhirnya. Dalam portofolio perusahaan tahun 1995-2008, return
obligasi mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004, return obligasi mencapai
22,04 persen dan kemudian menurun hingga mencapai 10,88 persen pada
tahun 2008. Return rata-rata obligasi adalah 14,43 persen dengan standar
deviasi 7,12 persen.
Dibandingkan dengan reksadana, terlihat dalam tabel bahwa
deposito lebih menguntungkan. Berinvestasi pada reksadana, investor
berpeluang mengalami penurunan nilai investasi dan hal ini tidak akan
terjadi pada deposito bila tidak dicairkan sebelum jatuh tempo. Dalam
tabel, return deposito lebih tinggi dengan standar deviasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan reksadana. Hal ini karena deposito
merupakan aset yang cenderung aman dibandingkan dengan instrumen
72
lainnya. Return deposito mengalami perubahan yang tidak terlalu
signifikan, artinya deposito mengalami kenaikan atau penurunan yang
tidak terlalu besar. Return rata-rata deposito adalah 7,38 persen dengan
standar deviasi 2,78 persen. Namun berbeda dengan deposito, reksadana
mengalami variasi fluktuasi pada tingkat pengembalian yang diharapkan
setiap tahunnya. Tahun 2004, return reksadana adalah 0,79 persen dan
kemudian meningkat hingga 8,06 persen pada tahun 2008. Return rata-rata
reksadana adalah 3,81 persen dengan standar deviasi 2,97 persen. Adapun
return pinjaman hipotik mengalami peningkatan pada tahun 2001 hingga
2007 dan menurun kembali pada tahun 2008. Untuk investasi pada aset riil
yaitu pada penyertaan dan properti, pada properti return yang diharapkan
lebih rendah dari standar deviasinya hal ini dikarenakan pada tahun 1995
hingga 2000 hasil investasi perusahaan nol meskipun sejumlah dana telah
dialokasikan untuk instrumen tersebut.
Setelah return dan risiko masing-masing instrumen diketahui, input
lain yang diperlukan untuk menganalisis portofolio perusahaan adalah
menghitung kovarians dan koefisien korelasi antar instrumen investasi.
Berikut adalah tabel kovarians dan korelasi antar instrument investasi :
Tabel 32. Kovarians antar instrumen investasi
Sumber : Data portofolio Asuransi Bumiputera (diolah)
Dari tabel diatas, kovarians antar instrumen menunjukkan nilai
yang positif dan negatif. Kovarians yang bernilai positif, berarti tingkat
Koefisienkorelasi
Depo-sito
Obli-gasi
SahamReksa-dana
Penyerta-an
Proper-ti
Pinjamanhipotik
Deposito
Obligasi 9,86
Saham-
49,789,86
Reksa-dana
-4,27 -9,04 26,75
Penyerta-an
-4,67 -4.27 8,17 2,00
Properti -8,92-
30,6525,70 -0,95 13,27
PinjamanHipotik
-19,04
-27,77
188,43 3,74 30,47 44,10
73
pengembalian instrumen-instrumen dalam portofolio cenderung bergerak
pada arah yang sama, artinya ketika satu aset menghasilkan keuntungan
melebihi keuntungan rata-rata, maka aset yang satu lagi juga cenderung
untuk bertindak dengan cara yang sama yaitu melebihi keuntungan rata-
ratanya. Sedangkan kovarians yang negatif menunjukkan tingkat
pengembalian instrumen-instrumen dalam portofolio cenderung bergerak
pada arah yang berlawanan.
Kovarians dapat diinterpretasikan dengan menggunakan koefisien
korelasi yang memiliki nilai antara +1 hingga -1.
Tabel 33. Koefisien korelasi antar instrumen investasiKoefisienkorelasi
Depo-sito
Obli-gasi
SahamReksa-dana
Penyerta-an
Proper-ti
Pinjamanhipotik
Deposito 1
Obligasi 0.50 1
Saham -0.55 0.043 1
Reksadana -0.52 -0.43 0.27 1
Penyertaan -0.47 -0.17 0.07 0.19 1
Properti -0.42 -0.57 0.10 -0.04 0.49 1
PinjamanHipotik
-0.58 -0.33 0.49 0.11 0.72 0.49 1
Sumber : Data portofolio Asuransi Bumiputera (diolah)
Korelasi menggambarkan seberapa besar hubungan antara
pergerakan dua aset. Nilai korelasi yaitu antara -1 hingga +1. Korelasi
positif 1 maka kedua aset tersebut bergerak tepat searah, korelasi 0 maka
pergerakan kedua aset tersebut sama sekali tidak ada hubungan, dan
korelasi negatif -1 maka kedua aset tersebut bergerak secara tepat
berlawanan arah. Perhitungan mengenai kovarian dan koefisien korelasi
dapat dilihat pada Lampiran 9.
Dari tabel terlihat bahwa sebagian aset yang diteliti mempunyai
koefisien korelasi <+1, dan sebagian yang lain memiliki nilai <-1. Korelasi
positif antara dua aset, misalnya antara deposito dan obligasi artinya ketika
tingkat pengembalian dari deposito meningkat, maka diharapkan tingkat
pengembalian dari obligasi juga meningkat. Sebaliknya, korelasi negatif
antara dua aset menunjukkan tingkat pengembalian kedua aset tersebut
74
bergerak berlawanan arah. Dari tabel, terlihat korelasi negatif antara
deposito dan reksadana artinya ketika tingkat pengembalian deposito
menurun, maka diharapkan tingkat pengembalian reksadana meningkat.
Korelasi yang semakin kecil, menunjukkan semakin baik kombinasi
investasinya. Hal ini bermakna bahwa ketika tingkat pengembalian dari
suatu aset melemah, maka tingkat pengembalian pada aset lain justru
menguat. Artinya ketika tingkat pengembalian deposito menurun, maka
diharapkan tingkat pengembalian reksadana meningkat. Jadi kerugian dari
satu aset dalam portofolio dapat ditutupi oleh keuntungan aset lain.
Namun, pada kenyataannya sulit untuk mencari korelasi yang benar-benar
tepat negatif 1, yang akan menghilangkan risiko portofolio. Hal yang dapat
dilakukan hanyalah mengurangi risiko portofolio.
Portofolio investasi yang dilakukan Asuransi Bumiputera selama
periode 1995-2008, yang terdiri dari instrumen deposito, obligasi, saham,
reksadana penyertaan, properti, dan pinjaman polis mempunyai tingkat
pengembalian yang diharapkan pada rentang 6,59 persen sampai dengan
30,72 persen dengan tingkat risiko pada rentang 0,99 persen sampai 32,61
persen. Berikut adalah gambar Expected return dan standar deviasi
perusahaan :
75
Gambar 12. Expected return dan standar deviasi Asuransi Bumiputera
periode 1995-2008(Software Modern Portofolio Theory and
Investment)
Besarnya proporsi jenis investasi yang telah dilakukan perusahaan
selama tahun 1995 hingga 2008, diperlihatkan dengan gambar berikut :
Gambar 13. Bobot jenis investasi portofolio Asuransi Bumiputera periode1995-2008 (Software Modern Portofolio Theory andInvestment)
75
Gambar 12. Expected return dan standar deviasi Asuransi Bumiputera
periode 1995-2008(Software Modern Portofolio Theory and
Investment)
Besarnya proporsi jenis investasi yang telah dilakukan perusahaan
selama tahun 1995 hingga 2008, diperlihatkan dengan gambar berikut :
Gambar 13. Bobot jenis investasi portofolio Asuransi Bumiputera periode1995-2008 (Software Modern Portofolio Theory andInvestment)
75
Gambar 12. Expected return dan standar deviasi Asuransi Bumiputera
periode 1995-2008(Software Modern Portofolio Theory and
Investment)
Besarnya proporsi jenis investasi yang telah dilakukan perusahaan
selama tahun 1995 hingga 2008, diperlihatkan dengan gambar berikut :
Gambar 13. Bobot jenis investasi portofolio Asuransi Bumiputera periode1995-2008 (Software Modern Portofolio Theory andInvestment)
76
Portofolio investasi yang dilakukan perusahaan selama tahun 1995-
2008 memiliki expected return atau tingkat pengembalian yang diharapkan
6,59 dengan standar deviasi atau risiko sebesar 0,99 persen. Artinya setiap
kenaikan 1 persen risiko atau standar deviasi akan meningkatkan 6,60
persen return. Portofolio tersebut dibentuk dari komposisi instrumen
investasi deposito 44,41 persen, obligasi 4,97 persen, saham 0,74 persen,
reksadana 32,25 persen, penyertaan 8,23 persen, properti 7,89 persen, dan
pinjaman hipotik 1,52 persen.
4.8. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat dimunculkan dalam penelitian ini
adalah terkait dengan Bussiness Plan perusahaan mengenai penempatan
dana investasi perusahaan. Dalam penempatan dana investasi pada pasar
uang maupun pasar modal, perusahaan perlu memperhatikan berbagai
informasi yang ada seperti kondisi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
di Pasar Modal maupun besarnya tingkat suku bunga. Perusahaan
berinvestasi pada aset deposito, obligasi, saham, reksadana penyertaan,
properti dan pinjaman hipotik. Deposito merupakan jenis investasi yang
memiliki tingkat risiko investasi rendah serta memudahkan perusahaan
bila membutuhkan dana cepat sekaligus aman sehingga dalam kegiatan
investasinya. Besarnya komposisi investasi dalam deposito tetap harus di
pertahankan dalam prioritas komposisi portofolio investasi, sedangkan
alokasi dana investasi pada saham dan reksadana sebaiknya perlu
dianalisis ulang, karena instrumen tersebut lebih berisiko sehingga
dikhawatirkan akan mengurangi return.
Pengelolaan dalam kegiatan investasi harus didukung oleh sumber
daya manusia dari divisi manajemen dana itu sendiri. Sumber daya
manusia yang fokus dan terarah akan dapat diandalkan untuk membackup
fungsi pengelola investasi. Adapun kegiatan investasi yang dilakukan
perusahaan bersumber dari surplus premi yang diterima dari penjualan
produk asuransinya dan dari pendapatan investasi yang diinvestasikan
kembali. Dengan demikian, kegiatan investasi perusahaan dipengaruhi
oleh jumlah premi yang diterimanya, sehingga perlu ditingkatkan dalam
77
hal kegiatan penagihan preminya. Dalam hal ini diperlukan pelatihan bagi
tenaga pemasaran untuk lebih lanjut. Tenaga pemasaran yang professional
nantinya akan dapat mendukung terjualnya lebih banyak produk asuransi
yang dimilki perusahaan sehingga akan meningkatkan penerimaan premi.
Hal ini pula akan menguntungkan pemegang polis reversionary bonus
yang akan menerima keuntungan dari perusahaan.
Bussiness Plan perusahaan selain dijadikan sebagai acuan
perencanaan dalam investasi, juga dapat digunakan sebagai pengendali
dari kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan. Dalam Bussiness Plan
perusahaan, terdapat rencana atau target yang harus dicapai perusahaan.
Ketika target tersebut kurang terpenuhi, perusahaan dapat
mengevaluasinya dengan mengacu pada program kerja divisi manajemen
dana.
Top Related