Pokok Bahasan 1
KELEMBAGAAN PERBENIHAN PEMERINTAH
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
elembagaan perbenihan adalah unit–unit kerja yang secara terorganisir
melakukan aktivitas di bidang perbenihan. Berdasarkan fungsi dan tugasnya
maka kelembagaan perbenihan digolongkan menjadi 5 golongan yaitu :
Pembina, Penelitian/Pemuliaan, Produsen, Pedagang/Penyalur dan Pengawas Mutu
Benih.Yang dimaksud Pembina dalam perbenihan ini adalah institusi yang menetapkan
kebijakan perbenihan, pembinaan dalam bidang penelitian, produksi dan pengawasan
mutu benih. Institusi pembina yang ada ditingkat pusat adalah Badan Benih Nasional,
Direktorat Perbenihan dan Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Sedangkan pembina yang
ada didaerah dalam rangka pembinaan perbenihan adalah Dinas Pertanian.
K
A.Badan Benih Nasional (BBN)
Landasan hukum kelembagaan Badan Benih Nasional (BBN) ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1971 tertanggal 5 Mei 1971.
Adapun pertimbangan didirikannya BBN adalah dalam rangka peningkatan produksi
pertanian diperlukan adanya kesatuan dalam kebijakan mengenai kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan masalah pebenihan yang pengelolaannya diselenggarakan oleh
Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian). Badan Benih Nasional
dibentuk yang kedudukannya dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian.
Adapun fungsi BBN adalah untuk membantu Menteri Pertanian dalam merencanakan
dan merumuskan kebijakan dibidang perbenihan. Dalam melaksanakan fungsinya BBN
mempunyai tugas-tugas:
1. Merencanakan dan merumuskan peraturan-peraturan mengenai pembinaan
produksi dan pemasaran benih;
1 | P a g e
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami tentang kelembagaan pelayanan, pengawasan, dan sertifikasi Perbenihan milik pemerintah
2. mengajukan pertimbangan-pertimbangan kepada Menteri Pertanian tentang
pengaturan benih yang meliputi:
(a) persetujuan untuk menetapkan atau menghapuskan sesuatu jenis, varietas dan
kwalitas benih, dan
(b)pengawasan mengenai produksi dan pemasaran benih.
Pasal 4 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1971,
menyatakan bahwa Struktur Organisasi Badan Benih Nasional terdiri dari:
1. Ketua Badan
2. Sekretaris Badan
3. Angota-anggota yang terdiri dari pejabat-pejabat dari departemen-departemen dan
instansi yang mempunyai kepentingan dalam masalah pembinaan benih.
Selanjutnya, keanggaotaan BBN, adalah sebagai berikut:
1. Dirjen Pertanian, Departemen Pertanian sebagai Ketua merangkap anggota;
2. Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri dalam Negeri, sebagai anggota;
3. Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Perdagangan, sebagai anggota;
4. Pejabat yang ditunjuk oleh Ketua Bappenas, sebagai anggota;
5. Pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur Bank Indonesia/Bank Sentral, sebagai
anggota;
6. Pejabat yang ditunjuk oleh Ketua Badan Pengendali Bimas, sebagai anggota;
7. Pejabat yang ditunjuk oleh Induk koperasi Pertanian, sebagai anggota;
8. Kepala Pusat Penelitian Pertanian, sebgai anggota;
9. Direktur Utama Sang hyang seri, sebagai anggota;
10.Kepala dinas Sertifikasi benih, sebagai anggota; dan
11.Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian sebagai sekretaris merangkap
anggota.
Apabila dipandang perlu Menteri Pertanian dapat menambah keanggotaan BBN
dari kalangan pengusaha swasta yang bersangkut paut dengan usaha perbenihan.
Sedangkan biaya yang bersangkutan dengan pelaksanaaan tugas BBN dibebankan
kepada anggaran Departemen Pertanian.
Badan Benih Nasional adalah lembaga non struktural yang berkedudukan
dibawah Menteri Pertanian memiliki fungsi membantu Menteri Pertanian dalam
merencanakan dan merumuskan kebijakan di bidang perbenihan. Dalam menjalankan
fungsinya tersebut BBN dibantu oleh 2 (dua) Tim Teknis yaitu : Tim Penilai dan
Pelepas Varietas (TP2V) dan Tim Pembinaan, Pengawasan Dan Sertifikasi (TP2S).
2 | P a g e
Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V) anggotanya terdiri dari unsur Direktorat
Jenderal, Badan Litbang, Badan Karantina serta Asosiasi Perbenihan, mempunyai tugas :
(1). Merumuskan prosedur untuk penentuan penilaian, persetujuan pemasukan,
pelepasan dan penarikan kembali varietas-varietas tanaman dalam program
pertanian.
(2). Memberikan nasehat teknis kepada Badan Benih Nasional dalam bidang yang
terkait dengan pelepasan varietas atau penarikan varietas yang telah dilepas.
(3). Menyusun daftar dari varietas-varietas yang telah dilepas.
Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi (TP2S) anggotanya terdiri dari unsur
Direktorat Jenderal, Badan Litbang, Badan Karantina, mempunyai tugas :
(1). Merumuskan kebijaksanaan umum tentang pengawasan pemasaran dan sertifikasi
benih.
(2) Merumuskan peraturan dan prosedur pelaksanaan pembinaan.
(3). Merumuskan kebijaksanaan perbenihan lainnya yang berhubungan dengan
perkembangan perbenihan.
(4). Menyusun daftar varietas yang dapat disertifikasi.
Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 1971 maka Menteri Pertanian menerbitkan Surat Keputusan Nomor
461/Kpts/Org/11/1971 Tentang Kelengkapan Susunan Organisasi, Perincian Tugas dan
Tata Kerja Badan Benih Nasional. Adapun susunan kelengkapan organisasi BBN,
adalah:
1. Sekretariat; mempunyai tugas:
menyelenggarakan urusan tata usaha dan surat-menyurat;
membuat rencana sidang, termasuk persiapan dan penyelenggaraan; dan
menyelenggarakan urusan umum dan keuangan.
2. Tim Penilai dan Pelepas Varietas; mempunyai tugas:
merumuskan prosedur untuk penentuan penilaian, persetujuan pemasukan, pelepasan,
dan penarikan kembali varietas-varietas dalam program pertanian;
memberikan nasehat teknis kapada BBN dalam bidang yang berhubungan dengan
persetujuan tentang pelepasan varietas atau penarikan kembali varietas-varietas yang
telah ditentukan; dan
3 | P a g e
menyusun daftar dari varietas-varietas yang telah diresmikan penyebarannya.
3. Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi; mempunyai tugas:
merumuskan kebijaksanaan umum tentang pengawasan, sertifikasi dan
pelaksanaannya;
merumuskan peraturan dan prosedur terperinci untuk pelaksanaan pembinaan,
pengawasan, pemasaran benih dan sertifikasi apabila diminta oleh Menteri
Pertanian;
merumuskan kebijaksanaan perbenihan lainnya yang berhubungan dengan
perkembangan pelbagai unsur program benih dan aktivitas yang berhubungan
dengan itu; dan
menyusun daftar dari varietas-varietas yang cocok untuk disertifikasi.
Di lain pihak, tata kerja Sekretariat BBN diatur dalam Surat Keputusan Menteri
mengangkat beberapa tenaga staf dengan persetujuan Ketua Badan Benih Nasional.
B. Direktorat Perbenihan
Kelembagaan pemerintah yang menangani perbenihan tanaman adalah Direktorat
Perebenihan pada Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 96/Kpts/OT.210/2/1994 dan di perbaharui dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/OT.210/2001. Direktorat Perbenihan
mempunyai tugas: melaksanakan perumusan kebijakan, standarisasi dan bimbingan teknis
serta evaluasi dibidang perbenihan tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugasnya maka Direktorat Perbenihan menyelenggarakan
fungsi penyiapan perumusan kebijakan dibidang perbenihan tanaman pangan yang
meliputi ;
a. penyiapan perumusan standar, norma, kriteria dan prosedur dibidang perbenihan
tanaman pangan;
b. bimbingan teknis dibidang perebenihan tanaman pangan;
c. evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang perbenihan tanaman pangan; dan
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
4 | P a g e
Direktorat Perbenihan membawahi beberapa Sub-Direktorat, yaitu:
a. Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Mutu Benih;
(1) Seksi Penilaian Varietas dan Pelepasan Varietas;
(2) Seksi Mutu Benih
b. Sub Direktoraat Produksi Benih Serealia;
(1) Seksi Padi
(2) Seksi Jagung dan Serealia Lain
c. Sub Direktorat Produksi benih kacang-kacangan dan Ubi-Ubian;
(1) Seksi Kacang-Kacangan
(2) Seksi Ubi-Ubian
d. Sub Direktoraat Kelembagaan Benih;
(1) Seksi Pengembangan Kelembagaan Benih
(2) Seksi Identifikasi Kelembagaan Benih
e. Sub Bagian Tata Usaha:
(1) Sub Bagian Kepegawaian
(2) Sub Bagian Persuratan
(3) Sub Bagian Rumah Tangga
C. Lembaga Penelitian
Program pemuliaan tanaman sangatlah penting untuk memperbanyak serta
memperluas jenis tanaman di Indonesia dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sejak dimulainya program pemuliaan tanaman di Indonesia telah didapatkan banyak
varietas-varietas unggul yang dapat meningkatkan produksi dan bahkan mendukung
tercapainya swasembada pangan. Selanjutnya, kiprah para pemulia bangsa Indonesia juga
telah menghasilkan varietas-varietas yang merupakan prestasi internasional, diantaranya
melalui International Rice Research Institute (IRRI).
Namun demikian dalam industri benih saat ini belumcukup mampu menjamin
kontinuitas ketersediaan benih bermutu yang tejangkau. Sering terjadi kasus perbenihan,
dimana varietas tertentu tidak tersedia pada saat yang diperlukan, atau benih yang tersedia
tidak merupakan pilihan petani. Beberapa masalah penghambat dalam perkembangan
industri benih buka pada kemampuan menghasilkan varietas unggugul, akan tetapi
disebabkan antara lain oleh: adopsi varietas unggul oleh petani masih rendah, varietas
5 | P a g e
unggul yang tersedia atau dilepas kurang sesuai dengan keinginan/preferensi konsumen,
atau konsumen belum mengetahui keberadaan dan keunggulan dari suatu varietas baru.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (PUSLITBANGTAN)
merupakan bagian dari Badan Litbang Pertanian yang memiliki tugas dan fungsi untuk
melakukan penelitian, perakitan/ penyilangan, yang pada akhirnya dapat dihasilkannya
varietas-varietas unggul yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian
serta pengembangan dalam penerapan teknologi pertanian sehingga produksi dapat
ditingkatkan secara optimal.
Upaya untuk menghasilkan varietas unggul dapat ditempuh melalui, antara Lain:
1. program pemuliaan varietas di dalam negeri;
2. pemanfaatn dan pengembangan plasmanuftah nasional; dan
3. introduksi galur harapan/varietas dari luar negeri.
Kegiatan pemuliaan tanaman tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan
kultivar/varietas unggul baru, melainkan juga untuk mempertahankan kemurnian
varietas/kultivar yang sudah ada. Kegiatan pemuliaan dan penelitian tanaman ppangan
dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) yang
secara operasional dilakukan oleh unit kerja dibawahnya, yang memiliki tugas pokok,
lokasi dan instalasi penunjang. Status Unit Kerja yang dibawah Puslitbangtan tersebut
merupakan institusi pemerintah pusat, yang berada di daerah. Contoh Balai Penelitian
Tanaman Padi di Sukamandi, Jawa barat; Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan
Ubi-Ubian Kendal Payak-Malang, Jawa Timur; Balai Penelitian Tanaman Serat dan
Tembakau Karang Ploso-Malang, Jawa Timur; Balai Penelitian Tanaman Hortikultura
Solok, Sumatera Barat; Balai Penelitian Jagung dan Serealia Maros-Sulawesi Selatan, dls.
Balai-balai penelitian tersebut bertanggungjawab terhadap tersedianya Benih
Pejenis (Breeder Seed) dari varietas yang dihasilkannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Disamping penyelenggaraan pemuliaan tanaman
dilakukan oleh instansi pemerintah, juga perusahaan swasta multinasional telah
mempunyai instalasi penelitian yang diharapkan terus bertambah dan berkembang.
6 | P a g e
D. Balai Benih
Sejarah pendirian Balai Benih dimulai dari didirikannya beberapa Kebun Bibit pada
jaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah merdeka pemerintah Republik
Indonesia mendirikan Kebun-Kebun Bibit Desa, kemudian Kebun-Kebun Bibit Desa
tersebut berubah mernjadi Balai Benih. Balai Benih yang memproduksi benih di daerah
diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsin dan Dinas Pertanian Kabupaten.
Selanjutnya, dengan diberlakukannya peraturan perundanganm otonomi daerah maka
Balai Benih tersebut berubah mejadi Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan sebagian
besar masih dalam pembahasan di Pemerintah Daerah.
Berdasarkan tugas dan fungsi serta lokasi dan tanggungjawab pembinaannya
sebelum pelaksanaan otonomi daerah, maka Balai-Balai benih tersebut digolongkan dalam
tga kategori, yaitu:
a. Balai Benih Induk (BBI)
b. Balai Benih Utama (BBU)
c. Balai Benih Pembantu (BBP)
Penggolongan tersebut berlaku untuk komoditas padi maupun palawiaja.
Perbanyakan Benih Pejenis (BS) untuk menghasilkan Benih Dasar (BD) dilakukan di
Balai Benih Induk (BBI) yang dikelola Dinas Pertanian Provinsi, sedangkan perbanyakan
Benih Dasar untuk menghasilkan Benih Pokok (BP) dan BP menjadi Benih Sebar (BR)
masing-masimng dilakukan di Balai Benih Utama (BBU) dan Balai Benih Pembantu
(BBP) yang dikelola Dinas Pertanian Kabupaten. Sampai menunggu Perda Balai Benih di
beberapa daerah tetap melaksanakan tugas dan fungsinya yang lama.
E. Balai Perngawasan Benih dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 461/Kpts/Org/11/1973 menetapkan
bahwa Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih dilakukan langsung oleh Pusat, yaitu Sub
Direktorat Mutu Benih, Direktorat Bina Produksi. Pada tahun 1978 Menteri Pertanian
mengeluarkan keputusan , yaitu Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
529/Kpts/Org/8/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSBTPH) melaksana tugas Penilaian Kultivar, Sertifikasi Benih, Pengujian
7 | P a g e
Laboratoris, dan Pengawasan Peredaran Benih di daerah merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pusat.
Selanjutnya, untuk kelancaran pelaksanaan tugas BPSBTPH di masing-masing
provinsi dan wilayah kerjanya maka Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan
membentuk Satuan Tugas di 14 Provinsi melalui Surat Keputusan Nomor I.HK.050.84.
Pada tahum 1994 Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Nomor
468/Kpts/OT.210/6/94 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawasan dan Tata
Kerja Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dan
Loka Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura di dua lokasi,
yaitu Lokasi Kalimantan Barat (LPSB TPH I Kalimantan Barat) dan Lokasi Irian Jaya
(LPSB TPH II Irian Jaya). Selanjutnya, dengan semangat otonomi daerah menteri
pertanian meningkatkan status Satuan Tugas di sebelas provinsi menjadi Kelembagaan
Balai Pengawasan dan Serifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui Surat
keputusan Menteri Pertanian Nomor 46/Kpts/OT.210/1/2001. Kedudukan, tugas dan
fungsi BPSB TPH, terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Teknis, dan
Kelompok Jabatan Fungsional utnuk 26 BPSB TPH untuk wilayah kerja masing-masing
provnsi, dan selanjutnya sesuai dengan semangat otonomi daerah telah diserahkan kepada
pemerintah daerah secara utuh (peronil, perelengkapan, pembiayaa, dan dokumentasi).
Tugas BPSB TPH, antara lain: menyiapkan benih varietas bermutu unggul;
melaksanakan pengujian untuk menemukan varietas unggul baru; dan melaksanakan
sertifikasi dan pengawasan mutu benih. Selain menghasilkan benih bermutu BPSB TPH
secara langsung dapat menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kegiatan
sertifikasi. Telah lima BPSB TPH menjadi UPT Dinas Pertanian melalui SK Gubernur
maupun Peaturan Daerah, yaitu: provinsi Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat dengan nama sesuai dengan kondisi daerah.
Sedangkan di Povinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Provinsi Riau UPT BPSBTPH
tersebut dilebur ke Dinas Pertanian (strukturalnya) sedangkan fungsionalnya masuk
kedalam Jabatan Fungsional. Provinsi yang lain, masih dalam pembahasan dengan Pemda
termasuk Prtovinsi banten, Maluku Utara, dan Bangka Belitung.
Pengawasan atau pengendalian mutu benih ini dilakukan sejak dari proses
memproduksi benih hingga benih tersebut diedarkan di masyarakat. Pengawasan mutu
benih bertujuan agar benih yang akan dipergunakan oleh petani dapat terkjamin mutunya,
baik itu mutu genetik, mutu fisiologis maupun mutu fisik. Pengawasan Mutu Benih
dilakukan oleh suatu Institusi yang telah diberi wewenang oleh pemerintah dan saat ini
8 | P a g e
pelaksanaan pengawasan mutu dan sertifikasi benih dilakukan oleh Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih merupakan institusi pemerintah yang
memiliki fungsi sebagai lembaga pengawasan dan sertifikasi benih untuk tanaman pangan
dan hortikultura. BPSB dibentuk sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden RI nomor
72 tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan, Pemasaran Dan Sertifikasi Benih. Dalam
menjalankan fungsinya, BPSB memiliki tugas : (1) Melaksanakan Penilaian Kultivar; (2)
Melaksanakan Pengujian Benih Laboratorium; (3) Melaksanakan Sertifikasi Benih, dan
(4) Melaksanakan Pengawasan Mutu dan Pengawasan Peredaran Benih.
9 | P a g e
10 | P a g e
F. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian yang berkedudukan di Propinsi maupun Kabupaten/Kota
merupakan kepanjangan tangan dari Gubernur atau Bupati/Walikota yang memiliki peran
sebagai pembina perbenihan didaerah terutama dalam pembinaan Produksi dan Distribusi
benih. Dalam melakukan pembinaan perbenihan, Dinas Pertanian Propinsi memiliki 2
(dua)unit pelaksana teknis yaitu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura (BPSB TPH) dan Balai Benih Propinsi, sedangkan bagi Dinas Pertanian
Kabupaten hanya memiliki 1 (satu) unit pelaksana teknis yaitu Balai Benih Kabupaten.
11 | P a g e
POKOK BAHASAN 2
KELEMBAGAAN PRODUSEN DAN PEMASARANTujuan Instruksional Umum (TIU)
1. Produsen Benih
ekade pertengahan tahun 1960 banyak dilepas varietas unggul baru yang
berpotensi hasil tinggi, yang seharusnya memacu kinerja Balai Benih sebagai
institusi pemerintah yang mempunyai tugas perbanyakan Benih Sumber.
Namun, karena terkendala pendanaan dan sumberdaya manusia yang terampil belum
memadai maka pemerintah membuat kebijakan dalam program perbenihan pada tahun 1970
yaitu secara bertahap usaha perebenihan dilimpahkan kepada sektor swasta, sedangkan
pemerintah bertanggungjawab dalam melaksankan penelitian, pembinaan/penyuluhan dan
pengawasan mutu/pemasaran.
D
Implemnetasi kebiajkan tersebut antara lain telah didirikannya Perum Sang Hyang Sri
(SHS) pada tahun 1971 berstatus semi swasta sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang berfungsi mendampingi Balai-Balai Benih dalam memproduksi beniih pada bebrbagai
kelas benih seperti Benih Dasar sampai Benih Sebar. Perum SHS telah berubah statusnya
menjadi Perseroan Terbatas Sang Hyang Sri (PT SHS). PT SHS mempunyai unit-unit
pengolahan benih dan dalam meproduksi Benih Sebar bekerjasama dengan petani-petani
penangkar.
Adapun rantai perbanyakan Benih Sebar, yaitu: BS------BD------BP untuk varietas
publik (Public Variety), yaitu varietas yang selama ini dialkasanakan oleh pemerintah
melalui Balai-Balai Benih, serta dirintis untuk dilaksanakan juga oleh swasta dengan tetap
dibina oleh pemeritah.
Disamping PT SHS, produsen benih swasta antara lain: PT Patra Tani, PT Pertani, PT
BISI, PT Pioneer Hybrida Indonesia, PT Monsanto, PP Kerja, dls.
12 | P a g e
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami tentang kelembagaan produsen dan pemasaran (BUMN, swasta, dan penangkar).
Produsen benih, khususnya tanaman pangan banyak yang belum mampu mempunyai
Penelitian Pemuliaan Tanaman, disisi lain pemerintah khususnya Kementerian Pertanian
telah membangun Institusi Pertanian yang cukup besar dan menjadi aset bangsa yang harus
dimanfaatkan oleh seluruh produsen benih. Di lain pihak, bahwa varietas padi yang baru
dilepas yang tidak melibatkan para produsen benih yang kan memasarkan dalam
memilih/memnentukan varietas yang akan dilepas sehingga produsen benih menghadapi
kendala:
1. perlu waktu untuk mengetahui secara jelas sifat dan karakter dari varietas tersebut;
2. kesenjangan waktu tersebut mengakibatkan adanya kebingungan para salesman di
lapangan;
3. akibat informasi berlebihan para produsen langsung menangkar FS, dan-atau SS secara
besar-besaran untuk mempersiapkan ES; dan
4. para produsen hanya menagkar varietas yang sangat diisukaan oleh petani konsumen
(market oriented) sehingga jumlah yang ditangkar hanya sedikit dari banyak varietas
yang dilepas.
Produsen benih adalah perorangan atau badan hukum yang memiliki bidang usaha
memproduksi benih. Yang dimaksud perorangan disini yaitu petani penangkar atau
produsen penangkar yang secara individu memproduksi benih dengan tujuan untuk
dikomersialkan/ diperjualbelikan. Sedangkan produsen benih berbadan hukum adalah suatu
institusi atau lembaga yang secara terorganisir memproduksi benih untuk dikomersialkan.
Badan hukum ini dapat merupakan lembaga/institusi pemerintah ataupun swasta. Badan
Hukum pemerintah yaitu Balai-Balai Benih atau BUMN (contoh : PT. Sang Hyang Seri dan
PT. Pertani), sedangkan untuk swasta seperti PT. BISI, PP. Kerja dan sebagainya. Untuk
menjadi produsen benih diperlukan beberapa persyaratan yaitu : 1) memiliki sarana yang
memadai, misalnya, menguasai lahan untuk memproduksi benih, memiliki fasilitas
pengolahan dan penyimpanan dan sebagainya, 2) Memiliki tenaga terampil yang mampu
untuk memproduksi benih, 3) Mematuhi peraturan dalam produksi dan sertifikasi benih.
Bila dilihat dari lingkup usahanya produsen benih dapat dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu produsen benih terpadu dan produsen benih parsial. Produsen benih
terpadu disebut juga Industri Benih dimana lingkup usahanya meliputi penemuan/perakitan
varietas, produksi benih sampai dengan pemasaran/pengedarannya. Sedangkan untuk
produsen benih parsial lingkup usahanya hanya satu atau beberapa bagian dari kegiatan
perbenihan. Pada produsen benih parsial ini, biasanya bekerja sama dengan lembaga
penyelenggara pemuliaan dan penelitian untuk memperoleh varietas - varietas yang akan
13 | P a g e
dikembangkan. Beberapa produsen benih terpadu adalah PT. BISI, PT. DUPONT dan PT.
MONSANTO. Sedangkan yang termasuk produsen benih parsial adalah PT. Pertani, PP.
Kerja dsb. Berdasarkan mekanisme kerjanya, maka produsen benih dikelompokkan menjadi
2 (dua) yaitu produsen benih mandiri dan produsen benih mitra usaha. Produsen benih
mandiri artinya produsen benih yang memasarkan/memperdagangkan/menjual hasil
produksinya sendiri, sedangkan produsen benih mitra usaha adalah produsen benih yang
menjual hasil produksinya kepada mitra usahanya.
2. Pedagang Penyalur Benih
Pedagang Penyalur Benih adalah pedagang yang bergerak di sub sistem agroinput
atau pedagang sarana produksi pertanaian (saprotan). Pedagang saprotan akan menjembatani
produsen benih dengan petani dalam menyiapkan sarana produksi yang cepat terakses oleh
petani. Petani, sekarang pada umumnya telah banyak mengakses benih melalui pedagang-
pedagang yang sering disebut dengan Toko Pertanian. Benih yang dijual sangat bervariasi
mulai benih hasil produksi dalam negeri maupun benih impor. Untuk benih impor yang
semakin variatif adalah benih komoditi hortikultura.
Dengan demikian keberadaan Pedagang Penyalur Benih yang berada di pusat
produsen atau di desa sangatlah berpengaruh terhadap ketersediaan benih yang diinginkan
oleh petani dan tersedia dalam pilihan variatas yang bervariasi. Namun demikian,
hendaknya peredaran benih yang dilaksanakan oleh Pedagang Penyalur Benih dapat diawasi
dengan ketat supaya tidak merugikan petani pemakai benih tersebut.
Pedagang/Penyalur Benih adalah perorangan atau badan hukum yang berusaha
dibidang perdagangan dan penyaluran benih. Perorangan, Badan Hukum atau Instansi
Pemerintah yang akan memperdagangkan dan menyalurkan benih harus mendaftar kepada
Menteri Pertanian melalui Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Pelimpahan
kewenangan tersebut didelegasikan kepada BPSB yang berkedudukan di setiap propinsi.
Beberapa peryaratan yang harus dipenuhi oleh pedagang/penyalur benih yaitu : (1)
Mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku, (2) Menjaga mutu benih yang
diperdagangkan, (3) Memiliki catatan administrasi yang terkait dengan aktivitasnya seperti
data benih yang diperdagangkan, dan (4) Melaporkan setiap terjadi perubahan data peredaran
benih yang diperdagangkan. Bagi calon pedagang/penyalur yang mampu memenuhi
persyaratan tersebut akan diberikan Tanda Daftar sebagai Pedagang/Penyalur Benih.
14 | P a g e
Usaha pedagang/penyalur benih ini diawali dari mencari/ mengumpulkan/membeli
sampai dengan memasarkan/ menjual/ menyalurkan benih kepada para konsumen benih.
Keuntungan yang didapatkan oleh pedagang/ penyalur benih adalah selisih harga pembelian
dan penjualan. Berdasarkan kemampuan usahanya, maka pedagang/penyalur dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : (1) Distributor/ Agen Tunggal, (2) Dealer/
Pedagang Besar, dan (3) Retail /Pedagang Eceran. Agen Tunggal atau Distributor Benih
adalah pedagang penyalur benih tunggal yang ditunjuk langsung oleh produsen untuk
memasarkan serta memperdagangkan benih yang diproduksinya. Dealer atau Pedagang
Besar adalah pedagang/penyalur benih yang memasarkan/ memperdagangkan benih secara
partai(grossir). Dealer atau Pedagang Besar tersebut biasanya berkedudukan di Ibukota
Propinsi atau Kabupaten/kota. Retail/ Pedagang Eceran adalah pedagang/peyalur benih yang
memasarkan benihnya secara eceran. Pedagang eceran ini biasanya sampai ketingkat
pedesaan sehingga dapat dijangkau oleh konsumen benih.
3. Lembaga Sertifikasi Sistim Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM
BTPH) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri pertanian Nomor
1100-1/Kpts/Kp.150/10/1999 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pembentukan LSSM BPTPH adalah, untuk:
1. menjamin mutu dan meningkatkan daya saing produksi benih;
2. memberikan perlindungan kepada produsen dan masyarakat perbenihan yang tidak
memihak;
3. perlu adanya Kelembagaan Pelayanan Sertifikasi Sistim Mutu Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura; dan
4. mendorong dan menumbuhkan kemandiria pelaku agribisnis perbenihan, dengan
pemeberian peran kewenangan kepada pelaku agribisnis yang telah mampu menjamin
mutunya.
Direktorat Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan dan direktorat Perbenihan dan sarana
Produksi Ditjen Hortikultura telah ditunjuk sebagai pengelola LSSM BTPH. Tugas dan
fungsi dari LSSM BTPH adalah melaksanakan Sertifikasi Sistim Mutu pada pelaku
agribisnis perbenihan. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Menteri
Pertaniaan melalui Ditjen Tanaman Pangan dan Ditjen Hortikultura.
Tata cara dan ketentuan Sertifikasi Sistem Mutu Benih akan diatur oleh Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sedangkan biaya operasionalnya juga
15 | P a g e
dibebankan kepada Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikulura. Dalam melakukan
kegiatannya mengacu kepada panduan mutu yang telah disusun sbagai acuan resmi yang
memuat pernyataan pokok dan bersifat tidak teknis.
Panduan mutu ini didukung/dilengkapi dengan dokumen prosedur, intruksi kerja dan
formulir yang digunakan untuk melengkapi LSSM BPTPH dalam mengelola Sistim
Jaminan Mutu. Sedangkan bagi produsen benih yang ingin mendapatkan setifikat Sistim
Mutu dari LSSM BTPH juga harus membuat Panduan Mutu dan memenuhi persyartan-
persyaratan yang ditetapkan oleh LSSM BTPH. Dan bagi produsen yang memenuhi
persyaratan dan bersedian menuruti kdetentuan pelaksanaan akan diberikan ijin (sertifikat)
wewenang untuk melaksanakan sertifikasi dilingkungan usahanya sendiri.
Sampai saat ini lembaga LSSM BTPH telah mengeluarkan Sertifikasi Sistem Mutu
kepada sembilan produsen benih, yaitu: PT BISI, PT Sang Hyang Sri, PT Dupont Hybrida
Indonesia, PT East West Indonesia, PT Branita Sandhini, PT Jagung Hybrida Sulawesi, PT
Benih Citra Indonesia, PT Agri makmur Pertiwi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
dan Sertifikasi yang diberikan berlaku dalam jangka waktu tiga tahun.
Sejalan dengan perkembangan situasi saat ini yang menuntut adanya suatu lembaga
yang mampu mengakreditasi produsen benih sehingga produsen benih tersebut mampu
melaksanakan sertifikasi benih mandiri, maka ditingkat pusat dibentuk Lembaga
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM-
BPTPH) adalah lembaga yang melakukan sertifikasi sistem manajemen mutu terhadap
pelaku agribisnis atau unit usaha (perseorangan, kelompok atau badan hukum) di bidang
perbenihan tanaman pangan dan hortikultura.
Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) untuk benih tanaman pangan dan hortikultura.
Sertifikasi benih mandiri pada produsen benih benih tersebut meliputi pengendalian mutu
benih sejak dari proses produksi benih sampai dengan pemasangan label (sertifikat).
Ruang lingkup kegiatan sertifikasi sistem manajemen mutu sesuai dengan ISO 9001-
2008, yang mencakup kegiatan proses produksi maupun pasca panen baik untuk
menghasilkan benih maupun untuk keperluan konsumsi dibidang tanaman pangan dan
hortikultura.
LSSM-BTPH berstatus Pemerintah, dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 tanggal 13 Oktober 1999, tentang
Pembentukan LSSM-BTPH. Sejak tanggal 28 Januari 2005, LSSM-BPTH telah
16 | P a g e
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor Sertifikat : Nomor
LSSM-020-IDN, dengan ruang lingkup kegiatan diperluas Sertifikasi Benih Tanaman.
Jumlah Produsen Benih/Pelaku Agribisnis yang telah melakukan sertifikasi mandiri
sebanyak 9 (sembilan) Produsen Benih, yaitu :
1. PT. BISI (Produsen Benih Jagung, Benih Padi dan Benih Hortikultura)
2. PT. DuPont Indonesia (Produsen Benih Jagung Hibrida dan Padi Hibrida)
3. PT. East West (Produsen Benih Hortikultura)
4. PT. Branita Sandhini (Produsen Benih Jagung Hibrida)
5. PT. Sang Hyang Seri (Produsen Benih Padi)
6. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Produsen Benih Padi)
7. PT. Jagung Hibrida Sulawesi (Produsen Benih Jagung Hibrida)
8. PT. Agri Makmur Pertiwi (Produsen Benih Jagung Hibrida dan Hortikultura)
9. PT. Benih Citra Asia (Produsen Benih Hortikultura)
Tabel dibawah ini merupakan daftar alamat produsen benih yang melakukan
sertifikasi mandiri:
No. Produsen Benih AlamatBenih Yang Diproduksi
1. PT. Dupont Indonesia Jl. Krebet Bulu, Desa Krebet, Kec. Bululawang, Malang, 65171 Jawa Timur Telp (0341) 879470; 879747; Fax (0341) 879237
- Padi Hibrida
- Jagung Hibrida
2. PT. Branita Sandhini Jl. Raya Pancing Dlanggu, Desa Sumberwono, Bangsal, Mojokerto 61381 Jawa Timur Telp/Fax (021) 75922929
- Jagung Hibrida
3. PT. BISI Internasional Desa Sumber Agung, Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur Telp (031) 7882528; Fax (031) 7882856 Email : [email protected] Website : www.tanindo.com
- Padi
- Jagung Hibrida
- Jagung Komposit
- Hortikultura
4. PT. East West Seed Indonesia
PO Box 1 Desa Benteng, Kec. Campaka, Purwakarta 41181 Jawa Barat Telp (0264) 201871; Fax (0264) 201875 Email : [email protected]
- Hortikultura
5. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Jl. Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat Telp (0260) 522882
- Padi (BS)
17 | P a g e
No. Produsen Benih AlamatBenih Yang Diproduksi
6. PT. Sang Hyang Seri Sukamandi
Jl. Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat Website : www.shs-seed.com
- Padi Non Hibrida
7. PT. Jagung Hibrida Sulawesi
Jl. Wolter Monginsidi No. 26 Rowo Indah, Kec. Ajung, Jember, Jawa Timur PO Box 208 Telp (0331) 325588; 325566; Fax (0331) 325656
- Jagung Hibrida
8. PT. Agri Makmur Pertiwi
Jl. Pare-Kediri Km 6,3 Desa Sambirejo, Pare, Kediri, Jawa Timur Telp (0354) 394818; Fax (0354) 391090; Website : www.agripertiwi.co.id
- Jagung Hibrida
- Hortikultura
9. PT. Benih Citra Asia Jl. Akmaludin No. 26 PO Box 26 Jember 68175 Jawa Timur Telp (0331) 323216; Fax (0331) 323603
- Hortikultura
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
PP No. 44/1995 tentang Perbenihan Tanaman
PP No. 13/2004 tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial
PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Keppres No. 27/1971 tentang Badan Benih Nasional
Keppres No. 72/1971 tentang Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih
Permentan No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina
Permentan No. 37/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas
Kepmentan No. 461/1971 tentang Kelengkapan Susunan Organisasi, Perincian Tugas dan Tata Kerja Badan Benih Nasional
Kepmentan No. 538/1976 tentang Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi Benih (TP2S)
Kepmentan No. 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 jo. 361/Kpts/KP.150/5/2002 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kepmentan No. 362/2001 tentang Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V)
Kepmentan No. 550/Kpts/OT.140/9/2004 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Pertanian
19 | P a g e
20 | P a g e
PENJELASAN DIAGRAM ALIR LSSM BTPH :
1. Pelaku agribisnis/produsen benih meminta informasi secara tertulis kepada sekretariat LSSM BTPH. Ketua LSSM BTPH mengirimkan 1 set dokumen yang terdiri dari :1.1 Formulir surat permohonan sertifikasi sistem manajemen mutu1.2 Daftar isian data lengkap pemohon1.3 Pedoman ISO 9001 : 20081.4 Struktur biaya sertifikasi sistem manajemen mutu1.5 Diagram alir sertifikasi sistem manajemen mutu
2. Pelaku agribisnis/produsen benih mengajukan permohonan disertai dengan :2.1Surat permohonan sertifikasi sistem mutu2.2Daftar isian data lengkap pemohon2.3Dokumen Mutu berdasarkan Pedoman ISO 9001 : 20082.4Persetujuan struktur biaya sertifikasi sistem mutu2.5Membayar biaya permohonan
3. Manajer Administrasi mengevaluasi kelengkapan, apabila dokumen belum lengkap, maka pelaku agribisnis/produsen benih supaya melengkapi.
4. Apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi maka dilakukan kontrak pelaksanaan sertifikasi sistem manajemen mutu sebelum audit kecukupan dilaksanakan.
5. Ketua LSSM BTPH bersama para manajer membentuk tim audit dan secara tertulis meminta persetujuan pelaku agrinisnis/produsen benih tentang anggota tim audit dan tanggal pelaksanaan asesmen.
6. Jika pelaku agribisnis/produsen benih tidak menyetujui susunan tim asesmen/audit, LSSM BTPH akan mengatur kembali susunan tim asesmen/audit maupun jadwal pelaksanaan asesmen.
7. Sebelum melakukan asesmen ke pelaku agribisnis/produsen benih (pemohon) tim auditor yang ditunjuk oleh Ketua LSSM BTPH akan melakukan audit kecukupan terhadap dokumentasi mutu pelaku agrinis/produsen benih.
8. Apabila dokumentasi mutu pelaku agribisnis/produsen benih belum mencakup semua unsur-unsur pedoman persyaratan terkait (ISO 9001 : 2008 dan dokumen terkait lainnya), maka Auditor Kepala/Ketua Tim meminta pelaku agribisnis/produsen benih (pemohon) untuk melengkapi. Bila kekurangan unsur-unsur yang dimaksud telah dipenuhi/dilengkapi, maka dapat dilanjutkan asesmen lapang oleh tim asesmen LSSM BTPH.
9. Jika diperlukan dapat dilakukan penyaksian asesmen oleh KAN.
10. Laporan hasil asesmen dibuat oleh tim asesmen.
11. Manajer Teknis menyerahkan laporan asesmen kepada ke Governing Board untuk dilakukan pengkajian.
12. Governing board mengkaji laporan hasil asesmen. Berdasarkan hasil kajian laporan hasil asesmen, maka Governing Board akan memberikan pertimbangan hasil kajian tersebut kepada Ketua LSSM BTPH.
13. Berdasarkan pertimbangan hasil kajian tersebut, maka Ketua LSSM BTPH akan memutuskan sertifikasi sistem manajemen mutu sebagai berikut :
Apabila memenuhi kriteria sertifikasi sistem manajemen mutu, kemudian LSSM BTPH menetapkan pemberian sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu
Apabila tidak memenuhi kriteria sertifikasi sistem mutu, LSSM BTPH tidak akan akan memberikan sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu.
21 | P a g e
.
22 | P a g e
Top Related