201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

32
Pokok Bahasan 1 KELEMBAGAAN PERBENIHAN PEMERINTAH Tujuan Instruksional Umum (TIU) elembagaan perbenihan adalah unit–unit kerja yang secara terorganisir melakukan aktivitas di bidang perbenihan. Berdasarkan fungsi dan tugasnya maka kelembagaan perbenihan digolongkan menjadi 5 golongan yaitu : Pembina, Penelitian/Pemuliaan, Produsen, Pedagang/Penyalur dan Pengawas Mutu Benih.Yang dimaksud Pembina dalam perbenihan ini adalah institusi yang menetapkan kebijakan perbenihan, pembinaan dalam bidang penelitian, produksi dan pengawasan mutu benih. Institusi pembina yang ada ditingkat pusat adalah Badan Benih Nasional, Direktorat Perbenihan dan Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Sedangkan pembina yang ada didaerah dalam rangka pembinaan perbenihan adalah Dinas Pertanian. K A. Badan Benih Nasional (BBN) Landasan hukum kelembagaan Badan Benih Nasional (BBN) ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1971 tertanggal 5 Mei 1971. Adapun 1 | Page Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami tentang kelembagaan pelayanan, pengawasan, dan sertifikasi Perbenihan milik pemerintah

Transcript of 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Page 1: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Pokok Bahasan 1

KELEMBAGAAN PERBENIHAN PEMERINTAH

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

elembagaan perbenihan adalah unit–unit kerja yang secara terorganisir

melakukan aktivitas di bidang perbenihan. Berdasarkan fungsi dan tugasnya

maka kelembagaan perbenihan digolongkan menjadi 5 golongan yaitu :

Pembina, Penelitian/Pemuliaan, Produsen, Pedagang/Penyalur dan Pengawas Mutu

Benih.Yang dimaksud Pembina dalam perbenihan ini adalah institusi yang menetapkan

kebijakan perbenihan, pembinaan dalam bidang penelitian, produksi dan pengawasan

mutu benih. Institusi pembina yang ada ditingkat pusat adalah Badan Benih Nasional,

Direktorat Perbenihan dan Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Sedangkan pembina yang

ada didaerah dalam rangka pembinaan perbenihan adalah Dinas Pertanian.

K

A.Badan Benih Nasional (BBN)

Landasan hukum kelembagaan Badan Benih Nasional (BBN) ditetapkan berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1971 tertanggal 5 Mei 1971.

Adapun pertimbangan didirikannya BBN adalah dalam rangka peningkatan produksi

pertanian diperlukan adanya kesatuan dalam kebijakan mengenai kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan masalah pebenihan yang pengelolaannya diselenggarakan oleh

Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian). Badan Benih Nasional

dibentuk yang kedudukannya dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian.

Adapun fungsi BBN adalah untuk membantu Menteri Pertanian dalam merencanakan

dan merumuskan kebijakan dibidang perbenihan. Dalam melaksanakan fungsinya BBN

mempunyai tugas-tugas:

1. Merencanakan dan merumuskan peraturan-peraturan mengenai pembinaan

produksi dan pemasaran benih;

1 | P a g e

Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami tentang kelembagaan pelayanan, pengawasan, dan sertifikasi Perbenihan milik pemerintah

Page 2: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

2. mengajukan pertimbangan-pertimbangan kepada Menteri Pertanian tentang

pengaturan benih yang meliputi:

(a) persetujuan untuk menetapkan atau menghapuskan sesuatu jenis, varietas dan

kwalitas benih, dan

(b)pengawasan mengenai produksi dan pemasaran benih.

Pasal 4 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1971,

menyatakan bahwa Struktur Organisasi Badan Benih Nasional terdiri dari:

1. Ketua Badan

2. Sekretaris Badan

3. Angota-anggota yang terdiri dari pejabat-pejabat dari departemen-departemen dan

instansi yang mempunyai kepentingan dalam masalah pembinaan benih.

Selanjutnya, keanggaotaan BBN, adalah sebagai berikut:

1. Dirjen Pertanian, Departemen Pertanian sebagai Ketua merangkap anggota;

2. Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri dalam Negeri, sebagai anggota;

3. Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Perdagangan, sebagai anggota;

4. Pejabat yang ditunjuk oleh Ketua Bappenas, sebagai anggota;

5. Pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur Bank Indonesia/Bank Sentral, sebagai

anggota;

6. Pejabat yang ditunjuk oleh Ketua Badan Pengendali Bimas, sebagai anggota;

7. Pejabat yang ditunjuk oleh Induk koperasi Pertanian, sebagai anggota;

8. Kepala Pusat Penelitian Pertanian, sebgai anggota;

9. Direktur Utama Sang hyang seri, sebagai anggota;

10.Kepala dinas Sertifikasi benih, sebagai anggota; dan

11.Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian sebagai sekretaris merangkap

anggota.

Apabila dipandang perlu Menteri Pertanian dapat menambah keanggotaan BBN

dari kalangan pengusaha swasta yang bersangkut paut dengan usaha perbenihan.

Sedangkan biaya yang bersangkutan dengan pelaksanaaan tugas BBN dibebankan

kepada anggaran Departemen Pertanian.

Badan Benih Nasional adalah lembaga non struktural yang berkedudukan

dibawah Menteri Pertanian memiliki fungsi membantu Menteri Pertanian dalam

merencanakan dan merumuskan kebijakan di bidang perbenihan. Dalam menjalankan

fungsinya tersebut BBN dibantu oleh 2 (dua) Tim Teknis yaitu : Tim Penilai dan

Pelepas Varietas (TP2V) dan Tim Pembinaan, Pengawasan Dan Sertifikasi (TP2S).

2 | P a g e

Page 3: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V) anggotanya terdiri dari unsur Direktorat

Jenderal, Badan Litbang, Badan Karantina serta Asosiasi Perbenihan, mempunyai tugas :

(1). Merumuskan prosedur untuk penentuan penilaian, persetujuan pemasukan,

pelepasan dan penarikan kembali varietas-varietas tanaman dalam program

pertanian.

(2). Memberikan nasehat teknis kepada Badan Benih Nasional dalam bidang yang

terkait dengan pelepasan varietas atau penarikan varietas yang telah dilepas.

(3). Menyusun daftar dari varietas-varietas yang telah dilepas.

Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi (TP2S) anggotanya terdiri dari unsur

Direktorat Jenderal, Badan Litbang, Badan Karantina, mempunyai tugas :

(1). Merumuskan kebijaksanaan umum tentang pengawasan pemasaran dan sertifikasi

benih.

(2) Merumuskan peraturan dan prosedur pelaksanaan pembinaan.

(3). Merumuskan kebijaksanaan perbenihan lainnya yang berhubungan dengan

perkembangan perbenihan.

(4). Menyusun daftar varietas yang dapat disertifikasi.

Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27

Tahun 1971 maka Menteri Pertanian menerbitkan Surat Keputusan Nomor

461/Kpts/Org/11/1971 Tentang Kelengkapan Susunan Organisasi, Perincian Tugas dan

Tata Kerja Badan Benih Nasional. Adapun susunan kelengkapan organisasi BBN,

adalah:

1. Sekretariat; mempunyai tugas:

menyelenggarakan urusan tata usaha dan surat-menyurat;

membuat rencana sidang, termasuk persiapan dan penyelenggaraan; dan

menyelenggarakan urusan umum dan keuangan.

2. Tim Penilai dan Pelepas Varietas; mempunyai tugas:

merumuskan prosedur untuk penentuan penilaian, persetujuan pemasukan, pelepasan,

dan penarikan kembali varietas-varietas dalam program pertanian;

memberikan nasehat teknis kapada BBN dalam bidang yang berhubungan dengan

persetujuan tentang pelepasan varietas atau penarikan kembali varietas-varietas yang

telah ditentukan; dan

3 | P a g e

Page 4: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

menyusun daftar dari varietas-varietas yang telah diresmikan penyebarannya.

3. Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi; mempunyai tugas:

merumuskan kebijaksanaan umum tentang pengawasan, sertifikasi dan

pelaksanaannya;

merumuskan peraturan dan prosedur terperinci untuk pelaksanaan pembinaan,

pengawasan, pemasaran benih dan sertifikasi apabila diminta oleh Menteri

Pertanian;

merumuskan kebijaksanaan perbenihan lainnya yang berhubungan dengan

perkembangan pelbagai unsur program benih dan aktivitas yang berhubungan

dengan itu; dan

menyusun daftar dari varietas-varietas yang cocok untuk disertifikasi.

Di lain pihak, tata kerja Sekretariat BBN diatur dalam Surat Keputusan Menteri

mengangkat beberapa tenaga staf dengan persetujuan Ketua Badan Benih Nasional.

B. Direktorat Perbenihan

Kelembagaan pemerintah yang menangani perbenihan tanaman adalah Direktorat

Perebenihan pada Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 96/Kpts/OT.210/2/1994 dan di perbaharui dengan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/OT.210/2001. Direktorat Perbenihan

mempunyai tugas: melaksanakan perumusan kebijakan, standarisasi dan bimbingan teknis

serta evaluasi dibidang perbenihan tanaman pangan.

Dalam melaksanakan tugasnya maka Direktorat Perbenihan menyelenggarakan

fungsi penyiapan perumusan kebijakan dibidang perbenihan tanaman pangan yang

meliputi ;

a. penyiapan perumusan standar, norma, kriteria dan prosedur dibidang perbenihan

tanaman pangan;

b. bimbingan teknis dibidang perebenihan tanaman pangan;

c. evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang perbenihan tanaman pangan; dan

d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

4 | P a g e

Page 5: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Direktorat Perbenihan membawahi beberapa Sub-Direktorat, yaitu:

a. Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Mutu Benih;

(1) Seksi Penilaian Varietas dan Pelepasan Varietas;

(2) Seksi Mutu Benih

b. Sub Direktoraat Produksi Benih Serealia;

(1) Seksi Padi

(2) Seksi Jagung dan Serealia Lain

c. Sub Direktorat Produksi benih kacang-kacangan dan Ubi-Ubian;

(1) Seksi Kacang-Kacangan

(2) Seksi Ubi-Ubian

d. Sub Direktoraat Kelembagaan Benih;

(1) Seksi Pengembangan Kelembagaan Benih

(2) Seksi Identifikasi Kelembagaan Benih

e. Sub Bagian Tata Usaha:

(1) Sub Bagian Kepegawaian

(2) Sub Bagian Persuratan

(3) Sub Bagian Rumah Tangga

C. Lembaga Penelitian

Program pemuliaan tanaman sangatlah penting untuk memperbanyak serta

memperluas jenis tanaman di Indonesia dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejak dimulainya program pemuliaan tanaman di Indonesia telah didapatkan banyak

varietas-varietas unggul yang dapat meningkatkan produksi dan bahkan mendukung

tercapainya swasembada pangan. Selanjutnya, kiprah para pemulia bangsa Indonesia juga

telah menghasilkan varietas-varietas yang merupakan prestasi internasional, diantaranya

melalui International Rice Research Institute (IRRI).

Namun demikian dalam industri benih saat ini belumcukup mampu menjamin

kontinuitas ketersediaan benih bermutu yang tejangkau. Sering terjadi kasus perbenihan,

dimana varietas tertentu tidak tersedia pada saat yang diperlukan, atau benih yang tersedia

tidak merupakan pilihan petani. Beberapa masalah penghambat dalam perkembangan

industri benih buka pada kemampuan menghasilkan varietas unggugul, akan tetapi

disebabkan antara lain oleh: adopsi varietas unggul oleh petani masih rendah, varietas

5 | P a g e

Page 6: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

unggul yang tersedia atau dilepas kurang sesuai dengan keinginan/preferensi konsumen,

atau konsumen belum mengetahui keberadaan dan keunggulan dari suatu varietas baru.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (PUSLITBANGTAN)

merupakan bagian dari Badan Litbang Pertanian yang memiliki tugas dan fungsi untuk

melakukan penelitian, perakitan/ penyilangan, yang pada akhirnya dapat dihasilkannya

varietas-varietas unggul yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian

serta pengembangan dalam penerapan teknologi pertanian sehingga produksi dapat

ditingkatkan secara optimal.

Upaya untuk menghasilkan varietas unggul dapat ditempuh melalui, antara Lain:

1. program pemuliaan varietas di dalam negeri;

2. pemanfaatn dan pengembangan plasmanuftah nasional; dan

3. introduksi galur harapan/varietas dari luar negeri.

Kegiatan pemuliaan tanaman tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan

kultivar/varietas unggul baru, melainkan juga untuk mempertahankan kemurnian

varietas/kultivar yang sudah ada. Kegiatan pemuliaan dan penelitian tanaman ppangan

dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) yang

secara operasional dilakukan oleh unit kerja dibawahnya, yang memiliki tugas pokok,

lokasi dan instalasi penunjang. Status Unit Kerja yang dibawah Puslitbangtan tersebut

merupakan institusi pemerintah pusat, yang berada di daerah. Contoh Balai Penelitian

Tanaman Padi di Sukamandi, Jawa barat; Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan

Ubi-Ubian Kendal Payak-Malang, Jawa Timur; Balai Penelitian Tanaman Serat dan

Tembakau Karang Ploso-Malang, Jawa Timur; Balai Penelitian Tanaman Hortikultura

Solok, Sumatera Barat; Balai Penelitian Jagung dan Serealia Maros-Sulawesi Selatan, dls.

Balai-balai penelitian tersebut bertanggungjawab terhadap tersedianya Benih

Pejenis (Breeder Seed) dari varietas yang dihasilkannya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Disamping penyelenggaraan pemuliaan tanaman

dilakukan oleh instansi pemerintah, juga perusahaan swasta multinasional telah

mempunyai instalasi penelitian yang diharapkan terus bertambah dan berkembang.

6 | P a g e

Page 7: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

D. Balai Benih

Sejarah pendirian Balai Benih dimulai dari didirikannya beberapa Kebun Bibit pada

jaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah merdeka pemerintah Republik

Indonesia mendirikan Kebun-Kebun Bibit Desa, kemudian Kebun-Kebun Bibit Desa

tersebut berubah mernjadi Balai Benih. Balai Benih yang memproduksi benih di daerah

diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsin dan Dinas Pertanian Kabupaten.

Selanjutnya, dengan diberlakukannya peraturan perundanganm otonomi daerah maka

Balai Benih tersebut berubah mejadi Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan sebagian

besar masih dalam pembahasan di Pemerintah Daerah.

Berdasarkan tugas dan fungsi serta lokasi dan tanggungjawab pembinaannya

sebelum pelaksanaan otonomi daerah, maka Balai-Balai benih tersebut digolongkan dalam

tga kategori, yaitu:

a. Balai Benih Induk (BBI)

b. Balai Benih Utama (BBU)

c. Balai Benih Pembantu (BBP)

Penggolongan tersebut berlaku untuk komoditas padi maupun palawiaja.

Perbanyakan Benih Pejenis (BS) untuk menghasilkan Benih Dasar (BD) dilakukan di

Balai Benih Induk (BBI) yang dikelola Dinas Pertanian Provinsi, sedangkan perbanyakan

Benih Dasar untuk menghasilkan Benih Pokok (BP) dan BP menjadi Benih Sebar (BR)

masing-masimng dilakukan di Balai Benih Utama (BBU) dan Balai Benih Pembantu

(BBP) yang dikelola Dinas Pertanian Kabupaten. Sampai menunggu Perda Balai Benih di

beberapa daerah tetap melaksanakan tugas dan fungsinya yang lama.

E. Balai Perngawasan Benih dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 461/Kpts/Org/11/1973 menetapkan

bahwa Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih dilakukan langsung oleh Pusat, yaitu Sub

Direktorat Mutu Benih, Direktorat Bina Produksi. Pada tahun 1978 Menteri Pertanian

mengeluarkan keputusan , yaitu Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

529/Kpts/Org/8/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BPSBTPH) melaksana tugas Penilaian Kultivar, Sertifikasi Benih, Pengujian

7 | P a g e

Page 8: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Laboratoris, dan Pengawasan Peredaran Benih di daerah merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Pusat.

Selanjutnya, untuk kelancaran pelaksanaan tugas BPSBTPH di masing-masing

provinsi dan wilayah kerjanya maka Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan

membentuk Satuan Tugas di 14 Provinsi melalui Surat Keputusan Nomor I.HK.050.84.

Pada tahum 1994 Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Nomor

468/Kpts/OT.210/6/94 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawasan dan Tata

Kerja Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dan

Loka Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura di dua lokasi,

yaitu Lokasi Kalimantan Barat (LPSB TPH I Kalimantan Barat) dan Lokasi Irian Jaya

(LPSB TPH II Irian Jaya). Selanjutnya, dengan semangat otonomi daerah menteri

pertanian meningkatkan status Satuan Tugas di sebelas provinsi menjadi Kelembagaan

Balai Pengawasan dan Serifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui Surat

keputusan Menteri Pertanian Nomor 46/Kpts/OT.210/1/2001. Kedudukan, tugas dan

fungsi BPSB TPH, terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Teknis, dan

Kelompok Jabatan Fungsional utnuk 26 BPSB TPH untuk wilayah kerja masing-masing

provnsi, dan selanjutnya sesuai dengan semangat otonomi daerah telah diserahkan kepada

pemerintah daerah secara utuh (peronil, perelengkapan, pembiayaa, dan dokumentasi).

Tugas BPSB TPH, antara lain: menyiapkan benih varietas bermutu unggul;

melaksanakan pengujian untuk menemukan varietas unggul baru; dan melaksanakan

sertifikasi dan pengawasan mutu benih. Selain menghasilkan benih bermutu BPSB TPH

secara langsung dapat menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kegiatan

sertifikasi. Telah lima BPSB TPH menjadi UPT Dinas Pertanian melalui SK Gubernur

maupun Peaturan Daerah, yaitu: provinsi Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Utara, Nusa

Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat dengan nama sesuai dengan kondisi daerah.

Sedangkan di Povinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Provinsi Riau UPT BPSBTPH

tersebut dilebur ke Dinas Pertanian (strukturalnya) sedangkan fungsionalnya masuk

kedalam Jabatan Fungsional. Provinsi yang lain, masih dalam pembahasan dengan Pemda

termasuk Prtovinsi banten, Maluku Utara, dan Bangka Belitung.

Pengawasan atau pengendalian mutu benih ini dilakukan sejak dari proses

memproduksi benih hingga benih tersebut diedarkan di masyarakat. Pengawasan mutu

benih bertujuan agar benih yang akan dipergunakan oleh petani dapat terkjamin mutunya,

baik itu mutu genetik, mutu fisiologis maupun mutu fisik. Pengawasan Mutu Benih

dilakukan oleh suatu Institusi yang telah diberi wewenang oleh pemerintah dan saat ini

8 | P a g e

Page 9: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

pelaksanaan pengawasan mutu dan sertifikasi benih dilakukan oleh Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih merupakan institusi pemerintah yang

memiliki fungsi sebagai lembaga pengawasan dan sertifikasi benih untuk tanaman pangan

dan hortikultura. BPSB dibentuk sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden RI nomor

72 tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan, Pemasaran Dan Sertifikasi Benih. Dalam

menjalankan fungsinya, BPSB memiliki tugas : (1) Melaksanakan Penilaian Kultivar; (2)

Melaksanakan Pengujian Benih Laboratorium; (3) Melaksanakan Sertifikasi Benih, dan

(4) Melaksanakan Pengawasan Mutu dan Pengawasan Peredaran Benih.

9 | P a g e

Page 10: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

10 | P a g e

Page 11: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

F. Dinas Pertanian

Dinas Pertanian yang berkedudukan di Propinsi maupun Kabupaten/Kota

merupakan kepanjangan tangan dari Gubernur atau Bupati/Walikota yang memiliki peran

sebagai pembina perbenihan didaerah terutama dalam pembinaan Produksi dan Distribusi

benih. Dalam melakukan pembinaan perbenihan, Dinas Pertanian Propinsi memiliki 2

(dua)unit pelaksana teknis yaitu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura (BPSB TPH) dan Balai Benih Propinsi, sedangkan bagi Dinas Pertanian

Kabupaten hanya memiliki 1 (satu) unit pelaksana teknis yaitu Balai Benih Kabupaten.

11 | P a g e

Page 12: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

POKOK BAHASAN 2

KELEMBAGAAN PRODUSEN DAN PEMASARANTujuan Instruksional Umum (TIU)

1. Produsen Benih

ekade pertengahan tahun 1960 banyak dilepas varietas unggul baru yang

berpotensi hasil tinggi, yang seharusnya memacu kinerja Balai Benih sebagai

institusi pemerintah yang mempunyai tugas perbanyakan Benih Sumber.

Namun, karena terkendala pendanaan dan sumberdaya manusia yang terampil belum

memadai maka pemerintah membuat kebijakan dalam program perbenihan pada tahun 1970

yaitu secara bertahap usaha perebenihan dilimpahkan kepada sektor swasta, sedangkan

pemerintah bertanggungjawab dalam melaksankan penelitian, pembinaan/penyuluhan dan

pengawasan mutu/pemasaran.

D

Implemnetasi kebiajkan tersebut antara lain telah didirikannya Perum Sang Hyang Sri

(SHS) pada tahun 1971 berstatus semi swasta sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang berfungsi mendampingi Balai-Balai Benih dalam memproduksi beniih pada bebrbagai

kelas benih seperti Benih Dasar sampai Benih Sebar. Perum SHS telah berubah statusnya

menjadi Perseroan Terbatas Sang Hyang Sri (PT SHS). PT SHS mempunyai unit-unit

pengolahan benih dan dalam meproduksi Benih Sebar bekerjasama dengan petani-petani

penangkar.

Adapun rantai perbanyakan Benih Sebar, yaitu: BS------BD------BP untuk varietas

publik (Public Variety), yaitu varietas yang selama ini dialkasanakan oleh pemerintah

melalui Balai-Balai Benih, serta dirintis untuk dilaksanakan juga oleh swasta dengan tetap

dibina oleh pemeritah.

Disamping PT SHS, produsen benih swasta antara lain: PT Patra Tani, PT Pertani, PT

BISI, PT Pioneer Hybrida Indonesia, PT Monsanto, PP Kerja, dls.

12 | P a g e

Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami tentang kelembagaan produsen dan pemasaran (BUMN, swasta, dan penangkar).

Page 13: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Produsen benih, khususnya tanaman pangan banyak yang belum mampu mempunyai

Penelitian Pemuliaan Tanaman, disisi lain pemerintah khususnya Kementerian Pertanian

telah membangun Institusi Pertanian yang cukup besar dan menjadi aset bangsa yang harus

dimanfaatkan oleh seluruh produsen benih. Di lain pihak, bahwa varietas padi yang baru

dilepas yang tidak melibatkan para produsen benih yang kan memasarkan dalam

memilih/memnentukan varietas yang akan dilepas sehingga produsen benih menghadapi

kendala:

1. perlu waktu untuk mengetahui secara jelas sifat dan karakter dari varietas tersebut;

2. kesenjangan waktu tersebut mengakibatkan adanya kebingungan para salesman di

lapangan;

3. akibat informasi berlebihan para produsen langsung menangkar FS, dan-atau SS secara

besar-besaran untuk mempersiapkan ES; dan

4. para produsen hanya menagkar varietas yang sangat diisukaan oleh petani konsumen

(market oriented) sehingga jumlah yang ditangkar hanya sedikit dari banyak varietas

yang dilepas.

Produsen benih adalah perorangan atau badan hukum yang memiliki bidang usaha

memproduksi benih. Yang dimaksud perorangan disini yaitu petani penangkar atau

produsen penangkar yang secara individu memproduksi benih dengan tujuan untuk

dikomersialkan/ diperjualbelikan. Sedangkan produsen benih berbadan hukum adalah suatu

institusi atau lembaga yang secara terorganisir memproduksi benih untuk dikomersialkan.

Badan hukum ini dapat merupakan lembaga/institusi pemerintah ataupun swasta. Badan

Hukum pemerintah yaitu Balai-Balai Benih atau BUMN (contoh : PT. Sang Hyang Seri dan

PT. Pertani), sedangkan untuk swasta seperti PT. BISI, PP. Kerja dan sebagainya. Untuk

menjadi produsen benih diperlukan beberapa persyaratan yaitu : 1) memiliki sarana yang

memadai, misalnya, menguasai lahan untuk memproduksi benih, memiliki fasilitas

pengolahan dan penyimpanan dan sebagainya, 2) Memiliki tenaga terampil yang mampu

untuk memproduksi benih, 3) Mematuhi peraturan dalam produksi dan sertifikasi benih.

Bila dilihat dari lingkup usahanya produsen benih dapat dibagi menjadi 2 (dua)

kelompok yaitu produsen benih terpadu dan produsen benih parsial. Produsen benih

terpadu disebut juga Industri Benih dimana lingkup usahanya meliputi penemuan/perakitan

varietas, produksi benih sampai dengan pemasaran/pengedarannya. Sedangkan untuk

produsen benih parsial lingkup usahanya hanya satu atau beberapa bagian dari kegiatan

perbenihan. Pada produsen benih parsial ini, biasanya bekerja sama dengan lembaga

penyelenggara pemuliaan dan penelitian untuk memperoleh varietas - varietas yang akan

13 | P a g e

Page 14: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

dikembangkan. Beberapa produsen benih terpadu adalah PT. BISI, PT. DUPONT dan PT.

MONSANTO. Sedangkan yang termasuk produsen benih parsial adalah PT. Pertani, PP.

Kerja dsb. Berdasarkan mekanisme kerjanya, maka produsen benih dikelompokkan menjadi

2 (dua) yaitu produsen benih mandiri dan produsen benih mitra usaha. Produsen benih

mandiri artinya produsen benih yang memasarkan/memperdagangkan/menjual hasil

produksinya sendiri, sedangkan produsen benih mitra usaha adalah produsen benih yang

menjual hasil produksinya kepada mitra usahanya.

2. Pedagang Penyalur Benih

Pedagang Penyalur Benih adalah pedagang yang bergerak di sub sistem agroinput

atau pedagang sarana produksi pertanaian (saprotan). Pedagang saprotan akan menjembatani

produsen benih dengan petani dalam menyiapkan sarana produksi yang cepat terakses oleh

petani. Petani, sekarang pada umumnya telah banyak mengakses benih melalui pedagang-

pedagang yang sering disebut dengan Toko Pertanian. Benih yang dijual sangat bervariasi

mulai benih hasil produksi dalam negeri maupun benih impor. Untuk benih impor yang

semakin variatif adalah benih komoditi hortikultura.

Dengan demikian keberadaan Pedagang Penyalur Benih yang berada di pusat

produsen atau di desa sangatlah berpengaruh terhadap ketersediaan benih yang diinginkan

oleh petani dan tersedia dalam pilihan variatas yang bervariasi. Namun demikian,

hendaknya peredaran benih yang dilaksanakan oleh Pedagang Penyalur Benih dapat diawasi

dengan ketat supaya tidak merugikan petani pemakai benih tersebut.

Pedagang/Penyalur Benih adalah perorangan atau badan hukum yang berusaha

dibidang perdagangan dan penyaluran benih. Perorangan, Badan Hukum atau Instansi

Pemerintah yang akan memperdagangkan dan menyalurkan benih harus mendaftar kepada

Menteri Pertanian melalui Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Pelimpahan

kewenangan tersebut didelegasikan kepada BPSB yang berkedudukan di setiap propinsi.

Beberapa peryaratan yang harus dipenuhi oleh pedagang/penyalur benih yaitu : (1)

Mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku, (2) Menjaga mutu benih yang

diperdagangkan, (3) Memiliki catatan administrasi yang terkait dengan aktivitasnya seperti

data benih yang diperdagangkan, dan (4) Melaporkan setiap terjadi perubahan data peredaran

benih yang diperdagangkan. Bagi calon pedagang/penyalur yang mampu memenuhi

persyaratan tersebut akan diberikan Tanda Daftar sebagai Pedagang/Penyalur Benih.

14 | P a g e

Page 15: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

Usaha pedagang/penyalur benih ini diawali dari mencari/ mengumpulkan/membeli

sampai dengan memasarkan/ menjual/ menyalurkan benih kepada para konsumen benih.

Keuntungan yang didapatkan oleh pedagang/ penyalur benih adalah selisih harga pembelian

dan penjualan. Berdasarkan kemampuan usahanya, maka pedagang/penyalur dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : (1) Distributor/ Agen Tunggal, (2) Dealer/

Pedagang Besar, dan (3) Retail /Pedagang Eceran. Agen Tunggal atau Distributor Benih

adalah pedagang penyalur benih tunggal yang ditunjuk langsung oleh produsen untuk

memasarkan serta memperdagangkan benih yang diproduksinya. Dealer atau Pedagang

Besar adalah pedagang/penyalur benih yang memasarkan/ memperdagangkan benih secara

partai(grossir). Dealer atau Pedagang Besar tersebut biasanya berkedudukan di Ibukota

Propinsi atau Kabupaten/kota. Retail/ Pedagang Eceran adalah pedagang/peyalur benih yang

memasarkan benihnya secara eceran. Pedagang eceran ini biasanya sampai ketingkat

pedesaan sehingga dapat dijangkau oleh konsumen benih.

3. Lembaga Sertifikasi Sistim Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM

BTPH) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri pertanian Nomor

1100-1/Kpts/Kp.150/10/1999 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pembentukan LSSM BPTPH adalah, untuk:

1. menjamin mutu dan meningkatkan daya saing produksi benih;

2. memberikan perlindungan kepada produsen dan masyarakat perbenihan yang tidak

memihak;

3. perlu adanya Kelembagaan Pelayanan Sertifikasi Sistim Mutu Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura; dan

4. mendorong dan menumbuhkan kemandiria pelaku agribisnis perbenihan, dengan

pemeberian peran kewenangan kepada pelaku agribisnis yang telah mampu menjamin

mutunya.

Direktorat Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan dan direktorat Perbenihan dan sarana

Produksi Ditjen Hortikultura telah ditunjuk sebagai pengelola LSSM BTPH. Tugas dan

fungsi dari LSSM BTPH adalah melaksanakan Sertifikasi Sistim Mutu pada pelaku

agribisnis perbenihan. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Menteri

Pertaniaan melalui Ditjen Tanaman Pangan dan Ditjen Hortikultura.

Tata cara dan ketentuan Sertifikasi Sistem Mutu Benih akan diatur oleh Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sedangkan biaya operasionalnya juga

15 | P a g e

Page 16: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

dibebankan kepada Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikulura. Dalam melakukan

kegiatannya mengacu kepada panduan mutu yang telah disusun sbagai acuan resmi yang

memuat pernyataan pokok dan bersifat tidak teknis.

Panduan mutu ini didukung/dilengkapi dengan dokumen prosedur, intruksi kerja dan

formulir yang digunakan untuk melengkapi LSSM BPTPH dalam mengelola Sistim

Jaminan Mutu. Sedangkan bagi produsen benih yang ingin mendapatkan setifikat Sistim

Mutu dari LSSM BTPH juga harus membuat Panduan Mutu dan memenuhi persyartan-

persyaratan yang ditetapkan oleh LSSM BTPH. Dan bagi produsen yang memenuhi

persyaratan dan bersedian menuruti kdetentuan pelaksanaan akan diberikan ijin (sertifikat)

wewenang untuk melaksanakan sertifikasi dilingkungan usahanya sendiri.

Sampai saat ini lembaga LSSM BTPH telah mengeluarkan Sertifikasi Sistem Mutu

kepada sembilan produsen benih, yaitu: PT BISI, PT Sang Hyang Sri, PT Dupont Hybrida

Indonesia, PT East West Indonesia, PT Branita Sandhini, PT Jagung Hybrida Sulawesi, PT

Benih Citra Indonesia, PT Agri makmur Pertiwi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,

dan Sertifikasi yang diberikan berlaku dalam jangka waktu tiga tahun.

Sejalan dengan perkembangan situasi saat ini yang menuntut adanya suatu lembaga

yang mampu mengakreditasi produsen benih sehingga produsen benih tersebut mampu

melaksanakan sertifikasi benih mandiri, maka ditingkat pusat dibentuk Lembaga

Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM-

BPTPH) adalah lembaga yang melakukan sertifikasi sistem manajemen mutu terhadap

pelaku agribisnis atau unit usaha (perseorangan, kelompok atau badan hukum) di bidang

perbenihan tanaman pangan dan hortikultura.

Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) untuk benih tanaman pangan dan hortikultura.

Sertifikasi benih mandiri pada produsen benih benih tersebut meliputi pengendalian mutu

benih sejak dari proses produksi benih sampai dengan pemasangan label (sertifikat).

Ruang lingkup kegiatan sertifikasi sistem manajemen mutu sesuai dengan ISO 9001-

2008, yang mencakup kegiatan proses produksi maupun pasca panen baik untuk

menghasilkan benih maupun untuk keperluan konsumsi dibidang tanaman pangan dan

hortikultura.

LSSM-BTPH berstatus Pemerintah, dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 tanggal 13 Oktober 1999, tentang

Pembentukan LSSM-BTPH. Sejak tanggal 28 Januari 2005, LSSM-BPTH telah

16 | P a g e

Page 17: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor Sertifikat : Nomor

LSSM-020-IDN, dengan ruang lingkup kegiatan diperluas Sertifikasi Benih Tanaman.

Jumlah Produsen Benih/Pelaku Agribisnis yang telah melakukan sertifikasi mandiri

sebanyak 9 (sembilan) Produsen Benih, yaitu :

1. PT. BISI (Produsen Benih Jagung, Benih Padi dan Benih Hortikultura)

2. PT. DuPont Indonesia (Produsen Benih Jagung Hibrida dan Padi Hibrida)

3. PT. East West (Produsen Benih Hortikultura)

4. PT. Branita Sandhini (Produsen Benih Jagung Hibrida)

5. PT. Sang Hyang Seri (Produsen Benih Padi)

6. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Produsen Benih Padi)

7. PT. Jagung Hibrida Sulawesi (Produsen Benih Jagung Hibrida)

8. PT. Agri Makmur Pertiwi (Produsen Benih Jagung Hibrida dan Hortikultura)

9. PT. Benih Citra Asia (Produsen Benih Hortikultura)

Tabel dibawah ini merupakan daftar alamat produsen benih yang melakukan

sertifikasi mandiri:

No. Produsen Benih AlamatBenih Yang Diproduksi

1. PT. Dupont Indonesia Jl. Krebet Bulu, Desa Krebet, Kec. Bululawang, Malang, 65171 Jawa Timur Telp (0341) 879470; 879747; Fax (0341) 879237

- Padi Hibrida

- Jagung Hibrida

2. PT. Branita Sandhini Jl. Raya Pancing Dlanggu, Desa Sumberwono, Bangsal, Mojokerto 61381 Jawa Timur Telp/Fax (021) 75922929

- Jagung Hibrida

3. PT. BISI Internasional Desa Sumber Agung, Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur Telp (031) 7882528; Fax (031) 7882856 Email : [email protected] Website : www.tanindo.com

- Padi

- Jagung Hibrida

- Jagung Komposit

- Hortikultura

4. PT. East West Seed Indonesia

PO Box 1 Desa Benteng, Kec. Campaka, Purwakarta 41181 Jawa Barat Telp (0264) 201871; Fax (0264) 201875 Email : [email protected]

- Hortikultura

5. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Jl. Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat Telp (0260) 522882

- Padi (BS)

17 | P a g e

Page 18: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

No. Produsen Benih AlamatBenih Yang Diproduksi

6. PT. Sang Hyang Seri Sukamandi

Jl. Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat Website : www.shs-seed.com

- Padi Non Hibrida

7. PT. Jagung Hibrida Sulawesi

Jl. Wolter Monginsidi No. 26 Rowo Indah, Kec. Ajung, Jember, Jawa Timur PO Box 208 Telp (0331) 325588; 325566; Fax (0331) 325656

- Jagung Hibrida

8. PT. Agri Makmur Pertiwi

Jl. Pare-Kediri Km 6,3 Desa Sambirejo, Pare, Kediri, Jawa Timur Telp (0354) 394818; Fax (0354) 391090; Website : www.agripertiwi.co.id

- Jagung Hibrida

- Hortikultura

9. PT. Benih Citra Asia Jl. Akmaludin No. 26 PO Box 26 Jember 68175 Jawa Timur Telp (0331) 323216; Fax (0331) 323603

- Hortikultura

18 | P a g e

Page 19: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman

UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

PP No. 44/1995 tentang Perbenihan Tanaman

PP No. 13/2004 tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial

PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Keppres No. 27/1971 tentang Badan Benih Nasional

Keppres No. 72/1971 tentang Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih

Permentan No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina

Permentan No. 37/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas

Kepmentan No. 461/1971 tentang Kelengkapan Susunan Organisasi, Perincian Tugas dan Tata Kerja Badan Benih Nasional

Kepmentan No. 538/1976 tentang Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi Benih (TP2S)

Kepmentan No. 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 jo. 361/Kpts/KP.150/5/2002 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kepmentan No. 362/2001 tentang Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V)

Kepmentan No. 550/Kpts/OT.140/9/2004 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Pertanian

19 | P a g e

Page 20: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

20 | P a g e

Page 21: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

PENJELASAN DIAGRAM ALIR LSSM BTPH :

1. Pelaku agribisnis/produsen benih meminta informasi secara tertulis kepada sekretariat LSSM BTPH. Ketua LSSM BTPH mengirimkan 1 set dokumen yang terdiri dari :1.1 Formulir surat permohonan sertifikasi sistem manajemen mutu1.2 Daftar isian data lengkap pemohon1.3 Pedoman ISO 9001 : 20081.4 Struktur biaya sertifikasi sistem manajemen mutu1.5 Diagram alir sertifikasi sistem manajemen mutu

2. Pelaku agribisnis/produsen benih mengajukan permohonan disertai dengan :2.1Surat permohonan sertifikasi sistem mutu2.2Daftar isian data lengkap pemohon2.3Dokumen Mutu berdasarkan Pedoman ISO 9001 : 20082.4Persetujuan struktur biaya sertifikasi sistem mutu2.5Membayar biaya permohonan

3. Manajer Administrasi mengevaluasi kelengkapan, apabila dokumen belum lengkap, maka pelaku agribisnis/produsen benih supaya melengkapi.

4. Apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi maka dilakukan kontrak pelaksanaan sertifikasi sistem manajemen mutu sebelum audit kecukupan dilaksanakan.

5. Ketua LSSM BTPH bersama para manajer membentuk tim audit dan secara tertulis meminta persetujuan pelaku agrinisnis/produsen benih tentang anggota tim audit dan tanggal pelaksanaan asesmen.

6. Jika pelaku agribisnis/produsen benih tidak menyetujui susunan tim asesmen/audit, LSSM BTPH akan mengatur kembali susunan tim asesmen/audit maupun jadwal pelaksanaan asesmen.

7. Sebelum melakukan asesmen ke pelaku agribisnis/produsen benih (pemohon) tim auditor yang ditunjuk oleh Ketua LSSM BTPH akan melakukan audit kecukupan terhadap dokumentasi mutu pelaku agrinis/produsen benih.

8. Apabila dokumentasi mutu pelaku agribisnis/produsen benih belum mencakup semua unsur-unsur pedoman persyaratan terkait (ISO 9001 : 2008 dan dokumen terkait lainnya), maka Auditor Kepala/Ketua Tim meminta pelaku agribisnis/produsen benih (pemohon) untuk melengkapi. Bila kekurangan unsur-unsur yang dimaksud telah dipenuhi/dilengkapi, maka dapat dilanjutkan asesmen lapang oleh tim asesmen LSSM BTPH.

9. Jika diperlukan dapat dilakukan penyaksian asesmen oleh KAN.

10. Laporan hasil asesmen dibuat oleh tim asesmen.

11. Manajer Teknis menyerahkan laporan asesmen kepada ke Governing Board untuk dilakukan pengkajian.

12. Governing board mengkaji laporan hasil asesmen. Berdasarkan hasil kajian laporan hasil asesmen, maka Governing Board akan memberikan pertimbangan hasil kajian tersebut kepada Ketua LSSM BTPH.

13. Berdasarkan pertimbangan hasil kajian tersebut, maka Ketua LSSM BTPH akan memutuskan sertifikasi sistem manajemen mutu sebagai berikut :

Apabila memenuhi kriteria sertifikasi sistem manajemen mutu, kemudian LSSM BTPH menetapkan pemberian sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu

Apabila tidak memenuhi kriteria sertifikasi sistem mutu, LSSM BTPH tidak akan akan memberikan sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu.

21 | P a g e

Page 22: 201201161522470.Modul Kelembagaan Benih

.

22 | P a g e