i
RETORIKA DAKWAH DALAM POLITIK
Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
ii
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii
Mochammad Zia Ulhaq
RETORIKA DAKWAH DALAM POLITIK
Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
NUSA LITERA INSPIRASI
2020
iv
Retorika Dakwah dalam Politik: Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Cetakan pertama Februari 2020 All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Penulis: Mochammad Zia Ulhaq
Perancang sampul: NLI Team
Penata letak: NLI Team
Retorika Dakwah dalam Politik: Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
xvi + 194: 14.5 cm x 20.5 cm
ISBN: 978-623-7276-75-3
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Jl. KH. Zainal Arifin Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
www.nusaliterainspirasi.com HP: 0852-3431-1908
Isi di luar tanggungjawab percetakan.
http://www.nusaliterainspirasi.com/
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rah-
mat serta hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penu-
lis, sehingga bisa menyelesaikan penulisan buku dengan judul
“Retorika Dakwah dalam Politik Studi Kasus: TGB Muhammad
Zainul Majdi.” Ini sebagai syarat untuk menyelesaikan Program
Magister (S2) pada Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatul-
lah Jakarta Pengkajian Islam konsentrasi Dakwah dan Komunikasi.
Dalam penyusunan buku ini banyak hambatan serta rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat doa
dan bimbingan serta bantuan dari berbgai pihak baik secara moral
dan spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampai-
kan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA. Selaku Rek-tor Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Jamhari, MA. Direktur Pasca Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hamka Hasan, Lc., MA. Wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D. Ketua Program Studi Magister Pengkajian Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Arief Subhan, MA. Dosen Pembimbing yang telah ber-sedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan
selama penyusunan buku.
6. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Penguji dan Guru Besar Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi Uin Syarif Hidaya-
tullah.
7. Prof. Iik Arifin Mansurnoor, MA. Selaku penguji dan Guru Besar Bidang Ilmu Sejarah.
8. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Pasca Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Dr. TGB. Muhammad Zainul Majdi Lc., MA. Yang melu-angkan waktunya untuk bertemu dan wawancara secara
langsung dengan penulis.
vi
10. Seluruh responden yang telah bersedia membantu dan me-luangkan waktu dalam pengisian kuesioner.
11. Kedua orang tua H. Ach. Zaeni, SE. Dan Ibunda Hj. Nur-laela, S.Pd., M.Pd. beserta adik-adik tercinta Mochammad
Billy Adam, S.Ked. Ananda Ayu Islami, Anindya Aulia
Tajriyani. Yang telah memberikan doa dan dukungan sela-
ma proses penulisan.
12. Istri tercinta Aiza Lian Martini dan putri tersayang Laudya Zeevana Umaila yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan penuh dalam penulisan buku ini.
13. Teman-teman seperjuangan Pasca Sarjana UIN Syarif Hi-dayatullah Jakarta angkatan 2016 yang selalu memberikan
dukungan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan dukungan.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dila-
kukan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk mendo-
rong penelitian-penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi selanjut-
nya.
Ciputat, 15 Januari 2020
Mochammad Zia Ulhaq
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis peran komunikasi TGB Zainul
Majdi melalui retorika dakwah dan politik, meliputi metode pesan dak-
wah dan menganalisis tipe retorika politik TGB Zainul Majdi serta meng-
indetifikasi sikap dan identitas politiknya.
Penulisan ini mendukung pernyataan bahwa pesan dan retorika ula-
ma memiliki pengaruh dalam sosial dan politik, ulama memiliki keistime-
waan di tengah-tengah masyarakat ikut terlibat langsung dalam perumu-
san kebijakan. Sebaliknya tulisan ini berusaha membantah argumen yang
menyatakan seorang ulama atau tokoh agama mereka yang tidak terlibat
dalam politik, hanya sebatas mengajar dan berceramah saja karena politik
akan menghilangkan kehormatan seorang ulama.
Dalam melakukan penelitian agar memperoleh hasil yang objektif,
penulis menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif. Dengan menggunakan metode des-
kriptif kualitatif, mendeskripsikan bagaimana retorika dakwah dan politik
TGB yang dianalisis melalui pendekatan politik.
Penulisan ini meyakini bahwa retorika dakwah memiliki pengaruh
dalam perjalanan karir TGB Zainul Majdi, dalam dakwah dan politik me-
lalui pesan-pesan dakwah TGB Zainul Majdi dikenal sebagai seseorang
tuan guru dengan citra yang religius. Citra itu menghantarkan TGB men-
jadi seorang gubernur 2 periode dan namanya naik di kancah politik
nasional. Dengan menganalisis menggunakan teori politik rhetorically
reflector (inkonsisten) rhetorically sensitive (adaptif) menemukan bahwa
TGB Zainul Majdi lemah dalam sikap dan pendirian politiknya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya terda-
pat perbedaan pada tema pembahasan. Penulis menggabungkan antara
retorika dakwah dan retorika politik. Kedua tema tersebut meliputi meto-
de retorika dakwah melalui pesan dakwah“bi al-ḥikmah,” “mauʿizhah
ḥasanah,” “wajādilhum billatī hiya aḥsan.” Menganalisis tipe retorika
politik melalui deliberative, forensic, demonstratif dan tiga teori identitas
politik, noble selves, rhetorically reflector, rhetorically sensitive. Sedang-
kan penelitian-penelitian sebelumnya lebih fokus pada satu tema pemba-
hasan saja.
Kata Kunci : TGB Zainul Majdi, Retorika, Dakwah, Politik
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam pe-
nelitian ini adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu seba-
gai berikut:
A. Konsonan
Initial Romanization Initial Romanization
}D ض A ا
Ţ ط B ب
}Z ظ T ت
‘ ع Th ث
Gh غ J ج
F ف }H ح
Q ق Kh خ
K ك D د
L ل Dh ذ
M م R ر N ن Z ز
H ه،ة S س
W و Sh ش Y ي }S ص
ix
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ Fatḥah A A
َ Kasrah I I
َ Ḑammah U U
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan
Huruf Nama
ي... َ Fatḥah dan ya Ai A dan I
و... َ Fatḥah dan wau Au A da U
Contoh:
H{aul :حول H{usain :حسين
C. Vokal Panjang
Tanda Nama Gabungan
Huruf Nama
Fatḥah dan alif a> a dan garis di atas ــا
ي Kasrah dan ya Ī I dan garis di atas ــ
Ḑamah dan wau Ū u dan garis di atas ــ و
D. Ta’ Marbūţah
Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan
ditulis h.
Contoh:
Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة
x
(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat
dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya)
E. Shiddah Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu.
Contoh:
Shawwa>l :شّوال m Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.
Contoh: القلم : al-Qalam
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
PEDOMAN TRANSLITERASI viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR SINGKATAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah 18 C. Batasan dan Rumusan Masalah 18 D. Tujuan Penelitian 19 E. Manfaat Penelitian 19 F. Penelitian Terdahulu yang Relevan 19 G. Metodologi Penelitian 26 H. Sistematika Penulisan 31
BAB II LANDASAN TEORETIS 34
A. Ruang Lingkup Retorika 34 1. Pengertian Retorika 34 2. Lima Hukum Retorika 38 3. Tujuan dan Fungsi Retorika 40
B. Retorika Dakwah 41 1. Pengertian Retorika Dakwah 41
a. Metode Hikmah 44 b. Metode Mau’izhah Hasanah 46 c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan 49
2. Prinsip Retorika Dakwah 51 C. Retorika Politik 54
1. Tipologi Retorika Politik 55 2. Identitas Retorika Politik 57
xii
BAB III PROFIL MUHAMMAD ZAINUL MAJDI
DAN GAMBARAN UMUM TENTANG PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT 59 A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara
Barat 59
1. Kondisi Demografi 59 2. Religiusitas dan Sosial Politik Masyarakat
Lombok 63
a. Nahdhlatul Wathan di NTB 68 b. Kelompok Ormas Lainnya di NTB 72
B. Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi 78
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan 78 2. Aktivitas Dakwah dan Politik Muhammad
Zainul Majdi 79
C. Zainul Majdi dalam Konteks Sosial Politik 89 1. TGB Zainul Majdi dalam Pilpres 2019 89 2. NW dan Struktur Kesempatan Politik 94 3. Nadhlatul Wathan dan Struktur Mobilisasi Sosial 95 4. NW dalam Realitas Politik 96 5. Perpecahan di Tubuh NW 97
BAB IV HASIL PENELITIAN 102
A. Retorika Dakwah dan Politik TGB Zainul Majdi 102 1. Retorika Dakwah TGB Zainul Majdi 102
a. Hikmah 105 b. Mau’izhah Hasanah 108 c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan 112
2. Tipologi Retorika Politik TGB Zainul Majdi 119 a. Retorika Politik Deliberatif 120 b. Retorika Politik Forensik 121 c. Retorika Politik Demonstratif 122
B. Identitas Retorika Politik TGB Zainul Majdi 124 1. Identitas Politik Rhetorically Noble Selves 125 2. Identitas Politik Rhetorically Reflector 127 3. Identitas Politik Rhetorically Sensitive 133
xiii
C. Analisis Retorika dalam Dakwah dan Politik TGB Zainul Majdi 137
D. Analisis Tahapan (The Five Cannons of Rhectoric) Retorika TGB Zainul Majdi 146
1. Inventio (Penemuan Tema dan Argumen) 146 2. Dispositio (Penyusunan Bahan) 148 3. Elocutio (Gaya Bahasa) 154 4. Memoria (Ingatan Bahan Pidato) 160 5. Pronunciatio (Teknik Menyampaikan Pidato) 161
BAB V PENUTUP 163
A. Kesimpulan 163 B. Saran 164 C. Implikasi Penelitian 166
DAFTAR PUSTAKA 168
GLOSARIUM 176
INDEKS 178
LAMPIRAN 183
BIODATA PENULIS 194
xiv
DAFTAR SINGKATAN
1. AHY : Agus Harimurti Yudhoyono 2. DPD : Dewan Pimpinan Daerah 3. DPR : Dewan Perwakilan Rakyat 4. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 5. HIMMAH : Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan 6. HULTAH : Hari Ulang Tahun 7. IAIN : Institut Agama Islam Negeri 8. IPNW : Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan 9. ISNW : Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan 10. LC : Licence 11. LSI : Lembaga Survey Indonesia 12. MA : Master of Art 13. MURI : Museum Rekor Indonesia 14. NBDI : Madrasah Nadhatul Wathan Diniyah
Islamiyah
15. NBDI : Nadhatul Banat Diniyah Islamiyah 16. NTB : Nusa Tenggara Barat 17. NU : Nadhatul Ulama 18. NW : Nahdlatul Wathan 19. OIAA : Organisasi International Alumni
Al-Azhar
20. Ormas : Organisasi Mayarakat 21. PB : Pengurus Besar 22. PBB : Partai Bulan Bintang 23. PEMDA : Pemerintah Daerah 24. PERSIS : Persatuan Islam 25. PIL : Persatuan Islam Lombok 26. PILPRES : Pemilihan Presiden 27. PWNW : Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan 28. QNA : Question And Answer 29. SAW : Shallahu ‘alaihi Wassalam 30. SBY : Susilo Bambang Yudhoyono 31. SCTV : Surya Citra Televisi
xv
32. SDN : Sekolah Dasar Negeri 33. SLTP : Sekola Lanjut Tingkat Pertama 34. TGB : Tuan Guru Bajang 35. TGH : Tuan Guru Haji 36. TGKH : Tuan Guru Kyai Haji 37. TIMSES : Tim Sukses 38. TNI : Tentara Nasional Indonesia 39. UAS : Ustad Abdul Somad 40. UEA : Uni Emirate Arab 41. UIN : Universitas Islam Negeri 42. UNRAM : Universitas Mataram 43. WHTS : World Halal Travel Summit/Exhbition
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama dan politik merupakan isu lama dalam sejarah kehidu-
pan manusia hingga saat ini masih menyisakan perdebatan yang
sangat panjang, respons terhadap keduanya pun senantiasa meman-
tik polemik posisi agama dalam arena politik yang setidaknya
melibatkan dua kelompok yang secara diametris berlawanan. Satu
pihak mengampanyekan agar agama dilibatkan dalam setiap per-
timbangan politik. Gagasan inilah yang kemudian disebut sebagai
teokrasi.1 Pemerintahan yang berbasis agama. Konsekuensinya
adalah agama menjadi payung tertinggi dalam kegiatan politik.2
Kelompok kedua yang dimana sebuah ideologi yang menyatakan
bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah
dari agama atau kepercayaan (sekuler).3 Yakni persoalan agama
kemudian dikesampingkan dalam pengaruh kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut Karl Marx, Agama sebagai candu bagi
masyarakat, agama sebagai modal atau isu untuk terus memperta-
hankan suatu kekuasaan dari suatu kelompok-kelompok tertentu
untuk suatu keinginan. Adapun menurut Freuerbach dalam tulisan-
nya yang berjudul Das Wesen des Christentums mengatakan bahwa
agama sebagai proyeksi manusia dalam mengejar suatu kebahagia-
an agama adalah cara seseorang mengaplikasikan kehidupannya
dalam berbagai hal, baik keduniaan atau yang berkaitan dengan
ketuhanan. Para agamawan yang semula menjadi penjaga moral,
1 Teokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dimana prinsip-prinsip
Ilahi memegang peran utama. 2 Samsul Maarif, Jurnal Filsafat, Relasi Agama dan Politik menurut
Rawls, Jurnal Filsafat, Vol. 16, No. 2, 2006. 3 Sekuler adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah
institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau keperca-
yaan.
2 | Retorika Dakwah dalam Politik...
saat ini mulai bergeser saat ini agamawan sebagai penjaga kekua-
saan dengan mengikat pemahaman moral masyarakat secara dog-
matik.4
Dalam ajaran Islam antara agama dan politik adalah dua hal
yang integral Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang me-
ngatur urusan masyarakat dan negara sebab Islam bukanlah agama
yang hanya mengatur ibadah secara individu saja, namun Islam
juga mengajarkan bagaimana bentuk kepedulian kaum muslimin
dengan segala urusan umat yang menyangkut kepentingan dan ke-
maslahatan mereka.5 Mengontrol apa yang diberlakukan penguasa
terhadap rakyat, dan sebaliknya umat mematuhi perintah dan
aturan pemimpinnya. Islam ideologi politik bagi masyarakat dalam
kerangka yang lebih pasti bahwa agama Islam memerintahkan
kaum muslimin untuk mengatur, dan menegakkan nilai-nilai kebai-
kan pada negara dan menerapkan aturannya berdasarkan hukum
dan nilai-nilai Islam meliputi urusan politik, ekonomi, militer,
pidana, maupun hukum diatur oleh Islam. Nabi Muhammad mene-
rapkan nilai-nilai Islam dalam kepemimpinannya dalam urusan
negara dan umat, dan diikuti lagi oleh para Khulafa Rasyidin de-
ngan menerapkan, Shidiq diistilahkan dengan (transparancy admi-
nistrative) istiqamah (dalam hal ucapan dan perilaku) fathanah
(kecerdasan rasio dan ilahiyah) amanah (tanggung jawab), tabligh
(keselarasan antara sikap dan perilaku). Modal kebaikan ini yang
diterapkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam menciptakan
pemerintahan yang baik refleksi dari ajaran Islam yang baik dan
bersih wujud pemerintahan yang suci dalam menerapkan nilai-nilai
luhur Islam dalam setiap aktivitasnya, yang dikenal dengan istilah
kekinian Good Governance penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dalam hal sistem dan manajemen.6
4 Wasisto Raharjo Jati, Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profetia-
si Agama, Walisongo, Jurnal Veritas, Vol. 22, No. 1, 2014. 5 Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indone-
sia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 9. 6 Andi Faisal Bakti, Islam Negara & Civil Society, (Paramadina,
2005), h. 346-349.
Mochammad Zia Ulhaq | 3
Fenomena yang unik pada kontestasi politik di Indonesia ada
seorang ulama muda yang bernama TGB Muhammad Zainul Majdi
seorang dai penghafal Qur’an yang juga seorang politisi, aktif
dalam kegiatan politik di Indonesia untuk kali pertama TGB Zainul
Majdi terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Bulan Bin-
tang (PBB). Pada tahun 2004 menjadi anggota DPR periode 2004-
2009. Akan tetapi terhenti di tengah jalan karena pada tahun 2008
Zainul Majdi maju Pemilihan Gubernur di Nusa Tenggara Barat.
Keterlibatannya dalam politik diartikan sebagai medan perjuangan
karena ikut terlibat langsung dalam merancang dan mengambil
kebijakan. Karenanya menurutnya “Kepemimpinan politik adalah
suatu perhikmatan, pengabdian kepada Allah untuk menghadirkan
kebaikan dan memberikan manfaat kepada umat”.7 Kepemimpinan
politik dalam Islam dimaknai sebagai salah satu cara mengabdikan
diri kepada Allah melalui suatu amanah besar untuk membangun
dan peradaban sehingga dalam hal ini kegiatan politik memiliki
nilai-nilai spiritualitas.8
Tulisan ini mendukung penelitian-penelitian yang menyatakan
“Bahwa seorang ulama melalui kata-kata dan retorikanya mampu
menjadi pelopor perubahan dalam sosial dan politik di tengah ma-
syarakat, seorang ulama yang ikut secara langsung merumuskan
kebijakan-kebijakan politik untuk kemaslahatan umat.”9 Geertz
(1960) dan Horikoshi (1978) mengatakan bahwa, “Seorang tokoh
agama adalah seseorang yang memiliki keistimewaan dengan itu
mampu menjadi sumber perubahan sosial masyarakat. Ulama juga
sebagai makelar budaya (cultural brokers) memiliki pengaruh yang
7 Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi, pada 4 0ktober
2019. 8 Syarifuddin Jurudi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakar-
ta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 509. 9 Miftah Faridl, Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia, Jurnal Sosio-
teknologi, Edisi 11 Tahun 6, 2007.
4 | Retorika Dakwah dalam Politik...
kuat dan mampu menjembatani berbagai kepentingan melalui
bahasanya yang dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.”10
Tulisan ini berusaha membantah argumen yang menyatakan,
seorang ulama atau tokoh agama dia yang hanya berada dalam
lingkup Pondok Pesantren dan hanya berceramah saja tidak ikut
terlibat dalam aktivitas politik, beranggapan keterlibatan seorang
ulama dalam politik praktis akan melunturkan identitas dan kha-
rismanya sebagai tokoh agama.11
Karena seorang ulama mereka
yang dihormati dan memiliki banyak santri bukan seorang ulama
yang terjun dalam politik yang cenderung menggunakan agama
untuk kepentingan politiknya saja.”12
Saat ini banyak sekali pesan-pesan kebaikan yang disampai-
kan melalui retorika disalahgunakan oleh para pembicara atau
pemuka agama kepada umat tidak sesuai dengan fungsi retorika,
dimana fungsi tersebut diantaranya to inform memberikan suatu
penjelasan, to convince meyakinkan dan memberikan kesadaran
tentang kebaikan kepada pendengar, to inspire menumbuhkan sua-
tu inspirasi kebaikan kepada pendengar, akan tetapi retorika saat
ini malah dijadikan sekelompok orang untuk meraih tujuan-tujuan
tertentu.13
Mulai dari penyampaian narasi-narasi yang keras berna-
da ancaman misalnya Islam, nabi dan syariat adalah kebenaran
yang harus diikuti multak dari golongan tertentu dan ketika tidak
diikuti, termasuk orang kafir masuk dalam dosa besar dan masuk
neraka, dimana umat digiring oleh narasi retorika kebenaran menu-
rut kelompoknya saja, tapi sementara kebenaran yang sebenarnya
mereka sembunyikan.
10
Wasisto Raharjo Jati, Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profe-
tiasi Agama, Jurnal Veritas, Walisongo, Volume 22, No. 1, 2014. 11
Eko Setiawan, Keterlibatan Kyai Dalam Politik Praktis dan Impli-
kasinya Terhadap Masyarakat, Ar-Risalah, Vol. XIII No. 1, 2014 12
Abdurahman, Fenomena Kiai Dalam Dinamika Politik, Jurnal
Sosial dan budaya keislaman, Karsa, Vol. XV, No.1, 2009. 13
Maarif, Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada), h. 9.
Mochammad Zia Ulhaq | 5
Ada juga narasi retorika yang tidak memiliki landasan yang
kuat dimana seorang pembicara atau tokoh agama menggunakan
retorika yang dangkal hanya menggiring opini sepihak yang
terkesan memaksa pendengar untuk mengikutinya dengan gaya dan
cara mengambil dalil menurut sudut pandangnya saja atau sepe-
nggalan kata-kata ulama A dan ulama B yang tidak shohih yang
berimbas pada kesimpulan yang menjadikan retorikanya pincang
tanpa dasar yang kuat, seolah itu kesimpulan paling benar yang
harus diikuti. Retorika bersifat noble selves (menganggap dirinya
paling benar) tidak memberi ruang atau sanggahan ketika sedang
berdiskusi, karena mereka hanya ingin memaksakan kehendak dan
paham mereka saja bukan memberi suatu pencerahan. Paham
mereka sendiri yang mereka ikuti dan agungkan ibarat menjual
obat, inilah obat yang paling mujarab yang bisa menyembuhkan
dan yang lain itu obat yang palsu. Retorika saat ini cenderung
menaruh seputar simbol-simbol keagamaan dan kekerasan dalam
beragama saja terkesan itu adalah narasi lama tanpa ada pemba-
ruan. Jarang sekali penulis mendengar narasi-narasi retorika dari
tokoh agama yang mengarahkan umat untuk bisa menghargai dan
menyerap kemaslahatan dari alam yang Allah ciptakan, ini hal
terlupakan hal yang kadang terlupakan Rahmatan lil alamin bukan-
lah sekadar motto Islam, tapi karena merupakan tujuan dari ajaran
Islam sendiri sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajar-
nya apabila orator (pembawa pesan) menjadi pelopor perubahan
bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari
rasa kasih bagi alam semesta dengan melarang membuat kerusakan
di muka bumi, Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga lingku-
ngan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagad raya
mengarahkan bagaimana cara umat untuk menjaga sumber daya
alam yang Allah berikan kepada hambanya dengan memanfaatkan
alam dan mengambil nilai-nilai kebaikan alam untuk generasi saat
ini dan anak cucu nanti. Seorang orator atau tokoh agama seharus-
nya peka terhadap kondisi terkini, selain narasi simbol-simbol aga-
ma, narasi pengajaran agama, tokoh agama juga harus mampu
mengingatkan kepada umat untuk mengamalkan nilai ajaran Islam
kepada alam yang kita pijak. Mampu menyerap pesan Allah mela-
6 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lui alam untuk kebaikan umat dan generasi yang akan datang
disampaikannya melalui pesan agama dikemas melalui retorika
yang baik.14
Allah berfirman dalam surat Ali Imran 190-191:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau da-
lam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Ma-
ha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
TGB Zainul Majdi politisi dan tokoh agama dari NTB yang
menggabungkan antara dakwah dan politik sebagai medan perjua-
ngan identitasnya sarat dengan narasi-narasi retorika dakwah me-
ngenai pesan moderasi, ukhuwah islamiah, dan toleransi, bahkan
dia sering mengulas mengenai nilai-nilai kebaikan Islam yang
harus diaplikasikan dalam kehidupan. Namanya santer terdengar
pada perhelatan Pilpres 2019 TGB Zainul Majdi menjadi tokoh
yang digadang-gadang maju pada ajang pemilihan Presiden (Pil-
pres) 2019, muncul sebagai tokoh perubahan dan hadir di kancah
nasional sebagai pemimpin yang religius dan terbilang sukses sela-
ma 2 periode memimpin NTB, dalam hal SDM dan infrastruktur
14
Andi Faisal Bakti, TrendsetterKomunikasi di Era Digital: Tanta-
ngan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jurnal
Komunikasi Islam, Vol. 04, No. 01, 2014.
Mochammad Zia Ulhaq | 7
maupun kebijakan-kebijakan yang ada nilai-nilai Islam di dalam-
nya. Pada usia 36 tahun sudah mampu berkarya dan mengabdi
untuk masyarakat menurutnya:
“Dakwah dan politik itu selalu berkaitan satu dengan yang
lain, karena Islam tidak memisahkan antara agama dan politik
karena sesungguhnya seluruh wilayah kehidupan adalah wahana
untuk dakwah, termasuk wilayah politik adalah wilayah yang
amat penting dalam berdakwah, karena di dalamnya terdapat kebi-
jakan-kebijakan yang berkaitan dengan umat Islam.”15
Pada masa kepemimpinannya menjadi seorang Gubernur per-
tumbuhan ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Dari pres-
tasi ini membuat NTB mendapatkan predikat dengan pertumbuhan
ekonomi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar
4,9 persen. Dan mampu menggerakkan roda pemerintahan dan
mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi tertinggal dalam
jangka waktu 2014-2016. Dimana NTB sebelumnya termasuk
daerah yang tertinggal dan tidak muncul di level nasional bahkan
sebelumnya ada ungkapan NTB = Nasib Tergantung Bali. Per-
kataan tersebut meluncur dari mulut warga Provinsi Nusa Tenggara
Barat sendiri. Tersirat rasa pesimis di sana. Terbersit keputusasaan
akan kondisi yang ada.
Keberhasilannya dalam memimpin NTB dengan mendapatkan
penghargaan sebagai salah satu Gubernur terbaik dalam negeri
pada 2017. Dinilai dari aspek kepemimpinan, kredibilitas, dan
akseptabilitas dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih.
Ketika menjabat kepala daerah pun dinobatkan menjadi Gubernur
termuda dan mendapat Rekor Muri (Museum Rekor Indonesia)
pada saat dilantik sebagai Gubernur NTB, 17 September 2008,
usianya baru menginjak 36 tahun, dan berhasil memimpin Provinsi
Nusa Tenggara Barat selama 2 periode. Dia adalah TGB Zainul
15
Dalam Program “Satu Indonesia Bersama Muhammad Zainul
Majdi”, diakses 5 mei 2018 dari https://www.youtube.com/watch?v=nKR
Vs9BzyVE
8 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Majdi saat ini juga beliau menjabat sebagai ketua (OIAA) Organi-
sasi Internasional Alumni Al-Azhar menggantikan ketua sebelum-
nya Quraish Shihab.
TGB Zainul Majdi yang besar di lingkungan santri. dulu
merupakan santri dari Pondok Pesantren Darul Nadhlatain Nah-
datul Wathan yang berada di kawasan Lombok Timur. Di sana
juga dia mendapatkan kemampuan sebagai penghafal Alquran.
Sebutan Gelar Tuan Guru Bajang juga tak jauh dari citra Islam
yang melekat padanya yang merupakan gelar yang diberikan
masyarakat adat Sasak kepada sosok tokoh Agama, sementara
nama Bajang, merupakan bahasa Sasak yang memiliki arti muda.
Jadi makna Tuan Guru Bajang Yang berarti Tuan Guru yang masih
belia atau muda. Peran Tuan Guru di tengah-tengah masyarakat
Lombok dijadikan sebagai “promotor pembangunan”, dan juga
sebagai agen penyampai program pemerintah, sekaligus sebagai
aset partai politik ketika berlangsungnya ritual politik tahunan.16
Tuan Guru adalah sebagai figur yang sangat penting di kalangan
masyarakat Sasak.17
Memiliki kelas yang tinggi dan pemimpin
agama yang berpengaruh luas terhadap sosial politik. Zainul Majdi
adalah dari seorang santri dengan dakwah dan mengajar sebagai
aktivitas kesehariannya. Zainul Majdi muncul dari seorang dai dan
pengajar warisan bakat dari kakeknya, yang juga mewarisi banyak
Pondok Pesantren dan organisasi sosial di NTB yang ternaung
dalam organisasi Nahdlatul Wathan suatu organisasi kemasyaraka-
tan Islam terbesar di Pulau Lombok.
Nahdlatul Wathan (NW) didirikan oleh Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kakek dari TGB Zainul Maj-
di yang juga seorang Pahlawan Nasional. Organisasi Nahdlatul
Wathan ini mengelola sejumlah Lembaga Pendidikan dari tingkat
16
Irine Hiraswari dkk, dalam Ringkasan Laporan penelitian, Dina-
mika Peran Elit Lokal di Pedesaan Pasca Orde Baru: Studi Kasus Peran
Guru di Lombok Timur oleh LIPI, h. 2. 17
Suku Sasak adalah suku yang mendiami pulau Lombok dan meng-
gunakan Bahasa Sasak Sebagian besar suku Sasak beragama Islam dan
Kata Sasak berasal dari kata sak sak artinya satu satu.
Mochammad Zia Ulhaq | 9
dasar hingga perguruan tinggi. Nahdlatul Wathan sebuah organi-
sasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidi-
kan, sosial, dan dakwah Islamiah. Sebagai Tuan Guru diharapkan
tidak hanya sekadar sebagai pendakwah moral saja akan tetapi juga
ikut terlibat bersama-sama mewujudkan kesejahteraan dan berju-
ang bersama masyarakat.18
Ketika kontestasi pemilihan Gubernur 2008 TGB unggul
hampir dalam setiap survei dalam periode awal pencalonan Guber-
nur di NTB, dengan torehan angka 38,84% (KPI) atau 37,06 %
(LSI), mengalahkan calon lainnya. Popularitas TGB dan pasangan-
nya Badrul Munir (BaRu) menempati peringkat teratas disbanding-
kan tiga kandidat lainnya, yakni Serinata-Husni Jibril (Serius),
Nanang Samoedra-M. Jabir (Naja), dan Zaini Arony-Nurdin Rang-
gabrani (Zanur). Tak ayal TGB memenangkan Pilkada 2008
dengan meraih suara telak 38% suara. Dan ketika periode kedua
Hitung cepat dari Jaringan Suara Indonesia (JCI) menempatkan
TGB-Amin sebagai pemenang dengan perolehan 44,63% suara.
Dan pasangan Zul-Ichsan (Zulkifli Muhadli-H Muhammad Ichsan)
dan Harum (Harun Al Rasyid- Muhyi Abidin) bersaing ketat di
posisi ke-2. Zainul Majdi sebagai Gubernur terpilih dan yang juga
menjabat Ketua DPD Partai Demokrat di NTB.19
Zainul Majdi terpilih tidak lepas dengan citra Islam-nya dan
juga pengaruh kuat kakeknya yang sangat dihormati Ulama besar
yang membangun NTB yang juga Pahlawan Nasional yang berna-
ma Tuan Guru KH. (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
pada tahun 1953 di Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.
Pendiri Ormas terbesar di NTB Nahdlatul Wathan (NW) organisasi
sosial keagamaan memiliki tiga warisan besar yang ia tinggalkan,
18
Merdeka.com, Mengenal Sosok Tuan Guru Bajang dan Prestasi-
nya memimpin NTB, diakses 15 Mei 2018 dari https://www.merdeka.com/
politik/mengenal-sosok-tuan-guru-bajang-dan-prestasinya-memimpin-
ntb.html 19
“Pilkada NTB: Gubernur Incunbent Menang 45% Suara”, Kabar
24, diakses 16 Mei 2018, dari http://kabar24.bisnis.com/read/20130514/
15/138869/pilkada-ntb-gubernur-incumbent-menang-45-suara
10 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelem-
bagaan NW yang tersebar di seluruh NTB dan Indonesia. Sosoknya
yang religius dari kalangan santri memberikan yang warna yang
berbeda dikalangan masyarakat NTB dimana sebelumnya selalu
dikuasai oleh golongan Menak (kaum bangsawan).20
Suku terbesar
yang ada di Pulau Lombok NTB mempercayai dan mentaati dan
menghormati seorang tokoh agama yang disebut dengan tuan guru,
seorang yang dianggap saleh dan juga memiliki pengetahuan aga-
ma yang mendalam dan mampu membawa masyarakat kepada
kehidupan yang lebih baik.
Sebuah buku yang di tulisannya diberi judul “Tuan Guru
Bajang Santri Membangun Negri”. Yang berisi perjalanannya dari
seorang santri hingga menjadi seorang pemimpin daerah dan mam-
pu bermanfaat ikut membangun bangsa dan negara dengan cara
mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. TGB
mampu menjadi kepala daerah di Nusa Tenggara Barat selama 2
periode dengan torehan prestasi. Dalam kesibukannya beliau me-
ngambil bagian secara aktif dengan rutin mengisi kajian Tafsir
setiap bulannya sehingga tercipta kedekatan antara pemimpin
dengan masyarakat banyak masyarakat menilai TGB lebih kepada
seorang guru bagi mereka dibandingkan seorang Gubernur. Citra
Islam-nya juga tertuang di beberapa kebijakan-kebijakannya yang
kental dengan nilai-nilai Islam diantaranya:
1. Hadirkan konsep wisata halal dengan dibantu para tokoh agama, tokoh adat, maupun pemuka masyarakat, TGB
memanfaatkan alam yang indah di NTB untuk dijadikan
sebagai objek wisata. TGB membuat tempat wisata dengan
konsep wisata halal. Dan mendapatkan kemenangan dalam
ajang kompetisi dunia The World Halal Travel Summit/
Exhibition 2015 (WHTS15) di Abu Dhabi, Uni Emirate
Arab (UEA) pada 21 Oktober 2015 lalu. Dari 14 kategori
yang dilombakan, Indonesia menyabet penghargaan seba-
20
Jeremy J. Kingsley, “Peacemakers or Peace-Breakers? Provicial
Elections and Religiuos Leadership in Lombok, Indonesia, 57.
Mochammad Zia Ulhaq | 11
gai pemenang di tiga kategori yakni World’s Best Halal
Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon
Destination, dan World’s Best Family Friendly Hotel.21
2. Menginisiasi terbentuknya Bank NTB Syariah Memba-ngun Ekonomi yang berkeadilan, ikhtiarnya menanamkan
nilai-nilai keagamaan tidak bisa dipisahkan dari nilai ke-
bangsaan. Yang memungkinkan nilai Islam masuk dalam
tatanan ekonomi, agar terciptanya ekonomi bersyariah.
3. Menyemarakkan ibadah Ramadan, provinsi NTB di bawah kepemimpinan TGB dengan mengundang imam-imam ter-
kenal dari Timur Tengah dengan suara yang begitu merdu
untuk memimpin sholat fardu dan sunat selama bulan
puasa. Kebijakan yang sangat religius ini mendapat apre-
siasi yang sangat dari warga NTB.
4. Mengubah slogan Nusa Tenggara Barat dari “Bumi Gora” menjadi “Bumi Al-Qur’an.”
Beberapa tokoh nasional juga kagum tentang perjalanan poli-
tik dan pencapaian TGB Zainul Majdi, di usianya yang muda tapi
bagus dalam kinerja dan karirnya. Ketika kunjungannya ke NTB
Prabowo pernah mengatakan, “Sosok Gubernur NTB TGB Zainul
Majdi bisa menjadi sosok pemimpin bangsa Indonesia pada masa
mendatang, karena sejak saat dilantik dulu menjadi gubernur ter-
muda di Indonesia, Saya terkesan muda usia tapi cemerlang dalam
pemikiran menilai potensi Zainul Majdi menambah optimisme
masa depan bangsa yang masih terdapat pemimpin muda dengan
pemikiran cemerlang dan berpihak kepada rakyatnya sendiri, dia
akan muncul sebagai pemimpin masa depan”.
Dahlan Iskan mantan menteri BUMN pada masa di era SBY
juga menyatakan kekagumannya, “Bahwa TGB Zainul Majdi seo-
rang yang komplit, seorang ahli agama, sosoknya yang santun tutur
bahasanya terstruktur, pidatonya yang berisi, ramah dalam bersikap
sosoknya yang tidak lepas dari citra Islam yang melekat padanya.
21
TGB.id, “Penghargaan Tuan Guru Bajang”, https://tgb.id/peng
hargaan-tuan-guru-bajang/, diakses 1 Januari 2019.
https://tgb.id/penghargaan-tuan-guru-bajang/https://tgb.id/penghargaan-tuan-guru-bajang/
12 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Berani dalam mengemukakan pendapat umurnya masih 43 tahun
masa depannya panjang terbentang untuk Indonesia”.22
Pendekatan politik sebagai medium dakwah mempunyai peran
yang amat kuat dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang
universal karena pesan dakwah, adalah pesan kebaikan menerap-
kan amar ma’ruf nahi munkar yang diaplikasikan melalui hal-hal
yang nyata, karena inti pesan dakwah adalah pesan kebaikan yang
diamalkan bersama, dengan niat dan ketulusan untuk sama-sama
membangun masyarakat, dan menciptakan kemaslahatan untuk
orang banyak.23
Walaupun kebanyakan beberapa orang menjadikan
dakwah hanya dilakukan sebatas wacana dan retorika saja. Tapi
berbeda dengan Zainul Majdi menurutnya “Retorika sesuatu hal
penting karena berkaitan dengan penyampaian suatu wacana dan
gagasan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dengan masya-
rakat, akan tetapi karya nyata dan pengabdian untuk umat itu yang
lebih penting.”24
Kebijakan politik adalah suatu legitimasi yang
kuat dalam bentuk hukum untuk kepentingan orang banyak. De-
ngan dasar ini Zainul Majdi memilih politik sebagai medium dak-
wah, karena menurutnya dengan memegang suatu kekuasaan mela-
lui kebijakan politik itu akan membuat perubahan yang cepat di
masyarakat tidak hanya dalam bentuk kesadaran, akan tetapi meli-
puti sikap, perilaku masyarakat dan tatanan hidup masyarakat.
Pendekatan TGB dengan masyarakat melalui retorika melalui
pesan-pesan dakwah, meliputi, pidato, ceramah maupun acara-
acara keagamaan, karena memang pendekatan melalui retorika
memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, berkaitan dengan
penyampaian ide, gagasan, ajakan, maupun sosialisasi kebijakan,
22
http://www.sinarpaginews.com/nasional/4595/dahlan-iskan-sebut-
tgb-sebagai-sosok-“komplit”.html, diakses 1 januari 2019. 23
Andi Faisal Bakti, Communication And Family Planning In Islam
In Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Develop-
ment Program, (Laiden-Jakarta: INIS, 2004), h. 72. 24
Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi, l 4 Oktober
2019.
http://www.sinarpaginews.com/nasional/4595/dahlan-iskan-sebut-tgb-sebagai-sosok-http://www.sinarpaginews.com/nasional/4595/dahlan-iskan-sebut-tgb-sebagai-sosok-
Mochammad Zia Ulhaq | 13
itu yang digunakan TGB Zainul Majdi dalam berkomunikasi
dengan masyarakat.25
Retorika dakwah dan politik begitu menarik dalam kegiatan
politik di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat karena:
1. Masyarakat Indonesia sangat religius tidak bisa dilepaskan dari karakteristik ajaran Islam itu sendiri yang bukan hanya
merupakan sistem teologis, tetapi juga cara hidup yang
berisi standar etika moral dan norma dalam kehidupan ma-
syarakat dan bernegara. Karena agama Islam itu tidak
membedakan sepenuhnya hal-hal yang sakral dan profan,
sehingga muslim yang taat pasti menerima antara kesatuan
agama dan bernegara.26
2. Dengan keadaan masyarakat Indonesia yang religius juga menjadikan agama sebagai media atau sumber untuk men-
datangkan juga menarik suara atau dukungan politik.
3. Di negara Indonesia agama memiliki penerimaan tersendiri dalam berbagai kegiatan di tengah-tengah masyarakat
Indonesia, karena agama mempunyai legitimasi yang kuat
di tengah-tengah masyarakat. Apalagi ketika dikemas de-
ngan komunikasi dan retorika yang baik. Pasti mempunyai
kesan dan respons yang berbeda di masyarakat.27
4. Lebih terkhusus di Pulau Lombok Islam merupakan faktor utama di dalam masyarakat Sasak (Lombok), dan senti-
men-sentimen ini masih sangat melekat pada sebagian
besar masyarakat Lombok, karena identitas etnis Sasak
25
Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in
Public Relation, (USA : International Thomson Business Press, 1996) h.
106. 26
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indone-
sia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 9. 27
Jalaludin Rakhmat, Rektorika Modern, (Bandung: Remaja Rosda
karya, 1999), h. 48.
14 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang sangat erat dengan identitas sebagai Muslim.
28
5. Pulau Lombok juga dijuluki dengan pulau seribu masjid. Julukan ini memiliki makna bahwa di Pulau Lombok begi-
tu banyak masjid yang menjadi karakter khas di Pulau ini.
Masjid merupakan tempat kegiatan, selain itu juga masjid
merupakan suatu identitas dari masyarakat. Masjid juga
tempat aktivitas umat yang amat penting yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan kolektif masyarakat di Lombok
dalam semua aspek. Ini artinya Islam diterima dalam ma-
syarakat lombok secara luas dan secara simbolik Islam
memainkan peran yang amat penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Lombok.29
Pengaruh Tuan Guru memiliki kekuatan terhadap dinamika
kehidupan sosial politik di masyarakat TGB Zainul Majdi menga-
takan, “Di NTB Seorang Tuan Guru memiliki legitimasi yang amat
kuat, dibandingkan dengan seorang Gubernur, dan itu yang
bisa membantu percepatan pembangunan di NTB karena
pengaruh kekuatan formal dan informal di NTB sangat bera-
gam sekali. Untuk Lombok khususnya Tuan Guru itu sangat
didengar sehingga ketika berbicara di tengah bersilaturahmi
dengan masyarakat sebagai tuan guru dan menyampaikan
program-program prioritas daerah akan jauh lebih cepat dite-
rima ketimbang datang ke masyarakat dengan pendekatan
struktural atau formal sebagai Gubernur.”30
Zainul Majdi cenderung memiliki ciri khas menggunakan
komunikasi dengan pengemasan retorika agama dikombinasikan
28
John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat
Sasak, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 86. 29
Jeremy Kingsley, Tuan Guru, Community, and Conflict in Lom-
bok, Indonesia (Melbourne Law School the University of Melbourne,
2010), h. 99. 30
Mata Najwa “Komandan Daerah”, diakses 5 Mei 2018 dari
https://www.youtube.com/watch?v=UvmJWgIYTzA
Mochammad Zia Ulhaq | 15
dengan nilai-nilai dakwah ketika berbicara kepada lawan bicaranya
ataupun dalam hal komunikasi politik. Zainul Majdi juga rutin
menyampaikan ceramah atau kajian di radio, masjid-masjid atau di
stasiun TV. TGB Zainul Majdi seorang pendakwah mampu me-
ngemas pesan dakwah lebih menarik dengan memahami konteks
dan situasi dalam berdakwah, kemasan retorika dakwahnya TGB
Zainul Majdi adalah figur seorang tokoh yang banyak menarik
perhatian bukan hanya masyarakat NTB dan juga masyarakat
Indonesia secara umum. Beliau dikenal sebagai tuan guru muda
yang aktif dalam bidang dakwah. Dakwah beliau dapat diterima
oleh masyarakat karena ketepatan beliau dalam membawa pesan
dakwah sehingga beliau bisa dikenal dan diterima oleh semua
lapisan masyarakat. TGB Zainul Majdi selalu menyampaikan
pesan-pesan moderasi Islam kepada masyarakat tentang nilai-nilai
ajaran agama yang mulia dalam menata suatu kehidupan masya-
rakat agar menjadi lebih baik. Diantarnya melalui konsep ummah
menghargai keberagaman, kebersamaan, sebagai konsep terbaik
yang dihadirkan Islam dengan ukhuwah islamiah melalui persatuan
membangun masyarakat yang berintegritas.31
Suatu prinsip mem-
bangun masyarakat harus berbasis pada integritas keteladanan,
kejujuran, kebaikan, dan keberagaman dan mampu menjaga suatu
amanah, dan menanamkan dakwah dalam setiap aktivitasnya, itu
suatu prinsip hidup umat Islam, dan politik itu bagian dari ins-
trumen yang tetap mengikuti dengan nilai-nilai dakwah, jadi semua
aktivitas kehidupan harus diniatkan untuk dakwah Islam.”32
Dakwah mengantarkan TGB menjadi figur seorang tuan guru
yang dihormati sehingga beliau dapat dengan mudah menjadi orang
pemimpin di NTB selama dua periode sekaligus. Sebagai pendak-
wah didukung oleh pendidikan yang relevan dengan bidang dak-
wah maka tidak tingkat keberhasilan dakwah beliau sangat tinggi.
31
Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwahin Journalism: Peace
Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol 05, No.1, 2015. 32
Dalam Program “Satu Indonesia Bersama Muhammad Zainul
Majdi” diakses 5 Mei 2018 dari https://www.youtube.com/watch?v=nKR
Vs9BzyVE,
16 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Tingginya tingkat keberhasilan dakwah beliau menjadikan dak-
wah-dakwah beliau selalu menarik untuk diikuti. Melalui penyam-
paian dengan bahasa yang sangat ringan mampu mengajak masya-
rakat dari segala golongan. Ketika beliau berbicara pesannya mu-
dah dipahami dengan penyampaian yang begitu menarik.33
Latar
belakang pendidikan turut berperan dalam menunjang keberhasilan
dakwahnya dimana orang dengan pendidikan yang mumpuni da-
lam bidang agama akan lebih didengar dan dipercaya masyarakat.
Deddy Mulyana seorang pakar komunikasi mengatakan bahwa,
latar belakang pendidikan dan budaya seseorang akan sangat
mempengaruhi gaya komunikasinya. Tingkat keberhasilan dalam
penyampaian suatu pesan atau ajakan. Melalui citra Islam yang
melekat kepadanya dan pencapaian-pencapaiannya dalam memba-
ngun NTB selama 2 periode.
Melalui kebijakan-kebijakannya yang dekat dengan nilai-nilai
Islam. Seperti Wisata Halal, dan mendirikan Bank Syariah NTB,
serta mampu membangun NTB dari keterpurukan menjadi privinsi
yang maju dan dikenal dengan wisata dan religiusnya. Dari citra
dan prestasi ini yang membawa nama TGB masuk dalam bursa
Cawapres (calon wakil presiden) Pada 2019 TGB Zainul Majdi
menjadi tokoh yang digadang-gadang pada ajang Pemilihan Presi-
den (Pilpres) 2019. Yang di gagas oleh OIAA dan dan para ulama
seperti AA Gym, Ustad Abdul Somad, dan Bahtiar Nasir mendu-
kung pencalonannnya, sosok TGB Zainul Majdi sebagai ulama
yang kharismatik. TGB digadang-gadang dapat menjadi salah satu
presiden alternatif untuk menantang Jokowi di Pilpres 2019 men-
datang.34
Dianggap sosok yang tepat dan cakap sebagai presiden
alternatif karena ia memiliki prestasi yang baik dalam memimpin
dan memajukan Propinsi NTB. Ia juga dianggap dapat menjadi
33
Wawancara langsung dengan bapak Nurjali jamaah rutin pengaji-
an TGB di Mesjid Hubbul Wathan, 3 Oktober 2019. 34
Jawapos.com, “Aa Gym dan Ustad Abdul Somad Sepakat Dukung
TGB Nyapres di 2019?”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.
jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-gym-dan-ustad-abdul-
somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-2019/
Mochammad Zia Ulhaq | 17
representasi umat Islam dalam statusnya sebagai seorang ulama.
TGB diharapkan dapat menjadi rival sepadan yang mampu
mengimbangi dominasi Jokowi, yang pada waktu itu isu agama
begitu kuat. Mulai dari kasus penistaan agama yang dilakukan oleh
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan kasus kriminalisasi ulama
yang dianggap seorang Presiden menyampingkan umat Islam di
Pilpres 2019. Di media sosial para alumni dan simpatisan “Aksi
Bela Islam” berlomba-lomba mempromosikan dan memviralkan
segala hal yang terkait TGB agar ia menjadi dikenal luas oleh ma-
syarakat.35
akan tetapi di pertengahan jalan TGB mendadak men-
dukung Jokowi 2 periode Manuver Gubernur NTB TGH Zainul
Majdi atau Tuan Guru Bajang yang secara mengejutkan mendu-
kung Jokowi 2 periode ternyata membuat banyak pihak kecewa
dengan keputusannya.
Salah satu pihak yang cukup kecewa tentu saja adalah Persau-
daraan Alumni 212 (PA 212). Karena beberapa waktu PA 212
sempat merekomendasikan nama Tuan Guru Bajang sebagai salah
satu capres alternatif pilihan umat diantanya banyak faktor yang
membuatnya berpindah posisi menjadi pro Jokowi diantarnya tidak
ada restu Partai Demokrat dan juga melihat dari jumlah masa di
provinsi NTB yang hanya lima juta penduduk. Masih terlalu kecil
untuk ukuran Indonesia yang jumlah penduduknya 250 jutaan.
Rekam jejaknya dalam hal sikap politik. Perpindahan demi perpin-
dahan partai politik juga sudah dilaluinya, awal meniti karir ikut
dalam gerbong Partai Bulan Bintang mengantarnya menjadi Ang-
gota DPR RI, lalu pindah masuk dalam gerbong Partai Demokrat
yang juga mengantarkannya menjadi orang nomor 1 di NTB.
Dalam hal sikap dan identitas politik TGB Zainul Majdi yang men-
jadi kritik dan catatan bagi penulis untuk menganalisis lebih dalam,
kritik tersebut meliputi dua sikap politiknya yang tergolong dalam
sikap dan identitas politik rhetorically sensitive (inkonsisten) dan
rhetorically sensitive (adaptif), suatu sikap dan identitas seseorang
35
Geotimes.co.id, “TGB, Dulu Dipuji Sekarang Dicaci”, diakses 26
Agustus 2019 dari https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-
dicaci/
18 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang terbentuk melalui proses komunikasi meliputi retorika. Untuk
menganalisis dan mengkritisi lebih dalam melalui analisis retorika
terhadap sikap dan identitas politiknya.
Itulah beberapa yang dapat dijadikan penulis sebagai argu-
mentasi, mengapa kasus ini diangkat dan dijadikan sebuah peneli-
tian penting yang diberi judul “Retorika Dakwah Dalam Politik
Studi: TGB Muhammad Zainul Majdi.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa per-
masalahan yang memungkinkan untuk diteliti, antara lain:
1. Retorika agama banyak disalahgunakan oleh para orator (pembawa pesan) dalam menyampaikan pesan.
2. Agama dan politik kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga tokoh agama melalui retorika memiliki penerima-
an tersendiri di tengah masyarakat dalam kegiatan perpoli-
tikan di Indonesia.
3. Citra seorang ulama mampu menarik suara politik melalui keulamaannya.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini maka muncul
pertanyaan mayor bagaimana metode retorika dakwah TGB Zainul
Majdi? pertanyaan mayor tersebut kemudian diturunkan menjadi
beberapa pertanyaan minor. Seperti apa tipologi retorika politik
TGB Zainul Majdi? serta bagaimana identitas retorika politik TGB
Zainul Majdi?
2. Pembatasan Masalah Dari apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,
maka penulis membatasi penulisan ini dengan mengamati dan me-
nganalisis pidato dan ceramahnya di NTB dan video youtube yang
Mochammad Zia Ulhaq | 19
berkaitan dengan dakwah dan politik TGB Zainul Majdi periode
2016-2019.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian merupakan sasaran yang harus dicapai
oleh setiap tindakan memiliki peranan yang sangat penting dan
harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan mendetail, merupakan
jawaban tentang masalah yang akan diteliti.36
Maka tujuan pene-
litian yang ingin dicapai adalah: Untuk menganalisis isi retorika
melalui pesan dakwah dan menganalis sikap TGB Zainul Majdi
melalui kajian retorika politik.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai gambaran lebih dalam dan detail akan resepsi kha-layak terhadap retorika religius dalam berpolitik dan ko-
munikasi kepada publik.
2. Sebagai rekomendasi bagi politisi mengetahui bagaimana metode penyampaian komunikasi yang baik agar masya-
rakat dapat menerima suatu pesan dan ajakan.
3. Sebagai rekomendasi bagi politisi akan pentingnya mema-hami aspek pengalaman, religiusitas dan kondisi sosial
politik masyarakat.
4. Untuk memperkaya dan mengembangkan penelitian aka-demis dalam bidang retorika dakwah dan kajian media
yang terkait dengan resepsi khalayak.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini adalah judul-judul dan ulasan singkat dari berbagai
penelitian baik itu berupa tesis, disertasi, buku maupun jurnal yang
36
Mohammad Kasiran, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif,
(Yogyakarta: UIN-Maliki Press, 2010), cet 2, h. 51.
20 | Retorika Dakwah dalam Politik...
penulis temukan. Beberapa penelitian ini juga ditulis oleh sarjana-
sarjana produk intelektual Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan penulis dari
luar kampus UIN Jakarta, antara lain sebagai berikut:
1. Tesis dengan judul, Interpretasi Khalayak Terhadap Reto-rika Politisi Dalam Televisi: studi kasus Apa Kabar Indo-
nesia TV One, dalam tesis tersebut penulisnya, Lydia Nan-
da, menguraikan tentang interpretasi khalayak terhadap
politisi yang sering hadir dalam acara talk show di TV One
akan tetapi tidak menjelaskan aspek religius dalam konteks
retorikanya, hanya menjelaskan bagaimana konsep, tipe
dan gaya retorika politisi ketika sedang talk show di
televisi.37
2. Tesis yang berjudul, Teori Politik Islam: Telaah Pemikiran Ali Abd al-Baziq Tentang Khalifah dan Negara, dalam
tesis tersebut penulisnya, Muntoha, hanya menguraikan
Bagaimana teori-teori tentang politik Islam menurut pemi-
kiran Ali Abd al-Baziq tentang suatu Negara dan Khali-
fah.38
3. Tesis dengan judul Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam
Kasus Bank Century, penulis Gita Savitri lagi-lagi hanya
menjelaskan tentang kajian Analisis retorika dalam kon-
teks politik fokusnya hanya dalam citra politik dalam
37
Lihat Lydia Nanda, Interpretasi Khalayak Terhadap Retorika Po-
litisi Dalam Televisi: Studi Kasus apa Kabar Indonesia Tv One, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2012). 38
Lihat Muntoha, Teori Politik Islam: telaah pemikiran Ali Abd al-
Baziq tentang Khalifah dan Negara, (Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 1997)
Mochammad Zia Ulhaq | 21
Pernyataan Pers Boediono, dengan pendekatan analisis isi
dengan telaah menggunakan teori restorasi citra.39
4. Tesis yang berjudul, Strategi Komunikasi Politik dalam Pilkada (studi kasus pemenangan kandidat Ratu Atut dan
Rano Karno pada pilkada banten 2011) Fokus pada tesis
ini yang menjadi titik perhatian adalah strategi pemena-
ngan pasangan Ratu Atut - Rano Karno. Bagaimana Ratu
Atut merupakan kandidat gubernur incumbent yang
sejatinya telah menjabat gubernur Provinsi Banten selama
5 tahun dan sebelumnya juga pernah pelaksana tugas (plt)
setelah menjadi wakil gubernur Provinsi Banten, dan pem-
batasan masalah pada tesis ini pada mekanisme dan pola
komunikasi yang dilakukan tim sukses dan Strategi komu-
nikasi politik untuk pemenangan Atut dan Rano.40
5. Tesis dengan judul, Komunikasi Politik Calon Legislatif dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD kota (studi stra-
tegi kampanye calon legislatif partai berideologi Nasiona-
lis dan Islam periode kampanye bulan maret pada pemi-
lihan umum anggota DPRD Kota Blitar tahun 2009). Tesis
ini difokuskan untuk mendeskripsikan Strategi kampanye
Calon Legislatif dari partai berideologi nasionalis atau
Pancasila (PDI-P) dan agama atau Islam (PKS) di Kota
Blitar periode kampanye bulan Maret pada Pemilihan
Umum Tahun 2009 dan dampak Ideologi Nasionalis dan
Islam terhadap strategi kampanye calon legislatif dari par-
tai berideologi Nasionalis dan Islam dalam pemilihan ca-
lon legislatif Tahun 2009. Dan Penelitian ini dilaksanakan
di Kota Blitar dengan menggunakan paradigma konstruk-
39
Lihat Gita Savitri, Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi
Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century,
(Jakarta: Universitas Indonesia, 2014). 40
Lihat Muhamad Rosit, Strategi komunikasi politik dalam pilkada
studi kasus pemenangan kandidat Ratu Atut dan Rano Karno pada
pilkada banten 2011, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012).
22 | Retorika Dakwah dalam Politik...
tivisme penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif.41
6. Disertasi yang berjudul, antara Jemaah dan Partai Politik: dinamika habitus kader partai keadilan sejahtera (PKS)
dalam arena politik Indonesia pasca pemilu 2004. Disertasi
ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan berbagai
ragam studi kasus yang fokus mengidentifikasi pola penge-
lompokkan/faksionalisasi yang ada di PKS, sekaligus me-
nggambarkan bagaimana kelompok-kelompok/faksi-faksi
tersebut bekerja dalam dinamika internal PKS, khususnya
pasca Pemilu 2004.42
7. Tesis dengan judul, Relasi Kuasa Zainul Majdi dengan perkembangan dan upaya kesatuan Nadhatul Wathan di
Pulau Lombok 2008-2015. Penulisan tesis ini dengan me-
tode kualitatif, menitik beratkan point tentang relasi kekua-
saan Nadhatul Wathan dan kepemimpinan Zainul Majdi di
pulau lombok dan menjelaskan juga tentang keberhasilan-
keberhasilannya dalam berkuasa di Pulau Lombok.43
8. Tesis dengan judul, Retorika Dalam Da’wah Bi-Lisan: Su-atu Pendekatan Praktis. Dalam Tesis tersebut penulisnya,
Wahidin Saputra, menguraikan dalam metodologi peneliti-
annya bahwa salah satu pendekatan yang digunakan adalah
mengambil bentuk Penelitian kepustakaan (library rese-
41
Lihat Paring Gentur Utomo, Komunikasi politik calon legislatif
dalam pemilihan umum anggota DPRD kota studi strategi kampanye ca-
lon legislatif partai berideologi Nasionalis dan Islam periode kampanye
bulan maret pada pemilihan umum anggota DPRD kota Blitar tahun
2009, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009). 42
Lihat Disertasi, Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Po-
litik: dinamika habitus kader partai keadilan sejahtera (PKS) dalam are-
na politik Indonesia pasca pemilu 2004. (Jakarta: Universitas Indonesia ,
2009). 43
Lihat Tesis, Muhammad Hisbullah, Relasi Kuasa Zainul Majdi
dengan perkembangan dan upaya kesatuan Nadhatul Wathan di Pulau
Lombok 2008-2015. (Jakarta: UIN Jakarta, 2017).
Mochammad Zia Ulhaq | 23
arch) yaitu menelusuri berbagai tulisan Dakwah dan
retorika.44
9. Artikel jurnal dengan judul, Tuan Guru Sebagai Tokoh Pembangunan dan pendidikan di Pedesaan. Penelitian jur-
nal ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi digu-
nakan agar data-data yang berkaitan dengan pandangan
dan pengalaman-pengalaman subjek tentang pembangunan
pendidikan. Penelitian yang dilakukan di Desa Jerowaru
Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Melihat fenomena
pembangunan pendidikan karena keberadaan Tuan Guru
yang berperan aktif dalam membangun masyarakat pede-
saan.45
10. Artikel jurnal dengan judul, Kepemimpinan Kharismatis Transformatif Tuan Guru Dalam Perubahan Sosial Masya-
rakat Sasak Lombok Melalui Pendidikan. Jurnal ini meng-
kaji tentang perubahan sosial masyarakat Lombok di
bawah kepemimpinan Tuan Guru. Dalam tulisan ini, Tuan
Guru tidak dikaji secara personal tetapi difokuskan pada
sosial, bentuk, sumber pengaruh serta tipologi kepemim-
pinannya dalam perubahan sosial masyarakat muslim
Lombok.46
11. Artikel jurnal politik dengan judul, Hubungan Agama dan Negara: Konteks ke-Indonesia-an. Jurnal ini mengkaji ten-
tang Agama dan kenegaraan (Religion and Nation State)
yang merupakan tema diskursus penting di wilayah sosial
kemasyarakatan Indonesia, yang adanya jarak antara massa
44
Lihat Wahidin Saputra, Retorika Dakwah bi-Lisan, tesis, (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 1999). 45
Lihat Jurnal Siti Irene Astuti Dwiningrum dkk, Tuan Guru Seba-
gai Tokoh Pembangunan dan pendidikan di Pedesaan. Jurnal Ilmiah Pen-
didikan, Vol 3, No1, 2015. 46
Lihat Jurnal Mohamad Iwan Fitriani, Kepemimpinan Kharisma-
tis-Transformatif Tuan Guru Dalam Perubahan Sosial Masyarakat Sasak
Lombok Melalui Pendidikan. Jurnal Pemikiran Islam Al-Tahrir, Vol. 16,
No. 1 Mei 2016.
24 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Islam di satu pihak dengan kekuatan negara di pihak lain,
massa Islam berorientasi menciptakan kehidupan yang reli-
gius dan menjalakan ajaran agama secara hanif. Sedangkan
kekuatan negara lebih cenderung untuk bersikeras sebagai
kekuatan hegemonik.47
12. Artikel jurnal berjudul, Politik Agama dan Kontestasi Ke-kuasaan Nadhlatul Wathan di Era Otonomi Daerah Lom-
bok NTB. Jurnal ini membahas tentang Nahdlatul Wathan
merupakan salah satu Ormas Islam lokal di Lombok yang
memiliki tradisi dan budaya politik yang sangat kuat dan
juga membahas tentang Keterlibatan NW dalam bidang
politik dimana Identitas politik NW selalu berubah-ubah
sesuai dengan perubahan arus politik nasional. Dan juga
membahas tentang konflik dan islah antar NW pancor dan
NW anjani saja.48
13. Artikel jurnal berjudul, Nahdlatul Wathan Dan Masyarakat Sipil, Studi Gerakan Sosial atas Manifestasi Civil Society
pada Masyarakat Lombok, dalam jurnal ini penulis mem-
bahas tentang bagaimana organisasi NW bisa menjadi mo-
tor pergerakan dan kemajuan masyarakat, dan NW menjadi
pemegang suatu otoritas masyarakat dan menjadi poros
kebudayaan masyarakat Lombok.49
14. Artikel jurnal berjudul, Analisis Retorika Dalam Kampa-nye Pemilukada DKI Jakarta 2012 (studi kualitatif analisis
retorika Jokowi-Ahok dalam debat kampanye Pemilukada
DKI Jakarta 2012) penelitian ini adalah untuk menganali-
sis retorika yang digunakan kandidat calon Gubernur
47
Lihat Jurnal Abdullah, Hubungan Agama dan Negara: Konteks
ke-Indonesia-an. Jurnal Politik Profetik Vol. 4 No. 2 Tahun 2014. 48
Lihat Jurnal Saipul Hamdi, Politik, Agama dan Kontestasi Kekua-
saan Nadhlatul Wathan di Era Otonomi Daerah Lombok NTB. Jurnal
Politik, Vol. 01, No 2, 2011. 49
Lihat Alwi Parhanudin, Nahdlatul Wathan Dan Masyarakat Sipil,
Studi Gerakan Sosial atas Manifestasi Civil Society pada Masyarakat
Lombok, Jurnal Agama dan Hak Asasi Masyarakat. Vol 2, No 1, 2012.
Mochammad Zia Ulhaq | 25
“Jokowi-Ahok” pada video rekaman debat kampanye Pe-
milukada DKI Jakarta 2012. Dengan tiga jenis pendekatan
untuk keberhasilan dalam mempersuasi audiens yakni
logos, pathos, dan ethos.50
15. Artikel Jurnal, Hubungan Dakwah dan Politik, Dalam jur-nal ini Menjelaskan mengenai peran dan dakwah dan
politik praktis yang tidak dipisahkan karena dalam dakwah
itu sendiri memiliki makna yang luar yang mencakup ra-
nah semua kehidupan manusia terutama politik dan ekono-
mi. Dan menjelaskan 2 pembagian Politik, high politic dan
low politic.51
16. Artikel jurnal, Analisis Wacana Retorika Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar, fokus permasalahan bagaimanakah
kohesi gramatikal retorika dakwah Aa Gym wujud kohesi
leksikal retorika dakwah Aa Gym. Yang bertujuan men-
deskripsikan dan menjelaskan wujud kohesi gramatikal
retorika dakwah Aa Gym, dan mampu mendeskripsikan
dan menjelaskan wujud kohesi leksikal retorika dakwah-
nya.52
Dari kajian pustaka yang sudah terpaparkan tersebut di atas,
tidak ada satupun karya ilmiah dan permasalahan yang sama, pe-
nulisan ini memiliki posisi yang berbeda dengan penelitian diatas,
terdapat dua hal yang berbeda. Pertama, kajian tentang pengga-
bungan antara pembahasan retorika agama dan politik. Kedua,
menganalisis bagaimana tipe retorika dan identitas seorang politisi
ditinjau dari beberapa teori retorika politik.
50
Lihat Jurnal, Nicki Hardyanti, Analisis retorika dalam kampanye
Pemilukada DKI Jakarta 2012: studi kualitatif analisis retorika Jokowi-
Ahok dalam debat kampanye Pemilukada DKI Jakarta, Jurnal Usu, 2012. 51
Lihat Jurnal, Syamsul Bachri Day, Hubungan Dakwah dan Politik,
Mediator, Jurnal Komunikasi, Vol. 6, No1, Juni 2005. 52
Lihat, Bahroni, Analisis Wacana Retorika Dakwah KH. Abdullah
Gymnastiar, INJECT: Interdisciplinary, Jurnal of Communication, Vol. 1,
No 1, Juni 2016.
26 | Retorika Dakwah dalam Politik...
G. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah proses, prinsip, dan prosedur
yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawa-
ban secara terperinci mengenai metode, teknik, prosedur atau lang-
kah-langkah penelitian termasuk dalam pemilihan topik penelitian,
teknik pengambilan sampel, etika pendekatan terhadap kelompok
yang diamati.53
Menurut Mahsun, M.S. metodologi penelitian ada-
lah bagaimana proses penelitian itu dilakukan yang di dalamnya
mencakup bahan atau materi penelitian, alat, jalan penelitian,
variabel data yang hendak disediakan untuk analisis data.54
Agar
penelitian ini mampu mencapai tujuan dengan tetap mengacu pada
standar keilmiahan sebuah karya akademik, maka penulis menyu-
sun serangkaian metode sebagai acuan dalam melaksanakan pene-
litian. Metode-metode tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Sumber Data Penelitian
Sumber data pada penelitian ini video TGB Zainul Majdi yang
berkaitan dengan dakwah dan politik. Video tersebut diunduh me-
lalui Youtube, untuk mengamati dan menganalisis komunikasi
TGB Zainul Majdi yang berkaitan dengan dakwah dan politiknya
berjumlah 11 video periode 2017-2018 diantaranya:
1. Video pada 20 Februari 2017, Gubernur NTB dan Kritik
Pedas Presiden Jokowi di Peringatan Hari Pers Nasional
2016.
2. Video pada 5 Oktober 2017, Tokoh Kita Muhammad Zai-nul Majdi part 5: Persaudaraan Kunci Utama Pembangu-
nan Di NTB.
53
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT
Remaja Rosadakarya, 2008), h.145. 54
Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa, tahapan strategi, meto-
de dan tekhniknya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h 72.
Mochammad Zia Ulhaq | 27
3. Video pada 5 Oktober 2017, Tokoh Kita Muhammad
Zainul Majdi: Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan
Di NTB.
4. Video pada 11 Januari 2018, Indonesia Rumah Kita: Para Gubernur Dua Periode.
5. Video pada 17 Maret 2018, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid Daruttauhid Bandung
6. Video pada 1 Juni 2018, Kajian Tafsir Al-Baqarah Ayat 61.
7. Video pada 13 Juli 2018, Special Interview with Gubernur NTB Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru Bajang.
8. Video pada 25 Agustus 2018, Larangan Melecehkan Agama Orang Lain.
9. Video pada 30 Oktober 2018, QnA Tanya Tuan Guru Bajang.
10. Video pada 12 November 2018, Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam.
11. Video pada 16 Juli 2018, Manuver TGB, Akal Sehat Atau Siasat?
2. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang benar-benar bersumber pada fakta yang nyata digu-
nakan oleh seorang penutur.55
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara des-
kripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks hu-
bungan khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.56
Dengan metode deskriptif kualitatif, penelitian
55
Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, me-
tode dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 3. 56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 21, h. 6.
28 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ini akan mendeskripsikan bagaimana TGB Zainul Majdi dalam
dakwah dan kegiatan politiknya periode 2017-2018.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah di daerah
Nusa Tenggara Barat.
b. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang dibutuhkan peneliti dalam peneliti-
an ini selama 12 bulan, terhitung mulai dari 12 Oktober
2018 sampai dengan 12 Oktober 2019.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis
dan standar untuk mendapatkan data yang diperlukan. Karena pasti
ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan.57
Dalam penelitian ini teknik pe-
ngumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Wawancara
Wawancara mendalam menggali dan melacak informasi dari
seseorang dengan selengkap mungkin dan sedalam mungkin. Kare-
na peneliti perlu memerankan diri selaku instrumen utama bukan
menggantungkan diri pada instrumen data semacam pedoman wa-
wancara.58
Dalam wawancara yang dilakukan, pedoman wawan-
cara hanya sebagai pendukung saja yang terpenting adalah meng-
gali lebih mendalam informasi yang diberikan oleh informan. Data
57
Moh Nazir, Metode Penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.175. 58
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo), h. 67.
Mochammad Zia Ulhaq | 29
yang didapat dari hasil wawancara disebut data primer, dengan
melakukan wawancara dan bertanya sebanyak-banyaknya.59
Infor-
man utama atau tujuan utama wawancara dalam penelitian ini ada-
lah TGB Zainul Majdi mengenai retorika dakwah dan politik yang
merupakan objek yang berkaitan langsung, dan juga beberapa ma-
syarakat di NTB dari beberapa kalangan, seperti akademisi dosen,
jamaah pengajian, pedagang, dan mahasiswa.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yang bertujuan sebagai pengumpulan data baik
dari kegiatan yang sudah dilakukan maupun yang sedang dilaku-
kan. Upaya pengumpulan data dan teori melalui buku-buku, ma-
jalah, berita online, dan sumber informasi secara langsung ataupun
tidak langsung sebagai pendukung penelitian seperti dokumen,
kliping, koran, agenda dan hasil penelitian lain, serta rekaman dan
catatan. Semua data tersebut tentu saja merupakan data-data yang
relevan dan mendukung penelitian.60
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan
secara langsung yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurna-
kan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.61
Pengamatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala pada objek penelitian. Adanya observasi peneliti dapat me-
ngamati dan menganalisis pesan dakwah dan kegiatan politik TGB
Zainul Majdi. juga mengamati dan menginput data mengenai kea-
daan masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Barat.
59
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Malang: UPT.
UMM, 2007), h. 23. 60
Hadiri Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogya-
karta: Gadjah Mada University Press, 1991), h. 95. 61
Nawawi, M. Martini Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992) Hal. 74.
30 | Retorika Dakwah dalam Politik...
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ana-
lisis deskriptif suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan
fakta yang tampak.62
Dengan menggunakan analisis deskriptif di
mana peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual
dan cermat. Analisis deskriptif memiliki fungsi untuk memberikan
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran
umum ini bisa menjadi dasar acuan untuk melihat karakteristik
data yang diperoleh.63
Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, sehingga
laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk membe-
rikan gambaran penyajian laporan tersebut. Peneliti menggunakan
wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-
bukti fisik.64
alur dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara pihak-
pihak terkait dan observasi secara langsung dan pengumpulan data-
data berupa artikel-artikel, atau video bersumber dari internet dan
media sosial, serta buku-buku yang berkaitan dengan retorika,
dakwah, dan politik TGB Zainul Majdi.
b. Reduksi
Reduksi data menyeleksi informasi mana yang sesuai dan
tidak sesuai dengan masalah penelitian. merupakan suatu bentuk
62
Hadari Nawawi dan mini, Martini, Penelitian Terapan, (Yogya-
karta: Gadjah Mada University Press, 1996), h.73. 63
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22. 64
Rachmat Krisyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:
2007), cet. 2, h. 102.
Mochammad Zia Ulhaq | 31
analisis untuk menajamkan analisis, menggolongkan, mengarah-
kan, membuang hal yang tidak perlu, dan mengorganisasi data-data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan.
c. Penyajian Data
Penyajian data deskripsi kumpulan-kumpulan informasi, dari
wawancara, dan pengamatan di lapangan yang tersusun yang me-
mungkinkan untuk melakukan penarikan suatu kesimpulan. Penya-
jian data yang penulis lakukan adalah mengenai retorika dakwah
dalam kegiatan politik praktis TGB Zainul Majdi.
d. Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan mulai dari pengumpulan data pe-
neliti mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapa-
ngan, kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu dalam
suatu satuan informasi yang mudah dipahami dan mudah ditaf-
sirkan dengan didasarkan teori yang digunakan.65
Sumber: Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif:
Aktualisasi Metodelogis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer
H. Sistematika Penulisan Pada bab pertama, berisi uraian dan perdebatan akademik me-
ngenai latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diada-
kan penelitian ini, sehingga dalam bab ini mencakup sub-sub baha-
san yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan dan rumusan masalah penelitian, maksud dan tujuan pene-
65
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Me-
todelogis Kearah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Gra-
findo Persada, 2007), h. 145.
Pengumpulan
Informasi Reduksi Penyajian Kesimpulan
32 | Retorika Dakwah dalam Politik...
litian, manfaat penelitian, pemaparan mengenai penelitian terdahu-
lu yang relevan serta memaparkan mengenai metodologi penelitian
dan sistematika Penulisan.
Pada bab kedua, berisi mengenai tinjauan teori yang mendes-
kripsikan empat pembahasan, pertama membahas pengertian dan
penjelasan mengenai retorika dakwah dan metode dakwah TGB
Zainul Majdi meliputi bil hikmah, mau’izhah hasanah mujadalah
billati hiya ahsan. Kedua menjelaskan mengenai sejarah retorika
dan tahapan-tahapan dalam penyampaian ceramah atau pidato.
Ketiga menjelaskan bagaimana tipe-tipe retorika politik meliputi
retorika politik deliberatif, retorika politik forensic, retorika de-
monstratif. Keempat menjelaskan mengenai identitas retorika poli-
tik noble selves, rhetorically reflector, rhetorically sensitive.
Pada bab ketiga, berisi uraian mengenai gambaran umum Pro-
vinsi Nusa Tenggara Barat, dan juga memaparkan mengenai pera-
nan seorang Tuan Guru sebagai tokoh agama yang memiliki peran
dalam sosial politik di NTB. Pada bab ini juga memaparkan me-
ngenai biografi dan aktivitas politiknya, dan juga pencapaian-
pencapaian TGB Zainul Majdi dalam memimpin NTB.
Pada bab keempat, menguraikan tentang hasil temuan pene-
litian dari retorika TGB Zainul Majdi sekaligus kritik penulis ter-
hadap identitas terkait sikap politiknya. Bab ini terbagi ke dalam
empat pembahasan, antara lain: pertama retorika dakwah bil hik-
mah retorika mengenai ilmu dan penjelasannya, mau’izhah hasa-
nah terkait retorika mengenai kisah-kisah dan bimbingan terhadap
umat, mujadalah billati hiya ahsan metode retorika meliputi me-
tode diskusi dan cara berdebat dengan cara yang baik. Tipe retorika
politiknya TGB Zainul Majdi meliputi retorika politik deliberatif
narasi konsep-konsep untuk masa depan, retorika forensic narasi
politik berkaitan dengan capaian-capaian dalam kepemimpinan
TGB Zainul Majdi, retorika demonstrative narasi-narasi memuji
pilihan politik. Identitas politiknya meliputi identitas retorika poli-
tik noble selves anti kritik, akan tetapi penulis menemukan kelema-
han TGB Zainul Majdi mengenai sikap dan identitasnya meliputi
rhetorically reflector seorang politisi yang mudah berpindah-pin-
dah tempat (inkonsisten), rhetorically sensitive tipe seorang politisi
Mochammad Zia Ulhaq | 33
cepat beradaptasi dengan lingkungan dalam hal ini kritik penulis
mengenai sikap politiknya dari seorang oposisi menjadi seorang
mendukung penguasa politik (adaptif).
Pada bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi uraian
tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian.
34
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Retorika atau dalam bahasa inggris rhectoric bersumber dari
perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Pada abad ke 5
sebelum Masehi untuk pertama kali dikenal dengan ilmu yang me-
ngkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial.
Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “rhetorike” yang dikem-
bangkan di Yunani kemudian abad-abad berikutnya di kembang-
kan di Romawi dalam bahasa latin “retorika” (dalam bahasa Ing-
gris ”rhetoric” dalam bahasa Indonesia “retorika”). Retorika seba-
gai the art of using language effectively atau seni penggunaan
bahasa efektif.
Retorika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, rhetoric
yang berarti seni bicara. Retorika merupakan seni bicara yang
dapat dicapai berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknik.
Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai suatu simbol
yang digunakan manusia. Retorika pada awalnya berkaitan dengan
persuasi, sehingga retorika menjadi seni penyusunan suatu argu-
mentasi dan pembuatan naskah pidato. Kemudian, berkembang
sampai mengikuti proses “adjusting ideas to people and people to
ideas” dalam segala jenis pesan. Kajian Retorika diperluas dengan
mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Pusat dari tradisi retorika
adalah penemuan, penyusunan, gaya penyampaian, dan daya ingat,
yang dikenal sebagai lima karya agung retorika.1
1 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.
142.
Mochammad Zia Ulhaq | 35
Pada awalnya retorika digunakan dalam perdebatan-perdeba-
tan di ruang pengadilan, atau dalam perdebatan-perdebatan antar-
persona, sehingga merupakan bentuk komunikasi yang bersifat dua
arah atau dialogis. Pada tahapan perkembangannya, retorika di-
kembangkan sebagai ilmu tersendiri. Selanjutnya retorika kemudi-
an berkembang menjadi komunikasi massa (satu-kepada-semua)
melalui pidato atau orasi kepada orang banyak, sehingga tidak lagi
merupakan kegiatan antar personal (satu-kepada-satu) saja. Dalam
hal ini, retorika berkembang menjadi pernyataan umum, terbuka
dan aktual, dengan menjadikan khalayak (publik atau massa)
sebagai sasaran yang tercakup dalam ilmu komunikasi.
Perkembangan retorika dari komunikasi dialogis ke komuni-
kasi massa, pada awalnya dilakukan oleh Sophist pada masa Yuna-
ni-Romawi dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dengan
jalan membentuk dan membina opini publik. Retorika menjadi
fenomena komunikasi politik yang sangat menarik bagi tokoh-
tokoh politik di kemudian hari. Aristoteles merupakan tokoh utama
yang mengembangkan retorika dengan menerbitkan buku retorika
yang merupakan hasil catatan kuliahnya Plato. Plato sendiri tidak
begitu menyukai beberapa cara sejumlah kaum Sophist yang me-
nggunakan retorika sebagai seni berdebat yang sering mengabaikan
kebenaran dengan mengutamakan kemenangan. Selanjutnya tuli-
san-tulisan orang Yunani tentang retorika disalin kembali oleh
orang Romawi, termasuk Socrates, Quintilian, dan Cicero. Selain
itu, tercatat pula beberapa tokoh yang mengembangkan retorika
pada zamannya seperti Dhemosthenes, Phillipus, dan Lycurgus
yang terkenal juga sebagai orator yang ulung.2
Plato termasuk tokoh yang mengancam keras penggunaan
retorika dalam mempersuasi dan mempropaganda publik lewat
serangkaian pidato atau bentuk komunikasi lainnya sebab hal itu
dianggap banyak berisi kebohongan dan pemalsuan tanpa memper-
hitungkan prinsip–prinsip kebenaran, kebajikan, dan moralitas.
Plato berharap para orator politik juga harus memiliki kesadaran
2 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.
143.
36 | Retorika Dakwah dalam Politik...
mendalam tentang kebenaran, terutama kebenaran suatu isu yang
dibicarakan. Aristoteles menawarkan pentingnya ethos dalam reto-
rika yaitu faktor personal, terutama masalah karakter. Ethos, “ethi-
cal or personal appeals” meliputi upaya membangun kualitas
personal, dimana kepribadian pembicara jauh lebih penting dari
pesan yang disampaikan. Dalam literatur ilmu. komunikasi, ethos
diartikan juga sebagai kredibilitas komunikator, yaitu komunikator
yang dapat dipercaya. Aristoteles juga memperkenalkan pathos dan
logos. Pathos berkaitan dengan dimensi yang menyentuh emosi
dalam retorika, sedangkan logos adalah dimensi yang berkaitan
dengan penggunaan argumentasi yang masuk akal (logis) dan
fakta-fakta yang nyata.3
Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam retorika
ini, pertama, pengetahuan mengenai bahasa dan juga penggunaan
bahasa harus tepat dan baik. Kedua, pengetahuan mengenai suatu
objek tertentu yang akan disampaikan dengan menggunakan baha-
sa yang baik.4 Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai
cara dan pengemasan komunikasi yang disebut Aristoteles retorika
sebagai a