Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung

11
MATA KULIAH HUKUM TENTANG LEMBAGA NEGARA TUGAS DAN WEWENANG MAHKAMAH AGUNG Oleh: IZZI IQBAL 110110130322 Dosen Pembimbing: Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJAJARAN Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132 Tlp. (022) 2503271 Website: http://fh.unpad.ac.id

Transcript of Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung

MATA KULIAH HUKUM TENTANG LEMBAGA

NEGARA

TUGAS DAN WEWENANG MAHKA MAH AGUNG

O leh:

IZZ I IQBAL

1101101303 22

Dosen Pembimbing:

D r . H e r n a d i A f f a n d i , S . H . , L L . M .

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJAJARAN

Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132

Tlp. (022) 2503271

Website: http://fh.unpad.ac.id

A. LATAR BELAKANG

Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga negara di indonesia termasuk dalam

kekuasaan kehakiman atau kekuasaan peradilan sebagai lembaga negara. Hal itu disebut

dalam pasal 24 Undang-undang Dasar 1945. Pasal 24 ini bisa dijadikan petunjuk bahwa

pengaruh trias politica terdapat pula dalam Undang-undang Dasar 1945. Menurut Trias

Politika Montesquie, kekuasaan peradilan atau kehakiman merupakan cabang kekuasaan

dalam negara yang berdiri terpisah dari kekuasaan yang lain. Artinya kekuasaan kehakiman

bebas dari campur tangan serta pengaruh kekuasaan lain. Termasuk pemerintah sebagai

kekuasaan Eksekutif. Hal ini pula tercantum dalam pasal 24 dan 25 Undang-Undang Dasar

1945. Hal ini kita jumpai pasal demi pasal atas pasal 24 dan 25 Undang-undang Dasar 1945

yang berbunyi :

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh

kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam undang-undang

tentang kedudukanya para hakim .

Sebagai lembaga negara tertinggi Mahkamah Agung mempunyai peranan penting

dalam kekuasaan kehakiman. Oleh karena itu Mahkamah Agung mempunyai tugas dan

wewenang. Tugas dan wewenang inilah yang menarik untuk dikaji dari sebelum amandemen

dan setelah amandemen berikut pula dengan fungsi dan cara pengisian jabatanya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimanakah kedudukan mahkamah agung dalam struktur ketatanegaraan di

indonesia menurut Undang-undang Dasar?

2. Bagaimana Tugas dan Kewenangan Mahkamah Agung sebelum amandemen dan

bagaimakah fungsinya sesudah amandemen ?

3. Bagaimana cara pengisian jabatan dalam Mahkamah Agung

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester dan Tugas Akhir

2. Untuk Memahami Kedudukan Mahkamah Agung dalam struktur ketatanegaraan

3. Untuk Memahami Tugas Dan Kewenangan Mahkamah Agung sebelum dan sesudah

Amandemen

4. Untuk Memahami Cara Pengisian Jabatan dalam Mahkamah Agung

D. PEMBAHASAN

1. Kedudukan Mahkamah Agung dalam struktur ketatanegaraan

Dalam Undang-Undang Dasar yang sekarang berlaku kedaulatan yang ada ditangan

rakyat dilakukan dengan sepenuhnya oleh Majelis Pemusyawaratan Rakyat. Terlebih lagi

penjelasan Undang-undang Dasar Mengatakan pula, bahwa majelis tersebut merupakan

penjelmaan dari rakyat Indonesia. Artinya, kekuasaan yang berada ditangan majelis tersebut

tidak terbatas. Akan tetapi pada hakikatnya kekuasaan yang terdapat dalam negara meliputi

banyak bidang, yang oleh Montesquie dikatakan meliputi tiga bidang. Oleh karena Majelis

Permusyawaratan Rakyat tidak mungkin menjalankan sendiri seluruh kekuasaan dalam

negara, oleh karena itu juga hal tersebut dibagi-bagikan kepada beberapa Lembaga Negara.

Kekuasaan dalam bidang kehakiman/peradilan diserahkan kepada Mahkamah Agung dan

badan kehakiman lainya1. Dan sesuai dengan penjelasan atas pasal 24 dan pasal 25, maka

kehakiman/ peradilan terlepas dari pengaruh serta campur tangan pemerintah dan kekuasaan

yang lain.

Landasan kekuasaan kehakiman terdapat dalam pasal 24 dan 25 yang berbunyi :

Pasal 24 Ayat (1) : Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-

lain Badan Kehakiman Menurut Undang-undang

Pasal 24 Ayat (2) : Susunan dan kekuasaan Badan-badan kehakiman itu diatur dengan

Undang-undang.

Pasal 25 : Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai Hakim ditetapkan

dengan Undang-undang

Terhadap kedua pasal tersebut, terdapat kejelasan bahwa dari pasal 24 ayat (1) Undang-

undang Dasar 1945 dapat dikemukakan bahwa Mahkamah Agung merupaka satu-satunya

lembaga negara di bidang peradilan yang ada di Indonesia. Hal demikian juga dapat di

dukung dengan pasal 10 ayat (2), (3), dan (4) Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam 3 ayat di atas dapat dikemukakan

:

1. Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi

2. Terhadap putusan-putusan yang diberikan tingkat terakhir oleh pengadilan-pengadilan

lain daripada Mahkamah Agung, kasasi dapat diminta kepada Mahkamah Agung

3. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang

lain, menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-undang.

Sebagai satu-satunya Pengadilan Negara yang Tertinggi Mahkamah Agung melakukan

pengawasan atas perbuatan Pengadilan-pengadilan yang lain yang menurut pasal 24 ayat (1)

akan diatur dan ditetapkan dengan Undang-undang. Menurut Pasal 10 ayat (1) Undang-

undang No. 14/1970 pengadilan yang menjalankan kekuasaan kehakiman dilakukan dalam

lingkungan :

1. Peradilan Umum

1 Sri Soemantri,Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945.Bandung : Alumni,1986,hlm 194

2. Peradilan Agama

3. Peradilan Militer

4. Peradilan Tata Usaha Negara

Di samping Undang-undang No. 14/1970,pada saat berlakunya undang-undang dasar

1945, yaitu sesudah tanggal 5 juli 1959, telah diundangkan pula dua macam undang-undang

yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman. Adapun undang-undang tersebut ialah :

(1) Undang-undang No. 19/1964 Tentang Ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan

kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1964-107)

(2) Undang-undang No. 13/1965 Tentang Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan

Umum dan Mahkamah Agung (Lembaran Negara Tahun 1965-70)

2. Tugas dan kewenangan Mahkamah Agung sebelum amandemen

Dalam Undang-undang No. 14/1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah

Agung adalah Badan Pengadilan Negara Tertinggi. Sedang menurut Undang-undang Dasar

1945 di Indonesia hanya ada sebuah Mahkamah Agung saja2. Artinya, bahwa semua

lingkungan badan pengadilan berpuncak pada Mahkamah Agung. Dan karena semua

berpuncak pada Mahkamah Agung,sebagai peradilan negeri tertinggi, lembaga peradilan

tersebut melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan badan-badan pengadilan yang lain

Kemudian dikarenakan undang-undang Mahkamah Agung indonesia No.1 Tahun

1950 sudah tidak berlaku lagi, maka yang dapat dipergunakan sebagai landasan pembahasan

adalah ialah Undang-undan No.13 Tahun 1965. Hal ini tercantum dalam pasal 47 Undang-

undang No.13 Tahun 1965 yang seluruhnya berbunyi sebagai berikut :

(1) Mahkamah Agung sebagai puncak semua peradilan dan sebagai pengadilan tertinggi

untuk semua lingkungan peradilan memberi pinjaman kepada pengadilan-pengadilan

yang bersangkutan

(2) Makamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalanya peradilan dalam

semua lingkungan pengadilan diseluruh Indonesia dan menjaga supaya peradilan

diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya

(3) Perbuatan-perbuatan hakim-hakim di semua lingkungan diawasi dengan cermat oleh

Mahkamah Agung

(4) Untuk kepentingan Negara dan keadilan, Mahkamah Agung memberi

peringatan,teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu, baik dengan surat tersendiri,

maupun dengan surat edaran

(5) Mahkamah Agung berwenang untuk meminta keterangan dari semua pengadilan

dalam semua lingkungan peradilan. Mahkamah Agung dalam hal itu dapat

memerintahkan disampaikanya berkas-berkas perkara dan surat-surat untuk

dipertimbangkan.

Walaupun Mahkamah Agung merupakan lembaga pengadilan yang tertinggi, akan tetapi

lembaga tersebut, dalam hal-hal tertentu dapat mengambil keputusan dalam tingkat pertama

dan sekaligus terakhir. Keputusan Mahkamah Agung yang dilakukan dalam tingkat pertama

dan terakhir meliputi :

2 Ibid hlm. 209

1. Semua sengketa tentang wewenang mengadili antara pengadilan dari satu lingkungan

dengan pengadilan dari lingkungan peradilan lain

2. Semua sengketa tentang wewenang mengadili antara badan Pengadilan Negeri

(Negara) dengan badan pengadilan negeri (Negara) yang tidak terletak dalam daerah

hukum badan Pengadilan Tinggi

3. Semua sengketa tentang wewenang mengadili antara badan-badan pengadilan yang

tidak disebut dalam point nomer 1 dan 2

Kemudian Mahkamah Agung jug melakukan pengawasan terhadap kasasi, Kasasi adalah

pembatalan atas putusan-putusan badan-badan pengadilan lain dan para hakim yang

bertentangan dengan hukum, kecuali putusan badan pengadilan dalam perkara pidana yang

mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuntutan. Disamping melakukan pengaawasan

dan kasasi, menurut pasal 52 Undang-undang No. 13/1965 Mahkamah Agung dapat pula

mengadili tentang putusan-putusan yang dimohon peninjauan kembali untuk masing-masing

lingkunngan badan pengadilan, sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang mengaturnya.

Tugas-tugas lain yang dipunyai oleh Mahkamah agung adalah mengadakan pengawasan

tertinggi atas notaris dan penasihat hukum (advokat). Dan apabila diminta, Mahkamah Agung

dapat pula memberi keterangan,pertimbangan dan nasehat tentang soal-soal yang

berhubungan dengan hukum kepada pemerintah.3

Adapun fungsi Mahkamah Agung setelah amandemen sebagai berikut :4

1. Fungsi Peradilan

a. Sebagai pengadilan tinggi mahkamah agung merupakan pengadilan kasasi yang

bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan

peninjauan kembali yang tujuanya adalah agar semua hukum dan undang-undang

diseluruh wilayah indonesia diterapkan secara adil,tepat dan benar

b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang

memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir

- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.

-

permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun

1985)

-

semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal

perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78

Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang

menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal

apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari

tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun

1985).

3 Ibid. Hlm 212

4 https://www.mahkamahagung.go.id diakses pada hari senin tanggal 09-06-2015 pukul 15.00 WIB

2. Fungsi Pengawasan

a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua

lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan

diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang

sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan

memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor

14 Tahun 1970).

b. Pengawasan terhadap pekerjaan pengadilan dan tingkah laku para hakim dan perbuatan pejabat

pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan

kehakiman, yakni dalam hal menerima,memeriksa, mengadilli, dan menyelesaikan setiap perkara

yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan

teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa

mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun

1985).

Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36

Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)

3. Fungsi Mengatur

a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran

penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-

undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau

kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27

Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).

b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk

mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

4. Fungsi Nasehat

a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang

hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung

No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala

Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah

Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI

Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan

pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun

demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini

belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.

b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada

pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25

Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).

5. Fungsi Administratif

a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan

Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun

1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah

Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35

Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.

b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan

tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman)

6. Fungsi Lain-lain

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap

perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun

1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi

tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

3. Cara Pengisian jabatan dalam Mahkamah Agung

Seperti tertuang pada pasal 24 ayat 1 bahwasanya Mahkamah Agung adalah salah satu Badan

kehakiman. Oleh karena badan kehakiman, Mahkamah Agung mempunyai tugas

menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan. Dalam undang-undang tentang

ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman ditentukan, bahwasanya semua peradilan di

seluruh wilayah Republik Indonesia adalah peradilan negara dan ditetapkan dengan undang-

undang.

Peraturan yang menjadi dasar bagi pembentukan Mahkamah Agung sebagai Badan

Pengadilan yang tertinggi masih tetap Undang-undang No. 13/1965. Oleh karena itu membahas

tentang pembentukan, susunan dan cara pengisian Badan Pengadilan yang tertinggi masih

mempergunakan Undang-undang No. 13/1965. Mahkamah Agung yang berkedudukan di Ibu Kota

Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh presiden (pasal 40) terdiri atas seorang

ketua, wakil ketua, beberapa orang ketua muda dan beberapa hakim anggota (pasal 41). Dan

dibantu oleh seorang panitera dan beberapa orang panitera pengganti.Namun dalam hal ini dari

ketentuan undang-undang No. 13/1965 tidak dapat ditentukan jumlah anggota Mahkamah Agung

Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Agung,panitera, dan panitera pengganti, pasal 41 ayat

(3) menetapkan beberapa persyaratan yaitu :

1. Warga Negara indonesia

2. Berjiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 dan tidak pernah memusuhi revolusi Indonesia

3. Berjiwa dan mengamalkan pancasila dan Manipol serta segala pedoman

pelaksanaanya

4. Sarjana Hukum

5. Ahli hukum-bukan Sarjana Hukum

6. Berumur serendah-rendahnya 35 tahun

7. Berpengalaman sedikit-sedikitnya 10 Tahun dalma bidang hukum

Dari ketujuh point diatas masih terdapat point yang dipermasalahkan yaitu “Tidak

pernah memusuhi revolusi indonesia” dan “berjiwa dan mengamalkan Manipol serta segala

pedoman pelaksanaanya”. Namun semuanya sudah tidak berlaku lagi semenjak Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat No. IX/MPR/1973 Tentang Garis-Garis Besar Haluan

Negara, Manifesto Politik yang ditetapkan sebagai garis-garis besar haluan negara tidak

berlaku lagi.

Kemudian di undangkan pula undang-undang no. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah

Agung. Dikarenakan UU no.13 Tahun 1965 sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa dan

semangat Undang-undang No. 14 Tahun 1970. Yang dalam pasal 7 ayat 1 terdapat syarat-

syarat yang diperbarui pada pengangkatan hakim agung, syarat tersebut sebagai berikut :

a. warganegara Indonesia;

b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. setia kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi

nasional, kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 serta kepada

revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia untuk mengemban amanat penderitaan rakyat;

d. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi

massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan

Kontra Revolusi G.30.S/PKI" atau organisasi terlarang lainnya;

e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain dan mempunyai keahlian di bidang hukum;

f. berumur serendah-rendahnya 50 (lima puluh) tahun;

g. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua Pengadilan Tingkat

Banding atau 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Tingkat Banding;

h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

Kemudian mengenai mekanismenya terdapat pada pasal 8 dan pasal 9 UU No. 14 Tahun

1985

Pasal 8

(1) Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara dari daftar nama calon yang

diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Daftar nama calon sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diajukan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat kepada Presiden selaku Kepala Negara setelah Dewan Perwakilan Rakyat

mendengar pendapat Mahkamah Agung dan Pemerintah.

(3) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara

di antara Hakim Agung yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan rakyat.

(4) Ketua Muda Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara diantara

Hakim Agung yang diusulkan oleh Ketua Mahkamah Agung.

(5) Untuk mengisi lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota

Mahkamah Agung, diusulkan masing-masing 2 (dua) orang calon.

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota

Mahkamah Agung wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut Agama atau

Kepercayaannya yang berbunyi sebagai berikut :

"Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jabatan

saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga,

tiada memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga

suatu janji atau pemberian".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta

mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945, dan

segala Undang-undang serta peraturan-peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik

Indonesia".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan

jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam

melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi

seorang Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, Hakim Anggota Mahkamah Agung. yang berbudi

baik dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan".

(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda Mahkamah Agung mengucapkan sumpah atau janji

dihadapan Presiden selaku Kepala Negara.

(3) Hakim Anggota Mahkamah Agung diambil sumpah atau janjinya oleh Ketua Mahkamah

Agung.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Mahkamah Agung sebagai lembaga negara termasuk dalam kekuasaan kehakiman. Sebagai

lembaga negara, Mahkamah Agung tercantum dalam pasal 24 Undang-undang Dasar 1945

yang bahwasanya kekuasaan kehakiman dilakukan oleh “sebuah" Mahkamah Agung

“sebuah” disini menandakan bahwa pada kekuasaan kehakiman hanya Mahkamah Agunglah

yang dapat melaksanakanya. Kekuasaan kehakiman sendiri beridir terpisah dari kekuasaan

lainya. Hal ini berarti kekuasaan kehakiman dalam melakukan tugasnya bebas dari campur

tangan serta tidak terpengaruh dari kekuasaan yang lain termasuk pemerintah. Mahkamah

Agung mempunyai posisi dalam ketatanegaraan berada dalam bidang kehakiman.Sebagai

satu-satunya pengadilan tertinggi mahkamah agung berfungsi mengawasi pengadilan yang

berada dalam lingkungan kekuasaan kehakiman pengadilan tersebut terdiri dari : Pengadilan

Umum, Pengadilan Agama, dan Pengadilan Tata Usaha Negara.

Tugas dan kewenangan Mahkamah Agung sebelum amandemen ialah : memberi pinjaman

terhadap pengadilan-pengadilan yang bersangkutan,melakukan pengawasan tertinggi selama

terhadap jalanya peradilan dalam semua lingkungan pengadilan diseluruh Indonesia,

Mengawasi perbuatan perbuatan hakim di semua lingkungan peradilan, dan berwenang

meminta keterangan dari semua pengadilan dalam semua lingkungan peradilan. Kemudian

setelah Amandemen Mahkamah Agung mempunyai fungsi : peradilan,pengawasan,penasehat

dan lain-lain.

Karena berdiri terpisah dari lembaga lainya. Untuk itu terdapat syarat-syarat untuk pengisian

jabatan dalam Mahkamah Agung terutama untuk Hakim Agung ,panitera, dan panitera

pengganti. Maka dari itu saran untuk pengisian jabatan ini mungkin dalam peraturanya bisa

dimasukan yang naman fit and proper test agar orang-orang yang diseleksi dan yang berada

di mahkamah agung merupakan orang yang jujur,adil, dan bijaksana mengingat Mahkamah

Agung sendiri merupakan lembaga negara tertinggi dan satu satunya dalam bidang

kehakiman

DAFTAR PUSTAKA

- Soemantri,Sri.1986.Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD

1945.Bandung:Alumni

- https://www.mahkamahagung.go.id diakses pada hari senin tanggal 09-06-2015 pukul

15.00 WIB

- Undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 1985 tentang mahkamah agung

oleh http://hukum.unsrat.ac.id/ diakses pada hari senin tanggal 09-06-2015 pukul

21.00